Anda di halaman 1dari 18

CLINICAL REPORT SESION / REFERAT

*Kepaniteraan Klinik senior/ G1A219076/ September 2021


**Pembimbing / dr. Ivan Kurniawan Bassar, Sp.B

HEMORROID

Ikhtisyamuddin Milzam Tatis*


dr. Ivan Kurniawan Bassar, Sp.B,Sp.B **

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN/SMF ILMU BEDAH RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
LEMBAR PENGESAHAN
CLINICAL REPORT SESSION/ REFERAT

HEMORROID

Oleh:

Ikhtisyamuddin Milzam Taris


G1a219076

Telah diterima dan dipresentasikan sebagai salah satu tugas


Bagian Ilmu Bedah RSUD Raden Mattaher Program Studi Profesi Dokter
Universitas Jambi

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU BEDAH RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI

Jambi, Oktober 2021


Pembimbing

dr. Ivan Kurniawan Bassar, Sp.B


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Clinical Report Session
(CRS) pada Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi yang berjudul “Hemorroid”
Tugas ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam mengenai
teoriteori yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian
Bedah RSUD Raden Mattaher Jambi dan melihat penerapannya secara langsung
di lapangan.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. Ivan Kurniawan Bassar, Sp.B selaku preseptor yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing penulis pada karya yang penulis susun.
Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan,
sehingga diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
yang membacanya. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Jambi, Oktober 2021

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidales
yang tidak merupakan keadaan patologis, hanya apabila menimbulkan keluhan
atau penyulit diperlukan tindakan. Hemoroid dibedakan menjadi dua, interna dan
eksterna. Hemorrhoid dapat dicegah dengan minum air putih yang cukup, makan
sayuran yang banyak, dan buah-buahan yang banyak, sehingga membuat feces
tidak mengeras. Apabila banyak memakan makanan yang mengandung serat dan
banyak minum air putih yang banyak dapat meperlancar defekasi, selain itu ginjal
menjadi sehat. Selain itu hemorrhoid dapat dicegah dengan cara olah raga yang
cukup, duduk tidak terlalu lama dan berdiri tidak terlalu lama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidales yang tidak
merupakan keadaan patologis, hanya apabila menimbulkan keluhan atau penyulit
diperlukan tindakan. Hemoroid adalah dilatasi varikosus vena dari plexus
hemorrhoidal inferior dan superior.
Hemoroid dibedakan menjadi dua, interna dan eksterna. Hemoroid interna
adalah pleksus vena hemoroidales superior diatas garis mukokutan dan ditutupi
oleh mukosa. Sering terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan, kanan
belakang, dan kiri lateral, sedangkan hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara
ketiga letak primer tersebut. Hemoroid eksterna merupakan pelebaran dan
penonjolan pleksus hemoroid inferior yang terdapat di bagian distal garis
mukokutan di dalam jaringan dibawah epitel anus .

2.2 Epidemiologi
Sekitar 75% orang mengalami penyakit hemoroid setidaknya sekali seumur
hidupnya, hemoroid banyak terjadi pada dewasa berusia 45 – 60 tahun, dan juga
sering terjadi pada wanita hamil.

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko


Penyebab pasti timbulnya hemoroid masih belum pasti, hanya saja ada
beberapa faktor pendukung terjadinya hemoroid, yaitu :
1. Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus
hemoroidalis kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya.
2. Umur : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga
otot sfingter menjadi tipis dan atonis.
3. Keturunan : dinding pembuluh darah lemah dan tipis.
4. Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat
barang berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
5. Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra
abdomen, misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan
sering mengejan pada waktu defekasi.
6. Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh
karena ada sekresi hormone relaksin.
7. Fisiologi : bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada
penderita sirosis hepatis.

2.4 Klasifikasi
Diagnosa hemorrhoid dapat ditegakkan salah satunya dengan anoskopi.
Anoskopi adalah pemeriksaan pada anus dan rektum dengan menggunakan sebuah
spekulum. Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dari hemorrhoid tersebut.
Secara anoskopi, berdasarkan letaknya hemorrhoid terbagi atas :
1. Hemorrhoid eksterna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis inferior yang
timbul di sebelah luar musculus sphincter ani.
2. Hemorrhoid interna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis superior dan
media yang timbul di sebelah proksimal dari musculus sphincter ani.
Kedua jenis hemorrhoid ini sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar
35% penduduk yang berusia di atas 25 tahun. Hemorrhoid eksterna
diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk akut dapat berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus yang merupakan suatu
hematoma. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung
saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemorrhoid eksterna kronis atau skin
tag biasanya merupakan sequele dari hematoma akut.
Hemoroid interna dikelompokkan ke dalam 4 derajat, yakni:
1. Derajat I : bila terjadi pembesaran hemorrhoid yang tidak prolaps ke luar
kanalis analis yang hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
2. Derajat II : pembesaran hemorrhoid yang prolaps dan menghilang atau
dapat masuk kembali ke dalam anus secara spontan.
3. Derajat III : pembesaran hemorrhoid yang prolaps dimana harus dibantu
dengan dorongan jari untuk memasukkannya kembali ke dalam anus.
4. Derajat IV : prolaps hemorrhoid yang yang permanen. Prolaps ini rentan
dan cenderung mengalami trombosis dan infark.

2.5 Gejala Klinis


Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid, yaitu :
1. Hemoroid Interna
Gejala yang biasa adalah protrusio, pendarahan, nyeri tumpul dan pruritus.
Trombosis atau prolapsus akut yang disertai edema atau ulserasi luar biasa
nyerinya. Hemoroid interna bersifat asimtomatik, kecuali bila prolaps dan
menjadi stangulata. Tanda satu-satunya yang disebabkan oleh hemoroid
interna adalah pendarahan darah segar tanpa nyeri per rektum selama atau
setelah defekasi. Gejala yang muncul pada hemoroid interna dapat berupa:
 Perdarahan
Merupakan gejala yang paling sering muncul dan biasanya
merupakan awal dari penyakit ini. Perdarahan berupa darah segar dan
biasanya tampak setelah defekasi apalagi jika fesesnya keras.
Selanjutnya perdarahan dapat berlangsung lebih hebat, hal ini
disebabkan karena prolaps bantalan pembuluh darah dan mengalami
kongesti oleh sphincter ani.
 Prolaps
Dapat dilihat adanya tonjolan keluar dari anus. Tonjolan ini dapat
masuk kembali secara spontan ataupun harus dimasukan kembali
oleh tangan.
 Nyeri dan rasa tidak nyaman
Nyeri biasanya ditimbulkan oleh komplikasi yang terjadi (seperti
fisura, abses dll) hemoroid interna sendiri biasanya sedikit saja yang
menimbulkan nyeri. Kondisi ini dapat pula terjadi karena terjepitnya
tonjolan hemoroid yang terjepit oleh sphincter ani (strangulasi).
 Keluarnya Sekret
Walaupun tidak selalu disertai keluarnya darah, sekret yang menjadi
lembab sehingga rawan untuk terjadinya infeksi ditimbulkan akan
menganggu kenyamanan penderita dan menjadikan suasana di daerah
anus.
2. Hemoroid Eksterna
 Rasa terbakar
 Nyeri, jika terjadi thrombosis yang luas dengan udem dan radang.
 Gatal atau pruritus anus.
2.6 Patogenesis
2.7 Diagnosis Banding
Diagnosa banding untuk hemoroid dapat bermacam, tabel dibawah ini
akan membaginya berdasarkan gejala klinis yang dapat muncul.
Jenis Nyeri Perdarahan Massa Lainnya
Penyakit
Fisura Anal + + - Terdapat skin tag atau umbai kulit
(radang kronik dengan bendungan limfe
dan fibrosis pada kulit)
Karsinoma - + + Pembengkakan KGB sekitar
Anal
Abses + - - Demam, leukositosis,
Anorektal penderita tidak dapat duduk di sisi
bokong
Hematom + + + Sering terjadi pada orang yang
Perianal mengangkat barang berat, leukositosis.
Ulseratif
Prolaps Polip - + + Adanya gejala mual, muntah, dan
Kolorektal konstipasi yang parah (jika ukurannya
besar)
Karsinoma - + + Karsinoma rektum
Rektum

2.8 Diagnosis
Diagnosis hemoroid ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesa
Pada anamnesa biasanya didapatkan pasien mengeluhkan adanya darah
segar pada saat buang air besar, darah yang keluar bisa menetes dan bisa juga
keluar terus menerus dan tidak bercampur dengan feses. Selain itu pasien juga
akan mengeluhkan adanya gatal-gatal pada daerah anus. Serta keluhan adanya
massa pada anus dan membuatnya merasa tidak nyaman, biasanya pada hemoroid
interna derajat II dan hemoroid eksterna. Pasien juga akan mengeluhkan nyeri
pada hemoroid interna derajat IV dan hemoroid eksterna.
Perdarahan yang disertai nyeri mengindikasikan hemoroid eksterna yang
sudah mengalami trombosis. Biasanya hemoroid interna mulai menimbulkan
gejala setelah terjadi prolapsus, sehingga mengakibatkan perdarahan, ulserasi,
atau trombosis. Hemoroid eksterna juga bisa terjadi tanpa gejala atau dapat
ditandai dengan nyeri akut, rasa tak nyaman, atau perdarahan akibat ulserasi dan
thrombosis.

2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan vena yang
mengindikasikan hemoroid eksterna atau hemoroid interna yang sudah mengalami
prolaps, biasanya jika berupa prolapsnya hemoroid interna akan terlihat adanya
mukus yang keluar saat pasien disuruh untuk mengedan. Jika pasien mengeluhkan
perdarahan kemungkinan bisa menyebabkan anemia sekunder yang dapat dilihat
dari konjungtiva palpebra pasien yang sedikit anemis, tapi hal ini mungkin terjadi.
Daerah perianal juga diinspeksi untuk melihat ada atau tidaknya fisura, fistula,
polip atau tumor. Pada rectal toucher juga dinilai ukuran, perdarahan dan tingkat
keparahan inflamasi. Biasanya agak susah meraba hemoroid interna karena
tekanan vena yang tidak tinggi dan biasanya tidak nyeri. Rectal toucher juga
dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi apakah terjadi anemia pada pasien dan
pemeriksaan anoskopi serta sigmoideskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai
mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid. Hasil anoskopi
hemoroid interna yang tidak mengalami prolaps biasanya terlihat gambaran
vascular yang menonjol keluar, dan apabila pasien diminta mengejan akan terlihat
gambaran yang lebih jelas. Sedangkan dengan menggunakan sigmoideskopi dapat
mengevaluasi kondisi lain sebagai diagnose banding untuk perdarahan rektal dan
rasa tak nyaman seperti pada fisura anal dan fistula, colitis, polip rectal, dan
kanker.

2.9 Penatalaksanaan
Hemorrhoid merupakan sesuatu yang fisiologis, maka terapi yang
dilakukan hanya untuk menghilangkan keluhan, bukan untuk menghilangkan
pleksus hemorrhoidalis. Pada hemorrhoid derajat I dan II terapi yang
diberikan berupa terapi lokal dan himbauan tentang perubahan pola makan.
Dianjurkan untuk banyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah yang banyak
mengandung air. Hal ini untuk memperlancar buang air besar sehingga tidak
perlu mengejan secara berlebihan. Pemberian obat melalui anus (suppositoria)
dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang berarti kecuali sebagai
efek anestetik dan astringen. Selain itu dilakukan juga skleroterapi, yaitu
penyuntikan larutan kimia yang marengsang dengan menimbulkan peradangan
steril yang pada akhirnya menimbulkan jaringan parut. Untuk pasien derajat
III dan IV, terapi yang dipilih adalah terapi bedah yaitu dengan
hemoroidektomi. Terapi ini bisa juga dilakukan untuk pasien yang sering
mengalami perdarahan berulang, sehingga dapat sebabkan anemia, ataupun
untuk pasien yang sudah mengalami keluhan-keluhan tersebut bertahun-tahun.
Dalam hal ini dilakukan pemotongan pada jaringan yang benar-benar
berlebihan agar tidak mengganggu fungsi normal anus. Ada berbagai macam
tindakan operasi. Ada yang mengikat pangkal hemoroid dengan gelang karet
agar hemoroidnya nekrosis dan terlepas sendiri. Ada yang menyuntikkan
sklerosing agen agar timbul jaringan parut. Bisa juga dengan fotokoagulasi
inframerah, elektrokoagulasi dengan arus listrik, atau pengangkatan langsung
hemoroid dengan memotongnya dengan pisau bedah.
Hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna di diagnosa dengan membuat
inspeksi, pemeriksaan digital, melihat langsung melalui anoskop atau
proktoskop. Karena lesi demikian sangat umum, harus tidak dianggap sebagai
penyebab perdarahan rectal atau anemia hipokromik kronik sampai
pemeriksaan seksama telah dibuat terhadap saluran makanan yang lebih
proksimal. Kehilangan darah akut dapat terjadi pada hemorrhoid interna.
Anemia kronik atau darah samar dalam feses dengan adanya hemorrhoid besar
namun tidak jelas berdarah, memerlukan pencarian untuk polip, kanker atau
ulkus.
Hemorrhoid berespons terhadap terapi konservatif seperti sitz bath atau
bentuk lain seperti panas yang lembab, suppositoria, pelunak feses, dan tirah
baring. Hemorrhoid interna yang prolaps secara permanen yang terbaik diobati
secara bedah, derajat lebih ringan dari prolaps atau pembesaran dengan
pruritus ani atau pendarahan intermitten dapat diatasi dengan pengikatan atau
injeksi larutan sklerosing. Hemorrhoid eksterna yang mengalami tombosis
akut diobati dengan insisi, ekstraksi bekuan dan kompresi daerah yang diinsisi
setelah pengangkatan bekuan. Tidak ada prosedur yang sebaiknya dilakukan
dengan adanya radang anus akut, proktitis ulserativa, atau colitis ulserativa.
Proktoskopi atau kolonoskopi sebaiknya selalu dilakukan sebelum
hemorrhoidektomi.
Terapi hemorrhoid non medis dapat berupa perbaikan pola hidup, makan
dan minum, perbaikan cara/pola defekasi (buang air besar). Memperbaiki
defekasi merupakan pengobatan yang selalu harus ada dalam setiap bentuk
dan derajat hemorrhoid. Perbaikan defekasi disebut bowel management
program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses dan
perubahan perilaku buang air. Dianjurkan untuk posisi jongkok waktu
defekasi dan tindakan menjaga kebersihan lokal dengan cara merendam anus
dalam air selama 10-15 menit 3 kali sehari. Pasien dinasehatkan untuk tidak
banyak duduk atau tidur, namun banyak bergerak/jalan. Pasien harus banyak
minum 30-40 cc/kgBB/hari, dan harus banyak makan serat (dianjurkan sekitar
30 gram/hari) seperti buah-buahan, sayuran, sereal dan bila perlu suplementasi
serat komersial. Makanan yang terlalu berbumbu atau terlalu pedas harus
dihindari.
1. Terapi Non Farmakologi
Dapat diberikan pada semua kasus hemoroid terutama hemoroid interna
derajat 1, disebut juga terapi konservatif, diantaranya adalah :
 Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram
sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan
konstipasi.
 Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
 Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar
mandi saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan
memperkeras feses.
 Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan rutin
dua kali sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1 – 2 minggu,
karena air hangat dapat merelaksasi sfingter dan spasme.
 Tirah baring untuk membantu mempercepat berkurangnya
pembengkakan.
2. Terapi Farmakologi
 Salep anastetik lokal
 Kortikosteroid
 Laksatif
 Analgesik
 Suplemen flavonoid, membantu mengurangi tonus vena dan
mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi (Acheson
dan Schirfield, 2008)

3. Terapi Pembedahan
Hemorrhoid Institute of South Texas (HIST) menetapkan indikasi
tatalaksana pembedahan hemoroid antara lain :
 Hemoroid interna derajat II berulang
 Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
 Mukosa rektum menonjol keluar anus
 Hemoroid interna derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti
fisura
 Kegagalan penatalaksanaan konservatif
 Permintaan pasien
Adapun jenis pembedahan yang sering dilakukan yaitu :
 Skleroterapi
Teknik ini dilakukan dengan menginjeksikan 5 % fenol dalam minyak
nabati yang tujuannya untuk merangsang. Lokasi injeksi adalah
submukosa hemoroid. Efek dari injeksi adalah edema, reaksi inflamasi
dengan proliferasi fibroblast dan thrombosis intravascular. Reaksi ini akan
menyebabkan fibrosis pada submukosa hemoroid sehingga akan mencegah
atau mengurangi prolapsus jaringan hemoroid. Terapi ini disertai anjuran
makanan tinggi serat dapat efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II.
Menurut Acheson dan Scholfield pada tahun 2009, teknik ini murah dan
mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan karena tingkat kegagalan
yang tinggi.
 Ligasi dengan gelang karet (Rubber band ligation)
Biasanya teknik ini dilakukan untuk hemoroid yang besar atau yang
mengalami prolaps. Dengan bantuan anuskop, mukosa diatas hemoroid
yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam tabung ligator
khusus. Efek dari teknik ini adalah nekrosis iskemia, ulserasi, dan scarring
yang akan menghasilkan fiksasi jaringan ikat ke dinding rektum.
Komplikasi nya dapat terjadi perdarahan setelah 7-10 hari dan nyeri.
 Bedah beku
Teknik bedah beku dilakukan dengan pendinginan hemoroid pada
suhu yang sangat rendah. Teknik ini tidak dipakai secara luas karena
mukosa yg nekrosis sukar ditentukan luasnya. Teknik ini lebih cocok
untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang inoperable.
 Hemoroidektomi
Teknik dipakai untuk hemoroid derajat III atau IV dengan keluhan
menahun, juga untuk penderita denga perdarahan berulang dan anemia
yang tidak sembuh dengan terapi lain yang lebih sederhana. Prinsipnya
adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan,
dan pada anoderm serta kulit yang normal dengan tidak mengganggu
sfingter anus. Selama pembedahan sfingter anus biasanya dilatasi dan
hemoroid diangkat dengan klem atau diligasi dan kemudian dieksisi.
 Tindak bedah lain
- Infrared thermocoagulation
- Bipolar diathermy
- Laser haemorrhoidectomy
- Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation
- Cryotherapy
- Stappled hemorrhoidopexy

4. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan mencegah faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya hemorrhoid dengan minum yang cukup, makan
cukup sayuran, dan buah-buahan, sehingga kotoran kita tidak mengeras.
Kebiasaan malas minum, tidak hanya akan membuat hemorrhoid, ginjal
juga lama kelamaan akan dapat terganggu oleh karena kurangnya cairan
dalam tubuh. Usahakan minum yang cukup, imbangi dengan olah raga,
sehingga perut tidak mual saat minum air putih. Makan makanan yang
banyak mengandung serat, seperti buah dan sayuran. Makanan yang
banyak mengandung serat juga akan memberikan manfaat mengurangi
penyerapan lemak sehingga kolesterol menjadi aman (Gotera, 2006).
Banyak melakukan olah raga, seperti jalan kaki, tidak duduk terlalu lama
dan tidak berdiri terlalu lama

]
BAB III
KESIMPULAN

Hemorrhoid adalah varikositis akibat pelebaran (dilatasi) pleksus


vena hemorrhoidalis interna. Hemorrhoid dibagi atas hemorrhoid interna bila
pembengkakan vena pada pleksus hemorrhoidalis interna, hemorrhoid eksterna
apabila terjadi pembengkakan di pleksus hemorrhoidalis ekterna.
Hemorrhoid interna jika varises yang terletak pada submukosa
terjadi proksimal terhadap otot sphincter anus. Letaknya distal dari linea pectinea
dan diliputi oleh kulit biasa di dalam jaringan di bawah epitel anus, yang berupa
benjolan karena dilatasi vena hemorrhoidalis. Faktor risiko hemorrhoid, yaitu;
keturunan, anatomic, pekerjaan, umur, endokrin, mekanis, fisiologis, dan radang.
Gejala klinis hemorrhoid, yaitu; darah di anus, prolaps, perasaan
tidak nyaman pada anus (mungkin pruritus anus), pengeluaran lendir, anemia
sekunder (mungkin), tampak kelainan khas pada inspeksi, gambaran khas pada
anoskopi, atau rektoskopi. Terapi hemorrhoid derajat I dan II terapi yang
diberikan berupa terapi lokal dan himbauan tentang perubahan pola makan.
Dianjurkan untuk banyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah yang banyak
mengandung air. derajat III dan IV, terapi yang dipilih adalah terapi bedah yaitu
dengan hemoroidektomi. Terapi ini bisa juga dilakukan untuk pasien yang sering
mengalami perdarahan berulang, sehingga dapat sebabkan anemia, ataupun untuk
pasien yang sudah mengalami keluhan-keluhan tersebut bertahun-tahun.
Pencegahan dapat dilakukan dengan mencegah faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya hemorrhoid dengan minum yang cukup, makan cukup sayuran, dan
buahbuahan, sehingga kotoran kita tidak mengeras.
DAFTAR PUSTAKA

1. Silvia A.P, Lorraine M.W, Hemoroid, 2005. Dalam: Konsep – konsep Klinis
Proses Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal: 467
2. Susan Galandiuk, MD, Louisville, KY, A Systematic Review of Stapled
Hemorrhoidectomy – Invited Critique, Jama and Archives, Vol. 137 No. 12,
December, 2002, http://archsurg.ama.org/egi/content/extract. last update
Desember 2009.
3. Anonim, 2004, Hemorhoid, http://www.hemorjoid.net/hemoroid galery.html.
Last update Desember 2009.
4. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah,
Ed.2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 672 – 675
5. Werner Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi Hardjasudarma
( alih bahasa ), 1998, Berwarna dan teks anatomi Manusia Alat – Alat
Dalam,Hal: 232
6. Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi III,
FK UI, Jakarta,pemeriksaan penunjang: 321 – 324.
7. Linchan W.M,1994,Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC, Jakarta,hal 56 –
59
8. Brown, John Stuart, Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor, alih Bahasa, Devi H,
Ronardy, Melfiawati, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001.

Anda mungkin juga menyukai