Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH SEMINAR

PENYAKIT HEMOROID

DI SUSUN OLEH :

Nama : Velenia Kahi Timba


NIM : PO5303203200788
Tingkat : 2C
Dosen Pembimbing : Ineke Noviana, S.Tr.Kep., M.Tr.Kep.

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

PRODI KEPERAWATAN WAINGAPU


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum
terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas
vena yan terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen
yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon
menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang
disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang
beberapa waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi dua tipe. Hemoroid
internal yaitu hemorod yang terjadi diatas stingfer anal sedangkan yang muncul di luar
stingfer anal disebut hemorod eksternal. (brunner & suddarth, 1996).
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk.
Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan
meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun
keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak
nyaman. Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas penyakit hemoroid

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep asuhan keperawatan pada klien hemoroid.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi
klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan pada klien hemoroid.
(2). Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien hemoroid.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering
terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan
perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat
awam. Sudah pasti kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman.
Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan
sampai aspek sosial.
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh
darah, walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir
mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah
pembuluh darah kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah
vena hemoroidalis di daerah anorektal. (dr.delken kuswanto).

B. Anatomi dan Fisiologi


Rektum panjangnya 15 – 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula – mula mengikuti
cembungan tulang kelangkang, fleksura sakralis, kemudian membelok kebelakang pada
ketinggian tulang ekor dan melintas melalui dasar panggul pada fleksura perinealis.
Akhirnya rektum menjadi kanalis analis dan berakhir jadi anus. Rektum mempunyai
sebuah proyeksi ke sisi kiri yang dibentuk oleh lipatan kohlrausch. Fleksura sakralis
terletak di belakang peritoneum dan bagian anteriornya tertutup oleh paritoneum.
Fleksura perinealis berjalan ektraperitoneal. Haustra (kantong) dan tenia (pita) tidak
terdapat pada rektum, dan lapisan otot longitudinalnya berkesinambungan. Pada sepertiga
bagian atas rektum, terdapat bagian yang dapat cukup banyak meluas yakni ampula
rektum bila ini terisi maka imbullah perasaan ingin buang air besar. Di bawah ampula,
tiga buah lipatan proyeksi seperti sayap – sayap ke dalam lumen rektum, dua yang lebih
kecil pada sisi yang kiri dan diantara keduanya terdapat satu lipatan yang lebih besar pada
sisi kanan, yakni lipatan kohlrausch, pada jarak 5 – 8 cm dari anus. Melalui kontraksi
serabut – serabut otot sirkuler, lipatan tersebut saling mendekati, dan pada kontraksi
serabut otot longitudinal lipatan tersebut saling menjauhi.
Kanalis analis pada dua pertiga bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yang
sedikit bertanduk yang mengandung persarafan sensoris yang bergabung dengan kulit
bagian luar, kulit ini mencapai ke dalam bagian akhir kanalis analis dan mempunyai
epidermis berpigmen yang bertanduk rambut dengan kelenjar sebacea dan kelenjar
keringat. Mukosa kolon mencapai dua pertiga bagian atas kanalis analis. Pada daerah ini,
6 – 10 lipatan longitudinal berbentuk gulungan, kolumna analis melengkung kedalam
lumen. Lipatan ini terlontar keatas oleh simpul pembuluh dan tertutup beberapa lapisan
epitel gepeng yang tidak bertanduk. Pada ujung bawahnya, kolumna analis saling
bergabung dengan perantaraan lipatan transversal. Alur – alur diantara lipatan
longitudinal berakhir pada kantong dangkal pada akhiran analnya dan tertutup selapis
epitel thorax. Daerah kolumna analis, yang panjangnya kira – kira 1 cm, di sebut daerah
hemoroidal, cabang arteri rectalis superior turun ke kolumna analis terletak di bawah
mukosa dan membentuk dasar hemorhoid interna. Hemoroid dibedakan antara yang
interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas
linea dentata/garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini
merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rektum sebelah bawah.
Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ), kanan
belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3). Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara
ketiga letak primer tesebut. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan
penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal linea dentata/garis
mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus. Kedua pleksus hemoroid, internus
dan eksternus berhubungan secara longgar dan merupakan awal aliran vena yang kembali
bermula dari rektum sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan
darah ke vena hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid
eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat
paha ke vena iliaka.
C. Klasifikasi
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
1. Hemoroid interna
Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Terdapat pembuluh
darah pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani
bisa terlihat muncul menonjol ke luar seperti hemoroid eksterna. Gejala - gejala dari
hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak adanya serabut
serabut rasa sakit di daerah ini. Jika sudah parah bisa menonjol keluar dan terus
membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil tindakan operasi untuk
membuang wasir. Hemoroid interna terbagi menjadi 4 derajat :
 Derajat I Timbul pendarahan varises, prolapsi / tonjolan mokosa tidak
melalui anus dan hanya dapat di temukan dengan proktoskopi.
 Derajat II Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar
pada saat depikasi, tapi seterlah depikasi selesai, tonjolan tersebut dapat
masuk dengan sendirinya.
 Derajat III Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi
dengan sendirinya tetapi harus di dorong.
 Derajat IV Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar
pada saat defikasi tidak dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini
timbul trombus yang di ikuti infeksidan kadang kadang timbul perlingkaran
anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata karena seakan - akan ada
yang menyempit hemoriod yang keluar itu, padahal pendapat ini salah
karena muskulus spingter ani eksternus mempunyai tonus yang tidak
berbeda banyak pada saat membuka dan menutup. Tapi bila benar terjadi.
Inkaserata maka setelah beberapa saat akan timbul nekrosis tapi tidak
demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps hemoroid .
2. Hemoroid eksterna
Merupakan varises vena hemoroidalis inferior yang umumnya berada di bawah otot
dan berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak kebiruan
pada pinggir anus yang terasa sakit dan gatal. Hemoroid eksrterna jarang sekali
berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di
klasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
1. Sering rasa sakit dan nyeri
2. Rasa gatal pada daerah hemorid

Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada
kulit merupakan reseptor rasa sakit .

b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau
lebih dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh
darah.

D. Etiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik
dari vena hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah digunakan, termasuk
konstipasi/diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prosfat;
fibroma arteri dan tumor rectum. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal
sering mengakibatkan hemoroid karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke
dalam system portal. Selain itu system portal tidak mempunyai katup sehingga mudah
terjadi aliran balik.

Faktor Resiko hemoroid :


1. Keturunan Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis
2. Anatomic Vena darah anorektal tidak mempunyai katup dan plexus hemorhoidalis
kurang mendapat sokongan otot dan fasi sekitarnya
3. Pekerjaan Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat barang
berat, memounyai predisposisi untuk hemoroid
4. Umur Pada umur tua timbul digenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot
sfingter menjadi tipis dan atonis
5. Endokrin Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstermitas dan anus
(sekresi hormon kelaksin)
6. Mekanis Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi
dalam rongga perut. Misalnya penderita hipertrofi prostat
7. Fisiologis Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderita
dekompensiasio hordis atau sikrosis hepatis
8. Radang Adalah faktpr penting yang menyebabkan fitalitas jaringan di daerah itu
berkurang.

E. Tanda-tanda gejala
a. Tanda
1. Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feses
yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur
dengan feses. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah
segar karena kaya akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
2. Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna
dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan
radang.

b. Gejala
1. Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2. Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi
spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi
dan akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
3. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri
hemoroid yang mengalami prolap menetap.
4. Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan
Dalam praktiknya, sebagian besar pasien tanpa gejala.

Pasien diketahui menderita hemoroid secara kebetulan pada waktu pemeriksaan


untuk gangguan saluran cerna bagian bawah yang lain waktu
endoskopi/kolonoskopi (teropong usus besar). Pasien sering mengeluh menderita
hemorhoid atau wasir tanpa ada hubungan dengan gejala rektum atau anus yang
khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungan dengan hemorrhoid interna
dan hanya timbul pada hemorrhoid eksterna yang mengalami trombosis.
(Sjamsuhidajat, 1998) .

Gejala yang paling sering ditemukan adalah perdarahan lewat dubur, nyeri,
pembengkakan atau penonjolan di daerah dubur, sekret atau keluar cairan melalui
dubur, rasa tidak puas waktu buang air besar, dan rasa tidak nyaman di daerah
pantat. (Merdikoputro, 2006). Perdarahan umumnya merupakan tanda utama pada
penderita hemorrhoid interna akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang
keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat hanya berupa
garis pada anus atau kertas pembersih sampai pada pendarahan yang terlihat
menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah
yang keluar berwarna merah segar.

Pendarahan luas dan intensif di pleksus hemorrhoidalis menyebabkan darah di


anus merupakan darah arteri. Datang pendarahan hemorhoid yang berulang dapat
berakibat timbulnya anemia berat. Hemorhoid yang membesar secara perlahan-
lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal
penonjolan ini hanya terjadi pada saat defekasi dan disusul oleh reduksi sesudah
selesai defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut hemorrhoid interna didorong
kembali setelah defekasi masuk kedalam anus. Akhirnya hemorhoid dapat berlanjut
menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak dapat terdorong masuk
lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri
hemorhoid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat
menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh
kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus. Nyeri hanya timbul apabila
terdapat trombosis yang meluas dengan udem meradang. (Sjamsuhidajat, 1998).
Apabila hemorrhoid interna membesar, nyeri bukan merupakan gambaran yang
biasa sampai situasi dipersulit oleh trombosis, infeksi, atau erosi permukaan
mukosa yang menutupinya. Kebanyakan penderita mengeluh adanya darah merah
cerah pada tisu toilet atau melapisi feses, dengan perasaan tidak nyaman pada anus
secara samar-samar. Ketidaknyamanan tersebut meningkat jika hemorhoid
membesar atau prolaps melalui anus. Prolaps seringkali disertai dengan edema dan
spasme sfingter.

Prolaps, jika tidak diobati biasanya menjadi kronik karena muskularis tetap
teregang, dan penderita mengeluh mengotori celana dalamnya dengan nyeri sedikit.
Hemorhoid yang prolaps bisa terinfeksi atau mengalami trombosis, membrane
mukosa yang menutupinya dapat berdarah banyak akibat trauma pada defekasi.
(Isselbacher, dkk, 2000) Hemorrhoid eksterna, karena terletak di bawah kulit cukup
sering terasa nyeri, terutama jika ada peningkatan mendadak pada massanya.
Peristiwa ini menyebabkan pembengkakan biru yang terasa nyeri pada pinggir anus
akibat trombosis sebuah vena pada pleksus eksterna dan tidak harus berhubungan
dengan pembesaran vena interna. Karena trombus biasanya terletak pada batas otot
sfingter, spasme anus sering terjadi. Hemorrhoid eksterna mengakibatkan spasme
anus dan menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri yang dirasakan penderita dapat
menghambat keinginan untuk defekasi. Tidak adanya keinginan defekasi, penderita
hemorhoid dapat terjadi konstipasi. Konstipasi disebabkan karena frekuensi
defekasi kurang dari tiga kali per minggu. (Isselbacher, dkk,1999). Hemorhoid
yang dibiarkan, akan menonjol secara perlahan-lahan. Mula-mula penonjolan hanya
terjadi sewaktu buang air besar dan dapat masuk sendiri dengan spontan. Namun
lama-kelamaan penonjolan itu tidak dapat masuk ke anus dengan sendirinya
sehingga harus dimasukkan dengan tangan. Bila tidak segera ditangani, hemorhoid
itu akan menonjol secara menetap dan terapi satu-satunya hanyalah dengan operasi.
Biasanya pada celana dalam penderita sering didapatkan feses atau lendir yang
kental dan menyebabkan daerah sekitar anus menjadi lebih lembab. Sehingga sering
pada kebanyakan orang terjadi iritasi dan gatal di daerah anus. (Murbawani, 2006)

F. Patofisiologi
Faktor penyebab faktor-faktor hemoroid adalah mengedan saat defekasi,
konstipasi menahun, kehamilan dan obesitas. Keempat hal diatas menyebabkan
peningkatan tekanan intra abdominal lalu di transmisikan ke derah anorektal dan elevasi
yang tekanna yang berulang-ulang mengakibatkan vena hemoroidalis mengalami prolaps.
Hasil di atas menimbulkan gejala gatal atau priritus anus akibat iritasi hemoroid dengan
feses,dan ada udema dan peradangan akibat infeksi yang terjadi saat ada luka akibat
perdarahan. Proses di atas menimbulkan diagnosa gangguan intregritas kulit, nyeri,
kekurangan volume cairan, dan kelemahan . Mengedan saat defekasi Konstipasi menahun
Kehamilan Obesitas Peningkatan tekanan intra abdominal. Ditransmisi ke daerah
anorektal Elevasi tekanan yang berulang-ulang. Vena heroidalis mengalami prolaps
Hemoroid.
Gatal atau Pruritus Anus Perdarahan Udema dan Radang Gangguan Integritas
Kulit Nyeri Nyeri Kekurangan Kelemahan Volume Cairan.

G. Pathway

Obstipasi, sering mengejan, banyak


duduk

Tekanan intra abdomen

Hemoroid
Derajat III, IV Kronik

HEMOROIDEKTERMI

Eksisi plexus hemoroidalis

Port De Entry Kurangnya Diskotinutas jaringan Takut


informasi BAB

Bakteri/kuman mudah Pelepasan mediator


kimia (bradikardin, Fases
masuk Defisit pengetahuan
histamine skretasnin,
tentang penyakit, praglandin mengeras
pengobatan, dan

Resiko infeksi perawatannya


Gangguan
Merangsang ujung
eliminasi
saraf nosiseptor
BAB

Cortex cerebri (nyeri


dipersepsikan)

H. Manifestasi Klinis
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan perdarahan
berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan
nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.Trombosis
adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area
tersebut dan nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai
hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps.

I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur).
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput
lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar
yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rektum.

2. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.


Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau
prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan
keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.

3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena
hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus
diperiksa terhadap adanya darah samar.

4. Rontgen (colon inloop) dan/atau kolonoskopi.


5. Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang
J. Penatalaksanaan Medis
Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene personal
yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi. Diet tinggi serat yang
mengandung buah dan sekam mungkin satu-satunya tindakan yang diperlukan, bila
tindakan ini gagal, laksatif yang berfungsi mengapsorpsi air saat melewati usus dapat
membantu. Tirah baring adalah tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang.
Terdapat berbagai tipe tindakan nonoperatif untuk hemoroid. Fotokoagulasi
inframerah, diatermi bipolar, dan terapi laser adalah teknik terbaru yang digunakan untuk
melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya. Injeksi larutan sklerosan juga efektif
untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah. Prosedur ini membantu mencegah prolaps.
1. Penatalaksanaan Surgikal
 Terapi bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun
dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat
dilakukan dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat
sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita
hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat
ditolong segera dengan hemoroidektomi. Prinsip yang harus diperhatikan
dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan
yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada
anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus.
Eksisi jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa
karena telah terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus mukosa.
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional
(menggunakan pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat
pemotong) dan bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja
stapler).
2. Bedah Konvensional
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :
- Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi
dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap
pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot
sfingter internus. Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna.
Suatu incisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar
pleksus hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang
mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai
jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah
mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara
longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana. Biasanya tidak lebih dari tiga
kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu. Striktura rektum dapat
merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak.
Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak
jaringan.
- Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu
dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari
submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu
mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
- Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem.
Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian
eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah
klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak
mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa
menimbulkan stenosis. Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang dalam
karena sfingter ini harus benar-benar lumpuh.

3. Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya
alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan
terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan
nyeri yang minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena saraf rasa nyeri
ikut terpatri. Di anus, terdapat banyak saraf. Pada bedah konvensional, saat post
operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut saraf
terbuka akibat serabut saraf tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut saraf dan selubung saraf menempel jadi satu,
seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi,
dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi
direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan mengering.
Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan.

4. Bedah Stapler
Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti
senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya. Pada dasarnya
hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah
sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m.sfingter
ini untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari
dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya
ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi
anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan
saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua. Mula-mula jaringan hemoroid yang
prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke
tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator.
Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan
ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid
tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan
memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong jaringan
yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai
darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan
sendirinya. Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak
mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan
dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit,
pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.

K. Komplikasi
1. Terjadi trombosis Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku
dan terjadi trombosis.
2. Peradangan Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi
dan meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman - kumannya.
3. Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan akut pada
umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar.
Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan
apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat
banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat
menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa
mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak
menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya
mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk
lagi(inkarserata/ terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis
dan bisa mengakibatkan kematian.
BAB II

Asuhan Keperawatan Teorisme

A. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
- Identitas pasien
- Keluhan utama

Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan
pada anus atau nyeri pada saat defikasi.

a. Riwayat penyakit sekarang


Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan
beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
b. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh /
terulang kembali. Pada pasien dengan hemoroid bila tidak di lakukan pembedahan
akan kembali RPD, bisa juga di hubungkan dengan penyakit lain seperti sirosis
hepatis.
c. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluaga yang menderita penyakit tersebut
d. Riwayat sosial Perlu ditanya penyakit yang bersangkutan.

Pemeriksaan Fisik
Aktivitas/istirahat

No Gejala Tanda

1 kelemahan, kelelahan takikardi,


takipnea/hiperventilasi
(respon terhadap
aktivitas) Sirkulasi

2 kelemahan/nadi periver Warna kulit pucat,


lemah sianosis (tergantung
pada jumlah
kehilangan darah)
Membran kulit

Eliminasi

No Gejala Tanda Karakteristik


feses

1 perubahan pola defekasi nyeri tekan darah bewarna


Perubahan abdomen , merah terang
distensi (darah segar)
Akonstipasi
dapat terjadi

2 Penurunan berat badan konjungtiva


Anoreksia pucat, wajah
pucat, terlihat
lemah Pola tidur

3 Perubahan pola tidur Terasa muka terlihat


nyeri pada anus saat tidur lelah, kantung
mata terlihat
gelap Mobilisasi
4 membatasi dalam wajah terlihat
beraktifitas gelisah , banyak
berganti posisi
duduk dan
berbaring

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operatif
- Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat ) berhubungan dengan pecahnya vena
plexus hemmoroidalis ditandai dengan perdarahan yang terus - menerus waktu
BAB.
- Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau anus, yang
ditandai benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah anus.
- Personal hygene pada anus kurang berhubungan dengan massa yang keluar pada
daerah eksternal.

b. Postoperasi
- Gangguan rasa nyaman (Nyeri) pada luka operasi berhubungan dengan adanya
jahitan pada luka operasi dan terpasangnya cerobong angin.
- Resikol terjadinya infeksi pada luka berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat
- Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan dirumah.

3. Intervensi
a. Preoperatif

No Diagnosa kriteria hasil Tanda – tanda anemis


keperawatan

1 Tujuan : 1. Tidak terdapat Observasi tanda-tanda


Resiko kekurangan
nutrisi anemis, anemis
berhubungan 2. perdarahan
1. Diet rendah
dengan pecahnya terhenti
sisa atau serat
vena plexus 3. BB tidak turun.
selama
hemmoroidalis
terjadinya
ditandai dengan
perdarahan
perdarahan yang
2. Berikan
terus - menerus
penjelasan
waktu BAB.
tentang
Setelah dilakukan
pentingnya
tindakan
diet
keperawatan
kesembuhan
selama 3 x 24 jam,
penyakitnya.
resiko kekurangan
3. Beri kompres
nutrisi terpenuhi
es pada daerah
terjadinya
perdarahan
4. Beri obat atau
terapi sesuai
dengan
pesanan
dokter

Tanda – tanda anemis


diduga adanya
kekurangan zat besi
(Hb turun)

1. Dapat
mengurangi
perangsangan
pada daerah
anus sehingga
tidak terjadi
perdarahan.
2. Pendidikan
tentang
diet,membantu
keikut sertaan
pasien dalam
meningkatkan
keadaan
penyakitnya.
3. Pasien dengan
pecahnya vena
plexus
hemoriodalis
perlu obat
yang dapat
membantu
pencegahan
terhadap
perdarahan
yang
mememrlukan
penilaian
terhadap
respon secara
periodik. vena
flexus
hemmoroidalis
perlu obat
yang dapat
membantu
pencegahan
terhadap
perdarahan
yang
memerlukan
penilayan
terhadap
respon obat
tersebut secara
periodik.

2 Gangguan rasa 1. Nyeri berkurang Menurunkan


2. Rasa gatal ketidaknyamanan
nyaman
berkurang lokal, menurunkan
berhubungan
3. Massa mengecil. edema dan
dengan adanya
1. Berikan randam meningkatkan
massa anal atau
duduk Membantu dalam
anus, yang ditandai
2. Berikan pelicin
benjolan didaerah
pada saat mau
anus, terasa nyeri
BAB melancarkan defikasi
dan gatal pada
3. Beri diet randah sehingga tidak perlu
daerah anus Setelah
sisa mengedan.
dilakukan tindakan
4. Anjurkan pasien
keperawatan Mengurangi
agar jangan
selama 2 x 24 rangsangan anus dan
bannyak berdiri
jam,gangguan rasa melemahkan feses.
atau duduk ( harus
nyaman terratasi
dalam keadaan Gaya gravitasi akan
seimbang). mempengaruhi
5. Observasi keluhan timbulnya hemoroid
pasien dan duduk dapat
6. Berikan meningkatkan
penjelasan tentang tekanan intra
timbulnya rasa abdomen.
nyeri dan jelaskan
Membantu
dengan singkat
mengevaluasi derajat
7. Beri pasien
ketidak nyamanan dan
suppositoria
ketidak efektifan
tindakan atau
menyatakan
terjadinya komplikasi.

Pendidikan tentang
hal tersebut
membantu dalam
keikut sertaan pasien
untuk mencegah /
mengurangi rasa
nyeri.

Dapat melunakan
feces dan dapat
mengurangi pasien
agar tidak mengejan
saat defikasi.

3 Defisit personal 1. tidak ada tanda- 1. Obserpasi


hygene pada anus tanda infeksi. keluhan dan
berhubungan 2. tidak terasa gatal- adanya tanda-
dengan massa yang gatal pada daerah tanda
keluar pada daerah anus. perdarahan
eksternal. Setelah 3. rasa gatal pada anus
dilakukan tindakan anus berkurang 2. Beri
keperawatan 4. Berikan sit bath penjelasan
selama 2 x 24 jam, dengan larutan cara
terjaganya permagan membersihkan
kebersihan anus. 1/1000% pada anus dan
pagi dan sore hari. menjaga
Lakukan kebersihanya
digital(masukan 3. Meningkatkan
prolaps dalam kebersihan
tempat semula dan
setelah di memudahkan
bersihkan) terjadinya
penyembuhan
prolaps.
4. Peradangan
pada anus
menandakan
adanya suatu
infeksi pada
anus
5. Pengetahuan
tentang cara
membersihkan
anus
membantu
keikutsertaan
pasien dalam
mempercepat
kesembuhanya

b. Postoperatif

N Diagnosa kriteria hasil Intervenasi Rasional


o keperawatan

1 Gangguan rasa Tidak terdapat rasa Melindungi pasien dari


nyeri pada luka kontaminasi silang
nyaman (Nyeri) pada
operasi, 2. pasien dapat selama penggantian
luka operasi Setelah
melakukan aktivitas balutan. Balutan basah
dilakukan tindakan
ringan. 3. skala nyeri bertindak sebagai
1. Beri posisi 0-1. 4. klien tampak penyerap kontaminasi
tidur yang rileks. pasien. 2. Ganti eksternal dan
menyenangka balutan setiap pagi menimbulkan rasa tidak
n sesuai tehnik aseptik 3. nyaman. 3. menurunkan
2. Dapat Latihan jalan sedini masalah yang terjadi
menurunkan mungkin 4. Observasi karena imobilisasi.
tegangan daerah rektal apakah
abdomen dan ada perdarahan 5.
meningkatkan Cerobong anus 4. Perdarahan pada
berhubungan dilepaskan sesuai jaringan, imflamasi
dengan advice dokter lokal atau terjadinya
adanya jahitan (pesanan) 6. Berikan infeksi dapat
pada luka penjelasan tentang
operasi dan tujuan pemasangan
terpasangnya cerobong anus (guna meningkatkan rasa

cerobong cerobong anus untuk nyeri.

angin. mengalirkan sisa-sisa


keperawatan perdarahan yang terjadi
selama 2 x 24 didalam agar bisa
5. Meningkatkan fungsi
jam, gangguan keluar). rasa kontrol
fisiologis anus dan
rasa nyaman
memberikan rasa
terpenuhi.
nyaman pada daerah
anus pasien karena
tidak ada sumbatan. 6.
Pengetahuan tentang

manfaat cerobong anus


dapat membuat pasien
paham guna cerobong
anus untuk kesembuhan
lukanya.

2 Resiko terjadinya 1. Observasi tanda Respon autonomik


infeksi pada luka vital tiap 4 jam meliputi TD, respirasi,
berhubungan dengan 2. Obserpasi nadi yang berhubungan
pertahanan primer balutan setiap 2 denagan keluhan /
tidak adekuat Setelah – penghilang nyeri .
dilakukan tindakan Abnormalitas tanda
keperawatan selama 2 vital perlu di observasi
x 24 jam,resiko secara
infeksi teratasi
1. tidak terdapat
tanda-tanda
infeksi (dolor,
kalor, rubor,
tumor,
fungsiolesa).
2. radang luka
mengering.
3. hasil LAB : -
leukosit -
trombosit
4. jam, periksa
terhadap
perdarahan dan
bau.
5. Ganti balutan
dengan teknik
aseptik
6. Bersihkan area
perianal setelah
setiap depfikasi
7. Berikan diet
rendah serat/
sisa dan minum
yang cukup
lanjut.

Deteksi dini
terjadinya proses
infeksi dan /
pengawasan
penyembuhan luka
oprasi yang ada
sebelumnya.

Mencegah meluas
dan membatasi
penyebaran luas
infeksi atau
kontaminasi silang.

mengurangi /
mencegah
kontaminasi daerah
luka.

Mengurangi
ransangan pada
anus dan mencegah
mengedan pada
waktu defikasi.

3 Kurang pengetahuan 1. klien tidak 1. Rasionalisasi:


yang berhubungan banyak Pengetahuan
dengan kurang bertanya tentang diet
informasi tentang tentang berguna untuk
perawatan dirumah. penyakitnya. melibatkan
Setelah dilakukan 2. pasien dapat pasien dalam
tindakan keperawatan menyatakan merencanakan
selama 3 x 24 3. Diskusikan diet dirumah
jam,kurangnya pentingnya yang sesuai
pengetahuan teratas penatalaksanaa dengan yang
n diet rendah dianjurkan oleh
sisa. ahli gizi.
4. Demontrasikan 2. Pemahaman
perawatan area akan
anal dan minta meningkatkan
pasien kerja sama
menguilanginy pasien dalam
a program terapi,
5. Berikan rendam meningkatkan
penyembuhan
dan proses
perbaikan atau
mengerti tentang
perawatan
dirumah.
3. keluarga klien
paham tentang
proses penyakit.
4. klien
menunjukkan
wajah tenang
duduk sesuai
pesanan
5. Bersihakan area
anus dengan
baik dan
keringkan
seluruhnya
setelah defekasi.
6. Berikan balutan
7. Diskusikan
gejala infeksi
luka untuk
dilaporkan
kedokter.
8. Diskusikan
mempertahanka
n difekasi lunak
dengan
menggunakan
pelunak feces
dan makanan
laksatif alami.
9. Jelaskan
pentingnya
menghindari
mengangkat
benda berat dan
mengejan.
terhadap
penyakitnya.
10. Meningkatkan
kebersihan dan
kenyaman pada
daerah anus
(luka atau
polaps).
11. Melindungi area
anus terhadap
kontaminasi
kuman-kuman
yang berasal
dari sisa
defekasi agar
tidak terjadi
infeksi.
12. Melindungi
daerah luka dari
kontaminasi
luar.
13. Pengenalan dini
dari gejala
infeksi dan
intervensi segera
dapat mencegah
progresi situasi
serius.
14. Mencegah
mengejan saat
difekasi dan
melunakkan
feces.
15. Menurunkan
tekanan intra
abdominal yang
tidak perlu dan
tegangan otot.

A. KASUS
1. Pengkajian
Ny. B ( 37 th ) didiagnosa hemoroid sejak kehamilan anak keduanya. Hemoroid
semakin parah setelah klien melahirkan anak kembarnya secara normal kurang lebih
1,5 tahun yang lalu. Sejak saat itu klien mengalami hemoroid yang sering kambuh
dan sembuh dengan pengobatan. Saat ini klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah
anus. Nyeri saat duduk dan berbaring terutama saat tidur malam hari. Klien
menceritakan BAB terakhir seminggu yang lalu terasa sangat nyeri dan keluar darah
segar bersama feses, bahkan darah menetes setelah BAB. Menurut klien BAB
terakhir sangat keras, sehingga harus mengedan karenanya hemoroid klien kambuh
lagi. Menurut klien, pola BABnya memang tidak normal dari dulu, klien BAB 1-2 /
minggu walaupun sering makan sayur dan buah – buahan. Klien mengatakan saat ini
hampir seminggu belum BAB karena takut merasakan nyeri dan perdarahan seperti
sebelumnya.
Perawat melakukan pemeriksaan fisik didapatkan data :
TD = 90/60 mmHg
N = 96x/ menit, S = 36,70C ,
P = 18x/ menit. Klien tampak lemah, konjungtiva pucat, distensi abnomen ( + ),
teraba massa pada regio bawah abdomen, pemeriksaan anus adanya benjolan di
bawah kulit kanalis analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru – biruan , berukuran
kurang lebih 1cm, benjolan harus di dorong dengan tangan agar masuk ke dalam
anus.
Hasil Lab Hb = 8.9 gr / dl, dokter mengatakan klien menderita hemoroid derajat III
dan disarankan untuk melakukan hemoroidektomi. Klien mengaku cemas untuk
melakukan operasi, klien lebih memilih pengobatan seperti biasanya.
1. Data Fokus Ds :
a. Klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anus.
b. Klien mengeluh nyeri pada saat duduk dan berbaring terutama saat tidur malam
hari.
c. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa sangat nyeri dan keluar darah
srgar bersama dengan feses,bahkan darah menetes saat BAB.
d. Klien mengeluh BAB terakhir saat keras,sehingga harus mengedan karena
hemoroid klien kambuh lagi.
e. Klien mengeluh pola BAB memang tidak normal dari dulu,klien BAB 1-2
kali /minggu, walupun sering makan sayur dan buah-buahan.
f. Klien mengatakan saat ini hampir seminggu belum BAB karena takut meresakan
nyeri dan perdarahan seperti sebelumnya.
g. Klien mengatakan hemoroid semakin parah setelah klien melahirkan anak
kembarnya secara normal kurang lebih 1,5 tahun yang lalu.
h. Klien mengatakan hemoroid sering kambuh dan sembuh dengan pengobatan. 9.
Klien mengaku cemas untuk operasi, klien memilih pengobatan seperti biasa.

2. Do :
a. TTV : TD = 90/60 mmHg, N = 96 X /menit, S = 36,7 oC, P = 18 X /menit
b. Klien tampak lemah
c. Konjungtiva pucat
d. Distensi abdomen (+)
e. Teraba massa pada regio bawah abdomen
f. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit kanalis analis yang nyeri, tegang,
berwarna kebiru – biruan, berukuran 1 cm, benjolan harus didorong dengan tangan
agar masuk kedalam anus.
g. Hasil Lab : Hb = 8,9 gr/dl
h. Dokter mengatakan klien menderita hemoroid derajat III dan disarankan untuk
melakukan hemoroidektomi.
No Masalah Keperawatan etologi

1 Ds :

1. Klien mengeluh BAB seminggu


yang lalu terasa sangat nyeri dan
keluar darah segar bersama dengan
feses,bahkan darah menetes saat
BAB.
2. Klien mengeluh BAB terakhir saat
keras,sehingga harus mengedan
karena hemoroid klien kambuh lagi.
3. Klien mengeluh pola BAB memang
tidak normal dari dulu,klien BAB 1-
2 kali /minggu, walupun sering
makan sayur dan buah-buahan.
4. Klien mengatakan saat ini hampir
seminggu belum BAB karena takut
meresakan nyeri dan perdarahan
seperti sebelumnya.

2 Do:

1. Distensi abdomen (+)


2. Teraba massa pada regio bawah
abdomen.
3. Pemeriksaan anus adanya benjolan
dibawah kulit kanalis analis yang
nyeri, tegang, berwarna kebiru–
biruan, berukuran 1 cm, benjolan
harus didorong dengan tangan agar
masuk kedalam anus.

1.

No Masalah keperawat Data tambahan

1. Ds : 1. Pola BAB tidak teratur.


2. Karakteristik feses
1. Klien mengeluh nyeri
(warna,konsistensi)
dan panas pada daerah
3. Konstipasi Ketakutan nyeri
anus.
saat defekasi
2. Klien mengeluh nyeri
pada saat duduk dan
berbaring terutama saat
tidur malam hari.
3. Klien mengeluh BAB
seminggu yang lalu
terasa sangat nyeri dan
keluar darah srgar
bersama dengan
feses,bahkan darah
menetes saat BAB.

Do:

1. TTV: TD = 90/60 mmHg


2. Distensi abdomen (+)
3. Pemeriksaan anus
adanya benjolan dibawah
kulit kanalis analis yang
nyeri, tegang, berwarna
kebiru– biruan,
berukuran 1 cm, benjolan
harus didorong dengan
tangan agar masuk
kedalam anus.

2. Ds : klien mengeluh BAB 1. skala nyeri 7


seminggu yang lalu karena 2. klien tampak meringis
keluar darah segar bersama feses 3. klien tampak memegangi
bahkan darah menetes saat BAB daerah nyeri.
4. klien tidak dapat
DO :
tidur.Nyeri Adanya
1. TTV : TD = 90/60 hemoroid pada daerah
mmHg anus
2. klien tampak lemah
3. Konjungtiva pucat
4. hasil lab : Kelemahan
Perdarahan vena
hemorrhoidalis
2. Diagnosa keperawatan :
1. Konstipasi berhubungan dengan ketakutan nyeri saat defekasi.
2. Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.
3. Kelemahan berhubungan dengan perdarahan vena hemorrhoidalis.

3. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Karakteria hasil Intervensi Rasional

1 Konstipasi berhubungan dengan ketakuatan nyeri 1. Pola BAB 1-2x/minggu.


saat defekasi. Setelah dilakukan tindakan 2. Konsistensi feses lunak.
keperawatan selama 2 x 24 jam, konstipasi teratasi. 3. warna feses kuning.
4. klien tidak takut untuk
BAB.
5. tidak ada darah pada feses.
6. tidak ada nyeri pada saat
BAB.
7. Berikan dan anjurka n
minum kurang lebih 2 liter
perhari
8. Berikan posisi fowler pada
tempat tidur
9. Berikan dan anjurka n
makana n tinggi serat. 2
Auskultasi bunyi usus
10. Hindari makanan yang
membentuk gas
11. Mencegah dehidrasi secara
oral
12. Meningkatkan usaha
evakuasi feses
13. Makanan tinggi serat dapat
melancarkan proses defikasi
14. Bunyi usus secara umum
meningkat pada diare dan
menurun pada konstipasi.
15. Menurunkan distres gastrik
dan distensi abdomen.
16. Membantu melancarkan
proses defikasi.
17. untuk mecegah terjadinya
konstipasi
18. Berikan laksatif sesuai
program dokter.
19. pastikan kebiasaan defekasi
pasien dan gaya hidup
sebelumnya
20. anjurkan makanan / cairan
yang tidak mengiritasi jika
masukan oral diberikan
21. yakinkan pola diet / pilihan
makanan
22. berikan rendam duduk
23. kurangi / batasi makanan
seperti produk susu
berulang
24. menurunkan risiko iritasi
hemoroid
25. mempertimbangkan pilihan
menu dapat membantu
dalam mengontrol masalah
26. meningkatkan relaksasi
otot, meminimalkan
ketidaknyamanan
27. makanan ini diketahui
sebagai penyebab konstipasi

2 Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada 1. Wajah pasien tampak


daerah anus. Setelah dilakukan tindakan tenang.
keperawatan selama 3 X 24 jam, nyeri teratasi 2. Pasien mengatakan nyeri
berkurang atau hilang
3. Pasien dapat istirahat tidur
4. Berikan posisi yang nyaman
5. Berikan bantalan dibawah
bokong saat duduk
6. Observasi tanda-tanda vital
7. Ajarkan teknik untuk
mengurangi rasa nyeri
seperti membaca,
menonton, menarik nafas
panjang,menggosok
punggung, dan lain-lain.
8. Pada nyeri awal berikan
kompres dingin
9. Meminimalkan stimulasi/
meningkatkan relaksasi.
10. Meminimalkan tekanan di
bawah bokong/
meningkatkan relaksasi.
11. Untuk menentukan
intervensi selanjutnya 4
12. Pengalihan perhatian
melalui kegiatan-kegiatan
13. klien tidak memegangi
daerah yang nyeri.
14. Tanda-tanda vital normal
TD : 120 / 80 mmHg
15. pada daerah anus 3 – 4 jam
dilanjutkan dengan rendam
duduk hangat 3 – 4 x/hari
16. Berikan lingkungan yang
tenang
17. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian analgetik,
pelunak feces dan
dilakukannya
hemoroidektomi.
18. Meningkatkan relaksasi
ketidaknyamanan fisik.
19. Menurunkan
20. Mengurangi nyeri dan
menurunkan rangsang
sistem saraf simpatis dan
untuk mengangkat
hemoroid.

3 Kelamah-an berhubungan dengan perdarahan vena 1. konjungtiva klien merah


hemorhoidalis Setelah dilakukan tindakan muda.
keperawatan selama 3 X 24 jam, kekurangan nutrisi 2. klien tidak tampak lemah
terpenuhi 3. Hb normal (12-14 g/dl) 4.
tidak ada perdarahan pada
vena hemoroid.
1. Kaji TTV.
2. monitor banyaknya
perdarahan klien.
3. kaji tingkat toleransi
aktifitas klien.
4. memandirikan klien
dalam melakukan
aktifitas sehari-hari.
Kolaborasi :
1. konsultasikan
nutrisi untuk klien
dengan ahli gizi
2. berikan vitamin K
sesuai indikasi.
3. berikan vitamin B12
sesuai indikasi. 1.
untuk menentukan
intervensi yang
tepat.
3. untuk menentukan tingkat
kehilangan cairan.
4. untuk mengetahui tingkat
kelemahan klien.
5. mengurangi

ketergantungan aktifitas klien


dengan bantuan perawat.
Kolaborasi :

1. untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat pada klien.


2. untuk membantu proses pembekuan darah.
3. Pasien dapat melakukan aktivitas mandiri.
4. Klien tidak cepat lelah setelah beraktivitas.
5. Aktifitas klien sudah tidak dibantu oleh perawat.
6. .konsultasi dengan ahli gizi.
7. berikan infus.
8. peningkatan produksi sel darah merah.
9. untuk menentukan diet yang tepat bagi klien.
10. untuk menggantikan banyaknya darah yang hilang selama perdarahan.

4. Implementasi
No Hari, tgl/ jam No.Dx Implementasi Paraf

1 Rabu 10 januari 2011 I . Memberikan dan


08.00 WIB menganjurkan minum
kurang lebih 2 liter
perhari

RH: Klien mengatakan


minum 8 gelas air
perhari

2 11.00 WIB 12.00 WIB II . Memberikan dan


menganjurkan makanan
tinggi serat

RH : Klien mengatakan
makan banyak sayur dan
buah

3 WIB 14.00 WIB III 3.Memberikan laktasif


sesuai program dokter
RH : Klien mengatakan
BAB cair.

4.Menganjurkan pasien
untuk segera BAB bila
timbul keinginan untuk
BAB.
RH: Klien mengatakan
saat ingin BAB segera
untuk BAB.

5. Evaluasi

NO Hari,tgl No. Dx Evaluasi Paraf

1 Jumat,12 I 1. Klien mengatakan pada saat BAB


januari tidak merasakan nyeri.
2011 2. Klien mengatakan sudah tidak
mengedan berlebihan saat BAB.
3. Klien mengatakan pola BAB sudah
teratur ( 1-2x /minggu).
4. Klien mengatakan sudah tidak takut
lagi pada saat BAB.

O:

Distensi abdomen (-)

Tidak teraba massa pada regio bawah


abdomen.

A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang
diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah
hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari
adanya hemoroid adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja
mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek
sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,diantaranya adalah terjadi
trombosis,peradangan,dan terjadi perdarahan.Hemoroid juga dapat menimbulkan
cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya.
B. Saran
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan
pengobatannya pada penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahan-
pencegahan terjadinya hemoroid dengan cara :
- Makan makanan tinggi serat, vitamin K, dan vitamin B12.
- Sarankan untuk tidak banyak duduk atau kegiatan yang menenkan daerah bokong.
- Sarankan untuk tidak terlalu kuat saat mengedan karena dapat menambah besar
hemoroid.
- Sarankan agar mengurangi makan makanan pedas yang dapat mengiritasi
hemoroid.
- Sarankan untuk melakukan hemoroidektomi apabila stadium hemoroid telah
mencapai derajat 3 hemoroid interna untuk mencegah terjadinya infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.

Djuhari,Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Doenges


(2001). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.

Lauralee,Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC

Parakrama,Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.

Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC Schrock, Theodore
R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC. Diposkan
oleh Vian's di 03:52

Anda mungkin juga menyukai