PENYAKIT HEMOROID
DI SUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep asuhan keperawatan pada klien hemoroid.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi
klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan pada klien hemoroid.
(2). Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien hemoroid.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering
terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan
perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat
awam. Sudah pasti kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman.
Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan
sampai aspek sosial.
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh
darah, walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir
mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah
pembuluh darah kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah
vena hemoroidalis di daerah anorektal. (dr.delken kuswanto).
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada
kulit merupakan reseptor rasa sakit .
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau
lebih dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh
darah.
D. Etiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik
dari vena hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah digunakan, termasuk
konstipasi/diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prosfat;
fibroma arteri dan tumor rectum. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal
sering mengakibatkan hemoroid karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke
dalam system portal. Selain itu system portal tidak mempunyai katup sehingga mudah
terjadi aliran balik.
E. Tanda-tanda gejala
a. Tanda
1. Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feses
yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur
dengan feses. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah
segar karena kaya akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
2. Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna
dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan
radang.
b. Gejala
1. Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2. Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi
spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi
dan akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
3. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri
hemoroid yang mengalami prolap menetap.
4. Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan
Dalam praktiknya, sebagian besar pasien tanpa gejala.
Gejala yang paling sering ditemukan adalah perdarahan lewat dubur, nyeri,
pembengkakan atau penonjolan di daerah dubur, sekret atau keluar cairan melalui
dubur, rasa tidak puas waktu buang air besar, dan rasa tidak nyaman di daerah
pantat. (Merdikoputro, 2006). Perdarahan umumnya merupakan tanda utama pada
penderita hemorrhoid interna akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang
keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat hanya berupa
garis pada anus atau kertas pembersih sampai pada pendarahan yang terlihat
menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah
yang keluar berwarna merah segar.
Prolaps, jika tidak diobati biasanya menjadi kronik karena muskularis tetap
teregang, dan penderita mengeluh mengotori celana dalamnya dengan nyeri sedikit.
Hemorhoid yang prolaps bisa terinfeksi atau mengalami trombosis, membrane
mukosa yang menutupinya dapat berdarah banyak akibat trauma pada defekasi.
(Isselbacher, dkk, 2000) Hemorrhoid eksterna, karena terletak di bawah kulit cukup
sering terasa nyeri, terutama jika ada peningkatan mendadak pada massanya.
Peristiwa ini menyebabkan pembengkakan biru yang terasa nyeri pada pinggir anus
akibat trombosis sebuah vena pada pleksus eksterna dan tidak harus berhubungan
dengan pembesaran vena interna. Karena trombus biasanya terletak pada batas otot
sfingter, spasme anus sering terjadi. Hemorrhoid eksterna mengakibatkan spasme
anus dan menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri yang dirasakan penderita dapat
menghambat keinginan untuk defekasi. Tidak adanya keinginan defekasi, penderita
hemorhoid dapat terjadi konstipasi. Konstipasi disebabkan karena frekuensi
defekasi kurang dari tiga kali per minggu. (Isselbacher, dkk,1999). Hemorhoid
yang dibiarkan, akan menonjol secara perlahan-lahan. Mula-mula penonjolan hanya
terjadi sewaktu buang air besar dan dapat masuk sendiri dengan spontan. Namun
lama-kelamaan penonjolan itu tidak dapat masuk ke anus dengan sendirinya
sehingga harus dimasukkan dengan tangan. Bila tidak segera ditangani, hemorhoid
itu akan menonjol secara menetap dan terapi satu-satunya hanyalah dengan operasi.
Biasanya pada celana dalam penderita sering didapatkan feses atau lendir yang
kental dan menyebabkan daerah sekitar anus menjadi lebih lembab. Sehingga sering
pada kebanyakan orang terjadi iritasi dan gatal di daerah anus. (Murbawani, 2006)
F. Patofisiologi
Faktor penyebab faktor-faktor hemoroid adalah mengedan saat defekasi,
konstipasi menahun, kehamilan dan obesitas. Keempat hal diatas menyebabkan
peningkatan tekanan intra abdominal lalu di transmisikan ke derah anorektal dan elevasi
yang tekanna yang berulang-ulang mengakibatkan vena hemoroidalis mengalami prolaps.
Hasil di atas menimbulkan gejala gatal atau priritus anus akibat iritasi hemoroid dengan
feses,dan ada udema dan peradangan akibat infeksi yang terjadi saat ada luka akibat
perdarahan. Proses di atas menimbulkan diagnosa gangguan intregritas kulit, nyeri,
kekurangan volume cairan, dan kelemahan . Mengedan saat defekasi Konstipasi menahun
Kehamilan Obesitas Peningkatan tekanan intra abdominal. Ditransmisi ke daerah
anorektal Elevasi tekanan yang berulang-ulang. Vena heroidalis mengalami prolaps
Hemoroid.
Gatal atau Pruritus Anus Perdarahan Udema dan Radang Gangguan Integritas
Kulit Nyeri Nyeri Kekurangan Kelemahan Volume Cairan.
G. Pathway
Hemoroid
Derajat III, IV Kronik
HEMOROIDEKTERMI
H. Manifestasi Klinis
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan perdarahan
berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan
nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.Trombosis
adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area
tersebut dan nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai
hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps.
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur).
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput
lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar
yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rektum.
3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena
hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus
diperiksa terhadap adanya darah samar.
3. Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya
alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan
terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan
nyeri yang minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena saraf rasa nyeri
ikut terpatri. Di anus, terdapat banyak saraf. Pada bedah konvensional, saat post
operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut saraf
terbuka akibat serabut saraf tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut saraf dan selubung saraf menempel jadi satu,
seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi,
dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi
direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan mengering.
Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan.
4. Bedah Stapler
Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti
senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya. Pada dasarnya
hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah
sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m.sfingter
ini untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari
dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya
ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi
anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan
saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua. Mula-mula jaringan hemoroid yang
prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke
tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator.
Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan
ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid
tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan
memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong jaringan
yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai
darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan
sendirinya. Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak
mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan
dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit,
pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.
K. Komplikasi
1. Terjadi trombosis Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku
dan terjadi trombosis.
2. Peradangan Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi
dan meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman - kumannya.
3. Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan akut pada
umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar.
Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan
apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat
banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat
menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa
mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak
menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya
mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk
lagi(inkarserata/ terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis
dan bisa mengakibatkan kematian.
BAB II
A. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
- Identitas pasien
- Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan
pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
Pemeriksaan Fisik
Aktivitas/istirahat
No Gejala Tanda
Eliminasi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operatif
- Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat ) berhubungan dengan pecahnya vena
plexus hemmoroidalis ditandai dengan perdarahan yang terus - menerus waktu
BAB.
- Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau anus, yang
ditandai benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah anus.
- Personal hygene pada anus kurang berhubungan dengan massa yang keluar pada
daerah eksternal.
b. Postoperasi
- Gangguan rasa nyaman (Nyeri) pada luka operasi berhubungan dengan adanya
jahitan pada luka operasi dan terpasangnya cerobong angin.
- Resikol terjadinya infeksi pada luka berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat
- Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan dirumah.
3. Intervensi
a. Preoperatif
1. Dapat
mengurangi
perangsangan
pada daerah
anus sehingga
tidak terjadi
perdarahan.
2. Pendidikan
tentang
diet,membantu
keikut sertaan
pasien dalam
meningkatkan
keadaan
penyakitnya.
3. Pasien dengan
pecahnya vena
plexus
hemoriodalis
perlu obat
yang dapat
membantu
pencegahan
terhadap
perdarahan
yang
mememrlukan
penilaian
terhadap
respon secara
periodik. vena
flexus
hemmoroidalis
perlu obat
yang dapat
membantu
pencegahan
terhadap
perdarahan
yang
memerlukan
penilayan
terhadap
respon obat
tersebut secara
periodik.
Pendidikan tentang
hal tersebut
membantu dalam
keikut sertaan pasien
untuk mencegah /
mengurangi rasa
nyeri.
Dapat melunakan
feces dan dapat
mengurangi pasien
agar tidak mengejan
saat defikasi.
b. Postoperatif
Deteksi dini
terjadinya proses
infeksi dan /
pengawasan
penyembuhan luka
oprasi yang ada
sebelumnya.
Mencegah meluas
dan membatasi
penyebaran luas
infeksi atau
kontaminasi silang.
mengurangi /
mencegah
kontaminasi daerah
luka.
Mengurangi
ransangan pada
anus dan mencegah
mengedan pada
waktu defikasi.
A. KASUS
1. Pengkajian
Ny. B ( 37 th ) didiagnosa hemoroid sejak kehamilan anak keduanya. Hemoroid
semakin parah setelah klien melahirkan anak kembarnya secara normal kurang lebih
1,5 tahun yang lalu. Sejak saat itu klien mengalami hemoroid yang sering kambuh
dan sembuh dengan pengobatan. Saat ini klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah
anus. Nyeri saat duduk dan berbaring terutama saat tidur malam hari. Klien
menceritakan BAB terakhir seminggu yang lalu terasa sangat nyeri dan keluar darah
segar bersama feses, bahkan darah menetes setelah BAB. Menurut klien BAB
terakhir sangat keras, sehingga harus mengedan karenanya hemoroid klien kambuh
lagi. Menurut klien, pola BABnya memang tidak normal dari dulu, klien BAB 1-2 /
minggu walaupun sering makan sayur dan buah – buahan. Klien mengatakan saat ini
hampir seminggu belum BAB karena takut merasakan nyeri dan perdarahan seperti
sebelumnya.
Perawat melakukan pemeriksaan fisik didapatkan data :
TD = 90/60 mmHg
N = 96x/ menit, S = 36,70C ,
P = 18x/ menit. Klien tampak lemah, konjungtiva pucat, distensi abnomen ( + ),
teraba massa pada regio bawah abdomen, pemeriksaan anus adanya benjolan di
bawah kulit kanalis analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru – biruan , berukuran
kurang lebih 1cm, benjolan harus di dorong dengan tangan agar masuk ke dalam
anus.
Hasil Lab Hb = 8.9 gr / dl, dokter mengatakan klien menderita hemoroid derajat III
dan disarankan untuk melakukan hemoroidektomi. Klien mengaku cemas untuk
melakukan operasi, klien lebih memilih pengobatan seperti biasanya.
1. Data Fokus Ds :
a. Klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anus.
b. Klien mengeluh nyeri pada saat duduk dan berbaring terutama saat tidur malam
hari.
c. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa sangat nyeri dan keluar darah
srgar bersama dengan feses,bahkan darah menetes saat BAB.
d. Klien mengeluh BAB terakhir saat keras,sehingga harus mengedan karena
hemoroid klien kambuh lagi.
e. Klien mengeluh pola BAB memang tidak normal dari dulu,klien BAB 1-2
kali /minggu, walupun sering makan sayur dan buah-buahan.
f. Klien mengatakan saat ini hampir seminggu belum BAB karena takut meresakan
nyeri dan perdarahan seperti sebelumnya.
g. Klien mengatakan hemoroid semakin parah setelah klien melahirkan anak
kembarnya secara normal kurang lebih 1,5 tahun yang lalu.
h. Klien mengatakan hemoroid sering kambuh dan sembuh dengan pengobatan. 9.
Klien mengaku cemas untuk operasi, klien memilih pengobatan seperti biasa.
2. Do :
a. TTV : TD = 90/60 mmHg, N = 96 X /menit, S = 36,7 oC, P = 18 X /menit
b. Klien tampak lemah
c. Konjungtiva pucat
d. Distensi abdomen (+)
e. Teraba massa pada regio bawah abdomen
f. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit kanalis analis yang nyeri, tegang,
berwarna kebiru – biruan, berukuran 1 cm, benjolan harus didorong dengan tangan
agar masuk kedalam anus.
g. Hasil Lab : Hb = 8,9 gr/dl
h. Dokter mengatakan klien menderita hemoroid derajat III dan disarankan untuk
melakukan hemoroidektomi.
No Masalah Keperawatan etologi
1 Ds :
2 Do:
1.
Do:
3. Intervensi
4. Implementasi
No Hari, tgl/ jam No.Dx Implementasi Paraf
RH : Klien mengatakan
makan banyak sayur dan
buah
4.Menganjurkan pasien
untuk segera BAB bila
timbul keinginan untuk
BAB.
RH: Klien mengatakan
saat ingin BAB segera
untuk BAB.
5. Evaluasi
O:
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang
diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah
hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari
adanya hemoroid adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja
mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek
sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,diantaranya adalah terjadi
trombosis,peradangan,dan terjadi perdarahan.Hemoroid juga dapat menimbulkan
cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya.
B. Saran
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan
pengobatannya pada penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahan-
pencegahan terjadinya hemoroid dengan cara :
- Makan makanan tinggi serat, vitamin K, dan vitamin B12.
- Sarankan untuk tidak banyak duduk atau kegiatan yang menenkan daerah bokong.
- Sarankan untuk tidak terlalu kuat saat mengedan karena dapat menambah besar
hemoroid.
- Sarankan agar mengurangi makan makanan pedas yang dapat mengiritasi
hemoroid.
- Sarankan untuk melakukan hemoroidektomi apabila stadium hemoroid telah
mencapai derajat 3 hemoroid interna untuk mencegah terjadinya infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.
Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC Schrock, Theodore
R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC. Diposkan
oleh Vian's di 03:52