Anda di halaman 1dari 36

Laporan kasus

BABI

PENDAHULUAN

Kata hemorrhoid berasal dari kata haemorrhoides (Yunani) yang berarti aliran
darah (haem = darah, rhoos = aliran) jadi dapat diartikan sebagai darah yang mengalir
keluar.1 Hemoroid adalah pembengkakan submukosa pada lubang anus yang mengandung
pleksus vena, arteri kecil, dan jaringan areola yang melebar. 2 Hemoroid timbul akibat
kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik vena hemoroidalis.

Hemoroid dapat mengenai segala usia, bahkan kadang-kadang dapat dijumpai pada
anak kecil. Walaupun hemoroid tidak mengancam keselamatan jiwa, tetapi dapat
menyebabkan perasaan yang tidak nyaman. Gejala yang dirasakan, yaitu rasa gatal,
terbakar, pendarahan, dan terasa sakit. Hanya apabila hemoroid menyebabkan keluhan atau
penyulit, maka dilakukan tindakan.

Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang memegang
peranan kausal ialah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, dan
obesitas.1 Hemoroid dibagi dalam dua jenis, yaitu hemoroid interna dan hemoroid eksterna.
Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Sedangkan
hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang
digunakan, maka hemoroid interna timbul di sebelah dalam otot sfingter ani dan hemoroid
eksterna timbul di sebelah luar otot sfingter ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang
disebabkan gangguan aliran balik vena hemoroidalis.3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Rektum panjangnya 15 - 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula - mula mengikuti


cembungan tulang kelangkang, fleksura sakralis, kemudian membelok kebelakang pada
ketinggian tulang ekor dan melintas melalui dasar panggul pada fleksurapermealis.
Akhirnya rektum menjadi kanalis analis dan berakhir jadi anus.

Kanalis analis pada dua pertiga bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yang
sedikit bertanduk yang mengandung persarafan sensoris yang bergabung dengan kulit
bagian luar, kulit ini mencapai ke dalam bagian akhir kanalis analis dan mempunyai
epidermis berpigmen yang bertanduk rambut dengan kelenjar sebacea dan kelenjar keringat.

Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ectoderm,


sedangkan rectum berasal dari entoderm. Karena perbedaan asal anus dan rektum ini, maka
pendarahan, persarafan, serta aliran vena dan limfe berbeda, demikian pula epitel yang
menutupinya. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler usus, sedangkan kanalis analis oleh
endoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Daerah batas rektum
dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel.

Mukosa paruh atas canalis ani berasal dari ektoderm usus belakang (hind guf).
Gambaran anatomi yang penting adalah : 4

1. Dibatasi oleh epitel selapis thoraks.

2. Mempuyai lipatan vertikal yang dinamakan collum analis yang dihubungkan satu
sama lain pada ujung bawahnya oleh plica semilunaris yang dinamakan valvula
analis (sisa membran proctedeum.
3. Persaratannya sama seperti mukosa rectum dan berasal dari saraf otonom pleksus
hypogastricus. Mukosanya hanya peka terhadap regangan.

4. Arteri yang memasok adalah arteri yang memasok usus belakang, yaitu arteri
rectalis superior, suatu cabang dari arteri mesenterica inferior. Aliran darah vena
terutama oleh vena rectalis superior, suatu cabang v. Mesenterica inerior.
5. Aliran cairan limfe terutama ke atas sepanjang arteri rectalis superior menuju nodi
lympatici para rectalis dan akhirnya ke nodi lympatici mesenterica inferior.

Mukosa paruh bawah canalis ani berasal dari ektoderm proctodeum dengan struktur
sebagai berikut :

1. Dibatasi oleh epitel berlapis gepeng yang lambat laun bergabung pada anus dengan
epidermis perianal.
2. Tidak mempunyai collum analis
3. Persarafan berasal dari saraf somatis n. rectalis inferior sehingga peka terhadap
nyeri, suhu, raba, dan tekan.
4. Arteri yang memasok adalah a. rectalis inferior, suatu cabang a. pudenda interna.
Aliran vena oleh v. rectalis inferior, muara dari v. pudenda interna, yang
mengalirkan darah vena ke v. iliaca interna.
5. Aliran cairan limfe ke bawah menuju nodi lympatici inguinalis superficialis

© Elsevier. Burkitt et al: Essential Surgery 4e - www.studentconsult.com

Gambar 3.1 Anatomi amis


Hemoroid dibedakan antara yang intema dan eksterna. Hemoroid interna adalah
pleksus vena hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan dan ditutupi oleh
mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa
pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan
depan (jam 7 ), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3). Hemoroid yang lebih kecil
terdapat di antara ketiga letak primer tesebut.56

Hemoroid eksteran merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior


terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.

Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus saling berhubungan secara longgar
dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah bawah dan
anus. Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke v.hemoroidalis superior dan
selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran
sistemik melelui daerah perineum dan lipat paha ke v.iliaka.

2.2 Klasifikasi

Secara klinis, hemoroid interna dibagi atas 4 derajat:

1. Hemoroid interna derajat I. Merupakan hemoroid stadium awal.


Hemoroid hanya berupa benjolan kecil didalam kanalis anal pada saat vena-
vena mengalami distensi ketika defekasi.
2. Hemoroid interna derajat II. Hemoroid berupa benjolan yang lebih besar, yang
tidak hanya menonjol ke dalam kanalis anal, tapi juga turun kearah lubang anus.
Benjolan ini muncul keluar ketika penderita mengejan, tapi secara spontan
masuk kembali kedalam kanalis anal bila proses defekasi telah selesai.

3. Hemoroid interna derajat III. Benjolan hemoroid tidak dapat masuk kembali
secara spontan. Benjolan baru masuk kembali setelah dikembalikan dengan
tangan ke dalam anus.

4. Hemoroid interna derajat IV. Hemoroid yang telah berlangsung sangat lama
dengan bagian yang tertutup kulit cukup luas, sehingga tidak dapat
dikembalikan dengan baik ke dalam kanalis anal.

Tabel 3.1. Pembagian derajat hemoroid interna


Hemoroid Interna
Derajat Berdarah Menonjol Reposisi
I (+) (-) (-)

II (+) (+) Spontan


III (+) (+) Manual
IV (+) Tetap Tidak dapat

Sedangkan hemoroid eksterna merupakan pelebaran pleksus hemoroidalis inferior, terletak


di sebelah bawah linea dentata, pada bagian yang dilapisi oleh kulit. Hemoroid eksterna
diklasifikasikan sebagai akut dan kronik.

1. Hemoroid eksterna akut. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Bentuk ini sering sangat nyeri dan
gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.

2. Hemoroid eksterna kronik. Disebut juga skin tag, berupa satu atau lebih lipatan
kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

2.3 Faktor Resiko


• Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus
hemoroidalis kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya.
• Umur : pada umur tua teijadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot
sfingter menjadi tipis dan atonis.
• Keturunan : dinding pembuluh darah lemah dan tipis.
Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat barang
berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
• Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra
abdomen, misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan sering
mengejan pada waktu defekasi.
• Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena
ada sekresi hormone relaksin.
• Fisiologi : bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada penderita sirosis
hepatis.7
2.4 Manifestasi Klinis

Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau “wasir” tanpa ada hubungannya
dengan gejala rektum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada
hubungannya dengan hemoroid intema dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang
mengalami trombosis.

Perdarahan dapat teijadi pada grade 1-4. Perdarahan merupakan penentu utama
hemoroid pada grade 1. Perdarahan pada hemoroid berhubungan dengan proses mengejan.
Ini menjadi pembeda dengan perdarahan yang diakibatkan oleh hal lain. Pada pasien
hemoroid darah keluar bila pasien mengejan dan berhenti bila pasien berhenti mengejan,
sedangkan perdarahan karena sebab lain tidak mengikuti pola tersebut. Perdarahan
umumnya merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh faeces yang
keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan faeces, dapat
hanya berupa garis pada faeces atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat
menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah.
Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar
menyebabkan prolaps. Benjolan atau prolaps teijadi pada grade 2-4. Pada tahap awal,
penonjolan ini hanya teijadi pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah
defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong kembali
setelah defekasi agar masuk kembali ke dalam anus.

Pada akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps
menetap dan tidak bisa didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya faeces pada
pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit
perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini
disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus. Nyeri hanya
timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan udem dan radang. 8 Gejala-gejala anemi
sekunder, dapat berupa sesak nafas bila bekerja, pusing bila berdiri, lemah, pucat.

2.5 Patofisiologi

Kebiasaan mengedan lama dan berlangsung kronik merupakan salah satu risiko
untuk teijadinya hemorrhoid. Peninggian tekanan saluran anus sewaktu beristirahat akan
menurunkan venous return sehingga vena membesar dan merusak jar. ikat penunjang
Kejadian hemorrhoid diduga berhubungan dengan faktor endokrin dan usia.

Hubungan teijadinya hemorrhoid dengan seringnya seseorang mengalami


konstipasi, feses yang keras, multipara, riwayat hipertensi dan kondisi yang menyebabkan
vena-vena dilatasi hubungannya dengan kejadian hemmorhoid masih belum jelas
hubungannya.

Hemorhoid interna yang merupakan pelebaran cabang-cabang v. rectalis superior


(v. hemoroidalis) dan diliputi oleh mukosa. Cabang vena yang terletak pada colllum analis
posisi jam 3,7, dan 11 bila dilihat saat pasien dalam posisi litotomi mudah sekali menjadi
varises. Penyebab hemoroid interna diduga kelemahan kongenital dinding vena karena
sering ditemukan pada anggota keluarga yang sama. Vena rectalis superior merupakan
bagian paling bergantung pada sirkulasi portal dan tidak berkatup. Jadi berat kolom darah
vena paling besar pada vena yang terletak pada paruh atas canalis ani. Disini jaringan ikat
longgar submukosa sedikit memberi penyokong pada dinding vena. Selanjutnya aliran balik
darah vena dihambat oleh kontraksi lapisan otot dinding rectum selama defekasi. Konstipasi
kronik yang dikaitkan dengan mengedan yang lama merupakan faktor predisposisi.
Hemoroid kehamilan sering teijadi akibat penekanan vena rectalis superior oleh uterus
gravid. Hipertensi portal akibat sirosis hati juga dapat menyebabkan hemoroid.
Kemungkinan kanker rectum juga menghambat vena rectalis superior.

Hemoroid eksterna adalah pelebaran cabang-cabang vena rectalis (hemorroidalis)


inferior waktu vena ini berjalan ke lateral dari pinggir anus. Hemorroid ini diliputi kulit dan
sering dikaitkan dengan hemorroid interna yang sudah ada. Keadaan klinik yang lebih
penting adalah ruptura cabang-cabang v. rectalis inferior sebagai akibat batuk atau
mengedan, disertai adanya bekuan darah kecil pada jaringan submukosa dekat anus.
Pembengkakan kecil berwarna biru ini dinamakan hematoma perianal.

Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan secara


longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah
bawah dan anus. Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke v. hemoroid superior dan
selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran
sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke daerah v. Iliaka. Benjolan atau prolaps
teijadi pada grade 2-4.

2.6 Diagnosis

Anamnesis

Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yamg
membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi ( mengejan ), pasien sering duduk berjam-
jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila teijadi peradangan. Pemeriksaan umum tidak
boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti sindrom
hipertensi portal. Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi
trombosis. Bila hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel
penghasil musin akan dapat dilihat apabila penderita diminta mengejan.

Pemeriksaan Fisik

A. Inspeksi:
Dilihat kulit di sekitar perineum dan dilihat secara teliti adakah jaringan / tonjolan yang
muncul.
B. Palpasi:
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat
diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan
menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar.
Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. 6
C. Anoskopi:
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat
sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta
mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps
akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak,besarnya dan keadaan lain
dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan. 6-8
D. Proktosigmoidoskopi:
Dilakukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau
keganasan di tingkat yang lebih tinggi, karena hemorrhoid merupakan keadaan yang
fisiologis saja ataukan ada tanda yang menyertai.

2.7 Diagnosis Banding


Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemoroid interna yang juga teijadi
pada :

1. Karsinoma kolorektum
2. Penyakit divertikel
3. Polip
4. Kolitis ulserosa

Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolon dan kolonoskopi perlu
dipilih secara selektif bergantung pada keluhan dan gejala penderita. Prolaps rektum juga
harus dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid interna. 6

2.8 Penatalaksanaan

Non Invasive Treatment


Terapi obat-obatan (medikamentosa) / diet

Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua dapat ditolong
dengan tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri
atas makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah-buahan. Makanan ini membuat
gumpalan isi usus besar, namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi
keharusan mengejan berlebihan. Pasien juga harus mendapat edukasi agar jangan mengedan
terlalu lama, membiasakan selalu defekasi, jangan ditunda, dan minum air putih 8 gelas
sehari
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali
efek anestetik dan astringen. Hemoroid interna yang mengalami prolaps oleh karena udem
umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan tirah baring dan
kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan dengan cairan
hangat juga dapat meringankan nyeri. 6
Obat Hydroksyethylen yang dapat diberikan
dikatakan dapat mengurangi edema dan inflamasi. Kombinasi Diosmin dan Hesperidin
(ardium) yang bekerja pada vascular dan mikro sirkulasi dikatakan dapat menurunkan
desensibilitas dan stasis pada vena dan memperbaiki permeabilitas kapiler. Ardium
diberikan 3x2tab selama 4 hari kemudian 2x2 selama 3 hari dan selanjutnya lxltab.

Ambulatory Treatment

A. Skleroterapi

Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5%


fenol dalam minyak nabati atau larutan quinine dan urea 5%. Penyuntikan diberikan
ke submukosa dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna
dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan
meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan
dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada
tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.Penyulit penyuntikan termasuk infeksi,
prostatitis akut jika masuk dalam prostat, dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat
yang disuntikan. Terapi ini cocok untuk hemorrhoid interna grade I yang disertai
perdarahan Kontra indikasi teknik ini adalah pada keadaan inflammatory bowel
desease, hipertensi portal, kondisi immunocomprommise, infeksi anorectal, atau
trombosis hemorrhoid yang prolaps. Komplikasi sklerotherapy biasanya akibat
penyuntikan cairan yang tidak tepat atau kelebihan dosis pada satu tempat.
Komplikasi yang paling sering adalah pengelupasan mukosa, kadang bisa
menimbulkan abses.

Terapi suntikan bahan sklerotik bersama nasehat tentang makanan merupakan


terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II, tidak tepat untuk
hemoroid yang lebih parah atau prolaps.6-8

B. Ligasi dengan gelang karet

Merupakan pilihan kebanyakan pasien dengan derajat I dan II yang tidak


menunjukkan perbaikan dengan perubahan diet, tetapi dapat juga dilakukan pada
hemorrhoid derajat III. Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat
ditangani dengan ligasi gelang karet menurut Barron. Dengan bantuan anoskop,
mukosa di atas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke tabung
ligator khusus. Gelang karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di
sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Pada satu kali terapi hanya diikat
satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu
2-4 minggu.

Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya garis
mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh
dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan infeksi. Perdarahan
dapat teijadi waktu hemoroid mengalami nekrosis, biasanya setelah 7-10 hari. 6-9

C. Krioterapi / bedah beku

Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika
digunakan dengan cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada
sambungan anus rektum, maka krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan yang
terlihat pada ligasi dengan gelang karet dan tidak ada nyeri. Dingin diinduksi
melalui sonde dari mesin kecil yang dirancang bagi proses ini. Tindakan ini cepat
dan mudah dilakukan dalam tempat praktek atau klinik. Terapi ini tidak dipakai
secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Krioterapi ini
lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang ireponibel. 9
D. Infra Red Coagulation (IRC ) / Koagulasi Infra Merah

Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan
photocuagulation, tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis pada
jaringan dan akhirnya fibrosis. Sinar koagulator infra merah (fRC) menembus
jaringan ke submukosa dan dirubah menjadi panas, menimbulkan inflamasi,
destruksi jaringan di daerah tersebut. Cara ini baik digunakan pada hemoroid yang
sedang mengalami perdarahan. . Daerah yang akan dikoagulasi diberi local anestesi
terlebih dahulu. Komplikasi biasanya jarang terjadi, umumnya berupa koagulasi
pada daerah yang tidak tepat.8

E. Bipolar Coagulation / Diatermi bipolar

Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas yaitu menimbulkan
nekrosis jaringan dan akhirnya fibrosis. Namun yang digunakan sebagai penghancur
jaringan yaitu radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi. Pada terapi dengan
diatermi bipolar, selaput mukosa sekitar hemoroid dipanasi dengan radiasi
elektromagnetik berfrekuensi tinggi sampai akhirnya timbul kerusakan jaringan.
Cara ini efektif untuk hemoroid interna yang mengalami perdarahan. 3

Terapi Bedah

Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional
( menggunakan pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat pemotong) dan
bedah stapler ( menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).

A. Hemoroidektomi
Terapi Bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada
penderita hemoroid derajat III atau IV. Tetapi bedah juga dapat dilakukan pada penderita
dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan cara terapi lainya yang
lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami tromsosis dan kesakitan
yang hebat dapat ditolong segera denga hemoroidektomi.

Prinsip yang harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalah eksisi hanya dilakukan
pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada
anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. 56
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :

1. Teknik Milligan - Morgan

Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini
dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari rektum.
Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis.
Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.

Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips dibuat
dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan
eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara
keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena
dibawah kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus
ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.

Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu.
Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu
banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak
jaringan. 9

2. Teknik Whitehead

Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan
mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan
mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas
mukosa kembali.

3. TeknikLangenbeck

Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan
jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem.
Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering
digunakan karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut
sekunder yang biasa menimbulkan stenosis.6
Gambar 2.2
Open (Milligan-Morgan) hemorrhoideciomy
Gambar 3.4

Gambar 3.5
Whitehead hemorrhoideciomy

B. Haemorrhoidal artery ligaton


metode HAL berguna untuk penatalaksanaan hemoroid grade rendah- sedang, dan sangat berguna dalam
mengurangi gejala dari hemoroid. Ligasi
bertujuan untuk mengurangi suplai darah yang menyebabkan hernia dan mengembalikan
ke bentuk semula. Metode ini menggunakan flexi probe yang dimasukkan ke dalam
anus dengan pasien litotomi, dan probe diputar secara perlahan untuk mencari arteri.
Suara dopler yang paling keras menandakan titik tengah dari arteri. Setelah arteri
ditemukan, kemudian arteri diligasi. Kemudian probe di putar kembali untuk mencari
arteri lainnya dan ligasi kembali. Lima sampai delapan arteri akan di temukan selama
prosedur, tetapi jumlah yang diligasi berbeda antara satu pasien dengan lainnya. 11

Gambar 3.6
Metode HAL

C. Recto anal repair


Metode RAR digunakan untuk mengatasi hemoroid yang prolaps yang teijadi
ketika grade dari hemoroid sudah tinggi. RAR terkait dengan satu atau lebih mucopexies
dari laringan yang prolaps, dan dikerjakan setelah arteri diligasi.
Probe diletakkan seperti pada saat ligasi, kemudian jahitan pertama dibuat
seproximal mungkin, kemudian handel diputar untuk menampakan daerah yang lebih
distal. Kemudian jahitan secara continous dilakukan dengan jarak 7-10 mm antar
jahitan. Jahitan terakhir pada daerah proximal dari linea dentata. Kemudian ujung
benang di simpulkan pada awal jahitan sehingga menyebabkan jaringan yang prolaps
terangkat ke atas.12
Gambar 3.7
Metode RAR

Gambar 3.8

Metode HAL/RAR
D. Stapling procedure
Bisa dilakukan dengan posisi pasien prone jackknife, lithotomy, atau left lateral.
Metode anestesi yang digunakan bisa lokal, spinal, dan umum. A circular anal dilator
diletakkan pada anal canal sehingga mengurang prolaps dari jaringan. Obturator di lepas
sehingga jaringan yang prolaps akan tampak lagi kedalam lumen dilator. Jahitan secara
melingkar diletakkan 4-6 cm diatas line dentata. Circular stpaler dibuka dan bagian
paling proksimal dari stapler diletakkan diatas jahitan. Kemudian jahitan di simpulkan.
Kemudian traksi dilakukan sehingga jaringan yang prolaps masuk kedalam lumen
dilator. Kemudian stapler di kencangkan dan di tembakkan. Daerah yang distapler haru
dimonirot keadaan hemostasisnya.
Gambar 3.9
Stapling Method

Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang
dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat
stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari
titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk
mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang
berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat
, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan
terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti
sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.

Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak


mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan
dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 - 45 menit,
pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat. 7-8-10
Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :

1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan kerusakan
dinding rektum.
2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam jangka
waktu pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk
memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan
mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.

3.9 Tindakan pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis

Keadaan ini bukan hemoroid dalam arti yang sebenarnya tetapi merupakan
trombosis vena hemoroid eksterna yang terletak subkutan di daerah kanalis analis.
Trombosis dapat teijadi karena tekanan tinggi di vena tersebut misalnya ketika
mengangkat barang berat, batuk, bersin, mengejan, atau partus. Vena lebar yang
menonjol itu dapat teijepit sehingga kemudian terjadi trombosis. Kelainan yang nyeri
sekali ini dapat teijadi pada semua usia dan tidak ada hubungan dengan ada/tidaknya
hemoroid interna, kadang terdapat lebih dari satu trombus.

Keadaan ini ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit kanalis analis yang
nyeri sekali, tegang dan berwarna kebiru-biruan, berukuran dari beberapa milimeter
sampai satu atau dua sentimeter garis tengahnya. Benjolan itu dapat unilobular, dan
dapat pula multilokuler atau beberapa benjolan. Ruptur dapat teijadi pada dinding vena,
meskipun biasanya tidak lengkap, sehingga masih terdapat lapisan tipis adventitiia
menutupi darah yang membeku.

Pada awal timbulnya trombosis, terasa sangat nyeri, kemudian nyeri berkurang
dalam waktu dua sampai tiga hari bersamaan dengan berkurangnya udem akut. Ruptur
spontan dapat teijadi diikuti dengan perdarahan. Resolusi spontan dapat pula teijadi
tanpa terapi setelah dua sampai empat hari.5

Terapi

Keluhan dapat dikurangi dengan rendam duduk menggunakan larutan hangat,


salep yang mengandung analgesik untuk mengurangi nyeri atau gesekan pada waktu
berjalan, dan sedasi. Istirahat di tempat tidur dapat membantu mempercepat
berkurangnya pembengkakan.

Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat ditolong dan berhasil baik dengan
cara segera mengeluarkan trombus atau melakukan eksisi lengkap secara
hemoroidektomi dengan anestesi lokal. Bila trombus sudah dikeluarkan, kulit dieksisi
berbentuk elips untuk mencegah bertautnya tepi kulit dan pembentukan kembali
trombus dibawahnya. Nyeri segera hilang pada saat tindakan dan luka akan sembuh
dalam waktu singkat sebab luka berada di daerah yang kaya akan darah.

Trombus yang sudah terorganisasi tidak dapat dikeluarkan, dalam hal ini terapi
konservatif merupakan pilihan. Usaha untuk melakukan reposisi hemoroid ekstern yang
mengalami trombus tidak boleh dilakukan karena kelainan ini terjadi pada struktur luar
anus yang tidak dapat direposisi 5

Dilatasi anus merupakan salah satu pengobatan pada hemoroid interna yang
besar, prolaps, berwarna biru dan sering berdarah atau yang biasa disebut hemoroid
strangulasi. Pada pasien hemoroid hampir selalu teijadi karena kenaikan tonus sfingter
dan cincin otot sehingga menutup di belakang massa hemoroid menyebabkan
strangulasi. Dilatasi dapat mengatasi sebagian besar pasien hemoroid strangulasi, akan
terjadi regresi sehingga setidak-tidaknya akan teijadi penyembuhan sementara. Dilatasi
tidak boleh dilakukan jika sfingter relaksasi ( jarang pada strangulasi), karena bisa
menyebabkan inkontinensia flatus atau tinja atau kedua-duanya yang mungkin menetap.

Anestesi umum dilakukan dan pasien diletakkan pada posisi lateral kiri atau
posisi litotomi. Dengan hati-hati anus diregangkan cukup luas sehingga dapat dilalui 6-8
jari. Sangat penting sekali bahwa untuk prosedur ini diperlukan waktu yang cukup agar
tidak merobekkan jaringan. Satu menit untuk sebesar satu jari sudah cukup (berarti
dibutuhkan waktu 6-8 menit), terutama jika kanalis agak kaku. Selama prosedur
tersebut, sfingter anus dapat terasa memberikan jalan. Namun karena metode dilatasi
menurut Lord ini kadang disertai penyulit inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.

2.9 Anemia

a. Definisi
Anemia adalah defisiensi jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa Oksigen) yang dikandungnya. Kekurangan
sel darah merah membatasi pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara
darah dan sel jaringan.
b. Klasifikasi
Non Anemia
Populasi Anemi Mild Moderat Severe
a e
Bayi usia 6-59 bulan > 11.0 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Anak usia 5-11 tahun > 11.5 11.0-11.4 8.0-10.9 <8.0
Anak usia 12-14 tahun > 12.0 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
Wanita tidak hamil >12.0 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
( usia diatas 15 tahun)
Wanita hamil > 11.0 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Pria diatas 15 tahun > 13.0 11.0-12.9 8.0-10.9 <8.0

Klasifikasi berdasarkan morfologi dengan melihat indeks eritrosit atau hapusan


darah tepi dibagi menjadi tiga golongan yaitu :

Anemia Hipokrom Anemia Normokrom Anemia Makro siter


Mikro siter Normo siter
MCV <80 fl MCV 80-95 MCV >95

MCH <27 MCH 27-34


1. Anemia defisiensi 1. Anemia pasca 1. anemia megaloblastik
besi perdarahan :anemia defisiensi asam
folat, anemia defisiensi
2. thalasemia major 2. anemia aplastik- B12.
hipoplastik
3. Anemia akibat 2. Anemia non
penyakit kronik 3. anemia hemolitik megaloblastik

4. Anemia sidero blastik 4. anemia akibat -anemia pada penyakit


penyakit kronik kronik hepar

5. anemia mieloplastik -anemia pada sindroma


mielodisplastik
6. anemia pada leukimia
akut
Terapi

Dalam pemberian terapi anemia, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pengobatan diberikan berdasarkan diagnosa definitif yang telah ditegakan
sebelumnya.
2. Pemberian hematinik tanpa indikasi yang jelas tidak dianjurkan
3. Pengobatan anemia dapat berupa
- Terapi keadaan darurat
-Terapi suportif
- Terapi yang khas untuk masing masing anemia
- Terapi untuk mengobati penyakit dasar penyebab anemia
4. Terapi percobaan apabila diagnosa definitif belum dapat ditegakan. Pasien harus
dipantau respon terapi dan perjalan penyakitnya.
5. Transfusi diberikan pada anemia pasca perdarahan akut dengan gangguan
hemodinamik. Pada anemia yang kronik diberikan transfusi apabila muncul
gejala atau adanya ancaman payah jantung. Transfusi yang diberikan adalah
jenis PRC. Selain itu, transfusi diberikan bila hb pasien <7 mg/dl. Transfusi
sampai kadar hb 10-11 gr/dl.
BAB III

LAPORAN KASUS
I. Identitas pasien
Nama :Tn. Suryadi

Umur :54 tahun

Agama :Islam
Jenis Kelamin :Laki-laki

Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat :Pangkalan kerinci
Status pernikahan :Sudah menikah
MRS :3 februari 2022

II
. Anamnesis

Anamnesis dilakukan pada tanggal 3 februari secara autoanamnesis kepada pasien.


Keluhan utama :
Lemas
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke IGD dengan keluhan lemas sejak 1 minggu SMRS. Keluhan lemas
dirasakan memberat sejak 3 hari SMRS. Lemas disertai dengan kepala pusing, pusing dirasakan
tidak berputar.
Pasien juga mengeluhkan benjolan dianus yang keluar terutama saat BAB, benjolan tidak masuk
spontan, benjolan tidak dapat masuk kembali jika dibantu menggunakan jari, keluhan keluar
benjolan saat BAB dirasakan lebih dari 5 tahun SMRS. Pasien juga mengeluhkan setiap BAB
meneteskan darah, warna darah merah segar.

Pasien tidak pernah mengalami perubahan pola buang air besar seperti buang air besar
menjadi cair dan frekuensi menjadi semakin sering. Darah yang keluar saat buang air besar tidak
disertai lendir. Pasien mampu menahan rasa ingin buang air besarnya.

Buang air kecil pada pasien tidak ada perubahan, warna kuning jernih dan tidak nyeri saat
berkemih.
Perut kembung dan nyeri pada perut juga disangkal oleh pasien. Pasien tidak merasakan
adanya penurunan berat badan, nafsu makan pasien juga tidak mengalami perubahan.
Demam (-), Batuk (-), pilek (-), hilang penciuman (-), hilang pengecepan (- ),riwayat kontak
dengan pasin covid (-), riwayat perjalan keluar kota (-).

Riwayat penyakit dahulu :


• Riwayat Hipertensi (-), Riwayat DM (-)

Riwayat penyakit keluarga :


• Riwayat Hipertensi (-), Riwayat DM (-)
Riwayat Sosial & Ekonomi:
Os bekerja sebagai karyawan swasta, kondisi ekonomi cukup

III. Status Generalis


a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran/GCS : Compos mentis 15/E4V5M6
c. Tanda vital (26/8/21)
• TD :130/63
mmHg
• Nad
:110x/menit
i
• RR :20x/menit
• Suh
:36,9 °C
u
• SpO2 :100%
d Kepala dan leher
.

Kepala : Bentuk simetris, tidak ada trauma maupun memar.


Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor
Hidung : Deviasi septum (-), epistaksis (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), perdarahan (-)
Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).
Thorax
Cor:
Inspeksi :Ictus cordis terlihat
Palpasi :Ictus cordis teraba pada sela iga V di linea midklavikularis
sinistra
Perkusi:

Batas jantung
kanan
Batas jantung kiri :ICS IV, linea parasternalis dextra :ICS V, linea
Batas atas jantung midklavikularis sinistra :ICS II linea parasternalis sinistra :BJ
Auskultasi I dan BJ II regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo
:Bentuk simetris, tidak ada pergerakan dinding dada yang
Inspeksi
jejas (-) tertinggal, :Pergerakan dada simetris, fremitus taktil dada
Palpasi
kanan = kiri :Sonor pada thorak dextra dan sinistra
Perkusi

Auskultasi: vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)


Abdomen

Inspeksi
:Abdomen datar, ikterik (-), sikatriks (-) :Bising usus (+) menurun
Auskultasi
Palpasi :Soepel, Nyeri tekan (-) hepar dan lien tidak
Perkusi teraba :Timpani, bising usus (+) dbn

Ekstremitas
:Akral hangat, CRT <2 Detik, edema (-/-) :Akral hangat,
Superior
CRT <2 Detik, edema (-/-)
Inferior
Status Lokalisata : (14 September 2018)
Regio
anus :Pada posisi jam 2 terdapat benjolan berbentuk bulat berwarna
Inspeksi kemerahan di sekitar anus dengan ukuran 2x1x1 cm. Darah (-)
:nyeri tekan (+), konsistensi kenyal, mudah digerakkkan.
Rektal Tose : Pasien Menolak karna nyeri

ITEM PEMERIKSAAN NILAI


HASIL SATUAN
NORMAL
Hematologi Lengkap
Jumlah sel darah
Hb 3.4 14-16 g/dL
Hematokrit 14 37-43 %
Leukosit 8.950 4000-11000 ribu/uL
Trombosit 353.000 150-400 ribu/uL
Eritrosit 2.16 4,5-5,5 juta/uL

Index
MCV 66 82-92 fL
MCH 16 28-32 Pg
MCHC 29 32-36 %

Diff. Count
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 1-3 %
Limfosit 18 20-40 %
IV.
Pemeriksaan Penunjang (26/8/2021)

Foto Klinis
DIAGNOSA KERJA PRE-OP

Hemoroid Grade IV + Anemia

PENATALAKSANAAN

- Transfusi PRC 4 Unit, 1 unit/12 jam


- Inj. Asam Tranexamat 2x500mg
- Inj. Ketorolac 2x3Omg.
- Drip Ketorolac 2 Ampul dalam 500cc NaCl 0.9%
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
- Inj. Ranitidin 2x50mg

DIAGNOSA POST-OP :

Hemorhoid interna grade IV

PROGNOSIS

Quo Ad Vitam : ad bonam


Quo Ad Fungsionam : Dubia ad bonam

Quo Ad Sanationam : Dubia ad bonam

FOLLOW UP
Tanggal S O A p
3/02/202 Keluar TD: 120/80 hemoroid -IVFD NaCl 0.9% 20 tpm
2 benjolan N: 80 interna grade + Bfluid 10 tpm -Transfusi
pada anus R: 20 IV+Anemia darah 1 Unit -Inj. Vit K
(+), nyeri 3x1 amp -inj. Asam
(+), Lemas Mata: CA(+/+), SI Tranesamat 3x1
(+) -lasix pre transfusi -inj.
(-/-) Ketorolac 2x1 amp -inj.
Status lokalis: Ranitidin 2x1 amp -inj.
Terdapat benjolan di ketorolac drip Nacl 0.9% 1
daerah anal amp
-curcuma 3x1 -tablet
tambah darah 3x1 -
anemolat 3x1

4/02/202 Keluar TD: 120/80 hemoroid -IVFD NaCl 0.9% 20 tpm


2 benjolan N: 85 interna grade + Bfluid 10 tpm -Transfusi
pada anus R: 20 IV+Anemia darah 1 Unit -Inj. Vit K
(+), nyeri 3x1 amp -inj. Asam
(+), Lemas Mata: CA(+/+), SI Tranesamat 3x1
(+) (-/-) -lasix pre transfusi -inj.
Ketorolac 2x1 amp -inj.
Status lokalis:
Ranitidin 2x1 amp -inj.
Terdapat benjolan di ketorolac drip Nacl 0.9% 1
daerah anal
amp -curcuma 3x1 -tablet
tambah darah 3x1 -
anemolat 3x1

5/02/202 Keluar TD: 120/80 hemoroid -IVFD NaCl 0.9% 20 tpm


2 benjolan N: 80 interna grade + Bfluid 10 tpm -Transfusi
pada anus R: 20 IV+Anemia darah 1 Unit -Inj. Vit K
(+), nyeri lab tanggal 3x1 amp -inj. Asam
(- ),Lemas Mata: CA(+/+), SI 29/9/2021 Tranesamat 3x1
(+) Hb : 8.9 -lasix pre transfusi -inj.
(-/-) Ranitidin 2x1 amp -inj.
Status lokalis: Wbc : 7.930
ketorolac drip Nacl 0.9% 1
Terdapat benjolan di ^000
amp
daerah anal -curcuma 3x1 -tablet
tambah darah 3x1
-anemolat 3x1

6/02/202 Keluar TD: 120/80 hemoroid -IVFD NaCl 0.9% 20 tpm


2 benjolan N: 80 interna grade + Bfluid 10 tpm -Transfusi
pada anus R: 20 IV+Anemia darah 1 Unit -Inj. Vit K
(+), nyeri 3x1 amp -inj. Asam
(- ),Lemas Mata: CA(+/+), SI Tranesamat 3x1
(+) -lasix pre transfusi -inj.
(-/-) Ranitidin 2x1 amp -
Status lokalis: curcuma 3x1 -tablet
Terdapat benjolan di tambah darah 3x1 -
daerah anal anemolat 3x1

7/02/202 Keluar TD: 120/80 hemoroid -IVFD NaCl 0.9% 20 tpm


2 benjolan N: 80 interna grade + Bfluid 10 tpm -Inj. Vit
pada anus R: 20 IV+Anemia K 3x1 amp -inj. Asam
(+), nyeri Tranesamat 3x1
(- ),Lemas Mata: CA(+/+), SI -inj. Ranitidin 2x1 amp -
(-) (-/-) curcuma 3x1 -tablet
tambah darah 3x1 -
Status lokalis:
anemolat 3x1
Terdapat benjolan di
daerah anal

FOLLOW-UP POST OP
Tanggal S O A P
8/02/202 Nyeri pada TD: 117/66 -IVFD RL 20 tpm -inj.
2 anus (+), N: 80 Ceftriaxone 2x1 amp -inj.
lemas (-), R: 20 Ketorolac 3x1 amp -
Persiapan Ranitidin 2x1 amp -Drip
hemoroid
operasi Mata: CA(+/+), SI Ketorolac 2 amp -
interna grade
persiapan operasi puasa
(-/-) IV 6 jam
Status lokalis:
Terdapat benjolan di lab tanggal
daerah anal 6/9/2021
Hb : 13.6
Wbc : 7.350
^000
E:
9/02/202 Keluar TD: 120/80 Pos op -IVFD RL 20 tpm -inj.
2 benjolan N: 85 R: 20 Hemoroidect Ceftriaxone 2x1 amp -inj.
pada anus (- S:36.5 omy dengan Ketorolac 3x1 amp -
hemoroid Ranitidin 2x1 amp
),nyeri (+), Mata: CA(+/+), SI interna grade -Drip Ketorolac 2 amp
Lemas (-) (-/-) IV
Status lokalis:
Terdapat benjolan di
daerah anal
10/02/22 Keluar TD: 120/80 Pos op -IVFD RL 20 tpm -inj.
benjolan N: 80 Hemoroidect Ceftriaxone 2x1 amp -inj.
pada anus R: 20 omy dengan Ketorolac 3x1 amp -
(- ),nyeri (-), hemoroid Ranitidin 2x1 amp
Lemas (+) Mata: CA(+/+), SI interna grade
(-/-) IV
Status lokalis:
Terdapat benjolan di
daerah anal
BAB IV

ANALISIS KASUS

Pasien datang ke IGD dengan keluhan lemas sejak 1 minggu SMRS. Keluhan
lemas dirasakan memberat sejak 3 hari SMRS. Lemas disertai dengan kepala pusing,
pusing dirasakan tidak berputar.
Pasien juga mengeluhkan benjolan dianus yang keluar terutama saat BAB, benjolan
tidak masuk spontan, benjolan tidak dapat masuk kembali jika dibantu menggunakan
jari, keluhan keluar benjolan saat BAB dirasakan lebih dari 5 tahun SMRS. Pasien juga
mengeluhkan setiap BAB meneteskan darah, warna darah merah segar.

Pasien tidak pernah mengalami perubahan pola buang air besar seperti buang
air besar menjadi cair dan frekuensi menjadi semakin sering. Darah yang keluar saat
buang air besar tidak disertai lendir. Pasien mampu menahan rasa ingin buang air
besarnya.
Buang air kecil pada pasien tidak ada perubahan, warna kuning jernih dan tidak
nyeri saat berkemih.
Perut kembung dan nyeri pada perut juga disangkal oleh pasien. Pasien tidak
merasakan adanya penurunan berat badan, nafsu makan pasien juga tidak mengalami
perubahan.

Demam (-), Batuk (-), pilek (-), hilang penciuman (-), hilang pengecepan
(- ),riwayat kontak dengan pasin covid (-), riwayat perjalan keluar kota (-).

Pemeriksaan fisik didapatkan pada mata didapatkan konjungtiva anemis dan TD


130/63 mmHg. Pemeriksaan jantung, paru, abdomen, ekstremitas dalam batas normal.
Pada region anus didapatkan Inspeksi: Pada posisi jam 3 terdapat benjolan berbentuk
bulat berwarna kemerahan di sekitar anus dengan ukuran 2x1x1 cm. Palpasi : nyeri
tekan (-), konsistensi kenyal, mudah digerakkkan.

Pada pasien didapatkan conjungtiva anemis pada kedua mata dan tekanan darah
120/80 mmHg, dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan darah rutin untuk
mengkonfirmasi jumlah Hb. Jika Hb di bawah 8 g/dL, direncanakan transfuse untuk
memperbaiki keadaan umum pasien sebelum dilakukan tindakan hemoroidektomi.
Tata laksana pada pasien, diberikan obat untuk mengkoreksi hbnya dengan
rencana transfusi PRC 4 unit. Pasien juga diberikan Asam traneksamat dan Vit.K
dengan tujuan untuk hemostatiknya. Pasien juga diberikan ketorolac sebagai anti nyeri,
dan pasien diberikan ceftriaxone sebagai antibiotik. Tata laksana selanjutnya adalah,
menghentikan perdarahan langsung dari sumber perdarahannya. Dalam hal ini,
dilakukan hemoroidektomi.
BAB V

KESIMPULAN

Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering teijadi namun


kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah
hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya
hemoroid adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu
aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid
mengakibatkan komplikasi, diantaranya adalah teijadi trombo si s, peradangan, dan
teijadi perdarahan.Hemoroid juga dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat
ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Haemorrhoids, diakses : 2 September 2021: www.hcd2.bupa.co.uk/


fact_sheet/html/haemorrhoids.html
2. Grace PA, Borley NR. At A Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Penerbit
Erlangga. Jakarta: 2007. Hal 114-5.
3. Silvia A.P, Lorraine M.W, Hemoroid. Dalam: Konsep - konsep Klinis Proses
Penyakit, Edisi VI. Patofisiologi Vol.l. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta:
2005. Hal: 467
4. Nelson, Heidi MD., Roger R. Dozois, MD. Amis, in Sabiston Text Book of
Surgery. Saunders Company. Phyladelphia. 2001
5. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 2004. Hal: 672 - 675
6. Kline Rochelle. Operative Management of Internal Hemorrhoids. Journal of the
American Academy of Physician Assistants. 2015;28:2 pp. 27-31.
7. Lohsiriwat Varut. Hemorrhoids: From Basic Pathophysiology to Clinical
Management. World Journal of Gastroenterology. 2012;18:17 pp. 20092017.
8. Anonim. Hemorhoid, http://www.hemorjoid.net/hemoroid galery.html. Last
update Desember 2009.
9. Mansjur A dkk (editor). Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi III. FK UI.
Jakarta: 2000. 321 -324.
10. Brown, John Stuart, Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor, alih Bahasa, Devi
H, Ronardy, Melfiawati. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 2001.
11. Chugh Anmol, et all. Management of Hemorrhoid., Indian Journal of Clinical
Practice. 2014;25:6 pp.577-580.
12. Khalid Ali, et all. Diagnosis and Treatment of Haemorrhoid. Danish Medical
Jurnal Denmark. 2012. pp.1-9.
13. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : Interna Publishing, 2014
14. World Health Organisation. Hemoglobin consentration for diagnosis of anemia
and asessment severity. Geneva 2011

Anda mungkin juga menyukai