BABI
PENDAHULUAN
Kata hemorrhoid berasal dari kata haemorrhoides (Yunani) yang berarti aliran
darah (haem = darah, rhoos = aliran) jadi dapat diartikan sebagai darah yang mengalir
keluar.1 Hemoroid adalah pembengkakan submukosa pada lubang anus yang mengandung
pleksus vena, arteri kecil, dan jaringan areola yang melebar. 2 Hemoroid timbul akibat
kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik vena hemoroidalis.
Hemoroid dapat mengenai segala usia, bahkan kadang-kadang dapat dijumpai pada
anak kecil. Walaupun hemoroid tidak mengancam keselamatan jiwa, tetapi dapat
menyebabkan perasaan yang tidak nyaman. Gejala yang dirasakan, yaitu rasa gatal,
terbakar, pendarahan, dan terasa sakit. Hanya apabila hemoroid menyebabkan keluhan atau
penyulit, maka dilakukan tindakan.
Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang memegang
peranan kausal ialah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, dan
obesitas.1 Hemoroid dibagi dalam dua jenis, yaitu hemoroid interna dan hemoroid eksterna.
Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Sedangkan
hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang
digunakan, maka hemoroid interna timbul di sebelah dalam otot sfingter ani dan hemoroid
eksterna timbul di sebelah luar otot sfingter ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang
disebabkan gangguan aliran balik vena hemoroidalis.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Kanalis analis pada dua pertiga bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yang
sedikit bertanduk yang mengandung persarafan sensoris yang bergabung dengan kulit
bagian luar, kulit ini mencapai ke dalam bagian akhir kanalis analis dan mempunyai
epidermis berpigmen yang bertanduk rambut dengan kelenjar sebacea dan kelenjar keringat.
Mukosa paruh atas canalis ani berasal dari ektoderm usus belakang (hind guf).
Gambaran anatomi yang penting adalah : 4
2. Mempuyai lipatan vertikal yang dinamakan collum analis yang dihubungkan satu
sama lain pada ujung bawahnya oleh plica semilunaris yang dinamakan valvula
analis (sisa membran proctedeum.
3. Persaratannya sama seperti mukosa rectum dan berasal dari saraf otonom pleksus
hypogastricus. Mukosanya hanya peka terhadap regangan.
4. Arteri yang memasok adalah arteri yang memasok usus belakang, yaitu arteri
rectalis superior, suatu cabang dari arteri mesenterica inferior. Aliran darah vena
terutama oleh vena rectalis superior, suatu cabang v. Mesenterica inerior.
5. Aliran cairan limfe terutama ke atas sepanjang arteri rectalis superior menuju nodi
lympatici para rectalis dan akhirnya ke nodi lympatici mesenterica inferior.
Mukosa paruh bawah canalis ani berasal dari ektoderm proctodeum dengan struktur
sebagai berikut :
1. Dibatasi oleh epitel berlapis gepeng yang lambat laun bergabung pada anus dengan
epidermis perianal.
2. Tidak mempunyai collum analis
3. Persarafan berasal dari saraf somatis n. rectalis inferior sehingga peka terhadap
nyeri, suhu, raba, dan tekan.
4. Arteri yang memasok adalah a. rectalis inferior, suatu cabang a. pudenda interna.
Aliran vena oleh v. rectalis inferior, muara dari v. pudenda interna, yang
mengalirkan darah vena ke v. iliaca interna.
5. Aliran cairan limfe ke bawah menuju nodi lympatici inguinalis superficialis
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus saling berhubungan secara longgar
dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah bawah dan
anus. Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke v.hemoroidalis superior dan
selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran
sistemik melelui daerah perineum dan lipat paha ke v.iliaka.
2.2 Klasifikasi
3. Hemoroid interna derajat III. Benjolan hemoroid tidak dapat masuk kembali
secara spontan. Benjolan baru masuk kembali setelah dikembalikan dengan
tangan ke dalam anus.
4. Hemoroid interna derajat IV. Hemoroid yang telah berlangsung sangat lama
dengan bagian yang tertutup kulit cukup luas, sehingga tidak dapat
dikembalikan dengan baik ke dalam kanalis anal.
1. Hemoroid eksterna akut. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Bentuk ini sering sangat nyeri dan
gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
2. Hemoroid eksterna kronik. Disebut juga skin tag, berupa satu atau lebih lipatan
kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau “wasir” tanpa ada hubungannya
dengan gejala rektum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada
hubungannya dengan hemoroid intema dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang
mengalami trombosis.
Perdarahan dapat teijadi pada grade 1-4. Perdarahan merupakan penentu utama
hemoroid pada grade 1. Perdarahan pada hemoroid berhubungan dengan proses mengejan.
Ini menjadi pembeda dengan perdarahan yang diakibatkan oleh hal lain. Pada pasien
hemoroid darah keluar bila pasien mengejan dan berhenti bila pasien berhenti mengejan,
sedangkan perdarahan karena sebab lain tidak mengikuti pola tersebut. Perdarahan
umumnya merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh faeces yang
keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan faeces, dapat
hanya berupa garis pada faeces atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat
menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah.
Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar
menyebabkan prolaps. Benjolan atau prolaps teijadi pada grade 2-4. Pada tahap awal,
penonjolan ini hanya teijadi pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah
defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong kembali
setelah defekasi agar masuk kembali ke dalam anus.
Pada akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps
menetap dan tidak bisa didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya faeces pada
pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit
perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini
disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus. Nyeri hanya
timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan udem dan radang. 8 Gejala-gejala anemi
sekunder, dapat berupa sesak nafas bila bekerja, pusing bila berdiri, lemah, pucat.
2.5 Patofisiologi
Kebiasaan mengedan lama dan berlangsung kronik merupakan salah satu risiko
untuk teijadinya hemorrhoid. Peninggian tekanan saluran anus sewaktu beristirahat akan
menurunkan venous return sehingga vena membesar dan merusak jar. ikat penunjang
Kejadian hemorrhoid diduga berhubungan dengan faktor endokrin dan usia.
2.6 Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yamg
membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi ( mengejan ), pasien sering duduk berjam-
jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila teijadi peradangan. Pemeriksaan umum tidak
boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti sindrom
hipertensi portal. Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi
trombosis. Bila hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel
penghasil musin akan dapat dilihat apabila penderita diminta mengejan.
Pemeriksaan Fisik
A. Inspeksi:
Dilihat kulit di sekitar perineum dan dilihat secara teliti adakah jaringan / tonjolan yang
muncul.
B. Palpasi:
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat
diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan
menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar.
Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. 6
C. Anoskopi:
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat
sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta
mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps
akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak,besarnya dan keadaan lain
dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan. 6-8
D. Proktosigmoidoskopi:
Dilakukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau
keganasan di tingkat yang lebih tinggi, karena hemorrhoid merupakan keadaan yang
fisiologis saja ataukan ada tanda yang menyertai.
1. Karsinoma kolorektum
2. Penyakit divertikel
3. Polip
4. Kolitis ulserosa
Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolon dan kolonoskopi perlu
dipilih secara selektif bergantung pada keluhan dan gejala penderita. Prolaps rektum juga
harus dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid interna. 6
2.8 Penatalaksanaan
Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua dapat ditolong
dengan tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri
atas makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah-buahan. Makanan ini membuat
gumpalan isi usus besar, namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi
keharusan mengejan berlebihan. Pasien juga harus mendapat edukasi agar jangan mengedan
terlalu lama, membiasakan selalu defekasi, jangan ditunda, dan minum air putih 8 gelas
sehari
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali
efek anestetik dan astringen. Hemoroid interna yang mengalami prolaps oleh karena udem
umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan tirah baring dan
kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan dengan cairan
hangat juga dapat meringankan nyeri. 6
Obat Hydroksyethylen yang dapat diberikan
dikatakan dapat mengurangi edema dan inflamasi. Kombinasi Diosmin dan Hesperidin
(ardium) yang bekerja pada vascular dan mikro sirkulasi dikatakan dapat menurunkan
desensibilitas dan stasis pada vena dan memperbaiki permeabilitas kapiler. Ardium
diberikan 3x2tab selama 4 hari kemudian 2x2 selama 3 hari dan selanjutnya lxltab.
Ambulatory Treatment
A. Skleroterapi
Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya garis
mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh
dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan infeksi. Perdarahan
dapat teijadi waktu hemoroid mengalami nekrosis, biasanya setelah 7-10 hari. 6-9
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika
digunakan dengan cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada
sambungan anus rektum, maka krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan yang
terlihat pada ligasi dengan gelang karet dan tidak ada nyeri. Dingin diinduksi
melalui sonde dari mesin kecil yang dirancang bagi proses ini. Tindakan ini cepat
dan mudah dilakukan dalam tempat praktek atau klinik. Terapi ini tidak dipakai
secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Krioterapi ini
lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang ireponibel. 9
D. Infra Red Coagulation (IRC ) / Koagulasi Infra Merah
Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan
photocuagulation, tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis pada
jaringan dan akhirnya fibrosis. Sinar koagulator infra merah (fRC) menembus
jaringan ke submukosa dan dirubah menjadi panas, menimbulkan inflamasi,
destruksi jaringan di daerah tersebut. Cara ini baik digunakan pada hemoroid yang
sedang mengalami perdarahan. . Daerah yang akan dikoagulasi diberi local anestesi
terlebih dahulu. Komplikasi biasanya jarang terjadi, umumnya berupa koagulasi
pada daerah yang tidak tepat.8
Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas yaitu menimbulkan
nekrosis jaringan dan akhirnya fibrosis. Namun yang digunakan sebagai penghancur
jaringan yaitu radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi. Pada terapi dengan
diatermi bipolar, selaput mukosa sekitar hemoroid dipanasi dengan radiasi
elektromagnetik berfrekuensi tinggi sampai akhirnya timbul kerusakan jaringan.
Cara ini efektif untuk hemoroid interna yang mengalami perdarahan. 3
Terapi Bedah
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional
( menggunakan pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat pemotong) dan
bedah stapler ( menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
A. Hemoroidektomi
Terapi Bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada
penderita hemoroid derajat III atau IV. Tetapi bedah juga dapat dilakukan pada penderita
dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan cara terapi lainya yang
lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami tromsosis dan kesakitan
yang hebat dapat ditolong segera denga hemoroidektomi.
Prinsip yang harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalah eksisi hanya dilakukan
pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada
anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. 56
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini
dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari rektum.
Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis.
Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips dibuat
dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan
eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara
keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena
dibawah kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus
ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu.
Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu
banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak
jaringan. 9
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan
mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan
mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas
mukosa kembali.
3. TeknikLangenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan
jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem.
Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering
digunakan karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut
sekunder yang biasa menimbulkan stenosis.6
Gambar 2.2
Open (Milligan-Morgan) hemorrhoideciomy
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Whitehead hemorrhoideciomy
Gambar 3.6
Metode HAL
Gambar 3.8
Metode HAL/RAR
D. Stapling procedure
Bisa dilakukan dengan posisi pasien prone jackknife, lithotomy, atau left lateral.
Metode anestesi yang digunakan bisa lokal, spinal, dan umum. A circular anal dilator
diletakkan pada anal canal sehingga mengurang prolaps dari jaringan. Obturator di lepas
sehingga jaringan yang prolaps akan tampak lagi kedalam lumen dilator. Jahitan secara
melingkar diletakkan 4-6 cm diatas line dentata. Circular stpaler dibuka dan bagian
paling proksimal dari stapler diletakkan diatas jahitan. Kemudian jahitan di simpulkan.
Kemudian traksi dilakukan sehingga jaringan yang prolaps masuk kedalam lumen
dilator. Kemudian stapler di kencangkan dan di tembakkan. Daerah yang distapler haru
dimonirot keadaan hemostasisnya.
Gambar 3.9
Stapling Method
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang
dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat
stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari
titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk
mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang
berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat
, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan
terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti
sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan kerusakan
dinding rektum.
2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam jangka
waktu pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk
memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan
mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.
Keadaan ini bukan hemoroid dalam arti yang sebenarnya tetapi merupakan
trombosis vena hemoroid eksterna yang terletak subkutan di daerah kanalis analis.
Trombosis dapat teijadi karena tekanan tinggi di vena tersebut misalnya ketika
mengangkat barang berat, batuk, bersin, mengejan, atau partus. Vena lebar yang
menonjol itu dapat teijepit sehingga kemudian terjadi trombosis. Kelainan yang nyeri
sekali ini dapat teijadi pada semua usia dan tidak ada hubungan dengan ada/tidaknya
hemoroid interna, kadang terdapat lebih dari satu trombus.
Keadaan ini ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit kanalis analis yang
nyeri sekali, tegang dan berwarna kebiru-biruan, berukuran dari beberapa milimeter
sampai satu atau dua sentimeter garis tengahnya. Benjolan itu dapat unilobular, dan
dapat pula multilokuler atau beberapa benjolan. Ruptur dapat teijadi pada dinding vena,
meskipun biasanya tidak lengkap, sehingga masih terdapat lapisan tipis adventitiia
menutupi darah yang membeku.
Pada awal timbulnya trombosis, terasa sangat nyeri, kemudian nyeri berkurang
dalam waktu dua sampai tiga hari bersamaan dengan berkurangnya udem akut. Ruptur
spontan dapat teijadi diikuti dengan perdarahan. Resolusi spontan dapat pula teijadi
tanpa terapi setelah dua sampai empat hari.5
Terapi
Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat ditolong dan berhasil baik dengan
cara segera mengeluarkan trombus atau melakukan eksisi lengkap secara
hemoroidektomi dengan anestesi lokal. Bila trombus sudah dikeluarkan, kulit dieksisi
berbentuk elips untuk mencegah bertautnya tepi kulit dan pembentukan kembali
trombus dibawahnya. Nyeri segera hilang pada saat tindakan dan luka akan sembuh
dalam waktu singkat sebab luka berada di daerah yang kaya akan darah.
Trombus yang sudah terorganisasi tidak dapat dikeluarkan, dalam hal ini terapi
konservatif merupakan pilihan. Usaha untuk melakukan reposisi hemoroid ekstern yang
mengalami trombus tidak boleh dilakukan karena kelainan ini terjadi pada struktur luar
anus yang tidak dapat direposisi 5
Dilatasi anus merupakan salah satu pengobatan pada hemoroid interna yang
besar, prolaps, berwarna biru dan sering berdarah atau yang biasa disebut hemoroid
strangulasi. Pada pasien hemoroid hampir selalu teijadi karena kenaikan tonus sfingter
dan cincin otot sehingga menutup di belakang massa hemoroid menyebabkan
strangulasi. Dilatasi dapat mengatasi sebagian besar pasien hemoroid strangulasi, akan
terjadi regresi sehingga setidak-tidaknya akan teijadi penyembuhan sementara. Dilatasi
tidak boleh dilakukan jika sfingter relaksasi ( jarang pada strangulasi), karena bisa
menyebabkan inkontinensia flatus atau tinja atau kedua-duanya yang mungkin menetap.
Anestesi umum dilakukan dan pasien diletakkan pada posisi lateral kiri atau
posisi litotomi. Dengan hati-hati anus diregangkan cukup luas sehingga dapat dilalui 6-8
jari. Sangat penting sekali bahwa untuk prosedur ini diperlukan waktu yang cukup agar
tidak merobekkan jaringan. Satu menit untuk sebesar satu jari sudah cukup (berarti
dibutuhkan waktu 6-8 menit), terutama jika kanalis agak kaku. Selama prosedur
tersebut, sfingter anus dapat terasa memberikan jalan. Namun karena metode dilatasi
menurut Lord ini kadang disertai penyulit inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.
2.9 Anemia
a. Definisi
Anemia adalah defisiensi jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa Oksigen) yang dikandungnya. Kekurangan
sel darah merah membatasi pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara
darah dan sel jaringan.
b. Klasifikasi
Non Anemia
Populasi Anemi Mild Moderat Severe
a e
Bayi usia 6-59 bulan > 11.0 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Anak usia 5-11 tahun > 11.5 11.0-11.4 8.0-10.9 <8.0
Anak usia 12-14 tahun > 12.0 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
Wanita tidak hamil >12.0 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
( usia diatas 15 tahun)
Wanita hamil > 11.0 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Pria diatas 15 tahun > 13.0 11.0-12.9 8.0-10.9 <8.0
Dalam pemberian terapi anemia, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pengobatan diberikan berdasarkan diagnosa definitif yang telah ditegakan
sebelumnya.
2. Pemberian hematinik tanpa indikasi yang jelas tidak dianjurkan
3. Pengobatan anemia dapat berupa
- Terapi keadaan darurat
-Terapi suportif
- Terapi yang khas untuk masing masing anemia
- Terapi untuk mengobati penyakit dasar penyebab anemia
4. Terapi percobaan apabila diagnosa definitif belum dapat ditegakan. Pasien harus
dipantau respon terapi dan perjalan penyakitnya.
5. Transfusi diberikan pada anemia pasca perdarahan akut dengan gangguan
hemodinamik. Pada anemia yang kronik diberikan transfusi apabila muncul
gejala atau adanya ancaman payah jantung. Transfusi yang diberikan adalah
jenis PRC. Selain itu, transfusi diberikan bila hb pasien <7 mg/dl. Transfusi
sampai kadar hb 10-11 gr/dl.
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas pasien
Nama :Tn. Suryadi
Agama :Islam
Jenis Kelamin :Laki-laki
Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat :Pangkalan kerinci
Status pernikahan :Sudah menikah
MRS :3 februari 2022
II
. Anamnesis
Pasien tidak pernah mengalami perubahan pola buang air besar seperti buang air besar
menjadi cair dan frekuensi menjadi semakin sering. Darah yang keluar saat buang air besar tidak
disertai lendir. Pasien mampu menahan rasa ingin buang air besarnya.
Buang air kecil pada pasien tidak ada perubahan, warna kuning jernih dan tidak nyeri saat
berkemih.
Perut kembung dan nyeri pada perut juga disangkal oleh pasien. Pasien tidak merasakan
adanya penurunan berat badan, nafsu makan pasien juga tidak mengalami perubahan.
Demam (-), Batuk (-), pilek (-), hilang penciuman (-), hilang pengecepan (- ),riwayat kontak
dengan pasin covid (-), riwayat perjalan keluar kota (-).
Batas jantung
kanan
Batas jantung kiri :ICS IV, linea parasternalis dextra :ICS V, linea
Batas atas jantung midklavikularis sinistra :ICS II linea parasternalis sinistra :BJ
Auskultasi I dan BJ II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
:Bentuk simetris, tidak ada pergerakan dinding dada yang
Inspeksi
jejas (-) tertinggal, :Pergerakan dada simetris, fremitus taktil dada
Palpasi
kanan = kiri :Sonor pada thorak dextra dan sinistra
Perkusi
Inspeksi
:Abdomen datar, ikterik (-), sikatriks (-) :Bising usus (+) menurun
Auskultasi
Palpasi :Soepel, Nyeri tekan (-) hepar dan lien tidak
Perkusi teraba :Timpani, bising usus (+) dbn
Ekstremitas
:Akral hangat, CRT <2 Detik, edema (-/-) :Akral hangat,
Superior
CRT <2 Detik, edema (-/-)
Inferior
Status Lokalisata : (14 September 2018)
Regio
anus :Pada posisi jam 2 terdapat benjolan berbentuk bulat berwarna
Inspeksi kemerahan di sekitar anus dengan ukuran 2x1x1 cm. Darah (-)
:nyeri tekan (+), konsistensi kenyal, mudah digerakkkan.
Rektal Tose : Pasien Menolak karna nyeri
Index
MCV 66 82-92 fL
MCH 16 28-32 Pg
MCHC 29 32-36 %
Diff. Count
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 1-3 %
Limfosit 18 20-40 %
IV.
Pemeriksaan Penunjang (26/8/2021)
Foto Klinis
DIAGNOSA KERJA PRE-OP
PENATALAKSANAAN
DIAGNOSA POST-OP :
PROGNOSIS
FOLLOW UP
Tanggal S O A p
3/02/202 Keluar TD: 120/80 hemoroid -IVFD NaCl 0.9% 20 tpm
2 benjolan N: 80 interna grade + Bfluid 10 tpm -Transfusi
pada anus R: 20 IV+Anemia darah 1 Unit -Inj. Vit K
(+), nyeri 3x1 amp -inj. Asam
(+), Lemas Mata: CA(+/+), SI Tranesamat 3x1
(+) -lasix pre transfusi -inj.
(-/-) Ketorolac 2x1 amp -inj.
Status lokalis: Ranitidin 2x1 amp -inj.
Terdapat benjolan di ketorolac drip Nacl 0.9% 1
daerah anal amp
-curcuma 3x1 -tablet
tambah darah 3x1 -
anemolat 3x1
FOLLOW-UP POST OP
Tanggal S O A P
8/02/202 Nyeri pada TD: 117/66 -IVFD RL 20 tpm -inj.
2 anus (+), N: 80 Ceftriaxone 2x1 amp -inj.
lemas (-), R: 20 Ketorolac 3x1 amp -
Persiapan Ranitidin 2x1 amp -Drip
hemoroid
operasi Mata: CA(+/+), SI Ketorolac 2 amp -
interna grade
persiapan operasi puasa
(-/-) IV 6 jam
Status lokalis:
Terdapat benjolan di lab tanggal
daerah anal 6/9/2021
Hb : 13.6
Wbc : 7.350
^000
E:
9/02/202 Keluar TD: 120/80 Pos op -IVFD RL 20 tpm -inj.
2 benjolan N: 85 R: 20 Hemoroidect Ceftriaxone 2x1 amp -inj.
pada anus (- S:36.5 omy dengan Ketorolac 3x1 amp -
hemoroid Ranitidin 2x1 amp
),nyeri (+), Mata: CA(+/+), SI interna grade -Drip Ketorolac 2 amp
Lemas (-) (-/-) IV
Status lokalis:
Terdapat benjolan di
daerah anal
10/02/22 Keluar TD: 120/80 Pos op -IVFD RL 20 tpm -inj.
benjolan N: 80 Hemoroidect Ceftriaxone 2x1 amp -inj.
pada anus R: 20 omy dengan Ketorolac 3x1 amp -
(- ),nyeri (-), hemoroid Ranitidin 2x1 amp
Lemas (+) Mata: CA(+/+), SI interna grade
(-/-) IV
Status lokalis:
Terdapat benjolan di
daerah anal
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pasien datang ke IGD dengan keluhan lemas sejak 1 minggu SMRS. Keluhan
lemas dirasakan memberat sejak 3 hari SMRS. Lemas disertai dengan kepala pusing,
pusing dirasakan tidak berputar.
Pasien juga mengeluhkan benjolan dianus yang keluar terutama saat BAB, benjolan
tidak masuk spontan, benjolan tidak dapat masuk kembali jika dibantu menggunakan
jari, keluhan keluar benjolan saat BAB dirasakan lebih dari 5 tahun SMRS. Pasien juga
mengeluhkan setiap BAB meneteskan darah, warna darah merah segar.
Pasien tidak pernah mengalami perubahan pola buang air besar seperti buang
air besar menjadi cair dan frekuensi menjadi semakin sering. Darah yang keluar saat
buang air besar tidak disertai lendir. Pasien mampu menahan rasa ingin buang air
besarnya.
Buang air kecil pada pasien tidak ada perubahan, warna kuning jernih dan tidak
nyeri saat berkemih.
Perut kembung dan nyeri pada perut juga disangkal oleh pasien. Pasien tidak
merasakan adanya penurunan berat badan, nafsu makan pasien juga tidak mengalami
perubahan.
Demam (-), Batuk (-), pilek (-), hilang penciuman (-), hilang pengecepan
(- ),riwayat kontak dengan pasin covid (-), riwayat perjalan keluar kota (-).
Pada pasien didapatkan conjungtiva anemis pada kedua mata dan tekanan darah
120/80 mmHg, dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan darah rutin untuk
mengkonfirmasi jumlah Hb. Jika Hb di bawah 8 g/dL, direncanakan transfuse untuk
memperbaiki keadaan umum pasien sebelum dilakukan tindakan hemoroidektomi.
Tata laksana pada pasien, diberikan obat untuk mengkoreksi hbnya dengan
rencana transfusi PRC 4 unit. Pasien juga diberikan Asam traneksamat dan Vit.K
dengan tujuan untuk hemostatiknya. Pasien juga diberikan ketorolac sebagai anti nyeri,
dan pasien diberikan ceftriaxone sebagai antibiotik. Tata laksana selanjutnya adalah,
menghentikan perdarahan langsung dari sumber perdarahannya. Dalam hal ini,
dilakukan hemoroidektomi.
BAB V
KESIMPULAN