PENDAHULUAN
1
internal yang menjadi besar secara kronis atau jaringan prolapses ke kanalis analis
karena kelemahan dari jaringan ikat sekitarnya dan pelebaran pembuluh darah
vena. Hemoroid eksterna menjadi bergejala bila terjadi trombosis, dengan gejala
onset akut dan nyeri perianal yang hebat. Ketika trombosis sembuh, kulit di
atasnya akan menjadi fibrosis, dan membentuk tag kulit (skin tag).2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI
3
otot longitudinal dari rektum bergabung dengan serat dari levator ani dan
puborektalis membentuk conjoint musculus longitudina.2
4
a. Vaskularisasi Anorektal
Arteria rektalis superior merupakan lanjutan dari arteria mesenterika
inferior dan turun ke posterior menuju rektum bercabang menjadi 2, mensuplai
rektum dan bagian atas dari kanal anus. Arteria rektalis media berasal dari arteria
iliaka interna pada kedua sisi dan masuk ke bagian bawah rektum secara
anterolateral pada titik yang bervariasi, tetapi paling sering pada 1/3 bawah dari
rektum. Arteri ini tidak konsisten dan tidak dapat dijadikan satu-satunya tumpuan
jika dilakukan ligasi pada arteria rektalis superior. Arteria rektalis inferior berasal
dari arteria pudenda interna yang merupakan cabang dari arteria iliaka interna
mensuplai otot sfingter ani. Arteriol dari setiap arteri-arteri tersebut kaya
percabangan kolateral yang menyebabkan rektum relatif resisten terhadap
iskemia.2
Aliran darah vena rectum dan anus paralel dengan arterinya. 2 Aliran balik
darah dari rektum dan anus dapat melalui dua sistem (portal dan sistemik). Vena
rektalis superior mengalirkan darah dari rektum dan bagian atas kanal anus ke
sistem porta melalui vena mesenterika inferior. Vena rektalis media mengalirkan
darah bagian bawah dari rektum dan bagian atas dari kanal anus ke vena iliaka
interna menuju ke sistem sistemik. Vena rektalis inferior berjalan bersama
arterinya mengalirkan darah dari bagian bawah kanal anus ke vena pudenda
interna dan akhirnya menuju ke vena iliaka interna. Komunikasi antar sistem vena
ini memungkinkan rectal Ca menyebar via portal dan sistemik sistem.2
Plexus Hemoroidalis adalah suatu anyaman pembuluh darah yang
terletak dibawah mukosa kanalis ani. Plexus hemoroidalis dapat dibagi menjadi
dua bagian, yakni pleksus hemoroid internus dan eksternus dimana kedua pleksus
tersebut saling berhubungan secara longgar dan merupakan awal dari aliran vena
yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan anus. Plexsus hemoroid
interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior selanjutnya ke vena
porta melalui vena mesenterika dan vena rektalis superior. Sedangkan darah dari
plexus hemoroidalis eksterna mengalirkan darah ke vena cava inferior melalui
vena iliaka interna dan vena rektalis inferior .2
5
Gambar 2 : Vaskularisasi Anorektal Arteri
6
Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna
adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan
dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di
dalam jaringan submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat
pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan (jam 7 ), kanan belakang (jam 11), dan
kiri lateral (jam 3). Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak
primer tesebut.2
Gambar 4: lokasi primer plexus hemoroid bila posisi litotomi pada jam
3, jam 7 dan jam 11
2.2. FISIOLOGI
Fungsi normal dari anorektum adalah penyimpanan dan pengeluaran
produk sisa dari usus. Fungsi utama rektum adalah penyimpanan dengan volume
normal 600 - 1200 mL. Tekanan normal rektum saat istirahat kurang lebih 10
mmHg. Perubahan pada tekanan intrarektum disebabkan terutama oleh perubahan
7
tekanan intra abdomen karena rektum sendiri memiliki fungsi peristaltik yang
sangat sedikit.
Bantalan hemoroidal yang normal sangat penting dalam berpartisipasi
sebagai penghambat dan mengurangi trauma selama defekasi. Hemoroid
berfungsi sebaga bantalan pelindung yang terisi oleh darah selama defekasi, dan
melindungi anoderm dari trauma langsung selama tinja keluar. Hemoroid juga
ikut menutup anal kanal dan mencegah keluarnya gas dan tinja. Sphincter interna
dan eksterna sendirian tidak akan dapat menutup anal kanal secara komplete,
tetapi ketika sphincter dan bantalan hemoroid bekerja bersama , di hasilkan
keadaan kontinensi.
2.3 HEMOROID
A. DEFINISI
Hemoroid adalah pelebaran pleksus hemorrhoidalis dan tidak merupakan
keadaan patologik.Tindakan hanya dilakukan bila hemoroid menimbulkan
keluhan atau penyulit.Kata hemoroid berasal dari kata haemorrhoides (Yunani)
yang berarti aliran darah (haem=darah, rhoos=aliran) jadi dapat diartikan sebagai
darah yang mengalir keluar.4
Bantalan hemoroid adalah hal yang normal sebagai bagian dari kanalis
anal.Struktur bantalan hemoroid terdiri dari pembuluh darah, otot halus, jaringan
elastin dan penyambung untuk mencegah kerusakan dari otot sfingter. Tiga
kompleks hemoroid utama adalah kanalis anal transverslateral kiri, kanan depan,
dankanan belakang. Halangan aliran darah disekitar kanalis analdan
pereganganmemicu prolaps jaringan di kanalis analis.Seiring berjalannya waktu,
sistem anatomi yang menunjang kompleks hemoroid menjadi lemah,paparan
jaringan ini kemudian keluar dari kanalis anal dan menyebabkankan cedera.4
A. ETOLOGI
Etiologi hemoroid sampai saat ini belum diketahui secara pasti, beberapa
faktor predisposisi pendukung yang terlibat dalam terbentuknya hemoroid
diantaranya adalah:5
8
1. Anatomi :
Vena di daerah mesenterium tidak mempunyai katup sehingga darah
mudah kembali, menyebabkan meningkatnya tekanan di pleksus
hemoroidalis.5
2. Umur :
Pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot
sfingter menjadi tipis dan atonis.5
3. Keturunan :
Dinding pembuluh darah lemah dan tipis.5
4. Pekerjaan :
Orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat barang
berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.5
5. Mekanis :
Semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra abdomen,
misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan sering
mengejan pada waktu defekasi.5
6. Endokrin :
Pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena ada
sekresi hormone relaksin.5
7. Fisiologi :
Bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada penderita sirosis
hepatis.5
B. PATOFIOLOGI
Anal canal memiliki lumen triradiate yang dilapisi bantalan (cushion) atau
alas dari jaringan mukosa. Bantalan ini tergantung di anal canal oleh jaringan ikat
yang berasal dari sfingter anal internal dan otot longitudinal.Di dalam tiap
bantalan terdapat plexus vena yang diperdarahi oleh arteriovenosus. Struktur
vaskular tersebut membuat tiap bantalan membesar untuk mencegah terjadinya
inkontinensia.6
9
Efek degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan penyokong
dan bersamaan dengan usaha pengeluaran feses yang keras secara berulang serta
mengedan akan meningkatkan tekanan terhadap bantalan tersebut yang akan
mengakibatkan prolapsus. Bantalan yang mengalami prolapsus akan mengganggu
aliran balik venanya. Bantalan menjadi semakin membesar dikarenakan
mengedan, konsumsi serat yang tidak adekuat, berlama-lama ketika buang air
besar, serta kondisi seperti kehamilan yang meningkatkan tekanan intra
abdominal. Perdarahan yang timbul dari pembesaran hemoroid disebabkan oleh
trauma mukosa lokal atau inflamasi yang merusak pembuluh darah di bawahnya.6
10
C. KLASIFIKASI
a. Hemoroid Internal
11
3. Hemoroid interna derajat III :
Benjolan hemoroid yang keluar dari anal canal dan tidak dapat masuk
kembali secara spontan.Benjolan baru masuk kembali setelah dikembalikan
dengan tangan ke dalam anus.1,4,5,6
4. Hemoroid interna derajat IV :
Hemoroid yang telah berlangsung sangat lama dengan bagian yang
tertutup kulit cukup luas, sehingga tidak dapat dikembalikan dengan baik ke
dalam kanalis anal.1,4,5,6
12
Gambar 7 : hemmorroid Interna
b. Hemoroid Eksternal
13
D. MANIFTASI KLINIS
14
E. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang
membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi ( mengejan ), pasien sering
duduk berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan.
Pemeriksaan umum tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan
oleh penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal. Hemoroid eksterna dapat
dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi trombosis. Bila hemoroid interna
mengalami prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan
dapat dilihat apabila penderita diminta mengejan.7
b. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Dilihat kulit di sekitar perineum dan dilihat secara teliti adakah jaringan /
tonjolan yang muncul.7
b) Palpasi
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat
diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak
nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering
prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan
terasa padat dengan dasar yang lebar.Pemeriksaan colok dubur ini untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.7
c) Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Mikroskopis
15
Gambar 9 : Trombosis Hemorroid
2. Anoskop
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran.Penderita dalam posisi
litotomi.Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang.Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila
penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak
,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas
harus diperhatikan.
3. Proktosigmoidoskopi
16
F. DIAGNOSA BANDING
17
G. PENATALAKSANAAN
18
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna
kecuali efek anestetik dan astringen. Hemoroid interna yang mengalami prolaps
oleh karena udem umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul
dengan tirah baring dan kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan.
Rendam duduk dengan dengan cairan hangat juga dapat meringankan nyeri.
2. Skleroterapi
19
Gambar 10 : Ilustrasi Sclerosing
20
hanya menjalani tindakan pengikatan pembuluh darah arteri yang mengarah ke
pembengkakan ambeien. Ciri khas metode TDUHAL adalah dipergunakannya alat
bantu doppler ultrasound beserta perlengkapan pendukungnya. Pada peralatan
canggih dan mahal ini terdapat doppler transducer, semacam sensor yang
dilengkapi pengeras suara. Dengan bantuan alat ini, dokter bisa mendengarkan
suara detak nadi sehingga bisa diketahui arteri mana yang bermasalah. Di depan
doppler transducer, terdapat jendela kecil dan lampu. Dari lubang inilah dokter
melakukan pengikatan pada arteri bermasalah tadi. Titik pengikatan kira-kira 10
cm dari anus. Dengan terapi pendahuluan berupa pemberian obat penenang agar
tidak gelisah, tindakan ini hanya memerlukan waktu 15 menit ditambah untuk
pemulihan akibat obat penenang selama sekitar 30 menit, penanganan ambeien
dengan cara ini tidak menimbulkan rasa sakit berarti. Pasca tindakan tidak
diperlukan perawatan khusus. Pasien tidak perlu menjalani rawat inap. Hanya
diberi obat antibiotika, obat antinyeri, obat hemoroid (anusol), dan obat pencahar
untuk melembekkkan kotoran. Dengan dilakukannya pengikatan arteri, hemoroid
tidak lagi mendapat pasokan darah. “Menurut teori, dua minggu setelah
pengikatan, pembuluh darah akan mati,” karena itu, lama-kelamaan benjolan akan
menyusut, bukan hilang. Tingkat keberhasilan metoda ini sekitar 80%. Metoda
TDUHAL paling baik untuk menangani hemoroid sampai tingkat ketiga. Makin
parah ambeien yang diderita pasien, makin banyak pengikatan yang dilakukan.
Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan
photocuagulation, tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis pada
jaringan dan akhirnya fibrosis. Cara ini baik digunakan pada hemoroid yang
sedang mengalami perdarahan.
21
Gambar 11: Infrared coagulation
6. Generator galvanis
Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal dari baterai
kimia. Cara ini paling efektif digunakan pada hemoroid interna.
Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas yaitu menimbulkan
nekrosis jaringan dan akhirnya fibrosis. Namun yang digunakan sebagai
penghancur jaringan yaitu radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi. Pada
terapi dengan diatermi bipolar, selaput mukosa sekitar hemoroid dipanasi dengan
radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi sampai akhirnya timbul kerusakan
jaringan. Cara ini efektif untuk hemoroid interna yang mengalami perdarahan.
22
8. Ruber Band Ligasi
Untuk pasien dengan terapi laser dengan prolaps, Rubber Band Ligation
adalah cara terpilih di AS untuk terapi hemoroid internal. Dengan prosedur ini,
jaringan hemorrhoid ditarik ke dalam double-sleeved cylinder untuk
menempatkan karet disekeliling jaringan. Seiring dengan jalannya waktu, jaringan
dibawahnya akan mengecil.
23
b. Terapi Bedah
1. Hemorrhoidektomi
Suatu tindakan pembedahan dan cara pengangkata pleksus hemoroidalis dan
mukosa atau tanpa mukosa yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar
berlebih. Indikasi : Penderita dengan keluhan menahun dan hemoroid derajat III
dan IV, Perdarahan berulang dan anemia yang tidaksembuh dengan terapi lain
yang lebih sederhana, Hemoroid derajat IV dengan thrombus dan nyeri hebat.
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada
penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan
perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi
lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami
trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.
24
i. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini
dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi
dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap
pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot
sfingter internus. Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna.
25
Suatu incisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar
pleksus hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang
mendasarinya.
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu
dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari
submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu
mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
H. PENCEGAHAN
26
malas minum, tidak hanya akan membuat hemorrhoid, ginjal juga lama kelamaan
akan dapat terganggu oleh karena kurangnya cairan dalam tubuh. Usahakan
minum yang cukup, imbangi dengan olah raga, sehingga perut tidak mual saat
minum air putih. Makan makanan yang banyak mengandung serat, seperti buah
dan sayuran. Makanan yang banyak mengandung serat juga akan memberikan
manfaat mengurangi penyerapan lemak sehingga kolesterol menjadi aman.8,9,10
I. Komplikasi
1. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan dan
takut berak. Karena itu, tinja makin keras dan makin memperberat luka di
anus.
2. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak
normal) dari selaput lendir usus/anus.
27
3. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia.
4. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur
sehingga tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah, makin
sakit, dan besar. Dan jika tidak cepat-cepat ditangani dapat busuk.
J. PROGNOSIS
Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi
asimptomatis.Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada
semua kasus.Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang
baik.Sesudah terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan
makan makanan serat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala
hemoroid.7,11
28
DAFTAR PUSTAKA
2. Silvia A.P, Lorraine M.W, Hemoroid, 2005. Dalam: Konsep – konsep Klinis
Proses Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal:467
3. FS Danar. 2015. Diagnosis dan Penanganan Hemorroid. J Majority. Vol 4.
Hal 14
4. Snell, Richard S, .2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran; alih
bahasa Liliana Sugiharto; Ed 6. EGC : Jakarta.
5. Longo, et all. 2012. Harrison's™PRINCIPLES OF INTERNAL MEDICINE.
18th Edition. McGraw-Hill Companies, Inc: United States of America.
6. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah,
Ed.2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 672 – 675
7. Robert A. PRESPECTIVE IN CLINICAL GASTROENTEROLOGY AND
HEPATOLOGY Vol 1. The Evaluation and treatment of hemorrhoids: A
Guide for the gastroenterologist. ASCRS. Hal:593-601
8. Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi III,
FK UI, Jakarta,pemeriksaan penunjang: 321 – 324.
9. Agus Supriyono. Hemorroid. Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung. 2009.
10. Pebudi Rizky,Soehandro Budiono, Widasari Widya. Hubungan Antara Posisi
Defekasi dengan Kejadian Hemorroid di Poli Bedah anoskopi RSAD Gatot
Subroto Priode Maret dan April 2013. Departemen Bedah RSPAD Gatot
Soebroto. 2013.
11. Zhifei Sun, MD1 John Migaly. Review of Hemorrhoid Disease: Presentation
and Management. Department of Surgery, Duke University, Durham, North
Carolina. 2016.
12. Pasha J Nisar, John H Scholefield. Managing haemorrhoids. Gastrointestinal
Surgery, University Hospital, Queen’s Medical Centre,.Nottingham. 2009.
29
30