Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

Hemoroid yang lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir merupakan


penyakit yang sering ditemukan pada masyarakat Indonesia. Sekitar 5% dari
populasi umum, 35% dari penduduk yang berusia lebih dari 25 tahun dan 50%
dari penduduk yang berusia 50 tahun mengalami penyakit hemoroid ini.
Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan
yang sangat tidak nyaman.1
Menurut National Digestive Diseases Information Clearinghouse, sekitar
75 % dari manusia akan mengalami hemoroid pada suatu titik dalam hidupnya.
Hemoroid sering pada dewasa yakni usia 45 tahun sampai 65 tahun. Hemoroid
juga sering terjadi pada wanita hamil (NDDIC, 2013). Menurut Medscape,
prevalensi hemoroid di seluruh dunia yang menimbulkan gejala diperkirakan
4,4% pada populasi umum. Di Amerika Serikat, hampir sepertiga dari 10 juta
penderita hemoroid mencari pengobatan medis.1
Hemoroid sendiri berasal dari kata haemorrhoides (Yunani) yang berarti
aliran darah (haem = darah, rhoos = aliran) jadi dapat diartikan sebagai darah yang
mengalir keluar.2
Jaringan hemoroid merupakan bagian dari anatomi normal dari rektum
distal dan kanalis analis. Haemorroid interna adalah bantal jaringan yang berisi
vaskular dan jaringan ikat yang letaknya di atas garis dentate dan dilapisi dengan
mukosa rektum atau mukosa transisi. haemorrhoid eksterna merupakan kompleks
vaskular yang mendasari anoderm yang kaya inervasi. Hamorrhoid berfungsi
sebagai bantal pelindung yang menjadi penuh dengan darah selama defekasi,
melindungi kanalis analis dari trauma langsung selama dilewati oleh tinja.
Jaringan haemorrhoid menjadi membesar ketika tekanan intra-abdomen
meningkat. Hal ini terjadi dengan obesitas, kehamilan, mengangkat beban, dan
saat mengejan.1
Penyakit haemorrhoid mungkin melibatkan kompleks internal, kompleks
eksternal, atau keduanya. Haemorrhoid interna menjadi bergejala ketika kompleks

1
internal yang menjadi besar secara kronis atau jaringan prolapses ke kanalis analis
karena kelemahan dari jaringan ikat sekitarnya dan pelebaran pembuluh darah
vena. Hemoroid eksterna menjadi bergejala bila terjadi trombosis, dengan gejala
onset akut dan nyeri perianal yang hebat. Ketika trombosis sembuh, kulit di
atasnya akan menjadi fibrosis, dan membentuk tag kulit (skin tag).2

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI

Saluran pencernaan berakhir pada anorektum. Anorektum tersusun dari


lapisan kulit yang membungkus regio perianal, kanalis ani dan rektum. Panjang
kanalis ani kira kira 2-3 cm yang dimulai dari cincin anorektal dan berakhir pada
anal verge. Terdapat tiga struktur anatomi dari kanalis ani yang menjadi pokok
bahasan yaitu anal verge (tepi anus), linea dentata dan cincin anorektal.2
Anal verge atau tepi anus adalah batas terluar dari kanalis ani dan
merupakan pertemuan antara anus dan kulit perianal. Lokasi persis dari tepi anus
ini tidak jelas, tetapi epitel kulit pada anal verge sedikit mengandung folikel
rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea.2
Di bagian tengah kanalis ani, sekitar 1-1,5 cm dari anal verge terdapat
linea dentata. Linea dentata ini adalah ujung atas kanalis ani, merupakan peralihan
epitel mukosa dan merupakan penyatuan dari embrional ektoderm dan endoderm.
Lipatan mukosa longitudinal diatas linea dentata dikenal sebagai Columna dari
Morgagni yang mana merupakan tempat keluarnya kripta ani. Sekitar 1 cm di atas
linea dentata, epitel yang membatasinya mungkin epitel columnar, transitional
ataupun berlapis pipih, area ini disebut area transisi yang mana plexus
hemoroidalis interna terdapat di dalam mukosanya.2
Cincin anorektal terletak 1-1,5 cm di proksimal linea dentata. Kanalis ani
merupakan kanal yang dikelilingi oleh otot-otot yaitu otot pubo-rektal yang
merupakan bagian dari otot levator ani, sfingter ani eksternus yang merupakan
otot lurik dibagi menjadi tiga bagian deep, superfisial dan sub cutan, dan yang
paling dalam adalah sfingter ani internus yang merupakan otot polos dan
merupakan lanjutan dari otot rektum sirkuler. Ketiga otot ini yaitu puborektal,
sphincter ani interna dan sphincter ani eksterna bagian atas membentuk cincin
anorektal yang dapat diraba. Sedangkan pada distal dari cincin anorektal dan
diantara otot sphinter ani interna dan eksterna (intersphinteric plane), fascia dari

3
otot longitudinal dari rektum bergabung dengan serat dari levator ani dan
puborektalis membentuk conjoint musculus longitudina.2

Gambar 1 : Kanal Ani

4
a. Vaskularisasi Anorektal
Arteria rektalis superior merupakan lanjutan dari arteria mesenterika
inferior dan turun ke posterior menuju rektum bercabang menjadi 2, mensuplai
rektum dan bagian atas dari kanal anus. Arteria rektalis media berasal dari arteria
iliaka interna pada kedua sisi dan masuk ke bagian bawah rektum secara
anterolateral pada titik yang bervariasi, tetapi paling sering pada 1/3 bawah dari
rektum. Arteri ini tidak konsisten dan tidak dapat dijadikan satu-satunya tumpuan
jika dilakukan ligasi pada arteria rektalis superior. Arteria rektalis inferior berasal
dari arteria pudenda interna yang merupakan cabang dari arteria iliaka interna
mensuplai otot sfingter ani. Arteriol dari setiap arteri-arteri tersebut kaya
percabangan kolateral yang menyebabkan rektum relatif resisten terhadap
iskemia.2
Aliran darah vena rectum dan anus paralel dengan arterinya. 2 Aliran balik
darah dari rektum dan anus dapat melalui dua sistem (portal dan sistemik). Vena
rektalis superior mengalirkan darah dari rektum dan bagian atas kanal anus ke
sistem porta melalui vena mesenterika inferior. Vena rektalis media mengalirkan
darah bagian bawah dari rektum dan bagian atas dari kanal anus ke vena iliaka
interna menuju ke sistem sistemik. Vena rektalis inferior berjalan bersama
arterinya mengalirkan darah dari bagian bawah kanal anus ke vena pudenda
interna dan akhirnya menuju ke vena iliaka interna. Komunikasi antar sistem vena
ini memungkinkan rectal Ca menyebar via portal dan sistemik sistem.2
Plexus Hemoroidalis adalah suatu anyaman pembuluh darah yang
terletak dibawah mukosa kanalis ani. Plexus hemoroidalis dapat dibagi menjadi
dua bagian, yakni pleksus hemoroid internus dan eksternus dimana kedua pleksus
tersebut saling berhubungan secara longgar dan merupakan awal dari aliran vena
yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan anus. Plexsus hemoroid
interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior selanjutnya ke vena
porta melalui vena mesenterika dan vena rektalis superior. Sedangkan darah dari
plexus hemoroidalis eksterna mengalirkan darah ke vena cava inferior melalui
vena iliaka interna dan vena rektalis inferior .2

5
Gambar 2 : Vaskularisasi Anorektal Arteri

Gambar 3 : Vaskularisasi Anorektal Vena

6
Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna
adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan
dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di
dalam jaringan submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat
pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan (jam 7 ), kanan belakang (jam 11), dan
kiri lateral (jam 3). Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak
primer tesebut.2

Gambar 4: lokasi primer plexus hemoroid bila posisi litotomi pada jam
3, jam 7 dan jam 11

Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus


hemoroid inferior terdapat di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di
dalam jaringan di bawah epitel anus.2

2.2. FISIOLOGI
Fungsi normal dari anorektum adalah penyimpanan dan pengeluaran
produk sisa dari usus. Fungsi utama rektum adalah penyimpanan dengan volume
normal 600 - 1200 mL. Tekanan normal rektum saat istirahat kurang lebih 10
mmHg. Perubahan pada tekanan intrarektum disebabkan terutama oleh perubahan

7
tekanan intra abdomen karena rektum sendiri memiliki fungsi peristaltik yang
sangat sedikit.
Bantalan hemoroidal yang normal sangat penting dalam berpartisipasi
sebagai penghambat dan mengurangi trauma selama defekasi. Hemoroid
berfungsi sebaga bantalan pelindung yang terisi oleh darah selama defekasi, dan
melindungi anoderm dari trauma langsung selama tinja keluar. Hemoroid juga
ikut menutup anal kanal dan mencegah keluarnya gas dan tinja. Sphincter interna
dan eksterna sendirian tidak akan dapat menutup anal kanal secara komplete,
tetapi ketika sphincter dan bantalan hemoroid bekerja bersama , di hasilkan
keadaan kontinensi.

2.3 HEMOROID
A. DEFINISI
Hemoroid adalah pelebaran pleksus hemorrhoidalis dan tidak merupakan
keadaan patologik.Tindakan hanya dilakukan bila hemoroid menimbulkan
keluhan atau penyulit.Kata hemoroid berasal dari kata haemorrhoides (Yunani)
yang berarti aliran darah (haem=darah, rhoos=aliran) jadi dapat diartikan sebagai
darah yang mengalir keluar.4

Bantalan hemoroid adalah hal yang normal sebagai bagian dari kanalis
anal.Struktur bantalan hemoroid terdiri dari pembuluh darah, otot halus, jaringan
elastin dan penyambung untuk mencegah kerusakan dari otot sfingter. Tiga
kompleks hemoroid utama adalah kanalis anal transverslateral kiri, kanan depan,
dankanan belakang. Halangan aliran darah disekitar kanalis analdan
pereganganmemicu prolaps jaringan di kanalis analis.Seiring berjalannya waktu,
sistem anatomi yang menunjang kompleks hemoroid menjadi lemah,paparan
jaringan ini kemudian keluar dari kanalis anal dan menyebabkankan cedera.4

A. ETOLOGI
Etiologi hemoroid sampai saat ini belum diketahui secara pasti, beberapa
faktor predisposisi pendukung yang terlibat dalam terbentuknya hemoroid
diantaranya adalah:5

8
1. Anatomi :
Vena di daerah mesenterium tidak mempunyai katup sehingga darah
mudah kembali, menyebabkan meningkatnya tekanan di pleksus
hemoroidalis.5
2. Umur :
Pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot
sfingter menjadi tipis dan atonis.5
3. Keturunan :
Dinding pembuluh darah lemah dan tipis.5
4. Pekerjaan :
Orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat barang
berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.5
5. Mekanis :
Semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra abdomen,
misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan sering
mengejan pada waktu defekasi.5
6. Endokrin :
Pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena ada
sekresi hormone relaksin.5
7. Fisiologi :
Bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada penderita sirosis
hepatis.5

B. PATOFIOLOGI

Anal canal memiliki lumen triradiate yang dilapisi bantalan (cushion) atau
alas dari jaringan mukosa. Bantalan ini tergantung di anal canal oleh jaringan ikat
yang berasal dari sfingter anal internal dan otot longitudinal.Di dalam tiap
bantalan terdapat plexus vena yang diperdarahi oleh arteriovenosus. Struktur
vaskular tersebut membuat tiap bantalan membesar untuk mencegah terjadinya
inkontinensia.6

9
Efek degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan penyokong
dan bersamaan dengan usaha pengeluaran feses yang keras secara berulang serta
mengedan akan meningkatkan tekanan terhadap bantalan tersebut yang akan
mengakibatkan prolapsus. Bantalan yang mengalami prolapsus akan mengganggu
aliran balik venanya. Bantalan menjadi semakin membesar dikarenakan
mengedan, konsumsi serat yang tidak adekuat, berlama-lama ketika buang air
besar, serta kondisi seperti kehamilan yang meningkatkan tekanan intra
abdominal. Perdarahan yang timbul dari pembesaran hemoroid disebabkan oleh
trauma mukosa lokal atau inflamasi yang merusak pembuluh darah di bawahnya.6

Inflamasi yang terjadi akibat rusaknya pembuluh darah yang


mengakibatkan sel mast memiliki peran multidimensional terhadap patogenesis
hemoroid, melalui mediator dan sitokin yang dikeluarkan oleh granul sel
mast.Pada tahap awal vasokonstriksi terjadi bersamaan dengan peningkatan
vasopermeabilitas dan kontraksi otot polos yang diinduksi oleh histamin dan
leukotrin. Ketika vena submukosal meregang akibat dinding pembuluh darah pada
hemoroid melemah, akan terjadi ekstravasasi sel darah merah dan perdarahan. Sel
mast juga melepaskan platelet-activating factor sehingga terjadi agregasi dan
trombosis yang merupakan komplikasi akut hemoroid.6

Pada tahap selanjutnya hemoroid yang mengalami trombosis akan


mengalami rekanalisasi dan resolusi. Proses ini dipengaruhi oleh kandungan
granul sel mast. Termasuk diantaranya tryptase dan chymase untuk degradasi
jaringan stroma, heparin untuk migrasi sel endotel dan sitokin sebagai TNF-α
serta interleukin 4 untuk pertumbuhan fibroblas dan proliferasi. Selanjutnya
pembentukan jaringan parut akan dibantu oleh basic fibroblast growth factor dari
sel mast.6

10
C. KLASIFIKASI

Gambar 5 : Perbedaan hemoroid internal dan hemoroid eksternal

Hemoroid diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu: hemoroid interna dan


hemoroid eksterna.1,4,5,6

a. Hemoroid Internal

Hemoroid interna adalah pelebaran pleksus v.hemoroidalis superior diatas


garis mukokutan (linea dentata) dan ditutupi oleh mukosa.Hemoroid interna ini
merupakan bantalan vaskuler didalam jaringan submukosa pada rektum sebelah
bawah.Secara klinis hemoroid interna dibagi atas 4 derajat:1,4,5,6

1. Hemoroid interna derajat I :


Ini merupakan hemoroid stadium awal.Hemoroid hanya berupa benjolan
kecil yang hanya mencapai lumen dari anal canal pada saat vena-vena
mengalami distensi ketika defekasi.1,4,5,6

2. Hemoroid interna derajat II :


Hemoroid berupa benjolan yang lebih besar, yang tidak hanya menonjol
ke dalam kanalis anal, tapi juga mencapai sfingter eksternal. Benjolan ini
muncul keluar ketika penderita mengejan, tapi secara spontan masuk kembali
kedalam kanalis anal bila proses defekasi telah selesai.1,4,5,6

11
3. Hemoroid interna derajat III :
Benjolan hemoroid yang keluar dari anal canal dan tidak dapat masuk
kembali secara spontan.Benjolan baru masuk kembali setelah dikembalikan
dengan tangan ke dalam anus.1,4,5,6
4. Hemoroid interna derajat IV :
Hemoroid yang telah berlangsung sangat lama dengan bagian yang
tertutup kulit cukup luas, sehingga tidak dapat dikembalikan dengan baik ke
dalam kanalis anal.1,4,5,6

Tabel 1. Derajat Hemorroid

Gambar 6 : Stadium Hemoroid

12
Gambar 7 : hemmorroid Interna

b. Hemoroid Eksternal

Hemoroid eksterna diklasifikasi sebagai bentuk akut dan kronik.Bentuk akut


berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
merupakan suatu hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis
eksternal akut.Bentuk ini sangat terasa nyeri dan gatal karena ujung – ujung saraf
pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksternal kronis atau skin tag
biasanya merupakan sekuele dari hematoma akut. Hemoroid ini berupa satu atau
lebih lipatan kulit anus yang berdiri dari jaringan ikat dan sedikit pembulu darah.1

Gambar 8 : Hemorroid External

13
D. MANIFTASI KLINIS

Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau “wasir” tanpa ada


hubungannya dengan gejala rektum atau anus yang khusus.

1. Perdarahan : umumnya merupakan tanda pertama dari hemoroid interna


akibat trauma oleh faeces yang keras. Darah yang keluar berwarna merah
segar dan tidak tercampur dengan faeces, dapat hanya berupa garis pada
faeces atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes
atau mewarnai air toilet menjadi merah.
2. Prolaps : Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat
menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya
terjadi pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah defekasi. Pada
stadium yang lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah
defekasi agar masuk kembali ke dalam anus.Pada akhirnya hemoroid dapat
berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak bisa
didorong masuk lagi.
3. Keluarnya mukus dan terdapatnya faeces pada pakaian dalam merupakn ciri
hemoroid yang mengalami prolaps menetap.
4. Pruritus ani : Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal
sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus
dan rangsangan mukus.
5. Nyeri : hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan udem dan
radang. Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid
interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami thrombosis
(pembekuan darah dalam hemoroid). Hal ini karena lapisan mukosa pada
hemoroid interna mendapatkan sedikit saja inervasi saraf, berbeda dengan
hemoroid eksterna pada kulit anal yang sering nyeri karena banyak
mengandung serabut saraf. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri
sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps.

14
E. DIAGNOSIS
a. Anamnesis

Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang
membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi ( mengejan ), pasien sering
duduk berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan.
Pemeriksaan umum tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan
oleh penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal. Hemoroid eksterna dapat
dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi trombosis. Bila hemoroid interna
mengalami prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan
dapat dilihat apabila penderita diminta mengejan.7

b. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Dilihat kulit di sekitar perineum dan dilihat secara teliti adakah jaringan /
tonjolan yang muncul.7
b) Palpasi

Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat
diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak
nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering
prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan
terasa padat dengan dasar yang lebar.Pemeriksaan colok dubur ini untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.7

c) Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Mikroskopis

Hemorrhoid secara mikroskopik tampak dinding vena yang menipis terisi


thrombus yang kadang-kadang telah menunjukkan tanda-tanda organisasi seperti
rekanalisasi.8

15
Gambar 9 : Trombosis Hemorroid

2. Anoskop

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran.Penderita dalam posisi
litotomi.Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang.Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila
penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak
,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas
harus diperhatikan.

3. Proktosigmoidoskopi

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan


disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena
hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses
harus diperiksa terhadap adanya darah samar.

16
F. DIAGNOSA BANDING

Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemoroid interna yang juga


terjadi pada :
1. Karsinoma kolorektum
Karsinoma kolorektum sering terjadi pada usia tua, dimana pada anamnesa
didapatkan perubahan pola buang air besar dengan disertai tenesmus saat defekasi
dan adanya darah pada feses. Pada rectal toucher teraba masa yang berdungkul
dan pada pemeriksaan anoscopy sering ditemukan ulserasi atau perlukaan.
2. Polip
Merupakan penonjolan mukosa rektum dalam lumen rektum. Gambaran
klinisnya adalah perdarahan dan lendir yang intermitten, benjolan keluar saat bab
dan masuk kembali. Pada pemeriksaan rectal toucher didapatkan massa
bertangkai dan lunak pada dinding rektum
3. Kolitis ulserosa
Tanda umumnya adalah perdarahan dari rectum dan diare, nanah serta lender.
Gejala lainnya demam, mual, muntah dan penurunan berat badan. Pada
pemeriksaan abdomen kadang didapatkan keluhan nyeri tekan sementara pada
pemeriksaan rectal touchermungkin terasa nyeri karena adanya fisura. Pada
rectoscopy tampak adanya keradangan. Dan pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan anemia, lekosistois dan peningkatan laju endap darah.

17
G. PENATALAKSANAAN

1st Degree – No rectal prolapse  Diet


 Local & general drugs
 Sclerotherapy
 Infrared coagulation

2nd Degree – Rectal prolapse is  Sclerotherapy


spontaneously reducible  Infrared coagulation
 Banding [recurring banding may
require Procedure for Prolapse
and Hemorrhoids (PPH)]

3rd Degree – Rectal prolapse is  Banding


manually reducible  Hemorrhoidectomy
 Procedure for Prolapse and
Hemorrhoids (PPH)

4th Degree – Rectal prolapse irreducible  Hemorrhoidectomy


 Procedure for Prolapse and
Hemorrhoids (PPH)

Tabel 2. Klasifikasi Hemorrhoid Interna4

a. Terapi non bedah


1. Terapi obat-obatan (medikamentosa) / diet

Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua dapat


ditolong dengan tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang makan.
Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah-
buahan. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak, sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan berlebihan.

18
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna
kecuali efek anestetik dan astringen. Hemoroid interna yang mengalami prolaps
oleh karena udem umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul
dengan tirah baring dan kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan.
Rendam duduk dengan dengan cairan hangat juga dapat meringankan nyeri.

Kombinasi Diosmin dan Hesperidin (ardium) yang bekerja pada vascular


dan mikro sirkulasi dikatakan dapat menurunkan desensibilitas dan stasis pada
vena dan memperbaiki permeabilitas kapiler.Untuk terapi hemoroid interna
biasanya diberikan dosis Diosmin 1350 mg dan Hesperidin 150 mg 2x dalam
sehari selama 4 hari dilanjutkan Diosmin 900 mg dan Hesperidin 100 mg 2x
sehari selama 3 hari. Beberapa peneliti juga mencoba Diosmin 600 mg 3 x sehari
selama 4 hari, dilanjutkan dengan 300 mg 2 x sehari selama 10 hari dalam
kombinasi Psyllium 11 gram sehari.4

2. Skleroterapi

Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya


5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam
jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan
meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan
dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan
pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri. Penyulit penyuntikan termasuk
infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam prostat, dan reaksi hipersensitivitas
terhadap obat yang disuntikan.Terapi suntikan bahan sklerotik bersama nasehat
tentang makanan merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I
dan II, tidak tepat untuk hemoroid yang lebih parah atau prolapse.

19
Gambar 10 : Ilustrasi Sclerosing

3. Krioterapi / bedah beku

Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali


menggunakan CO2 atau NO2, sehingga terjadi nekrosis dan akhirnya fibrosis. Jika
digunakan dengan cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada
sambungan anus rektum, maka krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan
yang terlihat pada ligasi dengan gelang karet dan tidak ada nyeri. Dingin
diinduksi melalui sonde dari mesin kecil yang dirancang bagi proses ini.
Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan dalam tempat praktek atau klinik.
Terapi ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar
ditentukan luasnya. Krioterapi ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada
karsinoma rektum yang ireponibel

4. Hemorroidal Arteri Ligation ( HAL )

Dengan metode Transproctoscopie Doppler Ultrasound Haemorrhoidal


Artery Ligation (TDUHAL). Pelaksanaan metode ini cukup sederhana; pasien

20
hanya menjalani tindakan pengikatan pembuluh darah arteri yang mengarah ke
pembengkakan ambeien. Ciri khas metode TDUHAL adalah dipergunakannya alat
bantu doppler ultrasound beserta perlengkapan pendukungnya. Pada peralatan
canggih dan mahal ini terdapat doppler transducer, semacam sensor yang
dilengkapi pengeras suara. Dengan bantuan alat ini, dokter bisa mendengarkan
suara detak nadi sehingga bisa diketahui arteri mana yang bermasalah. Di depan
doppler transducer, terdapat jendela kecil dan lampu. Dari lubang inilah dokter
melakukan pengikatan pada arteri bermasalah tadi. Titik pengikatan kira-kira 10
cm dari anus. Dengan terapi pendahuluan berupa pemberian obat penenang agar
tidak gelisah, tindakan ini hanya memerlukan waktu 15 menit ditambah untuk
pemulihan akibat obat penenang selama sekitar 30 menit, penanganan ambeien
dengan cara ini tidak menimbulkan rasa sakit berarti. Pasca tindakan tidak
diperlukan perawatan khusus. Pasien tidak perlu menjalani rawat inap. Hanya
diberi obat antibiotika, obat antinyeri, obat hemoroid (anusol), dan obat pencahar
untuk melembekkkan kotoran. Dengan dilakukannya pengikatan arteri, hemoroid
tidak lagi mendapat pasokan darah. “Menurut teori, dua minggu setelah
pengikatan, pembuluh darah akan mati,” karena itu, lama-kelamaan benjolan akan
menyusut, bukan hilang. Tingkat keberhasilan metoda ini sekitar 80%. Metoda
TDUHAL paling baik untuk menangani hemoroid sampai tingkat ketiga. Makin
parah ambeien yang diderita pasien, makin banyak pengikatan yang dilakukan.

5. Infra Red Coagulation ( IRC ) / Koagulasi Infra Merah

Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan
photocuagulation, tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis pada
jaringan dan akhirnya fibrosis. Cara ini baik digunakan pada hemoroid yang
sedang mengalami perdarahan.

21
Gambar 11: Infrared coagulation

6. Generator galvanis

Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal dari baterai
kimia. Cara ini paling efektif digunakan pada hemoroid interna.

7. Bipolar Coagulation / Diatermi bipolar

Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas yaitu menimbulkan
nekrosis jaringan dan akhirnya fibrosis. Namun yang digunakan sebagai
penghancur jaringan yaitu radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi. Pada
terapi dengan diatermi bipolar, selaput mukosa sekitar hemoroid dipanasi dengan
radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi sampai akhirnya timbul kerusakan
jaringan. Cara ini efektif untuk hemoroid interna yang mengalami perdarahan.

22
8. Ruber Band Ligasi

Merupakan pilihan kebanyakan pasien dengan derajat I dan II yang tidak


menunjukkan perbaikan dengan perubahan diet, tetapi dapat juga dilakukan pada
hemoroid derajat III. Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat
diatasi dengan ligasi menurut Baron ini.

Dengan bantuan anoskop, mukosa diatas hemoroid yang menonjol dijepit


dan ditarik atau dihisap kedalam lubang ligator khusus.Rubber band didorong dan
ligator ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus
hemorrhoidalis.Nekrosis karena iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa
bersama rubber band akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada
pangkalnya. Komplikasi yang sering terjadi berupa edema dan trombosis.

Untuk pasien dengan terapi laser dengan prolaps, Rubber Band Ligation
adalah cara terpilih di AS untuk terapi hemoroid internal. Dengan prosedur ini,
jaringan hemorrhoid ditarik ke dalam double-sleeved cylinder untuk
menempatkan karet disekeliling jaringan. Seiring dengan jalannya waktu, jaringan
dibawahnya akan mengecil.

Gambar 12 : Ilustrasi RBL

23
b. Terapi Bedah
1. Hemorrhoidektomi
Suatu tindakan pembedahan dan cara pengangkata pleksus hemoroidalis dan
mukosa atau tanpa mukosa yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar
berlebih. Indikasi : Penderita dengan keluhan menahun dan hemoroid derajat III
dan IV, Perdarahan berulang dan anemia yang tidaksembuh dengan terapi lain
yang lebih sederhana, Hemoroid derajat IV dengan thrombus dan nyeri hebat.
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada
penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan
perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi
lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami
trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.

Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang


hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat
mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak
mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi
tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus
mukosa. Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional (
menggunakan pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat pemotong)
dan bedah stapler ( menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler). Saat ini ada 3
teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :

24
i. Teknik Milligan – Morgan

Gambar 13 : Panel A: wasir eksternal digenggam. Panel B: wasir internal


digenggam. Panel C: kulit eksternal dan wasir dipotong. Panel D: dasi
ditempatkan di sekitar bundel vaskular hemoroid. Panel E: ligasi dari bundel
vaskular. Panel F: eksisi jaringan hemoroid distal ke ikat.

Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini
dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi
dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap
pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot
sfingter internus. Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna.

25
Suatu incisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar
pleksus hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang
mendasarinya.

Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan


transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah
mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara
longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana. Biasanya tidak lebih dari tiga
kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu. Striktura rektum dapat
merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak.
Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak
jaringan.

ii. Teknik Whitehead

Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu
dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari
submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu
mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.

iii. Teknik Langenbeck

Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem.


Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian
eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah
klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak
mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa
menimbulkan stenosis.

H. PENCEGAHAN

Pencegahan dapat dilakukan dengan mencegah faktor yang dapat


menyebabkan terjadinya hemorrhoid dengan minum yang cukup, makan cukup
sayuran, dan buah-buahan, sehingga kotoran kita tidak mengeras. Kebiasaan

26
malas minum, tidak hanya akan membuat hemorrhoid, ginjal juga lama kelamaan
akan dapat terganggu oleh karena kurangnya cairan dalam tubuh. Usahakan
minum yang cukup, imbangi dengan olah raga, sehingga perut tidak mual saat
minum air putih. Makan makanan yang banyak mengandung serat, seperti buah
dan sayuran. Makanan yang banyak mengandung serat juga akan memberikan
manfaat mengurangi penyerapan lemak sehingga kolesterol menjadi aman.8,9,10

Gambar 14 : Posisi yang disarankan saat menggunakan kloset duduk

I. Komplikasi

Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, thrombosis, dan


strangulasi.Hemoroid strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai
darah dihalangi oleh sfingter ani. 10

1. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan dan
takut berak. Karena itu, tinja makin keras dan makin memperberat luka di
anus.
2. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak
normal) dari selaput lendir usus/anus.

27
3. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia.
4. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur
sehingga tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah, makin
sakit, dan besar. Dan jika tidak cepat-cepat ditangani dapat busuk.

J. PROGNOSIS

Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi
asimptomatis.Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada
semua kasus.Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang
baik.Sesudah terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan
makan makanan serat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala
hemoroid.7,11

28
DAFTAR PUSTAKA

2. Silvia A.P, Lorraine M.W, Hemoroid, 2005. Dalam: Konsep – konsep Klinis
Proses Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal:467
3. FS Danar. 2015. Diagnosis dan Penanganan Hemorroid. J Majority. Vol 4.
Hal 14
4. Snell, Richard S, .2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran; alih
bahasa Liliana Sugiharto; Ed 6. EGC : Jakarta.
5. Longo, et all. 2012. Harrison's™PRINCIPLES OF INTERNAL MEDICINE.
18th Edition. McGraw-Hill Companies, Inc: United States of America.
6. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah,
Ed.2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 672 – 675
7. Robert A. PRESPECTIVE IN CLINICAL GASTROENTEROLOGY AND
HEPATOLOGY Vol 1. The Evaluation and treatment of hemorrhoids: A
Guide for the gastroenterologist. ASCRS. Hal:593-601
8. Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi III,
FK UI, Jakarta,pemeriksaan penunjang: 321 – 324.
9. Agus Supriyono. Hemorroid. Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung. 2009.
10. Pebudi Rizky,Soehandro Budiono, Widasari Widya. Hubungan Antara Posisi
Defekasi dengan Kejadian Hemorroid di Poli Bedah anoskopi RSAD Gatot
Subroto Priode Maret dan April 2013. Departemen Bedah RSPAD Gatot
Soebroto. 2013.
11. Zhifei Sun, MD1 John Migaly. Review of Hemorrhoid Disease: Presentation
and Management. Department of Surgery, Duke University, Durham, North
Carolina. 2016.
12. Pasha J Nisar, John H Scholefield. Managing haemorrhoids. Gastrointestinal
Surgery, University Hospital, Queen’s Medical Centre,.Nottingham. 2009.

29
30

Anda mungkin juga menyukai