PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hemoroid merupakan penyakit yang umum terjadi. Pada usia sekitar 50 tahun, 50 % individu
mengalami berbagai tipe hemoroid. Pasien dengan gangguan hemoroid mencari pertolongan
medis terutama akibat nyeri dan perdarahan rectal. Walaupun tidak mengancam jiwa,
penyakit ini dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum
terjadi. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang
meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon
menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang
disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa
waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal
yaitu hemorod yang terjadi diatas stingfer anal sedangkan yang muncul di luar stingfer anal
disebut hemorod eksternal.
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk.
Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan
meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun
keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak
nyaman. Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas penyakit hemoroid
Hemoroid / wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di mana bibir anus mengalami
bengkak yang kadang disertai pendarahan.
Setiap orang pasti memiliki hemoroid, cuma karena ukurannya kecil hemoroid ini sering
diabaikan. Hemoroid akan menimbulkan masalah bila ia membesar dan berdarah. Meskipun
hemoroid dapat dijumpai pada setiap orang, namun yang membesar dan menimbulkan
masalah hanya 4% dari total populasi. Kejadian hemoroid tidak memandang jenis kelamin
dan umumnya meningkat pada usia 45 sampai 65 tahun.
Hemoroid berasal dari kata haima yang berarti darah dan rheo yang berarti mengalir,
sehingga pengertian hemoroid secara harfiah adalah darah yang mengalir. Namun secara
klinis diartikan sebagai pelebaran vasa/vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. tetapi akan menjadi patologik apabila tidak mendapat
penanganan/pengobatan yang baik. Hemoroid tidak hanya sekedar pelebaran vasa saja, tetapi
juga diikuti oleh penambahan jaringan disekitar vasa atau vena.
Pada penderita hemoroid umumnya sulit untuk duduk dan buang air besar karena terasa sakit
apabila bibir anus atau sphinchter anus mendapat tekanan. Pada penderita hemoroid parah
terkadang sulit diobati sehingga bisa diberi tindakan operasi pengangkatan wasir yang bisa
memberi efek samping yang terkadang tidak baik. Oleh sebab itu wasir perlu diwaspadai dan
ditangani dengan baik agar mudah diobati.
B. TUJUAN
1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep asuhan keperawatan pada klien hemoroid.
1.2 Tujuan Khusus
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis membagi dalam beberapa bab, yaitu Bab I
Pendahuluan meliputi: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan, Bab II Tinjauan Teoritis mencakup: konsep medik yang berisi definisi, anatomi
fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, test diagnostik, terapi, komplikasi,
discharge planning, patoflodiagram dan konsep dasar keperawatan yang berisi pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan. Bab III Kesimpulan dan diakhiri Daftar
Pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori
1. Anatomi dan Fisiologi
Rektum panjangnya 15 – 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula – mula mengikuti cembungan
tulang kelangkang, fleksura sakralis, kemudian membelok kebelakang pada ketinggian tulang
ekor dan melintas melalui dasar panggul pada fleksura perinealis. Akhirnya rektum menjadi
kanalis analis dan berakhir jadi anus. Rektum mempunyai sebuah proyeksi ke sisi kiri yang
dibentuk oleh lipatan kohlrausch. Fleksura sakralis terletak di belakang peritoneum dan
bagian anteriornya tertutup oleh paritoneum. Fleksura perinealis berjalan ektraperitoneal.
Haustra (kantong) dan tenia (pita) tidak terdapat pada rektum, dan lapisan otot
longitudinalnya berkesinambungan.
Pada sepertiga bagian atas rektum, terdapat bagian yang dapat cukup banyak meluas yakni
ampula rektum bila ini terisi maka imbullah perasaan ingin buang air besar. Di bawah
ampula, tiga buah lipatan proyeksi seperti sayap – sayap ke dalam lumen rektum, dua yang
lebih kecil pada sisi yang kiri dan diantara keduanya terdapat satu lipatan yang lebih besar
pada sisi kanan, yakni lipatan kohlrausch, pada jarak 5 – 8 cm dari anus. Melalui kontraksi
serabut – serabut otot sirkuler, lipatan tersebut saling mendekati, dan pada kontraksi serabut
otot longitudinal lipatan tersebut saling menjauhi.
Kanalis analis pada dua pertiga bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yang sedikit
bertanduk yang mengandung persarafan sensoris yang bergabung dengan kulit bagian luar,
kulit ini mencapai ke dalam bagian akhir kanalis analis dan mempunyai epidermis berpigmen
yang bertanduk rambut dengan kelenjar sebacea dan kelenjar keringat. Mukosa kolon
mencapai dua pertiga bagian atas kanalis analis. Pada daerah ini, 6 – 10 lipatan longitudinal
berbentuk gulungan, kolumna analis melengkung kedalam lumen. Lipatan ini terlontar keatas
oleh simpul pembuluh dan tertutup beberapa lapisan epitel gepeng yang tidak bertanduk.
Pada ujung bawahnya, kolumna analis saling bergabung dengan perantaraan lipatan
transversal. Alur – alur diantara lipatan longitudinal berakhir pada kantong dangkal pada
akhiran analnya dan tertutup selapis epitel thorax. Daerah kolumna analis, yang panjangnya
kira – kira 1 cm, di sebut daerah hemoroidal, cabang arteri rectalis superior turun ke kolumna
analis terletak di bawah mukosa dan membentuk dasar hemorhoid interna.
Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah pleksus vena
hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rektum
sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ),
kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3). Hemoroid yang lebih kecil terdapat di
antara ketiga letak primer tesebut. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan
penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan
di dalam jaringan di bawah epitel anus.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara longgar dan merupakan
awal aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan anus. Pleksus
hemoroid interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena
porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah
perineum dan lipat paha ke vena iliaka.
2. Pengertian
Hemoroid berasal dari kata haima yang berarti darah dan rheo yang berarti mengalir,
sehingga pengertian hemoroid secara harfiah adalah darah yang mengalir. Namun secara
klinis diartikan sebagai pelebaran vasa/vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. tetapi akan menjadi patologik apabila tidak mendapat
penanganan/pengobatan yang baik. Hemoroid tidak hanya sekedar pelebaran vasa saja, tetapi
juga diikuti oleh penambahan jaringan disekitar vasa atau vena. Hemoroid adalah bagian
vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
Hemoroid adalah varikositis akibat dilatasi pleksus vena hemoroidalis interna ( Underwood,
J.C.E; 1999 ).
Hemoroid adalah vena yang berdilatasi dalam kanal anal( Smeltzer Suzanne C; 2001 ).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hemoroid adalah pelebaran
vena diikuti oleh penambahan jaringan disekitar vasa atau vena, bagian vena yang berdilatasi
dalam kanal anal.
3. Klasifikasi
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
a. Hemoroid interna
Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Terdapat pembuluh darah pada
anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa terlihat muncul
menonjol ke luar seperti hemoroid eksterna.
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak adanya
serabut serabut rasa sakit di daerah ini. Jika sudah parah bisa menonjol keluar dan terus
membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil tindakan operasi untuk membuang
wasir.
2) Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi
setelah depikasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
3) Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus di
dorong
4) Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defikasi tidak dapat
di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul trombus yang di ikuti infeksidan kadang
kadang timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata karena seakan -
akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar itu, padahal pendapat ini salah karena
muskulus spingter ani eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada saat
membuka dan menutup. Tapi bila benar terjadi. Inkaserata maka setelah beberapa saat akan
timbul nekrosis tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps
hemoroid .
b. Hemoroid eksterna
Merupakan varises vena hemoroidalis inferior yang umumnya berada di bawah otot dan
berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak kebiruan pada pinggir
anus yang terasa sakit dan gatal.
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi
hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1) Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya adalah
hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
a) Sering rasa sakit dan nyeri
b) Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor rasa sakit .
2) Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus
yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah
4. Etiologi
Berbagai penyebab yang dipercaya menimbulkan terjadinya hemoroid, antara lain sebagai
berikut :
a. BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama. Hal ini akan meningkatkan tekanan
vena yang akhirnya mengakibatkan pelebaran vena. Sedangkan BAB dengan posisi
duduk yang terlalu lama merupakan factor resiko hernia, karena saat duduk pintu hernia
dapat menekan.
b. Obtipasi atau konstipasi kronis, konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami kesulitan saat Buang Air Besar (BAB) sehingga terkadang harus mengejan
dikarenakan feses yang mengeras, berbau lebih busuk dan berwarna lebih gelap dari
biasanya dan frekwensi BAB lebih dari 3 hari sekali. Pada obstipasi atau konstipasi kronis
diperlukan waktu mengejan yang lama. Hal ini mengakibatkan peregangan muskulus
sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan maka akan
membuat peregangannya bertambah buruk.
c. Tekanan darah (Aliran balik venosa), seperti pada hipertensi portal akibat sirosis hepatis.
Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior,media dan inferior, sehingga
peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran balik ke vena-vena ini dan
mengakibatkan hemoroid.
d. Faktor pekerjaan. Orang yang harus berdiri,duduk lama, atau harus menggangkat barang
berat mempunyai predisposisi untuk terkena hemoroid.
e. Olahraga berat adalah olahraga yang mengandalkan kekuatan fisik. Yang termasuk
olahraga berat antara lain mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda, berkuda,
latihan pernapasan, memanah, dan berenang. Seseorang dengan kegiatan berolahraga
yang terlalu berat seperti mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda, berkuda,
latihan pernapasan lebih dari 3 kali seminggu dengan waktu lebih dari 30 menit akan
menyebabkan peregangan . sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama
penderita mengejan maka akan membuat peregangannya bertambah buruk.
f. Diet rendah serat sehingga menimbulkan obstipasi.
5. Manifestasi klinis
a. Pembengkakan pada area anus
b. Timbulnya rasa gatal dan nyeri
c. Perdarahan pada faeces berwarna merah terang.
d. Keluar selaput lendir
e. Prolaps
f. Duduk berjam-jam di WC.
6. Patofisiologi
Hemoroid adalah bagian normal dari anorektal manusia dan berasal dari bantalan jaringan
ikat subepitelial di dalam kanalis analis. Sejak berada didalam kandungan, bantalan tersebut
mengelilingi mengelilingi dan mendukung anastomosis distal antara a. rectalis
superiordenganv.rectalis superior, media, dan inferior. Bantalan tersebut sebagian besar
disusun oleh lapisan otot halus subepitelial. Jaringan hemoroid normalmenimbulkan tekanan
didalam anus sebesar 15-20 % dari keseluruhan tekanan anus pada saat istirahat (tidak ada
aktivitas apapun) dan memberikan informasi sensoris penting yang memungkinkan anus
untuk dapat memberikan presepsi berbeda antara zat padat, cair, dan gas.
Pada umumnya, setiap orang memiliki 3 bantalan jaringan ikat subepitelial pada anus.
Bantalan – bantalan tersebut merupakan posisi-posisi dimana hemoroid bias terjadi. Ada 3
posisi utama, yaitu: jam 3 (lateral kiri), jam 7 (posterior kanan), dan jam 11 (anterior kanan).
Sebenarnya hemoroid dapat juga menunjuk pada posisi lain, atau bahkan dapat sirkuler,
namun hal ini jarang terjadi.
Mengenai jam tersebut, pemberian angka angka berdasarkan kesepakatan: angka 6 (jam 6)
menunjukan arah posterior / belakang, angka 12 (jam 12) menunjukan arah anterior / depan,
angka 3 (jam 3) menunjukan arah kiri, angka 9 (jam 9) menunjukan arah kanan. Dengan
pedoman tersebut kita bisa tentukan arah jam lainnya. Secara umum gejala hemoroid timbul
ketika hemoroid tersebut menjadi besar, inflamasi, trombosis, atau bahkan prolaps. Adanya
pembengkakan abnormal pada bantalan anus menyebabkan dilatasi dan pembengkakan
pleksus arterivenous. Hal ini mengakibatkan peregangan otot suspensorium dan terjadi
prolaps jaringan rectum melalui kanalis analis. Mukosa anus yang berwarna merah terang
karena kaya akan oksigen yang terkandung di dalam anastomosis arterivenous.
Pathway Keperawatan
Bendungan vena
pleksus hemoroid
Gangguan aliran
balik vena
↑hemoroid
Tekanan vena
meningkat
Dilatasi
Distensi dan
stasis vena
Prolapsus
permanen
Pembedahan
Takut Konstipasi
gerak
8. Penatalaksanaan
a) Terapi konservatif
Pengelolaan dan modifikasi diet Diet berserat, buah-buahan dan sayuran, dan intake air
ditingkatkan. Diet serat yang dimaksud adalah diet dengan kandungan selulosa yang tinggi.
Selulosa tidak mampu dicerna oleh tubuh tetapi selulosa bersifat menyerap air sehingga feses
menjadi lunak. Makanan-makanan tersebut menyebabkan gumpalan isi usus menjadi besar
namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan secara
berlebihan.
b) Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan bagi pasien dengan hemoroid derajat awal. Obat-obatan
yang sering digunakan adalah:
1) Stool Softener, untuk mencegahkonstipasi sehingga mengurangi kebiasaan mengejan,
misalnya Docusate Sodium.
2) Anestetik topikal, untuk mengurangi rasa nyeri, misalnya Liidocaine ointmenti 5%
(Lidoderm, Dermaflex). Yang penting untuk diperhatikan adalah penggunaan obat-obatan
topikal per rectal dapat menimbulkan efek samping sistematik.
3) Mild astringent, untuk mengurangi rasa gatal pada daerah perianal yang timbul akibat
iritasi karena kelembaban yang terus-menerus dan rangsangan usus, misalnya Hamamelis
water (Witch Hazel)
4) Analgesik, untuk mengatasi rasanyeri, misalnya Acetaminophen (Tylenol, Aspirin Free
Anacin dan Feverall) yang merupakan obat anti nyeri pilihan bagi pasien yang memiliki
hiperensitifitas terhadap aspirin atau NSAID, atau pasien dengan penyakit saluran
pencernaan bagian atas atau pasien yang sedang mengkonsumsi antikoagulan oral.
5) Laxantina ringan atau berak darah (hematoscezia). Obat supositorial anti hemoroid masih
diragukan khasiatnya karena hasil yang mampu dicapai hanya sedikit. Obat terbaru di
pasaran adalah Ardium. Obat ini mampu mengecilkan hemoroid setelah dikonsumsi
beberapa bulan. Namun bila konsumsi berhenti maka hemoroid tersebut akan kambuh
lagi.
d) Terapi Operatif
1) Hemoroidektomi Banyak pasien yang sebenarnya belum memerlukan operasi minta
untuk dilakukan hemoroidektomi. Biasanya jika ingin masuk militer, pasien meminta dokter
untuk menjalankan operasi ini. Indikasi operasi untuk hemoroid adalah sebagai berikut:
a. Gejala kronik derajat 3 atau 4.
b. Perdarahan kronik yang tidak berhasil dengan terapi sederhana.
c. Hemoroid derajat 4 dengan nyeri akut dan trombosis serta gangren.
prinsip hemoroidektomi :
a. Eksisi hanya pada jaringanyang benar-benar berlebih.
b. Eksisi sehemat mungkin dilakukan sehingga anoedema dan kulit normal tidak terganggu
Spinchter ani.
9. Pemeriksaan penunjang
A. Hemoglobin, mengalami penurunan < 12 mg%.
B. Anoscopy, pemeriksaan dalam rektal dengan menggunakan alat, untuk
mendeteksi ada atau tidaknya hemoroid.
C. Digital rectal examination, pemeriksaan dalam rektal secara digital.
D. Sigmoidoscopy dan barium enema, pemeriksaan untuk hemoroid yang disertai
karsinoma.
E. Inspeksi Hemoroid eksterna mudah terlihat, terutama bila sudah menjadi thrombus.
Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat terlihat dengan cara menyuruh pasien
mengejan. Prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.
F. Rectal Toucher (RT)
Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, hemoroid ini dapat
teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput
lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar
yang lebar. Rectal toucher (RT) diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
karsinoma recti.
G. Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolaps.
Anaskopi dimasukan untuk mengamati keempat kuadran dan akan terlihat sebagai
struktur vaskuler yang menonjol kedalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan
sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih
nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya, dan keadaan lain seperti polip,
fissure ani, dan tumor ganas harus diperhatikan
b. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus
atau nyeri pada saat defikasi.
c. Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang
Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa hari
setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh / terulang kembali. Pada
pasien dengan hemoroid bila tidak di lakukan pembedahan akan kembali RPD, bisa juga di
hubungkan dengan penyakit lain seperti sirosis hepatis.
3) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluaga yang menderita penyakit tersebut
4) Riwayat sosial
Perlu ditanya penyakit yang bersangkutan.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
2) Sirkulasi
Gejala : kelemahan/nadi periver lemah
Tanda : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
Membran kulit
3) Eliminasi
Gejala : perubahan pola defekasi
Perubahan Karakteristik
Tanda : nyeri tekan abdomen , distensi
Karakteristik feses : darah bewarna merah terang (darah segar)
Akonstipasi dapat terjadi
4) Nutrisi :
Gejala : Penurunan berat badan
Anoreksia
Tanda : konjungtiva pucat, wajah pucat, terlihat lemah
5) Pola tidur
Gejala : Perubahan pola tidur
Terasa nyeri pada anus saat tidur
Tanda : muka terlihat lelah, kantung mata terlihat gelap
6) Mobilisasi
Gejala : membatasi dalam beraktifitas
Tanda : wajah terlihat gelisah , banyak berganti posisi duduk dan berbaring
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
a. Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat ) berhubungan dengan pecahnya vena plexus
hemmoroidalis ditandai dengan perdarahan yang terus - menerus waktu BAB.
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau anus, yang
ditandai benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah anus.
c. Personal hygene pada anus kurang berhubungan dengan massa yang keluar pada
daerah eksternal.
Postoperasi
a. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) pada luka operasi berhubungan dengan adanya jahitan
pada luka operasi dan terpasangnya cerobong angin.
b. Resikol terjadinya infeksi pada luka berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat
c. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan
dirumah.
3. Intervensi
Preoperatif
3. Beri
penjelasan cara
membersihkan
anus dan
menjaga
kebersihanya
Postoperatif
4. Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada
yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian
dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum
teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hemoroid / wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di manabibir anus mengalami
bengkak yang kadang disertai pendarahan. Setiap orang pasti memiliki hemoroid, cuma
karena ukurannya kecil hemoroid ini sering diabaikan. Yang disebabkan oleh BAB dengan
posisi jongkok yang terlalu lama , Obtipasi atau konstipasi kronis , Faktor pekerjaan orang
yang harus berdiri,duduk lama, atau harus menggangkat barang berat mempunyai
predisposisi untuk terkena hemoroid dan Olah raga berat dengan tanda dan gejala seperti
Pembengkakan pada area anus Timbulnya rasa gatal dan nyeri,Perdarahan pada faeces
berwarna merah terang , Keluar selaput lendir ,Prolaps dan Duduk berjam-jam di WC.
B. SARAN
Seharusnya kita perlu mengetahui tentang penyakit hemoroid agar kita dapat mencegah hal
itu timbul dalam lingkungan kita. Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
belum kesempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk menyempurnakan penulisan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer Suzanne C., Bare Brenda G.; ( 2001 ); Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth; edisi 8; alih bahasa; Monica Ester, et al; Jakarta; EGC.
Price Sylvia A., Wilson Lorraine M.;( 1994 );Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit; jilid 1; edisi 8; alih bahasa; Peter Anugerah, Jakarta, EGC.
Carpenito Lynda Juall; ( 1997 ); Diagnosa Keperawatan Buku Saku; edisi 6; alih bahasa;
Yasmin Asih; Jakarta; EGC.