Anda di halaman 1dari 37

1

MAKALAH HEMOROID

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

1. Adriana Lanna Daroceme Ayumi


2. Alya Nurul Aminah Septila
3. Bernadetha Sylvia Anchieta
4. Diah Kholifah Rahmadani
5. Gelora Dafira Sese
6. Mercy Merliana Kamojop
7. Midiana Balingga
8. Putri Wulandari

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAYAPURA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN MERAUKE
2023

1
2

Kata Pengantar

Syukur alhamdullilah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
KMB 1, dengan judul “HEMOROID’’

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
Karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Merauke, 11 september 2023

Penyusun kelompok 1

Daftar isi

2
3

Kata Pengantar...........................................................................................................................2

Daftar isi.....................................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................5

Pendahuluan...............................................................................................................................5

A. Latar belakang................................................................................................................5

B. Rumusan masalah..........................................................................................................6

C. Tujuan............................................................................................................................6

BAB II........................................................................................................................................8

PEMBAHASAN........................................................................................................................8

A. Definisi...........................................................................................................................8

B. Etiologi...........................................................................................................................8

C. Manifestasi Klinis..........................................................................................................9

D. Patofisilogi...................................................................................................................11

E. Klasifikasi....................................................................................................................13

F. Jenis – jenis hemoroid..................................................................................................13

G. Penyebab hemoroid......................................................................................................14

H. Gejala – gejala hemoroid.............................................................................................15

I. Komplikasi hemoroid...................................................................................................16

J. Pencegahan hemoroid..................................................................................................16

K. Konsep Asuhan keperawatan.......................................................................................17

BAB III....................................................................................................................................21

ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID...........................................................................21

BAB IV....................................................................................................................................25

PENUTUP................................................................................................................................25

L. Kesimpulan..................................................................................................................25

M. Saran.........................................................................................................................25

3
4

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................26

BAB I

Pendahuluan

4
5

A. Latar belakang
Hemoroid merupakan pelebaran pembuluh darah di anus dari pleksus
hemoroidalis akan menyebabkan ketidaknyamanan sehingga timbul
pembengkakan yang biasa disebut wasir atau ambeien. Banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya hemoroid diantaranya adalah konsumsi makanan
yang rendah serat sehingga susah BAB dan perlu effort saat BAB, kurangnya
konsumsi cairan, kebiasaan duduk terlalu lama dan juga karena faktor
genetik. Hemoroid bisa terjadi perdarahan pada saat BAB yang
mengakibatkan nyeri di sekitar anus dan jika kronis sampai menyebabkan
anemia.(purniawan andi, 2022).

Angka kejadian hemoroid, diperkiraan 4,4% dari populasi dunia menderita


wasir. Di Indonesia penderita wasir. Di Indonesia penderita wasir terus
bertambah. Berdasarkan data riset kesehatan dasar (RisKesDes) tahun 2008,
sebanyak 12,5 juta jiwa penduduk indonesia menderita wasir dan secara
epidemiologi diperkirakan pada tahun 2020 angka kejadian wasir di Indonesia
akan meningkat mencapai 20,3 juta wasir sering timbul dikalangan orang
dewasa, dengan usia puncak 45-65 tahun.

Penyakit hemoroid dibagi menjadi 2, yang pertama adalah hemoroid


interna yaitu hemoroid yang berasal dari bagian atas sfingter anal serta di
tandai dengan perdarahan Yang kedua adalah hemoroid eksterna yaitu
hemoroid yang cukup besar, sehingga varises muncul keluar anus dan di
sertai nyeri. ( Broker, 2009 ) Penyakit hemoroid ini disebabkan beberapa
fakrtor beberapanya obtipasi (konstipasi/sembelit) yang menahun, penyakit
yang sering membuat penderita mengejan, penyempitan saluran kemih, sering
melahirkan anak, sering duduk, diare yang menahun dan bendungan pada
rongga pinggul karena tumor rahim atau kehamilan. (Riyadi, 2010) tanda dan
gejala penyakit hemoroid tidak dapat disembuhkan, hemoroid ekstera bias
mengalami thrombosis karena tekanan tinggi pada vena kanalis yang
menyebabkan ditandai adanya implamasi dan edema.nyeri akan sangat kuat
pada saat defekasi. Hemorrhoid dapat dicegah dengan minum air putih yang

5
6

cukup, makan sayuran yang banyak, dan buah-buahan yang banyak, sehingga
membuat feces tidak mengeras. Apabila banyak memakan makanan yang
mengandung serat dan banyak minum air putih yang banyak dapat
meperlancar defekasi, selain itu ginjal menjadi sehat (Gotera, 2006). Selain
itu hemorrhoid dapat dicegah dengan cara olahraga yang cukup, duduk tidak
terlalu lama dan berdiri tidak terlalu lama (Merdikoputro, 2006).
Dalam hal ini, peran perawat sangat dibutuhkan dalam membantu klien
yang mengalami hemoroid agar mempu memaksimalkan kemampuan yang
dimiliki dalam melaksanakan aktivitas daily living untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu, kami sempat tertarik untuk
membahas asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud definisi hemoroid ?
2. Apa saja etiologi hemoroid ?
3. Apa saja manifestasi klinis ?
4. Apa saja patofisiologi hemoroid ?
5. Apa saja klasifikasi hemoroid ?
6. Apa saja jenis-jenis hemoroid ?
7. Apa saja penyebab hemoroid ?
8. Apa saja gejala hemoroid ?
9. Apa saja komplikasi yang ada di hemoroid ?
10. Apa saja pencegahan hemoroid ?
11. Bagaimana membuat asuhan keperawatan hemoroid ?

C. Tujuan
1. Mampu mengetahui definisi dari hemoroid
2. Mampu mengetahui apa itu etiologi hemoroid
3. Mampu mengetahui manifestasi klinis pada hemorid
4. Mampu mengetahui apa itu patofisiologi hemoroid
5. Mampu mengetahui klasifikasi pada hemoroid
6. Mampu mengetahui apa saja jenis-jenis pada hemoroid

6
7

7. Mampu mengetahui penyebab yang terjadi pada hemoroid


8. Mampu mengetahui gejala-gejala yang ada pada hemoroid
9. Mampu mengetahui komplikasi yang ada di hemoroid
10. Mampu mengetahui pencegahan hemoroid
11. Mampu membuat dan pahami tentang asuhan keperawatan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Hemorrhoid adalah varikositis akibat pelebaran (dilatasi) pleksus
vena hemorrhoidalis interna. Mekanisme terjadinya hemorrhoid belum
diketahui secara jelas. Hemorrhoid berhubungan dengan konstipasi kronis

7
8

disertai penarikan feces. Pleksus vena hemorrhoidalis interna terletak pada


rongga submukosa di atas valvula morgagni. Kanalis anal memisahkannya
dari pleksus vena hemorrhoidalis eksterna, tetapi kedua rongga
berhubungan di bawah kanalis anal, yang submukosanya melekat pada
jaringan yang mendasarinya untuk membentuk depresi inter
hemorrhoidalis. Hemorrhoid sangat umum dan berhubungan dengan
peningkatan tekanan hidrostatik pada system porta, seperti selama
kehamilan, mengejan waktu berdefekasi, atau dengan sirosis hepatis
(Isselbacher, 2000). Pada sirosis hepatic terjadi anatomosis normal antara
system vena sistemik dan portal pada daerah anus mengalami pelebaran.
Kejadian ini biasa terjadi pada hipertensi portal. Hipertensi portal
menyebabkan peningkatan tekanan darah (>7 mmHg) dalam vena portal
hepatica, dengan peningkatan darah tersebut berakibat terjadinya
pelebaran pembuluh darah vena di daerah anus(Suprijono, 2006).

B. Etiologi
Menurut Vill alba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai saat
ini belum diketahui secara pasti, beberapa factor pendukung yang terlibat
diantaranya adalah :

a. Penuaan

b. Kehamilan

c. Hereditas

d. Konstipasi atau diare kronik

e. Penggunaan toilet yang berlama - lama

f. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama

g. Obesitas

kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi


medis atau penyalit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat
meningkatkan risiko hemoroid seperti berikut :

8
9

a. Perubahan hormon (kehamilan)


b. Mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan kram
c. Berdiri terlalu lama
d. Banyak duduk
e. Sering mengangkat beban berat
f. Sembelit diare menahun (obstipasi)
g. Makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-
Rempah)
h. Keturuna Penderita Wasir(Genetik)

C. Manifestasi Klinis

Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid


(Vill Alba dan Abbas, 2007 ) yaitu :

a. Hemoroid internal

1. Prolaps dan keluarnya mukus.

2. Perdarahan.

3. Rasa tak nyaman.

4. Gatal.

b. Hemoroideksternal

1. Rasa terbakar.

2. Nyeri (jika mengalami trombosis).

3. Gatal.
Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid
dapat mengeluh hal-hal seperti berikut :
a) Perdarahan
Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar menetes
setelah buang air besar (BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di

9
10

anus. Pendarahan dapat juga timbul di luar wakyu BAB, misalnya pada
orang tua. Perdaran ini berwarna merah segar.
b) Benjolan
Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau
manual merupakan cirri khas/ karakteristik hemoroid.
c) Nyeri dan rasa tidak nyaman
Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan komponen darah di
bawah anus), benjolan keluar anus, polip rectum, skin tag.
d) Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus
Akibat penegluaran cairan dari selaput lender anus disertai perdarahan
merupakan tanda hemoroid interna, yang sering mengotori pakaian dalam
bahkan dapat menyebabkan pembengkakan kulit.

D. Patofisilogi
Hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan abdominal yang mampu
menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan dilatasi pada vena.
dilatasi tersebut dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Interna (dilatasi sebelum spinter)
1. Bila membesar baru nyeri
2. Bila vena pecah, BAB berdarah anemia
b. Eksterna (dilatasi sesudah spingter)
1. Nyeri
2. Bila vena pecah, BAB berdarah-trombosit-inflamasi

Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya


menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau
prollaps. Diet rendah serat menyebabkan bentuk feses menjadi kecil yang
bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB, Peningkatan tekanan
ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid, kemungkinan gengguan
oleh venous return.

10
11

11
12

E. Klasifikasi
Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan asalnya, dimana dentte line
menjadi batas hisologis. Klasifikasi hemoroid yaitu :

a. Hemoroid eksterna, berasal dari bagian distal dentate line dan dilapisi
oleh epitel skuamos yang telah termodifikasi serta banyak persyarafan
serabut saraf nyeri somatic
b. Hemoroid internal, berasal dari bagian proksimal dentate line dan
dilapisi mukosa
c. Hemoroid internal-eksternal dilapisi oleh mukosa dibagian superior dan
kulit pada bagian inferior serta memiliki serabut saraf nyeri

Menurut derajat hemoroid sebagai berikut :

a. Derajat I : Hemoroid (+), prolaps (keluar dari dubur) (-)


b. Derajat I : Prolaps waktu mengejan, yang masuk lagi secara
spontan
c. Derajat III : Prolaps yang perlu dimasukkan secara manual
d. Derajat IV : Prolaps yang tidak dapat dimasukkan kembali(DOPA,
2018)

F. Jenis – jenis hemoroid


Wasir terbagi menjadi dua jenis, yaitu wasir dalam (internal
hemorrhoid) dan wasir luar (external hemorrhoid). Pada wasir dalam,
pembuluh darah yang bengkak tidak terlihat dari luar anus. Sebaliknya,
pada wasir luar, pembuluh darah yang bengkak bisa terlihat dari luar anus
dan rasanya juga lebih nyeri.

Berdasarkan ukuran dan tingkat keparahannya, wasir atau ambeien


dapat dikelompokkan menjadi :

 Wasir derajat satu


Pembengkakan kecil, di dalam dinding anus dan tidak menonjol keluar
anus.

12
13

 Wasir derajat dua


Pembengkakan lebih besar, keluar dari anus saat buang air besar (BAB)
dan masuk sendiri setelah BAB.
 Wasir derajat tiga
Pembengkakan sudah besar, keluar dari anus dan tidak bisa masuk
sendiri, tetapi masih bisa didorong dengan jari untuk masuk kembali.
 Wasir derajat empat
Pembengkakan besar, keluar dan menggantung dari anus, tidak bisa
didorong untuk masuk kembali.

G. Penyebab hemoroid
Pembengkakan dan peradangan pembuluh darah pada wasir atau
ambeien umumnya disebabkan oleh tekanan yang terlalu besar di area
anus. Ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang
mengalami wasir, yaitu:

 Konstipasi atau sembelit berkepanjangan (kronis), yang salah satu


penyebabnya adalah kurang asupan makanan berserat
 Mengejan atau menahan napas, misalnya karena BAB
keras, melahirkan, mengangkat benda berat, dan batuk atau muntah
yang terus-menerus
 Sering duduk terlalu lama, misalnya karena pekerjaan kantoran yang
aktivitasnya lebih banyak duduk
 Tingginya tekanan di dalam panggul, misalnya karena kehamilan,
kegemukan, atau penumpukan cairan di dalam rongga perut (asites)
 Lemahnya jaringan bawah panggul yang menyokong anus dan rektum,
misalnya karena penuaan atau kehamilan
 Penyakit tertentu, seperti diare berkepanjangan, anus turun (prolaps
rektum), radang usus, atau kanker usus besar
 Riwayat wasir dalam keluarga

13
14

H. Gejala – gejala hemoroid


Gejala wasir atau ambeien bisa berbeda-beda pada tiap penderita,
tergantung pada jenis wasir yang dialaminya. Berikut ini adalah gejala
pada dua jenis wasir berdasarkan letaknya :

Gejala wasir internal


Wasir internal terjadi ketika pembuluh darah yang bengkak berada
di dalam anus sehingga tidak teraba atau terlihat dari luar. Kondisi ini
jarang menimbulkan gejala. Namun, bila muncul gejala, biasanya berupa :

 Keluar tetesan darah berwarna merah terang dari anus setelah buang
air besar (BAB)
 Nyeri di area anus saat BAB
 Keluar benjolan lunak dari anus saat BAB, tetapi bisa masuk kembali
dengan sendirinya atau dengan didorong oleh jari

Gejala wasir eksternal


Wasir eksternal adalah pembengkakan pembuluh darah di luar anus
dan akan tampak dari luar. Keluhan yang muncul akibat jenis wasir ini
adalah:

 Benjolan keras yang menggantung di lubang anus


 Nyeri di anus, terutama ketika BAB atau duduk
 Bengkak dan kemerahan di area anus
 Perdarahan dari anus, dengan darah berwarna merah terang, tepat
setelah BAB
 Anus terasa basah atau berlendir
 Gatal di area anus

14
15

I. Komplikasi hemoroid
Bila dibiarkan tanpa penanganan sampai kondisinya menjadi parah,
wasir dapat menyebabkan sejumlah komplikasi berikut ini :

 Kurang darah (anemia)


 Wasir terinfeksi
 Wasir terpelintir
 Nyeri hebat pada wasir eksternal akibat pengumpalan darah di wasir
 Peradangan, iritasi, luka, atau infeksi pada kulit di sekitar anus

J. Pencegahan hemoroid
Untuk mencegah wasir atau ambeien (hemorrhoid), juga untuk
mencegah kekambuhannya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, antara
lain :

 Mengonsumsi makanan tinggi serat


 Minum air putih yang cukup, yaitu 2 liter atau sekitar 8 gelas per hari
 Tidak mengejan terlalu kuat saat buang air besar (BAB)
 Tidak menunda BAB
 Berolahraga secara rutin, misalnya jogging atau bersepeda
 Membiasakan untuk berdiri dan bergeraak atau berjalan-jalan sejenak
secara berkala, ketika sudah duduk terlalu lama saat bekerja
 Memakai pijakan kaki untuk meninggikan posisi tungkai bila
menggunakan toilet duduk, agar BAB bisa lebih mudah

K. Konsep Asuhan keperawatan


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HEMOROID

1. Pengkajian

Tanggal MRS :

Tanggal Pengkajian :

15
16

No. Registrasi :

Diagnose Medis :

2. Identitas

Nama Pasien :

Usia :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Pendidikan :

Agama :

3. Keluhan utama

Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat


BAB. Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.

4. Riwayat penyakit

 Riwayat penyakit sekarang


Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya
ada benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah
yang keluar menetes.

 Riwayat penyakit dahulu


Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh
atau terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan
terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali
RPD.

5. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik head to toe

16
17

1. Kepala :

Inspeksi : bentuk simettris, tidak terdapat benjolan atau lesi,


rambut sedikit kusam, panjang, Nampak tipis

2. Mata :

Inpeksi : bentuk mata simestris sclera sub ikterik, konjungtiva


anemis, pergerakan bola mata sesuai pupil bulat isokar.

Palpasi : tidak ada edema palpebra.

3. Hidung :

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi, benjolan tidak ada,


pernapasan cuping hidung tidak Nampak, secret tidak ada,
indra penciuman berfungsi dengan baik

Palpasi : tidak ada masa, dan tidak ada nyeri tekan pada
telinga

4. Telinga :

Inspeksi :bentuk simetris kanan dan kiri, keadaan daun telinga


baik, tidak terdpat serumen, indra pendengaran baik.

Palpasi : tidak teraba masa, dan tidak ada nyeri tekan pada
telinga

5. Mulut :

Inpeksi : mukosa lembab, kehitaman, tidak terdapat caries


gigi, bentuk bibir simetris, tidak ada tonsillitis

6. Dada :

Inpsoeksi : tidak ada sesak napas, batuk dan secret. Bentuk


dada simetris, leher simetris tidak ada peningkatan JVP, tidak
ada otot bantu pernapasan

Palpasi : kelenjar getah bening teraba, tiroid teraba, posisi

17
18

trakea letak di tengah tidak ada kelainan, tidak ada nyeri


tekan, tidak ada massa

Perkusi : vocal permitus dan ekspansi paru anterior dan


posterior dada normal

Auskultasi : irama nafas teratur, pola nafas normal

7. Jantung :

Inspeksi : pada pemeriksaan inspeksi CRT >3 detik tidak ada


sianosis.

Perkusi : sonor perkusi batas jantung : basic jantung berda di


ICS II dari lateral ke media linea, para sterna sisnistria, tidak
melebar, apeks jantung berada di ICS V dari linea
midvlavicula sinistra, tidak melebar.

Auskultasi : Pemeriksaan auskultasi : bunyi jantung I saat


auskultasi terdengar bunyi jantung normal dan regular, bunyi
jantung II : saat auskultasi terdengar bunyi jantung normal
dan reguker, bunyi Tantung tambahan : tidak ada bunyi
jantung tambahan, dan tidak ada kelainan.

8. Paru – paru

Inpspeks : tidak terdapat retraksi dada, tidak ada lesi.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, gerakan dada normal dan


seimbang antara kanan dan kiri, taktil fremitus positif.

Perkusi : suara paru resonan

Auskultasi : terdengar terbunyi resnonan

9. Persyarafan : reflek fisiologis : patella (-), reflek


patofisiologis : tidak ada gangguan pandangan, gangguan
pendengaran, dan gangguan penciuman.

10. Abdomen :

18
19

Inspeksi : bentuk abdomen bulat dan datar, benjolan/masa


tidak ada pada perut, tidak Nampak bayangan pembuluh
darah pada abdomen, tidak ada luka operasi.

Auskultasi suara timpani

11. Genetalia :

Inspeksi : keadaan umum bersih

Parameter Hasil Satuan Nilai normal

Hemoglobin 8,7 g/dl, M :14-18 F:12-16

Leukosit 5,84 4,5-11

Eritrosit 4,7 M:4,6-6,0 F:4,6-6,0

Hematocrit 40,7 % M:35-54 F:36-54

MCV 90,7 fL 82-92

MCH 31,4 Pd 27,0-31,0

MCHC 34,5 g/dl, 32,0-37,0

Trombosit 410 150-440

19
20

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

Nyeri Akut b.d Setelah di lakukan Pemberian analgesik


Agen pencedera tindakan
Observasi
fisioogis d.d : keperawatan 1 x 24
 Identfikasi karakteristik
DS : mengeluh jam di harapkan
nyeri
nyeri tingkat nyeri

DO : tampak
menurun dengan  Identifikasi riwayat
K.H : alergi obat
meringis, bersikap
protektif, gelisah, 1. Keluhan menurun  Identifikasi kesesuaian
frekuensi nadi jenis analgesik
2. Meringis
meningkat, sulit
menurun  Monitor tanda-tanda
tidur
3. Gelisah menurun vital sebelum dan
sesudah pemberian
4. Kesuliatan tidur
analgesik
menurun
 Monitor efektifitas
5. Frekuensi nadi
analgesic
membaik
Terapeutik

 Diskusikan jenis
analgesic yang di sukai
untuk mencapai
analgesia, jika perlu

 Pertimbangkan infus
continu, atau bolus

20
21

oploid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum

 Tetapkan target
efektifitas analgesic
untuk mengoptimalkan
respon pasien

 Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgesik dan efek yang
tidak di inginkan

Edukasi

 Jelaskan efek terapi dan


efek samping obat

Kolaborasi

 Pemberian dosis dan


jenis analgesik, sesuai
indikasi

Resiko infeksi d.d Setelah di lakukan Manajemen imunisasi/


factor resiko tindakan vaksinasi
penyakit kronis keperawatan 1 x 24
Observasi
jam di harapkan
 Identifikasi riwayat
tingkat infeksi
kesehatan dan riwayat
menurun dengan
alergi
K.H :

1. Demam menurun  Identifikasi


kontraindikasi
2. Kemerahan
pemberian imunisasi

21
22

menurun  Identifikasi status

3. Nyeri menurun imunisasi setiap


kunjungan ke pelayanan
4. Bengkak
kesehatan
menurun
Terapeutik
5. Kadar sel darah
putih membaik  Berikan suntikan pada
bayi dibagian bawah
antelateral

 Dokumentasikan
informasi vaksinasi

 Jadwalkan imunisasi
pada interval waktu
yang tepat

Edukasi

 Jelaskan tujuan,
manfaat, reaksi yang
terjadi, jadwal, dan efek
samping

 Informasikan imunisasi
yang diwajibkan
pemerintah

 Informasikan imunisasi
yang melindungi
terhadap penyakit
namun saat ini tidak
diwajibkan pemerintah

 Informasikan vaksinasi

22
23

untuk kejadian khusus

 Informasikan
penundaan pemberian
imunisasi tidak berarti
mengulangi jadwal
imunisasi kembali

 Informasikan
penyediaan layanan
pekan imunisasi
nasional yang
menyediakan vaksin
gratis

Defisit perawatan Setelah di lakukan Dukungan perawatan diri


diri b.d gangguan tindakan
Observasi
musculoskeletal, keperawatan 1 x 24
 Identifikasi kebiasaan
gangguan jam di harapkan
aktifitas perawatan diri
neuromuskuler, tingkat perawatan
sesuai usia
kelemahan, diri meningkat
gangguan dengan K.H :  Monitor tingkat
psikologis dan/ kemandirian
1. Kemampuan
atau psikotik,
mandi meningkat  Identifikasi kebutuhan
penurunan motifasi
2. Kemampuan alat bantu kebersihan
atau minat
mengenakan diri,berpakaian, berhias,
DS : menolak dan makan
pakaian
melakukan
meningkat Terapeutik
perawatan diri
3. Kemampuan  Sediakan lingkungan
DO : tidak mampu
makan yang terapeutik
mandi/
meningkat
mengenakan  Siapkan keperluan

23
24

pakaian / makan/ 4. Kemampuan ke pribadi


ketoilet/ berhias toilet
 Damping dalam
secara mandiri (BAB/BAK)
melakukan perawatan
meningkat
diri sampai mandiri
5. Verbalisasi
 Fasilitasi untuk
keinginan
menerima keaadan
melakukan
ketergantungan
perawatan diri
meningkat  Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
6. Minat
melakukan perawatan
melakukan
diri
perawatan diri
meningkat  Jadwalkan rutinitas
perawatan diri

Edukasi

 Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan

Defisit Setelah di lakukan Edukasi kesehatan


pengetahuan b.d tindakan
Observasi
keteratasan keperawatan 1 x 24
 Identifikasi kesiapan
kognitif, gangguan jam di harapkan
dan kemampuan
fungsi kognitif, tingkat pengetahuan
menerima informasi
kekeliruan meningkat dengan
mengikuti anjuran, K.H :  Identifikasi faktor-
kurang terpapar faktor yang dapat
1. Perilaku sesuai
informasi, kurang meningkatkan dan
anjuran meningkat
minat dalam menurunkan motivasi

24
25

belajar, kurang 2. Verbalisasi minat perilaku hidup bersih


mampu mengingat, dalam belajar dan sehat
ketidaktahuan meningkat
Terapeutik
menemukan
3. Kemampuan
 Sediakan materi dan
sumber informasi
menjelaskan
media pendidikan
d.d
pengetahuan
kesehatan
DS : menanyakan tentang suatu
masalah yang topik meningkat  Jadwalkan pendidikan

dihadapi kesehatan sesuai


4. Kemampuan
kesepakatan
DO : menunjukan mengambarkan
perilaku tidak pengalaman  Berikan kesempatan

sesuai anjuran sebelumnya yang untuk bertanya

sesuai dengan Edukasi


topik meningkat
 Jelaskan faktor resiko
5. Perilaku sesuai yang dapat
dengan mempengaruhi
pengetahuan kesehatan
meningkat
 Ajarkan perilaku hidup
6. Pertanyaan bersih dan sehat
tentang masalah
 Ajarkan strategi yang
yang dihadapi
dapat dgunakan untuk
menurun
meningkatkan perilaku
7. Presepsi yang hidup bersih dan sehat
keliru terhadap
masalah menurun

25
26

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID

Kasus pada pasien Hemoroid

Tn. D usia 58 tahun masuk IGD dengan keluhan sulit BAB selama 4 hari,
bila BAB keluar darah dan terasa nyeri. Terdapat benjolan yang keluar pada anus.
Diagnosa dokter menunjukan bahwa pasien menderita Hemoroid internal Grade 4
prolaps (+) inkaserata. 1 minggu sebelum masuk RS, pasien sangat takut untuk
makan, apabila makan akan BAB. Riwayat penyakit pasien adalah keturunan
penyakit jantung.

Kebiasaan makan Tn. D terutama untuk sayuran hanya konsumsi 1x


/minggu @50 gr karena pasien tidak suka konsumsi sayuran (hanya bayam, kol,
dan wortel). Buah-buahan yang sering di konsumsi hanya pisang dan mangga
2x/minggu sebanyak 1potong sedang. Konsumsi teh dengan gula 4 gelas /hari.
Konsumsi air putih + /-500ml /hari. Hasil perhitungan SQ FFQ selama 3 bulan
terakhir termasuk dalam kategori defisit berat yaitu E : 976,6 kal, P : 39,7 gr, L :
11,2 gr, dan KH : 180,1 gr serta serat : 4,7 gr. Saat dilakukan pengukuran
antroprometri, diproleh hasil TB 165 cm, BB 67 kg.

Data fisik klinis menunjukan KU : cukup , kesadaran : CM, tekanan darah


140/90 mmHg, suhu 36’C, RR 20x/menit, nadi 88x/menit. Untuk hasil
pemeriksaan laboraturium diperoleh : leukosit 6,3 x10’/L, Hb 11 g/dl, HCT 38,9
%, RBC 3,98 x 102/L. Obat yang diberikan di RS adalah inj. Ketorolac 3x1, inj.
Ranitidine 2x1, inj. Cefriaxon 2x1, inj. Kalnex 3x1 dan infus RL 20 tpm.

26
27

1. Pengkajian

Tanggal MRS : 16091

Tanggal Pengkajian : 29 september 2023

No. Registrasi : 21091900

Diagnose Medis : Konstipasi

2. Identitas

Nama Pasien : Tn. D

Tempat/tanggal lahir : Merauke, 23 Juni 1965

Usia : 58 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : JL. Protocol kuprik

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

3. Keluhan utama

Pasien datang dengan keluhan sulit BAB selama 4 hari, bila BAB
keluar darah dan terasa nyeri. Terdapat benjolan yang keluar pada
anus.

4. Riwayat penyakit

 Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengatakan keluhan sulit BAB selama 4 hari, bila BAB


keluar darah dan terasa nyeri. Terdapat benjolan yang keluar pada
anus.

27
28

 Riwayat penyakit terdahulu

Pasien mengatakan Riwayat penyakit pasien adalah keturunan


penyakit jantung.

5. Pemeriksaan fisik

1. Kepala :

Inspeksi : bentuk simettris, tidak terdapat benjolan atau lesi,


rambut sedikit kusam, panjang, Nampak tipis

2. Mata :

Inpeksi : bentuk mata simestris sclera sub ikterik, konjungtiva


anemis, pergerakan bola mata sesuai pupil bulat isokar.

Palpasi : tidak ada edema palpebra.

3. Hidung :

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi, benjolan tidak ada,


pernapasan cuping hidung tidak Nampak, secret tidak ada,
indra penciuman berfungsi dengan baik

Palpasi : tidak ada masa, dan tidak ada nyeri tekan pada
telinga

4. Telinga :

Inspeksi :bentuk simetris kanan dan kiri, keadaan daun telinga


baik, tidak terdpat serumen, indra pendengaran baik.

Palpasi : tidak teraba masa, dan tidak ada nyeri tekan pada
telinga

5. Mulut :

Inpeksi : mukosa lembab, kehitaman, tidak terdapat caries


gigi, bentuk bibir simetris, tidak ada tonsillitis

28
29

6. Dada :

Inpsoeksi : tidak ada sesak napas, batuk dan secret. Bentuk


dada simetris, leher simetris tidak ada peningkatan JVP, tidak
ada otot bantu pernapasan

Palpasi : kelenjar getah bening teraba, tiroid teraba, posisi


trakea letak di tengah tidak ada kelainan, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada massa

Perkusi : vocal permitus dan ekspansi paru anterior dan


posterior dada normal

Auskultasi : irama nafas teratur, pola nafas normal

7. Jantung :

Inspeksi : pada pemeriksaan inspeksi CRT >3 detik tidak ada


sianosis.

Perkusi : sonor perkusi batas jantung : basic jantung berda di


ICS II dari lateral ke media linea, para sterna sisnistria, tidak
melebar, apeks jantung berada di ICS V dari linea
midvlavicula sinistra, tidak melebar.

Auskultasi : Pemeriksaan auskultasi : bunyi jantung I saat


auskultasi terdengar bunyi jantung normal dan regular, bunyi
jantung II : saat auskultasi terdengar bunyi jantung normal
dan reguker, bunyi Tantung tambahan : tidak ada bunyi
jantung tambahan, dan tidak ada kelainan.

8. Paru – paru

Inpspeks : tidak terdapat retraksi dada, tidak ada lesi.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, gerakan dada normal dan


seimbang antara kanan dan kiri, taktil fremitus positif.

Perkusi : suara paru resonan

29
30

Auskultasi : terdengar terbunyi resnonan

9. Persyarafan : reflek fisiologis : patella (-), reflek


patofisiologis : tidak ada gangguan pandangan, gangguan
pendengaran, dan gangguan penciuman.

10. Abdomen :

Inspeksi : bentuk abdomen bulat dan datar, benjolan/masa


tidak ada pada perut, tidak Nampak bayangan pembuluh
darah pada abdomen, tidak ada luka operasi.

Auskultasi suara timpani

11. Genetalia :

Inspeksi : keadaan umum bersih

30
31

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI


Konstipasi Setelah di Manajemen Jumat, 29 sep 2023 Jumat 29
b.d agen lakukan Eliminasi fekal : Jam 08.30 WIT sep 2023
pencedera tindakan Observasi Observasi Jam 15.00
fisiologi d.d keperawat  Identifikasi 1. Mengidentif WIT
DS : Sulit an 1 x 24 masalah ikasi S: Pasien
BAB selama jam usus dan masalah sudah tidak
4 hari bila diharapka penggunaan usus dan lagi
BAB keluar n tingkat obat penggunaan kesulitan
darah dan eliminasi pencahar obat BAB dan
rasa nyeri. fekal  Identifikasi pencahar saat BAB
DO : membaik pengobatan Hasil: tidak lagi
Terdap Dengan yang Pasien keluar darah
at KH: berefek mengalami dan tidak
benjola 1. Kontr pada masalah lagi nyeri.
n yang ol kondisi pada usus O: Benjolan
keluar penge gastrointesti dan terdapat yang
pada luara nal suara terdapat
anus. n  Monitor tambahan pada anus
feses buang air 2. Mengidentif pasien
meni besar ikasi sudah
ngkat  Monitor pengobatan teratasi
2. Keluh tanda dan yang A: Tujuan
a gejala diare, berefek terlaksana
defek konstipasi, pada P:
asi atau kondisi Pertahankan
lama impaksi gastrointesti kondisi
dan Terapeutik nal pasien
sulit  Berikan air Hasil:

31
32

menu hangat Mengetahui


run setelah kondisi
3. Meng makan pengobatan
enjan  Jadwalkan yang
saat waktu berefek
defek defekasi pada
asi bersama gastrointesti
menu pasien nal pasien
run  Sediakan 3. Memonitor
4. Konsi makanan buang air
ntensi tinggi serat besar
feses Edukasi Hasil:
mem  Jelaskan Pasien
baik jenis mengatakan
5. Freku makanan sudah 4 hari
ensi yang sulit BAB,
BAB membantu dan terjadi
mem meningkatk pendarahan
baik an saat
6. Perist keteraturan melakukan
altik peristaltic BAB
usus usus 4. Memonitor
mem  Anjurkan tanda dan
baik mencatat gejala diare,

warna, konstipsi,

frekuensi, atau

konsistensi, implementa

volume si

feses Hasil:

 Anjurkan Diketahui

meningkatk bahwa tidak

32
33

an aktifitas terdapat
fisik, sesuai tanda dan
toleransi gejala diera
 Anjurkan pada pasien
penguranga Jam 09.30 WIT

n asupan Terapeutik
makanan 1. Memberikan
air hangat
yang
setelah
meningkatk
makan
an
Hasil: Pasien
pembentuka
mengikuti
n gas instruksi
 Anjurkan 2. Menjadwalk
mengkonsu an waktu
msi defekasi

makanan bersama

yang pasien
Hasil: Pasien
mengandun
mengerti
g tingg
3. Menyediaka
serat
n makanan
 Anjurkan
tinggi serat
meningkat Hasil: Pasien
asupan mengerti
cairan, jika jam 10.00 WIT
tidak ada Edukasi
kontraindik 1. Menjelaskan

asi jenis
makanan
Kolaborasi
yang
 Pemberian
membantu
obat
meningkatka
supositoria,

33
34

jika perlu n keteraturan


peristaltic
usus
Hasil: Pasien
mengerti
2. Menganjurka
n mencatat
warna,
frekuensi,
konsistensi,
volume feses
Hasil: Pasien
mengerti
instriksi
3. Menganjurka
n
meningkatka
n aktifitas
fisik, sesuai
toleransi
Hasil: Pasien
mengerti
4. Menganjurka
n
pengurangan
asupan
makanan
yang
meningkatka
n
pembentukan
gas
Hasil: Pasien
mengikuti

34
35

instruksi
5. Menganjurka
n
mengkonsum
si makanan
yang
mengandung
tinggi serat
Hasil: Pasien
mengikuti
instruksi
6. Menganjurka
n
meningkatka
n asupan
cairan, jika
tidak ada
kontraindika
si
Hasil: Pasien
mengikuti
instruksi
Jam 10.30 WIT
Kolaborasi
1. Mengkolaborasi
kan Pemberian
obat
supositoria,
jika perlu
Hasil:
Mengerti
instruksi

35
36

BAB IV

PENUTUP

L. Kesimpulan
Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus
Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah
vena hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi
daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Menurut Mutaqqin (2011) etiologi
hemoroid yaitu : perubahan hormon (kehamilan), mengejan secara berlebihan
hingga menyebabkan kram, berdiri terlalu lama, banyak duduk, sering
mengangkat beban berat, sembelit diare menahun (obstipasi), makanan yang
dapat memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-rempah), keturuna
penderita wasir(genetik). Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta
(2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-hal seperti berikut : Perdarahan,
Benjolan, Nyeri dan rasa tidak nyaman, Basah, gatal dan hygiene yang kurang
di anus. Pemeriksaan penunjang hemoroid yaitu : anamnesa atau riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur),
pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi, Pemeriksaaan
dengan Proktosigmoidoskopi, rontgen (colon inloop) dan kolonoskopi,
pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang. Komplikasi
dari hemoroid adalah Anemia, jarang terjadi dan trombosis akut pada prolaps
hemorroid.

M. Saran

Selayaknya seorang mahasiswa keperawatan dan seorang perawat dalam


setiap pemberian asuhan keperawatan termasuk dalam asuhan keperawatan
pada klien hemoroid menggunakan konsep yang sesuai dengan kebutuhan
dasar manusia yang bersifat holistic yang meliputi aspek biopsikospiritual
dan semoga makalah ini dapat digunakan sebagai titik acuh khalayak
umum.

36
37

DAFTAR PUSTAKA

DOPA, Y. A. (2018). ILMU KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.


Transcommunication, 53(1), 1–8.
http://www.tfd.org.tw/opencms/english/about/background.html%0Ahttp://
dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/
j.powtec.2016.12.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.ijfatigue.2019.02.006%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.matlet.2019.04.024%0A

purniawan andi. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PADA TN.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OP HEMOROID DI
RUANG B1 RSPAL DR. RAMELAN SURABAYA. –2003 ,8.5.2017 ,‫הארץ‬
2005.

Suprijono, M. A. (2006). Hemorroides. Revista Espanola de Enfermedades


Digestivas, 98(3), 218. https://doi.org/10.1016/s1282-9129(00)72058-7

DOPA, Y. A. (2018). ILMU KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.


Transcommunication, 53(1), 1–8.
http://www.tfd.org.tw/opencms/english/about/background.html%0Ahttp://
dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/
j.powtec.2016.12.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.ijfatigue.2019.02.006%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.matlet.2019.04.024%0A

purniawan andi. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PADA TN.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OP HEMOROID DI
RUANG B1 RSPAL DR. RAMELAN SURABAYA. –2003 ,8.5.2017 ,‫הארץ‬
2005.

Suprijono, M. A. (2006). Hemorroides. Revista Espanola de Enfermedades


Digestivas, 98(3), 218. https://doi.org/10.1016/s1282-9129(00)72058-7

37

Anda mungkin juga menyukai