Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

HEMOROID

Dosen Pembimbing :
Ns. Ragil Supriyono, M.Kep

Disusun oleh Kelompok 5 :


1. Dwi Supriyanto (18017)
2. Hera Nurul Fauziah (18025)
3. Indah Andriani (18027)
4. Intan Nur Nabilah (18028)
5. Kharisma Kasih Illahi (18029)
6. Laela Safitri (18030)
7. Lisa Fitriani (18031)

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA


Jl. Cumi No. 37 Tanjung Priok Jakarta Utara
Tahun Ajaran 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang mana telah
memberikaan kami semua kekuatan serta kelancatan dalam menyelesaikan makalah
mata kuliah KMB I Pencernaan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar
makalah ini dapat di selesaikan.
Kelompok kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing
yang telah membimbing kami agar kami dapat mengerti tentang bagaimana cara
kami menyusun makalah ini. Dosen tersebut antara lain:
1. Bapak Ns. Ragil Supriyono, M.Kep selaku Dosen mata kuliah KMB I
Pencernaan yang telah memberikan tugas mengenai masalah ini sehingga
pengetahuan kami dalam penulisan makalah ini semakin bertambah.
2. Kedua orang tua dan teman-teman Akademi Keperawatan yang selalu
memberikan doa serta dukungannya.
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah KMB I Pencernaan. Makalah
ini membahas tentang Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Hemoroid.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Jakarta, 18 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................1
BAB II TINJAU TEORI
A. Konsep Dasar Sistem Pencernaan Pada Anus...............................................................3
1. Definisi Anus ........................................................................................................3
2. Struktur Anus.........................................................................................................3
3. Fungsi Anus...........................................................................................................5
4. Penyakit pada Anus...............................................................................................6
B. Konsep Dasar Homaroid ..............................................................................................8
1. Definisi Hemoroid.................................................................................................8
2. Etiologi...................................................................................................................9
3. Patofisiologi...........................................................................................................9
4. Klasifikasi..............................................................................................................9
5. Komplikasi...........................................................................................................11
6. Pemeriksaan Diagnostik......................................................................................11
7. Penatalaksanaan...................................................................................................11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian...................................................................................................................13
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................................15
C. Perencanaan Keperawatan..........................................................................................15
D. Implementasi...............................................................................................................23
E. Evaluasi.......................................................................................................................23
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................................24
B. Saran.............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemoroid merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat yang
sampai saat ini masih banyak orang yang salah mengerti tentang hemoroid dan
masalah-masalah kesehatanyang berhubungan dengan hemoroid. Hemoroid
dikenal dengan banyak istilah. Kata hemoroid sendiri berasal dari bahasa Yunani
yaitu haem : darah dan rhoos : mengalir, jadi semua perdarahan yang ada di anus
disebut hemoroid. Sedangkan di Amerika dan Inggris memakai istilah piles yang
berasal dari bahasa Latin yang berarti bola. Istilah lain yang juga sering
digunakan adalah ambeien yang berasal dari bahasa Belanda. Sedangkan di
Indonesia sendiri istilah yang paling sering digunakan adalah wasir yang pada
orang awam mempunyi arti berak darah. Hemoroid sudah dikenal selama
berabad-abad dan diduga masih termasuk salah satu penyakit yang umum
ditemukan di mana-mana. Di Amerika Serikat, hemoroid ditemukan dengan
jumlah kasus meliputi 4,4% dari seluruh penduduk.1,2,3 Namun sayangnya
frekuensi pasti dari hemoroid sulit diketahui. Seseorang yang menderita
hemoroid cenderung malu mengutarakan penyakitnya dan takut membayangkan
tindakan yang mungkin akan dilakukan dokter. Di samping itu, hemoroid
memang bukanlah penyakit yang mematikan. Gejalanya dapat hilang timbul, dan
pada sebagian besar kasus gejala hemoroid sudah lenyap dalam beberapa hari
saja.
B. Rumusan Masalah
1. Seperti apa konsep sistem pencernaan pada anus?
2. Apa saja penyakit yang timbl di anus?
3. Seperti apa konsep dasar hemoroid?
4. Seperti apa asuhan keperawatan pada pasien hemoroid?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB I Pencernaan.
2. Tujuan Khusus
1
2

a. Untuk menambah pengetahuan tentang sistem pencernaan anus.


b. Untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada anus.
c. Untuk mengetahui seperti apa hemoroid itu.
d. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien hemoroid.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Sistem Pencernaan Pada Anus


1. Definisi Anus
Anus merupakan bagian terakhir dari sistem pencernaan pada manusia
dan hewan. Anus yang juga sering disebut dengan dubur adalah
perpanjangan dari rektum yang terletak di luar tubuh. Terbuka atau
tertutupnya anus diatur oleh otot sfingter. 
Dinding otot anus diperkuat oleh 3 sfingter yaitu :
a. Sfingter ani internus (tidak mengikuti keinginan)
b. Sfingter levator ani (tidak mengikuti keinginan)
c. Sfingter ani eksternus (mengikuti keinginan)

2. Struktur Anus
Kulit di sekitar anus merupakan kulit berkeratin, yang dilapisi oleh
epitel skuamos stratified dan memiliki komponen kulit rambut halus,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan nervus somatik (sensitif terhadap
nyeri), tanpa komponen kulit tersebut maka kulitnya terlihat seperti
dilapisa sel epitel kuboid. Saluran anal mempunyai panjang sekitar 2 – 4,5
cm, dikelilingi oleh otot berbentuk seperti cincin yang disebut sfingter anal
internal dan sfingter anal eksternal. Saluran ini juga dilapisi oleh membran
mukosa, bagian atas saluran ini memiliki sel yang menghasilkan sekret
untuk mempermudah feses keluar dari tubuh.

3
4

a. Anatomi Anus

1) Kanalis Anal
Kanalis anal (anal canal) adalah saluran dengan panjang
sekitar 4 cm yang dikelilingi oleh sfingter anus. Bagian atasnya
dilapisi oleh mukosa glandular rektal. Fungsi kanalis anal adalah
sebagai penghubung antara rektum dan bagian luar tubuh sehingga
feses bisa dikeluarkan.
2) Rectum
Rektum (rectum) adalah sebuah ruangan dengan panjang
sekitar 12 sampai 15 cm yang berada di antara ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid/turun) dan berakhir di anus. Fungsi rektum
adalah menyimpan feses untuk sementara waktu, memberitahu
otak untuk segera buang air besar, dan membantu mendorong feses
sewaktu buang air besar. Ketika rektum penuh dengan feses, maka
rektum akan mengembang dan sistem saraf akan mengirim impuls
(rangsangan) otak sehingga timbul keinginan untuk buang air
besar.
3) Sfingter Anal Internal
Sfingter anal internal (internal anal sphincter) adalah sebuah
cincin otot lurik yang mengelilingi kanalis anal dengan keliling 2,5
5

sampai 4 cm. Sfingter anal internal ini berkaitan dengan sfingter


anal eksternal meskipun letaknya cukup terpisah. Tebalnya sekitar
5 mm. Fungsi sfingter anal internal adalah untuk mengatur
pengeluaran feses saat buang air besar.
4) Sfingter Anal Eksternal
Sfingter anal eksternal (external anal sphincter) adalah serat
otot lurik berbentuk elips dan melekat pada bagian dinding anus.
Panjangnya sekitar 8 sampai 10 cm. Fungsi sfingter anal eksternal
adalah untuk membuka dan menutup kanalis anal.
5) Pectinate Line
Pectinate line (terjemahan masih dipertanyakan) adalah garis
yang membagi antara bagian dua pertiga (atas) dan bagian
sepertiga (bawah) anus. Fungsi garis ini sangatlah penting karena
bagian atas dan bawah pectinate line memiliki banyak perbedaan.
Misalnya, jika wasir terjadi di atas garis pectinate, maka jenis wasir
tersebut disebut wasir internal yang tidak menyakitkan. Sedangkan
jika di bawah, disebut wasir eksternal dan menyakitkan. Asal
embriologinya juga berbeda, bagian atas dari endoderm, sedangkan
bagian bawah dari ektoderm.
6) Kolom Anal
Kolom anal (anal column) atau kolom Morgagni adalah
sejumlah lipatan vertikal yang diproduksi oleh selaput lendir
dan jaringan otot di bagian atas anus. Fungsi kolom anal adalah
sebagai pembatas dinding anus.

3. Fungsi Anus
a. Anus Sebagai bagian dari Sistem Pencernaan
Anus berfungsi sebagai organ pencernaan terakhir yang
merupakan tempat dikeluarkannya feses keluar tubuh. Feses
(Kotoran) yang tidak diperlukan dibuang melalui proses defekasi
(Buang Air Besar).
b. Anus Sebagai bagian dari Sistem seksual
Anus mengandung banyak badan saraf sehigga termasuk daerah
yang sangat peka. Beberapa orang mengatakan bahwa seks melalui
6

anus dapat memberikan kenikmatan lebih. Tetapi seks anal


merupakan aktivitas yang masih tabu di Indonesia.

4. Masalah atau Penyakit yang Terjadi pada Anus


a. Fisura Anus
Fisura Anus atau yang sering disebut dengan fisura anorektal,
adalah robekan pada lapisan lubang anus (anoderm). Fisura
kebanyakan terjadi karena tinja yang keras dan menyebabkan luka
pada anus ketika Anda buang air besar.
Terkadang, fisura anus juga bisa muncul karena diare yang
berkepanjangan, penyakit usus inflamasi atau penyakit menular
seksual yang melibatkan daerah anorektal. Fisura anus biasanya
berupa luka ringan, tetapi dapat berkembang menjadi kronis jika
robekannya semakin panjang hingga mengekspos permukaan otot
yang mendasarinya.
b. Abses Anus
Abses anus adalah bengkak menyakitkan di dekat anus yang
dapat berisi nanah. Kebanyakan abses anus tidak berhubungan dengan
masalah kesehatan lainnya dan muncul secara spontan dengan
penyebab yang tidak jelas. Abses ini terbentuk dari kelenjar anal
kecil, yang membesar dan menyebabkan infeksi di bawah kulit. Hal
ini seringkali terjadi pada orang dewasa yang berusia antara 20 hingga
40 tahun dan lebih banyak terjadi pada pria dibanding wanita.
Kebanyakan abses anus terletak dekat dengan pembukaan anus, dekat
dengan usus yang dekat dengan anus, atau pinggul.
c. Fistula Anal
Fistula anal terbentuk karena sisa abses anus yang telah kering
(baik dengan sendirinya atau bantuan dokter) dan menimbulkan
terowongan atau semacam lorong yang sempit. Fistula ini
menghubungkan bagian tengah dari lubang anus dengan permukaan
kulit. Kadang-kadang pembukaan fistula pada permukaan kulit terus-
menerus mengeluarkan nanah atau cairan berdarah. Dalam kasus lain,
fistula dapat menutup sementara dan menyebabkan kekambuhan abses
anus.
7

Selain penyakit karena bakteri atau virus, perilaku tertentu juga


dapat mempengaruhi risiko seseorang terkena gangguan pada
anusnya. Salah satunya adalah perilaku seks tak aman, yaitu seks anal.
Seks anal juga dapat menularkan berbagai penyakit, di antaranya
human immunodeficiency virus (HIV), human papilloma virus (HPV)
yang dapat menyebabkan kutil kelamin, kanker anus, hepatitis A dan
C, chlamidya, gonorrhea hingga herpes.
d. Wasir
Wasir adalah kondisi di mana pembuluh darah vena di sekitar
anus meradang atau bengkak. Kondisi juga sering disebut sebagai
hemorhoid atau lebih terkenalnya disebut sebagai ambeien. Wasir
dapat muncul di dalam rektum (saluran yang menghubungkan usus
besar dengan anus) atau di sekitar anus (dubur). Biasanya wasir
disebabkan karena sering dan kelamaan mengejan saat BAB (buang
air besar). Penyakit ini masih dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Internal hemorrhoid. Wasir ini muncul di dalam saluran rektum
Anda. Biasanya internal hemorrhoid tidak nyeri tapi menyebabkan
BAB berdarah.
2) External hemorrhoid. Wasir ini terletak di luar anus dan mungkin
terasa gatal atau nyeri, terkadang bisa robek dan berdarah.
Wasir adalah kondisi yang tidak berbahaya dan tidak menular.
Biasanya wasir dapat sembuh sendiri atau dapat disembuhkan dengan
mudah menggunakan obat wasir.
8

B. Konsep Dasar Hemoroid

1. Definisi Hemoroid
Hemoroid adalah pembesaran dan penonjolan vena disekitar rektum.
(Potter, 1997 ; 1374).
Hemoroid adalah dilatasi pembuluh darah vena varicose pada anus
dan rektum. (Reeves, 1999 ;162).
Hemoroid adalah dilatasi pleksus (anyaman pembuluh darah) vena
yang mengitari rektal dan anal. (Tambayong, 2000 ; 142)
Hemoroid adalah suatu masalah umum pada anus dan rektum. Yang
terjadi bila vena-vena disekitar anus dan rektum mengalami peradangan
yang diakibatkan karena mengedan selama buang air besar.
9

2. Etiologi
Hemoroid dapat terjadi karena dilatasi (pelebaran), inflamasi (peradangan)
atau pembengkakanvena hemoroidalis yang disebabkan:
a. Konstipasi kronik: sulit buang air besar, sehingga harus mengejan.
b. Kehamilan: karena penekanan janin pada perut.
c. Diare kronik.
d. Usia lanjut.
e. Duduk terlalu lama.
f. Hubungan seks peranal.
g. Pada beberapa individu terjadi hipertrofi sfingter ani (pembengkakan
otot/ klep dubur), obstruksi (sumbatan) fungsional akibat spasme
(kejang), dan penyempitan kanal anorektal (saluran dubur-ujung akhir
usus besar).

3. Patofisiologi
Mengedan selama buang air besar dapat meningkatkan tekanan intra
abdominal dan vena hemoroidal, menimbulkan distensi pada vena
hemoroidal. Bila ujung rektum penuh oleh kotoran obstruksi vena
mungkin bisa terjadi. Sebagai salah satu akibat dari pengulangan dan
perpanjangan meningkatkan tekanan dan obstruksi, sehingga dilatasi
permanen pada vena hemoroidal dapat terjadi. Distensi juga dapat
mengakibatkan terjadinya trombosis dan perdarahan. (Lukman’s, 1997 ;
1085)
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah balik dari vena hemoroidalis. (Price, 2006 ; 467)
Hemoroid dapat menimbulkan nyeri hebat akibat inflamasi dan
edema yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan
darah dalam hemoroid. (Smeltzer, 2002 ; 1138)

4. Klasifikasi
a. Berdasarkan asal atau tempat penyebabnya.
1) Hemoroid Internal
10

Hemoroid ini berasal dari vena hemoroidales superior dan


medial, terletak diatas garis anorektaldan ditutupi oleh mukosa
anus. hemoroid ini tetap berada di dalam anus.
Hemoroid internal diklasifikasikan lagi berdasarkan
perkembangannya:
a) Tingkat 1 : biasanya asimtomatik dan tidak dapat dilihat,
jarang terjadi perdarahan, benjolan dapat masuk kembali
dengan spontan.
b) Tingkat 2 : gejala perdarahannya berwarna merah segar pada
saat defekasi (buang air besar) benjolan dapat dilihat
disekitar pinggir anus dan dapat kembali dengan spontan.
c) Tingkat 3 : prolapsus hemoroid, terjadi setelah defekasi dan
jarang terjadi perdarahan, prolapsus dapat kembali dengan
dibantu.
d) Tingkat 4 : terjadi prolaps dan sulit kembali dengan spontan.
2) Hemoroid Eksternal
Hemoroid ini dikarenakan adanya dilatasi (pelebaran
pembuluh darah) vena hemoroidalesinferior, terletak dibawah
garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa usus. hemoroid ini
keluar darianus (wasir luar).

5. Tanda dan Gejala


a. Terjadi benjolan-benjolan disekitar dubur setiap kali buang air besar.
b. Rasa sakit atau nyeri.
Rasa sakit yang timbul karena prolaps hemoroid (benjolan tidak dapat
kembali) dari anusterjepit karena adanya trombus.
c. Perih.
d. Perdarahan segar disekitar anus.
Perdarahan terjadi dikarenakan adanya ruptur varises.
e. Perasaan tidak nyaman (duduk terlalu lama dan berjalan tidak kuat
lama).
f. Keluar lender yang menyebabkan perasaan isi rectum belum keluar
semua.
11

6. Komplikasi
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah :
a. Perdarahan.
b. Trombosis.
Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid.
c. Hemoroidal strangulasi.
Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai
darah dihalangi oleh sfingter ani.
(Lukman’s, 1997 ; 1085)

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan colok dubur.
b. Anorektoskopi (untuk melihat kelainan anus dan rektum)
c. Pemeriksaan rectal dan palpasi digital.
d. Proctoscopi atau colonoscopy (untuk menunjukkan hemoroid internal)
(Reeves, 1999 ; 162)

8. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Farmakologi
a) Menggunakan obat untuk melunakkan feses / psillium akan
mengurangi sembelit danterlalu mengedan saat defekasi,
dengan demikian resiko terkena hemoroid berkurang.
b) Menggunakan obat untuk mengurangi/menghilangkan keluhan
rasa sakit, gatal, dankerusakan pada daerah anus. Obat ini
tersedia dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk
supositoriauntuk hemoroid interna, dan dalam bentuk krim /
salep untuk hemoroid eksterna.
c) Obat untuk menghentikan perdarahan, banyak digunakan
adalah campuran diosmin (90%)dan hesperidin (10%)
2) Non-Farmakologi
a) Perbaiki pola hidup (makanan dan minum): perbanyak
konsumsi makanan yangmengandung serat (buah dan sayuran)
12

kurang lebih 30 gram/hari, serat selulosa yang tidak


dapatdiserap selama proses pencernaan makanan dapat
merangsang gerak usus agar lebih lancar,selain itu serat
selulosa dapat menyimpan air sehingga dapat melunakkan
feses. Mengurangimakanan yang terlalu pedas atau terlalu
asam. Menghindari makanan yang sulit dicerna olehusus.
Tidak mengkonsumsi alkohol, kopi, dan minuman bersoda.
Perbanyak minum air putih 30-40 cc/kg BB/hari.
b) Perbaiki pola buang air besar : mengganti closet jongkok
menjadi closet duduk. Jikaterlalu banyak jongkok otot panggul
dapat tertekan kebawah sehingga dapat menghimpit pembuluh
darah.
c) Penderita hemoroid dianjurkan untuk menjaga kebersihan
lokal daerah anus dengan caramerendam anus dalam air
selama 10-15 menit tiga kali sehari. Selain itu penderita
disarankanuntuk tidak terlalu banyak duduk atau tidur, lebih
baik banyak berjalan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama, tanggal lahir, umur, alamat, dll.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan hal yang pertama kali dikeluhkan klien
kepada perawat / pemeriksa.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat Kesehatan Sekarang merupakan pengembangan dari keluhan
utama yang mencakup PQRST. Adapun hal – hal yang harus
diperhatikan saat melakukan pengkajian riwayat kesehatan sekarang
klien, yaitu :
1) Apakah ada rasa gatal, panas / terbakar dan nyeri pada saat defekasi.
2) Adakah nyeri abdomen.
3) Apakah ada perdarahan di rectum, seberapa banyak, seberapa sering,
dan apa warnanya (merah segar atau warna merah tua).
4) Bagaimana pola eliminasi klien, apakah seing menggunakan laktasif
atau tidak.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Tanyakan pada klien apakah dahulu pernah mengalami hal yang sama,
kapan terjadinya, bagaimana cara pengobatannya. Apakah memiliki
riwayat penyakit yang dapat menyebabkan hemoroid atau yang dapat
menyebabkan kambuhnya hemoroid.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan apakah keluarga klien memiliki riwayat penyakit menular
(seperti TBC, HIV/AIDS, hepatitis, dll) maupun riwayat penyakit
keturunan (seperti hipertensi, Diabetes, asma, dll).
e. Aktivitas/ Istirahat

13
14

Gejala : Kelemahan, Kelelahan, Malaise, cepat lelah. Imsomnia, tidak


teratur karena diare. Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan aktivitas /
kerja sehubungan dengan efek proses penyakit.
f. Sirkulasi
Tanda : Takikardia, Kemerahan, area ekimosis, TD hipotensi.
g. Integritas Ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal. Faktor stress akut/ kronis.
Faktor budaya. Peningkatan prevelensi pada populasi yahudi.
Tanda : Menolak, perhatian menyembpit, depresi.
h. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses berfariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair.
Tanda : Menurunya bising usus, tak ada peristaltik yang dapat dilihat.
i. Makanan/ Cairan
Gejala : Anoreksia, mual/ muntah, penurunan berat badan, tidak toleran
terhadap diet/ sensitif.
Tanda : Penurunan lemak subkutan/ massa otot. Kelemahan tonus otot
dan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga
mulut.
j. Hygiene
Tanda : Ketidak mampuan mempertahankan perawatan diri, stomatitis
menunjukkan kekurangan vitamin, bau badan.
k. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Nyeri/ nyeri tekan pada kuadran kiri bawah. Titik nyeri
berpindah, nyeri tekan (artritis). Nyeri mata, foto fobia (iritis).
Tanda : Nyeri tekan abdomen/ distensi.
l. Keamanan
Gejala : Riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik, vaskulitis,
artritis, peningkatan suhu 39,6-40oC.
Tanda : Lesi kulit mungkin ada. Ankilosa spondilitis. Ureitis,
konjungtivitis.
m. Seksualitas
Gejala : Frekuensi menurun/ menghindari aktivitas sosial.
n. Interaksi Sosial
15

Gejala : Masalah hubungan/ peran sehubungan dengan kondisi.


Ketidakmampuan aktivitas dalam sosial.
o. Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga berpenyakit

B. Diagnosa Keperawatan
PRE OPERATIF
1. Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.
2. Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.
3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai
dengan perdarahan waktu BAB.
POST OPERATIF
1. Gangguan rasa nyaman nyeri pada luka operasi berhubungan dengan adanya
jahitan pada luka operasi dan terpasangnya cerobong anus.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan dirumah.

C. Intervensi
PRE OPERATIF
Diagnosa
No Tujuan dan
Keperawata Intervensi Rasional
. Kriteria Hasil
n
1. Konstipasi Setelah 1. Berikan dan 1. Mencegah
berhubungan dilakukan anjurkan dehidrasi secara
dengan tindakan minum oral.
pembesaran keperawatan kurang lebih
2. Meningkatkan
vena selama 2 x 24 2 liter/hari.
usaha evakuasi
hemoroidalis jam
2. Berikan feses.
. diharapkan
posisi semi
konstipasi 3. Makanan tinggi
fowler pada
teratasi. serat dapar
tempat tidur.
KH: melancarkan
16

a. Pola BAB 3. Anjurkan proses defekasi.


normal (1- mengkonsum
4. Bunyi usus secara
2x/minggu si makana
umum meningkat
). tinggi serat.
pada diare dan
b. Konsistens 4. Auskultasi menurun pada
i feses bunyi usus. konstipasi.
lunak.
5. Hindari 5. Menurnnkan
c. Warna makanan distres gastrik dan
feses yang distensi abdomen.
kuning. membentuk
6. Makanan ini
gas.
d. Klien diketahui sebagai
tidak takut 6. Kurangi / penyebab
untuk batasi konstipasi.
BAB. makana
7. Membantu
seperti
e. Tidak ada melancarkan
produk susu.
nyeri pada proses defekasi.
saat BAB. 7. Berikan
laktasif
sesuai
program
dokter.
2. Nyeri Setelah 1. Berikan 1. Minimalkan
berhubungan dilakukan Posisi yang stimulasi/meningk
dengan tindakan nyaman. atkan relaksasi.
adanya keperawatan
2. Berikan 2. Meminimalkan
hemoroid selama 3 x 24
bantalan tekanan di bawah
pada daerah jam
dibawah bokong/meningka
anal. diharapkan
bokong saat tkan relaksasi.
nyeri teratasi.
duduk.
KH: 3. Untuk

a. Wajah 3. Observasi menentukan

pasien tanda-tanda intervensi


17

tampak vital. selanjutnya.


meringis.
4. Ajarkan 4. Pengalihan
b. Skala teknik untuk perhatian melalui
nyeri menguranyi kegiatan-kegiatan.
berkurang rasa nyeri
5. Meningkatkan
0-3 atau seperti
relaksasi.
hilang. membaca,
menarik nafas 6. Menurunkan
c. Klien
panjang, ketidaknyamanan
dapat
menonton fisik.
istirahat
TV, dll. 7. Mengurangi nyeri
tidur.
5. Berikan dan menurunkan
d. TTV
kompres rangsang saraf
Normal
dingin pada simpatis dan
TD: daerah anus untuk mengangkat
120/80 3-4 jam hemoroid.
mmHg dilanjutkan
dengan redam
duduk hangat
3-4 x/hari.

6. Berikan
lingkungan
yang tenang.

7. Kolaborasi
dengan dokter
untuk
pemberian
analgesik,
pelunak feses
dan dilakukan
hemoroidecto
mi.
18

3. Perdarahan Setelah 1. Observasi 1. Untuk menentukan


berhubungan dilakukan TTV. tindakan
dengan tindakan selanjutnya.
2. Monitor
pecahnya keperawatan
banyaknya 2. Untuk menentukan
vena selama 3 x 24
perdarahan tingkat kehilangan
hemoroidalis jam
klien. cairan.
yang ditandai diharapkan
dengan kekurangan 3. Kaji ulang 3. Untuk mengetahui

perdarahan nutrisi tingkat tingkat kelemahan

waktu BAB. terpenuhi. toleransi klien.

KH: aktifiitas
4. Mengurangi
a. Konjungtiva klien.
ketergantungan
klien merah 4. Memandirika aktifitas klien
muda. n klien dengan bantuan

b. Hb Normal dalam perawat.

(12-14 melakukan

g/dl). aktifitas
sehari-hari.
c. Tidak ada Kolaborasi:

perdarahan Kolaborasi: 1. Untuk

v.hemoroid. 1. Konsultasika menentukan


n nutrisi kebutuhan nutrisi
d. Dapat
untuk klien yang tepat pada
melakukan
dengan ahli klien.
aktivitas
gizi.
mandiri. 2. Untuk membantu
2. Berikan proses pembekuan
e. Klien tidak
vitamin K darah dan Untuk
cepat lelah
dan B12 meningkatkan
setelah
sesuai produksi sel darah
beraktivitas.
indikasi. merah.
f. Aktifitas
3. Konsultasi 3. Untuk
klien sudah
dengan ahli menentukan diet
tidak
gizi. yang tepat bagi
dibantu oleh
19

perawat. 4. Berikan klien.


cairan IV.
4. Untuk
menggantikan
banyaknya darah
yang hilang
selama
perdarahan.

POST OPERATIF
No Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Rasional
. Keperawatan Kriteria Hasil
1. Gangguan rasa Setelah 1. Beri posisi g. Dapat
nyaman nyeri dilakukan tidur yang menurunkan
pada luka tindakan menyenangka tegangan
operasai keperawatan n pasien. abdomen
berhubungan selama 2 x 24
2. Ganti balutan h. Melindungi
dengan adanya jam
setiap pagi pasien dari
jahitan pada berkurangnya
sesuai tehnik kontaminasi
luka operasi dan rasa nyeri pada
aseptik. silang selama
terpasangnya daerah pasca
penggantian
cerobong anus. operasi. 3. Latihan jalan
balutan.
KH: sedini
Balutan basah
a. tidak mungkin.
bertindak
terdapat rasa 4. Observasi sebagai
nyeri pada daerah rektal penyerap
luka operasi apakah ada kontaminasi
b. pasien dapat perdarahan. eksternal
beraktivitas 5. Berikan i. Menurunkan
sesuai penjelasan masalah yang
kemampuan tentang tujuan terjadi karena
c. sekala nyeri pemasangan imobilisasi
0-3 cerobong
j. Perdarahan
anus (untuk
20

d. klien tampak mengalirkan pada jaringan,


rileks sisa-sisa inflamasi
perdarahan lokal atau
yang di dalam terjadinya
bisa keluar) infeksi dapat
meningkatkan
6. Cerobong
rasa nyeri.
anus dilepas
sesuai advice k. Pengetahuan
dokter tentang
manfaat
cerobong anus
dapat
membuat
pasien paham
guna
cerobong anus
untuk
kesembuhan
lukanya.

l. Meningkatkan
fungsi
fisiologis anus
dan
memberikan
rasa nyaman
pada daerah
anus pasien
karena tidak
ada sumbatan
2. Resiko infeksi Setelah 1. Observasi 1. Respon
berhubungan dilakukan tanda vital. autonomik
dengan tindakan meliputi TD,
2. Observasi
pertahanan keperawatan respirasi, nadi
21

primer tidak selama 2 x 24 balutan setiap yang


adekuat. jam infeksi tidak 2 jam, periksa berhubungan
terjadi. terhadap dengan
KH: perdarahan keluhan /
a. tidak dan bau. penghilang
terdapat nyeri .
3. Ganti balutan
tanda-tanda Abnormalitas
dengan teknik
infeksi tanda vital
aseptik.
(dolor, kalor, perlu di
rubor, tumor, 4. Bersihkan area observasi
fungsiolesa). perianal secara lanjut.
setelah setiap
b. TTV Normal 2. Deteksi dini
defekasi.
TD: 120/80 terjadinya
mmHg 5. Berikan diet proses infeksi
rendah serat dan /
N: 96
dan minum pengawasan
x/menit
yang cukup. penyembuhan
O
S: 36,7 C, luka oprasi

RR: 18 yang ada

x/menit sebelumnya.

c. luka 3. Mencegah

mengering meluas dan


membatasi
penyebaran
luas infeksi
atau
kontaminasi
silang.

4. Mengurangi /
mencegah
kontaminasi
daerah luka.
22

5. Mengurangi
rangsangan
pada anus
dan
mencegah
mengedan
pada waktu
defekasi
3. Kurang Setelah 1.Diskusikan 1. Pengetahuan
pengetahuan dilakukan pentingnya tentang diet
berhubungan tindakan penatalaksanaa berguna
dengan keperawatan n diet rendah untuk
kurangnya selama 2 x 24 sisa atau serat. melibatkan
informasi jam klien dapat pasien dalam
2.Demontrasikan
perawatan melakukan merencanaka
perawatan area
dirumah. perawatan area n diet
anal dan minta
anal dirumah. dirumah yang
pasien
KH: sesuai dengan
menguilanginya
a. pasien yang
mengerti 3.Berikan rendam dianjurkan
tentang duduk oleh ahli gizi.
perawatan 4.Bersihakan area 2. Pemahaman
dirumah anus dengan akan
b. keluarga baik dan meningkatka
mengerti keringkan n kerja sama
tentang seluruhnya pasien dalam
proses setelah defekasi program
penyakit dan terapi,
perawatanny meningkatka
a n
penyembuhan
c. pasien
dan proses
menunjukka
perbaikan
n wajah
23

tengang terhadap
penyakitnya.

3. Meningkatka
n kebersihan
dan
kenyaman
pada daerah
anus (luka
atau polaps).

4. Melindungi
area anus
terhadap
kontaminasi
kuman-
kuman yang
berasal dari
sisa defekasi
agar tidak
terjadi infeksi

D. Implementasi
Pada tahap ini untuk melakukan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi ini dapat tepat waktu dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memaantau dan
mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta
mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.

E. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
24

keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan


klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemoroid adalah pembesaran bantalan vaskular dari anal kanal.
Hemoroid terdiri dari dua jenis yaitu hemoroid interna yang terletak di atas
linea dentata dan hemoroid eksterna yang terletak di bawah linea dentata.
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesa, inspeksi, colok dubur dan penilaian
anoskop. Bila perlu dilakukan pemeriksaan proktosigmoidoskopi untuk
menyingkirkan kemungkinan radang dan keganasan. Manifestasi klinis
hemoroid yaitu perdarahan lewat anus berwarna merah segar dan tidak
tercampur dengan feses. Penatalaksanaan hemoroid yaitu dengan konservatif,
membuat nekrosis jaringan, dan terapi operatif. Prognosishemoroid baik bila
diberikan terapi yang sesuai.

B. Saran
1. Untuk Mahasiswa
Selayaknya seorang mahasiswa keperawatan dan seorang perawat dalam
setiap pemberianasuhan keperawatan termasuk dalam asuhan keperawatan
pada klien hemoroid menggunakankonsep yang sesuai dengan kebutuhan
dasar manusia yang bersifat holistic yang meliputi aspek biopsikospiritual
dan semoga makalah ini dapat digunakan sebagai titik acuh khalayak
umum.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Sylvia, Price.(1984).Patofisiologi Edisi 4.Jakarta: EGC.

Winatasasmita, Djamhur. (1992). Materi Pokok Biologi Umum. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Shabrina, Andisa , “Memahami Fungsi dan Anatomi Sistem Pencernaan


Manusia. Diambil pada tanggal 1 November 2019 pukul 20.30 WIB dari
http://hellosehat.com

25

Anda mungkin juga menyukai