Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KASUS ATRESIA

ESOFAGUS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Anak


Dosen Pengampu: Ns. Nanang Saprudin, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 2:


1. Amalia (CKR0200123)
2. Apriliani Prihatiningsih (CKR0200125)
3. Cici Uslinah (CKR0200130)
4. Dita Hamnah S (CKR0200135)
5. Erin Nurfadilah (CKR0200138)
6. Jihan Rojihan Muth’I (CKR0200148)
7. Julia Damayanti (CKR0200149)
8. Khidir Wahid (CKR0200213)
9. Putri Novita Sari (CKR0200212)
10. Rika Widiyanti (CKR0200161)
11. Ros Rohayati (CKR0200163)
12. Yenny Puspita Sari (CKR0200172)

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2021/202

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
sehingga makalah tentang "Asuhan Gangguan Pencernaan Anak Atresia Esophagus untuk mata
kuliah system pencernaan dapat terselesaikan. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan kepada kami kelompok
2 sebagai mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan Stikes Kuningan Kampus 2 RS Ciremai.

Makalah ini berisi materi tentang gangguan pencernaan pada anak mengenai dari Atresia
Esophagus. Makalah ini dibuat untuk mengetahui materi tentang Atresia Esophagus khususnya
pada bayi/anak. Dengan makalah ini. diharapkan dapat memudahkan kita dalam mempelajari
materi sistem pencernaan khususnya mengenai Atresia Esophagus pada bayi/anak. Kami
menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara penulisan maupun isi dari makalah
ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun saran dari dosen pembimbing dan
pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan berikutnya.

Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, kami
sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.

Cirebon, 12 Oktober 2022

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................. Error: Reference source not found
1.2 Rumusan Masalah............................................................. Error: Reference source not found
1.3 Tujuan................................................................................Error: Reference source not found
1.4 manfaat penulisan..................................................................................................................5
1.5 sistematika penulisan............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi atresia esophagus..................................................................................................7
2.2 Etiologi atresia esophagus .................................................................................................7
2.3 Tanda dan gejala atresia esophagus....................................................................................8
2.4 Komplikasi atresia esophagus ........................................................................................... 8
2.5 Pemeriksaan diagnostik .....................................................................................................8
2.6 Penatalaksanaan atresia esophagus ...............................Error: Reference source not found
2.7 Pengobatan atresia esophagus ...........................................................................................9
2.8 Prinsip pengobatan dan manajemen keperawatan .............................................................9
2.9 Pathway atresia esophagus ..............................................................................................11
BAB III PEMBAHASAN
3.1 kasus atresia esophagus........................................................................................................12
3.2 pengakajian atresia esophagus............................................................................................. 12
3.3 konsep asuhan keperawatan atresia esophagus....................................................................13
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................19
4.2 Saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum terjadi dalam bentuk fistula trakcoesofageal. Dari 95% kasus
ditemukan kantong esophagus berakhir buntu dan kantong bagian bawah
berhubungan langsung dengan bagian belakang trakea, Berbgai tipe kelainan atresia
esophagus dapat ditemukan, menurut Sacharin (1996) dalam buku (Solidikin, 2011)
ada 4 tipe yaitu: tipe A, B, C. dan D. sedangkan Wong (1996) dalam buku (Wong,
Hockenberry-Eaton, Wilson. Winkelstein, & Schwartz, 2008) menyebutkan lima tipe
yaitu: A, B, C, D san E. tipe-tipe tersebut berdasar kelainan pada hubungan antara
esophagus dan atresia.
Atresia esophagus dapat terjadi tanpa fistula, hal ini dibedakan dengan tidak
adanya udara didalam lambung saat perkusi dan foto polos abdomen, terjadi pada
10% dari kasus ini (Catsel 1992) dalam buku (Solidikin. 2011). Atresia esophagus
sering disertai kelainan bawaan lain, biasanya kelainan jantung, gastrointestinal
(atresia duodeni, atresia ani), dan kelainan tulang (hemivertebrata). Akibat atresia,
saliva akan terkumpul diujung bagian yang buntu, dan akan mengalir keluar atau
masuk kedalam trakea (bila terdapat fistula), hal ini akan lebih berbahaya bila melalui
fistula trakeoesofagus karena cairan lambung dapat mengalir kedalam paru-paru.
Kadang-kadang sebuah fistula dapat terjadi antara esophagus utuh dnegan trakea,
gelaja dapat terjadi setelah umur beberapa hari. Bayi atau anak menunjukkan ciri khas
seperti tercekik dan batuk setelah menelan cairan, tidak terjadi setelah menelan
makanan padat. Fistula trakcoesofagus merupakan salah satu penyebab pneumonia
berulang, fistula mungkin cukup sulit untuk dideteksi, bahkan dengan cine radiografi.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa pengertian atresia esophgaus?
2) Apa saja etiologi dari atresia esophgaus?
3) Bagaimana tanda dan gejala atresia esophagus ?
4) Bagaimana kompikasi dari atresia esophagus?
5) Bagaimana penatalaksanaan atresia esophagus?
6) Bagaimana pengobatan atresia esophagus?
7) Bagaimana prinsip pengobatan dan manajemen perawatan atresia esophagus?

4
1.3 Tujuan Penulisan
1) Mampu mengetahui pengertian atresia esophgaus
2) Mampu mengetahui etiologi dari atresia esophagus
3) Mampu mengetahui tanda dan gejala atresia esophagus
4) Mampu mengetahui kompikasi dari atresia esophagus
5) Mampu mengetahui penatalaksanaan atresia esophagus
6) Mampu mengetahui pengobatan atresia esophagus
7) Mampu mengetahui Prinsip pengobatan dan manajemen perawatan atresia
esophagus

1.4 Manfaat Penulisan


Penyusun karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak,
yaitu:
1) Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan proses keperawatan
dan memafaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh
pendidikan di STIKes Kuningan terutama dalam menerapkan asuhan keperawatan
dengan atresia esophagus
2) Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan referensi dan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan
dengan katresia esophagus khususnya bagi pembaca di perpustakaan Stikes
Kuningan Kampus 2 RS Ciremai

1.5 Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah melihat dan mengetahui pembahasan yang ada pada
makalah ini secara menyeluruh, maka perlu dikemukakan sistematika yang
merupakan kerangka dan pedoman penulisan makalah. Adapun sistematika
penulisannya adalah sebagai berikut:
Penyajian laporan makalah ini menggunakan sistematika penulisan sebagai
berikut:
a) Bagian Awal Makalah
Bagian awal memuat halaman sampul depan, halaman judul, halaman kata
pengantar, dan halaman daftar isi
b) Halaman Utama Makalah
Bagian utama terbagi menjadi bab dan sub bab yaitu sebagai berikut:

5
BAB I : PENDAHULUAN

 Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, dan sistematika penulisan makalah.

BAB II : TINJAUAN TEORI

Bab tinjauan pembahasan ini meliputi:

 Berisi teori tentang penyakit atresia esophagus, mulai dari:


definisi,etiologic, tanda dan gejala, komplikasi, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan, pengobatan,Prinsip Pengobatan,Manajemen Perawatan
dan pathway.

BAB III : PEMBAHASAN

 Berisi konsep asuhan keperawatan yang diberikan kepada anak dengan


atresia esophagus , mulai dari: pengkajian, perumusan diagnose,
perencanaan, keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.

BAB IV : PENUTUP

 Bab ini berisi kesimpulan dan saran atas pembuatan makalah yang telah
dilakukan.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Atresia Esophagus


Atresia csophagus adalah malformasi yang disebabkan oleh kegagalan esophagus
untuk melakukan pasase yang kontinu esophagus mungkin tidak membentuk sambungan
dengan trakea (fistula trajeoesofagus).

Menurut (Solidikin, 2011) ada berbagai tipe kelainan esophagus adalah sebagai berikut:

1) Tipe A (5-8%), kantong buntu disetiap esofagus, terpisah jauh, dan tanpa
hubungan ke trakea. Kedua ujung esofagus terpisah 1 cm atau lebih.
2) Tipe B (jarang) kantong buntu disetiap esofagus dengan fistula dari trakea
kesegmen esofagus bagian atas, dimana esofagus bagian bawah tidak mempunyai
hubungan dengan trakea, kantong bagian bawah sangat pendek dan hanya
menonjol sedikit diatas diafragma.
3) Tipe C (80-95%), segmen esofagus proksimal berakhir pada kantong buntu dan
segmen distl dihubungkan ke trakea atau bronkus primer dengan fistula pada atau
dekat bifurkasi dimana hanya kantong bagian atas yang berhubungan dengan
trakea.
4) Tipe D (jarang) kedua segmen esofagus atas dan bawah dihubungkan ketrakea.
5) Tipe E (lebih jarang disbanding A atau C), trakea dan esofagus normal
diubungkan dengan fistula umum.

2.2 Etiologi Atresia Esophagus


Ateresia esophagus terjadi sekitar 1 dari 4.425 kelahiran hidup. Menurut (Solidikin,
2011) Penyakit ini, secara embriologis anomaly ini terjadi akibat :
1) Diferensiasi usus depan yang tidak sempurna dalam memisahkan diri masing-
masing untuk menjadi esophagus dan trachea.
2) Perkembangan sel entodermal yang tidak lengkap sehingga menyebabkan
terjadinya atresia.
3) Perlekatan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi fistula
tracheosofagus, Faktor genetic tidak berperan dalampathogenesis kelainan ini.
(Rendle, Gray, & Dodge, 2005).

7
2.3 Tanda dan Gejala Atresia Esophagus
Adanya penemuan khas terlihat pada jam-jam awal kehidupan, dan penentuan
penyakit harus dibuat sebelum diberikan makanan pertama (Rendle, Gray, & Dodge,
2005). Tanda ataupun gejala dapat berupa :
1) Salivasi yang berlebihan dimana saliva cenderung mengalir dari mulut dalam
bentuk seperti buih
2) Apabila diusahakan pemberian makanan maka akan terjadi batuk dan sumbatan,
kesukaran bernapas dan ditemukan sianosis.
3) Terdapat kesukaran pemberian makanan yang mengarah pneumonia aspirasi,
walaupun demikian hal ini jarang terbukti mencapai 2-3 hari setelah dimulainya
pemberian makanan.
4) Dapat terjadi pneumonitis yang disebabkan kerusakan akibat refluks cairan
lambung melalui kantong bagian bawah.

2.4 Komplikasi
1) Pneumonia aspirasi yang disebabkan karena usaha makan
2) Atelektasis pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat
dangkal.
3) Dismotilitas esophagus. terjadi karena kelemahan dinding otot esophagus
4) Gastrosophagus refluks atau asam lambung naik.
5) Fistula tracheosophagus berulang
6) Disfagia atau kesulian menelan (Behrman, 2002).

2.5 Pemeriksaan Diagnosik


Diagnosis atresia esofagus umumnya dikonfirmasikan dengan rontgent,yang akan
menunjukan perkembangan tidak normal kerongkongan. Pada sebagian kecil
kasus,atresia esofagus dapat di diagnosis sebelum lahir menggunakan USG. Pemeriksaan
USG menggunakan gelombang suara untuk menampilkan gambar bayi didalam perut ibu.

2.6 Penatalaksanaan Atresia Esophagus


1) Pada anak segera dipasangkan kateter ke dalam esophagus dan bila mungkin
dilakukan penghisapan terus-menerus
2) Pemberian antibiotik pada kasus dengan resiko infeksi
3) Kadang-kadang keadaan bayi memerlukan tindakan bedah dalam 2 tahap, tahap
pertama berupa pengikatan fistula serta pemasangan pipa gastrostomi untuk

8
pemberian makanan, tahap kedua berupa tindakan anastomosis kedua ujung
esophagus. (Behrman, 2002).

2.7 Pengobatan Atresia Esophagus


Adapun pengobatan/penanganan Atresia Esofagus pada bayi ini adalah dengan
cara melakukan tindakan operasi atau pembedahan. Hal ini dilakukan bertujuan untuk
menyambung kembali kedua bagian ujung kerongkongan sehingga bayi bisa bernapas
dan menyusu dengan lancar.

2.8 Prinsip Pengobatan dan Manajemen Perawatan


Diagnosa dini dan persiapan prabedah penting untuk keberhasilan manajemen
pengobatan. Jika diagnosis tidak dibuat segera setelah lahir. maka akan terdapat derajat
tertentu kerusakan paru, fisioterapi dapat membantu melepaskan sekresi dalam. Hal ini
dapat dilakukan dengan sika gigi berlapis kasa yang dioprasikan dengan baterai yang
digerakkan diatas dada bayi. Fisioterapi yang lebih aktif secara normal diperlukan
(Wong. Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008).
Pada anak dengan atresia esofagus dapat segera dipasang kateter kedalam
esofagus dan bila mungkin dilakukan pengisapan terus-menerus, karena jika sekresi
dibiarkan tertimbun dalam tenggorokan maka bayi atau anak dalam bahaya tercekik. Oleh
karena itu dilakukan penyedotan oral dan nasofaringeal yang kemungkinan dapat
dilakukan dalam interval jam. Terkadang diperlukan aspirasi mucus setiap setengah jam,
namun penyedotan yang dilakukan terlalu sering akan mendorong sekresi dan memaksa
dilakukannya penanganan terlalu sering.
Anak dipersiapkan untuk segera dilakukan tindakan operasi, karena pembedahan
dapat menyelamatkan nyawa. Keputusan tindakan akan dilakukan penutupan fistula
dengan segera atau hanya dilakukan gastrostomy, tergantung pada jenis kelaianan dan
keadaan umum anak pada saat itu. Anastomosis ujung ke ujung primer biasanya
diusahakan dengan eksisi fistula, bila tidak mungkin dilakukan anastmisis maka
dilakukan gastromi dan kantong buntu diekstresiorisasi, sehingga saliva yang tertelan
tidak memasuki paru.
Perawatan pascabeah terdiri atas pemberian makanan parenteral selama 48 jam
kemudian dilanjtkan dengan pemberian makanan gastrotomi dimulai dengan saline
kekuatan setengah, lalu diikuti dengan dekstrosa 5% dalam air selama 2-3 kali pemberian
makanan, setelah itu secara bertahap dapat diberikan susu. Biasanya penggunaan sonde
(NGT) dapat dihentikan pada hari ke-10 dan diganti dengan makanan per oral.
Penelanan barium harus dilakukan bila terdapat dispepsia untuk menentukan
apakah telah timbul stenosis atau tidak. Posisi tidur anak tergantung pada ada tidaknya
fistula karena aspirasi cairan lambung lebih berbahaya dari saliva. Anak dengan fistula

9
trakeoesofagus ditidurkan setengah duduk, sedangan anak tanpa fistula diposisikan
dengan kepala lebih rendah (posisi Trendelenburg). Perawatan bayi dalam posisi
tengkurap merupakan metode lain yang dapat dipakai untuk kemungkinan drainase
sekresi yang adekuat dan mencegah sekresi memasuki paru-paru, walaupun demikia anak
tetap harus direposisi secara teratur untuk membantu sirkulasi dan ekspansi paru (Wong,
Hockenberry Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008).

10
2.9 Pathway

11
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kasus

Ny "A" datang membawa anaknya yang sedang sakit ke RS Melati. Ny "A" mengeluh
bayinya muntah setelah disusui, pada saat pasca persalinan bayi tidak mau menyusu, dan bayi
tersedak saat berupaya menelan makanan. Ny "A" juga mengeluh bayinya kadang susah
bernapas. Bayi Ny "A" berumur 14 hari dengan BB3 2200 gram dan PB 47 cm. dan berjenis
kelamin laki-laki. Ny "A" berkata ada riwayat merokok dan minum alcohol selama kehamilan.
Pada pemeriksaan fisik di temukan bayi terlihat dispnea, membrane mukosa pucat, sianosis,
ditemukan suara nafas tambahan (ronkhi basah), ditemukan retraksi dinding dada dan pada saat
dilakukan palpasi, perut bayi tampak kembung. Selain ditemukan pula suhu : 37 Pernafasan:
75x/menit Nadi: 140x/menit pada bayi Ny "A". Diagnosis klinis ditemukan bayi dengan sekresi
saliva berlebihan(ngiler). Setelah di periksa oleh dokter bayi Ny "A" di diagnosa menderita
Atresia Esophagus.

3.2 Pengkajian
1) Identitas Pasien
o Nama bayi : Bayi Ny “A”
o Umur bayi : 14 hari
o Tgl/jam lahir : 3 Maret 2013/ 10.00 WIB
o Jenis kelamin : Laki-laki
o Berat badan : 2.200 gr
o Panjang badan : 47 cm
o Diagnosa medis : Atresia Esofagus

2) Keluhan Utama
o Ny “A” mengeluh bayinya muntah setelah disusui
o Pada saat pasca persalinan bayi tidak mau menyusui
o Bayi tersedak saat berupaya menelan makanan
o Ny “A” juga mengeluha bayinya kadang susah bernafas

3) Riwayat

12
o Ny “A” memiliki kebiasaan merkok dan minuman alkohol sewaktu hamil

4) Pemeriksaan Fisik

o Pada pemeriksaan fisik di temukan bayi terlihan dispnea,membrane mukosa


pucat, sianosis
o Ditemukan suara nafas tambahan (Ronchi basah)
o Ditemukan retraksi pada dinding dada
o Pada saat dilakukan palpasi, perut bayi tampak kembung
o Suhu : 37’C
o RR : 75x/menit
o HR : 140x/menit
o BB saat ini :2.200 gr
o Panjang badan : 47 cm
o Diagnosis klinis ditemukan bayi dengan sekresi saliva berlebihan (ngiler)

3.3 Konsep Asuhan Keperawatan


1) Analisa Data

Data subjektif Data objektif Masalah keperawatan

 Ny “A” mengeluh  Ditemukan suara Ketidakfektifan bersihan


bayinya kadang nafas tambahan jalan nafas
susah bernapas (roncki basah)

 Ny “A” mengeluh  Ditemukan retraksi


bayinya sering pada dinding dada
muntah saat di susui
 Dispnea

 Sianosis

 RR: 60x/menit

 HR: 140x/menit

 Bayi tersedak saat  Diagnosis klinis Gangguan menelan


berupaya menelan ditemukan bayi
makanan dengan sekresi saliva
berlebihan

 Ny “A” mengeluh  BB saat ini 2500 gr Ketidakseimbangan nutrisi


bayinya muntah (kurang dari kebutuhan

13
setelah di susui  Membrane mukosa tubuh)
pucat

 Pada saat dilakukan


palpasi, perut bayi
tampak kembang

2) Diagnosa yang sering muncul


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
ditandai dengan sianosis
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan Hambatan upaya napas ditandai dengan
dispnea
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan menelan makanan ditandai
dengan Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

3) Intervensi Keperawatan
No Diagnosa TUJUAN INTERVENSI Rasional
Keperawatan

1 Gangguan Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi (I. 01014) Untuk


Pertukaran Gas (L.01003) mengetahui
1. Observasi
frekuensi,
(D.0003) Setelah dilakukan  Monitor frekuensi, irama,
tindakan keperawatan irama, kedalaman, dan kedalaman dan
selama 2x24 jam upaya nafas
upaya nafas.
diharapkan gangguan  Monitor pola nafas
pertukaran gas (seperti bradipnea,
meningkat dengan takipnea, hiperventilasi,
kriteria hasil : kussmaul, cheyne-
stokes, ataksisk)
 Dipsne  Monitor saturasi
menurun oksigen
 Bunyi napas  Auskultasi bunyi nafas
tambahan  Palpasi kesimetrisan
menurun ekspansi paru
 Sianosis  Monitor nilai AGD
membaik  Monitor hasil x-ray Untuk
 Pola napas thoraks mengetahui
membaik 2. Terapeutik perubahan
 Warna kulit  Atur interval kondisi klien.

14
membaik pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Agar keluarga
 Dokumentasikan hasil
pemantauan pasien
3. Edukasi memahami
dan bisa
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan mengikuti
prosedur
 Informasikan hasil
pemantauan
pemantauan, jika perlu
2 Pola napas Pola napas Manajemen Jalan Nafas (I. Untuk
tidak efektif 01011) mengetahui
(L.01004) perkembangan
(D.0005) 1. Observasi pola nafas
Setelah dilakukan
 Monitor pola nafas klien
tindakan keperawatan
(frekuensi, kedalaman,
selama 2x24 jam
usaha nafas)
diharapkan pola napas
 Monitor bunyi nafas
membaik dengan
tambahan (mis.
kriteria hasil :
Gurgling, mengi,
 Frekuensi wheezing, ronkhi)
2. Terapeutik Untuk
napas
 Posisikan semi fowler mengurangi
membaik
 Berikan oksigen sesak
 Dipsnea
menurun 3. Edukasi
 Anjurkan asupan cairan
200 ml/hari, jika tidak Agar klien
kontraindikasi tidak dehidrasi

3 Defisit Nutrisi Status nutrisi Pemantauan Nutrisi (I. 03123) Agar tidak
terjadi
(D.0019) (L.03030) Observasi malnutrisi
Setelah dilakukan  Identifikasi pola makan
tindakan keperawatan  Identikasi faktor yang
selama 2x24 jam mempengaruhi asupan
diharapkan status gizi (mis. Gangguan
nutrisi membaik menelan)
 Monitor mual dan

15
dengan kriteria hasil : muntah
 Identifikasi
 Kekuatan otot kemampuan menelan
menelan Terapeutik Agar berat
meningkat
 Timbang berat badan badan pasien
 Membran
 Dokumentasikan hasil terpantau
mukosa
pemantauan
membaik
Edukasi
 Bising usus
membaik Agar keluarga
 Jelaskan tujuan dan
klien dapat
prosedur pemantuan
memahami
 Informasikan hasil
tindakan yang
pemantauan
diberikan

4) Implementasi Keperawatan
NO IMPLEMENTASI TTD
DX
1 Observasi

 Memonitor frekuensi, irama,


kedalaman, dan upaya nafas
 Memonitor pola nafas (seperti
bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes, ataksisk)
 Memonitor saturasi oksigen
 Mengauskultasi bunyi nafas
 Mengpalpasi kesimetrisan ekspansi
paru
 Memonitor nilai AGD
 Memonitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik

 Mengatur interval pemantauan respirasi


sesuai kondisi pasien
 Mendokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi

 Menjelaskan tujuan dan prosedur

16
pemantauan
 Menginformasikan hasil pemantauan,
jika perlu

2 Observasi

 Memonitor pola nafas (frekuensi,


kedalaman, usaha nafas)
 Memonitor bunyi nafas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi)
Terapeutik

 Memposisikan semi fowler


 Memberikan minuman hangat
 Memberikan oksigen
Edukasi

 Menganjurkan asupan cairan 200


ml/hari, jika tidak kontraindikasi
 Mengajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi

 Mengkolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

3 Pemantauan Nutrisi (I. 03123)


Observasi
 Mengidentifikasi pola makan
 Mengidentikasi faktor yang
mempengaruhi asupan gizi (mis.
Gangguan menelan)
 Memonitor mual dan muntah
 Mengidentifikasi kemampuan menelan
Terapeutik
 Menimbang berat badan
 Mendokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantuan
 Menginformasikan hasil pemantauan

17
5) Evaluasi
No. Hari/Tanggal/Waktu Evaluasi TTD

1. Rabu, 25 Juli 2021 S: -

Jam 08.00 O:

 Terdengar nafas tambahan ronkhi


 Frekuensi nafas klien cepat
 Klien tidak dapat menelan ASI
 TTV:
N: 140x/m
S: 37 ℃
RR: 75x/m
BB: 2200g
PB: 47cm

A: Atresia Esophagus

P: Masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan.

2. Kamis, 26 Juli 2021 S: -

Jam 15.00 O:

 Terdengar nafas tambahan ronkhi


 Frekuensi nafas klien cepat
 Klien tidak dapat menelan ASI
 TTV:
N: 140x/m
S: 37 ℃
RR: 75x/m
BB: 2200g
PB: 47cm

A: Atresia Esophagus

P: Masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan.

18
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Atresia esophagus adalah malformasi yang disebabkan oleh kegagalan esophagus untuk
melakukan pasase yang kontinu, esophagus mungkin tidak membentuk sambungan dengan
trakea (fistula trajeoesofagus). Berbagai tipe kelainan esophagus Tipe A, Tipe B, Tipe C,
Tipe D dan Tipe E. Pada anak dengan atresia esofagus dapat segera dipasang kateter kedalam
esofagus dan bila mungkin dilakukan pengisapan terus-menerus, karena jika sekresi
dibiarkan tertimbun dalam tenggorokan maka bayi atau anak dalam bahaya tercekik.

4.2 Saran
Mengingat penyakit atresia esophagus merupakan penyakit yang membahayakan bagi
keberlangsungan hidup bayi/anak-anak maka penanganan penyakit ini diupayakan secara
maksimal dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan baik melalui tenaga kesehatan,
prasarana dan sarana kesehatan.

19
DAFTAR PUSAKA

Behrman, K. A. (2002). Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013).

Klasifikasi Intervensi Keperawatan (NIC). Singapura: ELSEVIER.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Defenisi & Klasifikasi.
Jakarta: EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., Massa, M. L., & Swanson, E. (2013). Klasifikasi Hasil Keperawatan
(NOC). Singapura: ELSEVIER.

Rendle, J., Gray, O., & Dodge, J. (2005). Sinopsis Pediatri. Tangerang : Binarupa Aksara.

Solidikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anaak Gangguan Sistem Gastrointestinal dan


Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.

Wong, D. L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P. (2008).
Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

20

Anda mungkin juga menyukai