SIROSIS HEPATIS
DOSEN PEMBIMBING:
NADIA (821191009)
Assalamu’alaikum wr. Wb
Kelompok IV
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit hati merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi
permasalahan di indonesia. Ditinjau dari pola penyakit hati yang dirawat,
secara umum mempunyai urutan sebagai berikut: hepatitis virus akut, sirosis
hati, kanker hati, abses hati. Dari data tersebut ternyata sirosis hati menempati
urutan kedua. Sirosis hati merupakan salah satu penyakit hati kronis yang
paling banyak ditemukan dimasyarakat dan merupakan stadium terakhir dari
penyakit hati menahun (Hadi S, 2000 dalam Stiphany, 2010). Cedera pada
struktur seluler dari hati menyebabkan fibrosis terkait dengan radang kronis
dan perubahan necrotic menghasilkan sirosis (Digiulio & Donna Jackson,
2014). Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun (penyakit hati kronis) dan
merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronis (Nurdjanah, 2009 dalam
Sitompul, dkk, 2012). Menurut World Health Organization (WHO) (2015),
Sekitar 700.000 umat manusia meninggal karena sirosis hepatis. Sedangkan
Data WHO (2011) dalam Ika (2015) mencatat sebanyak 738.000 pasien dunia
meninggal akibat sirosis hati ini.
Penyakit ini menjadi penyebab kematian terbesar pada penderitanya.
Pada tahun 2012 Indonesia memiliki penduduk yang terserang penyakit hati
kronis sebanyak 20 juta jiwa. Informasi kesehatan untuk pasien sangat penting
untuk kelangsungan pemulihan pasien. Pemulihan tidak berlangsung dengan
cepat atau mudah apabila pasien tidak mengetahui hal-hal yang baik untuk
mempercepat penyembuhannya (Fitriani, 2013).
B. Tujan penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memahami penerapan EBNP pada askep Sirosis Hepatis
2. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui dan memahami penerapan EBNP pada askep sirosis
Hepatis
b) Untuk mengetahui dan memahami Sirosis Hepatis
c) Untuk mengetahui dan memahami keperawatan medikal bedah
d) Untuk mengetahui dan memahami anatomi fisiologi sirosis Hepatis
e) Untuk mengetahui dan memahami pengertian sirosis Hepatis
f) Untuk mengetahui dan memahami Etiologi
g) Untuk memahami dan mengetahui tanda dan gejala
h) Untuk memahami dan mengetahui patofisiologi
i) Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang
C. Manfaat penulisan
Untuk menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa keperawatan
tentang penerapan EBNP pada askep Sirosis Hepatis, menjadi inspirasi dalam
praktik keperawatan, menjadi dasar bagi mahasiswa keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan.
D. Sistematika penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari 4 bab yang meliputi sebagai berikut:
1) BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
2) BAB II : Tinjauan teori yang terdiri dari anatomi dan fisiologi sirosis
hepatis, klasifikasi, manefestasi klinis, komplikasi.
3) BAB III Pembahasan yang terdiri dari Pengertian Sirosis Hepati, Etiologi
dan faktor resiko sirosis hepatis, Tanda dan gejala, Patofisiologi,
Pemeriksaan Penunjang.
4) BAB IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan penutup.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Menurut Black & Hawks tahun 2009 sirosis adalah tahap akhir pada banyak
tipe cedera hati. Sirosis hati biasanya memiliki konsistensi noduler, dengan berkas
fibrosis (jaringan parut) dan daerah kecil jaringan regenerasi. Terdapat kerusakan luas
hepatosit. Perubahan bentuk hati merubah aliran sistem vaskuler dan limfatik serta
jalur duktus empedu. Periode eksaserbasi ditandai dengan stasis empedu, endapan
jauundis. Menurut Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, (2012), gangguan
hematologik yang sering terjadi pada sirosis adalah kecendrungan perdarahan,
anemia, leukopenia, dan trombositopenia. Penderita sering mengalami perdarahan
hidung, gusi, menstruasi berat, dan mudah memar. Masa protrombin dapat
memanjang. Manifestasi ini terjadi akibat berkurangnya pembentukan faktor-faktor
pembekuan oleh hati. Anemia, leukopenia, dan trombositopenia diduga terjadi akibat
hipersplenisme. Limpa tidak hanya membesar (spelenomegali) tetapi juga lebih aktif
menghancurkan sel-sel darah dari sirkulasi. Mekanisme lain yang menimbulkan
anemia adalah defisiensi folat, vitamin B12, dan besi yang terjadi sekunder akibat
kehilangan darah dan peningkatan hemolisis eritrosit. Penderita juga lebih mudah
terserang infeksi. Kerusakan hepatoseluler mengurangi kemampuan hati mensintesis
normal sejumlah albumin. Penurunan sintesis albumin mengarah pada
hipoalbuminemia, yang dieksaserbasi oleh kebocoran protein ke dalam ruang
peritonium. Volume darah sirkulasi menurun dari kehilangan tekanan osmotik koloid.
Sekresi aldosteron meningkat lalu merangsang ginjal untuk menahan natrium dan air.
Sebagai akibat kerusakan hepatoseluler, hati tidak mampu menginaktifkan aldosteron.
Sehingga retensi natrium dan air berlanjut. Lebih banyak cairan tertahan, volume
cairan asites meningkat. Hipertensi vena porta berkembang pada sirosis berat. Vena
porta menerima darah dari usus limpa. Jadi peningkatan di dalam tekanan vena porta
menyebabkan.
1. aliran balik meningkat pada tekanan reistan dan pelebaran vena esofagus,
umbilikus, dan vena rektus superior, yang mengakibatkan perdarahan varises.
2. asites (akibat pergesaran hidrostastik atau osmotik mengarah pada akumulasi
cairan di dalam peritoneum) dan
3. bersihan sampah metabolik protein tidak tuntas dengan akibat meningkat
amonia, selanjutnya mengarah kepada esefalopati hepatikum. Kelanjutan
proses sebagai akibat penyebab tidak diketahui atau penyalahgunaan alkohol
biasanya mengakibatkan kematian dari ensefalopati hepatikum, infeksi
bakteri (gram negatif) peritonitis (bakteri), hepatoma (tumor hati), atau
komplikasi hipertensi porta Gangguan endokrin sering terjadi pada sirosis.
Hormon korteks adrenal, testis dan ovarium, dimetabolisme dan diinaktifkan
oleh hati normal. Atrofi testis, ginekomastia, alopesia, pada dada dan aksila,
serta eritema palmaris (telapak tangan merah), semuanya diduga disebabkan
oleh kelebihan esterogen, dalam sirkulasi. Peningkatan pigmentasi kulit
diduga aktivitas hormon perangsang melanosit yang bekerja secara
berlebihan
E. Patofisiologi
Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis, konsumsi
minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Sirosis terjadi
dengan frekuensi paling tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi
gizi dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis,
namun asupan alkohol yang berlebihan merupakan faktor penyebab yang utama pada
perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis juga
pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasaan minum minuman keras
dan pada individu yang dietnya normal tetapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi
(Smeltzer & Bare, 2001). Sebagian individu tampaknya lebih rentan terhadap
penyakit ini dibanding individu lain tanpa ditentukan apakah individu tersebut
memiliki kebiasaan meminum minuman keras ataukah menderita malnutrisi. Faktor
lainnya dapat memainkan peranan, termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu
(karbon tetraklorida, naftalen terklorinasi, asen atau fosfor) atau infeksi
skistosomiasis yang menular. Jumlah laki-laki penderita sirosis adalah dua kali lebih
banyak daripada wanita, dan mayoritas pasien sirosis berusia 40-60 tahun (Smeltzer
& Bare, 2001). Sirosis alkoholik atau secara historis disebut sirosis Laennec ditandai
oleh pembentukan jaringan parut yang difus, kehilangan selsel hati yang uniform, dan
sedikit nodul regeneratif. Sehingga kadangkadang disebut sirosis mikronodular.
Sirosis mikronodular dapat pula diakibatkan oleh cedera hati lainnya. Tiga lesi utama
akibat induksi alkohol adalah perlemakan hati alkoholik, hepatitis alkoholik, dan
sirosis alkoholik (Tarigan, 2001).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hati dengan
inflamasi dan fibrosis yang mengakibatkan distorsi struktur dan
hilangnya sebagian besar hepar. Perubahan besar yang terjadi
karena sirosis adalah kematian sel-sel hepar, terbentuknya sel-sel
fibrotic (sel mast), regenerasi sel dan jaringan parut yang
menggantikan sel-sel normal.
B. Saran
Kami sebagai kelompok menyadari bahwa makalah ini banyak
sekali kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan.Tentunya,
kami akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman
tentang pembahasan makalah diatas agar kami bisa lebih baik lagi
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA