Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. S.Z ( 4 TAHUN)


DENGAN DIARE DI RS MITRA KELUARGA DEPOK

Disusun oleh :

Ratna Dewi ( 07021767 )


Siti Zulfia Hikmayanty ( 22099380 )
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An. S.Z (4 Th) Dengan Diare”.
Dalam penulisan makalah ini penulis mendapat banyak sekali masukan, bantuan,
dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan penulis agar dapat menyempurnakan kekurangan makalah ini.
Semoga apa yang telah disampaikan dalam makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Depok, 15 Januari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
D. Sistematika Penulisan...................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
A. Anatomi dan Fisiologi Pencernaan...............................................................4
B. Konsep Penyakit...........................................................................................7
1. Definisi......................................................................................................7
2. Etiologi......................................................................................................8
3. Manifestasi................................................................................................9
4. Patofisiologi.............................................................................................11
5. Komplikasi..............................................................................................13
6. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................13
7. Penatalaksanaan.......................................................................................13
8. Asuhan Keperawatan...............................................................................17
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................24
BAB IV PENUTUP...............................................................................................31
A. Simpulan.....................................................................................................31
B. Saran............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu faktor utama dan sangat penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ketika kondisi kesehatan anak
kurang sehat, maka akan berdampak pada berbagai hal yang berkaitan dengan
pertumbuhan, perkembangan, dan terhadap berbagai aktivitas yang akan
dilakukannya (Inten & Permatasari, 2019). Penyakit infeksi merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara maju dan
berkembang.
World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa penyakit
infeksi merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak (Novard et al,
2019). Penyakit infeksi yang sering di derita adalah diare, demam tifoid,
demam berdarah, infeksi saluran pernapasan atas (influenza, radang amandel,
radang tenggorokan), radang paru-paru, merupakan penyakit infeksi yang
harus cepat didiagnosis agar tidak semakin parah.
Secara global, pada tahun 2017 WHO (World Health Organization)
melaporkan bahwa penyebab utama kematian kedua pada balita adalah diare
dengan kejadian 1,7 miliar kasus dan membunuh sekitar 525.000 anak setiap
tahun di dunia. Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riskesdas (2018)
prevalensi penyakit diare pada balita mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2013. Diare pada balita turun dari
18,5% menjadi 12,3%. Pasien rawat inap yang mengalami diare di RS Depok
sebanyak 2.316 atau 7,63%.
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya yang ditandai dengan peningkatan volume,
keenceran, serta frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan pada
neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah (Rospita et al,
2017). Sedangkan pengertian diare menurut Zein (2004) diare atau mencret

1
didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses yang tidak berbentuk
(unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
Selama anak diare terjadi peningkatan hilangnya cairan dan elektrolit
(natrium, kalium dan bikarbonat) yang terkandung dalam tinja cair anak.
Dehidrasi terjadi bila hilangnya cairan dan elektrolit ini tidak diganti secara
adekuat, sehingga timbullah kekurangan cairan elektrolit, hipokalemia, dan
hipoglikemia. Diare juga dapat mengakibatkan penurunan asupan makanan 4
yang menyebabkan penurunan berat badan dan berlanjut ke gagal tumbuh.
Berdasarkan data-data diatas dapat menimbulkan masalah-masalah
keperawatan yang sering dijumpai pada pasien diare yaitu kekurangan
volume cairan, gangguan integritas kulit, defidit nutrisi, risiko syok, dan
ansietas (Nuraarif & Kusuma, 2015)
Berhubungan dengan hal tersebut di atas diharapkan dapat mencegah
terjadinya komplikasi akibat kehilangan cairan pada anak sehingga kematian
pada anak akibat diare dapat dihindari. Maka dari itu penyusun tertarik untuk
membuat laporan mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diare
Di RS Mitra Keluarga Depok”

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak dengan Diare?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mendeskripsikan/memaparkan mengenai Diare.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan/memaparkan definisi Diare.
b. Mendeskripsikan/memaparkan etiologi Diare.
c. Memaparkan tanda dan gejala Diare.
d. Mendeskripsikan/memaparkan mengenai patofisiologi dari Diare..
e. Mendeskripsikan komplikasi dari Diare.
f. Mendeskripsikan/memaparkan pemeriksaan penunjang Diare.

2
g. Mendeskripsikan/memaparkan penatalaksanaan medis Diare.
h. Memaparkan asuhan keperawatan pada Diare.

D. Sistematika Penulisan
1. Studi pustaka
Studi pustaka adalah sebuah pengumpulan yang diperoleh dengan cara
penelusuran dari buku berupa karya tulis ilmiah dan jurnal untuk
memperoleh materi yang dibahas.
2. Pencarian internet
Pencarian internet yaitu penelusuran dari berbagai macam alamat website
yang mengenai tentang tata tulis karya ilmiah yang ada pada internet untuk
memperoleh materi yang dibahas.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Pencernaan


Menurut Syaifudin (2016) secara umum susunan saluran pencernaan
terdiri dari mulut, faring, esophagus (kerongkongan), lambung, usus halus
dan usus besar. Fungsi utama system pencernaan adalah menyediakan zat
nutrien yang sudah dicerna secara berkesinambungan, untuk didistribusikan
ke dalam sel melalui sirkulasi dengan unsur-unsur (air, elektrolit, dan zat
gizi). Sebelum zat ini diperoleh tubuh makanan harus berjalan/bergerak
sepanjang saluran pencernaan.
a. Mulut
Mulut merupakan organ yang pertama dari saluran pencernaan yang
meluas dari bibir sampai ke istmus fausium yaitu perbatasan antara mulut
dengan faring, terdiri dari :
1) Vestibulum oris
Bagian diantara bibir dan pipi di luar, gusi dan gigi bagian dalam.
Bagian atas dan bawah vestibulum dibatasi oleh lipatan membran
mukosa bibir, pipi dan gusi. Pipi membentuk lateral vestibulum,
disusun oleh M. buksinator ditutupi oleh fasia bukofaringealis,
berhadapan dengan gigi molar kedua. Bagian atas terdapat papilla
kecil tempat bermuaranya duktus glandula parotis. Bagian diantara
arkus alveolaris, gusi, dan gigi, memiliki atap yang dibentuk oleh
palatum durum (palatum keras) bagian depan, palatum mole (palatum
lunak) bagian belakang. Dasar mulut sebagian besar dibentuk oleh
anterior lidah dan lipatan balik membrane mukosa. Sisa lidah pada
gusi diatas mandibula. Garis tengah lipatan membrane mukosa
terdapat frenulum lingua yang menghubungkan permukaan bawah
lidah dengan dasar mulut. Di kiri dan kanan frenulum lingua terdapat
papila kecil bagian puncaknya bermuara duktus duktus glandula
submandibularis.

4
2) Gigi
Gigi memliki fungsi untuk mengunyah makanan, pemecahan partikel
besar menjadi partikel kecil yang dapat ditelan tanpa menimbulkan
tersedak. Proses ini merupakan proses mekanik pertama yang dialami
makanan pada waktu melalui saluran pencernaan dengan tujuan
menghancurkan makanan, melicinkan, dan membasahi makanan yang
kering dengan saliva serta mengaduk makan sampai rata.
3) Lidah
Lidah terdapat dalam kavum oris, merupakan susunan otot serat
lintang yang kasar dilengkapi dengan mukosa. Lidah berperan dalam
proses mekanisme pencernaan di mulut dengan menggerakkan
makanan ke segala arah. Bagian-bagian lidah adalah pangkal lidah dan
ujung lidah.
b. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan panjangnya kira kira 12 cm, terbentang tegak lurus antara
basis kranii setinggi vertebrae servikalis VI, kebawah setinggi tulang
rawan krikodea. Faring dibentuk oleh jaringan yang kuat (jaringan otot
melingkar), organ terpenting didalamnya adalah tonsil yaitu kumpulan
kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit. Untuk mempertahankan
tubuh terhadap infeksi, menyaring dan mematikan bakteri/mikrorganisme
yang masuk melalui jalan pencernaan dan pernapasan. Faring melanjutkan
diri ke esophagus untuk pencernaan makan.
c. Esofagus
Merupakan saluran pencernaan setelah mulut dan faring. Panjangnya kira
kira 25 cm. posisi vertical dimulai dari bagian tengah leher bawah faring
sampai ujung bawah rongga dada dibelakang trakea. Pada bagian dalam di
belakang jantung menembus diafragma sampai rongga dada. Fundus
lambung melewati persimpangan sebelah kiri diafragma. Lapisan dinding
esophagus dari dalam ke luar meliputi : lapisan selaput selaput lendir,
lapisan mukosa, lapisan otot melingkar, dan lapisan otot memanjang.

5
d. Lambung
Merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya antara esophagus dan
usus halus, sebelah kiri abdomen, dibawah diafragma bagian depan
pankreas dan limpa. Lambung merupakan saluran yang dapat
mengembang karena adanya gerakan peristaltik terutama di daerah
epigaster.
Variasi dari bentuk lambung sesuai dengan jumlah makanan yang masuk,
adanya gelombang peristaltic tekanan organ lain dan postur tubuh. Bagian-
bagian dari lambung terdi dari Fundus ventrikuli, Korpus ventrikuli,
Antrum pylorus, Kurvatura minor, Kurvatura mayor dan Ostium kardia.
Fungsi lambung :
1) Secara mekanis : menyimpan, mencampur dengan secret lambung,
dan mengeluarkan kimus kedalam usus. Pendorogan makanan terjadi
secara gerakan peristaltic setiap 20 detik.
2) Secara kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam
lambung dan enzim-enzim bergantung jenis makanan enzim yang
dihasilkan antara lain pepsin, HCL, renin, dan lapisan lambung.
3) Lambung menghasilkan zat factor intrinsic bersama dengan factor
ekstrinsik dari makanan, membentuk zat yang disebut anti-anemik
yang berguna untuk pertukaran trotrosit yang disimpan dalam hati.
e. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari system pencernaan yang berpangkal
pada pylorus dan berakhir pada sekum. Panjangnya kira-kira 6 meter,
merupakan saluran pencernaan yang paling panjang dari tempat proses
pencernaan dan absorbs pencernaan. Bentuk dan susunannya berupa
lipatan-lipatan melingkar.
Makanan dalam intestinum minor dapat masuk karena adanya gerakan dan
memberikan permukaan yang lebih halus. Banyak jonjot-jonjot tempat
absorsi dan memperluas permukaannya. Pada ujung dan pangkalnya
terdapat katup. Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, ileum.

6
Fungsi usus halus yaitu menyekresi cairan usus, menerima cairan empedu
dan pangkreas melalui duktus kholedukus dan duktus pankreatikus,
mencerna makanan, mengabsorsi air garam dan vitamin, protein dalam
bentuk asam amino, karbohidrat dalam monoksida, dan menggerakan
kandungan usus.
f. Usus besar
Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas
atau berdiameter besar dengan panjang kira-kira 1,5- 1,7 meter dan
penampang 5-5cm. Lanjutan dari usus harus yang tersusun seperti huruf U
terbalik mengelilingi usus halus terbentang dari valvula iliosekalis sampai
anus.
Lapisan usus besar dari dalam keluar terdiri dari lapisan selaput lendir atau
(mukosa), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan lapisan
jaringan ikat. Bagian dari usus besar terdiri dari sekum, kolon asendens,
kolon transversum, kolon desendens dan kolon sigmoid. Fungsi usus besar
adalah sebagi berikut :
1) Menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa massa membentuk
massa yang lembek yang disebut feses.
2) Menyimpan bahan feses.
3) Tempat tinggal bakteri koli.

B. Konsep Penyakit
1. Definisi
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya
bentuk tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih
dari 3 kali dalam kurun waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019). Diare
adalah kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Diare adalah
pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk (SDKI, 2017)

7
2. Etiologi
Etiologi pada diare menurut Yuliastati & Arnis (2016) ialah :
a. Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan
dimana merupakan penyebab diare pada anak, kuman meliputi infeksi
bakteri, virus, parasite, protozoa, serta jamur dan bakteri.
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat
pencernaan seperti pada otitis media, tonsilitis, bronchopneumonia
serta encephalitis dan biasanya banyak terjadi pada anak di bawah usia
2 tahun.
c. Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini biasa terjadi terhadap
karbohidrat seperti disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa),
malabsorpsi protein dan lemak.
d. Faktor Risiko Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
Dan Penyehatan Lingkungan (2011) faktor risiko terjadinya diare
adalah:
1. Faktor perilaku yang meliputi :
 Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif),
memberikan makanan pendamping/MPASI terlalu dini akan
mempercepat bayi kontak terhadap kuman.
 Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena
penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol
susu.
 Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum
memberi ASI/makan, setelah buang air besar (BAB), dan
setelah membersihkan BAB anak.
 Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
2. Faktor lingkungan antara lain: ketersediaan air bersih yang tidak
memadai, kurangnya ketersediaan mandi cuci kakus (MCK).

8
3. Manifestasi
Sedangkan manifestasi klinis menurut Elin (2009) dalam Nuraarif &
Kusuma (2015) yaitu :
a. Diare Akut
 Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
 Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas- gas dalam
perut, rasa tidak enak, nyeri perut
 Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada
perut
 Demam
b. Diare Kronik
 Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih Panjang
 Penurunan BB dan nafsu makan
 Demam indikasi terjadi infeksi
 Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah.

Bentuk Klinis diare dapat dilihat pada tabel berikut :


Diagnosa Didasarkan pada keadaan diare
Diare akut - Diare lebih dari 3 kali sehari
berlangsung kurang dari 14
hari
- Tidak mengandung darah
Kolera - Diare yang sering dan
banyak akan cepat
menimbulkan dehidrasi
berat, atau
- Diare dengan dehidrasi berat
selama terjadi KLB kolera,
atau
- Diare dengan hasil kultur
tinja positif untuk V. Cholera
01 atau 0139
Disentri - Diare berdarah (terlihat atau
dilaporkan)
Diare persisten - Diare berlangsung selama 14
hari atau lebih
Diare dengan gizi buruk - Diare apapun yang disertai

9
gizi buruk
Diare terkait antibiotika - Mendapat pengobatan
(Antibiotic Associated antibiotikoral spectrum luas
Diarrhea)
Invaginasi -
Dominan darah dan lender
dalam tinja
- Massa intra abdominal
( abdominal mass)
- Tangisan keras dan
kepucatan pada bayi
Sumber: Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi, 2015

Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare dapat dilihat pada


tabel sebagai berikut :
Klasifikasi Tanda dan gejala Pengobatan
Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih - Beri cairan untuk
tanda : diare dengan
- Letargis/tidak sadar dehidrasi berat
- Mata kecung
- Tidak bisa minum
atau malas minum
- Cubitan kulit perut
kembali sangat ( ≥ 2
detik)
Dehidrasi ringan atau Terdapat 2 atau lebih - Beri anak cairan
sedang tanda : dengan makanan
- Rewel, gelisah untuk dehidrasi
- Mata cekung ringan
- Minum dengan lahap, - Setelah rehidrasi,
haus nasehati ibu untuk
- Cubitan kulit kembali penanganan di rumah
dengan lambat dan kapan kembali
segera
Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup - Beri cairan dan
tanda untuk makanan untuk
diklasifikasikan sebagai menangani diare di
dehidrasi ringan atau rumah
berat - Nasehati ibu kapan
kembali segera
- Kunjungan ulang
dalam waktu 5 hari
jika tidak membaik
Sumber : Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi, 2015

10
4. Patofisiologi
Pada dasarnya diare terjadi ketika terdapat gangguan transportasi air dan
elektrolit dalam lumen usus. Mekanisme patofisiologi dari diare dapat berupa
osmosis, sekretori, inflamasi, dan perubahan motilitas (Sweetser, 2012).
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik,
akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalm rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit dalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus, isi rongga usus yang berlebih ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan
motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkanbakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi,
akibat masuknya mikroorganisme hidup kedalam usus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian
mengeluarkan toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare (Lestari, 2016).

11
Faktor Infeksi Malabsorbsi KH, lemak, protein Faktor makanan Psikologi

Berkembang dalam usus Defisiensi enzim lactase, Usus tidak mampu Cemas
lipase & disakarida memetabolisme

Enterotoksin Respon simpatis


Pemecahan laktosa menjadi
glukosa terganggu
Hipersekresi air dan Adrenalin
elektrolit meningkat
Gangguan penyerapan makanan
Pasokan darah ke usus untuk
menyerap nutrisi ditingkatkan
Tekanan osmotic meningkat
Hiperperistaltik
Pergeseran air & elektrolit di
usus meningkat

Diare

Frekuensi BAB meningkat Infeksi saluran pencernaan

Hilang cairan dan elektrolit berlebihan


Mual muntah Agen pirogenic

Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit


Nafsu makan Suhu tubuh
menuru meningkat
Dehidrasi

Defisit Nutrisi Hipertermia

Hipovolemia Resiko Syok


Sumber : Nurarif & Kusuma (2016 ) ; PPNI (2017)

12
5. Komplikasi
Menurut Dwienda (2014) komplikasi yang dapat diakibatkan oleh
diare adalah dehidrasi, hipokalemia, hipoglikemi, dan kejang terutama
pada dehidrasi hipertonik. Menurut Subagyo dan Santosa (2011), penderita
diare sebagian kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi atau
ketidakseimbangan elektrolit, beberapa komplikasi yang sering terjadi
seperti:
a. Gangguan keseimbangan elektrolit
b. Demam akibat infeksi shigella disentriae dan rotavirus
c. Kejang terutama pada anak dengan malnutrisi berat
d. Syok hipovolemik
e. Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau
hilangnya basa cairan ekstraseluler

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada
diagnos medis diare adalah :
a. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan
mikroskopis, Ph dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses (colok
dubur).
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat.

7. Penatalaksanaan
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan (2011) program lima langkah tuntaskan diare
yaitu:
a. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah.

13
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium
klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta
glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan
elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat
penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung
garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan
oralit.
Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat
diserap dengan baik oleh usus penderita diare. Sejak tahun 2004,
WHO/UNICEF merekomendasikan Oralit dengan osmolaritas rendah.
Berdasarkan penelitian dengan Oralit osmolaritas rendah diberikan
kepada penderita diare akan:
1) Mengurangi volume tinja hingga 25%
2) Mengurangi mual muntah hingga 30%
3) Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena
sampai 33%.
Aturan pemberian oralit menurut banyaknya cairan yang hilang,
derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%
- Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
- Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
- Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
2) Dehidrasi ringan bia terjadi penurunan berat badan 2,5%-5%
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kgbb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas. Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus
diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2

14
menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang
lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah
hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan
misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini
dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.
b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk
kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan
menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk
menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan
zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar
anak tetap sehat.
Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu
sekitar 30 detik. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan
dosis sebagai berikut:
1) Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari
2) Balita umur ≥ 6 bulan: 1 tablet (20 mg)/ hari.
c. Pemberian Makan
Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6 bulan ke
atas) penderita diare akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Sering sekali balita yang terkena
diare jika tidak diberikan asupan makanan yang sesuai umur dan
bergizi akan menyebabkan anak kurang gizi.
Bila anak kurang gizi akan meningkatkan risiko anak terkena diare
kembali. Oleh karena perlu diperhatikan:
1) Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui
bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare dan selama
masa penyembuhan (bayi 0 – 24 bulan atau lebih).
2) Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia
0-6 bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan lain atau susu
formula berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui

15
eksklusif. Dengan menyusu lebih sering maka produksi ASI akan
meningkat dan diberikan kepada bayi untuk mempercepat
kesembuhan karena ASI memiliki antibodi yang penting untuk
meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
3) Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan.
Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 – 24
bulan dan sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan
makanan keluarga secara bertahap.
4) Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan
selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
d. Antibiotik Selektif
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah
atau diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Efek
samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah
timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang disebabkan oleh
antibiotik.
e. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara
pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera
membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
1) Buang air besar cair lebih sering
2) Muntah berulang-ulang
3) Mengalami rasa haus yang nyata
4) Makan atau minum sedikit
5) Demam
6) Tinjanya berdarah
7) Tidak membaik dalam 3 hari

16
8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses
keperawatan. Tahap ini sangat penting dan menentukan dalam tahap-
tahap selanjutnya. Data yang komprehensif dan valid akan
menentukan penetapan diagnosa keperawatan dengan tepat dan
benar, serta selanjutnya berpengaruh dalam perencanaan
keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2015).
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep
diterapkan dalam praktik keperawatan terdiri atas lima tahap yang
berurutan dan saling berhubungan, yaitu pengkajian, diagnosis,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Tahap-tahap tersebut
berintegrasi terhadap fungsi intelektual problem-solvingPemeriksaan
fisik dalam mendefinisikan suatu asuhan keperawatan (Nursalam,
2013).
1) Identitas Klien dan Keluarga
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, usia, pendidikan, rumah
sakit, nomer register, diagnosa, penanggung jawab, pekerjaan,
agama, dan suku bangsa, tanggal atau jam masuk.
2) Keluhan utama
Pada pasien diare ditandai dengan meningkatnya frekuensi
buang air besar/BAB, menurunya nafsu makan, lemas, turgor
kulit jejas (elastisitas kulit menurun), terkadang disertai demam,
dan penurunan berat badan.
3) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang
dikembangkan secara PQRST yaitu :
P : Paliatif/provokatif (penyebab yang memperberat dan
mengurangi)
Q : Quantitas (dirasakan seperti apa, tampilannya, suaranya,dan
berapa banyak)

17
R : Region/radiasi (lokasi dimana dan penyebarannya)
S : Skala (intensitasnya, pengaruh terhadap aktivitas)
T : Time (kapan keluahan tersebut muncul berapa lama dan
bersifat tibatiba, sering, dan bertahap)
Buang Air Besar (BAB) lebih dari tiga kali sehari, BAB
kurang dari empat kali dengan konsistensi cair (dehidrasi tanpa
dehidrasi). BAB 4-10 kali dengan konsistensi cair (dehidrasi
ringan/sedang). BAB lebih dari sepuluh kali (dehidrasi berat).
Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari adalah diare akut.
Bila diare berlangsung 14 hari atau lebih adalah diare persisten
(Wulandari & Erawati, 2016).
4) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah mengalami diare akut atau belum,
serta riwayat penyakit yang pernah diderita oleh pasien.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Berisi tentang adanya penyakit keturunan, kebiasaan keluarga,
paparan penyakit menular yang menyerang anggota keluarga,
pohon keluarga, penyakit keturunan, kebiasaan keluarga, lokasi
geografis.
6) Pola aktifitas
Menurut Bararah & Jauhar (2013) pola aktivitas pada klien diare
yaitu:
a. Pola nutrisi: diawali dengan mual, muntah, anoreksia,
menyebabkan penurunan berat badan klien. 2
b. Pola eliminasi: akan mengalami perubahan BAB lebih dari
4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
c. Pola bermain dan aktivitas akan terganggu karena kondisi
tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi
abdomen.
d. Pola istirahat dan tidur akan terganggu karena adanya
distensi abdomen yang menimbulakan rasa tidak nyaman.

18
e. Personal hygiene, kaji tentang kebiasaan melakukan
personal hygiene.
7) Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan Untuk menentukan pertumbuhan fisik anak, perlu
dilakukan pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri
yang dilakukan dalam pemeriksaan pertumbuhan adalah berat
badan, panjang badan, dan lingkar kepala. Sedangkan lingkar
lengan dan lingkar dada digunakan bila dicurigai adanya
gangguan pada anak (Wulandari & Erawati, 2016).
8) Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran
b. Keadaaan umum
- Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
- Gelisah rewel (dehidrasi ringan – sedang)
- Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat)
(Wulandari & Erawati, 2016)
c. Tanda-tanda Vital Pemeriksaan tanda – tanda vital berupa
nadi, pernapasan, dan suhu
d. Kulit : sianosis dan biasanya turgor kulit jelek
e. Kepala : anak dibawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,
biasanya ubun-ubunnya cekung
f. Mata : mata cenderug cekung
g. Hidung : (tidak ada yang begitu spesifik)
h. Mulut : mukosa bibir kering
i. Telinga : kebersihan (tidak ada yang begitu spesifik)
j. Leher : tidak ada pembesaran KGB dengan kelenjar tiroid
k. Dada : (tidak ada yang begitu spesifik)
l. Perut : bising usus meningkat, nyeri kram abdomen,
fekuensi peristaltik meningkat
m. Genitalia : tidak ada gangguan
n. Anus : terdapat tuka karena terlalu sering defekasi

19
o. Ekstremitas : lemah, penurunan aktifitas
9) Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan tinja : makroskopi dan mikroskopi
- Pemeriksaan elektrolit
10) Terapi medis berisi tentang terapi farmakologi apa yang
didapatkan

b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan.
1. Diare b.d proses infeksi d.d defekasi lebih dari 3 kali dalam 24
jam, feses lembek atau cair, urgency, nyeri/kram abdomen,
frekuensi peristaltic meningkat, dan bising usus hiperaktif.
2. Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif d.d frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, turgor pada kulit menurun,
membrane mukosa kering, volume urine menurun, hemtokrit
meningkat, merasa lemas, mengeluh haus, suhu tubuh
meningkat, berat badan turun tiba-tiba.
3. Hipertermia b.d. proses penyakit d.d. suhu tubuh diatas normal,
kulit terasa hangat, takikardi, dan takipnea.
4. Defisit nutrisi b.d factor psikologis (keenganan untuk makan)
d.d berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal,
nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif, dan diare.
5. Resiko Syok d.d factor resiko kekurangan volume cairan

20
a. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Diare b.d proses infeksi d.d Setelah dilakukan Manajemen Diare
defekasi lebih dari 3 kali intervensi keperawatan Observasi
dalam 24 jam, feses lembek selama … jam, maka a. Identifikasi penyebab diare
atau cair, urgency, eliminasi fekal membaik, b. Identifikasi riwayat
nyeri/kram abdomen, dengan kriteria hasil: pemberian makanan
frekuensi peristaltic a. Kontrol pengeluaran c. Monitor warna, volume,
meningkat, dan bising usus fases meningkat frekuensi, dan konsistensi
hiperaktif b. Urgency menurun tinja
c. Nyeri abdomen d. Monitor tanda gejala
menurun hypovolemia
d. Konsistensi fases e. Monitor iritasi dan ulserasi
membaik kulit di daerah perianal
e. Frekuensi defekasi f. Monitor jumlah pengeluaran
membaik diare
f. Peristaltik usus Terapeutik
membaik a. Berikan asupan cairan oral
b. Pasang jalur intravena
c. Berikan cairan intravena
d. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit
e. Ambil sampel fases untuk
kultur, jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
bertahap
b. Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung
laktosa
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas
b. Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/spasmolitik
c. Kolaborasi pemberian obat
pengeras fases

Pemantauan Cairan
Observasi
a. Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
b. Monitor waktu pengisisan

21
kapiler
c. Monitor elastisitas atau turgor
kulit
d. Monitor hasil pemeriksaan
serum
2. Hipovolemi b.d kehilangan Setelah dilakukanManajemen Hipovolemia
cairan aktif d.d frekuensi intervensi keperawatanObservasi
nadi meningkat, nadi teraba selama … jam, maka a. Periksa tand adan gejala
lemah, turgor pada kulit status cairan membaik, hypovolemia
menurun, membrane keseimbangan elektrolit b. Monitor intake dan output
mukosa kering, volume meningkat, dengan cairan
urine menurun, hemtokrit kriteria hasil: Terapeutik
meningkat, merasa lemas, a. Kekuatan nadia. Hitung kebutuhan cairan
mengeluh haus, suhu tubuh meningkat b. Berikan asupan cairan oral
meningkat, berat badan b. Turgor kulit
Edukasi
turun tiba-tiba. meningkat a. Anjurkan memperbanyak
c. Frekuensi nadi asupan cairan oral
membaik Kolaborasi
d. Membrane mukosa a. Kolaborasi pemberian cairan
membaik IV
e. Kadar Hb membaik
f. Kadar Ht membaik
g. Berat badan membaik
h. Intake cairan
membaik
i. Serum natrium
membaik
j. Serum kalium
membaik
k. Serum klorida
membaik
3. Hipertermia b.d. proses Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
penyakit d.d. suhu tubuh intervensi keperawatan Observasi
diatas normal, kulit terasa selama … jam, maka a. Identifikasi penyebab
hangat, takikardi, dan termoregulasi membaik, hipertermia
takipnea. dengan kriteria hasil: b. Monitor suhu tubuh
a. Mengigil menurun c. Monitor kadar elektrolit
b. Suhu tubuh membaik d. Monitor komplikasi akibat
c. Suhu kulit membaik hipertermia
d. Takikardi menurun Terapeutik
e. Takipnea menurun a. Sediakan lingkungan yang
dingin
b. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
c. Basahi atau kipasi permukaan
tubuh

22
d. Berikan cairan oral
e. Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis
f. Lakukan kompres hangat
pada area lipatan
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu
4. Defisit nutrisi b.d factor Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
psikologis (keenganan intervensi keperawatan Observasi
untuk makan) d.d berat selama … jam, maka a. Identifikasi status nutrisi
badan menurun minimal status nutrisi membaik, b. Identifikasi alergi dan
10% dibawah rentang ideal, dengan kriteria hasil: intoleransi makanan
nafsu makan menurun, a. Porsi makan yang c. Monitor asupan makanan
bising usus hiperaktif, dan dihabiskan meningkat d. Monitor berat badan
diare. b. Berat badan membaik Terapeutik
c. Indeks Massa Tubuh a. Lakukan orla hygiene
(IMT) membaik sebelum makan, jika perlu
d. Nafsu makan b. Sajikan makanan secara
membaik menarik dan suhu yang sesuai
e. Bising usus membaik c. Berikan suplemen makanan,
f. Diare menurun jika perlu
d. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
b. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan,
jika perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

23
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An. S.Z
Tanggal Lahir : 04.11.2018
Umur : 4 Thn 2 Bln 9 Hr
Alamat : Jln.Nurul Hikmah I No. 42
Tanggal masuk RS : 03.01.2023
Tanggal Pengkajian : 03.01.2023
Diagnosa : Diare Akut Ec Infeksi Bakteri
No RM : 100034585
2. Keluhan Utama
a. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Demam naik turun sudah 5 hari, lemas, diare 3x cair warna
hijau,muntah 2x

b. Keluhan utama saat pengkajian


Demam naik turun sudah 5 hari, lemas, diare 3x cair warna
hijau,muntah 2 x

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Saat ini mengeluh demam naik turun sekitar 5 hari, ,muntah 2x dan
diare 3x cair, warna hijau
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Pernah sakit batuk pilek dan demam ,tapi tidak masuk rawat inap
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak ada yang sedang diare, demam, dan batuk pilek

24
4. Riwayat Keperawatan Klien
a. Pola aktivitas sehari-hari (ADL)
Pola Kehidupan Sebelum sakit Saat sakit
Sehari-hari
Intake Nutrisi
a. Frekuensi 3 kali 2 kali
b. Jenis Makanan padat Makanan lunak
c. Porsi 1/2 porsi-1 porsi 2-3 sendok
d. Pantangan Tidak ada Hindari yang berlemak,tinggi serat
e. Keluhan Tidak ada Tidak nafsu makan, muntah 2x
Intake Cairan
a. Frekuensi 8 kali 3 kali
b. Jenis Susu, air putih Susu , air putih
c. Porsi 150-200 cc 50-100 cc
d. Pantangan Tidak ada Tidak ada
e. Keluhan Tidak ada Muntah 2x, demam naik turun 5
hari
Eliminasi fecal
a. Frekuensi 1 kali 3 kali
b. Konsistensi Padat, lunak Cair, warna hijau
c. Keluhan Tidak ada Diare 3 kali cair, warna hijau
Eliminasi urin
a. Frekuensi 4 kali 2-3 kali
b. Warna Kuning jernih Kuning jernih-pekat
c. Keluhan Tidak ada Tidak ada
Istirahat dan
tidur Tidur siang 2-3 Tidur siang 2 jam,
a. Kuantitas jam, Tidur malam 8-10Jam
Tidur malam 10-
b. Kualitas 12 Jam
c. Keluhan Tidak ada Sering terbangun,gelisah karena
sakit
Personal
Hygiene
a. Mandi 2 kali 2 kali
b. Keramas 2 hari sekali 2 hari sekali
c. Gosok gigi 2 kali 2 kali
d. Gunting Dipotong bila Dipotong bila tampak panjang
kuku sudah tampak
e. Keluhan panjang Tidak ada

25
Tidak ada
Pola Aktivitas
a. Olahraga Tidak ada Tidak ada
b. Rekreasi/ Seminggu/2 mgg Sejak sakit aktivitas dirumah
refreshing sekali main ke
timezoon,
permainan anak,
bermain disekitar
rumah, sekolah

b. Riwayat Psikologi
1) Status Emosi
Tidak ada keluhan
2) Gaya Komunikasi
Komunikasi jelas , bahasa indonesia
3) Kondisi emosi / perasaan klien
Pasien menangis saat mau dilakukan tindakan pasang infus
c. Riwayat social
Pasien bermain dan berinteraksi dengan teman seusianya
d. Riwayat spiritual
Pasien beragama muslim, mengikuti sholat bersama orang tua,
mengikuti kegiatan kegamaam bersama orang tua.

5. Pengkajian Fisik
a. Kesadaran umum : pasien tampak sakit, lemas
b. Kesadaran : compos mentis
GCS :15 E:4 M: 6 V: 5
c. Orientasi : pasien mengetahui saat ini sedang berada di RS
d. Tanda-tanda vital
TD : - mmHg
S : 38,5oC
RR :24 x/menit
HR :102 x/menit
e. Antropometri

26
BB : 23,85 kg
TB : 116 cm
f. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher : tidak ada lesi, kulit kepala bersih, warna
rambut hitam, lurus, bibir tampak kering
2) Dada : bentuk rata, tidak terlihat ada benjolan
3) Abdomen : Supel, BU : 26 x/mnt
4) Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang
5) Ekstremitas : Turgor kulit baik, kekuatan otot atas 5/5 bawah
5/5, kulit teraba hangat
6) Genitalia dan anus : Tidak diperiksa

6. Data Penunjang
03/01/2023
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Hemoglobin 11,4 L 11,5-14,5 g/dl
LED 86 H 0-15 mm/hours
Leukosit 16 103 H 5,0-10,0 H
Hematokrit 34 Vol % 33,0-43,0
Trombosit 358 103 H 150-450
Eritrosit 4,7 103 H 4,0-5,3
CRP 19,9 Mg/L <6
Salmonella Typhi
- Ig M 2 2

7. Terapi
Nama obat Dosis Metode pemberian
IVFD Tridex 27 B 1500/24 jam IV
Metronidazole 350mg/24 jam Injeksi IV
- maintenance 200mg/8 jam
Ranitidine 3 x 25 mg Injeksi IV
Narfoz 3 x 4 mg Injeksi IV
Fixiphar 2 x 5 ml Oral
Vestein 3 X 3,75 ml Oral
Dryazinc 1 x 5 ml Oral
Liprolac 1 x 1 sachet Oral

27
8. Analisa data
No Data Fokus Etiologi Masalah
1. DS : Proses infeksi Hipertermia
orang tua mengatakan
pasien demam naik turun 5
hari

DO :
- Suhu : 38,5 c
- HR : 102 x/mnt
- Kulit teraba hangat
- LED : 86 mm/hours
- CRP : 19,9 H
- Leukosit : 16 H
2. DS : Proses infeksi Diare
orang mengatakan pasien
diare 3 x , cair ,warna hijau

DO :
- Pasien tampak rewel
- Pasien tampak lemas
- BB : 23,85 kg
- TB : 116 cm
- BU : 26 x/mnt
- Bibir tampak kering

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia b.d. proses infeksi d.d. suhu 38,5 oC, kulit terasa hangat,
HR 102 x/menit, leukosit 16.000, LED 86 mm/hour, CRP 19,9 H
2. Diare b.d proses infeksi d.d BAB sudah 3 kali, feses cair, warna
kehijauan, BU 26 x/menit, bibir tampak kering, tampak lemas dan
rewel.

28
C. Intervensi Keperwatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Hipertermia b.d. proses Setelah dilakukan Manajemen Hipertemia
infeksi d.d. suhu 38,5oC, intervensi keperawatan Observasi
kulit terasa hangat, HR selama 3 x 24 jam, maka 1. Monitor suhu tubuh
102 x/menit, leukosit termoregulasi membaik, 2. Monitor haluaran urine
16.000, LED 86 mm/hour, dengan kriteria hasil: Terapeutik
CRP 19,9 H a. Suhu : 36,5-37,5 c 1. Sediakan lingkungan
b. HR : 100 x/mnt dingin
c. Kulit tidak teraba 2. Anjurkan pakai pakaian
hangat dan tidak tipis
kemerahan 3. Berikan cairan oral
d. Hasil lab : Edukasi:
LED : 0-15 L 1. Anjurkan tirah baring
CRP ; < 6 Kolaborasi:
Leukosit :5-10H 1. Kolaborasi pemberian
cairan infus Tridex 27B
1500ml/24 jam

2. Diare b.d proses infeksi Setelah dilakukan Manajemen Diare


d.d BAB sudah 3 kali, intervensi keperawatan Observasi
feses cair, warna selama 3 x 24 jam, maka 1. Monitor warna,
kehijauan, BU 26 x/menit, eliminasi fekal membaik, volume, frekuensi,
bibir tampak kering, dengan kriteria hasil: konsistensi feses
tampak lemas dan rewel. a. konsistensi Feses 2. Monitor pengeluaran
padat lunak diare
b. Frekuensi bab 1-2 Terapeutik
x/hr 1. Beri terapi infus Tridex
c. Warna feses kuning 27B 1500ml/24 jam
ke coklatan 2. Ambil sample feses
d. Mukosa bibir lembab 3. Beri asupan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan makanan
porsi kecil dan sering
secara berthap
2. Anjurkan menghindari
gas, pedas ,laktosa
(susu stop dulu)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat DaryaZinc 1x5ml,
Liprolac 1x1 sachet

Pemantauan Cairan
Observasi

29
1. Monitor waktu
pengisian kapiler
2. Monitor elastisitas atau
turgor kulit

A. Implementasi dan evaluasi Keperawatan


Tanggal/Jam No. Implemetasi Evaluasi TTD
Dx &
Nama
13/01/2023 1 - Mengobservasi suhu : 38,5 c, HR : S : anak tampak rewel, lemas dewi
Jam. 16.00 102 x/mnt, RR : 22 x/mnt O : suhu :38.5c
- Menganjurkan tirah baring HR : 102 x/mnt
- Mengatur suhu ruangan dingin RR : 22 x/mnt
- Memasang infus Tridex 27B Kulit teraba hangat dan merah
1500ml/24 jam di tangan kiri vena A : Hipertermia
basilika , vasofik 24 1x tusuk,tetesan P ; Observasi TTV /4 jam
infus lancar ,tidak bengkak Anjurkan Tirah baring
Motivasi banyak minum
Anjurkan pakai pakaian tipis
Atur suhu ruangan dingin
Kompres air hangat di dahi,
ketiak
13/01/2023 2 - Mengobservasi frekuensi, warna, S : orang tua mengatakan total dewi
Jam 16.00 konsistensi feses diare 3x cair, warna hijau
- Menghanjurkan untuk menghindari O : warna hijau, konsistensi cair,
makanan yang tinggi serat, susu pasien tampak lemas , BU :
- Melakukan kolaborasi dengan ahli 26x/mnt
gizi pemberian diit lunak anak pada A : Diare
sistem P : observasi warna, volume,
- Memasang infus Tridex 27B frekuensi, konsistensi feses
1500ml/24 jam . Beri asupan cairan oral

30
Follow Up sample fases

31
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk tinja
dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam
kurun waktu satu hari dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja. Penyebab dari diare adalah infeksi enteral, infeksi parenteral,
faktor malabsorpsi dan ada beberapa faktor risiko.
Masalah keperawatan yang terjadi pada pasien kasus diatas salah satu nya
adalah diare b.d proses infeksi d.d BAB sudah 3 kali, feses cair, warna
kehijauan, BU 26 x/menit, bibir tampak kering, tampak lemas dan rewel.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dengan
cara monitor warna, volume, frekuensi, konsistensi feses, monitor
pengeluaran diare, beri terapi infus Tridex 27B 1500ml/24 jam, beri asupan
cairan oral, anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara berthap dan
kolaborasi pemberian obat DaryaZinc 1x5ml, Liprolac 1x1 sachet.

B. Saran
1. Bagi Klien
Diharapkan dapat mengetahui bagaimana proses dan tanda gejala serta
factor penyebab terjadinya diare sehingga untuk kedepannya dapat
memutuskan mata rantai penyakit diare
2. Bagi Penyusun
Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan,
dan pengalaman serta menambah wawasan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien dengan diare.
3. Bagi Rumah Sakit

Makalah ini dapat menjadi acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan secara professional dan komperhensif.

32
DAFTAR PUSTAKA

Amih Huda, Nuraarif., & Hardhi, Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Medi
Action.
Bararah, T dan Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi
Perawat Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya
Debby Daviani, Prawati, & Dani Nasirul, Haqi., (2019). Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Diare Di Tambak Sari. Jurnal Promkes. Vol. 7 No.
1 pp.34-45.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. (2011).
Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Jakarta: Pengarang.
Dwienda., & Octa. (2014). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita Dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Deepublish.
Nursalam. (2015). Metodologi ilmu keperawatan, edisi 4, Jakarta: Salemba
Medika.
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
Subagyo B., Santoso N.B. (2011). Diare Akut Pada Anak. Surakarta: Uns Presspp.
Sweetser, S. (2012). Evaluating the Patient With Diarrhea A Case-Based
Approach. US National Library of Medicine National Institutes of Health.
87(6): 596–602.
Syaifuddin. (2016). Anatomi Fisiologi (Monica Ester, Ed.). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Tarwoto., & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Titik lestari. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wulandari dan Erawati, 2016 Buku Ajar Keperawatan Anak.Yogyakarta : Pustaka
pelajar
Yuliastati, & Amelia Arnis. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta

33

Anda mungkin juga menyukai