Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ILEUS OBSTRUKTIF

Dosen Pengampu : Ns. Astuti Lumbantoruan S.Kep.

DISUSUN OLEH :
1. GLENDA TRI BISMA (022280)
2. NIRINA SANDY DIAN HAPSARI (02228076)
3. NUR ELFADHILA (022280)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “ILEUS OBSTRUKTIF” tepat pada waktunya.
Makalah ini akan membahas obstruksi intenstinal yang merupakan penyakit masalah tropik pada
anak, mulai dari definisi hingga penegahannya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas pada bidang studi Keperawatan Medikal Bedah. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan penulis serta pembaca terkait materi yang
sudah diberikan..
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Astuti Lumbantoruan, S.Kep. , selaku dosen
pengampu mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari, makalah
yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan dinantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 15 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….
DAFTAR ISI ……………………………………………………………...…………………
BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………………….………………
4.1 Latar Belakang ……………………………………….………………………..…
4.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..…
4.3 Tujuan ………………………………………………………….………………...
4.3.1 Tujuan Khusus ……………………………………..…………….….…
4.3.2 Tujuan Umum………………………………………………………..…
4.4 Ruang Lingkup ……………………………………………………………….…..
BAB II : PEMBAHASAN …………………………………………………………….…..…
2.1 Definisi ………………………………………………………………….….…
2.2 Tanda dan Gejala………………………………………….….………………..
2.3 Patofisiologi…………………………………………………………………….
2.4 Tes Diagnostik……………………………………………………
2.5 Penatalaksanaan
………………………………………………………………………..
2.6 Asuhan Keperawatan ………………………………………………………………..
BAB III : PENUTUP …………………………………………………………………....……
3.1 Kesimpulan ………………………………………………...……………………..
3.2 Saran ……………………………………………………………………….……..
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………...………
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perubahan pola hidup menyebabkan pengaruh pada transisi epidemiologi yaitu beban
ganda penyakit disertai meningkatnya berbagai penyakit menular dan penyakit tidak menular
atau degeneratif. Salah satu jenis penyakit tidak menular adalah penyakit yang terjadi pada
saluran pencernaan. Obstruksi usus memberikan sekitar 15% dari semua kunjungan gawat
darurat untuk nyeri perut akut. Sekitar 60% kasus adhesi, dihasilkan dari operasi perut
sebelumnya yang menjadi penyebab utama obstruksi usus halus. Obstruksi pada neonatal terjadi
pada 1/1.500 kelahiran hidup. Angka kejadian pada negara Amerika Serikat menunjukkan hasil
ada sekitar 3.000 bayi/tahun yang dilahirkan dengan obstruksi.
Untuk di Indonesia jumlahnya tidak jauh berbeda, Ileus obstruktif menempati peringkat
ke-6 dari sepuluh penyakit yang menjadi penyebab kematian tertinggi pada kelompok umur 1-4
tahun dengan proporsi 3,34%. Ileus obstruktif biasanya mendahului timbulnya gejala klinis dari
sistem gastrointestinal. Tanda dan gejala yang biasanya terjadi dan perlu dikenali pada pasien
ileus obstruktif yaitu nyeri kram perut, mual, kembung, muntah empedu, sembelit, lidah,
peningkatan suhu tubuh, tidak 2 terdengarnya bising usus distal obstruksi, dan berat badan yang
menurun.
Dalam mendiagnosis pasien perlu mencakup evaluasi awal tanda dan gejala klinis,
radiografi, hitung darah lengkap, dan panel metabolik. Radiografi secara akurat mendiagnosis
obstruksi usus pada sekitar 60% kasus dan nilai prediksi positifnya mendekati 80% pada pasien
dengan obstruksi usus tingkat tinggi. Perawatan obstruksi usus diberikan pada koreksi gangguan
fisiologis karena obstruksi, istirahat usus dan resusitasi cairan intravena dengan cairan isotonik
dan antibiotik. Dengan manajemen konservatif, resolusi umumnya terjadi dalam 24-48 jam. Di
luar kerangka waktu ini, risiko komplikasi, termasuk gangguan vaskular serta peningkatan
evaluasi bedah diperlukan, diikuti dengan pemeriksaan histopatologi dari semua spesimen yang
dipotong dalam memastikan diagnosis. Salah satu pengobatan untuk pasien dengan ileus
obstruktif adalah laparotomi, di mana sayatan dibuat di dinding perut atau peritoneum.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka ditemukan rumusan masalah sebagai
berikut :
1.2.1 Apakah definisi Ileus Obstruktif?
1.2.2 Bagaimanakah tanda gejala ileus obstruktif?
1.2.3 Bagaimanakah patofisiologi dari ileus obstruktif
1.2.5 Bagaimana cara mendiagnosis ileus obstrutif?
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan ileus obstruktif?
1.2.7 Bagaimakah gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
gastrointestinal Ileus Obstruktif?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui definisi, patofisiologi, tanda gejala, diagnostik, serta
penatalaksanaan dari obstruksi usus.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengatahui dan memahami gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan gastrointestinal Ileus Obstruktif..

1.4 Ruang Lingkup


Pembahasan pada makalah berfokus pada : definisi, tanda dan gejala, patofisiologi, tes
diagnostik, dan penatalaksanaan ileus obstruktif. Objek dan ruang lingkup penelitian ini fokus
pada keefektifan belajar mahasiswa dengan metode presentasi. Mahasiswa diberikan materi apa
yang harus dipresentasikan dan bagus tidaknya terlihat dari bagaimana audiens ikut terlibat saat
presentasi berlangsung.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Obstruksi usus halus adalah hambatan pada pasase usus yang terjadi pada usus halus
disebut sebagai obstruksi saluran cerna tinggi yang dibarengi pengeluaran cairan dan elektrolit
pada lumen usus melalui muntah. Berdasarkan etiopatogenesis ileus obstruktif diklasifikasikan
dari obstruksi mekanik dan fungsional, dari luas obstruksi dapat dibedakan obstruksi partial atau
komplit, serta berdasarkan jenis obstruksinya ileus obstruktif dibedakan menjadi obstruksi
sederhana, closed loop, dan strangulasi.

Obstruksi usus disebut juga keadaan dimana usus mengalami sumbatan, baik pada usus
besar maupun usus halus. Keadaan ini umumnya terjadi akibat sumbatan makanan, feses, atau
sumbatan dari luar usus yang menekan rongga usus, seperti tumor atau masa yang lain.
Penyumbatan di usus dapat terjadi sebagian atau seluruhnya. Obstruksi total mampu
mengakibatkan penderitanya mengalami kesulitan buang gas atau buang air besar. Sedangkan,
obstruksi sebagian sering kali memicu terjadinya gangguan pencernaan seperti diare. Saat terjadi
penyumbatan, makanan, cairan, asam lambung, dan gas akan menumpuk pada area tersebut dan
menimbulkan tekanan. Apabila tekanan yang terjadi cukup besar, maka usus bisa pecah sehingga
bakteri berbahaya dapat masuk ke rongga perut. Bakteri yang masuk ke rongga perut mampu
memicu kondisi yang berbahaya, sehingga meningkatkan risiko infeksi pada usus. Apabila
dibiarkan dalam waktu lama, jaringan pada bagian usus yang mengalami obstruksi akan mati dan
menyebabkan komplikasi.

2.2 Tanda dan Gejala


Terdapat beberapa etiologi potensial dari obstruksi usus besar dan halus yang
diklasifikasikan dalam ekstrinsik, intrinsik, atau intraluminal. Penyebab biasanya terjadi karena
faktor ekstrinsik yaitu adhesi pasca bedah. Adhesi secara signifikan dapat mengakibatkan
kerutan usus yang kemudian terjadi obstruksi. Diperkirakan setidaknya dua dari tiga pasien
dengan operasi abdomen sebelumnya memiliki adhesi. Sumber ekstrinsik umum yang lain
termasuk kanker dapat menyebabkan kompresi usus halus yang menimbulkan obstruksi.
Penyebab ekstrinsik yang lebih jarang namun masih mungkin terjadi adalah hernia inguinalis dan
umbilikalis.
Hernia yang tidak memiliki gejala atau simptomatik dapat menyebabkan obstruksi,
karena usus halus menonjol melalui defek pada dinding perut dan terjebak didalamnya. Hernia
yang tidak teridentifikasi atau tidak dapat direduksi mampu berkembang menjadi obstruksi usus
dan dianggap sebagai kasus darurat bedah dengan usus yang tercekik atau terperangkap dalam
kantung hernia dan seiring waktu menjadi iskemik.
Penyebab lain dari obstruksi usus halus adalah penyakit intrinsik yang mampu
menimbulkan penebalan dinding usus yang tentunya berbahaya. Dinding usus perlahan
melakukan kompensasi membentuk penyempitan. Penyakit Crohn merupakan penyebab paling
umum dari penyempitan yang terlihat pada orang dewasa (Pavlidis, Kosmidis , & Sapalidis,
2018)
Kemudian, faktor intraluminal untuk obstruksi usus halus adalah penyebab yang jarang
terjadi. Hal ini terjadi saat ada benda asing yang tertelan yang menyebabkan impaksi di dalam
lumen usus atau bernavigasi ke katup ileocecal dan tidak dapat lewat, kemudian membentuk
penghalang ke usus besar. Perlu diketahui bahwa sebagian besar benda asing yang melewati
sphincter pyloric dapat melewati saluran pencernaan bagian distal.
Obstruksi usus besar jarang terjadi dan hanya menyebabkan sekitar 10% - 15% dari
semua penghalang usus. Penyebab paling umum dari semua obstruksi usus besar yaitu
adenokarsinoma yang diikuti oleh divertikulitis dan volvulus, penyakit hirschsprung, stenosis
anus, dan striktur rektum. Obstruksi kolon paling sering terlihat pada kolon sigmoid (Smith DA
& Nehring SM, 2018). Kemudian factor genetik dapat berperan meskipun jarang. Karsinoma
kolon dan rektum tipe polipoid tumbuh menonjol ke dalam lumen usus dan berbentuk bunga kol
ditemukan terutama di sekum, tipe scirrhos menimbukan penyempitan kemudian dapat terjadi
stenosis dan gejala obstruksi.
Dapat juga terbagi menjadi dua yaitu obstruksi usus non mekanik dan obstruksi usus
mekanik. Obstruksi usus non mekanik muncul akibat gangguan pada mekanisme kontraksi usus
besar atau usus kecil. Sejumlah kondisi yang dapat memicu terjadinya obstruksi usus
nonmekanik adalah:
a. Gangguan saraf, misalnya penyakit Parkinson atau multiple sclerosis.
b. Hipotiroidisme.
c. Efek samping obat-obatan, seperti opioid atau antidepresan.
d. Penyakit ginjal atau paru-paru.
e. Iskemia.
f. Operasi di area perut atau panggul.
g. Peradangan saluran pencernaan, seperti gastroenteritis atau penyakit usus buntu.
h. Gangguan elektrolit, misalnya kekurangan kalium.
i. Diabetes melitus.
j. Penyakit Hirschsprung.
Sedangkan obstruksi usus mekanik terjadi akibat penyumbatan pada usus. Penyumbatan
ini dapat muncul oleh perlengketan usus yang biasanya terjadi setelah operasi panggul atau perut.
Di samping itu, beberapa kondisi lain yang dapat memicu kondisi ini adalah:
a. Radang usus, seperti penyakit Crohn.
b. Penumpukan feses.
c. Kanker usus besar.
d. Kanker indung telur.
e. Penumpukan feses di dalam usus pada bayi yang baru lahir (meconium plug).
f. Penyempitan usus akibat peradangan atau jaringan parut.
g. Diverkulitis.
h. Usus yang terpelintir (volvulus).
i. Usus yang melipat ke dalam (intususepsi).
j. Kelainan struktur usus, biasanya pada bayi baru lahir.
k. Tumor usus.
l. Batu empedu.
m. Benda asing yang tertelan, terutama pada anak-anak.
n. Hernia.

Beberapa gejala yang umumnya terjadi akibat penyumbatan pada usus adalah sebagai
berikut:
a. Menurunnya nafsu makan.
b. Mual dan muntah
c. Berkurangnya suara bising pada perut.
d. Pembengkakan pada perut.
e. Diare.
f. Kesulitan BAB atau sembelit.
g. Perut kembung.
h. Nyeri pada perut.
i. Kesulitan buang angin.

2.3 Patofisiologi
Secara normal 7-8 cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus dan sebagian besar diserap,
bila usus tersumbat, maka cairan ini sebagian tertahan pada usus dan sebagian dieliminasi
melalui muntah, yang menyebabkan besar volume darah sirkulasi berkurang. Kemudian
menyebabkan hipotensi, syok hipovolemik dan penurunan aliran darah ginjal dan serebral. Pada
awitan obstruksi, cairan dan udara terkumpul pada bagian proksimal sisi yang bermasalah,
menyebabkan distensi. Manifestasi terjadinya lebih cepat dan lebih tegas pada blok usus halus
karena usus halus lebih sempit dan secara normal lebih aktif, volume besar sekresi dari usus
halus menambah distensi, sekresi satu-satunya yang yang bermakna dari usus besar adalah
mukus.
Distensi mengakibatkan peningkatan sementara pada peristaltik saat usus berusaha untuk
mendorong material melalui area yang tersumbat. Dalam beberapa jam peningkatan peristaltik
dan usus memperlambat proses yang disebabkan oleh obstruksi. Peningkatan tekanan dalam
ususcmengurangi absorbsinya, peningkatan retensi cairan masih tetap berlanjutcsegera, tekanan
intralumen aliran balik vena, yang meningkatkan permeabilitas kapiler dan memungkinkan
plasma ekstra arteri yang menyebabkan nekrosis dan peritonitis.
2.4 Tes Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis, dokter perlu melakukan anamnesis terkait gejala dan
riwayat kesehatan pasien. Kemudian, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik secara menyeluruh,
utamanya di bagian perut. Biasanya, dokter akan meminta pasien untuk melakukan pemeriksaan
penunjang, seperti:
a. Tes darah, untuk mengukur jumlah sel darah, kadar elektrolit, serta fungsi hati
dan ginjal.
b. Rontgen atau CT Scan perut, agar mengetahui dimana lokasi penyumbatan.
c. Tes barium enema, untuk melihat bagian dalam usus secara lebih jelas.
d. Kolonoskopi, untuk mengamati kondisi usus besar.
e. Endoskopi, untuk mengatasi kondisi sistem pencernaan atas, seperti usus halus,
lambung, dan kerongkongan.
f. Sonogram, untuk menentukan adanya ruang yang mengandung cairan seperti
kista, abses atau cairan bebas didalam rongga perut atau ruang yang berisi
jaringan padat

2.5 Penatalaksanaan
Menurut Engram ( 1999 : 243 ) penatalaksanaan obstruksi usus atau illeus adalah :
a. Intubasi nasogastrik dengan pengisap dan menggunakan selang salem sump atau
selang usus panjang (selang cantor, selang harris).
b. Terapi intra vena dengan penggantian elektrolit.
c. Tirah baring
d. Analgetik
e. Pembedahan seperti reseksi usus (pengangkatan segmen yang sakit sekostomi
temporer, untuk obstruksi yang disebabkan oleh faktor mekanis.
Sedangkan menurut (Bernstein, 2017) penderita penyumbatan usus harus di rawat dirumah sakit.
Penatalaksanaan pasien dengan ileus obstruktif adalah:
a. Persiapan, pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
caspirasi danmengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan,
dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum.
Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi
parsial atau karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif
b. Operasi, operasi bisa dilakukan jika sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah
pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila : Strangulasi,
Obstruksi lengkap, Hernia inkarserata, Tidak ada perbaikan dengan pengobatan
konservatif (dengan pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter).
c. Pasca bedah, pengobatan pasca bedah sangat penting terutama nyeri dan dalam
hal cairan dan elektrolit. Perlu mencegah terjadinya gagal ginjal dan wajib
memberikan kalori yang cukup. Pada pasca bedah usus pasien dalam keadaan
paralitik nyeri menjadi masalah utama yang dirasakan oleh pasien, sehingga
penangan pemberian analgetik sangat diperlukan oleh pasien pada keadaan pasca
operasi.

2.7 Asuhan Keperawatan


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Kritik dan Saran

Anda mungkin juga menyukai