Anda di halaman 1dari 21

SISTEM ENDOKRIN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


TIROIDITIS

Dosen Pembimbing :
Ns. Ari Susiani, M.Kep

KELAS A
KELOMPOK 4
Disusun oleh:
1. Dewi Mawar DG Nanga (18014)
2. Dwi Supriyanto (18017)
3. Eka Nur Indah (18018)
4. Intan Nur Nabilah (18028)

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA


Jl. Cumi No. 37 Tanjung Priok Jakarta Utara
Tahun Ajaran 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang mana telah
memberikaan kami semua kekuatan serta kelancatan dalam menyelesaikan makalah
mata kuliah KMB II Sistem Endokrin. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas
dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan
semangat agar makalah ini dapat di selesaikan.
Kelompok kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing
yang telah membimbing kami agar kami dapat mengerti tentang bagaimana cara
kami menyusun makalah ini. Dosen tersebut antara lain:
1. Ibu Ns. Ari Susiani, M.Kep selaku Dosen mata kuliah KMB II Sistem Endokrin
yang telah memberikan tugas mengenai masalah ini sehingga pengetahuan kami
dalam penulisan makalah ini semakin bertambah.
2. Kedua orang tua dan teman-teman Akademi Keperawatan yang selalu
memberikan doa serta dukungannya.
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah KMB II Sistem Endokrin.
Makalah ini membahas tentang Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Tiroiditis.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Jakarta, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit ......................................................................................3
1. Definisi Penyakit.....................................................................................3
2. Klasifikasi Tiroiditis................................................................................4
3. Etiologi....................................................................................................4
4. Patofisiologi............................................................................................6
5. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................7
6. Pemeriksaan Fisik...................................................................................7
7. Penatalaksanaan .....................................................................................7
8. Komplikasi..............................................................................................7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ..........................................................................................................8
B. Diagosa Keperawatan ........................................................................................9
C. Intervensi Keperawatan .....................................................................................9
D. Implementasi Keperawatan.................................................................................13
E. Evaluasi ..............................................................................................................14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................15
B. Saran...................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Troiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid, keadaan ini bisa bersifat
akut,subakut,atau kronis.tiroiditis inflamasi kelenjar troid atau tiroiditis
mencakup sekelompok kelainan yang beragam meliputi berbagai keadaanyang
menyebabkan sakit akut dsengan nyeri tiroid yang hebat (misalnya tiroiditis
infeksiosa, tiroiditis granulomatosa sub akut ) dan kelainan dengan inflamasi
yang relative ringan : penyakit ini terutama bermanifestasi dalam bentuk
disfungsi tiroid ( tiroiditis limfositik subakut (tanpa rasa nyeri) dan tiroiditis
fibrosa.
Infeksi akut dapat mengenai kelenjar tiroid lewat penyebaran hematogen
atau invasi langsung pada kelenjar (misalnya lewat fistula dari sinus piriformis).
Infeksi kelemjar tiroid lainnya bersifat lebih kronik dan meliputi kronik dan
meliputi infeksi mikobakterial, fungus serta preumocystis yang terjadi pada
pasien – pasien dengan tanggap imun lemah, kelainan inflamasi tersebut dapat
menyebabkan nyeri leher mendadak dan nyeri tekan di daerah dengan disertai
demam, menggigil, serta tanda-tanda infeksi yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi tiroiditis?
2. Apa saja klasifikasi tiroiditis?
3. Seperti apa pemeriksaan tiroiditis?
4. Seperti apa asuhan keperawatan pada pasien tiroiditis?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar teori dan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan system endokrin
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian tiroiditis
b. Mahasiswa mampu menjelaskan, etiologi, patofisiologi, manivestasi
kinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan tiroditis

1
2

c. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada kklien


dengan penyakit tiroiditis
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi
Tiroiditis merupakan: inflamasi kelenjar tiroid,keadaan ini bisa bersifat
akut,sub akut atau kronis(Brunner& Sudrath,2001,hal.1314).
Tiroiditis adalah: suatu peradang pada kelenjar tiroid,menyebabkan
hepertiroidisme sementara yang sering kali di ikuti oleh hipotiroidisme
sementara atau sama sekali tidak terjadi perubahan dalam fungsi tiroid.
Tiroiditis adalah umumnya di tandai oleh pembesaran,peradangan dan
disfungsi kelenjar tiroid(IDP,Jilid 1,hal.761)

2. Klasifikasi Tiroiditis
a. Tiroiditis Akut
Tiroiditis Akut merupakan kelainan langka yang disebabkan oleh
infeksi bakteri, jamur, mikrobakteri atau parasit pada kelenjar
tiroid.Stapilokokus aureus atau jenis stafilokokus lain merupakan
penyebab yang paling sering dijumpai.Secara khas, penyakit ini
menyebabkan nyeri serta pembengkakan leher pada bagian anterior,
panas,disfagia,dandispocia.Faringitis atau gejala sakit leher sering
ditemukan.Pemeriksaan dapat menunjukkan rasa hangat, eritema
(kemerahan) dan nyeri tekan pada kelenjar tiroid.Tetapi teoriditis akut
mencakup pemberian preperat antibiotik dan penggantian
cairan.Tindakan insisi dan drainase diperlukan jika terdapat abses.
b. Tiroiditis Sub akut   
Tiroiditis sub akut dapat berupa tiroiditis garanula matosa sub akut
(tiroiditis de quervam) atau tiroiditis tanpa nyeri (silent thiroiditis atau
tiroiditis limpfositik sub akut).Tiroiditis granulomatosa sub akut
merupakan kelainan inflamasi pada kelenjar tiroid yang terutama
menterang wanita berusia antara 40 hingga 50 tahun (sakiyuma 1993)
kelainan ini ditemukan sebagai pembengkakan yang nyeri pada leher
bagian anterior, dan berlangsung selama1 atau 2 bulan dan kemudian
menghilang spontan tanpa gejala sisa.Tiroiditis ini sering terjadi setelah

3
4

infeksi respiratorius.Kelenjar tiroid membesar secra simetris dan


kadang-kadang terasa nyeri. Kulit diatasnya sering tampak kemerah dan
terasa hangat.Pasien merasa sulit menelan dan mengalami gangguan
rasa nyaman, iritabilitas, kegelisahan insoumnia dan penurunan berat
badan yang kesemuanya merupakan manipestasi dari hipertiroidisme
sering dijumpai, dan banyak pasien juga merasakan gejala demam serta
menggigil.Tiroiditis tanpa nyeri (tiroiditis limposifik sub akut) sering
terjadi pada periode pasca partus dan diperkirakan disebabka oleh
autoimun. Gejala hipertiroidisme atau hipertiroidisme mungkin saja
timbul, tetapi ditunjukkan untuk menangani gejala, dan pemeriksaan
tindak lanjut yang dilakukan setahun sekali perlu dianjurkan
untuk menentukan apakah pasien memerlukan terapi guna mengatasi
hipertiroidisma yang kemudian.
c. Tiroiditis kronis (tiroiditis hashimoto)
Tiroiditis kronis yang paling sering dijumpai pada wanita berusia 30
hingga 50 tahun diberi nama penyakit hashimoto atau tiroiditis limfosik
kronis.Penegakan diagnostiknya dilakukan berdasarkan gambaran
histopatologis kelenjar tiroid yang mengalami inflamasi.Berbeda denag
tiroiditis akut, bentuk yang kronis ini biasanya tidak disertai nyeri,
gejala penekanan ataupun rasa panas, aktifitas kelenjar tiroid biasaya
normal atau rendah dan bukan meningkat.

3. Etiologi
Etiologi tiroiditis di bagi berdasarkan klasifikasi
a. Tiroiditis Akut/ Tiroiditis Akut supuratif
1. Disebabkan oleh infeksi bakteri stafilokokus
aureus,mikrobakteri,parasit pada kelenjar tiroid.
2. pecah ke trakea dan esophagus.
Infeksi dapat terjadi melalui aliran darah, penyebaran langsung
dari jaringan sekitarnya, saluran getah bening, trauma langsung
duktus tiroglosus yang persinten.Kelainan yang terjadi dapat
disertai terbentuknya abses atau tanpa abses. Abses ini dapat
menjurus ke mediastinum.
b. Tiroditis Sub Akut
5

Tiroiditis Limfositik sub akut/ tiroiditis tanpa nyeri(silent tiroiditis)


1. Sering terjadi dalam peiode pascapartus dan di perkirakan di
sebabkan oleh proses autoimun.
2. Gejala hipetiroidisme atau hipotiroidisme mungkin saja timbul.
3. Terapi di tunjukkan untuk menangani gejala dan pemeriksaan
tindak lanjut yang di lakukan setahun sekali perlu di anjurkan
untuk menentukan apakah pasien memerlukan terapi guna
mengatasi hipotiroidisme yang timbul kemudian.

c. Tiroidisme Kronis/ tiroiditis limfositik kronik(Tiroiditis hasimoto)/


struma Limfomatosa/ Tiroiditis Autoimun.
1. Tiroiditis yang sering di jumpai pada wanita berusia 30 hingga
50 tahun di beri nama penyakit Hasimoto atau tiroiditis
limfositik kronis.
2. Predisposisi genetic(imunitas yang perantarai sel).Bentuk yang
kronis biasanya tidak di sertai nyeri.gejala penekanan ataupun
rasa besar,simetris,regular, panas;aktivitas kelenjar tiroid
biasanya normal atau renda dan bukan meningkat.
3. Kelenjar tiroid biasanya membesar secara lambat,tidak teerlalu
besar,simetris,regular,dan padat.kadang-kadang ada nyeri
spoontan dan nyeri tekan.pasien dapat eutiroid,hipotiroid,dan
jarang hipertiroid.
4. Penegakan diagnosisnya di lakukan berdasarkan gambaran
histology kelenjar tiroid yang mengalami inflamasi.jika  tidak di
obati tiroiditis kronis akan berjalan lambat,tetapi progresif
akhirnya akan tejadi hipotiroidisme.

4. Patofisiologi
6

Bahan dasar pembentukan hormon-hormon tiroid adalah yodium yang


diperoleh dari makanandan minuman yang mengandung yodium. Ion
lodium (Iodida) darah masuk ke dalam kelenjar tiroid secara transfor
aktif dengan ATP sebagai sumber energi, selanjutnya sel-sel folikel
kelenjar tiroid akan mensisntetis Trogobulis (sejenis glikoprotein) dan
selanjutnya mengalami lodinisasi sehingga akan terbentuk di lodotiroin
(Dit) dan mono lodotiroin (MIT), proses ini memerlukan enzim peroksida
sebagai katalisastor, proses akhir adalah berupa
reaksi penggabungan yaitu :
a. Penggabungan dua molekul akan membentuk tiroid (T3)
b. Penggabungan molekul DIT dengan MIT membentuk tiroxin (T4)
selanjutnya T4 dan T3 masuk ke dalam plasma dan berikut dengan PBI
(Protein bending lodin), reaksi penggabungan ini dirangsang oleh hormon
TSH dihambat oleh Tirosil, Tiorea, Sulfanamid sekresi hormon tiroid:
Pemasukan lodiun yang kurang. 
a. Gangguan berbagai en:im dalam tubuh. 
b. Hiposekresi TSH,bahan yang mengandung tiorea,tiorasil, sulfanoid 
dan metilkaptimidatol, glukosil goitrogenik.
c. Gangguan pada kelenjar Tiroid
Terjadinya tiroiditis di sebabkan oleh infeksi bakteri dan virus yang terjadi
melalui penyebarn hematogen dan lewat fistula dari sinus piriformis yang
berdekatan dengan laring,sehingga dapat mengiritasi kelenjar tiroid yang
akan menyebabkan terjadinya peradangan.sebetulnya kelenjar tiroid itu
sendiri resisten terhadap infeksi karena beberapa hal diantaranya
berkapsula mengandung iodium tinggi,kaya suplai darah dan saluran limfe
untuk drainase Tiroiditis bisa terjadi keadaan tertentu seperti pengaruh
lingkungan yang kotor dan berpolusi (penyebaran kuman),kelainan
congenital dan proses penyakit autoimun.

5. Pemeriksaan Diagnostik
7

a. Pemeriksaan Laboratorium:LED meningkat,kadar hormone tiroid


meningkat karena pelepasan hormone tiroid yang berlebihan akibat
dekstruksi kelenjar tiroid oleh proses inflmasi.
b. USG: sidiktiroid,pemeriksaan CT Scan dan MRI

6. Pemeriksaan Fisik
Ditemukan tiroid membesar,nyeri tekan biaasanya di sertai takikardi,
berkeringat, demam, tremor, dan tanda-tanda lain hepertiroidisme.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1. Tiroiditis Akut
a) Pemberian preparat antibiotic dan penganti cairan
b) Tindakan insisi dan drainase di perlukan jika terdapat abses
2. Tiroiditis Sub Akut
a) Pemberiaan preparat anti inflamasi nonsteroid(NSAID)di
gunakan untuk mengurangi rasa sakit dan inflamasi.
b) Pemberian asetanol untuk mengurangi rasa nyeri .
c) Glukokortikoid untuk mengurangi gejala dan mempercepat
terjadinya remisi
3. Tiroiditis Kronis
a) Tujuan terapi adalah mengurangi ukuran kelenjar tiroid dan
mencegah hipotiroidisme.
b) Terapi hormon tiroid di berikan untuk mengurangi aktifitas
kelenjar tiroid dan produksi preparat hormone tiroid dan
produksi tiroglobulin.jika terdapat gejala hippotiroidisme
preparat hormone tiroid harus di resepkan.
c) Tindakan bedah di perlukan jika gejala penekanan tetap ada.

8. Komplikasi
a. Hipotiroidisme dan hipertiroidisme
b. Kerusakan pita suara (disfonia)
c. Penyakit DM Tipe I
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama, tanggal lahir, umur, alamat, dll
2. Aktifitas / istirahat
Gejala : insomnia, sensitivitas T, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan
otot.
Tanda : atrofi otot.
3. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina).
Tanda :disritma (vibrilasi atrium), irama gallop, mur-mur, peningkatan
tekanan darah dengan tekanan nada yang berat.Takikardi saat istirahat,
sirkulasi kolaps, syok (krisis tiroksikosisi).
4. Eliminasi
Gejala : urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam feces, diare.
5. Integritas ego
Gejala : mengalami stres yang berat (emosional, fisik)
Tanda : emosi labil qeuforia sedang sampai delirium), depresi
6. Makanan & cairan
Gejala : kehilangan berat badan mendadak, napsu makan meningkat, makan
banyak, makannya sering kehausan, mual, muntah.
Tanda : pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah
pretibial.
7. Neurosensori
Tanda : bicara cepat dan parau, gangguan status mental, perilaku (bingung,
disorientasi, gelisah, peka rangsang), tremor halus pada tangan, tanpa tujuan
beberapa bagian tersentak-sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTP).
8. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri orbital, fotofobia.
9. Pernapasan
Tanda : frekuensi pernapasan meningkat, takipnea, dispea, edema paru (pada
krisis tirotoksikosis).

8
9

10. Keamanan
Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi
terhadap iodium (mungkin digunakan saat pemeriksaan).
Tanda : suhu meningkat di atas 37,4ºC, diaforesis kulit halus, hangat dan
kemerahan
11. Eksotalus: retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema
(sering terjadi pada pretibial) yag menjadi sagat parah.
12. Seksualitas
Tanda : penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten.

B. Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan termoregulasi ( hipertermi ) b.d proses infeksi
2.      Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradangan tiroid
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake inadekuat
4.      Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot
5.      Kurangnya pengetahuan tentang penyakit b.d kurang terpajan informasi.
6. Gangguan konsep diri (body image) b.d perubahan bentuk mata
(exoptalmus)

C. Intervensi
Diagnosa 1 : Gangguan termoregulasi ( hipertermi ) b.d proses infeksi
Tujuan : klien mempertahankan suhu dalam batas normal dengan   
kriteria hasil :
a. Kulit tidak teraba panas
b. Bibir lembab
c. Kulit elastis
Intervensi
a. Bina hubungan therapeutik dengan klien
R/ meningkatkan kerjasama
b. Kaji penyebab peningkatan termoregulasi
R/ mengidentifikasi masalah untuk rencana tindak lanjut
c. Observasi TTV
R/ / mengidentifikasi masalah untuk rencana tindak lanjut
10

d. Beri minum air hangat yang cukup / teh hangat


R/ Meningkatkan evaporasi
e. Berikan pakaian yang tipis
R/ Menyerap keringat
f. Lakukan kompres hangat
R/ meningkatkan vasodilatasi
g. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi antipiretik, antibiotik,
R/ antipiretik untuk menurunkan panas, antibiotik untuk membunuh
mikroorganisme.

Diagnosa 2 :Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradangan tiroid


Tujuan :Klien akan menunjukkan kebutuhan rasa nyaman
terpenuhi  dengan
kriteria hasil :
a. Nyeri hilang
b. Wajah klien rileks
c. Skala nyeri 0

Intervensi                                                                                                               
a. Kaji tingkat nyeri, lokasi, waktu dan penyebab
R/ Indikator tindak lanjut
b. Observasi TTV
R/ Peningkatan TTV sebagai kompensasi nyeri
c. Anjurkan teknik relaksasi ( menarik napas dalam)
R/ mengurangi ketegangan otot sehingga menghambat stimulasi  nyeri
d. Berikan kompres dingin pada leher
R/ mengurangi impuls saraf
e. Ciptakan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, dan tindakan
nyaman
( contoh : sprei yang kering / tak telipat, gosokan punggung ).
R / menurunkan rangsang eksternal yang dapat menimbulkan rasa tidak
nyaman
f. Kolaborasi pemberian obat analgetik,antibiotik dan incici abses bila
perlu.
11

R / dapat mengurangi nyeri dan membunuh mikroorganisme

Diagnosa 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake


inadekuat 
Tujuan : Klien akan mengkonsumsi kebutuhan nutrisi harian sesuai
dengan tingkat aktivitas  dan metabolik, dengan
kriteria hasil :
a. Tidak ada nyeri dan kesulitan menelan
b. Napsu makan baik
c. Dapat menghabiskan porsi yang diberikan
d. BB  normal
Intervensi:
a. Jelaskan pentingnya diet : lunak, hindari makanan yang asam, lemak dan
membuat jadwal makan yang tepat.
R / meningkatkan pengetahuan klien sehingga dapat bekerja sama
b. Sajikan  makanan yang mudah dicerna, pantang lemak, hangat, tertutup
dan beri makan sedikit tapi sering.
R / meningkatkan selera makan dan mengurangi rasa mual.
c. Berikan Diet TKTP
R/ memenuhi kebutuhan kalori
d. Kolaborasi untuk pemberian obat antihipertiroisme
R/ mengurangi metabolisme tubuh

Diagnosa 4 : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.


Tujuan : klien akan menunjukan toleransi terhadap  aktivitas dengan
kriteria hasil :
a. Keadaan umum baik
b. Dapat melakukan aktivitas secara mandiri

Intervensi:
a. Kaji kemampuan klien untuk beraktivitas dan bantuan yang diberikan
oleh keluarga .
R / mengidentifikasi masalah untuk rencana tindak lanjut
12

b. Anjurkan keluarga untuk membantu dalam perawatan diri ( higiene


personal ) dan WC besar dan WC kecil.
R / memenuhi  kebutuhan perawatan diri dan eliminasi.
c. Mendampingi klien saat melakukan aktivitas
R/ memantau kemampuan klien untuk beraktivitas
d. Motivasi klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap sesuai
kondisinya
R / aktivitas yang cukup dapat meningkatkan sirkulasi dan mendukung
proses pemulihan
e. Evaluasi keluhan setelah klien melakukan aktivitas
R / mengidentifikasi tanda – tanda kelelahan

Diagnosa 5 : Gangguan konsep diri ( body image ) b.d perubahan bentuk


bola mata (exoptalmus)
Tujuan :  klien dapat menerima diri apa adanya dengan
kriteria hasil:
Tidak merasa malu dengan keadaan matanya (bola mata menonjol
keluar lebih dari  normal)
Intervensi
a. Ciptakan hubungan saling percaya dengan mendorong klien untuk
membicarakan perasaan tentang dirinya.
R/ meningkatkan kerjasama mengidentifikasi masalah
b. Berikan pemahaman tentang keadaan sakit dan penanganannya
R/ meningkatkan pengetahuan klien sehingga dapat bekerja 
sama
c. Anjurkan pasien untuk menggunakan kaca mata berwarna gelap
R/ dapat mengurangi perasaan malu
d. Meningkatkan interaksi sosial dengan cara menganjurkan pasien untuk
menerima pertolongan dari orang lain
R/ meningkatkan relasi sosial
e. Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sosial dan menerima
keadaan dirinya.
R/ meningkatkan rasa percaya diri
13

Diagnosa 6 :Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d kurang terpajan


informasi 
Tujuan :klien akan memahami penyakit tiroiditis,
dengan                                                 
Kriteria hasil:
a. Dapat menjawab kembali apa yang ditanyakan tentang penyakit
tiroiditis
b. Mentaati pengobatan sesuai therapi
Intervensi:
a. Kaji tingkat pendidikan dan persepsi klien dan keluarga tentang penyakit
tyroiditis
R / meningkatkan pengetahuan klien sehingga dan bekerja sam 
b. Jelaskan tentang pengertian, penyebab, perjalanan penyakit, manifestasi
klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnosa, penatalaksanaan penyakit
tyroiditis.
R / meningkatkan pengetahuan sehingga dapat  bekerjasama
c. Jelaskan tindakan pencegahan .
R / meningkatkan pengetahuan agar dapat merubah pola hidup yang
sehat dan dapat minum obat secara teratur sesuai resep

D. Implementasi
Pada tahap ini untuk melakukan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi ini dapat tepat waktu dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memaantau dan
mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta
mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.

E. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
14

keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan


klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tiroiditis adalah suatu peradangan pada kelenjar tiroid,
menyebabkan hipertiroidisme sementara yang sering kali diikuti
oleh hipotiroidisme sementara atau sama sekali tidak terjadi perubahan dalam
fungsi tiroid.
          Tiroiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid.Keadaan ini bisa bersifat
akut, sub akut atau kronis. Masing-masing tipe tiroiditis ditandai oleh
inflamasi, fibrosis atau implemantasi limfotik pada kelenjar tiroid.

B. Saran
Diharapkan siswa dapat memperoleh gambaran tentang pelaksanaan
Asuhan Keperawatan pada klien thyroiditis dengan menggunakan metode
proses keperawatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


NANDA NIC NOC, Yogyakarta Media Action Publhising.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar
RISKESDAS. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Bahn, R. S., Burch, H. B., Cooper, D. S., Garber, J. R., Greenlee, M. C., Klein, I.,
... & Ross, D. S. (2011). Hyperthyroidism and other causes of
thyrotoxicosis: Management Guidelines of The American Thyroid
Association and American Association of Clinical Endocrinologists. Thyroid,
21(6), 593-646

MODERATOR: Eka Sari Hutagaol


16
PENYAJI: Intan Nur Nabilah
NOTULEN: Eka Nur Indah

SESI TANYA JAWAB

SESI 1
1. Apa hubungannya penyakit tiroid dengan DM sehingga menyebabkan
komplikasi? (penanya kelompok 6 Gita Atiatul)
Jawaban :
Diabetes militus/ DM dan penyakit tiroid adalah dua kelainan endokrinopati
yang paling sering ditemukan pada populasi dewasa. Diketahui bahwa kerja
hormon insulin dan tiroid saling mempengaruhi pada metabolisme seluler. Hal
ini menyebabkan hormon tersebut menjadi berlebihan atau kekurangan yang
nantinya akan mengakibatkan gangguan fungsi baik kerja hormon itu sendiri
maupun tiroid.
Hormon tiroid maupun insulin mempunyai peranan penting dalam metabolisme
seluler. Disfungsi tiroid akan memberikan pengaruh negatif terhadap
pengendalian DM dan pengendalian glukosa yang buruk akan memberikan
pengaruh buruk pada kerja hormon tiroid .
(di jawab oleh Intan Nur Nabilah)

2. Apa saja pengobatan yang dilakukan pada tiroiditis sub akut ? (penanya
kelompok 5 Elsa Tamara)
Jawaban :
1. Pemberiaan preparat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) di gunakan untuk
mengurangi rasa sakit dan inflamasi.
2. Pemberian asetanol untuk mengurangi rasa nyeri .
3. Glukokortikoid untuk mengurangi gejala dan mempercepat terjadinya
remisi
(di jawab oleh Eka Nur Indah)

3. Jika sudah dilakukan tindakan bedah apakah tiroiditis bisa kambuh kembali ?
(Penanya kelompok 7 Hera Nurul)
17
Jawaban :
Jika setelah pembedahan tersebut pasien menjaga pola hidup sehat, contohnya
dgn memakan makanan yg sehat, tidak memakan makanan yg mengandung
bahan yg memicu timbulnya tiroiditis, kemungkinan tiroiditis ini tidak akan
kambuh kembali.
(di jawab oleh Dwi Supriyanto)

SESI 2
1. Mengapa tiroiditis dapat menyebabkan disfonia? (Penanya kelompok 1 Ananda
Dwi Yanti)
Jawaban :
Disini tiroiditis ini disebabkan oleh infeksi bakteri dn virus melalui penyebaran
hematogen dan lewat fistula dari sinus piriformis yg berdekatan dgn laring, dari
infeksi tersebut timbul lah peradangan di area kelenjar tiroid karna pita suara itu
juga ada di bagian laring jdi otomatis pita suara akan terganggu dan bisa
menyebabkan disfonia
(di jawab oleh Dewi Mawar)

2. Dalam pemeriksaan diagnostik apa itu pemeriksaan sidiktiroid ? ( penanya


kelompok 3 Devi hidayat)
Jawaban :
Jadi pemeriksaan sidik tiroid atau sidik kelenjar tiroid merupakan suatu
pemeriksaan kedokteran nuklir dengan menggunakan zat radioaktif atau
radiofarmaka yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan intravena.
Sidik kelenjar tiroid ini dapat dilakukan untuk menilai aktivitas fungsional dari
benjolan maupun pembesaran dari kelenjar tiroid serta dapat juga digunakan
untuk mendeteksi jaringan tiroid ektopik dan sisa jaringan tiroid pasca-operasi.
(di jawab oleh Eka Nur Indah)

18

Anda mungkin juga menyukai