KELOMPOK 1
MENGETAHUI:
i
LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR AKHIR STASE KEPERAWATAN DASAR
PENYUSUN KELOMPOK I:
NAMA MAHASISWA
1.Fillah Hardiyanto
2. Moh. Ruslan Husain
3. Nova Rahmawati Kamali
4. Siti Nadia Suleman
5. Zuniarsi Thalib
6. Erika Datuage
ii
KATA PENGANTAR
Dengan sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji, penulis memanjatkan
syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan laporan akhir seminar kasus stase keperawatan dasar dengan judul
“Seminar kasus pada Tn.A.H.B dengan Diagnosa Melena Di ruangan Irina H (Ruang Rawat
Interna) RSUD DR.M.M. Dunda. Selama menjalani studi dan menyelesaikan laporan seminar
Stase Keperawatan dasar banyak mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu melalui kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Zuriati Muhammad SKM, M.Kes Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
2. Ns. Firmawati, M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
3. Ns. Ani Retni, M.Kep selaku Preceptor Akademik Ruang Irina H (Ruang Rawat Interna)
4. Ns. Uyun Bahimo, M.Kep selaku Preceptor Akademik Ruang Irina H (Ruang Rawat Interna)
5. Ns. Muhamad Ibrahim, S.Kep selaku Preceptor Klinik Ruang Irina H (Ruang Rawat Interna)
RSUD.M.M Dunda
6. Ns. Fahmi Aihu, M.Kep selaku Preceptor Klinik Ruang Irina H (Ruang Rawat Interna)
RSUD.M.M Dunda
7. Teman seperjuangan Profesi Ners Angkatan XVII Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
Kelompok 1
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Tujuan ..................................................................................................... 1
C. Manfaat.................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 2
A. Pengertian Melena ................................................................................... 2
B. Etiologi Melena ....................................................................................... 5
C. Manifestasi Melena .................................................................................. 6
D. Patofisiologi ............................................................................................ 6
E. Pathway ................................................................................................... 8
F. Komplikasi ............................................................................................... 8
G. Pemeriksaan Diagnostik ........................................................................... 9
H. Penatalaksanaan ....................................................................................... 10
I. Konsep Askep ........................................................................................... 10
BAB III PEMBAHASAN ...........................................................................
A. Data Umum .............................................................................................
B. Riwayat Kesehatan...................................................................................
C. Riwayat Psiko-Sosial-Spritual ..................................................................
D. Kebutuhan Dasar .....................................................................................
E. Pemeriksaan Fisik ....................................................................................
F. Pemeriksaan Diagnostik ...........................................................................
G. Penatalaksanaan Media ............................................................................
H. Identifikasi Data ......................................................................................
I. Klasifikasi Data .........................................................................................
J. Analisa Data .............................................................................................
K. Pathway ...................................................................................................
L. Intervensi Keperawatan ............................................................................
M. Implementasi/Evaluasi Keperawatan .......................................................
BAB IV PENUTUP .....................................................................................
A. Saran .......................................................................................................
B. Kesimpulan ..............................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan
oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Melena adalah keluarnya tinja yang lengket
dan hitam seperti aspal, dan lengket yang menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas
serta dicernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb
menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya biasanya juga berasal dari
saluran cerna atas. ( Sylvia, A price. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses-proses keperawatan.
Edisi 6. Jakarta : EGC ).
BAB darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan keluarnya darah berwarna
merah terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau telah bercampur dengan tinja. Sebagian
besar BAB darah berasal dari luka di usus besar, rektum, atau anus. Warna darah pada tinja
tergantung dari lokasi perdarahan. Umumnya, semakin dekat sumber perdarahan dengan anus,
semakin terang darah yang keluar. Oleh karena itu, perdarahan di anus, rektum dan kolon sigmoid
cenderung berwarna merah terang dibandingkan dengan perdarahan di kolon transversal dan kolon
kanan (lebih jauh dari anus) yang berwarna merah gelap atau merah tua.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari laporan ini adalah mahasiswa mampu memaparkan hasil asuhan keperawatan
pada Tn.A.H.B dengan melena di RSUD.M.M Dunda
2. Tujuan khusus
Setelah menyelesaikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. A.H.B dengan melena di
RSUD.M.M Dunda:
a. Pengkajian pada pasien dengan melena
b. Penetapan diagnosa keperawatan pada pasien dengan melena
c. Implementasi tindakan keperawatan pada pasien dengan melena
d. Evaluasi keperawatan pada pasien dengan melena
C. Manfaat
1. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien dengan melena
2. Untuk mengetahui cara mendapatkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan melena
3. Untuk mengetahui rencana keperawatan pada pasien dengan melena
4. Untuk mengetahui implementasi keperawatan pada pasien dengan melena
5. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada pasien dengan melena
1
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
1. KONSEP DASAR MELENA
A. Pengertian Melena
Melena adalah tinja hitam karena darah dalam saluran cerna yang menjadi hitam dibawah
pengaruh asam klorida lambung, lalu dikeluarkan pada hajat besar atau dimuntahkan. Melena
adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam yang disebabkan oleh adanya perdarahan
saluran cerna bagian atas (diatas ligamentumtereshepatis). Melena dapat terjadi tersendiri atau
bersama-sama dengan hematemesis (Nurarif & Kusuma, 2015).
B. Anatomi dan Fisiologi
Saluran pencernaan menerima makanan dari luar dan mempersiapkan bahan makanan untuk
diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (mengunyah, menelan, dan penyerapan)
dengan bantuan zat cair yang terdapat mulai dari mulut sampai ke anus. Fungsi utama sistem
pencernaan adalah menyediakan zat nutrusi yang sudah dicerna secra berkesinambungan untuk
didistribusikan ke dalam sel melalui sirkulasi dengan unsur-unsur air, elektrolit, dan zat gizi.
Sebelum zat gizi ini diserap oleh tubuh, makanan harus bergerak sepanjang saluran pencernaan.
a. Mulut
Mulut merupakan organ pertama dari saluran pencernaan yang letaknya meluas dari bibir
sampai istimus fausium yaitu perbatasan mulut dengan faring. Mulut terdiri dari bagian vestibulum
oris dan kavum oris propia. Waktu kita mengunyah gigi memecah makanan menjadi bagian kecil-
kecil.
b. Tenggorokan (Faring)
Tenggorokan adalah organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan,
panjangnya ±12 cm. Letaknya tegak lurus antara basis kranii setinggi vertebra servikalis IV ke
bawah setinggi tulang rawan krikoidea. Organ yang terpenting didalam faring adalah tonsil yaitu
kumpulan kelenjer limfe yang banyak mengandung limfosit untuk mempertahankan tubuh
terhadap infeksi, menyaring dan mematikan bakteri/ mikroorganisme yang masuk melalui jalan
pencernaan dan pernapasan.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan merupakan saluran pencernaan setelah mulut dan faring, panjangnya ±25 cm
dengan posisi mulai dari tengah leher sampai ujung bawah rongga dada di belakang trakea. Sekresi
esofagus bersifat mukoid yaitu memberi pelumas untuk pergerakan makanan melalui esofagus,
pada peralihan esofagus ke lambung terdapat sfingter kardiak yang dibentuk oleh lapisan otot
2
sirkuler esofagus, Gerakan inilah yang membantu mendorong makanan dari rongga mulut ke
lambung, lebih kurang selama 6 detik.
d. Lambung
Sebuah kantong muskular yang letaknya antara esofagus dan usus halus, sebelah kiri
abdomen, dibawah diafragma bagian depan pankreas dan limpa. Lambung merupakan saluran
yang dapat mengembang karena adanya gerakan peristaltik, terutama didaerah epigaster. Variasi
dari bentuk lambung sesuai dengan jumlah makanan yang masuk, adanya gelombang peristaltik
tekanan organ lain, dann postur tubuh.Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
e. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar,
lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas
jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika
penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
2) Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus
antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
3
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa
membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
3) Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia ileum memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum,
dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)
dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas atau berdiameter
besar dengan panjang 1,5-1,7 m dan berpenampang 5-6 m.Usus besar terdiri dari : Kolon
asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon desendens (kiri). Kolon sigmoid (berhubungan
dengan rektum). Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik
bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi
yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
g. Usus Buntu (Sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ
ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki
sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
h. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini
disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan
apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga
abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform
appendix (atau hanya appendix) adalah ujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing
berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks
selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – beda di retrocaecal atau di pinggang
(pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
i. Rektum dan anus
Rektum merupakan lanjutan dari kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus, panjangnya 12 cm, dimulai daripertengahan sakrum sampai kanalis anus. Rektum
4
terletak dalam rongga pelvis didepan os sakrum dan os koksigis. Anus merupakan bagian dari
saluran pencernaan yang berhubungan dengan dunia luar terletak didasar pelvis, didindingnya
diperkuat oleh sfingter ani yang terdiri dari ; sfingter ani internus, sfingter levator ani, sfingter ani
eksternus.
Defekasi adalah hasil refleks. Apabila bahan fese masuk ke dalam rektum, dinding rektum
akan meregang dan menimbulkan impuls aferen di salurkan melalui pleksus mesentrikussehingga
menimbulkan gelombang peristaltik pada kolon desenden dan kolon sigmoid akan mendorong
feses ke arah anus.
j. Pankreas
Pankreas merupaakan organ lunak yang berjalan miring dan menyilang dinding posterior
abdomen pada regio epigastrium, terletak dibelakang lambung dan terbentang dari duodenum
sampai ke limpa. Pankreas merupakan kelenjer eksorin dan kelenjer endokrin. Kelenejr
eksorin menghasilkan sekret yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein,
lemak dan karbohidrat. Sedangkan, kelenjer endokrin menghasilkan hormon insulin dan
glukagon yang memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat.
k. Hati
Hati merupakan kelenjer aksesoris terbesar dalam tubuh berwarna coklat dengan berat 1000-
1800 gram. Hati terletak disebelah rongga perut bagian kanan atas dibawah diafragma.
Sebagian besar terletak pada region hipokondria dengan region epigastrium. Hati adalah organ
yang terbesar di dalam badan manusia.
l. Kandung Empedu
Kandung empedu (vesika fallea) adalah kantong berbentuk buah pir yang terletak pda
permukaan viseral diliputi oleh peritoneum kecuali bagian yang melekat pada hati dan terletak
pada permukaan bawah hati di antara lobus dekstra dan kaudatus hati. Organ ini terhubungkan
dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
C. Etiologi
Melena terjadi bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunum. Paling sedikit terjadi
perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar
selamamelena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran
makan. Etiologinya adalah:
a. Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.
b. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan lain-lain.
c. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura
trombositopenia dan lain-lain.
5
d. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
e. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol, dan lain-
lain.
D. Manifestasi Klinis
Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratnya kerusakan
yang terjadi dari pada etiologinya. Didapatkan gejala dan tanda sebagai berikut:
a. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah dan diare.
b. Demam, berat badan turun, lekas lelah.
c. Ascites, hidratonaks dan edemo.
d. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.
e. Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena fibrosis. Bilasecara klinis didapati
adanya demam, ikterus dan asites, dimana demam bukan oleh sebab-sebab lain, ditambahkan
sirosis dalam keadaan aktif. Hati-hati akan kemungkinan timbulnya prekoma dan koma
hepatikum.
f. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding, koput medusa, wasir dan
varises esofagus.
g. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme yaitu: Impotensi, atrosi testis,
ginekomastia, hilangnya rambut axila dan pubis. Amenore, hiperpigmentasi areola mamae,
Eritema dan hiperpigmentasi.
E. Patofisiologi
a. Ulkus Peptikum
Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak
dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidroklorida) dan pepsin. Erosi yang
terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam pepsin, atau berkenaan dengan
penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mucus
yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
b. Sekresi lambung
Sekresi lambung terjadi pada tiga fase yang serupa:
1) Fase sefalik yaitu: fase yang dimulai dengan rangsangan seperti pandangan,bau, atau rasa
makanan yng bekerja pada reseptorkortikal serebral yng paada gilirannya merangsang
sarafvagal.
2) Fase lambung, yaitu: pada fase lambung dilepaskan asam lambung dilepaskan sebagai
akibat dri rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap resptor dinding lambung, dan
6
3) Fase usus, yaitu makanan pada usus halus menyebabkan pelepasan hormon yang pada
waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.
c. Barier mukosa lambung
Merupakan pertahanan utama lambung tehdp pencernaan yng dilakukan lambung itu
sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi pertahanan mukosa adalah suplai darah, keseimbangan
asam basa, integritas selmukosa dan regenerasi sel epitel. Seseorang mungkin akan mengalami
ulkus peptikum karena satu dari dua faktor ini, yaitu:
a. Hiperbsekresi asam lambung
b. Kelemahan barier mukosa lambung.
Apapun yang menurunkan produksi mucus lambung atau merusak mukosa lambung
adalah ulserogenik; salisilat, obat anti inflamasi non steroid, alcohol dan obat anti inflamasi
sindrom ini di identifikasi melalui temuan: hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan
gastrinoma dalam pancreas.
d. Ulkus Stres
Merupakan istilah yng diberikan pada ulserasii mukosall akut dari duodenal atau area
lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stres secara fisiologis. Kejadian stres misalnya;
luka bakar, syok, sepsis berat dan trauma organ multipel.
7
Pathway Melena
Zat kimia, Obat-obatan golongan NSAID, Alkohol
Masuk lambung
Kurang volume
cairan
Resiko syok
Intoleransi
aktivitas
F. Komplikasi
Komplikasi hematemesis melena antara lain:
a. Syok hipovolemik
Disebut juga dengan syok preload yng ditandai dengan menurunnya volume intravaskuler
oleh karena perdarahan. Dapat terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya
volume intravaskuler menyebabkan penurunan volume intraventrikel. Gagal ginjal akut terjadi
sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik.Untuk mencegah gagal ginjal maka
8
setelah syok diobati dengan menggantikan volume intravaskuler.
b. Anemia karena perdarahan
Anemia karena perdarahan adalah berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin.Perdarahan hebat merupakan penyebab tersering dari anemia. Jika kehilangan
darah, tubuh segera menarik cairan dari jaringan diluar pembuluh darah sebagai usaha untuk
menjaga agar pembuluh darah tetap terisi. Akibatnya darah menjadi encer dan persentase sel
darah merah berkurang.
c. Koma hepatik
Suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengn perubahan kesadaran, intelektual, dan
kelainan neurologis yang menyertai kelainan parenkim hati.
d. Aspirasi pneumoni
Infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk ke saluran napas.
e. Anemi posthemoragik
Kehilangan darah yang mendadak dan tidak disadari.
G. Penatalaksanaan Medik dan Keperawatan
a. Medis
1) Pemasangan balon SB Tube
2) Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat pecahnyavarises.
Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudaah penderita tenang dan kooperatif,
sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna pemakaian alat tsb, cara
pemasangannya dan kemungkinankerja ikutan yang dapat timbul pada waktu dan selama
pemasangan.
3) Tindakan operasi
4) Bila usahausaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalaan dan perdarahan
tetap berlangsung, maka dapat dilakukan tindakan operasi.
b. Keperawatan
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan
sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yng teliti dan pertolongan
yang lebih baik. Pengobatan meliputi:
1) Tirah baaring
2) Diit makanan lunak
3) Pemeriksaan Hb, Ht
4) Pemberian transfusi darah bila terjadi perdarahan luas
5) Pemberian cairan IV untuk mencegah dehidrasi
9
6) Pengawasan thd TD, N dan kesadaran bila perlu pasang CVP
7) Pertahankan kadar Hb 50-70 % nilai normal
8) Pemberian obat hemostatik seperti Vit K
9) Dilakukan klisma dengan air biasa dan pemberian antibiotik yang tidak diserap usus.
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula, biakan
kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada
diare persisten).
b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan yaitu pemeriksaan darah rutin berupa
hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, pemeriksaan hemostasis lengkap untuk
mengetahui adanya kelainan hemostasis, pemeriksaan fungsi hati untukmenunjang adanya
sirosis hati, pemeriksaan fungsi ginjal untuk menyingkirkan adanya penyakit gagal ginjal
kronis, pemeriksaan adanya infeksi Helicobacter pylori.
c. Pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi
Merupakan pemeriksaan penunjang yang paling penting karena dapat memastikan
diagnosis pecahnya varises esofagus atau penyebab perdarahan lainnya dari esofagus, lambung
dan duodenum
d. Kontras Barium (radiografi)
Bermanfaat untuk menentukan lesi penyebab perdarahan. Ini dilakukan atas dasar
urgensinya dan keadaan kegawatan.
e. Angiografi
Bermanfaat untuk pasien-pasien dengan perdarahan saluran cerna yang tersembunyi dari
visual endoskopik.
2. KONSEP ASKEP
A. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Nama/ Inisial, Umur, Jenis Kelamin, Status, Pekerjaan, Pendidikan, Alamat, No. MR, Tanggal
Masuk, Tanggal Pengkajian, Agama, dan Dx. Medis Penanggung Jawab Nama, Umur ,
Hubungan. Keluaraga, dan Pekerjaan
2) Alasan Masuk
Biasanya keluhan utama pasien adalah muntah darah atau berak darah yang datang secara tiba-
tiba, pasien biasanya mengeluh badan terasa lemas dan kepala pusing
10
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya tampak lemas, kepala pusing, dan letih. Pasien tampak pucat dan lemah, mukosa
mulut tampak kering. Pasien di lakukan anamnesa dan dilakukan perawatan.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pasien mempunyai riwayat penyakit hepatitis kronis, sirosis hepatitis, anemia,
ulkus peptikum, kanker saluran pencernaan bagian atas, riwayat penyakit darah (misal :
DM), riwayat penggunaan obatulserorgenik, kebiasaan / gaya hidup (alkoholisme, gaya
hidup /kebiasaan makan).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai kebiasaan makan yang dapat
memicu terjadinya hematemesis melena, maka dapat mempengaruhi anggota keluarga yang
lain.
4) Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Biasanya Compos Mentis
GCS : E4 : pasien membuka mata secara spontan
V5 : pasien berorientasi baik, dan bicara jelas
M6 : pasien mengikuti perintah dengan baik
Tanda Vital : TD : 120/ 80 mmHg S : 36 C
P : 22X/ Menit N : 80x/ Menit
a. Kepala
- Rambut
I : Bentuk kepala (bulat/lonjong/benjol/besar/kecil, simetris/ tidak), kulitkapala (ada
luka/tidak, bersih/kotor, beruban/tidak, ada ketombe/tidak) P : adakah benjolan/tidak, ada
nyeri tekan/tidak
- Mata
I : kesimetrisan mata klien (simetris/tidak), adakah edema, konjungtiva (pucat/tidak),
sklera (ikterik/tidak), refleks pupil terhadap cahaya (baik/tidak), gerakan bola mata
(normal/tidak).
P : Ada nyeri tekan (iya/tidak)
- Telinga
I : Bentuk telinga (simetris/tidak), ada serumen/tidak, ada benda asing/tidak, ada
perdarahan/tidak, pendengaran baik/tidak,
11
P : ada nyeri tekan (iya/tidak)
- Hidung
I : Hidung tampak simetris/tidak, bersih/tidak ada secret/tidak, ada polip/tidak, ada
perdarahan/tidak, penciuman baik/tidak.
P : Ada nyeri tekan (iya/tidak)
- Mulut dan Gigi
I : Keadaan bibir pasien cyanosis/tidak, kering,tidak, ada luka/tidak, adakah
labioschizis/tidak, mulut pasien bersih/tidak, pasien menggunakan gigi palsu/tidak, ada
radang gusi/tidak, ada perdarahan/tidak.
b. Leher
I : Posisi trachea simetris/tidak, warna kulit leher merata/tidak
P : Ada pembesaran kelenjer tyroid/tidak, ada pembesaran kelenjer limfe/tidak
c. Thorak
- Paru-paru
I : Mungkin Bentuk dada pada pasien dengan hematemesis melena normal, kaji
pernafasan pasien, frekuensi adanya tanda-tanda dispneu, reaksiintercostae, reaksi
suprasternal, pernafasan cuping hidung, ortopnea.
P : Kaji Ada nyeri tekan (iya,tidak), ada tanda-tanda peradangan (ada/tidak), ekspansi
simetris/tidak, taktil vremitus teraba/tidak.
P : Perkusi pertama dilakukan di atas kalvikula dengarkan apakah terjadi suara resonan
(sonor), dullnes (pekak), timpani, hiper resonan, suara paru yang normal resonan/sonor.
A : Bunyi nafas normal/tidak, ada bunyi nafas tambahan/tidak, ada wheezing/tidak, ada
ronchi/tidak
- Jantung
- I : Bentuk dan postur dada simetris/tidak, ada tanda-tanda distress pernafasan/tidak, warna
kulit sama dengan yang lain/tidak, edema ada/tidak P : Denyutan apex cordis teraba/tidak
P : Biasanya Suara pekak
A : Biasanya Terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dup), tidak ada
bunyi jantung tambahan S3/S4
d. Abdomen
I : Ada lesi/tidak, ada bekas operasi/tidak, dan warna kulit merata/tidak
P : Terdapat nyeri tekan ada/tidak
P : Biasanya terdengar Tympani
A : Biasanya Bising usus normal
12
e. Punggung
I : Punggung simetris/tidak, ada lesi/tidak, dan warna kulit
merata/tidak, ada bekas luka/tidak
P : Ada nyeri tekan/tidak
f. Ektremitas
- Atas
I : Simetris kiri dan kanan atau tidak, integritas kulit baik/tidak,kekuatan otot penuh/tidak,
ada lesi atau tidak, ada edema atau tidak
- Bawah
I : Simetris kiri dan kanan atau tidak, integritas kulit baik atau tidak, kekuatan otot penuh
atau tidak, ada lesi atau tidak, ada edema atau tidak
g. Genetalia
I : Apakah pasien terpasang kateter atau tidak, untuk mengetahui adanya abnormalitas pada
genetalia misalnya varises, edema, tumor/benjolan, infeksi, luka atau iritasi, pegeluaran
cairan atau darah.
h. Integumen
I : Warna atau adanya perubahan pigmentasi pada kulit, warna kulit merata atau tidak, ada
lesi atau tidak, ada ruam pada kulit atau tidak, dan adajejas atau tidak.
5) Pengkajian Pola Gordon
Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola perspsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya klien mempunyai kebiasaan alkoholisme, pengunaan obat-obat ulserogenik .
b. Pola nutrisi dan metabolisme Terjadi perubahan karena adanya keluhan pasien berupa mual,
muntah, kembung, dan nafsu makan menurun, dan intake nutrisi harus dalam bentuk
makanan yang lunak yang mudah dicerna.
c. Pola aktivitas dan latihan
Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein (hydroprotein) yang dapat
menyebabkan keluhan subjektif pada pasien berupa kelemahan otot dan kelelahan, sehingga
aktivitas sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi atau harus berhenti bekerja
d. Pola eliminasi
Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB. Pada BAB terjadi konstipasi
atau diare. Perubahan warna feses menjadi hitam seperti petis, konsistensi pekat. Sedangkan
pada BAK, warna gelap dan konsistensi pekat.
13
e. Pola tidur dan istirahat
Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan menjadi kurus, perut membesar
karena ascites dan kulit mengering, bersisik agak kehitaman.
f. Pola hubungan peran
Dengan adanya perawatan yang lama makan akan terjadi hambatan dalam menjalankan
perannya seperti semula.
g. Pola reproduksi seksual
Akan terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon, androgen dan estrogen, bila
terjadi pada lelaki (suami) dapat menyebabkan penurunan libido dan impoten, bila terjadi
pada wanita (istri) menyebabkan gangguan pada siklus haid atau dapat terjadi aminore dan
hal ini tentu saja mempengaruhipasien sebagai pasangan suami dan istri.
h. Pola penaggulangan stres
Biasanya pasien dengan koping stres yang baik, maka dapat mengatasi masalahnya namun
sebaliknya bagi pasien yang tidak bagus kopingnya maka pasien dapat destruktif lingkungan
sekitarnya.
i. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pola ini tidak terjadi gangguan pada klien.
6) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk daerah esofagus
dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada lambung dan duodenum.
Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada daerah 1/3 distal
esofagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari ada/tidaknya varises.
b. Pemeriksaan Endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka pemeriksaan secara endoskopik
menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat asal dan sumber perdarahan.
Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto
untuk dokumentasi, aspirasi cairan, dan biopsi untuk pemeriksaan sitopatologik.
7) Analisa data
Proses analisa merupakan bagian terakhir dari tahap pengkajian setelah dilakukan
pengumpulan data dan validasi data dengan mengidentifikasi pola atau masalah yang
mengalami gangguanyang dimulai dari pengkajian pola fungsi kesehatan (Hidayat,
2008:104)
14
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan data objektif yang telah
diperoleh pada tahap peengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Diagnosis
keperawatan melibatkan proses berpikir komplek tentang data yang dikumpulkan dari pasien,
keluarga, rekam medik, dan pemberi layanan kesehatan lain. Adapun tahapannya yaitu:
1. Menganalisis dan menginterpretasi data
2. Mengidentifikasi masalah pasien
3. Merumuskan masalah pasien
4. Mendokumentasikan diagnosa keperawatan
Menurut Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Tahun 2018 diagnosa yang
sering muncul pada pasien hematemesis melena, adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen
2. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan di lambung
3. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk memproses
(mencerna) makanan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
C. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana perawat
melakukan tindakan yang perlu untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan darri asuhan
keperawatan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Jadi implementasi keperawatan
adalah kategori serangkaian perilaku perawat berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota
tim kesehatan lain untuk membantu masalah keperawatan pasien yang sesuai dengan perencanaan
dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
D. Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses, penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada
kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi,dan evaluasi itu sendiri.
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan
15
yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan.
E. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. 1. Nyeri akut b.d distensi Setelah di lakukan Manajemen Nyeri
abdomen tindakan keperawatan Obsevasi :
1.Identifikasi lokasi,
Gejala dan tanda mayor selama 3x24 jam di
karakteristik, durasi, frekuensi,
Data Subjektif :
harapkan nyeri kualitas intensitas nyeri
1.Mengeluh nyeri
menurun/membaik 2.Identifikasi skala nyeri
Data Objektif :
3.Identifikasi respon nyeri
1.Tampak meringis dengan kriteria hasil :
nonverbal
2.Bersikap protektif 1.Keluhan nyeri menurun 4.Identifikasi faktor yang
3.Gelisah
2.Meringis menurun memperberat dan memperingan
4.Frekuensi nadi
nyeri
meningkat 3.Sikap protektif
5.Identifikasi pengetahuan dan
5.Sulit tidur menurun keyakinan tentang nyeri
4.Gelisah menurun Terapeutik :
Gejala dan tanda minor
Data Subjektif : 5.Kesulitan tidur 1.Berikan teknik
(tidak tersedia) nonfarmakologis
menurun 2.Kontrol lingkungan yang
Data Objektif :
1. Tekanan darah 6.Frekuensi nadi memperberat rasa nyeri
meningkat membaik 3.Fasilitasi istirahat dan tidur
2. Pola nafas berubah Edukasi :
3. Nafsu makan berubah 1.Jelaskan penyebab, periode
4. Proses berfikir dan pemicu nyeri
terganggu 2.Jelaskan strategi meredakan
5. Menarik diri nyeri
6. Berfokus pada diri 3.Anjurkan memonitor nyeri
sendiri secara mandiri
7. diaforesis 4.Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5.Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1.Kolaborasi pemberian
analgetik
16
(hipovolemik) tindakan keperawatan Observasi
berhubungan dengan selama 3x24 jam di 1.Monitor status kardiopumona
perdarahan di lambung harapkan status vairan 2.Monitor status oksigenasi
membaik dengan 3.Monitor status cairan
Kriteria hasil 4.Monitor tingkat kesadaran dan
1.Kekuatan nadi respon pupil
meningkat 5.Periksa riwayat alergi
2.Output urin meningkat Terapeutik
3.Tingkat kesadaran 1.Berikan oksigen untuk
meningkat pertahankan saturasi oksigen
4.Akral dingin menurun >94%
5.Pucat menurun 2.Persiapakan intubasi dan
6.Tekanan arteri rata-rata ventilasi mekanis,jika perlu
membaik 3.Pasang jalur IV
7.Tekanan nadi membaik 4.Pasang kateter urin untuk
8.Pengisian kapiler menilai produksi urin,jika perlu
membaik 5.Lakukan skintest untuk
9.Frekuensi nadi mencegah reaksi alergi
membaik Edukasi
10.Frekuensi napas 1.Jelaskan penyebab/faktor
membaik resiko syok
2.Jelaskan tanda dan gejala awal
syok
3.Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda
dan gejala awal syok
4.Anjurkan perbanyak asupan
cairan oral
5.Anjurkan menghindari allergen
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
2.Kolaborasi pemberian transfusi
darah jika perlu
17
3.Kolaborasi pemberian anti
inflamasi
3. Defisit nutrisi kurang dari Setelah di lakukan Manajement Nutrisi
kebutuhan berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan ketidakmampuan selama 3x24 jam di 1.Identifikasi status nutrisi
untuk memproses harapkan status nutrisi 2.Identifikasi alergi dan
(mencerna) makanan terpenuhi dengan intoleransi makanan
Kriteria hasil 3.Identifikasi makanan yang
Gejala dan tanda mayor 1.Porsi makanan yang disukai
Data Subjektif: dihabiskan meningkat 4.Identifikasi kebutuhan kalori
(Tidak tersedia 2.Berat badan membaik dan jenis nutrient
Data Objektif: 3.Indeks massa tubuh 5.Identifikasi perlunya
1.Berat badan menurun (IMT) membaik penggunaan selang nasolgastrik
minimal 10% dibawah 4.Nafsu makan membaik 6.Monitor asupan makanan
rentan ideal 5.Frekuensi makan 7.Monitor berat badan
membaik 8.Monitor hasil pemeriksaan
Gejala dan tanda minor laboratorium
Data Subjektif: Terapeutik
1.Cepat kenyang setelah 1.Lakukan oral hygiene
makan 2.Fasilitasi menentukan pedoman
2.Kram/nyeri abdomen diet
3.Nafsu makan menurun 3.Sajikan makanan yang menarik
Data Objektif dan suhu yang sesuai
1. Bising usus 4.Berikan makanan tinggi serat
hiperaktif untuk mencegah konstipasi
2. Otot pengunyah 5.Berikan makanan tinggi kalori
lemah dan tinggi protein
3. Otot menelan 6.Berikan suplemen makanan
lemah Edukasi
4. Membran mukosa 1.Anjurkan posisi duduk jika
pucat mampu
5. Sariawan 2.Ajarkan diet yang
6. Serum albumin diprogramkan
turun Kolaborasi
18
7. Rambut rontok 1.Kolaborasi pemberian
berlebihn medikasi sebelum makan
8. Diare 2.Kolaborasi dengan ahli gizi
untukmenentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan
4. Intoleransi aktivitas Setelah di lakukan Manajemen Energi
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi
kelemahan selama 3x24 jam di 1.Identifikasi fungsi tubuh yang
Gejala dan tanda mayor harapkan status nutrisi mengakibatkan kelelahan
Data Subjektif: terpenuhi dengan 2.Monitor kelelahan fisik dan
1.Mengeluh lelah Kriteria hasil emosional
Data Objektif: 1.Keluhan lelah menurun 3.Monitor pola dan jam tidur
1.Frekuensi jantung 2.Dyspnea saat aktivitas 4.Monitor lokasi dan
meningkat >2% dari menurun ketidaknyamanan selama
kondisi istrirahat 3.Dyspnea setelah melakukan aktivitas
Gejala dan tanda minor aktivitas menurun Terapeutik
Data Subjektif: 4.Frekuensi nadi 1.Sediakan lingkungan yang
1.Dispnea saat/setelah membaik nyaman dan rendah stimulus
aktivitas 2.Lakukan latihan rentang gerak
2.Merasa tidak nyaman pasif dan/atau aktif
setelah beraktivitas 3.berikan aktivitas distraksi yang
3.Merasa lemah menenangkan
Data Objektif Edukasi
1.Tekanan darah berubah 1.Anjurkan tirah baring
>20% dari kondisi 2.Anjurkan melakukan aktivitas
istirahat secara bertahap
2.Gambaran EKG 3.Anjurkan menghubungi
menunjukkan aritmia perawat jika tanda dan gejala
saat/setelah aktivitas kelelahan tidak berkurang
3.Gambaran EKG 4.Ajarkan strategi koping untuk
menunjukkan iskemia mengurangi kelelahan
4.Sianosis Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
19
gizitentang cara meningkatkan
asupan makanan
No. RM : 365025
Tanggal : 08-10-2023
Tempat : Interna (Irina H)
I. DATA UMUM
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A.H.B Umur : 57 Tahun
Tempat / Tanggal Lahir : Gorontalo 06/06/1966 Jenis Kelamin :L
Agama : Islam Suku : Gorontalo
Pendidikan : SMA Dx. Medis : Melena
Alamat : Bonggomeme Telepon :
Tanggal masuk RS : 08-10-2023 Ruangan : Irina H
Golongan Darah :O Sumber info : Pasien
Genogram
X X X
20
Simbol Genogram :
: Laki-laki : Cerai : Berpisah
: Perempuan : Kembar Non identik : Abortus
X : Meninggal Dunia : Kembar Identik : Diadopsi
: Klien - - - - : Hidup bersama : Lahir Mati
4. Riwayat Keluhan Saat Ini : Klien mengatakan masi sering Bab berwarna hitam cair
3x/sehari dan masih merasakan lemas serta kram di bagian.
kaki
5. Riwayat penyakit sekarang : BAB Hitam
Tanggal Awitan :-
Sifat Awitan :-
Karakteritik :-
a. Lokasi :-
b. Yang Memperberat :-
c. Yang Meringankan :-
6. Penyakit atau Tindakan Operasi sebelumnya : Klien mengatakan tidak ada tindakan
penyakit operasi sebelumnya.
21
2. Riwayat spiritual
a. Support system : Klien menggatakan support system ketika ia
sakit adalah istri, anak-anak, menantu, cucu
dan keluarga lainnya.
b. Kegiatan keagamaan : Klien mengatakan sering berdoa untuk kesembuhan
dirinya
2 - - - -
3 - - - -
3. Riwayat hospitalisasi
a. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap di rumah sakit :
Klien dan keluarga menggatakan ketika merasa sakit akan berobat ke rumah
sakit atau fasilitas kesehatan terdekat
Setelah sakit : klien mengatakan makan masi 3x/hari tetapi klien hanya bisa
makan bubur sun, bubur saring dan susu dengan porsi 1 gelas,
klien minum air hanya 2 gelas/hari.
2. Istirahat / tidur
Sebelum Sakit : klien mengatakan sering tertidur nyenyak, tidur siang 1 jam
biasanya pada pukul 13.00 WITA dan tidur malam selama 7
jam baisanya pada pukul 21.00 WITA.
Setelah sakit :Klien mengatakan sering terbangun ketika tidur karena sering
merasakan kram” di bagian kaki, tidur siang pada pukul 13.00
WITA hanya 30 menit, dan tidur malam pada pukul 20.00
WITA selama 5 jam.
22
3. Eliminasi fekal / BAB
Sebelum Sakit : Klien mengatakan sering Bab 1x sehari dengan konsistensi
padat berwarna kuning kecoklatan dan berbau ciri khas feses.
Setelah sakit : klien mengatakan sering bab 3 kali sehari, konsistensi cair, warna
kehitaman, sangat berbau.
4. Eliminasi urine / BAK
Sebelum Sakit : Klien mengatakan sering Bak 5-6x sehari berwarna kuning,
berbau cirri khas urine dan klien terlihat tidak menggunakan alat bantu untuk BAK.
Setelah sakit : klien mengatakan Bak 3x sehari berwarna kuning dengan bau
ciri khas urine, klien tidak menggunakan alat bantu untuk Bak.
Setelah sakit : Klien mengatakan belum bisa bekerja karena merasa masi lemas
dan masih terbaring di Rs dank lien juga melakukan aktivitas
masi dibantu oleh keluarga
6. Personal hygiene
Sebelum Sakit : Klien menagatakan sering mandi 2x sehari,mencuci rambut 1x
dalam 3 hari, memotong kuku 1x dalam seminggu, tidak ada
hambatan personal hygiene.
Setelah sakit : Klien mengatakan saat ia sakit belum pernah mandi dan mencuci
rambut, klien hanya mengganti pakaiannya saja, belum
memotong kuku dan terdapat hambatan personal hygiene.
7. Aktivitas sehari-hari
Sebelum Sakit : Klien mengatakan sebelum sakit masi sering melakukan pekerj-
aan sebagai seorang petani, dan klien tidak menggunakan alat
bantu jalan.
Setelah sakit : Klien mengatakan belum bekerja dan hanya berbaring di bed,
klien tidak menggunakan alat bantu jalan.
f. Berat Badan : 70 Kg
g. Tinggi Badan : 160 cm
h. IMT : 27,34 Kg/m2
i. BBI : 64 Kg
2. Head to toe
a. Kulit / integument : Inspeksi: kulit terlihat pucat, kulit tampak bersih
Palpasi: Kulit kering, tugor kembali <3 detik, tidak
terdapat edema
b. Kepala dan rambut : Inspeksi: Kepala bulat, kulit kepala bersih, rambut
berwarna hitam campur putih
Palpasi: ubun-ubun cekung, tidak ada nyeri tekan,
tekstur rambut halus
c. Kuku : Inspeksi: kuku tampak bersih, warna kuku
berwarnapucat
Palpasi: CRT kembali >3
d. Mata / penglihatan : Inspeksi: mata simetris, bola mata simetris, sklera
normal, konjungtiva pucat
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
e. Hidung / penghiduan : Inspeksi: simetris, warna sama dengan warna kulit
lain, tidak ada lesi, tidak sumbatan, tidak ada
pendarahan dan tanda infeksi
Palpapsi: tidak ada bengkak dan nyeri tekan
f. Telinga / pendengaran : Inspeksi: bentuk dan posisi simetris, warna sama
dengan kulit lain, tidak ada tanda infeksi, tidak ada alat
bantu dengar
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
g. Mulut dan gigi : Inspeksi dan Palpasi struktur luar: warna mukosa
mulut pucat dan kering
Inspeksi dan Palpasi struktur dalam: gigi berlubang,
tidak ada pendarahan, lidah simetris
4 4
25
3. Pemeriksaan diagnostik (meliputi tanggal dan hasil pemeriksaan) meliputi
Pemeriksaan Laboratorium, Foto Rontgen, Data Tambahan.
26
4. Penatalaksanaan medis (Uraian sesuai dengan anjuran medis) meliputi Obat-obatan :
2. Asam obat generik golongan Gangguan ginjal yang Mual, muntah, diare
traneksamate anti-fibrinolitik yang berat; penyakit trombo- (kurangi dosis); pusi-
3x500 IV digunakan untuk embolik; riwayat kejang; ng pada injeksi
membantu menghenti- penggunaan bersama intravena cepat. Gan-
kan pendarahan pada dengan kontrasepsi gguan penglihatan,
sejumlah kondisi, mi- hormonal; hipersen- anemia, lelah, sakit
salnya mimisan, cede- sitivitas. kepala dan migraine.
ra, pendarahan akibat
menstruasi berlebihan,
dan pendarahan pada
penderita angio-edema
turunan.
3. Sucralfat sirup 3x2 obat untuk mengatasi riwayat hipersensitivitas nyeri otot, nyeri
Oral tukak lambung, ulkus terhadap sukralfat atau tulang, kram perut,
duodenum, atau komponennya. Peringa- muntah-muntah,
gastritis kronis tan penggunaan khu- tidak bisa buang
susnya pada pasien angin, atau tidak bisa
dengan penyakit ginjal buang air besar.
kronik dan hemodialisis,
karena peningkatan risiko
toksisitas aluminium
4. Cairan NaCl 0,9% Mengganti cairan di Dehidrasi berat, hipovo- Dapat menyebabkan
20 tpm IV dalam tubuh pada lemia, perdarahan sepsis gemetar, hipotermi,
kasus dehidrasi berat. dan alkalosis dengan gatal-gatal, nyeri atau
syok hipovolemi depresi cairan infeksi di bagian
injeksi
27
VII. IDENTIFIKASI DATA
1. Data Subjektif:
- Klien mengeluh lemas
- Klien mengeluh BAB warna hitam
- Klien mengeluh merasa kram pada kedua kaki
- Klien mengatakan merasa pusing ketika berdiri
- Klien mengeluh susah beraktivitas
2. Data objektif:
- Klien terlihat lemas
- CRT >3
- Kulit tampak pucat
- Konjungtiva terlihat pucat
- TTV:
Tekanan Darah : 110/90 mmHg
Frekuensi Nadi : 86 kali/menit
Frekuensi Suhu : 36,1° C
Frekuensi Pernapasan : 20 kali/menit
SPO2 95
- Hemoglobin: 4,3 gr/dl
- Eritrosit: 9,1
- Trombosit: 250
- Hematokrit: 12,5%
- GDS: 100 mg/dl
- Akral Dingi
28
XI. KLASIFIKASI/PENGELOMPOKKAN DATA
BERDASARKANGANGGUAN KEBUTUHAN
29
XII. ANALISA DATA BERDASARKAN
PATOFISIOLOGI DANPENYIMPANGAN KDM
Pathway Melena
Zat kimia, Obat-obatan golongan NSAID, Alkohol
Masuk lambung
Vol intravaskuler
menurun
Penurunan HB
Cepat lelah
Kurang volume
cairan
Resiko syok
Intoleransi
aktivitas
30
XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
No Tanggal Muncul Masalah
Masalah
1. 08-10-2023 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d aktivitas di bantu
keluarga
Ds :
- Klien mengatakan mengeluh pusing ketika
berdiri
- Klien mengeluh lemas
- Klien mengeluh susah beraktivitas
Do:
- Klien terlihat lemas
- TTV:
Tekanan Darah : 110/90 mmHg
Frekuensi Nadi : 86 kali/menit
Frekuensi Suhu : 36,1° C
Frekuensi Pernapasan : 20 kali/menit
SPO2 95%
2. 08-10-2023
Resiko Syok d.d kekurangan volume cairan
Ds:
- Klien mengeluh lemas
- Klien mengatakan merasa pusing ketika berdiri
Do:
- Kulit tampak pucat
- Konjungtiva terlihat pucat
- Hemoglobin: 4,3 gr/dl
- Hematokrit: 12,5%
A. KESIMPULAN
Melena adalah tinja hitam karena darah dalam saluran cerna yang menjadi hitam dibawah pengaruh asam
klorida lambung, lalu dikeluarkan pada hajat besar atau dimuntahkan.
Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berawarna hitam yang disebabkan oleh adanya perdarahan
saluran cerna bagian atas (diatas ligamentumtereshepatis). Melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama
dengan hematemesis
B. SARAN
a. Bagi Rumah Sakit
Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang di tunjang dengan pengadaan fasilitas yang
memadai berkaitan dengan pasien Melena.
b. Bagi Mahasiswa
Untuk mahasiswa yang akan melakukan studi kasus selanjutnya agar lebih memperhatikan dalam
menegakan diagnose keperawatan yang sesuai dengan data yang diperoleh pada saat pengkajian