Anda di halaman 1dari 41

RESUME KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN BRONCOPNEUMONIA DIRUANGAN


INSTALASI GAWAT DARURAT ANAK RSUD PROF.DR.HI.ALOEI
SABOE KOTAGORONTALO

STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS


SEMINAR KASUS

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK IIIB

Mohammad Rusla Husain,S.Kep


Yunita Mootalu,S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2024
LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR AKHIR
STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PENYUSUN : KELOMPOK III B


NAMA MAHASISWA :
1. MOHAMMAD RUSLAN HUSAIN, S.KEP
2. YUNITA MOOTALU, S.KEP

TEMPAT PRAKTIK :RSUD. PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA


GORONTALO
TANGGAL PRAKTIK :12 FEBRUARI - 9 MARET 2024

TELAH DISETUJUI OLEH PRESEPTOR KLINIK DAN PRESEPTOR


AKADEMIK DAN TELAH DIPENUHI SESUAI SARAN DAN MASUKAN
YANG DIBERIKAN UNTUK DAPAT DI SEMINARKAN PADA TANGGAL
HARI/TANGGAL :

MENGETAHUI :

PRESEPTOR KLINIK NS. LISIOMERI TUMEWU., S.KEP TTD:

PRESEPTOR NS. SOFIYAH TRI INDRIANINGSIH., M.KEP TTD:

AKADEMIK

i
KATAPENGANTAR
Dengan sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji, kami
kelompok III memanjatkan syukur kepada Allah Swt karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Seminar
Kasus Keperawatan Gawat Darurat Di Ruangan IRD Anak RSUD PROF. Hi.
ALOEI SABOE. Selama dalam menyelesaikan penyusunan laporan ini banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr.ZuriatiMuhamadSKM.,M.KesSebagaiDekanFakultasIlmu Kesehatan
2. Ns. Firmawati,M.KepsebagaiKetuaProgramStudiProfesiNers
3. Ns.PipinYunusdanNs.HaslindaDamansyahsebagaiKoordinatorStase
Keperawatan Gawat Darurat
4. Ns.Sofiyah Tri Indrianingsih,M.KepsebagaiPreseptorAkademikRuanganAnak
5. Ns.Lisiomery Tumewu,M.KepsebagaiPreseptorKlinikRuanganAnak
Teman-teman seperjuangan Profesi Ners Angkatan XVII dan yang paling
teristimewa teman-teman kelompok III yang selalu memberikan motifasi satu
sama lain dan yang selalu menjaga kekompakannya. Kami menyadari masih
banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, wawasandan
kemampuan kami.
Oleh karena itu, kelompok kami sangat mengharapkan masukan guna
penyempurnaan dalam penulisan laporan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi
para pengambil keputusan dan pemerhati.

Gorontalo, Maret 2024

i
DAFTARISI

HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BABI PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN ................................................................ 3
2.1 KONSEP DASAR MEDIS........................................................................ 3
1. Definisi...................................................................................................... 3
2. Klasifikasi ................................................................................................. 3
3. Etiologi...................................................................................................... 4
4. Manifestasi Klinik..................................................................................... 5
5. Patofisiologi .............................................................................................. 6
6. Komplikasi ................................................................................................ 6
7. Penatalksanaan Medis dan Keperawatan .................................................. 7
2.2 KONSEP DASAR GAWAT DARURAT ................................................... 7
BAB III RESUME KEPERAWATAN ............................................................... 16
3.1 Format Pengkajian ...................................................................................16
BAB IV PENUTUP............................................................................................... 29
4.1 kesimpulan ............................................................................................... 29
4.2 Saran ........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................30

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh
adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam
seperti aspal, dan lengket yang menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta
dicernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi
hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya biasanya juga berasal dari saluran cerna
atas. ( Sylvia, A price. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses-proses keperawatan. Edisi 6. Jakarta :
EGC ).
BAB darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan keluarnya darah berwarna merah
terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau telah bercampur dengan tinja. Sebagian besar BAB
darah berasal dari luka di usus besar, rektum, atau anus. Warna darah pada tinja tergantung dari lokasi
perdarahan. Umumnya, semakin dekat sumber perdarahan dengan anus, semakin terang darah yang
keluar. Oleh karena itu, perdarahan di anus, rektum dan kolon sigmoid cenderung berwarna merah
terang dibandingkan dengan perdarahan di kolon transversal dan kolon kanan (lebih jauh dari anus)
yang berwarna merah gelap atau merah tua.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari laporan ini adalah mahasiswa mampu memaparkan hasil resume keperawatan pada
anak dengan anemia melena
2. Tujuan khusus
a. Pengkajian pada pasien dengan melena
b. Penetapan diagnosa keperawatan pada pasien dengan melena
c. Implementasi tindakan keperawatan pada pasien dengan melena
d. Evaluasi keperawatan pada pasien dengan melena
C. Manfaat
1. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien dengan melena
2. Untuk mengetahui cara mendapatkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan melena
3. Untuk mengetahui rencana keperawatan pada pasien dengan melena
4. Untuk mengetahui implementasi keperawatan pada pasien dengan melena
5. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada pasien dengan melena

1
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

1. KONSEP DASAR MELENA


A. Pengertian Melena
Melena adalah tinja hitam karena darah dalam saluran cerna yang menjadi hitam dibawah
pengaruh asam klorida lambung, lalu dikeluarkan pada hajat besar atau dimuntahkan. Melena adalah
pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran
cerna bagian atas (diatas ligamentumtereshepatis). Melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama
dengan hematemesis (Nurarif & Kusuma, 2015).
B. Anatomi dan Fisiologi
Saluran pencernaan menerima makanan dari luar dan mempersiapkan bahan makanan untuk
diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (mengunyah, menelan, dan penyerapan) dengan
bantuan zat cair yang terdapat mulai dari mulut sampai ke anus. Fungsi utama sistem pencernaan
adalah menyediakan zat nutrusi yang sudah dicerna secra berkesinambungan untuk didistribusikan ke
dalam sel melalui sirkulasi dengan unsur-unsur air, elektrolit, dan zat gizi. Sebelum zat gizi ini diserap
oleh tubuh, makanan harus bergerak sepanjang saluran pencernaan.
a. Mulut
Mulut merupakan organ pertama dari saluran pencernaan yang letaknya meluas dari bibir sampai
istimus fausium yaitu perbatasan mulut dengan faring. Mulut terdiri dari bagian vestibulum oris dan
kavum oris propia. Waktu kita mengunyah gigi memecah makanan menjadi bagian kecil- kecil.
b. Tenggorokan (Faring)
Tenggorokan adalah organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan,
panjangnya ±12 cm. Letaknya tegak lurus antara basis kranii setinggi vertebra servikalis IV ke bawah
setinggi tulang rawan krikoidea. Organ yang terpenting didalam faring adalah tonsil yaitu kumpulan
kelenjer limfe yang banyak mengandung limfosit untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi,
menyaring dan mematikan bakteri/ mikroorganisme yang masuk melalui jalan pencernaan dan
pernapasan.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan merupakan saluran pencernaan setelah mulut dan faring, panjangnya ±25 cm
dengan posisi mulai dari tengah leher sampai ujung bawah rongga dada di belakang trakea. Sekresi
esofagus bersifat mukoid yaitu memberi pelumas untuk pergerakan makanan melalui esofagus, pada
peralihan esofagus ke lambung terdapat sfingter kardiak yang dibentuk oleh lapisan otot

2
sirkuler esofagus, Gerakan inilah yang membantu mendorong makanan dari rongga mulut ke lambung,
lebih kurang selama 6 detik.
d. Lambung
Sebuah kantong muskular yang letaknya antara esofagus dan usus halus, sebelah kiri abdomen,
dibawah diafragma bagian depan pankreas dan limpa. Lambung merupakan saluran yang dapat
mengembang karena adanya gerakan peristaltik, terutama didaerah epigaster. Variasi dari bentuk
lambung sesuai dengan jumlah makanan yang masuk, adanya gelombang peristaltik tekanan organ lain,
dann postur tubuh.Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim.
e. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung
dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil
enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan
otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung
dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum treitz. Usus
dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama
dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung
untuk berhenti mengalirkan makanan.
2) Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus
antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan

3
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa
membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
3) Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia
ileum memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas atau berdiameter
besar dengan panjang 1,5-1,7 m dan berpenampang 5-6 m.Usus besar terdiri dari : Kolon asendens
(kanan), Kolon transversum, Kolon desendens (kiri). Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan
gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
g. Usus Buntu (Sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu kantung
yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini
ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum
yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya
digantikan oleh umbai cacing.
h. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini
disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks
pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya
appendix) adalah ujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing
berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu
tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – beda di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang
jelas tetap terletak di peritoneum.
i. Rektum dan anus
Rektum merupakan lanjutan dari kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus, panjangnya 12 cm, dimulai daripertengahan sakrum sampai kanalis anus. Rektum

4
terletak dalam rongga pelvis didepan os sakrum dan os koksigis. Anus merupakan bagian dari saluran
pencernaan yang berhubungan dengan dunia luar terletak didasar pelvis, didindingnya diperkuat oleh
sfingter ani yang terdiri dari ; sfingter ani internus, sfingter levator ani, sfingter ani eksternus.
Defekasi adalah hasil refleks. Apabila bahan fese masuk ke dalam rektum, dinding rektum akan
meregang dan menimbulkan impuls aferen di salurkan melalui pleksus mesentrikussehingga
menimbulkan gelombang peristaltik pada kolon desenden dan kolon sigmoid akan mendorong feses ke
arah anus.
j. Pankreas
Pankreas merupaakan organ lunak yang berjalan miring dan menyilang dinding posterior
abdomen pada regio epigastrium, terletak dibelakang lambung dan terbentang dari duodenum
sampai ke limpa. Pankreas merupakan kelenjer eksorin dan kelenjer endokrin. Kelenejr eksorin
menghasilkan sekret yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak dan
karbohidrat. Sedangkan, kelenjer endokrin menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang
memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat.
k. Hati
Hati merupakan kelenjer aksesoris terbesar dalam tubuh berwarna coklat dengan berat 1000- 1800
gram. Hati terletak disebelah rongga perut bagian kanan atas dibawah diafragma. Sebagian besar
terletak pada region hipokondria dengan region epigastrium. Hati adalah organ yang terbesar di
dalam badan manusia.
l. Kandung Empedu
Kandung empedu (vesika fallea) adalah kantong berbentuk buah pir yang terletak pda
permukaan viseral diliputi oleh peritoneum kecuali bagian yang melekat pada hati dan terletak pada
permukaan bawah hati di antara lobus dekstra dan kaudatus hati. Organ ini terhubungkan dengan
hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
A. Etiologi
Melena terjadi bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunum. Paling sedikit terjadi
perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar
selamamelena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran makan.
Etiologinya adalah:
a. Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.
b. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan lain-lain.
c. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura
trombositopenia dan lain-lain.

5
d. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
e. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol, dan lain-
lain.
B. Manifestasi Klinis
Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratnya kerusakan yang
terjadi dari pada etiologinya. Didapatkan gejala dan tanda sebagai berikut:
a. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah dan diare.
b. Demam, berat badan turun, lekas lelah.
c. Ascites, hidratonaks dan edemo.
d. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.
e. Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena fibrosis. Bilasecara klinis didapati
adanya demam, ikterus dan asites, dimana demam bukan oleh sebab-sebab lain, ditambahkan
sirosis dalam keadaan aktif. Hati-hati akan kemungkinan timbulnya prekoma dan koma
hepatikum.
f. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding, koput medusa, wasir dan
varises esofagus.
g. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme yaitu: Impotensi, atrosi testis,
ginekomastia, hilangnya rambut axila dan pubis. Amenore, hiperpigmentasi areola mamae,
Eritema dan hiperpigmentasi.
C. Patofisiologi
a. Ulkus Peptikum
Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat
menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidroklorida) dan pepsin. Erosi yang terjadi
berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam pepsin, atau berkenaan dengan penurunan
pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mucus yang cukup
bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
b. Sekresi lambung
Sekresi lambung terjadi pada tiga fase yang serupa:
1) Fase sefalik yaitu: fase yang dimulai dengan rangsangan seperti pandangan,bau, atau rasa
makanan yng bekerja pada reseptorkortikal serebral yng paada gilirannya merangsang
sarafvagal.
2) Fase lambung, yaitu: pada fase lambung dilepaskan asam lambung dilepaskan sebagai
akibat dri rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap resptor dinding lambung, dan

6
3) Fase usus, yaitu makanan pada usus halus menyebabkan pelepasan hormon yang pada
waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.
c. Barier mukosa lambung
Merupakan pertahanan utama lambung tehdp pencernaan yng dilakukan lambung itu sendiri.
Faktor lain yang mempengaruhi pertahanan mukosa adalah suplai darah, keseimbangan asam basa,
integritas selmukosa dan regenerasi sel epitel. Seseorang mungkin akan mengalami ulkus peptikum
karena satu dari dua faktor ini, yaitu:
a. Hiperbsekresi asam lambung
b. Kelemahan barier mukosa lambung.
Apapun yang menurunkan produksi mucus lambung atau merusak mukosa lambung adalah
ulserogenik; salisilat, obat anti inflamasi non steroid, alcohol dan obat anti inflamasi sindrom ini di
identifikasi melalui temuan: hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma dalam
pancreas.
d. Ulkus Stres
Merupakan istilah yng diberikan pada ulserasii mukosall akut dari duodenal atau area
lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stres secara fisiologis. Kejadian stres misalnya; luka
bakar, syok, sepsis berat dan trauma organ multipel.

7
Pathway Melena
Zat kimia, Obat-obatan golongan NSAID, Alkohol

Kelainan di esofagus (varises), lambung, pembesaran limfe, asites

Masuk lambung

Erosi mukosa lambung

Mual, Muntah, Anoreksia, Perdarahan, Melena

Vol intravaskuler
menurun Merangsang nosi Intake nutrisi
reseptor hipotalamus menurun

Penurunan HB
Distensi abdomen Nutrisi kurang
dari kebutuhan

Cepat lelah
Nyeri akut

Kurang volume
cairan

Resiko syok

Intoleransi
aktivitas

D. Komplikasi
Komplikasi hematemesis melena antara lain:
a. Syok hipovolemik
Disebut juga dengan syok preload yng ditandai dengan menurunnya volume intravaskuler
oleh karena perdarahan. Dapat terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya
volume intravaskuler menyebabkan penurunan volume intraventrikel. Gagal ginjal akut terjadi
sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik.Untuk mencegah gagal ginjal maka

8
setelah syok diobati dengan menggantikan volume intravaskuler.
b. Anemia karena perdarahan
Anemia karena perdarahan adalah berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin.Perdarahan hebat merupakan penyebab tersering dari anemia. Jika kehilangan darah,
tubuh segera menarik cairan dari jaringan diluar pembuluh darah sebagai usaha untuk menjaga agar
pembuluh darah tetap terisi. Akibatnya darah menjadi encer dan persentase sel darah merah
berkurang.
c. Koma hepatik
Suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengn perubahan kesadaran, intelektual, dan
kelainan neurologis yang menyertai kelainan parenkim hati.
d. Aspirasi pneumoni
Infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk ke saluran napas.
e. Anemi posthemoragik
Kehilangan darah yang mendadak dan tidak disadari.
E. Penatalaksanaan Medik dan Keperawatan
a. Medis
1) Pemasangan balon SB Tube
2) Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat pecahnyavarises.
Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudaah penderita tenang dan kooperatif,
sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna pemakaian alat tsb, cara
pemasangannya dan kemungkinankerja ikutan yang dapat timbul pada waktu dan selama
pemasangan.
3) Tindakan operasi
4) Bila usahausaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalaan dan perdarahan
tetap berlangsung, maka dapat dilakukan tindakan operasi.
b. Keperawatan
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan
sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yng teliti dan pertolongan yang
lebih baik. Pengobatan meliputi:
1) Tirah baaring
2) Diit makanan lunak
3) Pemeriksaan Hb, Ht
4) Pemberian transfusi darah bila terjadi perdarahan luas
5) Pemberian cairan IV untuk mencegah dehidrasi

9
6) Pengawasan thd TD, N dan kesadaran bila perlu pasang CVP
7) Pertahankan kadar Hb 50-70 % nilai normal
8) Pemberian obat hemostatik seperti Vit K
9) Dilakukan klisma dengan air biasa dan pemberian antibiotik yang tidak diserap usus.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula, biakan
kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare
persisten).
b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan yaitu pemeriksaan darah rutin berupa hemoglobin,
hematokrit, leukosit, trombosit, pemeriksaan hemostasis lengkap untuk mengetahui adanya
kelainan hemostasis, pemeriksaan fungsi hati untukmenunjang adanya sirosis hati, pemeriksaan
fungsi ginjal untuk menyingkirkan adanya penyakit gagal ginjal kronis, pemeriksaan adanya infeksi
Helicobacter pylori.
c. Pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi
Merupakan pemeriksaan penunjang yang paling penting karena dapat memastikan diagnosis
pecahnya varises esofagus atau penyebab perdarahan lainnya dari esofagus, lambung dan duodenum
d. Kontras Barium (radiografi)
Bermanfaat untuk menentukan lesi penyebab perdarahan. Ini dilakukan atas dasar urgensinya
dan keadaan kegawatan.
e. Angiografi
Bermanfaat untuk pasien-pasien dengan perdarahan saluran cerna yang tersembunyi dari
visual endoskopik.
2. KONSEP ASKEP
A. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Nama/ Inisial, Umur, Jenis Kelamin, Status, Pekerjaan, Pendidikan, Alamat, No. MR, Tanggal
Masuk, Tanggal Pengkajian, Agama, dan Dx. Medis Penanggung Jawab Nama, Umur , Hubungan.
Keluaraga, dan Pekerjaan
2) Alasan Masuk
Biasanya keluhan utama pasien adalah muntah darah atau berak darah yang datang secara tiba-
tiba, pasien biasanya mengeluh badan terasa lemas dan kepala pusing

10
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya tampak lemas, kepala pusing, dan letih. Pasien tampak pucat dan lemah, mukosa
mulut tampak kering. Pasien di lakukan anamnesa dan dilakukan perawatan.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pasien mempunyai riwayat penyakit hepatitis kronis, sirosis hepatitis, anemia,
ulkus peptikum, kanker saluran pencernaan bagian atas, riwayat penyakit darah (misal :
DM), riwayat penggunaan obatulserorgenik, kebiasaan / gaya hidup (alkoholisme, gaya
hidup /kebiasaan makan).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai kebiasaan makan yang dapat
memicu terjadinya hematemesis melena, maka dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain.
4) Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Biasanya Compos Mentis
GCS : E4 : pasien membuka mata secara spontan
V5 : pasien berorientasi baik, dan bicara jelas M6 :
pasien mengikuti perintah dengan baik Tanda Vital
: TD : 120/ 80 mmHg S : 36 C
P : 22X/ Menit N : 80x/ Menit
a. Kepala
- Rambut
I : Bentuk kepala (bulat/lonjong/benjol/besar/kecil, simetris/ tidak), kulitkapala (ada
luka/tidak, bersih/kotor, beruban/tidak, ada ketombe/tidak) P : adakah benjolan/tidak, ada
nyeri tekan/tidak
- Mata
I : kesimetrisan mata klien (simetris/tidak), adakah edema, konjungtiva (pucat/tidak), sklera
(ikterik/tidak), refleks pupil terhadap cahaya (baik/tidak), gerakan bola mata (normal/tidak).
P : Ada nyeri tekan (iya/tidak)
- Telinga
I : Bentuk telinga (simetris/tidak), ada serumen/tidak, ada benda asing/tidak, ada
perdarahan/tidak, pendengaran baik/tidak,

11
P : ada nyeri tekan (iya/tidak)
- Hidung
I : Hidung tampak simetris/tidak, bersih/tidak ada secret/tidak, ada polip/tidak, ada
perdarahan/tidak, penciuman baik/tidak.
P : Ada nyeri tekan (iya/tidak)
- Mulut dan Gigi
I : Keadaan bibir pasien cyanosis/tidak, kering,tidak, ada luka/tidak, adakah labioschizis/tidak,
mulut pasien bersih/tidak, pasien menggunakan gigi palsu/tidak, ada radang gusi/tidak, ada
perdarahan/tidak.
b. Leher
I : Posisi trachea simetris/tidak, warna kulit leher merata/tidak
P : Ada pembesaran kelenjer tyroid/tidak, ada pembesaran kelenjer limfe/tidak
c. Thorak
- Paru-paru
I : Mungkin Bentuk dada pada pasien dengan hematemesis melena normal, kaji pernafasan
pasien, frekuensi adanya tanda-tanda dispneu, reaksiintercostae, reaksi suprasternal,
pernafasan cuping hidung, ortopnea.
P : Kaji Ada nyeri tekan (iya,tidak), ada tanda-tanda peradangan (ada/tidak), ekspansi
simetris/tidak, taktil vremitus teraba/tidak.
P : Perkusi pertama dilakukan di atas kalvikula dengarkan apakah terjadi suara resonan
(sonor), dullnes (pekak), timpani, hiper resonan, suara paru yang normal resonan/sonor.
A : Bunyi nafas normal/tidak, ada bunyi nafas tambahan/tidak, ada wheezing/tidak, ada
ronchi/tidak
- Jantung
- I : Bentuk dan postur dada simetris/tidak, ada tanda-tanda distress pernafasan/tidak, warna
kulit sama dengan yang lain/tidak, edema ada/tidak P : Denyutan apex cordis teraba/tidak
P : Biasanya Suara pekak
A : Biasanya Terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dup), tidak ada bunyi
jantung tambahan S3/S4
d. Abdomen
I : Ada lesi/tidak, ada bekas operasi/tidak, dan warna kulit merata/tidak P :
Terdapat nyeri tekan ada/tidak
P : Biasanya terdengar Tympani A
: Biasanya Bising usus normal

12
e. Punggung
I : Punggung simetris/tidak, ada lesi/tidak, dan warna kulit
merata/tidak, ada bekas luka/tidak
P : Ada nyeri tekan/tidak
f. Ektremitas
- Atas
I : Simetris kiri dan kanan atau tidak, integritas kulit baik/tidak,kekuatan otot penuh/tidak, ada
lesi atau tidak, ada edema atau tidak
- Bawah
I : Simetris kiri dan kanan atau tidak, integritas kulit baik atau tidak, kekuatan otot penuh atau
tidak, ada lesi atau tidak, ada edema atau tidak
g. Genetalia
I : Apakah pasien terpasang kateter atau tidak, untuk mengetahui adanya abnormalitas pada
genetalia misalnya varises, edema, tumor/benjolan, infeksi, luka atau iritasi, pegeluaran cairan
atau darah.
h. Integumen
I : Warna atau adanya perubahan pigmentasi pada kulit, warna kulit merata atau tidak, ada lesi
atau tidak, ada ruam pada kulit atau tidak, dan adajejas atau tidak.
5) Pengkajian Pola Gordon
Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola perspsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya klien mempunyai kebiasaan alkoholisme, pengunaan obat-obat ulserogenik .
b. Pola nutrisi dan metabolisme Terjadi perubahan karena adanya keluhan pasien berupa mual,
muntah, kembung, dan nafsu makan menurun, dan intake nutrisi harus dalam bentuk
makanan yang lunak yang mudah dicerna.
c. Pola aktivitas dan latihan
Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein (hydroprotein) yang dapat
menyebabkan keluhan subjektif pada pasien berupa kelemahan otot dan kelelahan, sehingga
aktivitas sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi atau harus berhenti bekerja
d. Pola eliminasi
Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB. Pada BAB terjadi konstipasi atau
diare. Perubahan warna feses menjadi hitam seperti petis, konsistensi pekat. Sedangkan pada
BAK, warna gelap dan konsistensi pekat.

13
e. Pola tidur dan istirahat
Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan menjadi kurus, perut membesar
karena ascites dan kulit mengering, bersisik agak kehitaman.
f. Pola hubungan peran
Dengan adanya perawatan yang lama makan akan terjadi hambatan dalam menjalankan perannya
seperti semula.
g. Pola reproduksi seksual
Akan terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon, androgen dan estrogen, bila terjadi
pada lelaki (suami) dapat menyebabkan penurunan libido dan impoten, bila terjadi pada wanita
(istri) menyebabkan gangguan pada siklus haid atau dapat terjadi aminore dan hal ini tentu saja
mempengaruhipasien sebagai pasangan suami dan istri.
h. Pola penaggulangan stres
Biasanya pasien dengan koping stres yang baik, maka dapat mengatasi masalahnya namun
sebaliknya bagi pasien yang tidak bagus kopingnya maka pasien dapat destruktif lingkungan
sekitarnya.
i. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pola ini tidak terjadi gangguan pada klien.
6) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk daerah esofagus dan
diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada lambung dan duodenum. Pemeriksaan
tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada daerah 1/3 distal esofagus, kardia dan
fundus lambung untuk mencari ada/tidaknya varises.
b. Pemeriksaan Endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka pemeriksaan secara endoskopik
menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat asal dan sumber perdarahan.
Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk
dokumentasi, aspirasi cairan, dan biopsi untuk pemeriksaan sitopatologik.
7) Analisa data
Proses analisa merupakan bagian terakhir dari tahap pengkajian setelah dilakukan pengumpulan
data dan validasi data dengan mengidentifikasi pola atau masalah yang mengalami
gangguanyang dimulai dari pengkajian pola fungsi kesehatan (Hidayat, 2008:104)

14
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan data objektif yang telah
diperoleh pada tahap peengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan
melibatkan proses berpikir komplek tentang data yang dikumpulkan dari pasien, keluarga, rekam
medik, dan pemberi layanan kesehatan lain. Adapun tahapannya yaitu:
1. Menganalisis dan menginterpretasi data
2. Mengidentifikasi masalah pasien
3. Merumuskan masalah pasien
4. Mendokumentasikan diagnosa keperawatan
Menurut Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Tahun 2018 diagnosa yang sering
muncul pada pasien hematemesis melena, adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen
2. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan di lambung
3. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk memproses
(mencerna) makanan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
C. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana perawat
melakukan tindakan yang perlu untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan darri asuhan
keperawatan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Jadi implementasi keperawatan adalah
kategori serangkaian perilaku perawat berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim
kesehatan lain untuk membantu masalah keperawatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan
kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
D. Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses, penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan
yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari
setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi,dan evaluasi itu
sendiri.
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan,
membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan

15
yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan.
E. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut b.d distensi Setelah di lakukan Manajemen Nyeri
abdomen tindakan keperawatan Obsevasi :
1. Identifikasi lokasi,
Gejala dan tanda mayor selama 3x24 jam di
karakteristik, durasi, frekuensi,
Data Subjektif :
harapkan nyeri kualitas intensitas nyeri
1. Mengeluh nyeri
menurun/membaik 2. Identifikasi skala nyeri
Data Objektif :
3. Identifikasi respon nyeri
1. Tampak meringis dengan kriteria hasil :
nonverbal
2. Bersikap protektif
1. Keluhan nyeri menurun 4. Identifikasi faktor yang
3. Gelisah
2. Meringis menurun memperberat dan memperingan
4. Frekuensi nadi
nyeri
meningkat 3. Sikap protektif
5. Identifikasi pengetahuan dan
5. Sulit tidur menurun keyakinan tentang nyeri
4. Gelisah menurun Terapeutik :
Gejala dan tanda minor
Data Subjektif : 5. Kesulitan tidur 1. Berikan teknik
(tidak tersedia) nonfarmakologis
menurun 2. Kontrol lingkungan yang
Data Objektif :
1. Tekanan darah 6. Frekuensi nadi memperberat rasa nyeri
meningkat membaik 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
2. Pola nafas berubah Edukasi :
3. Nafsu makan berubah 1. Jelaskan penyebab, periode
4. Proses berfikir dan pemicu nyeri
terganggu 2. Jelaskan strategi meredakan
5. Menarik diri nyeri
6. Berfokus pada diri 3. Anjurkan memonitor nyeri
sendiri secara mandiri
7. Diaforesis 4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik

2. Resiko syok Setelah di lakukan Pencegahan Syok

16
(hipovolemik) berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan perdarahan di selama 3x24 jam di 1. Monitor status kardiopumona
lambung harapkan status vairan 2. Monitor status oksigenasi
membaik dengan 3. Monitor status cairan
Kriteria hasil 4. Monitor tingkat kesadaran dan
1. Kekuatan nadi respon pupil
meningkat 5. Periksa riwayat alergi
2. Output urin meningkat Terapeutik
3. Tingkat kesadaran 1. Berikan oksigen untuk
meningkat pertahankan saturasi oksigen
4. Akral dingin menurun >94%
5. Pucat menurun 2. Persiapakan intubasi dan
6. Tekanan arteri rata-rata ventilasi mekanis,jika perlu
membaik 3. Pasang jalur IV
7. Tekanan nadi membaik 4. Pasang kateter urin untuk
8. Pengisian kapiler menilai produksi urin,jika perlu
membaik 5. Lakukan skintest untuk
9. Frekuensi nadi mencegah reaksi alergi
membaik Edukasi
10. Frekuensi napas 1. Jelaskan penyebab/faktor
membaik resiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala awal
syok
3. Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda
dan gejala awal syok
4. Anjurkan perbanyak asupan
cairan oral
5. Anjurkan menghindari allergen
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian transfusi
darah jika perlu
17
3.Kolaborasi pemberian anti
inflamasi
Defisit nutrisi kurang dari Setelah di lakukan Manajement Nutrisi
kebutuhan berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan ketidakmampuan selama 3x24 jam di 1.Identifikasi status nutrisi
untuk memproses harapkan status nutrisi 2.Identifikasi alergi dan
(mencerna) makanan terpenuhi dengan intoleransi makanan
Kriteria hasil 3.Identifikasi makanan yang
Gejala dan tanda mayor 1.Porsi makanan yang disukai
Data Subjektif: dihabiskan meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori
(Tidak tersedia 2. Berat badan membaik dan jenis nutrient
Data Objektif: 3. Indeks massa tubuh 5. Identifikasi perlunya
1.Berat badan menurun (IMT) membaik penggunaan selang nasolgastrik
minimal 10% dibawah 4. Nafsu makan membaik 6. Monitor asupan makanan
rentan ideal 5.Frekuensi makan 7.Monitor berat badan
membaik 8.Monitor hasil pemeriksaan
Gejala dan tanda minor laboratorium
Data Subjektif: Terapeutik
1. Cepat kenyang setelah 1. Lakukan oral hygiene
makan 2. Fasilitasi menentukan pedoman
2. Kram/nyeri abdomen diet
3. Nafsu makan menurun 3. Sajikan makanan yang menarik
Data Objektif dan suhu yang sesuai
1. Bising usus 4. Berikan makanan tinggi serat
hiperaktif untuk mencegah konstipasi
2. Otot pengunyah 5. Berikan makanan tinggi kalori
lemah dan tinggi protein
3. Otot menelan 6.Berikan suplemen makanan
lemah Edukasi
4. Membran mukosa 1.Anjurkan posisi duduk jika
pucat mampu
5. Sariawan 2.Ajarkan diet yang
6. Serum albumin diprogramkan
turun Kolaborasi
18
7. Rambut rontok 1. Kolaborasi pemberian
berlebihn medikasi sebelum makan
8. Diare 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untukmenentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan
Intoleransi aktivitas Setelah di lakukan Manajemen Energi
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi
kelemahan selama 3x24 jam di 1. Identifikasi fungsi tubuh yang
Gejala dan tanda mayor harapkan status nutrisi mengakibatkan kelelahan
Data Subjektif: terpenuhi dengan 2. Monitor kelelahan fisik dan
1. Mengeluh lelah Kriteria hasil emosional
Data Objektif: 1. Keluhan lelah menurun 3. Monitor pola dan jam tidur
1. Frekuensi jantung 2. Dyspnea saat aktivitas 4. Monitor lokasi dan
meningkat >2% dari menurun ketidaknyamanan selama
kondisi istrirahat 3. Dyspnea setelah melakukan aktivitas
Gejala dan tanda minor aktivitas menurun Terapeutik
Data Subjektif: 4. Frekuensi nadi 1. Sediakan lingkungan yang
1. Dispnea saat/setelah membaik nyaman dan rendah stimulus
aktivitas 2. Lakukan latihan rentang gerak
2. Merasa tidak nyaman pasif dan/atau aktif
setelah beraktivitas 3. berikan aktivitas distraksi yang
3. Merasa lemah menenangkan
Data Objektif Edukasi
1. Tekanan darah berubah 1. Anjurkan tirah baring
>20% dari kondisi 2. Anjurkan melakukan aktivitas
istirahat secara bertahap
2. Gambaran EKG 3. Anjurkan menghubungi
menunjukkan aritmia perawat jika tanda dan gejala
saat/setelah aktivitas kelelahan tidak berkurang
3. Gambaran EKG 4. Ajarkan strategi koping untuk
menunjukkan iskemia mengurangi kelelahan
4. Sianosis Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli

19
i
BABIII
RESUME KEPERAWATAN

No.RM :27.78.57 Diagnosa Medis : Anemia Melena


Nama : An. A R P Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 11 thn
IDENTITAS

Agama : Islam Status Perkawinan : - Berat badan : 47 kg

Pekerjaan : - alamat : suwawa Panjang badan : 127 cm

Pendidikan : - Sumber Informasi: Keluarga Lingkar kepala : 47 cm

TRIAGE √ P1 P2 P3 P4
GENERALIMPRESSION

1. Keluhan Utama : BAB Hitam

2. Alasan Masuk Rumah Sakit:

Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan penurunan kesadaran pada tangal 20 Februari
2024 pukul 12.30 wita. sebelumnya pasien BAB hitam banyak dan demam 2 hari yang lalu
3. Orientasi(Tempat, Waktu,danOrang) : Tidak Baik

AIRWAY Diagnosa Keperawatan:

Jalan Nafas : Paten


Obstruksi :-
Suara Nafas : -
Keluhan/data lain: -

21
Diagnosa Keperawatan:
BREATHING
Gerakan Dada: Simetris
Irama Nafas : Normal
Pola Nafas: Reguler
Retraksi otot dada :Tidak ada
Sesak Nafas : Frekuensi Nafas : 32x/mnt
Keluhan/data lain: Terpasang O2 NRM 10 Liter
Diagnosa Keperawatan:
CIRCULATION
Nadi : Teraba dalam
Sianosis :Tidak ada
CRT : > 2 detik
Pendarahan : tidak ada perdarahan
Keluhan Lain: Akral dingin

Diagnosa Keperawatan:
DISABILITY
Respon :
Kesadaran : Koma
GCS :E:1 V:1 M:2 = 4
Pupil : Isokor
RefleksCahaya:Ada
Diagnosa Keperawatan:
EXPOSURE

Deformitas : Tidak ada


Contusio : Tidak ada
Abrasi :Tidak ada
Penetrasi : Tidak ada
Laserasi : Tidak ada
Edema :Tidak ada
Keluhan Lain : tidak ada

22
B. Data Sekunder
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 20 Februari 2024
pukul 12.30 wita keluarga pasien mengatakan pasien masuk rumah
sakit. Dengan tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran, sebelumnya
pasien BAB hitam banyak dan demam 2 hari yang lalu Di tandai dengan
tanda- tanda vital:
GCS :4
Tekanan Darah : Tidak teraba
Suhu Tubuh :36,70C
Frekuensi Nadi : x/menit
Frekuensi Nafas : Tidak teraba
SPO2 : 50 %
2. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki riwayat penyakit
sebelumnya atau pernah dirawat di rumah sakit
3. Anamnese Singkat (AMPLE)
Alergi :Pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan
maupun obat- obatan
Medikasi :Pasien belum pernah masuk rumah sakit sebelumnya
Past Ilnes :Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit dahulu
Last Meal :Pasien terakhi rmakan pada pukul 10.30
Even Of Injury : Pasien tidak pernah mengalami benturan.
4. Pengkajian Fisik
a) Tingkat kesadaran
 Koma
GCS : E:1 V:1 M:2 = 4

23
b) Kepala
 Inspeksi
Bentuk kepala bulat, rambut hitam,penyebaran rambut merata,
ubun-ubun datar,tidak ada benjolan
 Palpasi
Tidak adanya nyeri tekan
c) Mata
 Inspeksi:
Bentuk mata simetris kiri dan kanan,konjungtiva anemis dan reaksi terhadap
cahaya (Isokor)
d) Hidung
 Inspeksi
Tidak adanya secret ataupun serumen
 Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
e) Mulut
 Inspeksi
Mukosa bibir nampak kering
Nampak gigi belum lengkap
f) Telinga
 Inspeksi
Bentuk telinga simetris kiri dan kanan,tidak adanya darah yang keluar.
g) Leher
 Palpasi
Tidak adanya peningkatan tekanan vena jugularis
h) Thorax
 Inspeksi
Bentuk dada simentris, pergerakan dinding dada mengikuti irama dan
pola nafas, pasien nampak sesak

24
 Palpasi
Tidak adanya nyeri tekan pada dada serta tidak ada jejas atau
fraktur tulang iga
 Perkusi
Terdengar sonor pada kedua bagian lapang paru.
 Auskultasi
Terdapat suara nafas tambahan (Ronkhi)
i) Abdomen
 Inspeksi
Tidak adanya kemerahan ataupun bekas operasi
 Auskultasi
Bising usus terdengar 1-2 kali setiap 10detik.
 Perkusi
Pada area abdomen terdengar timpani.
 Palpasi
Tidak adanya nyeri tekan di seluruh area abdomen
j) Genetalia
Tidak di lakukan pengkajian
k) Ektremitas

l) Kulit/integument
 Inspeksi
Kulit wajah nampak pucat
 Palpasi
Akral teraba dingin
5. hasil laboratorium
Nama Test Hasil Satuan Nilai Rujukan
Kalium / k mEg/l 3.7-5.2
Natrium/ Na mEg/l 135-145
Chlorida/ Cl u/l 96-106
Glukosa Sewaktu Mg/dl 70-140
Leukosit u/l 5-15

6. Penatalaksanaan Medis
Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi
RL Loading (guyur) Untuk mengganti cairan Jika ada riwayat alergi
elektrolit yang hilang terhadap kandungan rl.
atau mengatasi dehidrasi
isotonik.
Ranitidine 2x50 mg/IV Untuk penatalaksanaan Hipersensitivitas terhadap
infeksi saluran cefotaxime atau golongan
pernapasan bawah, cephalosporin lainnya.
infeksi saluran kemih,
infeksi intraabdominal,
infeksi sistem saraf
pusat, infeksi pada
tulang dan kulit, serta
pada bakteremia dan
sepsis.
Sucralfat 3x1 Meredakan nyeri dan Gangguan fungsi hati berat
menurunkan demam. Hipersensitivitas
Asam Tranexamat 3x1 Untuk meredakan batuk Hindari penggunaan pada
Amp/IV pada berbagai penyakit pasien dengan masalah tukak
saluran pernapasan, lambung dan hipersensitif
seperti common cold, atau alergi terhadap
bronkhitis akut, dan ambroxol.
penyakit paru obstruktif
kronik.
7. Imunisasi
 Usia 1 bulan : BSG Polio 1mencegah penularan tuberkolosis
 Usia 2 bulan : DPT/HB/1 mencegas polio disteri, meningitis, dan pneumonia
 Usia 3 bulan : DPT/HB/HIB2 polio 3
 Usia 4 bulan : DPT/HB/HIB3 polio 4
 Usia 9 bulan : mencegah campak

8. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Problem
1. DS : Vol intravaskuler menurun Resiko syok
- Ibu pasien mengatakan
anaknya demam
DO : Penurunan HB
- Kulit pasien teraba
hangat
- Tekanan Darah : Tidak Cepat lelah
teraba
- Nadi : Tidak terba
- Respirasi : 30x/menit Kekurangan volume cairan
- SPO2 : 50%
- Suhu tubuh : 36,5◦c
Resiko syok
2 DS : Retribusi aliran darah ke organ Perfusi perifer tidak
- Ibu pasien mengatakan vital efektif
anaknya BAB hitam
banyak
- Ibu pasien mengatakan
anaknya tidak sadar Peningkatan denyut jantung
DO :
- Pasien tampak pucat
- Tanda –tanda vital :
Tekanan darah : Tidak Gagal kompresi
terba
- Nadi: Tidak terba
- Suhu Tubuh : 36,7◦C
Penurunan suplai darah ke
Respirasi : 32x/menit
perifer
SPO2 : 50%

Perfusi jaringan turun

Perfusi perifer tidak efektif


NO DIAGNOSA KEPERAWATAN LUARAN KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen syok
berhubungan dengan Kekurangan keperawatan selama 1x6 jam hipovolemik
volume cairan diharapkan bersihan jalan nafas
meningkat dengan kriteria hasil : Observasi :
1. Hemoglobin membaik 1. Monitor status oksigenasi
DS: (oksimetri nadi, agd)
2. Tekanan darah membaik
- Keluargan pasien mengatakan 3. Denyut nadi apikal membaik
2. Monitoring status cairan
pasien BAB hitam banyak
(Turgor kulit dan crt)
DO:
- Pasien tampak pucat 3.Periksa tingkat kesadaran dan
respon pupil
- Akral teraba dingin
- Nadi tidak teraba
Terapeutik :
- TTV 4. Persiapkan intubasi dan ventilasi
mekananik

Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid
6. Kolaborasi pemberian transfusi darah,
jika perlu
2. Resiko Syok Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1x6 jam 1. Identifikasi penyebab kehilangan
diharapkan hipertermi membaik darah
dengan kriteria hasil : 2. Monitoring status
kardiopulmonal
1. Kekuatan nadi meningkat 3. Monitoring tingakat kesadaran
2. Tingkat kesadaran meningkat Terapeutik :
4. Berikan pasien
oksigen 10 L/Menit
NRM
5. Berikan cairan IV dan
oral yang tepat
Kolaborasi :
6. Kolaborasi pemberian
IV Jika perlu
NO DIAGNOSA TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
2. Perfusi perifer tidak 20/02/2024 1. Memonitor status oksigenasi S :-
efektif berhubungan Hasil : Spo2: 50% N:
13.00 O : - Pasien nampak masih
dengan Kekurangan 2. Memonitor status
penurunan kesadaran
volume cairan cairan
A : masalah perfusi perifer
Hasil : Pasien terpasan Vena
tidak efektif belum teratasi
DS: 13.03 seksi RL
- Keluargan P : pertahankan intervensi
3. Melakukan pemeriksaan tingkat
mengatakan pasien kesadaran
1. Monitor status oksigenasi
BAB hitam banyak Hasil : E:1 V:1 M:2 = 4 (oksimetri nadi, agd)
13.06 2. Monitoring status cairan
DO:
4. Mempersiapkan (Turgor kulit dan crt)
- Pasien tampak pucat
intubasi dan ventilasi 3.Periksa tingkat kesadaran
- Akral teraba dingin dan respon pupil
mekanik
- Nadi tidak teraba 4. Persiapkan intubasi dan ventilasi
Hasil : Ventilator mekananik
13.09 ready 5. Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid
5. Kolaborasi pemberian
6. Kolaborasi pemberian transfusi
infus cairan kristaloid darah, jika perlu

Hasil : Pasien
terpasang Vena seksi
RL Loading cairan
1. Resiko syok 20/02/2024 1. Mengidentifikasi S:-

13.12 penyebab kehilangan O : - E:1 V:1 M:2 = 4

13.15 darah A : masalah resiko syok


belum teratasi
Hasil : Pasien berak
P : Identifikasi penyebab kehilangan
hitam banyak darah
1. Monitoring status
2. Monitor status kardiopulmonal
kardiopulmonal
2. Monitoring tingakat kesadaran
13.18 Hasil : TD: Tidak teraba
3. Berikan pasien oksigen
3. Memberikan pasien 3L/M
oksigen 10 L/M NRM

Hasil : Pasien terpasang 4. Berikan cairan IV dan


oksigen nasal kanul 5 oral yang tepat
L/Menit
13.20
- Vena seksi Rl Loading cairan 5. Kolaborasi pemberian IV
Jika perlu
4. Memberikan cairan iv
dan oral yang tepat

Hasil: Pasien
terpasang Vena seksi
RL

5. Kolaborasi pemberian
IV
6. Hasil : Pasien terpasang
Vena seksi RL
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Melena adalah tinja hitam karena darah dalam saluran cerna yang menjadi hitam dibawah pengaruh asam klorida lambung, lalu
dikeluarkan pada hajat besar atau dimuntahkan.
Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berawarna hitam yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran cerna bagian atas
(diatas ligamentumtereshepatis). Melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang
terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke
bronkus.(Riyadi sujono&Sukarmin,2019).
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan karena adanya penurunan mekanisme pertahanan daya tahan
tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yg normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernafasan yg terdiri atas : reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yg menggerakkan kuman ke arah keluar dari
organ, & sekresi humoral setempat.

4.2 Saran
Agar mahasiswa dapat mempelajari dan memahami terkait broncopneumonia secara keseluruhan dan mampu
menginmpkementasikan resume keperawatan gawat darurat dengan baik
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. Et al. 2020, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Mansjoer, Arif. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI: Jakarta PPNI, D. S. T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan. PPNI, D. S. T. P. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.
PPNI, D. S. T. P. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai