KERACUNAN PESTISIDA
LAPORAN PENDAHULUAN
oleh :
Dinda Angelina Hariyono
172310101043
LAPORAN PENDAHULUAN
oleh:
Dinda Angelina Hariyono
172310101043
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah,
dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Keracunan Pestisida”.
Dalam penulisan makalah ini, kami telah mendapat banyak bantuan dari banyak
pihak. Kami menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ns. Jon Hafan S., M.Kep., Sp. Kep. MB sebagai PJMK Keperawatan Medikal
serta sebagai Dosen Pembimbing
2. Seluruh rekan kelas A angkatan 2017
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Saya mengharap
kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk meningkatkan kualitas dan
sistematika dari penulisan makalah saya yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Keracunan Pestisida “.
iii
DAFTAR ISI
iv
3.3 Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 47
3.4 Intervensi Keperawatan .................................................................... 48
3.5 Implementasi Keperawatan .............................................................. 48
3.6 Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 55
BAB IV PENUTUP
v
BAB I
1.1.1 Paru-paru
Paru merupakan salah satu organ sistem pernafasan yang berada di dalam
kantong pleura parientalis dan pleura viseralis. Kedua paru elastis, lunak, dan
berada di dalam rongga thorak. Paru berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-
bintik karena partikel debu termakan oleh fagosit. Basis paru adalah bagian
yang berada diatas permukaan cembung difragma, sehingga diafragma
menonjol ke atas yang mengakibatkan paru bagian kanan lebih tinggi dari
bagian kiri. Paru memiliki fungsi sebagai alat respirasi, mengubah pH darah,
alat ekskresi, menyaring darah, mencegah polutan di dalam tubuh, dan lapisan
pelindung hati. (Syaifuddin, 2013)
1
1.1.2 Kulit
Kulit memiliki fungsi sebagai alat indera peraba, ekskresi, pelindung tubuh,
tempat menyimpan lemak, pengatur suhu tubuh, pembentukan pigmen,
mempertahankan kelembapan, dan sebagai kekebalan tubuh. Struktur dari kulit
yaitu:
1. Epidermis
Kulit ari atau epidermis merupakan lapisan paling luar dari kulit
yang tersusun dari sel tanduk (keratinosit) dan sel melanosit. Lapisan ini
terdiri dari lima lapis yaitu stratum korneum, stratum iusidum, stratum
granulosum, stratum spinosum,stratum malfight.
2. Dermis
Dermis memiliki ketebalan 0,5 sampai 3 mm, turunan dermis terdiri
dari bulu, kelenjar minyak, kelenjar lendir, dan kelenjar keringat yang
membenam jauh ke dalam dermis. Dermis terdiri dari serat kolagen, serabut
elastis, dan serabut retikulin. Lapisan dermis terdiri dari lapisan papila dan
lapisan retikulosa.
3. Subkutis
Subkutis atau lapisan bawah kulit terdiri dari komponen serat
longgar, elastis, dan sel lemak. Pada daerah perut lapisan ini mencapai
ketebalan 3 cm. (Syaifuddin, 2013)
1.1.3 Hati
Hati atau hepar merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, berwarna coklat, dan
memiliki berat 1000 sampai 1800 gram, terletak didalam rongga perut sebelah
kanan atas di bawah diafragma, dan sebagian besar terletak pada regio
hipokondria dan regio epigastrium. Orang dewasa yang kurus tepi bawah hati
mungkin teraba satu jari dibawah tepi kosta.hati dibagi menjadi 4 lobus yaitu
lobus sinistra, dekstra, kaudatus, dan kuadratus. Permukaan hati dibagi menjadi
fascies superior, inferior, posterior, inferior lobus sinistra hepatis, inferior lobus
dekstra, superior, dan posterior bagian belakang. Fungsi dari hati yaitu :
2
1. Fungsi ekskretori : produksi empedu oleh sel hati ( bilirubin, kolesterol,
garam empedu ).
2. Fungsi pertahanan tubuh : detoksikasi racun siap untuk dikeluarkan,
melakukan fagosistosis terhadap benda asing yang masuk dan langsung
membentuk antibodi.
3. Fungsi metabolik : metabolisme asimilasi karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, serta memproduksi energi.
4. Pengaturan dalam peredaran darah : membentuk darah dan heparin di hati
dan mengalirkan darah ke jantung.
5. Sintesis protein : termasuk protein yang penting untuk pembekuan darah
serta mengangkut hormon tiroid, steroid, dan kolesterol.
6. Hati membentuk asam empedu.
7. Detoksifikasi atau degradasi : zat-zat sisa, hormon, obat, dan senyawa
lainnya. (Syaifuddin, 2013)
1.1.4 Usus Halus
Usus halus atau intestinum mayor adalah bagian dari sistem pencernaan
makanan yang berawal pada pilorus dan berakhir di sekum. Terletak di dalam
rongga abdomen yang dikelilingi oleh usus besar. Panjang dari usus halus
sekitar 6 meter yang merupakan saluran terpanjang dari tempat proses dan
absorbsi pencernaan. Bentuk dan susunannya lipatan- lipatan yang melingkar.
Makanan dalam usus halus dapat masuk karena adanya gerakan dan
memberikan permukaan yang lebih halus. Banyak jonjot-jonjot tempat absorpsi
dan memperluas permukaan. Pada ujung serta pangkalnya terdapat katup. Usus
halus berfungsi dalam menyekresi cairan usus, mencerna makanan, dan
menerima cairan empedu dan pankreas. Usus halus terdiri dari bagian :
a. Duodenum
Berbentuk melengkung seperti kuku kuda yang pada lengkungannya
terdapat pankreas. Bagian kanan terdapat bagian tempat saluran empedu (
duktus kholedukus ) dan saluran pankreas ( duktus pankreatikus ) yang
dinamakan papila vateri. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa
3
yang banyak mengandung kelenjar brunner yang memproduksi getah
intestinum.
b. Jejunum
Memiliki panjang 2 sampai 3 meter berkelok-kelok di sebelah kiri atas dari
usus halus dengan perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk kipas (
mesentarium ). Akar mesentarium memungkinkan keluar masuknya arteri
dan vena mesenterika superior. Pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara
lapisan peritonium yang membentuk mesenterium penampang jejunum
lebih lebar, dindingnya lebih tebal, serta banyak mengandung pembuluh
darah.
c. Ileum
Ujung batas antara jejunum dan ileum tidak jelas, memiliki panjang 4
sampai 5 meter. Ileum terletak sebelah kanan bawah berhubungan dengan
sekum. Tempat perantaraan dengan sekum yaitu melewati lubang yang
disebut orifisium ileosekalis. Ileum diperkuat oleh sfingter dan dilengkapi
oleh sebuah katup valvula sekalis ( valvula bauchini ) yang berfungsi
mencegah cairan dalam kolon asendens masuk kembali kedalam ileum.
1.2 Definisi Keracunan Pestisida
4
1.3 Klasifikasi Pestisida
1.3.1 Berdasarkan sasaran (Purnomo, 2019)
a. Bakterisida : membunuh bakteri
b. Akarisida : membunuh tungau atau kutu
c. Molluskisida : membunuh siput
d. Fungisida : membunuh jamur
e. Herbisida : membunuh gulma
f. Insektisida : membunuh serangga
g. Nematisida : membunuh nematoda atau cacing
h. Rodentisida : membunuh binatang pengerat
i. Termisida : membunuh rayap
j. Virusida : membunuh virus
k. Algasida : pembasmi alga atau ganggang
l. Avisida : pembasmi burung
1.3.2 Berdasarkan kandungan struktur kimia di dalamnya, pestisida dibagi menjadi :
a. Golongan organoklorin
Pestisida ini merupakan hidrokarbon yang berikatan dengan atom klorin
(Cl) dan umumnya bersifat racun. Kebanyakan pestisida ini kelarutannya di
air sangat rendah dan tinggi dalam minyak atau lemak (lipofilik), sehingga
dalam tubuh organisme yang terpapar oleh golongan ini akan terproses dalam
jaringan lemaknya. Tingkat persistensi jenis ini cukup tinggi yang akan
mengakibatkan degradasinya lambat. Jika konsentrasi yang digunakan
berlebihan maka akan menyebabkan kematian. (Purnomo dkk, 2019)
Contohnya dari golongan organoklorin yaitu DDT (Dikloro Difenil
Trikloroetana), deldrin, endosufan, dikofol, aldrin, folfet, klordan, dan lindan.
(Aulia, 2019)
b. Golongan organofosfat
5
Pestisida ini mengandung unsur- unsur phospat, carbon, dan
hidrogen. Pestisida ini terdiri dari gugus atau lebih fosfor yang terkait pada
molekul organik. Golongan ini dibuat dari suatu molekul organik yang
direaksikan dengan fosforilat. Cara kerja sebagai racun kontak, racun perut,
dan racun pernafasan. (Riadi, 2017).
Senyawa ini bersifat racun, tetapi lebih mudah tergradasi dan lebih
cepat hilang keaktifannya. Contohnya yaitu malation, diazinon, fention,
metil paration, etil paration. (Aulia, 2019)
c. Golongan karbamat
Karbamat merupakan senyawa organik yang merupakan turunan dari
asam ditikarbomin yang disebut ditiokarbamat. Karbamat relatif lebih mudah
terurai di lingkungan (tidak persisten). Contohnya yaitu karbotorum,
propoksur, karbaril, dan BPMO. (Aulia, 2019)
1.4 Etiologi
1.5 Epidemiologi
Dalam studi kasus Jennie, et all tahun 2014 menyebutkan bahwa 95,8%
petani sayur dan buah di kota Batu, Malang Jawa Timur mengalami keracunan
6
pestisida berdasarkan pengukuran kadar kolinesterase dalam darah. (Pamungkas,
2016)
Pestisida masuk kedalam tubuh manusia melalui beberapa cara yaitu melalui
kulit, pernafasan, oral baik disengaja atau kecelakaan. (Pamungkas, 2016)
Contohnya yaitu makan atau minum ketika bekerja dengan pestisida, butiran
pestisida yang terbawa angin masuk ke mulut,makanan atau minuman yang
terkontaminasi pestisida. (Pamungkas, 2016)
7
1. Keracunan kronis
Keracunan kronis dapat ditemukan dalam bentuk kelainan syaraf , perilaku
atau mutagenitas yang bersifat neuro toksik. Seseorang yang terpapar oleh
pestisida bisa mengalami batuk yang tidak juga sembuh dan bisa juga mengalami
sesak di dada. Ratusan pestisida dan bahan yang terkandung di dalamnya
diketahui bahwa penyebab kanker. Gangguan otak dan syaraf yang paling sering
terjadi apabila terpapar oleh pestisida selama bertahun-tahun adalah masalah
pada ingatan, perubahan kepribadian, sulit berkonsentrasi, kelumpuhan, bahkan
kehilangan kesadaran hingga koma.
Hati merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai penetralan bahan-bahan
kimia beracun. Pada saat pestisida masuk ke dalam tubuh akan mengalami
proses detoksikasi oleh hati. Senyawa racun akan diubah menjadi senyawa lain
yang sifatnya tidak lagi beracun terhadap tubuh. Walaupun demikian, jika hati
terpapar selama bertahun-tahun maka akan menyebabkan penyakit seperti
hepatitis, sirosis, bahkan kanker.
Lambung dan usus apabila terpapar oleh pestisida maka akan menunjukkan
respon mulai dari iritasi, mual,muntah, rasa panas hingga kematia karena
perforasii, pendarahan, dan korosi lambung. Jika seseorang menelan pestisida
baik sengaja maupun yang tidak akan menimbulkan efek yang buruk pada perut
karena pestisida akan merusak langsung melalui dinding-dinding perut. (
Pamungkas, 2016)
2. Keracunan akut
Keracunan akut terjadi apabilaefek keracunan pestisida langsung bereaksi
dalam tubuh pada saat terpapar oleh pestisida. Efek keracunan akut terbagi atas
efek akut lokal dan efek akut sistemik. Efek akut lokal hanya mempengaruhi
bagian tubuh yang terpapar langsung biasanya iritasi mata, hidung,
tenggorokan, dan kulit. Efek akut sistemik jika pestisida masuk kedalam tubuh
dan mengganggu sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida keseluruh
bagian tubuh yang menyebabkan bergeraknya syaraf-syaraf otot secara tidak
sadar dengan gerakan halus maupun kasar, pengeluaran air mata, dan ludah
8
secara berlebihan dan perrnafasan menjadi lemah atau cepat. ( Pamungkas,
2016)
9
hormon yang ada didalam tubuh yang berfungsi menjaga homeostasis.
(Pamungkas, 2016)
b. Toksisitas terhadap susunan syaraf
Golongan organoklorin merangsang sistem saraf dan menyebabkan
parestesia, iritabilitas, peka terhadap perangsangan, terganggunya
keseimbangan, tremor, dan kejang. Beberapa zat kimia yang dikandung dapat
menginduksi fasilitasi dan hipereksitasi pada taut sinaps dan taut neuromuskuler
yang dapat mengakibatkan pelucutan berulang pada neuron pusat, neuron
sensorik, dan motorik. Golongan organoklorin dan karbamat dapat menghambat
AChE (asetilkolin asetilhidrolase) yang biasanya neurotransmiter ACh dilepas
pada sinaps itu. Dalam sekali impuls saraf disalurkan, ACh yang dilepas akan
dihidrolisis oleh AChE menjadi asam asetat dan kolin. Saat terpajan pestisida,
AchE akan dihambat sehingga terakumulasi ACh yang akan tertimbun dalam
sistem saraf pusat sehingga menginduksi tremor, kejang, dan lainnya. Pada
neuromuskuler akan mengakibatkan kontraksi otot yang lemah, hilangnya
reflek, dan paralisis. (Yuantari, 2011)
c. Merusak jaringan
Masuknya pestisida akan menginduksi produksi serotonin dan histamin
yang dapat memicu reaksi alergi dan dapat menimbulkan senyawa baru yang
lebih toksik. (Pamungkas, 2016)
10
5. EKG karena sering diikuti oleh irama jantung dengan takikardi, bradikardi, fibrasi
ventrikuler, asistol, disosiasi elektromekanik.
6. CT scan ( Hashim, 2015 )
1.11 Penatalaksanaan
1.11.1 Tindakan gawat darurat:
1. Buat saluran udara
2. Pantau tanda-tanda vital
3. Berikan pernafasan buatan dengan alat dan berikan oksigen
4. Berikan atropin sulfat 2 mg secara intramuskular dan ulangi setiap 3 sampai 8
menit sampai gejala keracunan bisa terkendali
5. Berikan larutan 1 g pralidoksim dalam air secara intravena secara perlahan
ulangi selama 30 menit jika pernafasan belum normal.
6. Sebelum gejala timbul atau setelah diberikan atropin sulfat, kulit dan selaput
lendir yang terkontaminasi harus dibersihkan dengan air dan sabun.
7. Jika tersedia Naso Gastric Tube, lakukan bilas lambung dengan air dan berikan
sirup ipeca agar muntah. ( Hashim, 2015 )
11
6. Sekresi paru disedot dengan kateter
7. Hindari penggunaan obat morfin, aminofilin, golongan fenotiazin, golongan
barbital, dan obat-obatan yang dapat menekan pernafasan. (Hashim, 2015 )
1.11.3 Jika pasien terkontaminasi pestisida melalui oral, pasien dapat melakukan: (
Kusumaningrum, 2016 )
a. Mengkonsumsi apel : apel mengandung pektin dan serat yang dapat membantu
dalam pelancaran pembuangan racun.
b. Meminum teh hijau : teh hijau mengandung kaya akan zat antioksidan yang
dapat mengeluarkan racun dari dalam tubuh.
c. Banyak meminum air putih : air putih dapat mengeluarkan racun termasuk racun
pestisida.
d. Pijat : dengan memijat maka akan merangsang sistem limfatik tubuh dan
membantu dalam pengeluaran racun.
12
1.12 Pathway
Pestisida
Kurang mengetahui dampak dari pestisida
Menghambat penyaluran
impuls saraf Melewati hidung Masuk ke dalam tubuh
Mengenai kulit
13
Eritema lokal pada Kompensasi jantung
Penyerapan nutrisi
kulit Frekuensi bab meningkat
usus menurun
Respirasi meningkat,
Lesi nadi meningkat
Malnutrisi Kehilangan elektrolit dan
cairan
Ketidakefektifan pola
Kerusakan integritas
nafas Metabolisme
kulit Resiko ketidakseimbangan
menurun
elektrolit
Peradangan kulit
Resiko infeksi
14
BAB II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
15
b. Riwayat Kesehatan yang terdiri dari :
1. Diagnosa medik
Sesuai diagnosa yang ditegakkan oleh dokter dengan penjelasan dari
singkatan-singkatan atau istilah medis terkait keracunan pestisida.
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan paling mengganggu yang dirasakan klien
sehingga klien datang ke rumah sakit. Keluhan utama yang dialami
oleh penderita yang terkena keracunan pestisida melalui pernafasan
yaitu sesak, melalui kulit yaitu gatal-gatal dan melalui oral yaitu mual,
muntah.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan kronologis peristiwa terkait penyakit klien yang sekarang
dialami sejak klien mengalami keluhan pertama kalinya sampai klien
memutuskan ke rumah sakit. Kronologis kejadian yang harus
diceritakan meliputi waktu kejadian, cara/proses, tempat, suasana,
manifestasi klinis, riwayat pengobatan, persepsi tentang penyebab dan
penyakit. Jika terdapat keluhan nyeri maka disertai pengkajian nyeri
PQRST. Biasanya tanda yang awal muncul pada penderita yang terkena
keracunan pestisida adalah melalui pernafasan yaitu sesak, melalui kulit
yaitu gatal-gatal dan melalui oral yaitu mual, muntah.
4. Riwayat Kesehatan terdahulu
Adanya riwayat keracunan pestisida sebelumnya, penanganan yang
telah didapat, riwayat penggunaan obat-obatan dan lainnya.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga ada tidaknya yang pernah keracunan pestisida dan
digambar melalui genogram minimal 3 generasi terdahulu dan diberi
tanda sesuai format yang ditentukan.
16
c. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan.
1. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mendeskripsikan bagaimana pola kesehatan dan kesejahteraan
klien. Contohnya menjelaskan pada saat klien keracunan pestisida apa
klien lakukan memilih berobat dengan meminum obat yang dibeli di
warung atau ke klinik terdekat.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Berisi tentang pola makan klien, berat badan, intake dan output
makanan. Pada klien dengan keracunan pestisida biasanya mengalami
penurunan nafsu makan dikarenakan ada sensasi mual. .
3. Pola Eliminasi
Berisi tentang karakteristik urin dan feses yang dikeluarkan.
Karakteristik tersebut meliputi frekuensi, jumlah, warna, bau, berat
jenis. Selain itu gangguan BAK dan BAB perlu diperhatikan. Pada
klien dengan keracunan pestisida mengalami peningkatan frekuensi
BAB yang encer.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pasien yang keracunan pestisida biasanya kurang beraktifitas karena
lemas.
5. Pola istirahat dan tidur
Klien dengan keracunan pestisida kemungkinan akan terganggu saat
istirahat karena adanya perubahan pola eliminasi, dan rasa mual dan
muntah.
6. Pola persepsi sensor dan kognitif
Saat pengkajian berlangsung klien dengan keracunan pestisida
biasanya masih tetap sadar dan mampu menjawab pertanyaan dengan
baik.
17
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Menjelaskan tentang gambaran diri, harga diri, ideal diri, dan peran
masing-masing individu. Pada klien dengan penyakit keracunan
pestisida tidak memiliki gangguan persepsi diri.
8. Pola peran dan hubungan sesama
Klien dengan keracunan pestisida tidak memiliki masalah dengan
hubungan dengan sesamanya.
9. Pola seksualitas
Penderita keracunan pestisida tidak mengalami gangguan pada
seksual reproduksinya.
10. Pola koping
Manajemen koping setiap individu berbeda-beda tergantung dari
berbagai faktor. Pada klien dengan keracunan pestisida biasanya
memiliki koping yang tetap baik.
11. Sistem nilai dan kepercayaan
Sistem nilai dan kepercayaan ini pada keracunan pestisida ini
berkaitan dengan klien percaya ia dapat diobati atau tidak dan ia
mampu melakukan semua tindakan untuk kesembuhan dirinya.
d. Pengkajian Fisik
1. Keadaan umum
Pada klien keracunan pestisida, klien akan merasa kesakitan
pada daerah perut, sesak nafas, iritasi pada area kulit yang terpapar
karena adanya racun, tampak pucat karena ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya karena adanya mual, muntah, serta
diare.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pada klien dengan keracunan pestisida juga sama dengan klien
lainnya pemeriksaan TTV meliputi pemeriksaan nadi, tekanan darah,
pola pernapasan, dan suhu tubuh.
18
3. Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala
Inspeksi : kepala simetris, perubahan distribusi rambut, dan kulit
kepala kering.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
dibagian kepala.
b) Mata
Inspeksi : teliti adanya edema periorbita, eksoftalmus (mata
menonjol), anemis (+), kesulitan memfokuskan mata, dan hilangnya
alis mata.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
pada kedua mata.
c) Telinga
Inspeksi : tidak adanya kelainan pada telinga.
Palpasi : tidak adanya nyeri dan benjolan yang abnormal.
d) Hidung
Inspeksi : kebersihan terjaga
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan.
e) Mulut
Inspeksi : mukosa mulut kering, tidak terdapat karang gigi, dan
lidah klien bersih.
Palpasi : tidak ada masalah.
f) Leher
Inspeksi : leher simetris
Palpasi : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan
pembesaran vena jugularis.
g) Dada
Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung, secara umum
bentuk dada tidak ada masalah, pergerakan nafas cepat, krepitasi
19
serta dapat dilihat batas ada saat perkusi didapatkan (bunyi
perkusinya sonor). Pada pemeriksaan jantung dapat diperiksa
tentang denyut apeks atau dikenal dengan siklus kordis dan aktivitas
artikel, bunyi jantung lebih cepat.
h) Abdomen
Pemeriksaan abdomen meliputi pemeriksaan pada bentuk perut,
dinding perut, bising usus, kaji adanya nyeri tekan serta dilakukan
palpasi pada organ hati, limfa, ginjal, kandung kemih, yang
ditentukan ada tidaknya nyeri pada pembesaran pada organ tersebut,
kemudian pada daerah anus, rectum, dan genitalia.
i) Ekstremitas
Pemeriksaan anggota gerak dan neurologi meliputi adanya rentang
gerak keseimbangan dan gaya berjalan, biasanya pada klien dengan
keracunan pestisida tidak mengalami keluhan
j) Kulit dan kuku
Pemeriksaan warna kulit biasanya warna sesuai dengan warna kulit
normal, warna kuku sedikit pucat serta CRT > 2 detik.
k) Keadaan lokal
Pengkajian terfokus pada kondisi lokal.
e. Pengkajian Diagnostik dan Laboratorium
Pengkajian diagnostic yaitu dengan pemeriksaan laboratorium sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan darah rutin untuk mendeteksi kadar BJ plasma dan
mendeteksi adanya kelainan pada peningkatan kadar leukosit
2. Pemeriksaan analisis gas darah, untuk mengidentifikasi gangguan
keseimbangan asam basa dalam darah
3. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalsium, kalium, dan
fosfat
20
4. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
5. Pemeriksaan feses, untuk mendeteksi agen penyebab
6. Pemeriksaan enzim, untuk menilai keterlibatan roravirus dengan enzim
linked immunosorbent assay
f. Pengkajian ABCD
A : Airway
Cek adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas oleh adanya penumpukan
sekret.
B: Breathing
Cek kelemahan menelan atau melindungi jalan nafas, sulit bernafas, suara
nafas, ekspansi dinding dada.
C: Circulation
Cek sirkulasi nafas tekanan darah, takikardi, bunyi jantung, membran
mukosa.
D: Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah sadar, hanya respon terhadap
nyeri, atau tidak sama sekali tidak sadar.
2.1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis atas respon pasien,
keluarga, atau komunitas terhadap kesehatan dan proses kehidupan aktual
atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar atas pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang mana perawat
bertanggung jawab dan bertanggung gugat. Berikut adalah diagnosa
keperawatan klien keracunan pestisida menurut NANDA (2018) :
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual
b. Defisien pengetahuan b.d ketidaktahuan tentang dampak pestisida
c. Nyeri akut b.d infeksi abdomen
d. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d diare
e. Diare b.d nyeri abdomen
21
f. Keletihan b.d kurangnya nutrisi tubuh
g. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah
h. Ketidakefektifan pola nafas b.d sesak
i. Kerusakan integritas kulit b.d lesi pada kulit
j. Resiko infeksi b.d peradangan kulit
22
2.1.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan (perencanaan) merupakan kegiatan keperawatan yang mencakup peletakan pusat tujuan pada pasien,
menetapkan hasil yang akan dicapai, dan memilih intervensi agar tujuan tercapai. Pada tahap intervensi adalah pemberian kesempatan
pada perawat, pasien dan keluarga atau orang terdekat pasien untuk merumuskan suatu rencana tindakan keperawatan agar masalah yang
dialami pasien dapat teratasi. Intervensi adalah peruntuk tertulis yang memberikan gambaran tepat tentang rencana keperawatan yang
akan dilakukan terhadap pasien berdasarkan diagnosa keperawatan, sesuai kebutuhan.
No. Hari/tgl/ jam Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
1. Rabu, 18 Domain 2. Nutrisi NOC (1014) 1. Manajemen nutrisi (1100) a. Untuk mengetahui
September Kelas 1. Makan Tujuan : a. Tentukan status gizi pasien pemenuhan gizi klien
2019 (00002) Setelah dilakukan dan kemampuan klien untuk yang tepat
Ketidakseimbangan tindakan keperawatan memenuhi kebutuhannya. b. Mengetahui apa
nutrisi : kurang dari selama 2x24 jam b. Tentukan preferensi makanan yang klien
kebutuhan tubuh b.d diharapkan status nutrisi makanan bagi klien inginkan
mual dapat diperbaiki. Dengan c. Bantu klien dalam c. Agar klien dapat
Definisi : asupan nutrisi kriteria hasil: menentukan pedoman memenuhi kebutuhan
tidak cukup untuk a. Hasrat untuk makan makanan yang cocok dalam nutrisi dengan sesuai
mememnuhi kebutuhan dipertahankan pada memenuhi kebutuhan
metabolik. skala 2 ditingkatkan nutrisi
ke skala 5 (101401) 2. Konseling nutrisi( 5246) a. Mengetahui apa yang
b. Intake nutrisi a. Kaji asupan makan dan biasa dimakan oleh pasien
23
dipertahankan pada kebiasaan makan pasien. b. Membantu merubah
skala 2 ditingkatkan b. Fasilitasi untuk perilaku makan klien
di skala 5 (101407) mengidentifikasi perilaku menjadi lebih baik
makan yang harus c. Agar pasien mau untuk
dirubah. memperbaiki status
c. Gunakan standar gizi yang nutrisinya
bisa diterima untuk membantu
pasien mengevaluasi intake diet
yang adekuat.
2. Rabu, 18 Domain 12. NOC (2109) Manajemen Nyeri (1400) a.Mengetahui faktor-
September Kenyamanan Tujuan : a. Lakukan pengkajian nyeri faktor apa yang
2019 Kelas 1. Kenyamanan Setelah dilakukan komperhensif yang meliputi menyebabkan nyeri pada
Fisik tindakan keperawatan lokasi, karakteristik, durasi, pasien.
(00123) selama 1x24 jam frekuensi, kualitas, b. Supaya pasien dapat
Nyeri akut b.d nyeri diharapkan nyeri dapat intensitas, atau berat nyeri mengungkapkan dengan
abdomen berkurang. Dengan dan faktor pencetus baik bagaimana nyeri
Definisi : pengalaman kriteria hasil : b. Gunakan strategi yang dirasakannya
sensori dan emosional a. Nyeri dipertahankan komunikasi terapeutik c. Agar sesuai dengan
tidak menyenangkan pada skala 2 ditingkatkan untuk mengetahui budaya yang dianut pasien
berkaitan dengan ke skala 5 (210901) pengalaman nyeri dan d. Supaya lingkungan
kerusakan jaringan b.Meringis dipertahankan sampaikan penerimaan dapat mendukung
24
actual/potensial, atau pada skala 2 ditingkatkan pasien terhadap nyeri kenyamanan pasien
yang digambarkan ke skala 5 (210918) c. Pertimbangkan pengaruh
sebagai kerusakan budaya terhadap respon
dengan durasi kurang nyeri
dari 3 bulan d. Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan
3. Rabu, 18 Domain 5. Persepsi NOC (1803) Pendidikan Kesehatan (5510) a.Agar klien dapat
September Kelas 4. Kognisi Tujuan: a. Hindari penggunaan teknik melakukannya tanpa ada
2019 (00126) Setelah dilakukan menakut-nakuti sebagai strategi rasa takut
Defisien pengetahuan tindakan keperawatan untuk memotivasi orang agar b.Supaya mengetahui
b.d kurang mengetahui selama 1x24 jam merubah perilaku kesehatan atau apakah orang disekitar
dampak pestisida diharapkan defisien gaya hidup dapat mendukung
Definisi : ketiadaan pengetahuan dapat b. Pertimbangkan dukungan perilaku klien
atau defisiensi teratasi. Dengan kriteria keluarga, teman sebaya, dan c.agar orang sekitar dapat
informasi kognitif yang hasil: masyarakat terhadap perilaku membantu dalam perilaku
berkaitan dengan topic a. Faktor-faktor penyebab yang kondusif bagi kesehatan klien yang baik
tertentu. dan faktor yang c. Libatkan individu, keluarga,
25
berkontribusi dan kelompok dalam
dipertahankan pada skala perencanaan dan rencana
2 ditingkatkan ke skala 5 implementasi gaya hidup atau
( 180303) modifikasi perilaku kesehatan
b. Faktor resiko .
dipertahankan pada skala
2 di tingkatkan ke skala 4
(180304)
4. Rabu, 18 Domain 2. Nutrisi NOC ( 0601 ) 1. Manajemen Elektrolit (2000) a. Agar pasien mendapat
September Kelas 5. Hidrasi Tujuan : a. Berikan cairan sesuai resep cairan dalam tubuh
2019 (00195) Setelah dilakukan jika diperlukan b. Mengetahui gejala yang
Resiko tindakan keperawatan b. Monitor manisfestasi menyebabkan elektrolit
Ketidakseimbangan selama 1x24 jam ketidakseimbangan elektrolit berkurang
Elektrolit b.d diare diharapkan Resiko c. Berikan suplemen elektrolit c. Supaya menambah
Definisi : rentan Ketidakseimbangan d. Berikan elektrolit terikat / elektrolit dalam tubuh
mengalami perubahan Elektrolit dapat teratasi elektrolit terikat zat klien
kadar elektrolit serum Dengan kriteria hasil : e. Monitor kehilangan cairan d. Mengetahui seberapa
yang menggangu 1. Keseimbangan intake yang kaya dengan elektrolit klien sudah kehilangan
kesehatan dan output dalam 24 jam cairan elektrolit
di pertahankan pada skala
2 ditingkatkan ke skala 5
26
(060107)
5. Rabu, 18 Domain 3. Eleminasi NOC (2102) 1. Manejemen Diare (0460) a. Mengetahui riwayat
September dan Pertukaran Tujuan: a. Tentukan riwayat diare diare pasien yang
2019 Kelas 2. Fungsi Setelah dilakukan b. Ajari pasien cara penggunaan dirasakan
Gastrointestinal tindakan keperawatan obat anti diare secara tepat b. Agar pasien
(00013) selama 1x24 jam c. Anjurkan pasien menghindari mengetahui bagaimana
Diare b.d nyeri diharapkan tingkat nyeri makanan pedas dan cara minum obat yang
abdomen dapat diperbaiki. Dengan menimbulkan gas dalam perut baik
Definisi : pasase feses kriteria hasil : d. Identifikasi faktor yang bisa c. Agar pasien tidak
yang lunak dan tidak a. berkeringat berlebihan menyebabkan diare mengalami diare yang
terbentuk dipertahankan pada skala e. Anjurkan pasien untuk bertambah parah
2 dan ditingkatkan ke mencoba menghindari makanan d. Mengetahui faktor apa
skala 5 (210226) yang mengandung laktosa saja yang menyebabkan
diare sehingga dapat
dicegah
e. Agar diare pasien tidak
kambuh
6. Rabu, 18 Domain 4. Aktivitas / NOC (1009) 1. Manajemen Energi (0180) a. Mengetahui apa yang
September Istirahat Tujuan: a. Kaji status fisiologis pasien menyebabkan pasien
2019 Kelas 3. Setelah dilakukan yang menyebabkan kelelahan kenapa kelelahan
Keseimbangan Energi tindakan keperawatan dengan konteks usia dan b. Mengetahui lebih
27
(00093) selama 1x24 jam perkembangan akurat dari kelelahan
Keletihan b.d diharapkan asupan nutrisi b. Gunakan instrument yang c. Agar pasien tidak
kurangnya nutrisi tubuh dapat diperbaiki. Dengan valid untuk kelelahan merasa keletihan lagi
Definisi : keletihan kriteria hasil: c. Perbaiki defisit status d. Agar pasien memiliki
terus menerus dan a. Asupan serat fisiologis asupan energi untuk tidak
penurunan kapasitas dipertahankan dari skala d. Monitor intake / masukan keletihan
kerja fisik dan mental 2 ke skala 5 (100910) nutrisi untuk mengetahui sumber
pada tingkat yang lazim energi yang adekuat
7. Rabu, 18 Domain 4 Aktivitas / NOC perfusi jaringan NIC Perawatan Sirkulasi (4064)
September Istirahat (0422) a. Lakukan penilaian sirkulasi a. Mengkaji sirkalasi
2019 Kelas 4 Respons Tujuan: perifer secara komperhensif perifer klien guna
kardiovaskuler/pulmo Setelah dilakukan b. Monitor kemampuan sensori mengetahui normal atau
nal (00204) tindakan keperawatan dan kognitif klien tidaknya sirkulasi.
Ketidakefektifan selama 1x24 jam c.Evaluasi tekanan arteri b. Mengetahui tingkat
perfusi jaringan perifer diharapkan pulmonal, tekanan darah kesadaran klien
b.d penurunan sirkulasi ketidakefektifan perfusi sistemik kardiak output, dan c. untuk mengetahui
darah jaringan dapat diatasi. tahanan pembuluh darah system peredaran darah
Definisi : penurunan Dengan kriteria hasil: sistemik seperti yang di klien berjalan dengan
sirkulasi darah ke a. aliran darah melalui indikasikan. normal
perifer yang dapat pembuluh darah jantung d. Selalu sediakan alat bantu d. untuk berjaga-jaga
mengganggu kesehatan dipertahankan dari skala cadangan setiap waktu apabila suatu saat kodisi
28
3 deviasi yang sedang klien drop.
dari kisaran normal
ditingkatkan ke skala 5
tidak ada deviasi dari
kisaran normal
8. Rabu, 18 Domain 4 Aktivitas / NOC Status Pernafasan 1. Terapi Oksigen (3320) a.Agar pasien tidak
September Istirahat Ventilasi (0403) a. Berikan oksigen tambahan mengalami sesak
2019 Kelas 4 Respons Tujuan: sesuai yang diperintahkan b. Untuk mengetahui
kardiovaskuler/pulmo Setelah dilakukan b. Monitor aliran oksigen apakah aliran oksigen ke
nal (00032) tindakan keperawatan klien seluruh tubuh lancar atau
Ketidak efektifan pola selama 3x24 jam c. Periksa perangkat alat tidak
nafas b.d sesak diharapkan pola nafas pemberian oksigen secara c. Untuk memastikan
Definisi : Inspirasi klien dapat diperbaiki. berkala untuk memastikan bahwa oksigen yang
dan/atau ekspirasi yang Dengan kriteria hasil: bahwa konsentrasi oksigen digunakan tetap berfungsi
tidak memberi ventilasi a.Frekuensi pernapasan yang diberikan sedang d. Untuk mengetahui
adekuat. klien di tingkatkan dari berjalan keefektifitasan terapi
skala 2 ( Deviasi yang d. Monitor efektifitas terapi oksigen yang digunakan
cukup berat dari kisaran oksigen dengan tepat.
normal) menjadi skala 4
(Deviasi sedang dari
kisaran normal).
29
b. Irama pernafasan di
tingkatkan dari skala 2 (
Deviasi yang cukup berat
dari kisaran normal)
menjadi skala 4 (Deviasi
sedang dari kisaran
normal).
c. Kapas vital klien di
tingkatkan dari skala 2 (
Deviasi yang cukup berat
dari kisaran normal)
menjadi skala 4 (Deviasi
sedang dari kisaran
normal).
9. Rabu, 18 Domain 11 NOC penyembuhan luka : 1. Perawatan kulit : Pengobatan a. Untuk mengurangi
September keamanan/perlindung sekunder (1103) topikal (3584) resiko infeksi pada daerah
2019 an Tujuan: a. Berikan anti inflamasi topikal luka
Kelas 2 cedera fisik Setelah dilakukan untuk daerah yang terkena b. Untuk mengetahui
Kerusakan integritas tindakan keperawatan dengan tepat lebih cepat jika terjadi
kulit b.d lesi pada kulit selama 2x24 jam b. Periksa kulit setiap hari bagi kerusakan kulit
Definisi : kerusakan diharapkan kerusakan pasien yang beresiko mengalami c. Untuk mengecek
30
pada epidermis integritas kulit dapat kerusakan kulit kerusakan kulit secara
dan/atau dermis. berkurang. Dengan c. Dokumentasikan derajat berkala
kriteria hasil: kerusakan kulit
a. Ukuran luka berkurang
dipertahankan dari skala
4 besar ditingkatkan ke
skala 2 terbatas.
b. peradangan luka
dipertahankan dari skala
2 besar ditingkatkan ke
skala 4 terbatas.
10. Rabu, 18 Domain 11 NOC Kontrol infeksi : 1. Kontrol infeksi (6540) a. Untuk menhindari
September keamanan/perlindung proses infeksi (1924) a. Lakukan tindakan-tindakan tindakan yang dapat
2019 an Tujuan: pencegahan yang bersifat menyebabkan infeksi
Kelas 1 infeksi Setelah dilakukan universal b. Supaya teknik yang
Risiko infeksi b.d tindakan keperawatan b. Pastikan teknik perawatan digunakan dapat memberi
peradangan kulit selama 1x24 jam luka yang benar manfaat
Definisi : rentan diharapkan infeksi tidak c. Anjurkan pasien dan keluarga c. Supaya mengetahui
mengalami invasi dan terjadi. Dengan kriteria mengenai tanda dan gejala dengan cepet jika terjadi
multiplikasi organisme hasil: infeksi dan kapan harus infeksi dan dapat segera
31
patogenik yang dapat a. mengidentifikasi faktor melaporkannya kepada penyedia ditangani
mengganggu kesehatan resiko infeksi perawatan kesehatan
dipertahankan dari skala
3 kadang-kadang
menunjukkan
ditingkatkan ke skala 5
secara konsisten
menunjukkan
b. melakukan tindakan
segera untuk mengurangi
resiko dipertahankan dari
skala 3 kadang-kadang
menunjukkan
ditingkatkan ke skala 5
secara konsisten
menunjukkan
32
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian keperawatan
3.1.1 Identitas Klien
33
menggunakan pestisida dan tidak menggunakan APD. Oleh karena itu,
istriya langsung membawa ke Rumah Sakit.
4. Riwayat kesehatan terdahulu :
a. Penyakit yang pernah dialami :
Klien mengatakan bahwa ini yang pertama kali dialaminya
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll) :
Keluarga dan klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki alergi
c. Imunisasi :
Keluarga klien mengatakan tidak tahu tentang imunisasi apa saja yang pernah
diberikan
d. Kebiasaan / pola hidup / life style :
Klien dan keluarga mengatakan bahwa klien merupakan orang yang sangat
senang terhadap makanan yang pedas
e. Obat-obat yang digunakan :
Keluarga mengatakan bahwa klien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan.
5. Riwayat penyakit keluarga:
Klien dan keluarga mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat penyakit
menular maupun penyakit keturunan didalam keluarganya.
Genogram:
34
Keterangan:
: perempuan : klien
Pengkajian Keperawatan
35
Warna wajah sedikit pucat, mukosa bibir kering, ekspresi wajah meringis
menahan nyeri, konjungtiva anemis,terlihat sedikit sesak
Interpretasi :
Klien menahan nyeri, tampak lemah
- Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Sebelum MRS :
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi secukupnya.
Saat MRS :
Klien tidak nafsu makan, makanan dari rumah sakit hanya dimakan 1-2
sendok makan saja.
Interpretasi : sebelum masuk ke RS klien memiliki kebutuhan nutrisi yang
terpenuhi. Namun, setelah masuk RS klien tidak nafsu makan.
3. Pola Eliminasi: saat di rumah sakit
Saat MRS
BAK
Frekuensi : 3 4 kali/ hari
Jumlah : 500 cc
Warna : Kuning jernih
Bau : Amonia
Karakter : Tidak terkaji
BJ : Tidak terkaji
Alat bantu : Tidak menggunakan
Kemandirian : Mandiri
BAB
Frekuensi : 4 kali/ hari
Jumlah : 300 cc
Konsistensi : Encer
Warna : Hitam
Bau : Menyengat
36
Karakter : Encer
BJ : Tidak terkaji
Alat bantu : Tidak menggunakan
Kemandirian : Mandiri
4. Pola aktivitas & latihan
Klien melakukan aktivitas dengan mandiri tanpa bantuan keluarga ataupun alat
bantu lainnya.
Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3: dibantu
alat, 4: mandiri
5. Pola tidur & istirahat
Durasi : Sejak MRS klien mengatakan bahwa hanya dapat tidur 5 jam/
hari dan sesekali terbangun karena rasa nyeri, mual dan ingin bab
Gangguan tidur : Bila siang hari klien tidak dapat tidur lama dan nyenyak, karena
klien merasa nyeri dan mual.
Keadaan bangun tidur : Klien bangun dengan tenang dan hanya terdiam
setelah bangun tidur
Interpretasi :
37
- Klien mengatakan setelah sekitar 30 menit tidur, klien akan terbangun.
Klien mengatakan bahwasannya mulai tidur malam dari jam 23.00-04.00
6. Pola kognitif & perceptual
Fungsi Kognitif dan Memori :
Sebelum dan saat MRS kognitif klien tetap baik, dan masih dapat diajak
bicara dan memberikan timbal balik yang tepat, dan ingatan klien baik saat
dilakukan pengkajian
Fungsi dan keadaan indera :
Klien dan keluarga mengatakan sebelum dan saat MRS, klien tidak memiliki
masalah pada pendengaran walaupun terkadang penglihatan sedikit kabur
7. Pola persepsi diri
Gambaran diri :
Klien dan keluarga klien mengatakan tidak ada masalah terhadap bentuk tubuh klien
Identitas diri :
Klien mengatakan bahwasannya tidak ada masalah terhadap identitas dirinya
Harga diri :
Klien mengatakan tidak terganggu dengan penampilannya.
Ideal Diri :
Ideal diri klien tidak terganggu dan memiliki keyakinan untuk sehat kembali
Peran Diri : Klien sebagai seorang suami dan kepala keluarga.
Interpretasi :
38
9. Pola peran dan hubungan
- keluarga mengatakan bahwa hubungan antara klien dengan anggota keluarga
yang lain baik
- terlihat bahwa keluarga selalu menemani klien saat di rumah sakit.
Interpretasi:
pola peran dan hubungan klien baik dan tidak ada masalah.
10. Pola manajemen koping stress
Klien menganggap kejadian ini sebagai pelajaran untuk bisa lebih baik
dalam bekerja.
Interpretasi :
pola manajemen koping dan stress klien tidak mengalami gangguan
11. Sistem nilai dan keyakinan
Klien yakin bahwa Alllah SWT akan memberikan kesembuhan jika ada
usaha dan terus berdoa.
Klien meyakini bahwa akan segera sembuh.
Interpretasi :
Pemenuhan kebutuhan spiritualitas klien tidak terganggu.
I. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Klien keadaan umumnya lemah, kompas metis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 130/ 90 mm/Hg
Nadi : 105 x/ menit
RR : 26 x/ menit
Suhu : 37ºC
Interpretasi :
39
fungsi tanda tanda vital ada yang mengalami gangguan yaitu nadi
105x/menit, dan RR 22 x/ menit.
40
Inspeksi :
Simetris, warna kulit sama dengan sekitarnya
Palpasi :
Tidak teraba benjolan abnormal
7. Dada
Paru paru
Inspeksi :
Dada klien terlihat mengembang simetris, tidak ada jejas, memakai alat
bantu nafas yang terpasang
Palpasi :
Tidak ada benjolan abnormal
Perkusi :
Perkusi sonor
Auskultasi :
Tidak ada suara tambahan
Jantung
Inspeksi :
Tidak ada jejas
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
Perkusi :
Pekak
Auskultasi :
Lup Dup
8. Abdomen
Inspeksi :
Bentuk perut datar simestris
Palpasi :
Terdapat nyeri tekan pada perut
Perkusi :
41
Timpani semua di lapang perut
Auskultasi : terdengar bising usus 30x/ menit
9. Urogenital
Inspeksi :
Tidak terpasang kateter
10. Ekstermitas
Inspeksi :
Bentuk simestris, jumlah tangan dan kaki lengkap, panjang sama, tidak ada
fraktur, terpasang Nacl 0,9% 20 21 tpm
Palpasi :
Tidak ada edema kaki, CRT < 2 detik
11. Kulit dan Kuku
Inspeksi :
kuku bersih pada kaki kanan dan kiri,
Palpasi :
Tidak ada lesi, kecuali pada tangan kanan yang terkena infuse, tidak ada
benjolan
12. Keadaan Lokal
Kondisi umum tampak lemah, terpasang infuse Nacl 0,9% 20 tpm di tangan
kanannya, pasien sadar
VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium
Nilai Satuan
1. Hematologi
42
16,5
Hematokrit 37-43 % 40
2. Faal Hati
SGOT U/L
10-35 20
(30ºC)
SGPT U/L
9-43 20
(30ºC)
3. Gula Darah
5. Faal Ginjal
43
3.2 Analisa Data
44
2. Rabu, 18 DS: Impuls saraf Ketidakefektifan
September 1. klien terganggu pola nafas
2019 mengatakan sedikit (00032)
sulit bernafas
melalui hidung Kurangnyaaliran
DO: oksigen ke seluruh
1. Klien terlihat tubuh
sesak
2. TD 130/90
3. N 105 x/menit Nadi meningkat
4. RR 26x/menit
Ketidakefektifan
pola nafas
45
4. Rabu, 18 Ds: Nyeri perut Gangguan pola
September 1. Klien tidur (00198)
2019 mengatakan sering
terbangun karena Rasa mual dan
nyeri pada perutnya muntah
dan ingin muntah
2. Klien
mengatakan bahwa Kesulitan untuk
hanya dapat tidur 5 tidur
jam/ hari
Do:
1. Klien tidak tidur Gangguan pola
siang tidur
2. Setiap 30 menit
terbangun
3. Konjungtiva
anemis
5. Rabu, 18 Ds : Tidak mengetahui Defisiensi
September 1.Klien mengatakan dampak pestisida Pengetahuan
2019 tidak mengetahui (00126)
dampak dari
pestisida Tidak mengetahui
Do: cara supaya tidak
1. Klien makan terkena pestisida
tanpa mencuci
tangan setelah
terpapar pestisida Defisiensi
2.Tidak pengetahuan
menggunakan APD
saat terpapar
46
pestisida
47
3.4 Intervensi keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional Paraf dan Nama
keperawatan hasil
1. Nyeri akut b.d NOC 1. Manajemen nyeri 1. Manajemen nyeri. Ns. Dinda
iritasi mukosa usus Tujuan : (1400) a. untuk mengetahui
d.d skala nyeri 7, Setelah dilakukan a. Lakukan lokasi dan skala nyeri
ekspresi wajah tindakan keperawatan pengkajian nyeri secara b. agar klien dapat
nyeri, tidak nafsu selama 1x24 jam komperhensif yang menyampaikan nyeri
makan diharapkan nyeri pada meliputi karakteristik, yang dirasakan dengan
perut dapat berkurang. frekuensi, dan beratnya tepat
Dengan kriteria hasil: nyeri c. agar klien dapat
1. Tingkat b. Gunakan strategi mengatasi nyeri secara
ketidaknyamanan komunikasi terapeutik mandiri
(2109) untuk mengetahui d. Untuk memilih
a. Nyeri dipertahankan pengalaman nyeri dan implementasi yang
pada skala 2 cukup sampaikan penerimaan tepat sesuai dengan
berat ke skala 4 ringan pasien terhadap nyeri. kebutuhan pasien
b. Meringis c. Ajarkan teknik non e. Supaya jika semakin
48
dipertahankan pada farmakologi seperti parah dapat segera
skala 2 cukup berat ke relaksasi, dan distraksi dilakukan penanganan
skala 4 ringan d. kolaborasi dengan selanjutnya
pasien, orang terdekat, dan
tim kesehatan lainnya
untuk memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri
nonfarmakologis sesuai
kebutuhan
e. beri tahu dokter jika
tindakan tidak berhasil
atau jika keluhan pasien
saat ini berubah signifikan
dari pengalaman nyeri
sebelumnya.
2. Ketidakefektifan NOC 1. Manajemen jalan nafas 1. Manajemen jalan Ns. Dinda
pola nafas b.d Tujuan : (3140) nafas
hiperventilasi d.d Setelah dilakukan a. Posisikan klien untuk a. Agar pernafasan
49
sedikit kesulitan tindakan keperawatan memaksimalkan ventilasi klien dapat membaik
bernafas lewat selama 1x24 jam b. Posisikan klien untuk b. Untuk meringankan
hidung, takipnea, diharapkan pola nafas meringankan sesak sesak klien
nadi meningkat dapat membaik. c. Lakukan fisioterapi c. Untuk mengetahui
Dengan kriteria hasil: dada,sebagaimana kebutuhan klien dalam
1. frekuensi mestinya memakai alat pembuka
pernafasan jalan nafas
dipertahankan pada d. Untuk memperbaiki
skala 2 deviasi yang jalan nafas klien
cukup berat dari
kisaran normal ke
skala 4 defiasi ringan
dari kisaran normal
2. irama pernafasan
dipertahankan pada
skala 2 deviasi yang
cukup berat dari
kisaran normal ke
skala 4 defiasi ringan
50
dari kisaran normal
51
skala 2 cukup berat (1570) cairan dan elektrolit
ditingkatkan ke skala a. Identifikasi faktor-faktor yang berkurang
5 tidak ada yang menyebabkan atau c. Untuk menambah
berkontribusi terhadap cairan pada tubuh klien
muntah
b. Monitor keseimbangan
cairan dan elektrolit
c. Tunggu minimal 30
menit setelah episode
muntah sebelum
menawarkan cairan kepada
pasien
4. Gangguan pola NOC 1. Peningkatan tidur 1. Peningkatan tidur Ns. Dinda
tidur b.d pola tidur Tujuan : (1850) a. Untuk mengetahui
yang tidak baik d.d Setelah dilakukan a. tentukan pola tidur/ bagaimana pola tidur
sering terbangun tindakan keperawatan aktivitas pasien pasien
karena nyeri dan selama 1x24 jam b. monitor/catat pola tidur b. Untuk mengetahui
mual, tidur 5 jam diharapkan gangguan pasien dan jumlah jam kecukupan pola dan
per hari, tidak pola tidur dapat tidur jam tidur pasien
52
dapat tidur siang diatasi. c.monitor pola tidur c. Untuk mengetahui
Dengan kriteria hasil: pasien, dan catat kondisi perkembangan kondisi
1. Tingkat kelelahan fisik dan/atau psikologis fisik atau psikologis
(0007) d. monitor makanan saat tidur
a. kualitas tidur sebelum tidur dan intake d. Untuk mengetahui
dipertahankan pada minuman yang dapat faktor intake makanan
skala 2 cukup berat ke memfasilitasi/mengganggu dan minuman yang
skala 5 tidak ada tidur dapat mengganggu pola
b. kualitas istirahat tidur
dipertahankan pada
skala 2 cukup berat ke
skala 5 tidak ada
5. Defisiensi NOC 1. pendidikan kesehatan 1. Pendidikan kesehatan Ns. Dinda
pengetahuan b.d Tujuan : (5510) a.Untuk mengetahui
kurang sumber Setelah dilakukan a. Targetkan sasaran pada kelompok utama yang
pengetahuan d.d tindakan keperawatan kelompok beresiko tinggi akan dilakukan
tidak mengetahui selama 1x24 jam dan rentang usia yang akan pendidikan kesehatan
dampak pestisida, diharapkan mendapat manfaat besar b. Untuk mengetahui
tidak mencuci mengetahui perilaku dari pendidikan kesehatan pengetahuan mengenai
53
tangan saat makan, kesehatan yang baik . b. Tentukan pengetahuan kesehatan dari gaya
tidak menggunakan Dengan kriteria hasil: kesehatan dan gaya hidup hidup pasien, keluarga,
APD 1.Pengetahuan: perilaku saat ini pada dan kelompok
Perilaku kesehatan individu , keluarga, atau c. Untuk mendukung
(1805) kelompok sasaran. perencanaan dan
a. Strategi untuk c. libatkan individu, implementasi perilaku
menghindari paparan keluarga, dan kelompok kesehatan
bahaya lingkungan dalam perencanaan dan d. Untuk menetapkan
dipertahankan pada rencana implementasi gaya rencana tindak lanjut
skala 1 tidak ada hidup atau modifikasi yang dapat dilakukan
pengetahuan perilaku kesehatan dalam perilaku
ditingkatkan ke skala d. rencanakan tindak lanjut kesehatan
4 pengetahuan banyak jangka panjang untuk
memperkuat perilaku
kesehatan atau adaptasi
terhadap gaya hidup
54
3.7 Evaluasi
No. Hari/Tgl Diagnosa Implementasi keperawatan Evaluasi sumatif Paraf
keperawatan
1. Kamis, 19 Nyeri akut 1. Melakukan pengkajian S: Ns Dinda
September nyeri secara komperhensif klien mengatakan bahwa
2019 yang meliputi karakteristik, nyeri pada perut sudah
frekuensi, dan beratnya nyeri berkurang
2. Menggunakan strategi O:
komunikasi terapeutik untuk - Wajah klien sudah tidak
mengetahui pengalaman nyeri terlalu pucat lagi
dan sampaikan penerimaan - Tidak tampak meringis
pasien terhadap nyeri. - TD 120/90 mmHg, RR
3. Mengajarkan teknik non 22X/menit, Nadi:
farmakologi seperti relaksasi, 100X/menit, suhu 37⁰c
dan distraksi A:
4. Berkolaborasi dengan Masalah teratasi penuh
pasien, orang terdekat, dan P :
tim kesehatan lainnya untuk Pertahankan intervensi 1-5
55
memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri
nonfarmakologis sesuai
kebutuhan
5. Memberi tahu dokter jika
tindakan tidak berhasil atau
jika keluhan pasien saat ini
berubah signifikan dari
pengalaman nyeri
sebelumnya.
2. Kamis, 19 Ketidakefekti 1. Memposisikan klien untuk S : Ns Dinda
September fan pola memaksimalkan ventilasi klien mengatakan sesak yang
2019 nafas 2. Memposisikan klien untuk dirasakan mulai berkurang
meringankan sesak O:
3.Mengidentifikasi kebutuhan - Pernafasan melalui
aktual/potensial pasien untuk hidung
memasukkan alat membuka - TD 120/90 mmHg, RR
jalan nafas 22X/menit, Nadi:
56
4. Melakukan fisioterapi 100X/menit, suhu 37⁰c
dada,sebagaimana mestinya A:
Masalah teratasi penuh
P:
Pertahankan intervensi 1-4
3. Kamis, 19 Resiko 1. Melakukan penilaian S : Ns Dinda
September ketidakseimb lengkap terhadap mual, - klien mengatakan muntah 1
2019 angan termasuk frekuensi, tingkat kali
elektrolit keparahan, faktor pencetus - klien mengatakan masih
dengan menggunakan alat sedikit merasa mual
pengkajian O:
2. Mengevaluasi dampak dari - Membran mukosa tidak
pengalaman mual pada terlalu pucat
kualitas hidup (tidur, A :
aktifitas) Masalah teratasi sebagian
3. Mengidentifikasi strategi P :
yang berhasil dilakukan Pertahankan intervensi 1-6
dalam upaya mengendalikan dan lanjutkan intervensi 1-6
mual
57
4. Mengidentifikasi faktor-
faktor yang menyebabkan
atau berkontribusi terhadap
muntah
5. Memonitor keseimbangan
cairan dan elektrolit
6. Menunggu minimal 30
menit setelah episode muntah
sebelum menawarkan cairan
kepada pasien
4. Kamis, 19 Gangguan 1. Menentukan pola tidur/ S : Ns Dinda
September pola tidur aktivitas pasien - klien mengatakan bisa tidur
2019 2. Memonitor/mencatat pola lebih dari 5 jam walaupun
tidur pasien dan jumlah jam masih terbangun 2 jam sekali
tidur - klien dapat tidur siang
3.Memonitor pola tidur walaupun sebentar
pasien, dan catat kondisi fisik O :
dan/atau psikologis - Konjungtiva tidak
4. Memonitor makanan anemis
58
sebelum tidur dan intake A :
minuman yang dapat Masalah teratasi sebagian
memfasilitasi/mengganggu P:
tidur Pertahankan intervensi 1-4
dan lanjutkan intervensi 1-4
5. Kamis, 19 Defisiensi 1. Menargetkan sasaran pada S : Ns Dinda
September pengetahuan kelompok beresiko tinggi dan - klien mengatakan
2019 rentang usia yang akan mengetahui dampak pestisida
mendapat manfaat besar dari - klien mengatakan akan
pendidikan kesehatan melakukan implementasi
2. Menentukan pengetahuan yang disarankan
kesehatan dan gaya hidup O :
perilaku saat ini pada -klien terlihat memahami
individu , keluarga, atau materi yang disampaikan
kelompok sasaran. A:
3. Melibatkan individu, Masalah teratasi penuh
keluarga, dan kelompok P :
dalam perencanaan dan Pertahankan intervensi 1-4
rencana implementasi gaya
59
hidup atau modifikasi
perilaku kesehatan
4. Merencanakan tindak
lanjut jangka panjang untuk
memperkuat perilaku
kesehatan atau adaptasi
terhadap gaya hidup
60
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Saran
a. Untuk yang pernah menderita keracunan pestisida
Menggunakan APD yang benar saat sedang terpapar dengan pestisida,
membersihkan tubuh setelah terpapar pestisida.
b. Untuk keluarga
Mengingatkan dan memberikan motivasi mengenai pencegahan agar
tidak terkena pestisida.
c. Untuk tenaga kesehatan
Memberikan promosi kesehatan mengenai bahaya dan dampak pestisida
serta memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
61
Daftar Pustaka
Hashim, Hazirah binti. 2015. Keracunan Pestisida yang disebabkan oleh Pajanan
Akibat Kerja. Jakarta : Universitas Kristen Krida Wacana.
Istianah dan Ari Yuniastuti. 2017. Hubungan Masa Kerja, Lama Menyemprot, Jenis
Pestisida, Penggunaan APD dan Pengelolaan Pestisida dengan Kejadian
Keracunan pada Petani di Brebes. Public Health Perspective Journal.
2(2):117-123.
Purnomo, Adi Setyo, dkk. 2019. Biodegradasi Pestisida Organoklorin oleh Jamur.
Yogyakarta: Deepublish.
https://books.google.co.id/books?id=e6asDwAAQBAJ&pg=PA12&dq=golon
gan+pestisida+organofosfat&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiLr-
WstdjkAhVUfisKHRYUA1oQ6AEIKDAA#v=onepage&q=golongan%20pes
tisida%20organofosfat&f=false
62
Willy. 2018. Keracunan Insektisida. https://www.alodokter.com/keracunan-
insektisida
63
PERTANYAAN
1. Rista Dwi Pratiwi
Mengapa tidak mengambil diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh padahal pasien tidak ingin makan dan hanya makan sedikit?
2. Resita Ovina Intiyaskanti
Mengapa dalam intervensi gangguan pola tidur tidak menambahkan keperawatan
insomnia?
3. Fathimah Syadiyah E. S.
Kenapa pada gangguan pola tidur hanya memonitor?
4. Imelda Desya Hajar A.
Pada ketidakefektifan pola nafas apa hubungan RR dengan nadi yang meningkat?
5. Indah Nurlaili Jamil
Pada intervensi nyeri akut kenapa tidak mengambil tindakan farmakologi karena
hanya 1x24 jam?
JAWABAN
1. Karena nutrisi pada pasien masih dikatakan normal ditandai dengan tidak
mennurunnya berat badan dan IMT pasien menyatakan bahwa pasien masih
termasuk kelebihan berat. Oleh karena itu, lebih tepat mengambil diagnosa resiko
ketidakseimbangan elektrolit karena pasien mengalami diare dan muntah dan
memungkinkan untuk mengalami ketidakseimbangan elektrolit.
2. Karena insomnia merupakan gangguan tidur yang menyebabkan pasien tidak bisa
tidur, dan pada pasien ini ia ingin untuk tidur tetapi tidak memiliki kemampuan
mempertahankan tidur dikarenakan sering terbangun karena mual dan muntah.
3. Intervensi yang saya tegakkan pertama adalah menentukan pola tidur klien terlebih
dahulu karena setelah dilakukan intervesi mengenai nyeri akut, pola nafas,
ketidakseimbangan elektrolit diharapkan gangguan pola tidur sudah bisa menjadi
lebih baik, sehingga perawat dapat memonitor pasien jika terjadi masalah terhadap
pola tidur nya lagi.
64
4. Karena dalam kasus ini pasien merasa sesak sehingga RR pasien meningkat dan
nadi pasien juga meningkat sehingga dapat diambil diagnosa ketidakefektifan pola
nafas.
5. Karena kita sebagai perawat hal pertama yang dapat kita lakukan yaitu dengan
melakukan tindakan non farmakologi bagi pasien untuk memandirikan pasien
dalam mengatasi nyeri yang dialaminya. Lalu, jika tidak berhasil dalam melakukan
intervensi ini hal yang dapat dilakukan yaitu dengan berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgesik dan farmakologi.
65