Disusun Oleh:
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas “Makalah
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan” Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas Sistem Perkemihan.
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini adanya bantuan berbagai pihak,
untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada
kami
2. Ns., Fery Agusman MM, SKM., M.Kep., Sp.Kom. Ketua STIKES Karya Husada
Semarang
3. Dosen pembimbing Sistem Perkemihan Ns. Boediarsih S.Kep.,
4. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Sejalan dengan materi yang sedang kami pelajari dan diketahui sebelumnya, semoga dengan
adanya makalah ini setidaknya dapat bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan yang
berhubungan dengan Sistem Perkemihan.
Kami meyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki sehinggga dapat selesai dengan
baik. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
penyempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUIUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 17
B. Saran .................................................................................................................... 17
A. Latar Belakang
Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan
“spadon“ yang berarti keratan yang panjang.
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah,
bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir.
Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi
baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat
ujung penis, yaitu pada glans penis.
Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah
batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di
bawah skrotum. Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan
fibrosa yang kencang, yang menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.
B. Rumusan Masalah
a. Apa saja anatomi fisiologi dari hipospadia ?
b. Apa yang dimaksud dengan hipospadia ?
c. Apa saja etiologi dari hipospadia ?
d. Apa saja jenis-jenis dari hipospadia ?
e. Apa saja tanda dan gejala dari hipospadia ?
f. Bagaimana cara penatalaksanaan dari hipospadia ?
g. Apa saja komplikasi dari hipospadia ?
h. Bagaimana asuhan keperawatan dari hipospadia ?
C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui dan memahami tentang anatomi fisiologi reproduksi pria
b. Untuk mengetahui dan memahami tentang penegrtian hipospadia
c. Untuk mengetahui penyebab dari hipospadia
d. Utuk mengetahui jenis-jenis dari hipospadia
e. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari hipospadia
f. Untuk mengetahui cara penatalaksanaan dari hipospadia
g. Untuk mengetahui komplikasi dari hipospadia
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari hipospadia
BAB II
PEMBAHASAN
C. Klasifikasi Hipospadia
D. Etiologi Hipospadia
Penyebab terjadinya hipospladia antara lain :
1. Ganggguan dan ketidakseimbangan hormone (endocrine)
Hormon yang dimaksud yaitu hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin
(pria). Atau bisa juga karena reseptornya hormone androgen sendiri didalam tubuh yang
tidak ada. Sehingga walaupun hormone adrogennya sendiri telah terbentuk cukup akan
tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan member efek yang semestinya.
2. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen
yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga reaksi dari gen tersebut tidak terjadi
3. Lingkungan
Penyebab lingkungan yaitu polutan dan zat bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan
mutasi.
E. Manisfestasi Klinis
Manisfestasi klinis terjadinya hipospadia yaitu :
1. Glan penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal dibagian bawah penis
yang menyerupai meatus uretra eksternus.
2. Prepitium (kulup) tidak ada dibagian bawa penis, melainkan menumpuk pada punggu
penis.
3. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga
ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar
4. Kulit penis bagian bawah sangat tipis
5. Tunika dartos, fasia busch dan korpus spongosium tidak ada
6. Dapat timbul pada chordee bila letak meatus pada dasar dari glans penis
7. Sering disertai undesscended testis ( testis tidak turun ke kantong skortum)
8. Gangguan congenital pada ginjal
9. Lubang penis tidak terdapat diujung penis tetapi berada dibawah
10. Penis melengkung kebawah
11. Penis tampak berkerudung karena kelainan pada kulit depan penis
12. Jika berkemih anak harus duduk
13. Keluarnya air seni yang abnormal.
14. Tidak semua hipospadia memiliki chordee.
Hipospadia
Pengelolaan
Pembedahan Kombinasi
chordee dan pembedahan radio
uretroplasty diagnostik
Pemasangan
Proses kateter
pembedahan unhewlling
J. Komplikasi Hipospadia
Komplikasi yang sering terjadi antara lain striktur uretra (terutama pada sambungan meatus
uretra yang sebenarnya dengan uretra yang baru dibuat)atau fistula.
1. Infertility
2. Resiko Hernia Inguinalis
3. Gangguan psikososial seperti anak merasa malu
4. Komplikasi Pasca Pembedahan : Perdarahan, Infeksi, Jahitan yang terlepas, nekrosi flap
dan edema
5. Komplikasi Lanjut antara lain :
a. Kebocoran traktus urinaria karena penyembuhan yang lama
b. Fistula Uretrocutaneus
c. Adanya rambut dalam uretra
d. Striktur Uretra adalah suatu kondisi penyempitan lumen uretra. Striktur Uretra
menyebabkan gangguan berkemih, mulai dari aliran berkemih yang mengecil sampai
sama sekali tidak dapat mengalirkan urine keluar dari tubuh.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
HIPOSPADIA
A. Pengkajian
a. Pengakjian Fisik
1. Pemeriksaan Genetalia
2. Palpasi Abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada ginjal
3. Kaji fungsi perkemihan
4. Adanya lekukan pada ujung penis
5. Melengkungnya penis kebawah dengan atau tapa ereksi
6. Terbukanya uretra pada vental
7. Pengkajian setelah pembedahan : pembekakan penis, perdarahan
b. Pengkajian Mental
1. Sikap pasien sewaktu diperiksa
2. Sikap pasien dengan adanya rencana pembedahan
3. Tingkat kecemasan
4. Tingkat pengetahuan keluarga dengan pasien
B. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan Eliminasi Urine b.d Retensi Urine, obstruksi Mekanik
2. Nyeri b.d Kerusakan jaringan pascabedah
3. Resiko tinggi Infeksi b.d port de entrée luka pasca bedah, insersi kateter
4. Kecemasaan b.d akan dilaksanakan operasi
C. Intervensi Keperawatan
No Dx Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 Gangguan Eliminasi Urine Setelah dilakukan tindakan Urinary retention care:
Definisi : selama…x 24 jam gangguan - Lakukan penilian kemih
Disfungsi pada eliminasi urine eliminasi urine dapat teratasi yang komprehensif
Batasan Karakteristik : dengan criteria hasil: berfokus pada inkontinensia
Disuria Urinary elimination (ex: output urin, pola
Sering berkemih Urinary continuence berkemih, fungsi kognitif
Inkontenensia Kriteria Hasil: dan masalah kencing
Nokturia Kandung kemih kosong praeksisten)
Retensi secra penuh - Memantau penggunaan obat
Dorongan Tidak ada residu urin dengan sifat anti
Faktor yang berhubungan : >100-200cc kolingergik atau property
Obstruksi anatomic Intake cairan dalam alfa agnosis
Penyebab Multiple rentang normal - Memonitor obat-obat yang
Gangguan sensoris motorik Bebas dari ISK diresepkan
Infeksi Saluran Kemih Tidak ada spasme bladder - Gunakan kekuatan sugesti
Balance cairan seimbang dengan menjalankan air
atau disiram toilet
- Merangsang reflek kandung
kemih dg menerapkan
dingin untuk perut
- Sediakan waktu yang cukup
untuk pengosongan
kandung kemih(10 menit)
- Menyediakan maneuver
crede yang diperlukan
- Masukkan kateter kemih
- Anjurkan pasien/ keluarga
pasien untuk merekam
output urine
- Memantau asupan dan
keluaran
- Memantau tingakat distensi
kandung kemih dengan
palpasi dan perkusi
2 Cemas b/d akan dilakukan NOC : NIC :
tindakan operasi Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
Definisi : Coping kecemasan)
Perasaan gelisah yang tak jelas Impulse control - Gunakan pendekatan yang
dari ketidaknyamanan atau Kriteria Hasil : menenangkan
ketakutan yang disertai respon Klien mampu - Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap pelaku
autonom (sumner tidak mengidentifikasi dan
pasien
spesifik atau tidak diketahui mengungkapkan gejala - Jelaskan semua prosedur
oleh individu); perasaan cemas dan apa yang dirasakan
keprihatinan disebabkan dari Mengidentifikasi, selama prosedur
antisipasi terhadap bahaya. mengungkapkan dan - Pahami prespektif pasien
Sinyal ini merupakan menunjukkan tehnik untuk terhdap situasi stres
peringatan adanya ancaman mengontol cemas - Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan
yang akan datang dan Vital sign dalam batas
mengurangi takut
memungkinkan individu untuk normal - Berikan informasi faktual
mengambil langkah untuk Postur tubuh, ekspresi mengenai diagnosis,
menyetujui terhadap tindakan wajah, bahasa tubuh dan tindakan prognosis
Ditandai dengan tingkat aktivitas - Dorong keluarga untuk
Gelisah menunjukkan menemani anak
- Lakukan back / neck rub
Insomnia berkurangnya kecemasan - Dengarkan dengan penuh
Resah perhatian
- Identifikasi tingkat
Ketakutan
kecemasan
Sedih - Bantu pasien mengenal
Fokus pada diri situasi yang menimbulkan
Kekhawatiran kecemasan
Cemas - Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
- Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
3 Resiko Infeksi b/d tindakan NOC : NIC :
invasive kateter Immune Status Infection Control (Kontrol
Definisi : Knowledge : Infection infeksi)
Peningkatan resiko masuknya control - Bersihkan lingkungan
organisme patogen Risk control setelah dipakai pasien lain
Faktor-faktor resiko : Kriteria Hasil : - Pertahankan teknik isolasi
- Batasi pengunjung bila
Prosedur Infasif Klien bebas dari tanda dan
perlu
Ketidakcukupan gejala infeksi - Instruksikan pada
pengetahuan untuk Mendeskripsikan proses pengunjung untuk mencuci
menghindari paparan penularan penyakit, factor tangan saat berkunjung dan
patogen yang mempengaruhi setelah berkunjung
Trauma penularan serta meninggalkan pasien
- Gunakan sabun
Kerusakan jaringan dan penatalaksanaannya,
antimikrobia untuk cuci
peningkatan paparan Menunjukkan kemampuan
tangan
lingkungan untuk mencegah timbulnya - Cuci tangan setiap sebelum
Ruptur membran amnion infeksi dan sesudah tindakan
Agen farmasi Jumlah leukosit dalam kperawtan
batas normal - Gunakan baju, sarung
(imunosupresan)
Menunjukkan perilaku tangan sebagai alat
Malnutrisi pelindung
hidup sehat
Peningkatan paparan - Pertahankan lingkungan
lingkungan patogen aseptik selama pemasangan
Imonusupresi alat
- Ganti letak IV perifer dan
Ketidakadekuatan imum
line central dan dressing
buatan sesuai dengan petunjuk
Tidak adekuat pertahanan umum
sekunder (penurunan Hb, - Gunakan kateter intermiten
Leukopenia, penekanan untuk menurunkan infeksi
respon inflamasi) kandung kencing
- Tingktkan intake nutrisi
Tidak adekuat pertahanan
- Berikan terapi antibiotik
tubuh primer (kulit tidak bila perlu
utuh, trauma jaringan,
penurunan kerja silia, cairan
tubuh statis, perubahan Infection Protection (proteksi
sekresi pH, perubahan terhadap infeksi)
peristaltik) - Monitor tanda dan gejala
Penyakit kronik infeksi sistemik dan lokal
- Monitor hitung granulosit,
WBC
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
- Pertahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
- Pertahankan teknik isolasi
k/p
- Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
- Ispeksi kondisi luka/ insisi
bedah
- Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara menghindari
infeksi
- Laporkan kecurigaan
infeksi
- Laporkan kultur positif
A. Kesimpulan
Hipospadia berasal dari kata hypo yang berarti di bawah spadon yang berarti
keratan panjang. Hipospadia adalah kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak
dibagian bawah dekat pangkal penis. Apabila lubang kecil saja tidak memerluhkan
adanya tindakan karena akan dapat menutup sendiri. Tetapi jika lubang besar maka perlu
adanya tindakan bedah dan menungggu anak usia remaja.
Penyebab dari hipospadia antar lain:
a. Genetika
b. ketidak seimbangan hormone
c. lingkungan.
Jenis-jenis dari hipospadia antara lain adalah:
a. Hipospadia Grandular
b. Hipospadia Subcoronal
c. Hipospadia Peneescrotal
d. Hipospadia Mediopenean
e. Hipospadia Prenial
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan dan dapat menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan tentang
hipospadia.
DAFTAR PUSTAKA
Underwood. (1999). General and Systematic Patology Vol.2. In Sarjadi, Patology Umum dan
Sistematik Vol.2 (pp. 389, 402,). Jakarta: EGC.