Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hipotermia termasuk kondisi kesehatan yang membutuhkan penanganan medis darurat.


Keadaan ini terjadi saat temperatur tubuh menurun drastis di bawah suhu normal yang
dibutuhkan oleh metabolisme dan fungsi tubuh, yaitu di bawah 35°C. Saat temperatur tubuh
berada jauh di bawah titik normal, sistem persarafan dan fungsi organ lain dalam tubuh akan
mulai terganggu. Apabila tidak segera ditangani, hipotermia dapat menyebabkan kegagalan
sistem pernafasan dan sistem sirkulasi (jantung), dan akhirnya menyebabkan kematian.

Hipotermia adalah penurunan suhu inti tubuh menjadi < 35 ̊C


(atau 95 ̊F) secara involunter. Lokasi pengukuran suhu inti tubuh mencakup
rektal, esofageal, atau membran timpani, yang dilakukan secara benar (Tanto, 2014).
Menurut Hardisman (2014), hipotermia didefinisikan bila
suhu inti tubuh menurun hingga 35 ̊C
(95 ̊F) atau dapat lebih rendah lagi. Menurut Setiati (2014), hipotermia disebabkan oleh lepasnya
panas karena konduksi,konveksi, radiasi, atau evaporasi. Local cold injury dan frost bite timbul
karena hipotermia menyebabkan penurunan viskositas darah dan kerusakan intraselular
(intracellular injury). Hipotermia adalah keadaan suhu tubuh di bawah 35 ̊C, dan dapat
dikategorikan sebagai berikut:

a.Hipotermia ringan : 32 –35 ̊C

b.Hipotermia sedang : 28 –32 ̊C

c.Hipotermia berat : di bawah 28 ̊C

B. TUJUAN PENULISAN

1. Memberi pengetahuan pada pembaca


2. Menjelaskan apa yang dimaksud hipotermi
3. Menjelaskan etiologi hipotermi
4. Menjelaskan penetalaksanaan hipotermi
5. Agar pembaca memahami apa saja yang harus dilakukan saat memberikan
pelayanan pada korban dengan kasus hipotermi dengan baik dan berkualitas.
C. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari 4 BAB , yaitu BAB I Pendahuluan, BAB II Kosep Dasar,
BAB III Asuhan Keperawatan dan BAB IV Penutupan.
BAB II
KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Hipotermia adalah suatu kondisi di mana mekanisme tubuh untuk pengaturan


suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefinisikan
sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C. Tubuh manusia mampu mengatur suhu
pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 °C. Di luar suhu tersebut, respon tubuh
untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas
dalam tubuh. Gejala hipotermia ringan adalah penderita berbicara melantur, kulit menjadi
sedikit berwarna abu-abu, detak jantung melemah, tekanan darah menurun, dan terjadi
kontraksi otot sebagai usaha tubuh untuk menghasilkan panas.

Pada penderita hipotermia moderat, detak jantung dan respirasi melemah hingga
mencapai hanya 3-4 kali bernapas dalam satu menit. Pada penderita hipotermia parah,
pasien tidak sadar diri, badan menjadi sangat kaku, pupil mengalami dilatasi, terjadi
hipotensi akut, dan pernapasan sangat lambat hingga tidak kentara (kelihatan). Hipotermi
terjadi bila terjadi penurunan suhu inti tubuh di bawah 35 °C (95 °F). Pada suhu ini,
mekanisme kompensasi fisiologis tubuh gagal untuk menjaga panas tubuh.

Penyebab utama hipotermia adalah pajanan udara dingin. Sejumlah situasi yang berpotensi
menyebabkan kondisi ini di antaranya adalah:

 Tidak mengenakan pakaian yang tepat saat mendaki gunung.


 Berada terlalu lama di tempat dingin.
 Jatuh ke kolam.
 Mengenakan pakaian yang basah untuk waktu cukup lama.
 Suhu pendingin ruangan yang terlalu rendah (khususnya bagi manula dan bayi).

B. Jenis-jenis Hipotermia

Berdasarkan tingkat kecepatan hilangnya panas pada tubuh, hipotermia dapat dibedakan
menjadi:

 Hipotermia akut atau imersi. Kondisi ini terjadi apabila seseorang kehilangan panas
tubuh secara mendadak dan sangat cepat, contohnya saat seseorang jatuh ke kolam yang
dingin.
 Hipotermia akibat kelelahan. Pada kondisi yang terlalu lemah, tubuh tidak akan
mampu menghasilkan panas, sehingga orang tersebut akan jatuh pada kondisi hipotermia.
 Hipotermia kronis. Jenis ini terjadi bila panas tubuh menghilang secara perlahan.
Kondisi ini umum terjadi pada lansia yang tinggal di ruangan dengan kehangatan yang
kurang, atau pada tunawisma yang tidur di luar ruangan.
C. Faktor Risiko Hipotermia

Hipotermia dapat terjadi pada siapa saja, namun ada sejumlah faktor yang berpotensi
meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini. Faktor-faktor tersebut meliputi:

 Usia – bayi dan manula. Kemampuan untuk mengendalikan temperatur tubuh yang
belum berkembang dengan sempurna pada bayi dan yang menurun pada manula. Anak-
anak juga terkadang mengabaikan udara dingin karena terlalu asyik bermain.
 Minuman keras dan obat-obatan terlarang. Alkohol dan obat-obatan terlarang dapat
melebarkan pembuluh darah sehingga mempercepat dan meningkatkan pelepasan panas
tubuh dari permukaan kulit. Kondisi mabuk atau teler dapat membuat seseorang tidak
menyadari situasi dan cuaca dingin di sekitarnya.
 Penyakit yang memengaruhi memori, misalnya penyakit Alzheimer. Pengidap
penyakit ini biasanya tidak sadar bahwa mereka sedang kedinginan atau tidak paham apa
yang harus dilakukan.
 Pengaruh penyakit tertentu. Ada beberapa penyakit yang dapat memengaruhi
mekanisme pengendali suhu tubuh, misalnya anoreksia nervosa, stroke, dan
hipotiroidisme.
 Obat-obatan tertentu, misalnya antidepresan, sedatif, serta analgesik opiat. Obat-obatan
ini dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk mengendalikan temperatur.
 Orang yang menghabiskan waktu lama di tempat yang dingin, misalnya pendaki
gunung atau tunawisma.

D. Gejala-gejala Hipotermia

Gejala hipotermia sangat beragam dan terkadang sulit dikenali. Gejala yang muncul tergantung
pada seberapa rendah suhu tubuh pengidapnya.

Bayi yang mengalami hipotermia bisa terlihat sehat, tapi kulitnya akan terasa dingin dan terlihat
kemerahan. Bayi juga cenderung sangat diam, terlihat lemas, dan tidak mau menyusu atau
makan.

Gejala-gejala hipotermia umumnya berkembang secara perlahan-lahan sehingga sering tidak


disadari oleh pengidapnya. Orang yang mengalami hipotermia ringan akan menunjukkan gejala
yang meliputi menggigil yang disertai rasa lelah, lemas, pusing, lapar, mual, kulit yang dingin
atau pucat, dan napas yang cepat.

Jika suhu tubuh terus menurun hingga di bawah 32°C, tubuh pengidap hipotermia biasanya tidak
bisa memicu respons menggigil lagi. Ini mengindikasikan tingkat keparahan hipotermia sudah
memasuki tahap menengah hingga parah.
Pengidap serangan hipotermia tingkat menengah (suhu tubuh 28-32°C) akan mengalami gejala-
gejala berupa:

 Mengantuk atau lemas.


 Bicara tidak jelas atau bergumam.
 Linglung dan bingung.
 Kehilangan akal sehat, misalnya membuka pakaian meski sedang kedinginan.
 Sulit bergerak dan koordinasi tubuh yang menurun.
 Napas yang pelan dan pendek.
 Tingkat kesadaran yang terus menurun.

Apabila tidak segera ditangani, suhu tubuh akan makin menurun dan berpotensi memicu
hiportemia yang parah dengan suhu tubuh 28°C ke bawah. Kondisi ini ditandai dengan gejala-
gejala berikut:

 Pingsan.
 Denyut nadi yang lemah, tidak teratur, atau bahkan sama sekali tidak ada denyut nadi.
 Pupil mata yang melebar.
 Napas yang pendek atau sama sekali tidak bernapas.

Jika anak atau ada anggota keluarga Anda yang mengalami gejala-gejala tersebut, bawalah
secepatnya ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan darurat.

E. Metode Pengobatan Hipotermia

Langkah utama dalam menangani hipotermia adalah dengan mencegah proses pelepasan panas
tubuh dan menghangatkan tubuh pengidap secara perlahan-lahan.

Sebelum pengidap hipotermia menerima penanganan dari petugas medis profesional, ada
sejumlah metode pertolongan darurat yang dapat Anda lakukan untuk membantu. Metode-
metode tersebut meliputi:

 Memantau pernapasan pengidap. Segera berikan napas buatan jika pengidap berhenti
bernapas.
 Perlakukan pengidap dengan hati-hati. Gerakan yang kasar atau berlebihan dapat memicu
serangan jantung. Menggosok tangan atau kaki pengidap juga sebaiknya dihindari.
 Pindahkan pengidap ke dalam ruangan atau tempat yang hangat jika memungkinkan.
Tetapi jangan langsung memandikan pengidap dengan air hangat.
 Lepaskan pakaian pengidap jika basah dan ganti dengan yang kering.
 Tutupi tubuh pengidap (terutama bagian perut dan kepala) dengan selimut atau pakaian
agar hangat.
 Apabila Anda berada di luar ruangan atau di alam terbuka, lapisi tanah dengan selimut
sebelum membaringkan pengidap.
 Berbagi panas tubuh dengan pengidap, misalnya dengan memeluknya secara hati-hati.
Kontak langsung dari kulit ke kulit akan lebih efektif.
 Berikan minuman hangat jika pengidap masih sadar dan bisa menelan. Tetapi jangan
memberi minuman yang mengandung alkohol atau kafein.
 Gunakan handuk kering yang dihangatkan atau botol berisi air hangat untuk mengompres
pengidap. Kompres ini sebaiknya diletakkan di leher, dada, atau selangkangan. Jangan
meletakkannya di bagian kaki atau tangan karena dapat mendorong darah yang dingin
untuk mengalir ke jantung, paru-paru, dan otak.

Setelah sampai di rumah sakit, pengidap hipotermia akan menerima serangkaian langkah
penanganan medis. Pemilihan jenis penanganan akan tergantung pada tingkat keparahan
hipotermia yang diderita pengidap. Beberapa jenis perawatan intensif yang biasanya dilakukan
meliputi:

 Mengeluarkan dan menghangatkan darah pasien, lalu kembali mengalirkannya ke dalam


tubuh pasien. Proses ini dilakukan dengan mesin pintas jantung dan paru (CPB) atau
mesin hemodialisis.
 Menghangatkan saluran pernapasan dengan memberikan oksigen yang sudah
dilembapkan dan dihangatkan melalui masker dan selang.
 Memberikan infus berisi larutan salin yang sudah dihangatkan.
 Mengalirkan larutan yang hangat untuk melewati dan menghangatkan beberapa organ
tubuh, misalnya sekitar paru-paru atau rongga perut.

Hipotermia yang tidak diobati dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius, seperti radang
beku atau frosbite serta gangren (jaringan yang membusuk akibat terhambatnya aliran darah),
atau bahkan kematian.

F. Langkah Pencegahan Hipotermia

Hipotermia bisa dicegah. Langkah-langkah sederhana yang dapat Anda lakukan untuk
menghindari hipotermia adalah:

 Menjaga agar tubuh tetap kering. Segera ganti pakaian Anda yang basah karena akan
menyerap panas tubuh Anda.
 Kenakan pakaian yang sesuai dengan cuaca dan kegiatan, terutama bagi Anda yang
gemar mendaki gunung atau berkemah di tempat yang dingin. Gunakanlah pakaian dari
bahan yang dapat menjaga kehangatan tubuh sekaligus menyerap keringat, misalnya wol.
Hindari pakaian berbahan katun. Gunakan jaket yang tahan angin dan air.
 Jangan lupa untuk menggunakan topi, syal, sarung tangan, kaus kaki, serta sepatu bot.
 Lakukan gerakan sederhana untuk menghangatkan tubuh, tapi jangan sampai berkeringat
berlebihan. Jika terkena angin, baju yang basah karena keringat dapat menurunkan panas
tubuh.
 Sediakan minuman dan makanan hangat, tetapi hindari minuman yang mengandung
alkohol atau kafein.
Bayi dan anak-anak lebih rentan terkena serangan hipotermia dibandingkan orang dewasa.
Karena itu, Anda perlu melakukan langkah-langkah pencegahan agar mereka terhindar dari
hipotermia. Di antaranya adalah:

 Berikan pakaian atau jaket tambahan agar lapisan perlindungan mereka lebih tebal.
 Jangan biarkan bayi Anda tidur di ruangan dengan suhu terlalu dingin.
 Jangan biarkan anak Anda bermain di luar saat hujan atau cuaca dingin. Segera bawa
anak Anda masuk ketika mulai menggigil.

Menghindari dan membentengi diri dari udara dingin akan membantu kita untuk mencegah
serangan hipotermia yang berpotensi fatal.

G. PENATALAKSANAAN KEGAWATAN
1. Mencari adanya kemungkinan cedera lain
2. Meningkatkan suhu inti pasien menjadi normal, missal di pindahkan tempat untuk
menghindari angin.

H. PENGKAJIAN FOKUS KEGAWATAN


1. Airway : Kaji apakah ada muntah, pendarahan, benda asing dalam mulut seperti
lendir dan bunyi nafas. Pada kasus hipotermi pengkajian airway tidak ditemukan
masalah.
2. Breathing : Kaji kemampuan nafas klien. Pada kasus hipotermi, breathing klien
tidak ditemukan masalah .
3. Circulation : Kaji sirkulasi darah klien. Pada kasus hipotermi denyut nadi klien
bisa melemah dikarenakan dehidrasi sehingga pembuluh darah mengecil yang
disebabkan oleh hipotermi.
4. Disability : Kaji apakah klien mampu bergerak dengan bebas. Pada kasus
hipotermi, klien akan merasa lemas karena penurunan suhu tubuh dan kekurangan
cairan
BAB III
LANGKAH-LANGKAH ATAU CARA MENGATASI HIPOTERMIA DALAM
KEGAWATDARURATAN WISATA

A. Cara Mencegah Hipotermia

1. Selalu lengkapi perjalanan wisata “daerah yang dingin” dengan


perlengkapan yang dapat menghangatkan diri. Seperti jaket,
pakaian tebal, jas hujan, kaos kaki, dll.
2. Hindari kontak dengan air secara langsung
3. Jangan gunakan pakaian yang mudah menyerap air/sulit kering
4. Jangan berlama-lama menggunakan pakaian basah
5. Pastikan tubuh dalam kondisi hangat.

B. Cara mengatasi Hipotermi (Pasien sadarkan diri)


1. Ganti baju basah dengan baju kering
2. Beri minum hangat
3. Beri makan tinggi kalori
4. Perbanyak bergerak untuk meningkatkan suhu tubuh
5. Buat api unggun disekitar

C. Pada penderita tidak sadar diri


1. Ganti pakaian yang basah
2. Masukkan kedalam sleepingbag
3. Memeluk tubuh (berpelukan) untuk meningkatkan suhu tubuh
4. Upayakan penderita segera sadarkan diri
5. Jika sadarkan diri lakukan penanganan seperti diatas.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hipotermia termasuk kondisi kesehatan yang membutuhkan penanganan medis darurat.


Keadaan ini terjadi saat temperatur tubuh menurun drastis di bawah suhu normal yang
dibutuhkan oleh metabolisme dan fungsi tubuh, yaitu di bawah 35°C. Saat temperatur tubuh
berada jauh di bawah titik normal, sistem persarafan dan fungsi organ lain dalam tubuh akan
mulai terganggu. Apabila tidak segera ditangani, hipotermia dapat menyebabkan kegagalan
sistem pernafasan dan sistem sirkulasi (jantung), dan akhirnya menyebabkan kematian.
MAKALAH KEGAWATDARURATAN WISATA DARAT
DENGAN KASUS HIPOTERMI

Untuk Memenuhi Tugas : Kegawatdaruratan Wisata Darat

Dosen Pengampu : Ns. Ni Nyoman MA, S.Kep, M.Si.Med

Disusun oleh :

1. Amila Hannan Sadida (1503008)


2. Ani Dwi Wahyu (1503010)
3. Arden Risang M (1503014)
4. Dyah Ayu S (1503028)
5. Gampang Fajar N H (1503042)
6. Hergina Novi I (1503046)
7. Uswatun Ulfah M (1503088)

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

2018

Anda mungkin juga menyukai