Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA

HEMOROID

Disusun Oleh :

1. Herti Deni Mariana Nainggolan


2. Mahdalena Saragih
3. Rinhard Rifai Purba
4. Yessi Yohana Pandiangan

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN


DAN FISIOTERAPI INSTITUT KESEHATAN

MEDISTRA LUBUK PAKAM

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, oleh
karena rahmat dan berkatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.
Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimaksih kepada semua pihak
yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Tak lupa penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua dosen-dosen serta kawan-kawan yang
telah banyak memberikan dukungan berupa dukungan moril.
Penulis menyadari begitu banyak kekurangan dalam pembuatan makalah
ini, oleh karenanya penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
sifatnya membangun agar makalah ini dapat di revisi kembali dan menjadi lebih
sempurna
Akhir kata, penulis mengucakan semoga makalah ini berguna bagi kita semua.
Termakasih

Lubuk Pakam, September 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.......................................................1
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................1
1.3 Tujuan penulisan................................................................................................2

BAB II KONSEP TEORI


2.1 Pengertian Hemoroid..........................................................................................3
2.2. Etiologi..............................................................................................................
3
2.3 Patofisiologi.......................................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinis...............................................................................................6
2.5 Pemeriksaan
Diagnostik.....................................................................................6
2.6 Komplikasi.........................................................................................................7
2.7 Penatalaksanaan Medis............................................................................................7

BAB III KONPEP ASKEP


3.1 Pengkajian........................................................................................................11
3.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................13
3.3 Rencana Tindakan Keperawatan.......................................................................14
3.4 Evaluasi.......................................................................... ..................................19

BAB III PENUTUP


4.1 Kesimpulan.......................................................................................................20
4.2 Saran.................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemeroid
sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe
hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali
atau memperberat adanya hemoroid. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita
hamil. Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan
juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis.
Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan
hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan.
Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe. Hemeroid internal, yaitu hemoroid
yang terjadi diatas sfingter anal sedangkan yang muncul di luar sfingter anal disebut
hemoroid eksternal. (Brunner& Suddarth,2002)

Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan


pada praktek dokter sehari-hari. Di RSCM selama 2 tahun. Dari 414 kali
pemeriksaan kolonoskopi didapatkan 108(26,09%) kasus hemoroid. (Aru w.
Sudoyo 2009). Berdasarkan data yang diambil di ruang paviliun mawar RSUD
Kabupaten jombangangka kejadian hemoroid pada tahun 2012 terjadi sebanyak
30% kejadian.sedangkanangka kejadian hemoroid pada tahun 2013 terjadi
sebanyak 45% kejadian.dansampai bulan desember pada tahun 2014 angka
kejadian hemoroid meningkat menjadi sebanyak 50 (50.18%) kejadian. Jumlah
keseluruhan dari sampai desember 2014 yaitu 50 kasus. Penyebab meningkatnya
angka kejadian hemoroid dikarenakan oleh faktor mengedan pada buang besar yang
sulit, pola buang besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu
lama duduk di jamban sambil membaca, merokok), peningkatan intra abdomen,
kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen, dan perubahan hormonal),
usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut, yang berlebihan, hubungan
seks peranal, kurang minum air putih, kurang makan makanan berserat (sayur dan
buah), kurang olah raga/imobilisasi. (Aru w. Sudoyo dkk,2009).

Dampak dari hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan


seringmenyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi.
Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema
yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pemebekuandarah dalam
hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan
nekrosis.hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini
membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps. (Brunner&Suddarth,2002)

Upaya untuk mengatasi kasus hemoroid yaitu berupa perbaikan pola hidup,
perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola cara defekasi. Memperbaiki
merupakan pengobatan yang harus ada dalam setiap bentuk dan derajat hemoroid.
Perbaikan defekasi disebut bowel management program(BMP) yang terdiri dari
diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses dan perubahan perilaku buang air besar.
Untuk memperbaiki defikasi dianjurkan menggunakan posisi jongkok sewaktu
defekasi. Pada posisi jongkok ternyata sudut anorektal pada orang menjadi lurus
kebawah sehingga hanya diperlukan usaha yang lebih ringan untuk mendorong tinja
kebawah atau ke luar rektum. Mengedan dan konstipasi akan meningkatkan
tekanan vena hemoroid, dan akan memperparah timbulnya hemoroid. Bersaman
program BMP diatas, biasanya juga diakukan tindakan kebersihan lokal dengan
cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari. Dengna
perendaman ini maka eksudat yang lengket atau sisa tinja yang lengket akan dapat
dibersihkan. Eskudat atau tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa
gatal bila dibiarkan. Pasien diusahakan tidak banyak duduk atau tidur, dengan
banyak bergerak pola defekasi menjadi membaik. Pasien diharuskan banyak minum
air 30-40ml/kg/BB/hari untuk melembekan tinja. Pasien harus banyak makan serat
antara lain buah-buahan, sayur-sayuran. (Aru W, sudoyo,2009:588)

Berdasarkan uraian diatas maka diperlukan perbaikan pola hidup, perbaikan


pola makan dan minum, perbaikan pola cara defekasi. Memperbaiki merupakan
pengobatan yang harus ada dalam setiap bentuk dan derajat hemoroid. Perbaikan
defekasi disebut bowel management program(BMP) yang terdiri dari diet, cairan,
serat tambahan, pelicin feses dan perubahan perilaku buang air besar.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dalam pembuatan makalah ini, masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa Definisi dari Hemoroid?
1.2.2 Apa Etiologi dari Hemoroid?
1.2.3 Bagaimana Patofisiologia dari Hemoroid?
1.2.4 Bagaiman Pathway dari Hemoroid?
1.2.5 Manifestasi Klinis dari Hemoroid?
1.2.6 Apa Pemeriksaan Diagnostik dari Hemoroid?
1.2.7 Bagaimana Penatalaksanaan Medis dari Hemoroid?
1.2.8 Asuhan Keperawatan Hemoroid?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Bertolak pada rumusan masalah di atas maka makalah ini bertujuan untuk
mengetahui:
1.3.1 Apa Definisi dari Hemoroid itu?
1.3.2 Apa Etiologi dari Hemoroid?
1.3.3 Bagaimana Patofisiologis dari Hemoroid?
1.3.4 Bagaimana Pathway dari Hemoroid?
1.3.5 Manifestasi Klinis dari Hemoroid?
1.3.6 Apa Pemeriksaan Diagnostik dari Hemoroid?
1.3.7 Bagaiman Penatalaksanaan Med
BAB II
KONSEP TEORI

2.1 Pengertian

Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal.


Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri
dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh
masyarakat awam. Sudah pasti kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak
nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek
kosmetik bahkan sampai aspek sosial.
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran
pembuluh darah, walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana.
Hemoroid hampir mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah
yang melebar adalah pembuluh darah kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh
darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah anorektal. (dr.delken
kuswanto)
2.2 Etiologi
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang
menyebabkan gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke
hepar sehingga terjadi hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara
lain ke esopagus dan pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena sehingga
aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal
dan lain lain.
2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor
penyebab timbulnya hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh
darah, dan bukan hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga
darah mudah kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus
hemoroidalis.
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara
lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya
gravitasi akan mempengaruhi timbulnya hemoroid.
* Gangguan defekasi dan miksi.
* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis
dan Senilis, konstipasi dan kehamilan.
4) Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan
peningkatan tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.

2.3 Patofisiologi
Pada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan
keluhan. Akan timbul bila ada penyulit seperti perdarahan , trombus dan
infeksi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan
aliran balik dari vena hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar
menonjol ke dalam saluran anus dan rektum terjadi trombosis, ulserasi,
perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh feses
yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari
vena karena kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema
yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam
hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut
dan nekrosis.
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
1. Hemoroid interna, merupakan varises vena hemoroidalis superior dan
media.
2. Hemoroid eksterna,merupakan varises vena hemoroidalis inferior.
1. HEMOROID INTERNA
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa
sakit karena tidak adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini.
Hemoriud interna terbagi menjadi 4 derajat :
- Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak
melalui anus dan hanya dapat di temukan dengan proktoskopi.
- Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada
saat depikasi, tapi setelah defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk
dengan sendirinya.
- Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi
dengan sendirinya tetapi harus di dorong.
- Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada
saat defekasi tidak dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini
timbul thrombus yang di ikuti infeksi dan kadang kadang timbul
perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata karena
seakan - akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar itu, pada hal
pendapat ini salah karena muskulus spingter ani eksternus mempunyai
tonus yang tidak berbeda banyak pada saat membuka dan menutup. Tapi
bila benar terjadi, inkaserata maka setelah beberapa saat akan timbul
nekrosis tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan
perolaps hemoroid.
2. HEMOROID EKSTERNA.
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan
hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan
menjadi 2 yaitu :
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus
dan sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus
eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
- Sering rasa sakit dan nyeri
- Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung - ujung saraf
pada kulit merupakan reseptor rasa sakit.
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu
lipatan atau lebih dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung
dan sedikit pembuluh darah.
2.4 Manifestasi klinik
Gejala utama berupa :
Ø Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.
Ø Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
Gejala lain yang mengikuti :
Ø Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.
Ø Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.
Ø Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.

2.5 Pemeriksaan Diagnostik


 Untuk Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur)
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat
diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya
tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid
sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada
perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur
ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
 Anoskopy
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran.
Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan
dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh
bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit
maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan
lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan
lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.
 Pemeriksaan Proktosigmoidoskopy
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi,
karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang
menyertai. Feses harus diperiksa
Ø Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.
Ø Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.
Ø Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.
 Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskopy
Untuk Laboratorium :
- Eritrosit
- Leukosit
- Hb
2.6 Komplikasi
Ø Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah kelur menetes dan memancar. Perdarahan
akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah
pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik
pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami
perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu
perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena
jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang
keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan
keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya
mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi
(inkarserata / terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan
sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
Ø Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehingga lama - lama darah akan membeku
dan terjadi trombosis.
Ø Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan
meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman – kumannya.
2.7 Penatalaksanaan Medis
1 ) Operasi Herniadectomy
2 ) Non operatif
Ø Untuk derajat I dan II
· Diet tinggi serat untuk melancarkan BAB.
· Obat – obat suposituria untuk membantu pengeluaran BAB dan untuk
melunakan feces.
·Anti biotik bila terjadi infeksi.
·Ijeksi skloretika ( Dilakukan antara mokosa dan varises dengan harapan
timbul fibrosis dan hemoroid lalu mengecil ). “ Rubber Band Ligation “
yaitu mengikat hemoroid dengan kira – kira I minggu, diharapkan terjadi
nekrosis.
Ø Untuk derajat III dan IV
-Dapat dilakuakan Pembedahan
-Dapat dilakukan pengikatan atau ligation.
-Dapat dilakukan rendam duduk.
-Dengan jalan suntikan”Sklerotika” ujntuk mengontrol pendarahan dan
kolaps (keluar) hemoroid interna yang kecil sampai sedang. Bila
seorang datang dengan derajat IV tidak boleh langsung di lakukan
oprasi, harus di usahakan menjadi derajat III dulu. Dengan cara duduk
berendam dengan cairan PK 1/10.000 selama 15 menit, kemudian di
kompres dengan larutan garam hipertonik sehingga edema keluar dan
kotoran keluar. Biasanya setelah dua minggu akan menjadi derajat III.
Pada wanita hamil, karena akan sembuh setelah kehamilan
berakhir, maka tidak perlu di adakan oprasi karena akan
membahayakan janin dan varisesnya pun juga akan hilang. Bila ada
perdarahan lakukan pengikatan sementara, setelah partus baru di
adakan tindakan defenitif.
3) Terapi Bedah
Ø Bedah Konvensional
Saat ini ada tiga teknik yang biasa digunakan yaitu:
1. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama.
Basis massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan
hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang jahitan
transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting
untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna.
Suatu incisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa
sekitar pleksus hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan
dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara
keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka
hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah mengamankan
hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara longitudinal
dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang
pada satu waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari
eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik
mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini
yaitu dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan
mukosa dari submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap
mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa
kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier
dengan klem. Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut
chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu
klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini
lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak
mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang
biasa menimbulkan stenosis. Dalam melakukan operasi diperlukan
narkose yang dalam karena sfingter ini harus benar-benar lumpuh.
Ø Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan
konvensional, hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat
laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga tidak banyak
mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang
minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena saraf rasa
nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat banyak saraf. Pada bedah
konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada
saat memotong jaringan, serabut saraf terbuka akibat serabut saraf
tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut. Sedangkan pada
bedah laser, serabut saraf dan selubung saraf menempel jadi satu,
seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk
hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah
jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik.
Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa
dilakukan hanya dengan rawat jalan.
Ø Bedah Stapler
Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler.
Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di depan dan
pendorong dibelakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di
saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air
besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m.sfingter ini untuk
melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan
kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan
hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan
mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula
karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat
BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas
dengan alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika
mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam
dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium
diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus
untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian
jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan
memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan
memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan
terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan
tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan
sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi
anatomis, tidak mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge,
nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif,
tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih
cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.
BAB III
KONSEP ASKEP

3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien.
Nama : Tn.A
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Umur : 43 thn
Status : Sudah Menikah
Tanggal lahir : 13 Januari 1976
Suku Bangsa : Sunda
2. Keluhan utama.
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada
benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
3. Riwayat penyakit.
v Riwayat penyakit sekarang
Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan
yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
v Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau
terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak
dilakukan pembedahan sehingga akan kembali RPD.
4. Pola kebiasaan dan pemeliharaan kesehatan.
a. Pola Nutrisi
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi
pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum
dan selama MRS.
b. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya nyeri otot dan dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan
kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah
sakit yang banyak orang mondar-mandir.
c. Pola Aktivitas
Akibat nyeri otot pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas
minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya. Dan untuk
memenuhi kebutuhan aktivitasnya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh
perawat dan keluarganya.
d. Pola Eleminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi
dan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang
lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan
konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan
penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
5. Pemeriksaan fisik.
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk
dan menempel pada tempat tidur.
1. Inspeksi
- Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.
- Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
- Warna benjolan terlihat kemerahan.
- Benjolan terletak di dalam ( internal ).
2. Palpasi
Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan
melakuakan rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan
ditemukan benjolan tersebut dengan konsistensi keras, dan juga ada
perdarahan.
6. Informasi penunjang.
ü Pemeriksaan laboratorium
- Hb 14,3 N : 14-18 mg/dl
- Lekosit 12-700 N : 4000 – 11.000
- Elektrolit :
1. K 2,8 N : 3,6 – 5,5 mmol/L
2. Na 137,6 N : 135 – 155 mmol/L
3. Cl 107 N : 70 – 108 mmol/L
Untuk Diagnostik
- Kolonoscopy
- Anoskopy
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.
2. Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.
3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai
dengan perdarahan waktu BAB.
3.3 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
PRE OPERATIF
N DX PX Tujuan Intervensi implementa Rasional evaluasi
O si
1 Konstip Setelah 1.Berikan 1.Berikan 1.Mencegah Setelah
asi dilakuka dan dan dehidrasi dilakuk
berhubu n anjurkan anjurkan secara oral. an
ngan tindakan minum minum 2.Meningkatka tindatak
dengan keperaw kurang kurang n usaha an
pembes atan lebih 2 lebih 2 evakuasi feses. kepera
aran selama 2 liter/hari. liter/hari. 3.Makanan watan
vena x 24 jam 2.Berikan 2.Berikan tinggi serat konstip
hemoroi diharapk posisi semi posisi semi dapar asi
dalis an fowler fowler melancarkan teratasi
konstipa pada pada proses
si tempat tempat defekasi.
teratasi. tidur. tidur. 4.Bunyi usus
KH: 3.Anjurka 3.Anjurka secara umum
a.Pola n n meningkat pada
BAB mengkons mengkons diare dan
normal umsi umsi menurun pada
(1- makana makana konstipasi.
2x/ming tinggi tinggi 5.Menurnnkan
gu). serat. serat. distres gastrik
b.Konsis 4.Auskulta 4.Auskulta dan distensi
tensi si bunyi si bunyi abdomen.
feses usus. usus.
lunak. 5.Hindari 5.Hindari 6.Makanan ini
.Warna makanan makanan diketahui
feses yang yang sebagai
kuning. membentu membentu penyebab
d.Klien k gas. k gas. konstipasi.
tidak 6.Kurangi / 6.Kurangi / 7.Membantu
takut batasi batasi melancarkan
untuk makana makana proses
BAB. seperti seperti defekasi.
e.Tidak produk produk
ada nyeri susu. susu.
pada saat 7.Berikan 7.Berikan
BAB laktasif laktasif
sesuai sesuai
program program
dokter. dokter.
2 Nyeri Setelah 1.Berikan 1.Berikan 1.Minimalkan Setelah
berhubu dilakuka Posisi Posisi stimulasi/meni dilakuk
ngan n yang yang ngkatkan an
dengan tindakan nyaman. nyaman. relaksasi. tindaka
adanya keperaw 2.Meminimalk n
hemoroi atan 2.Berikan 2.Berikan an tekanan di kepera
d pada selama 3 bantalan bantalan bawah watan
daerah x 24 jam dibawah dibawah bokong/mening nyeri
anal. diharapk bokong bokong katkan berkura
an nyeri saat duduk. saat duduk. relaksasi. ng
teratasi.
KH: 3.Observas 3.Observas 3.Untuk
a.Wajah i tanda- i tanda- menentukan
pasien tanda vital. tanda vital. intervensi
tampak 4.Ajarkan 4.Ajarkan selanjutnya.
meringis. teknik teknik 4.Pengalihan
b.Skala untuk untuk perhatian
nyeri menguran menguran melalui
berkuran yi rasa yi rasa kegiatan-
g 0-3 nyeri nyeri kegiatan.
atau seperti seperti 5.Meningkatka
hilang. membaca, membaca, n relaksasi.
c.Klien menarik menarik 6.Menurunkan
dapat nafas nafas ketidaknyaman
istirahat panjang, panjang, an fisik.
tidur. menonton menonton 7.Mengurangi
d.TTV TV, dll. TV, dll. nyeri dan
Normal 5.Berikan 5.Berikan menurunkan
TD: kompres kompres rangsang saraf
100/80 dingin dingin simpatis dan
mmHg pada pada untuk
daerah daerah mengangkat
anus 3-4 anus 3-4 hemoroid.
jam jam
dilanjutka dilanjutka
n dengan n dengan
redam redam
duduk duduk
hangat 3-4 hangat 3-4
x/hari. x/hari.
6.Berikan 6.Berikan
lingkunga lingkunga
n yang n yang
tenang. tenang.
7.Kolabora 7.Kolabora
si dengan si dengan
dokter dokter
untuk untuk
pemberian pemberian
analgesik, analgesik,
pelunak pelunak
feses dan feses dan
dilakukan dilakukan
hemoroide hemoroide
ctomi. ctomi.
3 Perdara Setelah 1.Observas 1.Observas 1.Untuk Setelah
han dilakuka i TTV. i TTV. menentukan dilakuk
berhubu n 2.Monitor 2.Monitor tindakan an
ngan tindakan banyaknya banyaknya selanjutnya. tindaka
dengan keperaw perdarahan perdarahan 2.Untuk n
pecahny atan klien. klien. menentukan kepera
a vena selama 3 3.Kaji 3.Kaji tingkat watan
hemoroi x 24 jam ulang ulang kehilangan perdara
dalis diharapk tingkat tingkat cairan. han
yang an toleransi toleransi 3.Untuk waktu
ditandai kekurang aktifiitas aktifiitas mengetahui BAB
dengan an nutrisi klien. klien. tingkat berkura
perdara terpenuh 4.Memand 4.Memand kelemahan ng.
han i. irikan irikan klien.
waktu KH: klien klien 4.Mengurangi
BAB. a.Konjun dalam dalam ketergantungan
gtiva melakukan melakukan aktifitas klien
klien aktifitas aktifitas dengan bantuan
perawat.
merah sehari- sehari- Kolaborasi:
muda. hari. hari. 1.Untuk
b.Hb Kolaborasi Kolaborasi menentukan
Normal : : kebutuhan
(12-14 1.Konsulta 1.Konsulta nutrisi yang
g/dl). sikan sikan tepat pada
c.Tidak nutrisi nutrisi klien.
ada untuk klien untuk klien 2.Untuk
perdarah dengan dengan membantu
an ahli gizi. ahli gizi. proses
v.hemor 2.Berikan 2.Berikan pembekuan
oid. vitamin K vitamin K darah dan
d.Dapat dan B12 dan B12 Untuk
melakuk sesuai sesuai meningkatkan
an indikasi. indikasi. produksi sel
aktivitas 3.Konsulta 3.Konsulta darah merah.
mandiri. si dengan si dengan 3.Untuk
e.Klien ahli gizi. ahli gizi. menentukan
tidak 4.Berikan 4.Berikan diet yang tepat
cepat cairan IV. cairan IV. bagi klien.
lelah 4.Untuk
setelah menggantikan
beraktivi banyaknya
tas. darah yang
f.Aktifita hilang selama
s klien perdarahan.
sudah
tidak
dibantu
oleh
perawat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun
kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan.
Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat.
Akibat dari adanya hemoroid adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid
bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan
sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,diantaranya adalah
terjadi trombosis, peradangan, dan terjadi perdarahan. Hemoroid juga dapat
menimbulkan cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit
dan pengobatannya.
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik
yang menyebabkan gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar
sehingga terjadi hepartensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara
lain ke esopagus dan pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tomur intra abdomen, terutama didaerah velvis, yang menekan vena
sehingga aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur
ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor
penyebab timbulnya hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
b. Anatomi
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara
lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya
gravitasi akan mempengaruhi timbulnya hemoroid. Misalnya seorang ahli
bedah.
* Gangguan devekasi miksi.
* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan,
Psikis dan Senilis, konstipasi dan kehamilan.
4.2 Saran
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan
pengobatannya pada penderita hemoroid. Menginformasikan tentang
pencegahan-pencegahan terjadinya hemoroid dengan cara :
1. Makan makanan tinggi serat, vitamin K, dan vitamin B12.
2. Sarankan untuk tidak banyak duduk atau kegiatan yang menenkan daerah
bokong.
3. Sarankan untuk tidak terlalu kuat saat mengedan karena dapat menambah
besar hemoroid.
4. Sarankan agar mengurangi makan makanan pedas yang dapat mengiritasi
hemoroid

Anda mungkin juga menyukai