Anda di halaman 1dari 62

1

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN. T DENGAN TINDAKAN OPERASI

HEMOROIDEKTOMI DENGAN DIAGNOSA MEDIS HEMOROID

DI KAMAR OPERASI RS HERMINA DAAN MOGOT, JAKARTA BARAT

TAHUN 2022

OLEH : RENNI FITRIANI KIBAS

NRP : 20220933113

OJT

RUMAH SAKIT UBAYA

TAHUN 2022
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemoroid merupakan pembesaran atau pelebaran vena Hemoroidialis
yang melalui kanal anus atau rectum yang disebabkan oleh peradangan pada
usus yang ditandai dengan nyeri dan rasa tidak nyaman yang bermanifestasi
perdarahan setelah buang air besar (Tri Utami dan Ganik Sakitri, 2020).
Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2014
menyatakan bahwa jumlah penderita Hemoroid di dunia diperkirakan 230 juta
orang.
Pada Hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat inflamasi
dan edema yang disebabkan oleh trombosis (pembekuan darah dalam
Hemoroid) sehingga dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area
tersebut (Sugeng J dan Weni K, 2015).
Pasien Hemoroid akan mengalami tanda dan gejala meliputi
perdarahan, nyeri adanya prolaps (benjolan) dan kadang merasa gatal-gatal di
rektum. Gejala stadium awal pada Hemoroid interna yaitu keluarnya darah
yang berwarna merah terang dan tidak disertai nyeri pada akhir defekasi.
Sedangkan gejala pada stadium akhir berupa prolaps yang menetap dan tidak
bisa masuk lagi meskipun didorong secara manual (Rohmani, 2018).
Penatalaksanaan Hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan bedah. Penatalaksanaan medis ditujukan untuk Hemoroid
interna derajat I sampai III atau semua derajat Hemoroid yang ada
kontraindikasi operasi atau klien menolak operasi. Penatalaksanaan bedah
(tindakan operatif) ditujukan untuk Hemoroid interna derajat IV dan eksterna
atau semua derajat Hemoroid yang tidak berespon terhadap pengobatan medis
(Sugeng J dan Weni K, 2015).
3

Penatalaksanaan bedah Hemoroid adalah dengan Hemoroidektomi.


Hemoroidektomi adalah operasi pengangkatan Hemoroid 3 dengan cara eksisi
yakni mengangkat jaringan yang mengalami varises (pelebaran) yang terjadi
di daerah kanalis analis (Rohmani, 2018).
Dalam buku “Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc” oleh Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma
(2015) disebutkan masalah yang kemungkinan muncul pada pasien post
Hemoroidektomi. Terdapat masalah keperawatan antara lain: gangguan nyeri
akut berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rectal/anal
sekunder akibat penyakit anorectal dan spasme sfingter pada pascaoperatif;
konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat
nyeri selama eliminasi; serta resiko infeksi berhubungan dengan adanya port
d’entrée kuman akibat continuitas jaringan rusak. Berdasarkan masalah yang
dapat muncul di atas, akar permasalahan pada pasien post Hemoroidektomi
terdapat pada nyeri akut sehingga permasalahan lain pun dapat muncul. Peran
seorang perawat adalah membantu meredakan nyeri dengan memberikan
intervensi pereda nyeri (dengan menggunakan pendekatan/manajemen
farmakologis maupun nonfarmakologis) (Sulistyo, 2017).
Nyeri post operasi disebabkan oleh adanya stimulus mekanik akibat
kerusakan jaringan dari prosedur pembedahan yaitu luka (insisi), sehingga
akan merangsang mediator-mediator zat kimia dari nyeri. Post operasi
membuat kulit terbuka dan terluka sehingga menstimulus impuls nyeri ke
saraf sensori dan teraktivasi di transmisikan ke kornus posterior di korda
spinalis. Saraf aferen akan menyampaikan persepsi nyeri ke otak (Tri Utami
dan Ganik Sakitri, 2020). Post Hemoroidektomi, banyak ahli bedah yang
masih memasang tampon di kanalis analis pasien. Pemasangan tampon
bertujuan untuk mengurangi perdarahan. Pemasangan tampon dalam kanalis
analis post Hemoroidektomi menjadi penyebab nyeri 24 jam pertama post
4

operasi. Tampon yang terpasang menyebabkan spasme internal karena adanya


regangan dan tekanan pada saraf perifer di kanalis analis (Rohmani, 2018).
Hasil penelitian yang dilakukan menurut Jurnal Keperawatan Tropis
Papua (2018), menunjukkan adanya perbedaan rerata penurunan nyeri dengan
kompres dingin di leher belakang (tengkuk) pada pasien post
Hemoroidektomi yang terpasang tampon. Kompres dingin mengurangi
prostaglandin yang memperkuat reseptor nyeri, menghambat proses inflamasi
dan merangsang pelepasan endorpin. Kompres dingin mengurangi transmisi
nyeri melalui serabut A-δ dan serabut C yang berdiameter kecil serta
mengaktivasi serabut A-β yang berdiameter lebih cepat dan besar. Pengaruh
kompres dingin di leher belakang atau tengkuk bertujuan untuk menghambat
sensasi nyeri yang akan 5 dihantarkan oleh impuls saraf ke sistem saraf pusat
(otak) (Tri Utami dan Ganik Sakitri, 2020).
Berdasarkan data masalah tersebut di atas, dapat kita ketahui bahwa
jumlah kasus Hemoroid di RS. Hermina Daan Mogot selama tiga bulan
terakhir adalah 15 pasien yang dilakukan penatalaksanaan bedah yaitu
Hemoroidektomi.
Banyak orang yang justru mengabaikan gejala Hemoroid dan tidak
menyadari bahwa hal itu dapat menimbulkan komplikasi perdarahan hingga
syok sepsis. Maka dari itu, penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Hemoroidektomi dengan
Gangguan Nyeri Akut di Ruang Operasi RS. Hermina Daan Mogot Tahun
2022.
5

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada


pasien yang memiliki hemoroid dengan penatalaksanaan hemoroidektomi

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui penatalaksanaan pada pasien dengan hemoroid

b. Melakukan diagnose keperawatan pada pasien dengan hemoroid

c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan hemoroid

d. Mengetahui tindakan keperawatan pada pasien dengan hemoroid

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan hemoroid


6

BAB II

TUJUAN PUSTAKA

A. Konsep Hemoroid
1. Pengertian Hemoroid
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen / lebih pembuluh
darah vena Hemoroidales (bacon) pada poros usus dan anus yang
disebabkan karena otot dan pembuluh darah sekitar anus / dubur kurang
elastis sehingga cairan darah terhambat dan membesar (Rudi Haryono,
2012). Hemoroid adalah pembesaran vena (varises) dari pleksus venosis
Hemoroidalis yang diketemukan pada anal kanal (Diyono dan Sri
Mulyanti, 2013). Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh
darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus Hemorrhoidalis (Amin
Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma, 2015).
Hemoroid atau lebih dikenal dengan nama wasir atau ambeien, bukan
merupakan suatu keadaan yang patologis (tidak normal), namun bila
sudah mulai menimbulkan keluhan, harus segera dilakukan tindakan untuk
mengatasinya. Hemoroid dari kata “haima” dan “rheo”. Dalam medis,
berarti pelebaran pembuluh darah vena (pembuluh darah balik) di dalam
pleksus hemorrhoidalis yang ada di daerah anus. Dibedakan menjadi 2,
yaitu hemoroid interna dan hemoroid eksterna yang pembagiannya
berdasarkan letak pleksus hemorrhoidalis yang terkena. ( Natasa Anisa,
2019).
Hemoroid atau wasir atau yang biasa disebut ambeien oleh masyarakat
awam merupakan lesi pada anorectal yang paling sering ditemukan.
Hemoroid berasal dari bahasa Yunani yakni haema (darah) dan rhoos
(mengalir), yang dalam medis berarti pelebaran pembuluh darah yang
7

terkadang disertai dengan pendarahan. Dilatasi ini sering terjadi seiring


dengan bertambahnya usia seseorang, dimana usia puncaknya adalah 45-
65 tahun. Sekitar setengah dari orang-orang yang berumur 50 tahun
pernah mengalami hemoroid (Sudarsono, 2015).

Penyakit hemoroid adalah suatu kelainan yang menyerang 4%


populasi dunia. Banyak teori yang menghubungkan gangguan ini dengan
prolaps bantalan anus. Hemoroid bukan varises, melainkan bantalan
vaskular yang terdiri atas jaringan fibroelastik, serat otot, dan pleksus
vaskular dengan anastomosis arteriovenosa. Hemoroid merupakan
perubahan patologis pada bantalan anus yang berupa pembesaran dan
perpindahan distal dari bantalan anus yang normal. Perubahan patologis
ini termasuk pecahnya jaringan ikat pendukung di dalam bantalan anus
sehingga menghasilkan pembesaran pleksus vaskular (Cerato, 2014;
Brown, 2017)

2. Etiologi Hemoroid
Menurut Diyono dan Sri Mulyanti (2013), penyebab Hemoroid dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Peningkatan tekanan intra-abdomen.
Mis: kegemukan, kehamilan, konstipasi.
b. Komplikasi dari penyakit cirrhosis hepatis.
c. Terlalu banyak duduk
d. Tumor abdomen / pelvis.
e. Mengejan saat BAB
f. Hipertensi portal

Sedangkan menurut Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma (2015),


Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena
8

Hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor resiko / pencetus,


seperti:

a. Mengejan pada buang air besar yang sulit


b. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban
duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca, merokok)
c. Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor usus, tumor
abdomen)
d. Kehamilan (disebabkan tekanan jenis pada abdomen dan perubahan
hormonal)
e. Usia tua
f. Konstipasi kronik
g. Diare akut yang berlebihan dan diare kronik
h. Hubungan seks peranal
i. Kurang minum air dan kurang makan makanan berserat (sayur dan
buah)
j. Kurang olahraga / imobilisasi

3. Klasifikasi Hemoroid
Menurut Rudi Haryono (2012) dalam buku “Keperawatan Medikal Bedah
Sistem Pencernaan” disebutkan klasifikasi Hemoroid berdasarkan letak
terjadinya Hemoroid dibedakan menjadi dua, yaitu Hemoroid Eksterna
dan Hemoroid Interna.
A. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik.
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus
dan sebenarnya merupakan hematoma, bentuk ini sering sangat nyeri
dan gatal karena ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
Hemoroid eksterna kronik atau skin lag berupa satu atau lebih lipatan
9

kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh
darah.

Hemoroid Eksterna

Sumber: C. Mel Wilcox, 2012

B. Hemoroid Interna
a. Derajat I
Terjadi pembesaran Hemoroid yang tidak prolaps keluar
kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
b. Derajat II
Pembesaran Hemoroid yang prolaps dan menghilang atau
masuk sendiri ke dalam anus secara spontan setelah selesai
BAB.
c. Derajat III
Pembesaran Hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke
dalam anus dengan bantuan dorongan jari
d. Derajad IV
Prolapse hemoroid yang permanen, rentan dan cenderung
untuk mengalami thrombosis atau fraktur
10

Klasifikasi Hemoroid Interna


11

4. Manifestasi Klinis Hemoroid

Gejala utama hemoroid adalah pendarahan, rasa sakit, prolaps, pembengkakan, dan gatal. Gejala
tergantung pada klasifikasi dan derajat hemoroid.

Umumnya perdarahan merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh feses yang keras.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses
atau perdarahan yang terlihat menetes dan mewarnai air toilet menjadi merah (Setiawan et al, 2015).

Menurut Rudi Haryono (2012), tanda dan gejala dari Hemoroid, antara lain:

1. Terjadi benjolan-benjolan di sekitar dubur setiap kali buang air besar.

2. Rasa sakit atau perih yang timbul karena prolaps Hemoroid (benjolan tidak dapat kembali) dari anus
terjepit karena adanya trombus.

3. Perdarahan segar di sekitar anus dikarenakan adanya rupture varises.

4. Perasaan tidak nyaman (duduk terlalu lama dan berjalan tidak kuat lama).

5. Keluar lendir yang menyebabkan perasaan isi rectum belum keluar semua.

Sedangkan dalam “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Pencernaan”, Diyono dan Sri Mulyanti
(2013) menyebutkan manifestasi klinis Hemoroid, yaitu:

a. Gangguan pada anus: nyeri, konstipasi, perdarahan.

b. Benjolan pada anus yang menetap pada Hemoroid eksternal sedangkan pada Hemoroid internal benjolan
tanpa prolaps mukosa dan keduanya sesuai gradasinya.
12

c. Dapat terjadi anemia bila Hemoroid mengalami perdarahan kronis.

d. Perdarahan peranus waktu gerak yang berupa darah merah segar yang menetes / mengucur tanpa rasa
nyeri.

e. Bila terdapat bekuan darah pada saat gerak maka dapat menyebabkan infeksi dan menimbulkan rasa nyeri.

5. Pemeriksaan penunjang
Menurut Diyono dan Sri Mulyanti (2013), pada kasus penyakit Hemoroid terdapat macam-macam pemeriksaan
untuk menegakkan diagnose, antara lain:
a. Inspeksi
Kemungkinan tidak ditemukan apa-apa, mungkin terlihat benjolan Hemoroid internal / eksternal yang
prolaps.
b. Pemeriksaan rektal secara langsung
Mengetahui adanya bunyi pada sfingter internal dan biasanya pada laki- laki muda terdapat bunyi yang
cepat.
c. Colok Dubur
Tidak diketemukan benjolan kecuali sudah terjadi trombus, pemeriksaan ini harus dilakukan untuk
mendeteksi adanya kelainan / penyakit lain.
d. Anoscopy
Pemeriksaan untuk mengetahui apakah terjadi pergeseran pada organ dalam di bagian bawah yang
menyebabkan Hemoroid.
e. Sigmoidoscopy dan barium enema
13

Pemeriksaan pada usus / kolon sigmoid untuk mengetahui adakah kanker atau inflamasi. Pemeriksaan ini
penting terutama pada klien umur > 40 tahun.
f. Proktoscopy
Pemeriksaan untuk melihat lokasi Hemoroid internal yang ada pada tiga tempat utama
Sedangkan menurut Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma (2015), dalam buku “Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2” disebutkan pemeriksaan
penunjang pada kasus Hemoroid antara lain:
a. Pemeriksaan colok dubur
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Pada haemoroid interna tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
b. Anoskop
Diperlukan untuk melihat haemoroid interna yang tidak menonjol keluar
c. Proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat
yang lebih tinggi.

Pada buku “Lecture Notes: Gastroenterologi dan Hepatologi” karangan Anton Emmanuel dan
Stephen Inns (2014) juga dijelaskan prosedur pemeriksaan rectal touche rutin untuk melihat ekskoriasi,
Hemoroid eksternal, fissure ani, identifikasi kulit, pembukaan fistula, dan kulit anal. Prosedur dilakukan
dengan memasukkan cairan lubrikasi dengan jari ke dalam anus untuk memperhatikan adanya tonus anal
saat istirahat dan pada saat kontraksi secara volunteer, apakah terdapat massa rectum (polip, kanker,
feses), dan ukuran prostat dan tekstur pada pria.
14
15

6. Pathofisiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis.
Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada
kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi
portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke sistem portal.
Selain itu sistem portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik.

Hemoroid dapat dibedakan atas hemoroid eksterna dan interna.


1. Hemoroid eksterna di bedakan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat
kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan suatu hematoma, walaupun disebut sebagai
hemoroid trombosis eksternal akut. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf
pada kulit merupakan reseptor nyeri. Kadang-kadang perlu membuang trombus dengan anestesi lokal, atau
dapat diobati dengan “kompres duduk” panas dan analgesik. Hemoroid eksterna kronis atau skin tag
biasanya merupakan sekuele dari hematom akut. Hemoroid ini berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang
terdiri dari jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah. (Price, 2005)
2. Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas :
- Derajat 1, bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus, hanya dapat dilihat
dengan anorektoskop.
- Derajat 2, pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara
spontan.
16

- Derajat 3, pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan
dorongan jari.
- Derajat 4, prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami thrombosis dan
infark. (Sudoyo,2006).
17

Usia tua
Pragnanci
PATHWAY
utrisi Penurunan elastisitas otot dan
Gangguan aliran balik pembuluh darah sekitar anus
dari vena hemoroidalis tekanan intra abdoment
konstipasi
Peningkatan tekanan vena haemorrhoidalis

Pelebaran pembuluh darah vena pleksus


Pre operasi
haemorrhoidalis

Trombosis Intra operasi Post operasi


Resiko injuri
Tidak memahami
Luka
Prolap haemoroid prosedur pembedahan Pembedahan (operasi)
Trauma
defekasi Port dientri
Takut untuk BAB Kurang pengetahuan Terputusnya kontinuitas
Luka terbuka
Perawatan
MK :Resiko Fases keras
Respon Psikologis Kurang Merangsang saraf
Resiko Infeksi
perdarahan
perdarahan diametric kecil Port de-entry kuman
MK: ansietas
Adanya MK: Resiko ketidak Kelemahan neuromuscular
Gate control terbuka MK: Resiko infeksi
Terputusnya ekstermitas bawah
benjolan seimbangan cairan
kontunitas jaringan
Saraf eferent Intoleransi aktivitas
Pengeluaran mediator nyeri Keterbatasan
MK: Nyeri gerak Peristaltic
Cartex cerebri ( nyeri
MK: resiko
persepsikan usus menurun
konstipasi Merangsang Neuroreseptor
MK: Gangguan
mobilisasi fisik
Resiko Cedera MK: Nyeri akut MK:konstipasi
18

7. Penatalaksanaan Medik dan Implikasi Keperawatan


Dalam buku “Asuhan Keperawatan Post Operasi dengan Pendekatan
Nanda, NIC, NOC” karangan Sugeng Jitowiyono dan Weni Kristiyanasari
(2015) dijelaskan bahwa penatalaksanaan Hemoroid terdiri dari
penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan bedah.
A. Penatalaksanaan Medis
Ditujukan untuk Hemoroid interna derajat I sampai III atau semua
derajat Hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau klien yang
menolak operasi.
a. Non-farmakologis
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan cara
memperbaiki defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup,
perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola/cara defekasi.
Perbaikan defekasi disebut Bowel Management Program (BMP)
yang terdiri atas diet, cairan, serta tambahan, pelicin feses, dan
perubahan perilaku defekasi (defekasi dalam posisi jongkok /
squatting). Selain itu, lakukan tindakan kebersihan local dengan
cara merendam anus dalam air selama 10 – 15 menit, 2 – 4 kali
sehari. Dengan perendaman ini eksudat / sisa tinja yang lengket
dapat dibersihkan. Eksudat / sisa tinja yang lengket dapat
menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.
b. Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau
menghilangkan keluhan dan gejala. Obat-obat farmakologis
Hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu:
1) Obat yang memperbaiki defekasi
Terdapat dua macam obat yaitu suplemen serat (fiber
suplement) dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat
19

komersial yang banyak dipakai antara lain psyllium atau


isphaluga Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk)
yang berasal dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan
dan digiling menjadi bubuk. Obat ini bekerja dengan cara
membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristaltik usus.
Efek samping antara lain kentut dan kembung. Obat kedua
adalah laxant atau pencahar (ex.: Laxadine, Dulcolax, dll).

2) Obat simpatomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan
rasa gatal, nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis
sediaan misalnya Anusol, Boraginol dan Faktu. Sediaan
yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk
mengurangi radang daerah Hemoroid atau anus.

3) Obat penghenti perdarahan


Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau
pecahnya vena Hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium,
citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika
berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh
darah.
4) Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg dan placebo 3x2 tablet selama
4 hari, lalu 2x2 tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat
memberikan perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti,
edema, dan prolaps.

5) Minimal invasive
20

Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat


perburukan penyakit dengan tindakan-tindakan pengobatan
yang tidak terlalu invasive antara lain skleroterapi Hemoroid
atau ligasi Hemoroid atau terapi laser. Dilakukan jika
pengobatan farmakologis dan non- farmakologis tidak
berhasil.

B. Penatalaksanaan Tindakan Operatif


Ditujukan untuk Hemoroid interna derajat IV dan eksterna atau
semua derajat Hemoroid yang tidak berespon terhadap pengobatan
medis.
a. Prosedur ligasi pita karet
b. Hemoroidektomi kriosirurgi (pembekuan jaringan Hemoroid)
c. Laser Nd: YAG (Neodymium-doped: Yttrium Aluminum Garnet)
d. Hemoroidektomi

Rubber Band Ligation

Sumber: John L Cameron, 2014.


21

Hemoroidektomi

Sumber: John L Cameron, 2014.


22

C. Penatalaksanaan Tindakan Non-Operatif

a. Fotokoagulasi inframerah, diatermi bipolar, terapi laser adalah


tekhnik terbaru yang digunakan untuk melekatkan mukosa ke otot
yang mendasarinya.

b. Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk Hemoroid berukuran


kecil dan berdarah. Membantu mencegah prolaps.

Nursing Assesment:
a. Personal Hygiene yang baik terutama di daerah anal.
b. Menghindari mengejan selama defekasi
c. Diet tinggi serat.
d. Bedrest / tirah baring untuk mengurangi pembesaran Hemoroid.

8. Komplikasi
Komplikasi hemoroid antara lain :
a. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut
mengejan dan takut berak. Karena itu, tinja makin keras dan semakin
memperberat luka di anus.
b. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak
normal) dari selaput lendir usus/anus.
c. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia.
d. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur
sehingga tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah,
makin sakit, dan besar. Dan jika tidak cepat-cepat ditangani dapat
busuk. (Dermawan, 2010).
23

B. KONSEP HEMOROID

pengangkatan hemoroid simtomatik melalui pembedahan


disebut hemoroidektomi, dan ini dapat dilakukan menggunakan
berbagai metode, mulai dari memotong hemoroid dengan pisau
elektrik, menjepit atau menjahit jaringan hemoroid dengan berbagai
instrumen yang tersedia. Manipulasi instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengatur banyaknya jumlah kerusakan jaringan.
Kondisi hemoroid derajad 1-4 akan mengindikasikan tindakan intensif
bedah eksisi (hemoroidektomi) sebagai intervensi untuk membuang
jaringan lebih dan memberikan implikasi pada perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan perioperative pada pasien.

C. KONSEP KEPERAWATAN
Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang tahapan dalam
proses keperawatan, tahap dimulai dengan: tahap pengkajian, tahap
diagnosa keperawatan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan serta
tahap evaluasi (Budiono, 2016).
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Budiono, 2016).
Pengkajian pada klien post Hemoroidektomi, antara lain
sebagai berikut.:
a. Identitas Pasien
Dalam identitas pasien ini perlu ditanyakan antara lain
adalah nama pasien, tempat tanggal lahir, umur, jenis
24

kelamin, agama, pendidikan, pekerjaaan, status pernikahan,


suku/bangsa, nomor rekam medis, diagnosa medis, dan
alamat.

b. Keluhan Utama
Keluahan utama yang dirasakan klien di uraikan dalam:
1. Provokatif : Penyebab yang memperberat dan
mengurangi
2. Quality : Dirasakan seperti apa, tampilannya, suaranya
dan berapa banyak.
3. Region : Lokasi dimana dan penyebarannya
4. Scale : Itensitasnya (skala) pengaruh terhadap aktifitas
5. Timing : Kapan keluhan tersebut muncul berapa lama
dan bersifat (tiba-tiba, sering dan bertahap).

Pada pasien post Hemoroidektomi biasanya mengalami


keluhan utama berupa rasa nyeri hebat pada bagian anusnya
akibat tindakan pembedahan.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Pasien mengeluh BAB keras, tidak teratur dan
bila mengedan terasa nyeri
b. Perdarahan pada waktu defekasi berwarna merah
segar yang disertai pengeluaran lender
c. Terasa gatal pada anus
d. Pasien mengeluh adanya varises atau Hemoroid
yang keluar dari anus saat defekasi
e. Pasien yang varises berat tidak dapat memasukan
25

sendiri secara spontan tetapi harus didorong


kembali sedangkan varises sedang bisa masuk
sendiri, untuk yang tidak dapat masuk maka akan
terjadi pembengkakan dan kemerahan pada anus.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya,
atau kemungkinan pasien pernah menderita penyakit
seperti ini dan kemudian kambuh.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Hemoroid bukanlah suatu penyakit menular tetapi juga
dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan.

d. Pola Aktivitas Sehari-hari


Pola aktivitas sehari-hari meliputi perbedaan pola nutrisi,
eleminasi, istirahat tidur, personal hygiene dan aktivitas atau
rutinitas. Pada pasien dengan Hemoroid pada umumnya
memiliki kebiasaan pola nutrisi yang jarang mengonsumsi
makanan tinggi serat, pola eliminasi tidak teratur, serta
aktivitas terlalu berat, ataupun terlalu sering duduk.

e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang anda lakukan dengan menggunakan
metode atau teknik P.E. (Physical Examination) yang terdiri
dari:
1. Inspeksi, yaitu: teknik yang dapat anda lakukan
dengan proses observasi yang dilaksanakan secara
sistematik.
26

2. Palpasi, yaitu: suatu teknik yang dapat anda lakukan


dengan menggunakan indera peraba. Langkah-langkah
yang anda perlu perhatikan adalah:
a. Ciptakan lingkungan yang kondusif, nyaman,
dan santai
b. Tangan anda harus dalam keadaan kering,
hangat, kuku pendek
c. Semua bagian nyeri dilakukan palpasi yang
paling akhir
3. Perkusi, adalah: pemeriksaan yang dapat anda lakukan
dengan mengetuk, dengan tujuan untuk
membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah
permukaan tubuh dengan menghasilkan suara. Perkusi
bertujuan untuk: mengidentifikasi lokasi, ukuran,
bentuk dan konsistensi jaringan. Contoh suara-suara
yang dihasilkan: Sonor, Redup, Pekak,
Hipersonor/timpani.
4. Auskultasi, adalah: pemeriksaan yang dapat anda
lakukan dengan mendengarkan suara yang dihasilkan
oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop
Data yang dapat ditemukan dalam proses pemeriksaan fisik
pada pasien post Hemoroidektomi.
1. Sistem Pernafasan
Pada pasien post Hemoroidektomi dapat ditemukan
peningkatan frekuensi nafas berkaitan dengan adanya
gangguan nyeri akut post operasi.
2. Sistem Kardiovaskuler
27

Pada pasien post Hemoroidektomi dapat ditemukan


peningkatan tekanan darah dan frekuensi denyut
jantung akibat adanya gangguan nyeri akut post
operasi.

3. Sistem Pencernaan

Pada pasien post Hemoroidektomi perlu dikaji rasa


gatal, terbakar, dan nyeri selama pasien melakukan
defekasi. Kaji adanya nyeri abdomen, perdarahan pada
rectum, adanya mucus atau pus pada luka post operasi,
serta pola eliminasi pasien.
4. Sistem Genitourinaria
Kemungkinan pada pasien post Hemoroidektomi
ditemukan perubahan eliminasi urinarius berhubungan
dengan rasa takut nyeri post operasi.
5. Sistem Endokrin
Kaji adanya pembesaran pada kelenjar tiroid dan
kelenjar getah bening. Pada umumnya, pada pasien
post Hemoroidektomi tidak terdapat kelainan pada
sistem endokrin.
6. Sistem Persyarafan
Kaji fungsi cerebral berupa kesadaran dan orientasi
pasien terhadap waktu, tempat, dan orang, serta kaji
fungsi 12 nervus cranial. Pada umumnya pasien post
Hemoroidektomi tidak terdapat kelainan pada sistem
persyarafannya.
7. Sistem Integumen
Kaji warna kulit, kebersihan, adanya lesi, edema, dan
turgor pasien. Pada umumnya pasien post
28

Hemoroidektomi tidak terdapat kelainan pada sistem


integumennya.
8. Sistem Muskuloskeletal
Kaji fungsi pergerakan dan kekuatan baik ekstremitas
atas maupun ekstremitas bawah pasien. Pada
umumnya pasien post Hemoroidektomi memiliki
kesulitan dalam menggerakkan ekstremitas bawah
dikarenakan nyeri akut post operasi.
9. Sistem Penglihatan
Kaji keadaan mata dan fungsi penglihatan klien.
Biasanya tidak terdapat gangguan sistem penglihatan
pada pasien post Hemoroidektomi.
10. Wicara dan THT
Kaji kemampuan pasien dalam berinteraksi untuk
menentukan fungsi pendengaran pasien, serta kaji
keadaan telinga dan hidung pasien. Biasanya tidak
terdapat gangguan wicara dan THT pada pasien post
Hemoroidektomi.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua dalam
proses keperawatan setelah anda melakukan pengkajian
keperawatan dan pengumpulan data hasil pengkajian. Diagnosa
keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan actual ataupun potensial sebagai dasar pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat
bertanggung jawab. Tujuan diagnosis keperawatan adalah
29

memungkinkan anda sebagai perawat untuk menganalisis dan


mensintesis data yang telah dikelompokkan, selain itu diagnosis
keperawatan digunakan untuk mengidentifikasi masalah, factor
penyebab masalah, dan kemampuan klien untuk dapat mencegah
atau memecahkan masalah (Budiono, 2016).
Dalam buku “Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc” Amin Huda
Nurarif dan Hardhi Kusuma (2015) menyebutkan diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada klien post
Hemoroidektomi, antara lain:
a. Gangguan nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan,
dan sensitifitas pada area rectal/anal sekunder akibat spasme
sfingter pada pascaoperatif.
b. Resiko Infeksi berhubungan dengan adanya port d’entrée
kuman akibat continuitas jaringan yang rusak.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan / intervensi adalah pengembangan strategi
desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-
masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan.
Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana anda mampu
menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan
efisien (Budiono, 2016). Adapun tujuan rencana keperawatan
menurut Budiono (2016) dalam buku “Modul Bahan Ajar
Cetak Keperawatan: Konsep Dasar Keperawatan” adalah:
a. Tujuan administrasi
Administrasi mengidentifikasi fokus keperawatan,
fokus intervensi keperawatan dapat diidentifikasi melalui
rencana keperawatan yang disusun. Rencana keperawatan
30

yang bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif


merupakan suatu rangkaian rencana keperawatan yang
disusun berdasarkan masalah yang terjadi. Masalah
keperawatan yang bertipe aktual mempunyai proporsi aspek
kuratif lebih tinggi dibandingkan yang lain. Aspek promotif
lebih banyak digunakan untuk menetapkan desain
perencanaan pada masalah yang bertipe sejahtera.
b. Tujuan klinik
Merupakan petunjuk dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan, dimana tindakan keperawatan selalu
berpedoman pada perencanaan yang telah anda buat. Tidak
ada satu tindakan pun yang keluar dari perencanaan, semua
rencana yang anda tetapkan merupakan pilihan yang
rasional / ilmiah dan betul-betul diperlukan untuk mengatasi
masalah yang terjadi Intervensi keperawatan pada klien post
Hemoroidektomi berdasarkan buku “Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-
Noc” karangan Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma
(2015), antara lain sebagai berikut.
31
32

Pre Operasi

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
D.0077 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Pengertian : Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Pengalaman sensorik Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik 2. Identifikasi skala nyeri
atau emosional yang Membur Membaik 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
berkaitan dengan uk 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
kerusakan jaringan 1 Frekuensi nadi memperingan nyeri
aktual atau 1 2 3 4 5 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
fungsional, dengan 2 Pola nafas tentang nyeri
onset mendadak atau 1 2 3 4 5 6. Monitor efek samping penggunaan
lambat dan Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun analgetik
berintensitas ringan Mening Menurun Terapeutik:
hingga berat yang kat 1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
berlangsung kurang 3 Keluhan nyeri mengurangi rasa nyeri
33

dari 3 bulan. 1 2 3 4 5 2. Kontrol lingkungan yang memperberat


4 Meringis rasa nyeri
1 2 3 4 5 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
5 Gelisah 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
1 2 3 4 5 dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
6 Kesulitan tidur Edukasi
1 2 3 4 5 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
4. mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
34

Keperawatan
Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi
D.0142 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam glukosa Observasi:
derajat infeksi menurun. 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal dan
Pengertian : Kriteria Hasil: sistemik
Berisiko mengalami Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun Terapeutik
peningkatan Meningkat Menurun 1. Batasi jumlah pengunjung
terserang oganisme 1 Demam 2. Berikan perawatan kulit pada daerah edema
patogenik 1 2 3 4 5 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
2 Kemerahan dengan pasien dan lingkungan pasien
1 2 3 4 5 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
3 Nyeri berisiko tinggi
1 2 3 4 5 Edukasi
4 Bengkak 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
1 2 3 4 5 2. Ajarkan cara memeriksa luka
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik 3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Memburuk Membaik Kolaborasi
5 Kadar sel darah putih 1. Kolaborasi pemberian imunisasi, Jika perlu
35

1 2 3 4 5
36

BAB III
LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN
a. Pengkajian awal masuk RS
Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 oktober 2022 pukul 23.30
DATA PASIEN
Nama pasien : Tn. T
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Dokter Pengirim : dr. H
Pekerjaan : Karyawan swasta
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : Betawi
1. Anamnesa
Diagnosa Medis Saat Masuk: hemoroid grade 4
a. Keluhan Utama : Pasien tampak cemas
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan tidak bisa BAB
dan terasa sakit di anus +/- 1 minggu yang lalu
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penyakit yang pernah diderita : Pasien mengatakan punya
Riwayat tekanan darah tinggi.
2. Pernah dirawat : pasien mengatakan tidak pernah dirawat
3. Pernah operasi : pasien mengatakan tidak pernah dioperasi
d. Riwayat Penyakit Keluarga : pasien mengatakan tidak ada riwayat
penyakit yang diderita keluarga
e. Riwayat Alergi : tidak ada
f. Nyeri : ada, dengan skala VAS
Deskripsi : pembesaran jaringan di bagian anus
Quality : berdenyut
37

Region : anus
Severity : VAS, skala 4
Time : setiap BAB
g. riwayat transfusi darah : tidak pernah
h. golongan darah : O
i. riwayat merokok : Ya

2. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
GCS : E 4, M 6, V 5
Tanda vital : TD 120/78mmHg, Suhu 36 C, Nadi 84 x/menit teraba
kuat, akral hangat, CRT <2 detik, pernafasan 20 x/menit, SpO2 99
%
Antropometri : B70 kg, TB 167 cm
Pengkajian persistem dan pengkajian fungsi :
1) Sistem susunan saraf pusat : tidak ada kelainan
2) Sistem penglihatan : tidak ada kelainan
3) Sistem pendengaran : tidak ada kelainan
4) Sistem penciuman : tidak ada kelainan
5) Sistem pernafasan : tidak ada kelainan
6) Sistem kardiovaskuler : tidak ada kelainan
7) Sistem pencernaan : ada kelainan
8) Sstem genitourinaria : tidak ada kelainan
9) Sistem integumen : tidak ada kelainan
10) Sistem muskuloskeletal : tidak ada kelainan
11) Sistem endokrin metabolik : tidak ada kelainan
Pengkajian resiko pasien jatuh : tidak ada
1) Status psikologis : pasien mengatakan cemas mau di operasi
2) Skala cemas : skala 3
38

Perasaan : cemas

Ketegangan : merasa tegang


Ketakutan : tidak
Gangguan tidur : tidak

a) Pemeriksaan penunjang
laboratorium

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi
Hematologi 1 13.3 13.2-17.3 g/dL
Hemoglobin 40.8 40-52 %
Hematokrit 7.19 3.8-10.6 (10³/µL)
Leukosit 197 150-144 (10³/µL)
Trombosit 0-1 %
Hitung jenis leukosit 0 1-3 %
Basofil 0 2-6 %
Eosinofil 0 50-70 %
Neutrofil Batang 67 20-40 %
Neutrofil Segmen 26 2-8 %
Limfosit 7 1-3 menit
Monosit 3.15
NLR (Neutrofil
Limosit Ratio)
2
Hemostatis
Waktu Perdarahan
PT 13.3
39

Pasien 11.0-18.0detik
12.6
Kontrol Detik
27.8
APTT 27-42 detik
33.0
Pasien Detik
150
Kontrol
Gula Darah Sewaktu <100 Bukan DM
100-199 Belum pasti DM
>=200 Kemungkinan DM
Non Reaktif

Anti HIV Rapid I Negatif


Hepatitis Hbsag
Negatif
(rapid) Non Reaktif
Screening Rapid Test Anti IgG
Non Reaktif
Non Reaktif
Non Reaktif
SARS-Cov2 Anti IgM SARS-Cov2

b. oPengakajian dp
Pre

b. Pengkajian di ruang operasi


Pre operasi
Pengkajian
Tgl/ jam : 24 oktober 2022 pukul : 13.05
1. ANAMNESA
Keluhan : cemas, pasien menanyakan dampak yang akan terjadi
setelah operasi
2. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : compos metis dengan gcs : 15
b. Ttv : TD : 125/68 mmhg, N:84x / menit, RR:20x/menit, S: 36,5
C, SPO2: 99%
c. Pemakaian oksigen : tidak
40

d. Skala nyeri : 3
e. Fraktur : tidak ada
f. Perdarahan : tidak ada
g. Pemeriksaan penunjang : laboratorium terlampir
Intra Operasi
Masuk OK : 13.20
Mulai anastesi : 13.30
a. ANAMNESA
a. Keluhan : tidak ada
b. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : compos metis dengan gcs : 15
b. Ttv : TD: 120/70 mmhg, N; 87x/menit RR:20x/menit, S: 36,5C
spo2: 99%
c. Posisi pasien : litotomi
d. Pemakaian oksigen : ya (nasal canul)
e. Skala nyeri : 3
f. Fraktur : tidak ada
g. Perdarahan : tidak ada
h. Terpasang plate arde : ya, ( paha kanan) dan tidak terdapat luka
di sekitarnya
i. Terpasang kateter : ya, jumlah urine : 60ml
j. Pemeriksaan penunjang : laboratprium terlampir
Post Operasi
Keluar OK : 15.05
1. ANAMNESA
a. Keluhan : nyeri operasi, pasien mengatakan belum dapat
berjalan karena mulai terasa sakit di area operasi.
2. Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran : compos metis dengan GCS : 15
b) Ttv : TD: 128/70mmhg, N; 96x/menit RR:18x/menit, S: 36,5
C, SPO2: 99%
41

c) Pemakaian oksigen : tidak


d) Skala nyeri : 5
e) Fraktur : tidak ada
f) Perdarahan : tidak ada
g) Terpasang kateter : ya, jumlah urine : 110 ml
h) Pemeriksaan penunjang : laboratorium terlampir

A. Diagnosa Keprawatan
a. Analisa data
Analisa Data Masalah Etiologi
Pra Operasi

Pre Operasi
DS : Resiko Perdarahan
- Pasien
Resiko injuri
mengatakan saat
BAB terasa sakit di
bagian anus Trauma defekasi

- Pasien
mengatakan saat MK :Resiko
perdarahan
BAB keluar darah
di feses nya
DO:
- Pasien tampak
gelisah
- TD 125/68
mmHg, Suhu 36,5
C, Nadi 84 x/menit
Nyeri
teraba kuat, akral
hangat, CRT <2
trombosis
detik, pernafasan 20
x/menit, SpO2 99 %
42

Pembesaran vena
Prolap haemoroid
pleksus hemoroidalis
DS :
- Pasien Adanya benjolan

mengatakan nyeri
di anusnya. Skala MK: Nyeri
nyeri 3
- pasien
mengatakan adanya
benjolan di anus
nya
DO :
- kesadaran CM,
pasien tampak
meringis kesakitan
- pasien tidak bisa
duduk dengan
Ansietas Pre operasi
nyaman.
- saat bergerak
pindah posisi Kurang pengetahuan
pasien tampak
kesakitan.
Respon Psikologis
- skala nyeri 3 TD
125/68 mmHg,
MK: ansietas
Suhu 36,5 C, Nadi
84 x/menit teraba
kuat, akral hangat,
CRT <2 detik, Resiko Cidera Intra operasi

pernafasan 20
x/menit, SpO2 99 Pemasangan
elektroda medik saat
% pembedahan
43

Intra Operasi
DS : Pasien
Resiko Cedera
mengatakan cemas
karena belum
pernah dioperasi
sebelumnya.
DO :
- pasien tampak
gelisah
- pasien bertanya-
Post operasi
tanya tentang
tindakan yang akan
Pembedahan
di lakukan. Nyeri Akut
- TD 120/70mmHg,
Terputusnya
N 87x, RR 22x/m, kontinuitas jaringan
SpO2 99%.
Cartex cerebri ( nyeri
persepsikan)
DS: pasien
mengatakan tidak
bisa menggerakkan MK: Nyeri akut

anggota tubuh
bagian bawah
DO:
- pasien dilakukan Gangguan mobilisasi Pembedahan(operasi)
tindakan fisik
hemoroidektomi Terputusnya
kontinuitas jaringan
- pasien di bius
- pasien terpasang
Kelemahan
plate arde di paha neuromuscular
ekstermitas bawah
kiri.
44

- Posisi litotomi
TD:120/70mmHg Keterbatasan gerak

N:87x/m, RR
MK: Gangguan
22x/m, SpO2 99%.
mobilisasi fisik

Post Operasi
Resiko infeksi Post operasi
DS: Pasien
mengatakan mulai
Pembedahan(operasi)
merasakan nyeri
pada daerah operasi.
Luka terbuka
DO :
- Pasien sesekali Post de-entry
tampak meringis kuman

kesakitan.
-TD:128/70mmHg, MK: Resiko infeksi
N:88x/m,
RR:20x/m S 36,5,
SpO2 99%

DS: Pasien
mengatakan takut
untuk jalan karena
sakit di bagian anus
DO:
-Pasien tampak kesakitan.
-Pasien tidak bisa merubah
posisinya sendiri.
-Skala nyeri 3
45

-TD 128/70mmHg N 88x/m


RR 20x/m S 36,5 SpO2 99%

DS: Pasien mengatakan


mulai terasa nyeri pada
daerah operasi.
DO:
- adanya luka operasi di
bagian anus pasien.
- daerah operasi pasien
terpasang tamvon.
46

b. Diagnosa Keperawatan

Pra Operasi
1) Resiko perdarahan berhubungan Adanya resiko injuri yang
mengakibatkann Trauma defekasi.
2) Nyeri akut berhubungan dengan adanya benjolan di anus.

Intra operasi
1. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
2. Resiko cidera berhubungan dengan Pemasangan elektroda medik,
posisi pembedahan

Post operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontuinitas jaringan.
2) Gangguan mobilisasi fisik berhubunmgan dengan dengan
keterbatasan gerak
3) Resiko infeksi berhubungan dengan Post d’entry kuman ( adanya
luka)
47

B. Intervensi Keperawatan
Pra Operasi

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan hasil
Setelah dilakukan 1.Observasi ku dan 1.untuk mengetahui
Resiko perdarahan
tindakan TTV respon pasien
berhubungan adanya
keperawatan selama 2. observasi terjadi nya 2.untuk mengetahui
resiko injuri yang
3x24 jam diharapkan perdarahan jika terjadi perdarahan
mengakibatkann
tidak terjadi 3.Anjurkan pasien 3.untuk mencegah
Trauma defekasi.
perdarahan untuk tidak mengejan terjadinya perdarahan
Kriteria hasil : saat BAB 4. analgetik dapat
1. Tidak terjadi 4.Kolaborasi dengan mengurangi rasa nyeri
perdarahan dokter dalam
2. Tidak terjadi pemberian analgetik
traumatic
Nyeri berhubungan
dengan adanya
benjolan di anus.

Setelah dilakukan 1. Observasi ku dan 1. Untuk mengetahui


tindakan TTV respon pasien

keperawatan selama 2. Kaji skala nyeri terhadap nyeri.

3x24 jam diharapkan 3. Anjurkan pasien Nyeri dapat

tingkat nyeri relaksasi nafas untuk mempengaruhi

menurun mengurangi nyeri TTV

Kriteria hasil : 4. Berikan lingkungan 2. Untuk mengetahui


1.Keluhan nyeri dan posisi yang tingkat nyeri

berkurang nyaman pasien

2.Pasien tidak 5. Kolaborasi dengan 3.Meningkatkan


gelisah dokter dalam relaksasi dapat

3.Pasien tampak mengurangi rasa


48

rileks pemberian analgetik nyeri


4.Pola nafas teratur 4.Mengingkatkan
5.Frekuensi nadi waktu istirahat
dalam batas normal pasien dalam
mengontrol nyeri
5. Analgetik dapat
mengurangi nyeri
49

Intra Operasi
Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji skala cemas 1.Untuk mengetahui
berhubungan tindakan 2. Dampingi pasien respon pasien
dengan keperawatan selama sebelum tindakan terhadap kecemasan
kurangnya 2 jam diharapkan operasi 2.Untuk memberikan
pengetahuan ansietas hilang 3. Anjurkan pasien dukungan pada pasien
Kriteria hasil : untuk beroda 3. berdoa dapat
1. Pasien 4. Ajarkan teknik membuat pasien lebih
mengatakan tidak relaksasi tenang
cemas lagi 5. Berikan Health 4. Untuk megurangi
2. Pasien mengerti Education kecemasan
tentang 5. pasien dapat
penyakitnya mengerti tentang
3. Pasien rileks penyakitnya

Resiko Setelah dilakukan 1. kaji kebutuhan 1. Untuk

tindakan keselamatan menghindari


cidera
berhubungan keperawatan selama 2. Dampingi pasien terjadinya cedera
2 jam diharapkan selama operasi 2. Untuk mencegah
dengan
cedera tidak terjadi berlangsung pasien cedera
Pemasangan
Kriteria hasil : 3. Lakukan 3. Untuk menghindari
elektroda
1. Tidak terjadi pemasangan plat cedera pada
medik, posisi
cedera pada arde pada bagian anggota tubuh
pembedahan
pasien tubuh sesuai

2. Kulit pasien tidak protokol

lecet
3. Tidak terjadi
fraktur pada
pasien
50

Post operasi
Nyeri akut Setelah dilakukan 1.Observasi ku dan 1.Untuk mengetahui
berhubungan tindakan TTV respon pasien
dengan keperawatan selama 2.Kaji skala nyeri terhadap nyeri
terputusnya 3x24 jam diharapkan 3.Anjurkan pasien 2.Nyeri apat
kontuinitas tingkat nyeri relaksasi nafas untuk mempengaruhi TTV
jaringan menurun mengurangi nyeri 3.Meningkatkan
( efek Kriteria hasil : 4.Berikan lingkungan relaksasi dapat
pembedahan) 1.Keluhan nyeri dan posisi yang nyaman mengurangi rasa nyeri
berkurang 5.Kolaborasi dengan 4.Mengingkatkan
2.Pasien tidak dokter dalam pemberian waktu istirahat pasien
gelisah analgetik dalam mengontrol
3.Pasien tampak nyeri
rileks
4.Pola nafas teratur
5.Frekuensi nadi
dalam batas normal

1. Kaji tingkat 1. Mengetahui tingkat


Setelah dilakukan
mobilitas pasien mobilitas pasien
tindakan
2. Ubah posisi 2. Meningkatkan
Gangguan keperawatan selama
pasien secara kenyamanan
mobilisasi 3x24 jam diharapkan
periodic pasien
fisik mobilisasi meningkat
berhubunmg Kriteria hasil :
an dengan 1. Rentang
keterbatasan gerak pasien
gerak meningkat
2. TTV dalam
batas normal
51

3. Pasien
tampak tenang 1) Observasi TTV
dan rileks 2) Kaji adanya tanda
inflamasi
3) Cuci tangan sebelum
Setelah dilakukan 1. Mengetahui
ke pasien
tindakan adanya tanda
4) Kolaborasi dalam
keperawatan selama infeksi
pemberian terapi
3x24 jam 2. Mengetahui
Resiko antibiotik
diharapkan tingkat adanya tanda
infeksi
infeksi menurun infeksi
berhubungan
Kriteria hasil : 3. Mengurangi
dengan Post
1. Pasien tidak terjadinya infeksi
d’entry
demam 4. Mengurangi
kuman
2. Tidak tampak terjadinya infeksi
( adanya
tanda inflamasi
luka)
pada area luka
operasi
3. Leukosit dalam
batas normal
52

C. Implementasi Keperawatan
Tan Implementasi Evaluasi p
gga a
l/ r
jam a
f
24/10/2022 Mengobservasi KU dan KU sakit sedang, Kesadaran CM, GCS : E
Jam 13.06 TTV pasien 4, M 6, V 5, TD 125/68 mmHg, Suhu 36,5
C, Nadi 84 x/menit teraba kuat, akral
hangat, CRT <2 detik, pernafasan 20
x/menit, SpO2 99 %

Jam 13.08 Mengnjurkan pasien untuk Pasien mendengarkan dengan baik apa
tidak mengejan saat BAB yang di sampaikan.

Jam 13.09 Mengkaji skala nyeri dan Pasien mengatakan nyeri pada bagian anus
menganjurkan pasien nya tidak terasa (efek pembiusan)
relaksasi nafas untuk
mengurangi nyeri jika
masih terasa

Jam 13.10
Memberikan lingkungan Pasien merasa nyaman
dan posisi yang nyaman
pada pasien.

Jam 13.20
Memindahkan pasien ke Memindahkan menggunakan brangkar
kamar operasi

Jam 13.22
Mengobservasi tingkat skala cemas 2, pasien tampak rileks
kecemasan pasien
53

Jam 13. 25
Mendampingi pasien pasien tampak tenang
sebelum tindakan operasi
Jam 13.27
Menganjurkan pasien untuk Pasien lebih tenang
beroda
Jam 13.28
Memberikan Health Pasien memahami apa yang dijelaskan
Education, menjelaskan
tentang prosedur tindakan
operasi
Jam 13.30
Pasien tenang
Mendampingi pasien
selama operasi berlangsung
Jam 13.32
Plat arde terpasang di paha kanan pasien,
Memasangan plat arde pada
bagian tubuh pasien
Jam 13.32
Tidah ada benda lain yg di pakai pasien
Memastikan Kembali
kecuali baju operasi
apakah ada perhiasan atau
benda-benda logam lain
yang masih ada di badan
Jam 13.33 pasien atau tidak
Terpasang dengan baik
Memasang Medikotest,
tensi dan saturasi sesuai
Jam 13.35 SOP
Tidah ada perdarahan hebat
Mengobservasi perdarahan
Jam 14.50 selama operasi berlangsung
Tidak ada luka bakar
Mengkaji adanya luka bakar
54

Jam 14.50 pada area pemasangan


patient plate
Operasi selesai Pasien Tn.T dengan post hemoroidektomi
a/I hemoroid grade 4 selesai operasi jam
10.35 dengan anastesi spinal terpasang
kateter no. 16, terdapat tanvon sebanyak 3
kassa dan dilepas tampon 5 jam setelah
Jam 15.05
operasi. Luka operasi tidak ada rembesan.

Mengantar pasien ke Memindahkan menggunakan brangkar


Jam 15.07 ruangan pemulihan

Mengobservasi ku dan TTV Kesadaran CM, TD 128/70 mmHg, Nadi


96x/m, RR 18x/m, suhu 36,5 C
Jam 17.00
Luka operasi tidak ada rembesan

Mengkaji skala nyeri post


Skala nyeri 3
operasi
Menganjurkan pasien Pasien dapat mengikuti apa yang
relaksasi nafas untuk dianjurkan
Jam 17.00
mengurangi nyeri

Berikan lingkungan
dan Pasien beristirahat dengan nyaman
posisi yang nyaman pada
Jam 17.10
pasien

Kolaborasi dengan dokter Terapi telah diberikan melalui IV


dalam pemberian analgetik RL 20tpm
Jam 17.15 dan antibiotik Ceftriaxone 1 gram
Keterolak 2x1amp
Jam 17.30
Mengkaji tingkat Pasien bisa berjalan ke kamar mandi
55

mobilitas pasien sendiri dengan hati-hati


Ubah posisi pasien secara Pasien mampu miring kanan/ miring kiri
Jam 17.33 periodic dengan batuan

Jam 17.35 Mengkaji tanda inflamasi Tidak ada tanda-tanda inflamasi


pada area luka operasi

Kolaborasi dalam Pasien tampak kooperatif saat diberikan


pemberian terapi antibiotik terapi obat, dan pasien meminum obat

D. Evaluasi Keperawatan
Tan Diagnosa Evaluasi p
gga keperawatan a
l/ r
jam a
f
24/ S: -
Resiko perdarahan
10/ O: Pasien tampak meringis saat
berhubungan Adanya resiko
202 belajar duduk
injuri yang mengakibatkann
2 A: masalah belum teratasi
Trauma defekasi
Ja P: intervensi di lanjutkan
m
18.
00
24/ S : pasien mengatakan nyeri berkurang
Nyeri berhubungan dengan
10/ dengan skala 2
adanya benjolan di anus.
202 O : pasien tampak lebih tenang, Ku baik
56

2 A : masalah teratasi Sebagian


Ja P : lanjutkan intervensi
m
18.
00
24/ Ansietas S: pasien mengatakan sudah siap
10/ berhubungan operasi
202 dengan kurangnya O : pasien tampak lebih tenang, Ku
2 pengetahuan sedang kes CM TD 120/70 mmHg N 87
Ja RR 20 SpO2 99%
m A: masalah teratasi
18. P: Intervensi dihentikan
00
24/ Resiko cidera S:-
10/ berhubungan O : Plate arde terpasang sesuai protokol,
202 dengan tidak terjadi tanda-tanda luka bakar
2 Pemasangan A : Masalah tidak terjadi
Ja elektroda medik, P : Intervensi dihentikan
m posisi pembedahan
18.
00
24/ Nyeri akut S : Pasien mengatakan
10/ berhubungan nyeri berkurang dengan
202 dengan skala nyeri 2
2 terputusnya O : Pasien tampak lebih rileks, ttv
Ja jaringan ( efek dalam batas normal
m pembedahan) Ku sedang kes CM TD
18. 128/70mmHg N 96 RR 20 SpO2
00 99%
A : Masalah teratasi sebagian
57

P : Intervensi dilanjutkan

24/ Gangguan S : pasien mengatakan masih takut


10/ mobilisasi fisik untuk berjalan sendiri ke kamar mandi
202 berhubungan O: pasien tampak berhati-hati saat duduk
2 dengan dan saat berjalan
Ja keterbatasan gerak A: masalah belum teratasi
m P: intervensi dilanjutkan
18.
00
24/ Resiko infeksi S:
10/ berhubungan O : tidak ada tanda-tanda infeksi, tttv
202 dengan Post dentry dalam batas normal
2 kuman ( adanya Ku sedang kes CM TD
Ja luka) 128/70mmHg N 9 6 RR 2 0 SpO2
m 99%
18. A : Masalah tidak diterjadi
00 P : Intervensi dihentikan
58

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian

Pada pengkajian keperawatan, penulis melakukan


pengkajian sesuai teori, yaitu pengkajian meliputi anamnesi,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik. Pada
pengkajian anamnesi Ny.A didapatkan pasien mengatakan
Pasien mengatakan mengalami BAB berdarah 3 minggu
yang lalu, dan sudah tidak bisa BAB lagi 2 minggu yang
lalu, dan merasa sakit jika di paksa untuk BAB, terdapat
benjolan di bagian anal/anus pasien yang keluar dengan
skala nyeri 3 yang di alami pasienTD 130/90mmHg, nadi
82x/menit, rr 20x/menit.
Selanjutnya pasien dilakukan pemeriksaan colok
dubur. Dengan kesan adanya benjolan yang keluar di anus
bisa disebut hemoroid grade 3 Dan pasien sarankan untuk
dilakukan operasi. Setelah dijelaskan tindakan operasi,
pasien tampak takut dan gelisah.
Berdasarkan uraian diatas bahwa pengkajian yang
dilakukan terhadap Ny.A sudah sesuai dengan teori
Hemoroid.
B. Diagnosa keperawatan

Pada penegakkan diognosa keperawatan pada Ny.A


yang mengalami hemoroid grade 3, penulis menentukan
diagnosa sesuai prioritas kebutuhan pasien yang ditemukan
saat pengkajian keperawatan. Dan penulis menemukan
beberapa sesuai dengan teori.
Kesenjangan ini mendukung dalam penegakkan
diagnosa berdasarkan teori.
59

C. Intervensi

Dalam membuat perencanaan keperawatan terdapat 5


aspek yaitu : Observasi, mandiri, terapeutik, pendidikan
kesehatan dan kolaborasi. Perencanaan yang dibuat sesuai
dengan diagnosa keperawatan yag ditegakkan serta terdapat
tujuan dan kriteria hasil yang akan dicapai selama pasien
mendapatkan perawatan.. Pada kasus ini, penulis melakukan
perencanaan sesuai dengan prioritas diagnosa keperawatan
yang telah ditegakkan. Sehingga timbulah kesenjangan antara
teori dengan kasus yang ditemukan.
D. Implementasi

Pada tahap implementasi ini juga terdapat 5 aspek


yaitu, observasi, mandiri, terapeutik, pendidikan kesehatan
dan kolaborasi. Penulis melibatkan keluarga serta bekerja
sama dengan perawat ruangan dalam melakukan asuhan
keperawatan. Pada pelaksanaan tahap ini sesuai dengan
intervensi pada tiap-tiap diagnosa yang penulis tegakkan
berdasarkan temuan pada kasus.
E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari asuhan keperawatan


yang sudah dilakukan. Evaluasi dilakukan dengan
membandingkan antara kriteria hasil teori dengan hasil yang
dicapai. Pada evaluasi masalah keperawatan pre operasi nyeri
akut dan ansietas sudah teratasi, pada tahap intra operasi resti
cidera dan resiko infeksi tidak terjadi, pada masalah post
operasi nyeri karna tindakan operasi teratasi sebagian, dan
gangguan mobiltas fisik akibat pemasanga plate dan screw
belum teratasi, sehingga di lanjukan oleh perawat ruangan
yang akan memberikan asuhan keperawatan lanjutan pada
pasien.
60

Pada tahap ini tujuan dan kriteria hasil yang dicapai


sesuai dengan intervensi yang terdapat pada tiap-tiap
diagnosa yang penulis tegakkan. Namun ada beberapa kritesia
hasil yang belum tercapai.
61

BAB V
PENUTUP

i. Kesimpulan
Hemoroid merupakan pembesaran atau pelebaran vena
Hemoroidialis yang melalui kanal anus atau rectum yang
disebabkan oleh peradangan pada usus yang ditandai dengan nyeri
dan rasa tidak nyaman yang bermanifestasi perdarahan setelah
buang air besar (Tri Utami dan Ganik Sakitri, 2020).
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi di dalam
kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50an, sekitar
50% individu mengalami berbagai tipe Hemoroid berdasarkan
luasnya vena yang terkena (Sugeng J dan Weni K, 2015).
Banyak orang yang justru mengabaikan gejala Hemoroid
sehingga dapat mencapai komplikasi Hemoroid yaitu perdarahan
akut, perdarahan kronis dan terjadi inkarserasi prolaps. Hal ini
dapat menyebabkan infeksi sampai sepsis dan gangren yang
menyebabkan bau menyengat (Tri Utami dan Ganik Sakitri, 2020).

ii. Saran
1. Bagi RS Hermina Daan Mogot
Agar dapat memotivasi perawat untuk lebih giat dalam
pendokumentasian asuhan keperawtan pada pasien dengan
Hemoroidektomy, pembuatan intervensi, implementasi dan
evaluasi agar lebih meningkatkan kualitas pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien.
2. Bagi Perawat
Diharapkan bagi teman-teman perawat bisa menambah
wawasan mengenai Asuhan keperawatan pada pasien dengan
hemoroidektomy dengan cara mengikuti seminar, pelatihan-
pelatihan, worksop dan lain sebagainya.
62

3. Bagi Peneliti selanjutnya


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding
dalam asuhan keperawatan pada kasus hemoroidektomy yang
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai