ASUHAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
NRP : 20220933113
OJT
TAHUN 2022
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hemoroid merupakan pembesaran atau pelebaran vena Hemoroidialis
yang melalui kanal anus atau rectum yang disebabkan oleh peradangan pada
usus yang ditandai dengan nyeri dan rasa tidak nyaman yang bermanifestasi
perdarahan setelah buang air besar (Tri Utami dan Ganik Sakitri, 2020).
Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2014
menyatakan bahwa jumlah penderita Hemoroid di dunia diperkirakan 230 juta
orang.
Pada Hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat inflamasi
dan edema yang disebabkan oleh trombosis (pembekuan darah dalam
Hemoroid) sehingga dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area
tersebut (Sugeng J dan Weni K, 2015).
Pasien Hemoroid akan mengalami tanda dan gejala meliputi
perdarahan, nyeri adanya prolaps (benjolan) dan kadang merasa gatal-gatal di
rektum. Gejala stadium awal pada Hemoroid interna yaitu keluarnya darah
yang berwarna merah terang dan tidak disertai nyeri pada akhir defekasi.
Sedangkan gejala pada stadium akhir berupa prolaps yang menetap dan tidak
bisa masuk lagi meskipun didorong secara manual (Rohmani, 2018).
Penatalaksanaan Hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan bedah. Penatalaksanaan medis ditujukan untuk Hemoroid
interna derajat I sampai III atau semua derajat Hemoroid yang ada
kontraindikasi operasi atau klien menolak operasi. Penatalaksanaan bedah
(tindakan operatif) ditujukan untuk Hemoroid interna derajat IV dan eksterna
atau semua derajat Hemoroid yang tidak berespon terhadap pengobatan medis
(Sugeng J dan Weni K, 2015).
3
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
A. Konsep Hemoroid
1. Pengertian Hemoroid
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen / lebih pembuluh
darah vena Hemoroidales (bacon) pada poros usus dan anus yang
disebabkan karena otot dan pembuluh darah sekitar anus / dubur kurang
elastis sehingga cairan darah terhambat dan membesar (Rudi Haryono,
2012). Hemoroid adalah pembesaran vena (varises) dari pleksus venosis
Hemoroidalis yang diketemukan pada anal kanal (Diyono dan Sri
Mulyanti, 2013). Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh
darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus Hemorrhoidalis (Amin
Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma, 2015).
Hemoroid atau lebih dikenal dengan nama wasir atau ambeien, bukan
merupakan suatu keadaan yang patologis (tidak normal), namun bila
sudah mulai menimbulkan keluhan, harus segera dilakukan tindakan untuk
mengatasinya. Hemoroid dari kata “haima” dan “rheo”. Dalam medis,
berarti pelebaran pembuluh darah vena (pembuluh darah balik) di dalam
pleksus hemorrhoidalis yang ada di daerah anus. Dibedakan menjadi 2,
yaitu hemoroid interna dan hemoroid eksterna yang pembagiannya
berdasarkan letak pleksus hemorrhoidalis yang terkena. ( Natasa Anisa,
2019).
Hemoroid atau wasir atau yang biasa disebut ambeien oleh masyarakat
awam merupakan lesi pada anorectal yang paling sering ditemukan.
Hemoroid berasal dari bahasa Yunani yakni haema (darah) dan rhoos
(mengalir), yang dalam medis berarti pelebaran pembuluh darah yang
7
2. Etiologi Hemoroid
Menurut Diyono dan Sri Mulyanti (2013), penyebab Hemoroid dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Peningkatan tekanan intra-abdomen.
Mis: kegemukan, kehamilan, konstipasi.
b. Komplikasi dari penyakit cirrhosis hepatis.
c. Terlalu banyak duduk
d. Tumor abdomen / pelvis.
e. Mengejan saat BAB
f. Hipertensi portal
3. Klasifikasi Hemoroid
Menurut Rudi Haryono (2012) dalam buku “Keperawatan Medikal Bedah
Sistem Pencernaan” disebutkan klasifikasi Hemoroid berdasarkan letak
terjadinya Hemoroid dibedakan menjadi dua, yaitu Hemoroid Eksterna
dan Hemoroid Interna.
A. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik.
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus
dan sebenarnya merupakan hematoma, bentuk ini sering sangat nyeri
dan gatal karena ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
Hemoroid eksterna kronik atau skin lag berupa satu atau lebih lipatan
9
kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh
darah.
Hemoroid Eksterna
B. Hemoroid Interna
a. Derajat I
Terjadi pembesaran Hemoroid yang tidak prolaps keluar
kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
b. Derajat II
Pembesaran Hemoroid yang prolaps dan menghilang atau
masuk sendiri ke dalam anus secara spontan setelah selesai
BAB.
c. Derajat III
Pembesaran Hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke
dalam anus dengan bantuan dorongan jari
d. Derajad IV
Prolapse hemoroid yang permanen, rentan dan cenderung
untuk mengalami thrombosis atau fraktur
10
Gejala utama hemoroid adalah pendarahan, rasa sakit, prolaps, pembengkakan, dan gatal. Gejala
tergantung pada klasifikasi dan derajat hemoroid.
Umumnya perdarahan merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh feses yang keras.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses
atau perdarahan yang terlihat menetes dan mewarnai air toilet menjadi merah (Setiawan et al, 2015).
Menurut Rudi Haryono (2012), tanda dan gejala dari Hemoroid, antara lain:
2. Rasa sakit atau perih yang timbul karena prolaps Hemoroid (benjolan tidak dapat kembali) dari anus
terjepit karena adanya trombus.
4. Perasaan tidak nyaman (duduk terlalu lama dan berjalan tidak kuat lama).
5. Keluar lendir yang menyebabkan perasaan isi rectum belum keluar semua.
Sedangkan dalam “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Pencernaan”, Diyono dan Sri Mulyanti
(2013) menyebutkan manifestasi klinis Hemoroid, yaitu:
b. Benjolan pada anus yang menetap pada Hemoroid eksternal sedangkan pada Hemoroid internal benjolan
tanpa prolaps mukosa dan keduanya sesuai gradasinya.
12
d. Perdarahan peranus waktu gerak yang berupa darah merah segar yang menetes / mengucur tanpa rasa
nyeri.
e. Bila terdapat bekuan darah pada saat gerak maka dapat menyebabkan infeksi dan menimbulkan rasa nyeri.
5. Pemeriksaan penunjang
Menurut Diyono dan Sri Mulyanti (2013), pada kasus penyakit Hemoroid terdapat macam-macam pemeriksaan
untuk menegakkan diagnose, antara lain:
a. Inspeksi
Kemungkinan tidak ditemukan apa-apa, mungkin terlihat benjolan Hemoroid internal / eksternal yang
prolaps.
b. Pemeriksaan rektal secara langsung
Mengetahui adanya bunyi pada sfingter internal dan biasanya pada laki- laki muda terdapat bunyi yang
cepat.
c. Colok Dubur
Tidak diketemukan benjolan kecuali sudah terjadi trombus, pemeriksaan ini harus dilakukan untuk
mendeteksi adanya kelainan / penyakit lain.
d. Anoscopy
Pemeriksaan untuk mengetahui apakah terjadi pergeseran pada organ dalam di bagian bawah yang
menyebabkan Hemoroid.
e. Sigmoidoscopy dan barium enema
13
Pemeriksaan pada usus / kolon sigmoid untuk mengetahui adakah kanker atau inflamasi. Pemeriksaan ini
penting terutama pada klien umur > 40 tahun.
f. Proktoscopy
Pemeriksaan untuk melihat lokasi Hemoroid internal yang ada pada tiga tempat utama
Sedangkan menurut Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma (2015), dalam buku “Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2” disebutkan pemeriksaan
penunjang pada kasus Hemoroid antara lain:
a. Pemeriksaan colok dubur
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Pada haemoroid interna tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
b. Anoskop
Diperlukan untuk melihat haemoroid interna yang tidak menonjol keluar
c. Proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat
yang lebih tinggi.
Pada buku “Lecture Notes: Gastroenterologi dan Hepatologi” karangan Anton Emmanuel dan
Stephen Inns (2014) juga dijelaskan prosedur pemeriksaan rectal touche rutin untuk melihat ekskoriasi,
Hemoroid eksternal, fissure ani, identifikasi kulit, pembukaan fistula, dan kulit anal. Prosedur dilakukan
dengan memasukkan cairan lubrikasi dengan jari ke dalam anus untuk memperhatikan adanya tonus anal
saat istirahat dan pada saat kontraksi secara volunteer, apakah terdapat massa rectum (polip, kanker,
feses), dan ukuran prostat dan tekstur pada pria.
14
15
6. Pathofisiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis.
Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada
kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi
portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke sistem portal.
Selain itu sistem portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik.
- Derajat 3, pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan
dorongan jari.
- Derajat 4, prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami thrombosis dan
infark. (Sudoyo,2006).
17
Usia tua
Pragnanci
PATHWAY
utrisi Penurunan elastisitas otot dan
Gangguan aliran balik pembuluh darah sekitar anus
dari vena hemoroidalis tekanan intra abdoment
konstipasi
Peningkatan tekanan vena haemorrhoidalis
2) Obat simpatomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan
rasa gatal, nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis
sediaan misalnya Anusol, Boraginol dan Faktu. Sediaan
yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk
mengurangi radang daerah Hemoroid atau anus.
5) Minimal invasive
20
Hemoroidektomi
Nursing Assesment:
a. Personal Hygiene yang baik terutama di daerah anal.
b. Menghindari mengejan selama defekasi
c. Diet tinggi serat.
d. Bedrest / tirah baring untuk mengurangi pembesaran Hemoroid.
8. Komplikasi
Komplikasi hemoroid antara lain :
a. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut
mengejan dan takut berak. Karena itu, tinja makin keras dan semakin
memperberat luka di anus.
b. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak
normal) dari selaput lendir usus/anus.
c. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia.
d. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur
sehingga tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah,
makin sakit, dan besar. Dan jika tidak cepat-cepat ditangani dapat
busuk. (Dermawan, 2010).
23
B. KONSEP HEMOROID
C. KONSEP KEPERAWATAN
Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang tahapan dalam
proses keperawatan, tahap dimulai dengan: tahap pengkajian, tahap
diagnosa keperawatan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan serta
tahap evaluasi (Budiono, 2016).
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Budiono, 2016).
Pengkajian pada klien post Hemoroidektomi, antara lain
sebagai berikut.:
a. Identitas Pasien
Dalam identitas pasien ini perlu ditanyakan antara lain
adalah nama pasien, tempat tanggal lahir, umur, jenis
24
b. Keluhan Utama
Keluahan utama yang dirasakan klien di uraikan dalam:
1. Provokatif : Penyebab yang memperberat dan
mengurangi
2. Quality : Dirasakan seperti apa, tampilannya, suaranya
dan berapa banyak.
3. Region : Lokasi dimana dan penyebarannya
4. Scale : Itensitasnya (skala) pengaruh terhadap aktifitas
5. Timing : Kapan keluhan tersebut muncul berapa lama
dan bersifat (tiba-tiba, sering dan bertahap).
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang anda lakukan dengan menggunakan
metode atau teknik P.E. (Physical Examination) yang terdiri
dari:
1. Inspeksi, yaitu: teknik yang dapat anda lakukan
dengan proses observasi yang dilaksanakan secara
sistematik.
26
3. Sistem Pencernaan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua dalam
proses keperawatan setelah anda melakukan pengkajian
keperawatan dan pengumpulan data hasil pengkajian. Diagnosa
keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan actual ataupun potensial sebagai dasar pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat
bertanggung jawab. Tujuan diagnosis keperawatan adalah
29
Pre Operasi
Keperawatan
Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi
D.0142 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam glukosa Observasi:
derajat infeksi menurun. 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal dan
Pengertian : Kriteria Hasil: sistemik
Berisiko mengalami Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun Terapeutik
peningkatan Meningkat Menurun 1. Batasi jumlah pengunjung
terserang oganisme 1 Demam 2. Berikan perawatan kulit pada daerah edema
patogenik 1 2 3 4 5 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
2 Kemerahan dengan pasien dan lingkungan pasien
1 2 3 4 5 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
3 Nyeri berisiko tinggi
1 2 3 4 5 Edukasi
4 Bengkak 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
1 2 3 4 5 2. Ajarkan cara memeriksa luka
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik 3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Memburuk Membaik Kolaborasi
5 Kadar sel darah putih 1. Kolaborasi pemberian imunisasi, Jika perlu
35
1 2 3 4 5
36
BAB III
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
a. Pengkajian awal masuk RS
Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 oktober 2022 pukul 23.30
DATA PASIEN
Nama pasien : Tn. T
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Dokter Pengirim : dr. H
Pekerjaan : Karyawan swasta
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : Betawi
1. Anamnesa
Diagnosa Medis Saat Masuk: hemoroid grade 4
a. Keluhan Utama : Pasien tampak cemas
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan tidak bisa BAB
dan terasa sakit di anus +/- 1 minggu yang lalu
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penyakit yang pernah diderita : Pasien mengatakan punya
Riwayat tekanan darah tinggi.
2. Pernah dirawat : pasien mengatakan tidak pernah dirawat
3. Pernah operasi : pasien mengatakan tidak pernah dioperasi
d. Riwayat Penyakit Keluarga : pasien mengatakan tidak ada riwayat
penyakit yang diderita keluarga
e. Riwayat Alergi : tidak ada
f. Nyeri : ada, dengan skala VAS
Deskripsi : pembesaran jaringan di bagian anus
Quality : berdenyut
37
Region : anus
Severity : VAS, skala 4
Time : setiap BAB
g. riwayat transfusi darah : tidak pernah
h. golongan darah : O
i. riwayat merokok : Ya
2. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
GCS : E 4, M 6, V 5
Tanda vital : TD 120/78mmHg, Suhu 36 C, Nadi 84 x/menit teraba
kuat, akral hangat, CRT <2 detik, pernafasan 20 x/menit, SpO2 99
%
Antropometri : B70 kg, TB 167 cm
Pengkajian persistem dan pengkajian fungsi :
1) Sistem susunan saraf pusat : tidak ada kelainan
2) Sistem penglihatan : tidak ada kelainan
3) Sistem pendengaran : tidak ada kelainan
4) Sistem penciuman : tidak ada kelainan
5) Sistem pernafasan : tidak ada kelainan
6) Sistem kardiovaskuler : tidak ada kelainan
7) Sistem pencernaan : ada kelainan
8) Sstem genitourinaria : tidak ada kelainan
9) Sistem integumen : tidak ada kelainan
10) Sistem muskuloskeletal : tidak ada kelainan
11) Sistem endokrin metabolik : tidak ada kelainan
Pengkajian resiko pasien jatuh : tidak ada
1) Status psikologis : pasien mengatakan cemas mau di operasi
2) Skala cemas : skala 3
38
Perasaan : cemas
a) Pemeriksaan penunjang
laboratorium
Hematologi
Hematologi 1 13.3 13.2-17.3 g/dL
Hemoglobin 40.8 40-52 %
Hematokrit 7.19 3.8-10.6 (10³/µL)
Leukosit 197 150-144 (10³/µL)
Trombosit 0-1 %
Hitung jenis leukosit 0 1-3 %
Basofil 0 2-6 %
Eosinofil 0 50-70 %
Neutrofil Batang 67 20-40 %
Neutrofil Segmen 26 2-8 %
Limfosit 7 1-3 menit
Monosit 3.15
NLR (Neutrofil
Limosit Ratio)
2
Hemostatis
Waktu Perdarahan
PT 13.3
39
Pasien 11.0-18.0detik
12.6
Kontrol Detik
27.8
APTT 27-42 detik
33.0
Pasien Detik
150
Kontrol
Gula Darah Sewaktu <100 Bukan DM
100-199 Belum pasti DM
>=200 Kemungkinan DM
Non Reaktif
b. oPengakajian dp
Pre
d. Skala nyeri : 3
e. Fraktur : tidak ada
f. Perdarahan : tidak ada
g. Pemeriksaan penunjang : laboratorium terlampir
Intra Operasi
Masuk OK : 13.20
Mulai anastesi : 13.30
a. ANAMNESA
a. Keluhan : tidak ada
b. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : compos metis dengan gcs : 15
b. Ttv : TD: 120/70 mmhg, N; 87x/menit RR:20x/menit, S: 36,5C
spo2: 99%
c. Posisi pasien : litotomi
d. Pemakaian oksigen : ya (nasal canul)
e. Skala nyeri : 3
f. Fraktur : tidak ada
g. Perdarahan : tidak ada
h. Terpasang plate arde : ya, ( paha kanan) dan tidak terdapat luka
di sekitarnya
i. Terpasang kateter : ya, jumlah urine : 60ml
j. Pemeriksaan penunjang : laboratprium terlampir
Post Operasi
Keluar OK : 15.05
1. ANAMNESA
a. Keluhan : nyeri operasi, pasien mengatakan belum dapat
berjalan karena mulai terasa sakit di area operasi.
2. Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran : compos metis dengan GCS : 15
b) Ttv : TD: 128/70mmhg, N; 96x/menit RR:18x/menit, S: 36,5
C, SPO2: 99%
41
A. Diagnosa Keprawatan
a. Analisa data
Analisa Data Masalah Etiologi
Pra Operasi
Pre Operasi
DS : Resiko Perdarahan
- Pasien
Resiko injuri
mengatakan saat
BAB terasa sakit di
bagian anus Trauma defekasi
- Pasien
mengatakan saat MK :Resiko
perdarahan
BAB keluar darah
di feses nya
DO:
- Pasien tampak
gelisah
- TD 125/68
mmHg, Suhu 36,5
C, Nadi 84 x/menit
Nyeri
teraba kuat, akral
hangat, CRT <2
trombosis
detik, pernafasan 20
x/menit, SpO2 99 %
42
Pembesaran vena
Prolap haemoroid
pleksus hemoroidalis
DS :
- Pasien Adanya benjolan
mengatakan nyeri
di anusnya. Skala MK: Nyeri
nyeri 3
- pasien
mengatakan adanya
benjolan di anus
nya
DO :
- kesadaran CM,
pasien tampak
meringis kesakitan
- pasien tidak bisa
duduk dengan
Ansietas Pre operasi
nyaman.
- saat bergerak
pindah posisi Kurang pengetahuan
pasien tampak
kesakitan.
Respon Psikologis
- skala nyeri 3 TD
125/68 mmHg,
MK: ansietas
Suhu 36,5 C, Nadi
84 x/menit teraba
kuat, akral hangat,
CRT <2 detik, Resiko Cidera Intra operasi
pernafasan 20
x/menit, SpO2 99 Pemasangan
elektroda medik saat
% pembedahan
43
Intra Operasi
DS : Pasien
Resiko Cedera
mengatakan cemas
karena belum
pernah dioperasi
sebelumnya.
DO :
- pasien tampak
gelisah
- pasien bertanya-
Post operasi
tanya tentang
tindakan yang akan
Pembedahan
di lakukan. Nyeri Akut
- TD 120/70mmHg,
Terputusnya
N 87x, RR 22x/m, kontinuitas jaringan
SpO2 99%.
Cartex cerebri ( nyeri
persepsikan)
DS: pasien
mengatakan tidak
bisa menggerakkan MK: Nyeri akut
anggota tubuh
bagian bawah
DO:
- pasien dilakukan Gangguan mobilisasi Pembedahan(operasi)
tindakan fisik
hemoroidektomi Terputusnya
kontinuitas jaringan
- pasien di bius
- pasien terpasang
Kelemahan
plate arde di paha neuromuscular
ekstermitas bawah
kiri.
44
- Posisi litotomi
TD:120/70mmHg Keterbatasan gerak
N:87x/m, RR
MK: Gangguan
22x/m, SpO2 99%.
mobilisasi fisik
Post Operasi
Resiko infeksi Post operasi
DS: Pasien
mengatakan mulai
Pembedahan(operasi)
merasakan nyeri
pada daerah operasi.
Luka terbuka
DO :
- Pasien sesekali Post de-entry
tampak meringis kuman
kesakitan.
-TD:128/70mmHg, MK: Resiko infeksi
N:88x/m,
RR:20x/m S 36,5,
SpO2 99%
DS: Pasien
mengatakan takut
untuk jalan karena
sakit di bagian anus
DO:
-Pasien tampak kesakitan.
-Pasien tidak bisa merubah
posisinya sendiri.
-Skala nyeri 3
45
b. Diagnosa Keperawatan
Pra Operasi
1) Resiko perdarahan berhubungan Adanya resiko injuri yang
mengakibatkann Trauma defekasi.
2) Nyeri akut berhubungan dengan adanya benjolan di anus.
Intra operasi
1. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
2. Resiko cidera berhubungan dengan Pemasangan elektroda medik,
posisi pembedahan
Post operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontuinitas jaringan.
2) Gangguan mobilisasi fisik berhubunmgan dengan dengan
keterbatasan gerak
3) Resiko infeksi berhubungan dengan Post d’entry kuman ( adanya
luka)
47
B. Intervensi Keperawatan
Pra Operasi
Intra Operasi
Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji skala cemas 1.Untuk mengetahui
berhubungan tindakan 2. Dampingi pasien respon pasien
dengan keperawatan selama sebelum tindakan terhadap kecemasan
kurangnya 2 jam diharapkan operasi 2.Untuk memberikan
pengetahuan ansietas hilang 3. Anjurkan pasien dukungan pada pasien
Kriteria hasil : untuk beroda 3. berdoa dapat
1. Pasien 4. Ajarkan teknik membuat pasien lebih
mengatakan tidak relaksasi tenang
cemas lagi 5. Berikan Health 4. Untuk megurangi
2. Pasien mengerti Education kecemasan
tentang 5. pasien dapat
penyakitnya mengerti tentang
3. Pasien rileks penyakitnya
lecet
3. Tidak terjadi
fraktur pada
pasien
50
Post operasi
Nyeri akut Setelah dilakukan 1.Observasi ku dan 1.Untuk mengetahui
berhubungan tindakan TTV respon pasien
dengan keperawatan selama 2.Kaji skala nyeri terhadap nyeri
terputusnya 3x24 jam diharapkan 3.Anjurkan pasien 2.Nyeri apat
kontuinitas tingkat nyeri relaksasi nafas untuk mempengaruhi TTV
jaringan menurun mengurangi nyeri 3.Meningkatkan
( efek Kriteria hasil : 4.Berikan lingkungan relaksasi dapat
pembedahan) 1.Keluhan nyeri dan posisi yang nyaman mengurangi rasa nyeri
berkurang 5.Kolaborasi dengan 4.Mengingkatkan
2.Pasien tidak dokter dalam pemberian waktu istirahat pasien
gelisah analgetik dalam mengontrol
3.Pasien tampak nyeri
rileks
4.Pola nafas teratur
5.Frekuensi nadi
dalam batas normal
3. Pasien
tampak tenang 1) Observasi TTV
dan rileks 2) Kaji adanya tanda
inflamasi
3) Cuci tangan sebelum
Setelah dilakukan 1. Mengetahui
ke pasien
tindakan adanya tanda
4) Kolaborasi dalam
keperawatan selama infeksi
pemberian terapi
3x24 jam 2. Mengetahui
Resiko antibiotik
diharapkan tingkat adanya tanda
infeksi
infeksi menurun infeksi
berhubungan
Kriteria hasil : 3. Mengurangi
dengan Post
1. Pasien tidak terjadinya infeksi
d’entry
demam 4. Mengurangi
kuman
2. Tidak tampak terjadinya infeksi
( adanya
tanda inflamasi
luka)
pada area luka
operasi
3. Leukosit dalam
batas normal
52
C. Implementasi Keperawatan
Tan Implementasi Evaluasi p
gga a
l/ r
jam a
f
24/10/2022 Mengobservasi KU dan KU sakit sedang, Kesadaran CM, GCS : E
Jam 13.06 TTV pasien 4, M 6, V 5, TD 125/68 mmHg, Suhu 36,5
C, Nadi 84 x/menit teraba kuat, akral
hangat, CRT <2 detik, pernafasan 20
x/menit, SpO2 99 %
Jam 13.08 Mengnjurkan pasien untuk Pasien mendengarkan dengan baik apa
tidak mengejan saat BAB yang di sampaikan.
Jam 13.09 Mengkaji skala nyeri dan Pasien mengatakan nyeri pada bagian anus
menganjurkan pasien nya tidak terasa (efek pembiusan)
relaksasi nafas untuk
mengurangi nyeri jika
masih terasa
Jam 13.10
Memberikan lingkungan Pasien merasa nyaman
dan posisi yang nyaman
pada pasien.
Jam 13.20
Memindahkan pasien ke Memindahkan menggunakan brangkar
kamar operasi
Jam 13.22
Mengobservasi tingkat skala cemas 2, pasien tampak rileks
kecemasan pasien
53
Jam 13. 25
Mendampingi pasien pasien tampak tenang
sebelum tindakan operasi
Jam 13.27
Menganjurkan pasien untuk Pasien lebih tenang
beroda
Jam 13.28
Memberikan Health Pasien memahami apa yang dijelaskan
Education, menjelaskan
tentang prosedur tindakan
operasi
Jam 13.30
Pasien tenang
Mendampingi pasien
selama operasi berlangsung
Jam 13.32
Plat arde terpasang di paha kanan pasien,
Memasangan plat arde pada
bagian tubuh pasien
Jam 13.32
Tidah ada benda lain yg di pakai pasien
Memastikan Kembali
kecuali baju operasi
apakah ada perhiasan atau
benda-benda logam lain
yang masih ada di badan
Jam 13.33 pasien atau tidak
Terpasang dengan baik
Memasang Medikotest,
tensi dan saturasi sesuai
Jam 13.35 SOP
Tidah ada perdarahan hebat
Mengobservasi perdarahan
Jam 14.50 selama operasi berlangsung
Tidak ada luka bakar
Mengkaji adanya luka bakar
54
Berikan lingkungan
dan Pasien beristirahat dengan nyaman
posisi yang nyaman pada
Jam 17.10
pasien
D. Evaluasi Keperawatan
Tan Diagnosa Evaluasi p
gga keperawatan a
l/ r
jam a
f
24/ S: -
Resiko perdarahan
10/ O: Pasien tampak meringis saat
berhubungan Adanya resiko
202 belajar duduk
injuri yang mengakibatkann
2 A: masalah belum teratasi
Trauma defekasi
Ja P: intervensi di lanjutkan
m
18.
00
24/ S : pasien mengatakan nyeri berkurang
Nyeri berhubungan dengan
10/ dengan skala 2
adanya benjolan di anus.
202 O : pasien tampak lebih tenang, Ku baik
56
P : Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
C. Intervensi
BAB V
PENUTUP
i. Kesimpulan
Hemoroid merupakan pembesaran atau pelebaran vena
Hemoroidialis yang melalui kanal anus atau rectum yang
disebabkan oleh peradangan pada usus yang ditandai dengan nyeri
dan rasa tidak nyaman yang bermanifestasi perdarahan setelah
buang air besar (Tri Utami dan Ganik Sakitri, 2020).
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi di dalam
kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50an, sekitar
50% individu mengalami berbagai tipe Hemoroid berdasarkan
luasnya vena yang terkena (Sugeng J dan Weni K, 2015).
Banyak orang yang justru mengabaikan gejala Hemoroid
sehingga dapat mencapai komplikasi Hemoroid yaitu perdarahan
akut, perdarahan kronis dan terjadi inkarserasi prolaps. Hal ini
dapat menyebabkan infeksi sampai sepsis dan gangren yang
menyebabkan bau menyengat (Tri Utami dan Ganik Sakitri, 2020).
ii. Saran
1. Bagi RS Hermina Daan Mogot
Agar dapat memotivasi perawat untuk lebih giat dalam
pendokumentasian asuhan keperawtan pada pasien dengan
Hemoroidektomy, pembuatan intervensi, implementasi dan
evaluasi agar lebih meningkatkan kualitas pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien.
2. Bagi Perawat
Diharapkan bagi teman-teman perawat bisa menambah
wawasan mengenai Asuhan keperawatan pada pasien dengan
hemoroidektomy dengan cara mengikuti seminar, pelatihan-
pelatihan, worksop dan lain sebagainya.
62