CKD
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
SURABAYA
TA 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Hari : Senin
Disususn Oleh :
1820014
Pembimbing Institusi
SURABAYA
TA 2020/2021
CKD (Chronic Kidney Disease)
A. Definisi CKD
B. Etiologi CKD
Diabetes mellitus
Glumerulonefritis kronis (nefritis akut yang berkaitan dengan inflamasi pembuluh darah
glomeruli ginjal)
Pielonefritis (peradangan ginjal akibat dari infeksi saluran kemih)
Hipertensi tak terkontrol
Obstruksi saluran kemih (penyumbatan pada pangkal kandung kemih)
Penyakit ginjal polikistik (terdapat kantung non kanker yang berisi air pada ginjal)
Gangguan vaskuler
Lesi herediter
Beberapa penyakit ginjal akan menyerang glomerulus dan tubulus ginjal yang akan
mengganggu perfusi darah ke jaringan parenkim ginjal akibatnya fungsi ginjal mengalami
penurunan dan tidak dapat mengsekresikan hasil dari metabolism protein yang normalnya
disekresikan kedalam urin, menjadi tertahan didalam darah menyebabkan terjadinya uremia
dan mempengaruhi setiap organ tubuh.
C. Manifestasi Klinis
1. Kardiovaskuler
Hipertensi
Piting edema
Edema periobirtal
Pembesaran vena leher
Friction rub perikardial
2. Pulmoner
Krekel
Napas dangkal
Kusmaul
Sputum kental dan liat
3. Gastrointestinal
Anoreksia, mual dan muntah
Pendarahan saluran GI
Ulserasi dan pendarahan pada mulut
Konstipasi/ diare
Napas berbau amonia
4. Musculoskeletal
Kram otot
Kehilangan kekuatan otot
Fraktur tulang
Foot drop
5. Integumen
Warna kulit abu abu mengkilat
Kulit kering bersisik
Pruritus
Ekimosis
Kuku tipis dan rapuh
Rambut tipis dan kasar
6. Reproduksi
Amenore
Atrofi testis
D. WOC
E. Komplikasi
Hyperkalemia
Pericarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung
Hipertensi
Anemia
Penyakit tulang
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urine
Volume : biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam atau tidak ada (anuria)
Warna : secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh bakteri, pus,
lemak, fosfat atu urat sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb,
myoglobin, porfirin.
Berat jenis : kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat
Osmolalitas : kurang dari 350 mOsm/ kg karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium
Protein : derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
2. Darah
BUN/ kreatin : meningkat kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
GDA : asidosis metabolic, pH kurang dari 7,2
Natrium serum : rendah
Kalium : meningkat
Protein (albumin) : menurun
3. Osmolaritas serum : lebih dari 285 mOsm/kg
4. Pelogram retrograde : abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas.
6. Endoskopi ginjal, nefroskopi : untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria,
dan pengangkatan tumor selektif
7. Arteriogram ginjal : mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler, massa
8. EKG : ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
G. Penatalaksanaan Medis
1. Farmakologis
Sebelum terjadi kondisi lebih lanjut dan sebelum menjalani hemodialisa pasien CKD
diberikan terapi melalui obat obatan oral antara lain :
Pemberian anti hipertensi (agar tekanan darah pasien dibatas normal dan tidak
memperberat kerja ginjal)
Eritropoetin
Suplemen besi
Agens pengikat fosfat
Suplemen kalsiem dan hemodialisa (Brunner & Suddart, 2013)
2. Non Farmakologis
Jika terapi farmakologi dan nor farmakologi tidak lagi efekktif perlu
dipertimbangkan untuk terapi pengganti ginjal. Secara umum terapi pengganti ginjal ada
2 yaitu dialisi dan transplantasi ginjal, namun yang paling sering di pilih adalah
hemodialisa (pengeluaran air dan produk sisa oleh mesin dialysis melalui sirkulasi
ekstrakropereal menuju alat yang disebut dialyzer / ginjal buatan ).
Asuhan Keperawatan CKD (Teori)
A. Pengkajian
Data umum :
Lingkungan yang tercemar, sumber air tinggi kalsium beresiko untuk gagal ginjal
kronik, kebanyakan menyerang umur 20-50 tahun, jenis kelamin lebih banyak perempuan,
kebanyakan ras kulit hitam. Menurut prabowo dan pranatta, pekerjaan dan pola hidup
yang tidak sehat juga memiliki keterkaitan dengan CKD, maka dari itu laki laki sangat
beresiko.
a) Anamnesis
b) Keluhan utama
2. B1 (Breathing)
Pada pasien GGK/CKD biasanya didapatkan bau napas sering kali dikaitkan
dengan rasa logam dalam mulut, dapat terjadi edema dalam paru, pleuriris, pernapasan
kusmaul (Priscilla LeMone, dkk, 2017).
3. B2 (Blood)
Penyakit yang berhubungan dengan gagal ginjal kronik salah satunya adalah
hipertensi. Tekanan darah yang melebihi ambang normal akan mempengaruhi volume
vaskuler. Stagnasi ini memicu retensi natrium dan air sehingga akan meningkatkan
beban jantung. (Prabowo & Pranata, 2014)
Pengkajian yang dapat dilihat dari aspek ini adalah kesadaran. Pada pasien CKD,
didapatkan kesadaran compos mentis GCS E: 4 V: 5 M:6 (Priscillia LeMone, dkk, 2017).
Manifestasi GGK terjadi lebih awal dan mencakup perubahan mental kesulitan
konsentrasi, keletihan,insomnia. Gejala psikotik, kejang, koma dikaitkan dengan
ensefalopati uremik lanjut.
5. B4 (Bladder)
6. B5 (Bowel)
BB menurun, anoreksia, mual dan muntah adalah gejala awal uremia, cegukan
biasa dialami, nyeri perut, fetor uremik, bau napas seperti urine seringkali dapat
menyebabkan anoreksia (Priscillia LeMone, dkk, 2017)
7. B6 (Bone)
Pada pasien CKD, sering terjadi nyeri otot dan tulang, kelemahan otot, pasien
beresiko mengalami fraktur spontan. Gangguan pada kulit yaitu pucat, warna kulit
uremik (warna kuning hijau), kulit kering, turgor buruk, preuritis, edema (Priscillia
LeMone, dkk, 2017).
B. Diagnose Keperawatan
1. Hipervolemi b.d gangguan mekanisme regulasi
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit d.d disfungsi ginjal
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
C. Intervensi Keperawatan
1. Hipervolemi b.d gangguan mekanisme regulasi (SDKI hal 62)
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka keseimbangan
cairan meningkat
Edema menurun
Asites menurun
Tekanan darah membaik
Denyut nadinradial membaik
Membrane mukosa membaik
Turgor kulit membaik
Berat badan membaik
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka keseimbangan
elektrolit
meningkat
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka toleransi
aktivitas meningkat