Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

CKD

Dosen Pembimbing :

Merina Widyastuti S.Kep,.Ns,.M.Kep

Disusun Oleh :

Elsa Oktaviana Putri ( 1820014 )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

TA 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN CKD

Telah Mendapatkan Persetujuan Dari Dosen Akademik

Hari : Senin

Tanggal : 28 Desember 2020

Disususn Oleh :

Elsa Oktaviana Putri

1820014

Pembimbing Institusi

Merina Widyastuti S.Kep,.Ns,.M.Kep

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

TA 2020/2021
CKD (Chronic Kidney Disease)

A. Definisi CKD

Chronic kidney disease atau penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai kerusakan


ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan Glomerulus Filtration Rate
(GFR) (Nahas & Levin,2010). Sedangkan menurut Wikipedia Gagal ginjal kronis (CKD)
adalah jenis penyakit ginjal yang mana terdapat kehilangan fungsi ginjal secara bertahap
selama beberapa bulan hingga bertahun-tahun.

B. Etiologi CKD
 Diabetes mellitus
 Glumerulonefritis kronis (nefritis akut yang berkaitan dengan inflamasi pembuluh darah
glomeruli ginjal)
 Pielonefritis (peradangan ginjal akibat dari infeksi saluran kemih)
 Hipertensi tak terkontrol
 Obstruksi saluran kemih (penyumbatan pada pangkal kandung kemih)
 Penyakit ginjal polikistik (terdapat kantung non kanker yang berisi air pada ginjal)
 Gangguan vaskuler
 Lesi herediter

Beberapa penyakit ginjal akan menyerang glomerulus dan tubulus ginjal yang akan
mengganggu perfusi darah ke jaringan parenkim ginjal akibatnya fungsi ginjal mengalami
penurunan dan tidak dapat mengsekresikan hasil dari metabolism protein yang normalnya
disekresikan kedalam urin, menjadi tertahan didalam darah menyebabkan terjadinya uremia
dan mempengaruhi setiap organ tubuh.

C. Manifestasi Klinis
1. Kardiovaskuler
 Hipertensi
 Piting edema
 Edema periobirtal
 Pembesaran vena leher
 Friction rub perikardial
2. Pulmoner
 Krekel
 Napas dangkal
 Kusmaul
 Sputum kental dan liat
3. Gastrointestinal
 Anoreksia, mual dan muntah
 Pendarahan saluran GI
 Ulserasi dan pendarahan pada mulut
 Konstipasi/ diare
 Napas berbau amonia
4. Musculoskeletal
 Kram otot
 Kehilangan kekuatan otot
 Fraktur tulang
 Foot drop
5. Integumen
 Warna kulit abu abu mengkilat
 Kulit kering bersisik
 Pruritus
 Ekimosis
 Kuku tipis dan rapuh
 Rambut tipis dan kasar
6. Reproduksi
 Amenore
 Atrofi testis
D. WOC
E. Komplikasi
 Hyperkalemia
 Pericarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung
 Hipertensi
 Anemia
 Penyakit tulang
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urine
 Volume : biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam atau tidak ada (anuria)
 Warna : secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh bakteri, pus,
lemak, fosfat atu urat sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb,
myoglobin, porfirin.
 Berat jenis : kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat
 Osmolalitas : kurang dari 350 mOsm/ kg karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium
 Protein : derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
2. Darah
 BUN/ kreatin : meningkat kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
 Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
 GDA : asidosis metabolic, pH kurang dari 7,2
 Natrium serum : rendah
 Kalium : meningkat
 Protein (albumin) : menurun
3. Osmolaritas serum : lebih dari 285 mOsm/kg
4. Pelogram retrograde : abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas.
6. Endoskopi ginjal, nefroskopi : untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria,
dan pengangkatan tumor selektif
7. Arteriogram ginjal : mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler, massa
8. EKG : ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa

G. Penatalaksanaan Medis
1. Farmakologis

Sebelum terjadi kondisi lebih lanjut dan sebelum menjalani hemodialisa pasien CKD
diberikan terapi melalui obat obatan oral antara lain :

 Pemberian anti hipertensi (agar tekanan darah pasien dibatas normal dan tidak
memperberat kerja ginjal)
 Eritropoetin
 Suplemen besi
 Agens pengikat fosfat
 Suplemen kalsiem dan hemodialisa (Brunner & Suddart, 2013)
2. Non Farmakologis

Prinsip penatalaksanaan konservatif sangat sederhana dan didasarkan


pemahaman mengenai eksresi yang dicapai oleh ginjal yang terganggu, jika ini sudah
diketahui maka kebutuhan cairan pasien dapat diatur dan disesuaikan dengan batas
standar , selain itu diarahkan juga kepada pencegahan dan komplikasi lanjut.

 Pengaturan Diet Protein

Pembatasan protein akan mengurangi toksik metabolism yang belum diketahui


dan pembahasan asupan protein yang sangat rendah juga dapat mengurangi beban
ekskresi.

 Pengaturan Diet Kalium

Hyperkalemia dapat terjadi karena adanya masalah diginjal, jumlah yang


diperbolehkan dikonsumsi pada pasien CKD 40-80 meq/hari.

 Pengaturan Diet Natrium Dan Cairan


Pada pasien CKD, keseimbangan cairan dimonitor secara ketat dengan
pengukuran berat badan. Anjuran asupan cairan 500 ml untuk kehilangan cairan yang
tidak dapat disadari (pernapasan, keringat, kehilangan cairan lewat usus) dan
menambahkan jumlah yang di sekresikan (urin, muntah) selama 24 jam. Beberapa
tatalaksana non farmakologis pada pasien CKD diantaranya pembatasan cairan, diet
rendah garam. (LeMone, Pricilla 2015)

3. Terapi pengganti ginjal

Jika terapi farmakologi dan nor farmakologi tidak lagi efekktif perlu
dipertimbangkan untuk terapi pengganti ginjal. Secara umum terapi pengganti ginjal ada
2 yaitu dialisi dan transplantasi ginjal, namun yang paling sering di pilih adalah
hemodialisa (pengeluaran air dan produk sisa oleh mesin dialysis melalui sirkulasi
ekstrakropereal menuju alat yang disebut dialyzer / ginjal buatan ).
Asuhan Keperawatan CKD (Teori)

A. Pengkajian

Menurut Andra Saferi (2013), pengkajian pada pasien CKD adalah :

Data umum :

Lingkungan yang tercemar, sumber air tinggi kalsium beresiko untuk gagal ginjal
kronik, kebanyakan menyerang umur 20-50 tahun, jenis kelamin lebih banyak perempuan,
kebanyakan ras kulit hitam. Menurut prabowo dan pranatta, pekerjaan dan pola hidup
yang tidak sehat juga memiliki keterkaitan dengan CKD, maka dari itu laki laki sangat
beresiko.

a) Anamnesis

Pengkajian antara lain keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat


penyakit terdahulu

b) Keluhan utama

Biasanya pasien dengan CKD/GGK mengalami rasa nyeri pada bagian


pinggang, BAK dalam jumlah sedikit, perut membesar, mual muntah, tidak nafsu
makan, gatal pada kulit.

c) Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan adanya DM, nefrosklerosis, hipertensi, GGA yang tak teratasi,


obstruksi/infrksi, urinarius, penyalahgunaan analgetik.

d) Riwayat kesehatan keluarga


Riwayat asidosis tubulus ginjal dan penyakit polikistik dalam keluarga.
e) Riwayat kesehatan sekarang
1. Aktifitas/ istirahat : kelelahan yang ekstrem, kelemahan, malaise
2. Sirkulasi : riwayat hipertensi, nyeri dada
3. Integritas ego : factor stress, factor financial, hubungan perasaan tak
berdaya, taka da harapan, tak ada kekuatan.
4. Eliminasi : penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen kembung ,
diare/konstipasi.
5. Makanan/cairan : BB meningkat (edema), BB menurun (malnutrisi),
anoreksia (tidak nafsu makan) penggunaan diuretic.
6. Neurosensory : sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, kebas rasa
terbakar pada telapak kaki (neuropati perifer).
7. Nyeri/ kenyamanan : nyeri pinggul, sakit kepala, kram otor/ nyeri kaki
(memburuk pada malam hari)
8. Pernapasan : napas pendek, dyspnea, batuk dengan/tanpa sputum kental dan
banyak.
9. Keamanan : kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi
10. Sexualitas : penurunan libido, amenore
f) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum Dan Tanda Tanda Vital

Kondisi pasien CKD biasanya lemah, tingkat kesadaran bergantung pada


toksisitas. Pada pemeriksaan TTV sering didapatkan RR meningkat (takipnea),
hipertensi/ hipotensi sesuai kondisi fluktuatif . (Prabowo & Pranata, 2014).

2. B1 (Breathing)

Pada pasien GGK/CKD biasanya didapatkan bau napas sering kali dikaitkan
dengan rasa logam dalam mulut, dapat terjadi edema dalam paru, pleuriris, pernapasan
kusmaul (Priscilla LeMone, dkk, 2017).

3. B2 (Blood)

Penyakit yang berhubungan dengan gagal ginjal kronik salah satunya adalah
hipertensi. Tekanan darah yang melebihi ambang normal akan mempengaruhi volume
vaskuler. Stagnasi ini memicu retensi natrium dan air sehingga akan meningkatkan
beban jantung. (Prabowo & Pranata, 2014)

o Hipertensi sedang ditandai dengan TD = 165/105 mmhg


o Takikardia ditandai dengan N= 110x/mnt, ireguler (aritmia)
o Konjungtiva anemis
o Akral hangat, basah, pucat
o CRT =4 detik
4. B3 (Brain)

Pengkajian yang dapat dilihat dari aspek ini adalah kesadaran. Pada pasien CKD,
didapatkan kesadaran compos mentis GCS E: 4 V: 5 M:6 (Priscillia LeMone, dkk, 2017).
Manifestasi GGK terjadi lebih awal dan mencakup perubahan mental kesulitan
konsentrasi, keletihan,insomnia. Gejala psikotik, kejang, koma dikaitkan dengan
ensefalopati uremik lanjut.

5. B4 (Bladder)

Dengan gangguan/ kegagalan fungsi ginjal secara kompleks (filtrasi, sekresi,


reabsorbsi, dan ekskresi) maka manifestasi klinis yang paling menonjol adalah
penurunan urine output <400 ml/hari bahkan sampai anuria (tidak adanya urine output)
(Prabowo & Pranata, 2014).

 Urine berwarna merah dan nyeri


 Berkemih spontan tanpa alat bantu
 Produksi urine 300 cc/hari, intake oral = 2000 ml/hari
IWL = 15x BB = 1275 ml/hari
Balance cairan = intake oral – (urine output + IWL) = 2000 – (300 + 1275) = 425
Jadi I = O maka disimpulkan pasien mengalami kelebihan cairan didalam tubuh

6. B5 (Bowel)

BB menurun, anoreksia, mual dan muntah adalah gejala awal uremia, cegukan
biasa dialami, nyeri perut, fetor uremik, bau napas seperti urine seringkali dapat
menyebabkan anoreksia (Priscillia LeMone, dkk, 2017)

7. B6 (Bone)

Pada pasien CKD, sering terjadi nyeri otot dan tulang, kelemahan otot, pasien
beresiko mengalami fraktur spontan. Gangguan pada kulit yaitu pucat, warna kulit
uremik (warna kuning hijau), kulit kering, turgor buruk, preuritis, edema (Priscillia
LeMone, dkk, 2017).
B. Diagnose Keperawatan
1. Hipervolemi b.d gangguan mekanisme regulasi
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit d.d disfungsi ginjal
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
C. Intervensi Keperawatan
1. Hipervolemi b.d gangguan mekanisme regulasi (SDKI hal 62)

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka keseimbangan
cairan meningkat

Kriteria hasil (SLKI hal 41) :

 Edema menurun
 Asites menurun
 Tekanan darah membaik
 Denyut nadinradial membaik
 Membrane mukosa membaik
 Turgor kulit membaik
 Berat badan membaik

Intervensi (SIKI hal 181) :

 Periksa tanda dan gejala hypervolemia


 Identifikasi penyebab hypervolemia
 Monitor status hemodinamik, jika tersedia
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor kecepatan infus secara ketat
 Monitor efek samping deuretik
 Timbang BB setiap hari pada waktu yang sama
 Batasi asupan cairan dan garam
 Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
 Anjurkan cara mengukur dan mencatat asupan dan keluaran cairan
 Anjurkan cara membatasi cairan
 Kolaborasi pemberian diuretic
 Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit d.d disfungsi ginjal (SDKI hal 88)

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka keseimbangan
elektrolit

meningkat

Kriteria hasil (SLKI hal 42) :

 Serum natrium meningkat


 Serum kalium meningkat
 Serum klorida meningkat
 Serum kalsium meningkat
 Serum magnesuium meningkat
 Serum fosfor meningkat

Intervensi (SIKI hal 240) :

 Identifikasi adanya kemungkinan penyebab ketidakseimbangan cairan


 Monitor kadar elektrolit serum
 Monitor mual muntah dan diare
 Monitor keseimbangan cairan jika perlu
 Monitor tanda gejala hipokalemia
 Monitor tanda gejala hiperkalemia
 Monitor tanda gejala hiponatremia
 Monitor tanda gejala hipernatremia
 Monitor tanda gejala hipokalsemia
 Monitor tanda gejala hiperkalsemia
 Monitor tanda gejala hipomagnesemia
 Monitor tanda gejala hipermagnesemia
 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (SDKI hal 128)

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka toleransi
aktivitas meningkat

Kriteria hasi (SLKI hal 149)l :

 Keluhan lelah menurun


 Dispnea saat aktivitas menurun
 Dispnea setelah aktivitas menurun
 Perasaan lemah menurun
 Aritmia saat aktivitas menurun
 Aritmia setelah aktivitas menurun
 Warna kulit membaik
 Tekanan darah membaik
 Frekuensi napas membaik

Intervensi (SIKI hal 176) :

 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan


 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
 Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
 Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Fasilitasi duduk ditempat tidur, jika tidak dapat berpundah atau berjalan
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
 Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA

Buku SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia )

Buku SLKI ( Standar Luaran Keperawatan Indonesia )

Buku SIKI ( Standar Intervensi Keperawatan Indonesia )

Buku Ajar Komprehensif Keperawatan Medikal Bedah 2

Anda mungkin juga menyukai