S
DENGAN HEMOROID YANG DILAKUKAN TINDAKAN HEMOROIDECTOMY
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH
SEMARANG
DISUSUN OLEH :
1. Ulfa Widiyasari,S.Kep.,Ns
2. Syarief Satria Aji,A.Md.Kep.
3. Uyun Asihhana,A.Md.Kep.
PENGURUS DAERAH
HIMPUNAN PERAWAT KAMAR BEDAH INDONESIA
JAWA TENGAH
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan perioperatif merupakan suatu proses tindakan keperawatan yang
bertujuan untuk mengembangkan dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang
akan dilakukan tindakan pembedahan atau prosedur invasif. Perawat diharuskan memberikan
asuhan keperawatan perioperatif dengan tetap menjamin kenyamanan dan privasi pasien. Inti
dari asuhan keperawatan pada setiap pasien adalah sikap caring perawat. Sikap caring ini
selalu diperlihatkan pada klien dalam memenuhi kebutuhan pasien dengan menekan pada
hubungan perawat dan pasien yang profesional sesuai dengan kondisi pasien.
Menurut Majid (2011), tindakan pembedahan yang mencakup tiga fase pengalaman
pembedahan yaitu perioperatif phase atau pra operasi, intraoperatif phase atau intra operasi,
dan postoperatif phase atau pasca operasi. Masing-masing fase dimulai pada waktu tertentu
dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman
bedah yang akan mempengaruhi fisiologis dan psikologis pasien. Sehingga perawat dituntut
untuk melakukan proses keperawatan yang maksimal sehingga kepuasan pasien dapat
tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan yang prima.
B. Tujuan Penulisan
Melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien hemoroid
dengan tindakan Hemoroidektomy Instalasi Bedah Sentral RS Roemani Muhammadiyah
Semarang tahun 2022.
C. Ruang Lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam tugas seminar kelompok ini adalah asuhan
keperawatan perioperatif pada pasien hemoroid dengan tindakan Hemoroidektomy. Asuhan
keperawatan ini dilakukan pada pasien dengan diagnosa medis hemoroid di Instalasi Bedah
Sentral RS Roemani Muhammadiyah Semarang. Asuhan keperawatan ini dilaksanakan pada
tanggal 23 Juni 2022. Jenis pengambilan data yang akan digunakan adalah kualitatif dengan
studi kasus yang dilakukan pada satu orang pasien.
D. Manfaat
Asuhan Keperawatan ini dapat digunakan oleh praktisi keperawatan untuk bahan masukan
dan evaluasi dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan perioperatif khususnya pada
pasien dengan tindakan Hemoroidektomy dengan indikasi Hemoroid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus
yang asalnya dari plexus hemorrhoidalis kemudian di bawah atau luar linea dentatae
pelebaran vena yang berada di bawah kulit (subkutan) di sebut hemoroid eksterna lalu
di atas atau di dalam linea dentatae, pelebaran vena yang berada di bawah mukosa
(submukosa) di sebut hemoroid interna biasanya seseorang yang mengalami hal ini
anal canalnya masih normal (Setiati, dkk, 2015).
B. PREVALENSI
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018),
di Indonesia prevalensi hemoroid berkisar 5,7% dari total 265 juta orang
terkena hemoroid. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2014
menyatakan jumlah penderita hemoroid di dunia diperkirakan 230 juta orang.
Berdasarkan data dari The National Center of Health Statistics di Amerika Serikat
pada tahun 2013, prevalensi hemoroid sekitar 4,4%.
C. ETIOLOGI
Menurut Damayanti (2017) terjadinya hemoroid dipengaruhi oleh beberapa
faktor risiko yaitu kehamilan, tekanan dalam perut yang besar, obesitas, obat-obatan
pencahar seperti supositoria, perubahan hormonal, kurang minum, diet rendah serat,
usia 45 sampai dengan 65 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan yang banyak
duduk, mengejan terlalu lama, konstipasi kronik, pelvic malignancy, PPOK dengan
batuk kronis, diare kronis, dan berbagai macam penyakit atau sindrom lainnya yang
berdampak pada peningkatan tekanan vena pelvis. Selain itu kebanyakan dari pasien
dengan gejala hemoroid mempunyai riwayat keluarga yang mengalami hemoroid.
D. ANATOMI FISIOLOGI
Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rectum dan terbentang dari
colon sigmoid sampai anus, colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk
lekukan huruf S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu colon sigmoid
bersatu dengan rectum. Satu inci dari rectum dinamakan kanalis ani dan dilindungi
oleh sfingter eksternus dan internus. Panjang rectum dan kanalis ani sekitar 15 cm.
gambar 1.1 : usus besar-rectum
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri sesuai
dengan suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior memperdarahi
belahan bagian kanan yaitu sekum, colon asendens dan dua pertiga proksimal colon
tranversum, dan arteria mesentrika inferior memperdarahi belahan kiri yaitu
sepertiga distal colon transversum, colon desendens, sigmoid dan bagian proksimal
rectum. Suplai darah tambahan untuk rectum adalah melalui arteria sakralis media
dan arteria hemoroidalis inferior dan media yang dicabangkan dari arteria iliaka
interna dan aorta abdominalis.
Alir balik vena dari colon dan rectum superior melalui vena mesentrika
superior dan inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal
yang mengalirkan darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan
darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistematik. Terdapat
anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media dan inferior, sehingga
peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran darah balik ke dalam vena-
vena ini.
1. Hemoroid Interna
Hemoroid interna adalah pembengkakan vena pada pleksus hemoroidalis
superior, di atas linea dentate dan tertutup oleh mukosa. Hemoroid interna dapat
dikelompokkan dalam empat derajat. Pada derajat pertama, hemoroid
menyebabkan perdarahan merah segar tanpa nyeri pada waktu defekasi. Pada
stadium awal seperti ini tidak terdapat prolaps. Pada derajat kedua, hemoroid
menonjol melalui kanalis analis pada saat mengedan ringan tetapi dapat masuk
kembali secara spontan. Pada derajat ketiga, hemoroid menonjol saat mengejan
dan harus didorong masuk secara manual sesudah defekasi. Dan pada derajat
keempat, hemoroid yang menonjol keluar dan tidak dapat dapat didorong masuk
kembali (Lohsiriwat, 2015).
2. Hemoroid Eksterna
G. PATOFISIOLOGI
Hemoroid terjadi akibat kerusakan jaringan ikat pada bantalan anal yang
kemudian mengakibatkan aliran darah di pleksus vena hemoroid tersumbat dan
bengkak. Sumbatan aliran vaskuler ini menyebabkan marginalisasi leukosit yang
kemudian menempel pada endotel dan diikuti dengan pelepasan mediator inflamasi,
peningkatan permeabilitas kapiler, kerapuhan endotel, dan akhirnya terjadi nekrosis
dinding vaskuler. Beberapa faktor risiko seperti konstipasi, kebiasaan mengejan saat
buang air besar, kehamilan, dan kaitan dengan gaya hidup (misalnya pekerjaan yang
melibatkan angkat berat dan duduk dalam waktu lama) dikatakan dapat menyebabkan
atau memperparah timbulnya gejala hemoroid (Meitaqwatiningarum, Simadibrata &
Nareswari, (2021).
H. PATHWAY
Mengedan, konstipasi, kehamilan, angkat beban, kurang minum
Hemoroid
Trauma defekasi Ketakutan Gangguan Perdarahan massif Inadekuat pertahan primer Terputus jaringan Program terapi
Rasa Nyaman
Perdarahan anus Ansietas konsenterasi plasma darah Resiko Infeksi Merangsang saraf Gangguan
Rasa
Nyaman
Resiko Syok Termoregulasi terganggu Nyeri
Akut
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Pradiantini & Dinata (2021) pemeriksaan penunjang hemoroid yang dapat
dilakukan yaitu dengan :
1. Pasien dengan umur dibawah 50 tahun yang memiliki resiko rendah terkena
hemoroid, dapat dilakukan pemeriksaan fleksibel sigmoidoskopi yang terbukti
sebagai pemeriksaan awal yang tepat
2. Kolonoskopi wajib dilakukan pada pasien yang lebih tua dan memiliki sejarah
neoplasma kolorektal baik pribadi maupun keluarga, penyakit radang usus,
perubahan kebiasaan buang air besar, penurunan berat badan yang signifikan
baru-baru ini, dan pada pemeriksaan laboratorium ditemukan anemia defisiensi
besi
3. Pemeriksaan dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang
tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati
keempat kuadran. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vascular yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit, ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata
4. Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi
5. Endosonografi anorektal biasanya tidak dilakukan untuk diagnosis penyakit
hemoroid, tetapi dapat bermanfaat untuk menentukan apakah hemoroid
berhubungan dengan penebalan jaringan submukosa dan sfingter anal internal dan
eksternal.
J. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana yang umum dilakukan adalah diet dan modifikasi gaya hidup,
obat topikal, obat oral (yang mengandung flavonoid atau kalsium dobesilat), office-
based procedures, hingga tindakan pembedahan. Namun, efek samping obat yang
mungkin tidak diinginkan dan risiko komplikasi, tindakan pembedahan membuat
pasien mencari alternatif pengobatan yang lebih aman (Lalisang, 2016).
K. KOMPLIKASI
Komplikasi hemoroid tersering adalah perdarahan, trombosis, dan strangulasi.
Perdarahan paling sering terjadi pada tahap awal hemoroid derajat II. Perdarahan
berulang yang lama dapat menyebabkan anemia defisiensi besi . Hemoroid strangulasi
adalah hemoroid yang telah prolaps dengan suplai darah terhalangi oleh sfingter ani,
sehingga trombosis dan edema menetap diluar. Penderita menghindari duduk, jalan
dan defekasi karena terjadi nyeri akibat peningkatan tekanan di dalam dan luar kanalis
anal. Selain itu dapat pula terjadi dermatitis perianal akibat iritasi perianal, hygiene
yang buruk karena adanya skin tag dan akibat reaksi alergi obatobat topical (Ansari,
Khan, Itrat & Zulkiflie M, 2014).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. S
b. Usia : 37 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Alamat : Candi Sari
e. Suku : Jawa
f. Pendidikan : SMA
g. Dirawat diruang : Ayub 2
h. Tanggal masuk RS : 22 Juni 2022
i. Diagnosa : Hemoroid
j. No CM : 31XXXX
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama saat masuk RS
Pasien mengeluh cemas saat akan dilakukan operasi
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dibawa ke RS Roemani Muhammadiyah Semarang pada tanggal 22 juni
2022. Pasien datang dengan keluhan cemas karena akan menjalankan operasi
hemoroidektomy yang sudah dijadwalkan oleh dokter. Pasien di bawa keruang
IBS RS Roemani pada tanggal 23 juni 2022 pada pukul 11.00 WIB, dilakukan
pengkajian didapatkan pasien mengatakan cemas dan takut akan dilakukan
tindakan Hemoroidektomy. Pasien tampak cemas saat masuk ke ruang IBS.
Pasien kemudian dibawa masuk ke ruang OK I dan dilakukan anastesi dengan
SA. Perawat instrument melakukan persiapan alat dan perawat sirkuler
membantu persiapan ruangan. Pukul 11.10 WIB pasien yang sudah dilakukan
anastesi setelah dilakukan time out operator yang dibantu oleh asisten dan
perawat instrument mulai melakukan tindakan pembedahan. TD pasien 112/67
mmHg, N : 82, RR : 20 x/mnt, SpO2 : 98%. Perdarahan + 60 cc. Saat operasi
pasien mengeluh dingin, akral teraba dingin. Pukul 11.45 WIB pasien dibawa
keruang RR dan dilakukan penilaian dengan Bromage score. Di ruang RR
pasien mengeluhkan kurang nyaman setelah dilakukan operasi karena terpasang
kassa di anusnya dan pasien tampak kurang nyaman. TD : 121/81 mmHg, N :
79, RR : 20 x/mnt, SpO2 : 99%.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, DM, jantung, atau penyakit keturunan
yang lainnya.
B. ANALISA DATA
No Data Problem Etiologi
1 Subjektif : pasien mengatakan Ansietas Krisis situasional
cemas dan takut akan dilakukan
tindakan operasi hemoroidektomy
Objektif : pasien tampak cemas
2 Subjektif : Saat operasi pasien Hipotermi Terpapar suhu
mengeluh dingin lingkungan rendah
Objektif : TD pasien 112/67
mmHg, N : 82, RR : 20 x/mnt,
SpO2 : 98%. Perdarahan + 60 cc.
akral teraba dingin.
3 Subjektif : pasien Gangguan rasa Efek samping terapi
mengeluhkan kurang nyaman nyaman
setelah dilakukan operasi karena
terpasang kassa di anusnya.
Objektif : pasien tampak kurang
nyaman.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(D.0080) Ansietas b.d krisis situasional dibuktikan dengan pasien tampak cemas dan
pasien merasa takut
(D.0034) Hipotermi b.d terpapar suhu lingkungan rendah
(D.0074) Gangguan rasa nyaman b.d efek samping terapi
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
F. EVALUASI
No No Dx Evaluasi ttd
1. 1 S: pasien mengatakan cemas berkurang
O: pasien tampak lebih relaks dan siap untuk operasi
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
2. 2 S: pasien mengatakan dingin sudah berkurang
O: 121/77 mmHg, N : 79, RR : 20 x/mnt, SpO2 : 98%.
Perdarahan + 60 cc.
A: masalah teratasi sebagian
P: hentikan intervensi
3. 3 S: pasien mengatakan sudah menerima tingkat kenyamanan
pasien
O: pasien tampak lebih nyaman
A: masalah teratasi sebagian
P: hentikan intervensi
G. LANGKAH-LANGKAH
1. Persiapan Anestesi
a. Jenis anestesi : Spinal Anestesi
b. Premedikasi :
1) Anti Emetik : Ondansetron 4 mg, IV bolus
2) Anti Perdarahan : Asam Traneksamat 250mg dan 500mg
3) Anti Nyeri : Ketorolac 30 mg, tramadol 100mg
4) Anti Biotik Profilaksis : Cefazolin 2 gr (dioplos dalam 100 ml
NaCl 0,9 %).
Jumlah
No Instrumen dan Sponge Tak
Pre Intra + Post
Terpakai
Instrumen
1 Kidney tray (Bengkok) 1 1 - 0 1
2 Bowl (Kom) 2 2 - 0 2
3 Anatomis Pinset 2 2 - 0 2
4 Chirugis Pinset 2 2 - 0 2
5 Hemostatic Forceps 1 1 - 0 1
6 Needle Holder 1 1 - 0 1
7 Pean Lurus 2 2 - 0 2
8 Gunting Jaringan 1 1 - 0 1
9 Gunting Benang 1 1 - 0 1
10 ESU 1 1 - 0 1
11 Towel klem 3 3 - 0 3
12 Canul Suction 1 1 - 0 1
Bahan Habis Pakai
1 Glove steril 3 3 - 0 3
2 Apron 3 3 - 0 3
3 Underpad 1 1 - 0 1
4 Jas Operasi 3 3 - 0 3
5 NaCl 0.9% 350 cc 200 cc - 0 150 cc
6 Providone iodin 10% 100 cc 100 cc - 0 100 cc
7 Supositoria 1 1 - 0 1
8 Kassa steril 10 10 - 0 10
9 Plester hypafix 10 cm 10 cm - 0 10 cm
10 Benang chromic no 3.0 (Tapper) 1 1 - 0 1
4. Langkah-Langkah Operasi
DAFTAR PUSTAKA
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyono, A. W., K, M. S., Setiohadi, B., & Syam, A. F. (Eds.).
(2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (VI ed.). Jakarta Pusat, Indonesia:
Publishing, Interna.