Anda di halaman 1dari 8

RESUME BAB 5

Metodologi Penelitian Kuantitatif Edisi Kedua

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian


Dosen Pengampu : NURDIN, Dr., M.A.

Disusun oleh :
Harmade Sonna Putra
(11940311926)

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023
BAB V
KONSEP DAN VARIBEL PENELITIAN
KONSEP PENLITIAN
Setiap penelitian kuantitatif dimulai dengan menjelaskan konsep penelitian Yang
digunakan, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka acuan peneliti di dalarn
mendesain instrumen penelitian. Konsep juga dibangun dengan maksud agar masyarakat
akademik atau masyarakat ilmiah maupun konsumen penelitian atau pembaca laporan
penelitian memahami apa Yang dimaksud dengan pengertian variabel, indikator,
parameter, maupun Skala pengukuran Yang dimaksud peneliti dalam penelitiannya kali
ini.
Lebih konkret, konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena Yang sama.
Misalnya dalam hal mengonsepsi perilaku Salah prosedur dalam birokrasi sebagai
kategori dari fenomena penyalahgunaan wewenang; kebiasaan membolos kerja sebagai
kategori dari fenomena ketidakdisiplinan; kebiasaan melakukan pencatatan terhadap
pengeluaran harian keuangan perusahaan sebagai kategori manajemen keuangan
perusahaan yang baik.
Sebagai hal Yang umum, konsep dibangun dari teori-teori Yang digunakan untuk
menjelaskan variabel-variabel Yang akan diteliti. Karena itu konsep memiliki tingkat
generalisasi Yang berbeda satu dengan Iainnya, bila dilihat dari kemungkinan dapat
diukur atau tidak. Misalnva konsep kepuasan pegawai, lebih mudah dapat diukur
daripada konsep kesejahteraan pegawai. Konsep tingkat penjualan, lebih dapat diukur
dari tingkat kepuasan pelanggan. Konsep disiplin pegawai lebih mudah diukur daripada
konsep produktivitas pegawai.
Konsep harus merupakan atribut berbagai kesamaan dari fenomena yang berbeda.
Misalnya, orang berbeda pendapat mengenai kegemaran menonton televisi baik itu
pemberitaan, hiburan, iklan, sinetron, film, dan sebagainya, akan tetapi mereka sama
menggemari televisi. Perbedaannya hanyalah bagaimana mereka mengabstraksikan
kegernaran mereka menonton televisi itu, sehingga menonton televisi adalah menonton
pemberitaan, menonton iklan atau menonton televisi adalah menonton sinetron dan
sebagainya.
Pada umumnya konsep dalam pengertian sehari-hari digunakan untuk menjelaskan
dan meramalkan, tetapi dalam pengertian ilmiah, konsep hatus memiliki kriteria Yang
tepat dalam menjelaskan variabel penelitian. Oleh karena itulah, konsep Yang
bermanfaat adalah konsep Yang dibentuk menjadi penjelasan dan menyatakån sebab-
akibat yaitu, konsep dibentuk dengan kebutuhan untuk menguji hipotesis dan
penyusunan teoriyap.g masuk akal, serta dapat diuji regularitasnya.

VARIABEL KUANTITATIF
Variabel adalah sebuah fenomena (Yang berubah.ubah) dengan demikian maka
bisa jadi tidak ada satu peristiwa di alam ini Yang tidak dapat disebut variabel, tinggal

2
tergantung bagaimana kualitas variabelnya, yaitu bagatmana bentuk variasi fenomena
tersebut. Ada fenomena Yang spektrum variasinya sederhana, tetapi juga ada fenomena
Iain dengan spektrum variasi Yang amat kompleks. Misalnya fenomena jenis kelamin
manusia. Kalau dikelompokkan hanya ada dua jenis kelamin, yaitu manusia laki-laki
dan manusia pcrcmpuan. Sedangkan fenomena Yang Iain seperti selera memilih mode
pakaian, mungkin tidak dapat dihitung berapa banyak variasinya karena masing-masing
orang memiliki seiera sendiri dalam hal memilih pakaian Yang disukainya tergantung
dari mana dan bagaimana mereka mambuat konsep tentang variabel-variabel pakaian
yang ada.

Penjelasan-penjelasan mengenai variabel amat sangat bervariasi Sebagaimana


bervariasinya variabel itu sendiri. Dalam pengertian Yang lebih konkret sesungguhnya
variabel itu adalah konsep dalam bentuk konkret atau konsep operasional, penjelasan
macam ini tergantung Pula pada jenis penelitian Yang dilakukan. Dalam penelitian
kebijakan sosial, konsep dan variabel dibedakan dari sifat kompleksnya. Konsep
biasanya digunakan dalam mendiskripsikan segala variabel Yang abstrak dan
kompleks, sedangkan variabel diartikan sebagai konsep Yang lebih konkret, Yang
acuaneacuannyalangsung lebih nyata. Suatu variabel adalah konsep tingkat rendah,
Yang acuan-acuannya secara relatif mudah diidentifikasikan dan diobservasi serta
dengan mudah diklasifikasi, diurut atau diukur. Agar variabel dapat diukur maka
variabel harus dijelaskan ke dalam konsep operasional variabel, untuk itu maka variabel
harus dijelaskan parameter atau indikator-indikatornya.

1. JENIS PENGUKUR VARIABEL


Variabel dapat dikelompokkan menurut empat bentuk pengukuran sebagai
a. Variabel Nominal.
bersifat diskrit (bijaksana) dan saling pilih antara kategoriyang dan
kategori Yang Iain. Dengan variabel kata hanyalah variabel simbol nominal
saja, adalah contohnya: variabel jenis Yang kelamin, kualitasnyaStatus
tidak bermakna atau nama
pekeriaan, dan Status perumahan.
b. Variabel Orbnal, yaitu variabel Yang dibentuk berdasarkan atas jenjang dalam
tertentu: jenjang tertinggi dan terendah sesungguhnya ditetapkan menurut
kesepakatan sehir,gga angka 1 atau angka 10 dapat berada pada tingkatan jenjang
Yang paling tinggi atau paling rendah.
c. Variabelbuavdyaituvariabelyangdibangundari pengukuran. Dalampengukuran
tersebut diasumsikan terdapat satuan pengukuran Yang sama. Misalnya, variabel
pendapatan artis dangdut dalam setahun, sebagai berikut:
RP. 501.000.000,- s/d 1.000.000.000,-, RP. 1.001.000.000,- s,'d
1.500.000.000,-, RP. 1.501.000.000,- s/d 2.000.000.000,-, dan seterusnya.
d. Variabel Ratio, yaitu variabel Yang memiliki permulaan angka nol mutlak. Suatu
contoh, variabel umur: ada Yang berumur O, 1, 2, 3, 4 tahun dan sebagainya.2

2. BENTUK DAN RAGAM VARIABEL CONTOH UNTUK


PENELITIAN KEBIJAKAN PUBLIK

3
Selain pengukuran variabel di atas secara lebih sederhana variabel dibedakan
dalam ragamnya Yang berbentuk Yang berbeda-beda seperti independent variable
(variabelbebas) , dependentvariable (variabel tergantung), interveningvariable
(variabel penyela) , dan variabel Iain (yang mengikuti) seperti yang dijelaskan pada
Gambar 7. Akan tetapi hubungan masing-masing variabel ini, biasanya tidak
sesederhana yang dipikirkan sehingga harus diperluas pembahasannya terutama dalam
analisis multivariat maupun analisis bivariat.

Variabel bebas adälah variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu pada
variabel tergantung, sementara variabel bebas berada pada posisi yang lepas dari
"pengaruh" variabel tergantung. Dengan demikian variabel tergantung adalah variabel
yang "dipengaruhi" Oleh variabel bebas. Umpamanya pada suatu penelitian, tingkat
produksi bergantung pada proses produksi, dengan kata Iain proses yang baik akan
mengakibatkaupcoduksimeningkavsedangkan produksi menurun apabila proses produksi
jelek. Dalam penjelasan inimaka variabel beb4S adalah proses produksi sedangkan variabel
tergantung adalah tingkat produksi.
Namun dalam penelitian banyak dapat dibuktikan. tidak selamanya variabel bebas
memengaruhi variabel tergantung. Dengan kata Iain "perubahan" pada variabel tergantung
tidak semata-tnata disebabkan Oleh variabel bebas, tetapi karena ada faktor Iain. Faktor
disebut variabel penyela. Variabel penyela ini berada di antara variabel bebas dan variabel
tergantung dalam suatu hubungan sebab-akibat. Variabel penyela dapat mernengaruhi
variabel tergantung, namun berasal dari suatu fenomena Yang berada di luar (atau melalui)
"pengaruh" variabel bebas.
Variabel penyela dipertimbangkan dalam analisis, terutama kalau kehadiran variabel
ini sudah didesain dalam desain penelitian atau desain analisis. Pada penelitian tertentu
justru variabel penyela inilah Yang Paling besar "pengaruhnya" terhadap tergantung
melalui penemuan hubungan sebab•akibat Yang sempurna. Suatu contoh, Pada Salah satu
penelitian tentang tingkat penerimaan dan kesiapan birokrasi di Jawa Timur terhadap
teknologi informasi. Salah satu variabel Yang memengaruhi tingkat penerimaan dan
kesiapan birokrasi adalah variabel budaya asal birokrat. Untuk menjelaskan bah.va
perilaku birokrasi (variabel tergantung) dipengarvhi oleh budaya asal birokrat (variabel
bebas) maka diukur pula variabel penyela yaitu ketersediaan perangkat teknologi
informasi dan variabel kebijakan. Hal-hal Yang disebut terakhir ini adalah variabel-
variabel penyela Yang harus diperhatikan dalam analisis penelitian tersebut.
Dalam penelitian kebijakan variabel penyela dapat dibedakan menjadi dua tipe.
Pertama adalah variabel-variabel hnplementasi (variabel-variabel Yang ikut memengaruhi
implementasi) , variabel ini adalah kondisi.kondisi Yang ikut memengaruhi ketika sebuah
kebijakan itu dilaksanakan. Kondisi ini sudah diperkirakan dan ikut memengaruhi
permulaan kebijakan, tetapi kemudian punya pengaruh terhadap efek-efek akhir dari suatu
program. Misalnya, kebijakan publik pendidikan dasar sembilanj tahun. Kebijakan ini
membutuhkan ketersediaan instrumen bantu (implement) yang sejak semula sudah
tersedia, seperti instrumen prasarana pendidikan dasar, instrumen guru, dan sebagainya.

4
Instrumen-instrumen ini adalah variabel implementasi. Proses implementasi bisa banyak
perinciannya dan juga dapat terdiri dari unsur-unsur yang lebih kecil, seperti kesiapan
kepala-kepala sekolah, pegawai administrasi; peralatan administrasi, perpustakaan, dan
sebagainya.
Pada penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat analisis statistik, mengukur
variabel dalam jumlah yang banyak bukan lagi persoalan, karena itu bisa saja sernua
variabel itu dianalisis sekaligus baik variabel bebas, variabel tergantung, variabel penyela
maupun variabel yang mengikuti. Kesulitan-kesulitan peneliti terletak bukan pada analisis
namun pada pembahasan, karena begitu banyak "hubungan" variabel yang harus dibahas
satu persatu.
Dalam penelitian kebijakan publik, variabel kontrol dibagi dua macam: variabel
Pembantu dan variabel kendala. Suatu variabel pembantu mengacu kepada tindakan
membantu Yang berkemungkinan dipakai guna meningkatkan nilai tambah efektivitas dari
kebijakan atau program Yang dilaksanakan. Suatu variabel pembantu dapat dipandang
sebagaivariabel diluar tindakan alternatif. Namun demikian, variabel pembantu adalah
program atau kebijakan Suplemen sehingga walaupun Variabel pembantu di luar tindakan
alternatif, tetapi dapat juga dipandang sebagai suatu alternatif Yang Iain. Bahkan dapat
muncul sekaligus dengan variabel bebas tetapi bukan berurutan dengannya.
Perlu juga diingat di sini bahwa variabel pembantu tidak boleh dikacaukan dengan
variabel penengah. Misalnya, kita kembali ke contoh variabel menjembatani di yaitu
dalam hal kebijakan penyediaan lapangan kerja bagi eks. pelacur di Surabaya. Untuk
memperoleh pekerjaan seperti kebijakan publik tersebut, maka eks. pelacur dibeti latihan
keterampilan kerja (variabel menjembatani). Kemudian untuk pelaksanaan latihan kerja
dengan suatu hasil Yang memuaskan, maka perlu kgpada eks. pelacur itu diberi atau
ditumbuhkan motivasi latihan kerja Yang baik melalui penyuluhan atau bimbingan pribadi
öleh psikolog, ulama atau social uorker. Bimbingan pribadi ini adalah Yang dimaksud
dengan variabel pembantu dan dengan contoh di atas pula kita sekaligus dapat
membedakan variabel menjembatani dan variabel pembantu.
Tipe Iain dari variabel kontrol adalah variabel kendala. Sesuai dengan namanya,
variabel ini bermaksud sebagai variabel rintangan atau penghalang terhadap kebijakan
publik Yang diprogramkan karena faktor Situasi. Kemudian dari isinya, variabel kendala
dapat dipisahkan, yaitu variabel faktor lingkungan dan variabel karakteristik populasi
sasaran kebijakan. Dalam hal pencapaian kebijakan yang diharapkan, faktor lingkungän di
mana kebijakan dilaksanakan merupakan hal„hal yang perlu mendapat perhatian. Begitu
pula dengan karakteristik sasaran kebijakan. Apa pun alasannya, faktor karakteristik
sasaran adalah persoalan yang inheren dengan kebijakan itu sendiri, dan ini pun petlu
diperhatikan dalam analisis suatu kebijakan.

HUBUNGAN-HUBUNGAN VARIBEL
Kompleksitas variabel lengkap dengan uraian di atas, tidak banyak dijumpai dalam berbagai
penelitian kuantitatif Iainnya, Pada penelitian kuantitatif umumnya dijumpai (independent variable),
variabel tergantung (dependent variable) dan variabel penyela (intervening variable). Sedangkan

5
varian variabel seperti pada penelitian kebijakan publik tidakbanyak dijumpai akan tetapi
kompleksitas modelnya bisa menjadi perhatian dalam pengembangan model variabel pada penelitian
kuantitarif Iainnya yang lebih progresif. Hanya saja dalam penelitian kuantitatif yang bervariasi
adalah hubungan antara variabel-variabel tersebut. Hubungan mana dalam penelitian kebijakan sosial
Vidak banyak dijumpai.

HUBUNGAN SIMTRIS
Ada empat kelompok hubungan simetris yang masing-masing dapat dijelaskan sebagi berikut:

1. Kedua variabel merupkan indikator sebuah konsep yang sama. Pada suatu saat orang bersuara
sendu, kemudian mengeluarkan air mata, tandanya ia menangis. Namun tidak dapat dikatakan
bahwa seseorang mengeluarkan air mata menyebabkan ia bersuara sendu atau sebaliknya.
2. Kedua variabel merupakan akibat dari faktor. Kebijakan pemerintah membebaskan
pajak impor barang mewah, berakibat menmgkatnya permintaan barang impor dalam
negeri. Kebijakan kemudahan pernberian kredit sepeda motor berakibat terhadap
pertumbuhan angkutan ojek di masyarakat.
3. Kedua variabel berikaitan secara fungsional. Bertambahnya ngkutan ojek
secara fungsional mematikan fungsi angkutan Iain seperti becak. Berkembang
hypermarket disatu wilayah, secara fungsional mematikan toko-toko kecil di
sekitar hypermarket. Kebijakan motorisasi perahu angkutan antarpulau, secara
fungsiona1 mematikan angkutan tradisional yang menggunakan tenaga angin
atau tenaga manusia.
4. Kedua variabel mempunyai hubungan Yang kebetulan semata. Seorangibu
menumpang pesawat Lion Air, sebulan kemudian mendapat hadiah jutaan rupiah
Yang menjadikannya seorang milioner. Hubungan antara naik pesawat dan
hadiah jutaan rupiah hanyalah kebetulan karena maskapai Lion Air sedang
menyelenggarakan program hadiah jutaan rupiah.

HUBUNGAN TIMBAL BALIK


Hubungan-hubungan timbal balik antara variabel-variabel penelitian betbeda
dengan hubungan sebab-akibat (kausalitas) dalam sebuäh penelitianl Hubungan timbal
balik di sini maksudnya, suacu variabel dapat menjadi sebab sekaligus juga dapat menjadi
akibat dan bukan dimaksud perubahan variabel tertentu diakibatkan oleh variabel Yang
Iain.
Hubungan timbal balik dapat dicontohkan sebagai berikut: kebiasaan menabung di
Hari muda akan mendatangkan kebahagiaan di hari tua. Karena kebiasaan menabung di
hari muda mengajarkan anak muda sebagai generasi hemat, memiliki buku adalah
investasi dan akan mendatangkan keuntungan, karena pada gilirannya hasil dari membaca
buku dan menulis dapat digunakan untuk membeli buku Iain.

HUBUNGAN ASIMETRIS
Pembahasan mengenai berbagai hubungan variabel penelitian kuantitatif, Pada
umumnya tertumpu pada pembicaraan mengenai hubungan asimetris. Hubungan ini
mendeskripsikan bagaimana suatu variabel memengaruhi variabel yang Iain. Hubungan
asimetris terdiri dari enam tipe yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

6
1. HUBUNGAN ANTARA STIMULUS DAN RESPONS
Sifat hubungan İni menjelaskan variabel stimulus memberikan
pengaruh terhadap variabel respons, dan kemudian variabel rcspons memberi
reaksi terhadap stimulus tersebüt. Hubungan İni adalah bagian dari hubungan
sebab-akibat. yang biasanya dilakukan oleh ahli-ahli penelitian kuantiratif
dari berbagai disiplin ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Contohnya
seorang peneliti meneliti hubungan antara tayangan erotik di media massa
terhadap sikap seks remaja di perkotaan. Penelitian tentang perturnbuhan
ekonomi pedesaan pasca pemberian kredit UKM di desa tersebut.

2. HUBUNGAN ANTARA DISPOSISI DAN RESPONS


Yang dimaksudkan dengan disposisi di sini adalah kecenderungan dalam
menunjukkan respons tertenru dalam posisi atau situasi tertentu pula. Sedangkan
respons diukur dengan melihat tingkah laku seseorang, misalnya menonton televisi,
pemilihan merek kendaraan bermoror, meroknk, membalos, dan sebagainya. Contoh
sederhana dari hubungan disposisi dan respons ini adalah sikap terhadap sektor
informal dan sikap memilih pekerjaan di sekitar sektor informal. Pada situasi tertentu
seseorang bersikap siniş terhadap sektor informal karena selain terkesan sukar diatur
juga tidak memberi jaminan memperoleh pendapntan yang memadai. Namun pada
saat lain, ketika orang tersebut tidak memperoleh penghasilan di sektor lain yang
lebih baik, maka ia akan memilih sektor informal sebagai pilihan mencari nafkah.

3. HUBUNGAN ANTARA CIRI INDIVIDU DAN DISPOSISI


Yang dimaksud dengan ciri pribadi adalah sifat-sifat pribadi atau
individü yang kemungkinan vidak berubah, walaupun dipengaruhi oleh
lingkungannya. Ciri pribadi ini sepetti jenis seks, suku, kebangsaan, dan
sebagainya, Misalnya, orang Madura, karena budaya mereka yang
temperamental menyebabkan orang Madura terkesan keras, terus terang dan
garang. Sedangkan orang Jawa, karena budaya Jawa selalu ingin memeli
sehingga menyebabkan orang Jawa terkesan lamban, sukar memilih,
cenderung mepggunakan bğtin dalam menghadapi suatu masalah.

4. HUBUNGAN ANTARA PREKONIDISI YANG PERLU DENGAN AKIBAT


TERTENTU
Dikarakan bahwa suatu variabel akan ada apabila ada variabel Yang
Suatu variabel akan muncul dengan syarat variabel Iain harus dimunculkan
lebih dulu. contoh sederhana, masyarakat akan proaktif melaporkan kasus-
kasus korupsi dan sebagainya Yang ia temui di masyarakac apabila ada
sistem Yang menjamin keselamatan dirinya dan jaminan bahwa kasus-kasus
tersebut ditindaklanjuti oleh yang berwewenang dalam masyarakat Yang
demokrasinya sudah "matang", warga negara akan menggunakan hak
pilihnya untuk memilih wakil-wakilnya dalam pernilu apabila ada jaminan
bahwa pilihannya akan memperjuangkan hak-hak rakyat di parlemen.

5. HUBUNGAN YANG IMANEN ANTRA DIA VARIBEL

7
Pada kasus hubungan ini dimaksud, variabel tertentu memiliki
hubungan Yang imanen dengan variabel Yang Iain, perubahan variabel tertentu
akan diikuti Pula dengan perubahan berlebihan variabel Yang akan Iain.
menyebabkan Contohnya, menurunnya jumlah barang harga Yang barang
beredar tersebut, di pasar jumlahdalam jumlah lulusan sekolah keguruan Yang
terus bertambah dengan tidak diikuti Oleh bertambahnya jumlah sekolah baru,
akan mengakibatkan jumlah pengangguran bagi lulusan sekolah keguruan.

6. HUBUNGAN ANTARA VARIABEL TUJUAN DAN VARIABEL CARA


Umumnya tujuan dan cara dapat ditemui Pada satu keinginan orang, tetapi tidak
jarang Pula tujuan dan Cara berada pada kondisi Yang berbeda pula. Misalnya•,
hubungan antara model-model janji menyejahterakan masyarakat dalam kampanye partai
politik dan cara partai politik mengendalikan suatu rezim dalam pemerintahan, hubungan
antara jumlah Obat Yang dimakan dengan tingkat kesembuhan pasien, hubungan antara
cinta orangtua terhadap anak dan cara ia mendidik anak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai