Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH METODE PENELITIAN KUANTITATIF

UNSUR-UNSUR PENELITIAN KUANTITATIF

OLEH:

KELOMPOK 06

FENDI AGUS SYAPUTRA 1710812024

Kabul Ikram Mahmudi 1710813001

M. Aburizal Mantovani 1710813015

M. Irvan Faisal 1710813007

Refky Ramadani 1710812019

Dosen Pengampu : Drs. Wahyu Pramono M.Si

SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Metode penelitian kuantitatif merupakan suatu cara yang digunakan untuk menjawab
masalah penelitian yang berkaitan dengan data berupa angka dan program statistik. Untuk dapat
menjabarkan dengan baik tentang pendekatan dan jenis penelitian, populasi dan sampel,
instrumen penelitian,teknik pengumpulan data, dan analisis data dalam suatu proposal dan/atau
laporan penelitian diperlukan pemahaman yang baik tentang masing-masing konsep tersebut. Hal
ini penting untuk memastikan bahwa jenis penelitian sampai dengan analisis data yang
dituangkan dalam proposal dan laporan penelitian telah sesuai dengan kaidah penulisan karya
ilmiah yang dipersyaratkan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. KONSEP PENELITIAN KUANTITATI

Metode Kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama
digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut
sebagai metode ilmiah atau scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmu yang konkrit,
obyektif, terukur, rasional, dan sistematis.

Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis peelitian yang spesifikasinya adalah sistematis,
terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya.
Definisi lain menyebutkan peneltian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut
penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta
penampilan dari hasilnya.

Menurut Sugiyono (14:2015) metode penelitian kuantitatif merupakan metode yang


berlandaskan pada filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesa yang telah ditetapkan.

Filsafat positivisme mmandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap,


konkeit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian pada umumnya
dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang representatif.

Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai (value free). Dengan
kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip objektivitas. Dalam
hal pendekatan, pendekatan kuantitatif lebih mementingkan adanya variabel-variabel sebagai
objek penelitin dan variabel-variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi
variabel masing-masing. Reliabitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi
dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas
hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis.

UNSUR-UNSUR PENELITIAN

Menurut Sofian Effendi (1989), yang dapat disebut sebagai unsur-unsur penelitian adalah teori,
hipotesis, variabel, konsep, proposisi dan definisi operasional.

a. Konsep

Setiap penelitian kuantitatif dimulai dengan menjelaskan konsep penelitian yang


digunakan, karena setiap konsep penelitian ini merupakan kerangka acuan peneliti di dalam
mendesain instrumen penelitian. Konsep juga dibangun dengan maksud agar masyarakat
akademik atau masyarakat ilmiah maupun konsumen penelitian atau pembaca laporan penelitian
memahami apa yang dimaksud dengan pengertian variabel, indikator, parameter maupun skala
pengurukan yang dimaksud peneliti dalam penelitiannya kali ini.

Lebih konkret, konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama. Sebagai
hal yang umum, konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel-
variabel yang akan diteliti. Karena itu konsep memiliki tingkat generalisasi yang berbeda satu
dengan yang lainnya, bila dilihat dari kemungkinan dapat diukur atau tidak. Misalnya konsep
kepuasaan pegawai, lebih mudah dapat diukur daripada konsep kesejahteraan pegawai. Konsep
tingkat penjualan, lebih dapat diukur dari tingkat kepuasaan pelanggan. Konsep disiplin pegawai
lebih mudah diukur daripada konsep produktivitas pegawai.

Konsep harus merupakan atribut berbagai kesamaan dari fenomena yang berbeda.
Misalnya, orang bebeda pendapat mengenai kegemaran menonton televisi baik itu pemberitaan,
hiburan, iklan, sinetron, film dan sebagainya, akan tetapi mereka sama-sama menggemri televisi.
Perbedaannya hanyalah bagaimana mengabstraksikan kegemaran mereka menonton televisi itu.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka sesungguhnya ada dua desain yang diperhatikan
dalam membangun konsep yaitu generalisasi dan abstraksi. Generalisasi adalah proses
bagaimana memperoleh prinsip dan berbagai pengalaman yang berasal dari literatur dan empiris.
Seorang anak umpamanya, dia dapat melihat bagaimana pelangi muncul dengan beragam warna
dan bentuk yang menawan, kemudian anak tersebut dapat membaca berbagai literatur menegnai
bagaimana pelangi itu muncul, ada dan meghilang.

Setiap konsep juga hendaknya mengemukakan suatu abstraksi, yaitu mencakupi ciri-ciri
umum yang khas dari fenomena yang dibicarakan itu. Ciri-ciri ini dihimpun bersama-sama oleh
individu-individu atau kelompok-kelompok tertentu sehingga melahirkan kesadaran
intersubjektif yang menempatkan kesadaran itu dalam kategori.

Pada umumnya konsep dalam pengertian sehari-hari digunakan untuk menjelaskan dan
meramalkan, tetapi dalam pengertian ilmiah, konsep harus memiliki kriteria yang tepat dalam
menjelaskan variabel penelitian. Oleh karena itulah, konsep yang bermanfaat adalah konsep yang
dibentuk menjadi penjelasan dan menyatakan sebab-akibat yaitu konsep dibentuk dengan
kebutuhan untuk menguji hipotesis dan penyusunan teori yang masuk akal, serta dapat diuji
regularitasnya.

Dalam mendesain konsep penelitian, yang terpenting pula peneliti harus mendesain
konsep interaksi antarvariabel-variabel penelitiannya. Karena itu peneliti harus menentukan
pilihan sebenarnya dari interaksi antarvariabel-variabel penelitian itu. Untuk penjelasan ini
umpamanya peneliti menentukan penelitian harusnya menguji hubungan, menguji pengaruh,
menguji perbedaan atau hanya mengidentifikasi permasalahan. Selain mendesain variabel serta
interaksi variabel-variabel penelitian, maka berikutnya peneliti juga harus mendesain konsep
penelitian dan konsep operasional atau definisi opersional terhadap konsep penelitiannya itu.
Konsep penelitian didesain untuk memberi batasan pemahaman terhadap variabel penelitian,
sedangkan konsep operasional dibuat untuk membatasi parameter atau indikator yang dinginkan
peneliti dalam penelitian, sehingga apa pun variabel penelitia, semuanya muncul dari konsep
tersebut.

Konseptualisasi dalam penelitian kuantitatif hanya dapat dilakukan setelah peneliti


membaca teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, baik grand theory, middle theory atau
application theory. Terlebih peneliti telah sepakat terhadap application theory yang digunakan
dalam penelitian. Dengan kata lain konsep penelitian dan teori yang telah menghasilkan konsep
penelitian itu akan mengarahkan peneliti kepada metode yang digunakan untuk menguji data
yang diperoleh di lapangan.
2. VARIABEL PENELITIAN KUANTITATIF
Kata variabel tidak ada dalam perbendaharaan Indonesia karena variabel berasal dari kata
bahasa inggris variable yang berarti faktor tak tetap atau berubah-ubah. Namun bahasa Indonesia
kontemporer telah terbiasa menggunakan kata variabel ini dengan pengertian yang lebih tepat di
sebut bervariasi. Dengan demikian, variabel adalah sebuah fenomena yang bervariasi dalam
bentuk, kualitas, kuantitas, mutu standar dan sebagainya. Variabel penelitian merupakan sebuah
konsep dalam penelitian. Contoh konsep dalam penelitian yang bisa disebutkan disini untuk
sekilas pemahaman saja misalnya, jenis kelamin, pendapatan bulanan, kebahagiaan, kualitas
hidup, berat badan, dan lain sebagainya.

Dalam penelitian sosial, peran variabel sangat signifikan untuk menjelaskan substansi dari
penelitian. Misal, penelitian tentang ”Gerakan Separatis Papua Merdeka”, Konsep yang bisa
disebutkan di sini meliputi, separatisme, gerakan sosial, dan sebagainya. Pengertian singkatnya
sudah disinggung di awal, yaitu konsep dalam penelitian yang mengandung variasi. Variabel
penelitian kuantitatif, dengan demikian bisa dipahami sebagai variabel yang memiliki nilai
satuan yang dapat dinyatakan dengan angka, misalnya berat badan. Sedangkan variabel kualitatif
adalah variabel yang sulit atau tidak bisa dinyatakan dengan angka, misalnya keindahan.

Jenis variabel penelitian:

Jenis variabel penelitian yang sering disebutkan ada dua yaitu variabel bebas (independen) dan
variabel terikat (dependen). Berikut penjelasan disertai contohnya:

1. Variabel bebas

Variabel bebas disebut juga variabel independen. Penelitian sosial selalu melibatkan
hubungan antara dua atau lebih variabel. Dalam hubungan antar variabel, variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat.

Untuk mengidentifikasi mana variabel bebas dan mana variabel terikat, kita langsung saja
menyimak contohnya. Misal, penelitian tentang pengaruh jumlah anak dan tingkat
kebahagiaan rumah tangga. Jumlah anak di sini adalah variabel bebas. Sedangkan
variabel terikatnya adalah tingkat kebahagiaan rumah tangga.
2. Variabel terikat
Variabel terikat disebut juga variabel dependen. Dari penjelasan di atas kita sudah bisa
memperoleh pemahaman bahwa variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variebel bebas. Masih dengan contoh di atas, sekali lagi, variabel terikat yang bisa
diidentifikasi adalah tingkat kebahagiaan rumah tangga.
Untuk melengkapi pemahaman, contoh lainnya misal penelitian tentang hubungan antara
jumlah tugas kuliah dan tingkat stress mahasiswa. Jumlah tugas kuliah adalah variabel
independen atau bebas. Sedangkan tingkat stress mahasiswa adalah variabel dependen
atau terikat.

Hubungan antar variabel bebas dan terikat sendiri terdiri dari tiga jenis: simetris,
asimetris, dan timbal balik. Hubungan simetris terjadi apabila variabel yang satu tidak
dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel yang lain. Hubungan asimetris terjadi apabila satu
variabel mempengaruhi atau dipengaruhi variabel lainnya. Sedangkan hubungan timbal balik
terjadi apabila ada saling pengaruh antar variabel. Untuk mengidentifikasi mana variabel bebas
dan mana variabel terikat, kita harus jeli mengidentifikasi jenis hubungan antar variabel seperti
yang dijelaskan di atas.

Jenis pengukur variabel

Variabel dapat di kelompokkan menurut empat bentuk pengukuran sebagai berikut :

a. Variabel nominal

Variabel ini biasa disebut juga variabel deskrit atau variebel kategori. Variabel deskrit hanya
dapat dikategorisasikan menjadi dua kutub. Contoh variabel deskrit atau nominal adalah jenis
kelamin. Jenis kelamin dalam banyak penelitian dikategorisasikan menjadi dua kutub: pria dan
wanita.
b. Variabel kontinum

Variabel kontnum terdiri dari tiga variabel yaitu:

a. Variabel ordinal, yaitu variabel yang menunjukkan tingkatan. Sebagai contoh,


kebahagiaan yang bisa ditingkatkan menjadi sangat bahagia, bahagia, dan tidak
bahagia.
b. Variabel interval, yaitu variabel berupa jarak yang dapat diketahui melalui
pengukuran. Sebagai contoh, Saya ke Anda 5 meter, Anda ke Mereka 5 meter, maka
Saya ke Mereka 10 meter.
c. Variabel ratio, yaitu variabel perbandingan. Misalnya, masuk kepolisian butuh uang
sogokan 100 juta rupiah, jadi satpam butuh uang sogokan 50 juta. Maka uang
sogokan untuk jadi polisi 2 kali lipat uang sogokan untuk jadi satpam.

3. TEORI PENELITIAN KUANTITATIF


Proses penelitian kuantitatif dimulai dari teori. Penelitian kuantitatif memang bertujuan
untuk menguji atau memverifikasi sebuah teori. Teori masih bersifat abstrak atau konseptual.
Untuk itu, teori diwujudkan dalam bentuk hipotesis yang merupakan dugaan sementara atas
jawaban permasalahan penelitian. Hipotesis dirumuskan berdasarkan teori. Hipotesis merupakan
wujud konkret hasil operasionalisasi teori yang bersifat abstrak. Jika hipotesis sudah dirumuskan,
proses penelitian dilanjutkan dengan proses observasi atau pengumupulan data. Data yang telah
dikumpulkan kemudian dianalisis untuk memperoleh kesimpulan yang dapat digeneralisasi.
Hasil penelitian yang telah digeneralisasi tersebut dapat diposisikan sebagai teori.

Proses operasionalisasi teori menjadi hipotesis kemudian sampai proses observasi dinamakan
proses deduksi teori. Teori dimaknai sebagai sesuatu yang bersifat umum, universal. Proses
deduksi ini tidak akan bermakna apa-apa apabila tidak melalui proses induksi. Untuk itu, hasil
penelitian kuantitatif harus dapat digeneralisasi menjadi sebuah teori. Dengan demikian, proses
penelitian kuantitatif sebenarnya merupakan sebuah siklus yang berulang.

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam melakukan deduksi teori dalam penelitian
kuantitatif. Yang pertama peneliti harus melakukan proses deduksi sebuah teori untuk kemudian
teori tersebut diverifikasi. Teori merupakan unsur penting dalam penelitian kuantitatif
dikarenakan penelitian kuantitatif dimaksudkan untuk menguji kebenaran sebuah teori. Untuk
dapat menguji teori tersebut, maka teori diturunkan dalam bentuk hipotesis. Hipotesis merupakan
wujud konkret sebuah teori. Hipotesis akan memudahkan peneliti (dan juga pembaca) dalam
memahami kerangka berpikir dari sebuah teori. Dari hipotesis, peneliti kemudian merumuskan
definisi operasional yang didasarkan pada teori. Definisi operasional berfungsi untuk
memperjelas variabel sehingga teori menjadi lebih konkret sifatnya. Setelah merumuskan
hipotesis, peneliti menentukan instrumen yang akan digunakan sesuai dengan masalah penelitian
serta metode penelitian yang digunakan.

Creswell (2003) juga menjelaskan mengenai penempatan teori dalam desain penelitian. Hal ini
didasarkan pada logika deduktif dalam penelitian kuantitatif. Creswell menjelaskan empat posisi
penempatan teori, yaitu:

1. Bagian pengantar

Kelebihan : cara ini sering ditemukan dalam artikel jurnal. Cara ini akan menjadi lebih familiar
bagi pembaca jika menyampaikan pendekatan secara deduktif.

Kelemahan : menyulitkan pembaca untuk memisahkan dasar teori dengan komponen yang lain
dalam proses penelitian.

2. Bagian tinjauan pustaka

Kelebihan : teori-teori yang telah ditemukan dalam literatur dimasukkan ke dalam tinjauan
pustaka dapat memperluas logika serta menjadi bagian dari literatur.

Kelemahan : cara ini menyulitkan pembaca untuk melihat teori ilmiah serta memisahkannya
dengan tinjauan pustaka.

3. Setelah hipotesis atau masalah penelitian

Kelebihan : teori mendiskusikan mengenai logika hipotesis atau masalah penelitian karena teori
menjelaskan bagaimana dan mengapa variabel tersebut saling berhubungan.
Kelemahan : Seorang penulis mungkin memasukkan pemikiran teoritis setelah hipotesis dan
pertanyaan, dan memperluas diskusi mengenai asal-usul dan penggunaan teori.

4. Bagian tersendiri

Kelebihan : pendekatan ini dengan jelas memisahkan teori dan komponen lain dalam desain
penelitian dan memungkinkan pembaca untuk lebih mengenali dan memahami teori dasar dalam
penelitian.

Kelemahan : diskusi mengenai teori disampaikan secara terpisah dan komponen lain dari proses
penelitian. Dengan cara ini, pembaca mungkin tidak mudah menghubungkan antara teori dengan
komponen lain dalam proses penelitian.
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Metode penelitian kuantitatif merupakan suatu cara yang digunakan untuk
menjawab masalah penelitian yang berkaitan dengan data berupa angka dan program
statistik. Untuk dapat menjabarkan dengan baik tentang pendekatan dan jenis penelitian,
populasi dan sampel, instrumen penelitian,teknik pengumpulan data, dan analisis data
dalam suatu proposal dan/atau laporan penelitian diperlukan pemahaman yang baik
tentang masing-masing konsep tersebut. Terdapat berbagai unsur-unsur dalam metode
penelitian kuantitatif ini,yakni konsep,variabel,dan teori.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Martono,Nanang.2011.Metode Pelitian Kuantitatif.Jakarta: Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai