Anda di halaman 1dari 4

NAMA : NURHAFIZAH

NIM : 12240325225
KELAS : 4 BROADCASTING F
MATA KULIAH : RISET KOMUNIKASI KUANTITATIF
DOSEN PENGAMPU : Dr. NURDIN,M.A.

RESUME BAB III

METODOLOGI RISET KOMUNIKASI KUANTITATIF


Perspektif kumpulan gagasan yang melukiskan karakter situasi yang memungkinkan
pengambilan tindakan, seperti perspektif “suatu spesifikasi jenis-jenis Tindakan yang secara
layak dan masuk akal dilakukan orang” dan “standar nilai yang memungkinkan orang dapat
dinilai,” menurut Becker (Mulyana, 2001:5 ). Di sisi lain, Wimmer & Dominick (2000: 102)
menyebut paradigma sebagai teori, prosedur, dan asumsi yang dibuat tentang cara peneliti
memandang dunia. Perspektif yang dihasilkan dari komunikasi terbuka antar anggota suatu
kelompok sebelum seseorang menjadi anggota kelompok tersebut. Oleh karena itu, masyarakat
akan mempunyai cara pandang yang spesifik jika mereka hidup berkelompok dan berinteraksi
dengan orang lain.
Perspektif lainnya adalah pendekatan. Ada dua perspektif, atau sudut pandang, yang
pasti akan menyeimbangkan perspektif dan pilihan kita. Akibatnya, perspektif individu
terhadap realitas mempengaruhi perilakunya. Berdasarkan sudut pandang tersebut, ia
memperhatikan, mengevaluasi, dan memahami rangsangan dari realitas yang diamati serta
perlunya perbaikan terhadap rangsangan lainnya. Dia kemudian melanjutkan untuk membuat
keputusan berdasarkan pemahamannya tentang perspektif yang diberikan. Jadi, realitas yang
kita rasakan dan alami belum tentu merupakan realitas absolut; melainkan realitas yang kita
pilih berdasarkan aspek spesifik tertentu yang kita anggap signifikan dan penting. Perspektif
merupakan landasan persepsi karena sangat mempengaruhi persepsi kita terhadap realitas.
Persepsi diartikan sebagai proses penerapan makna pada suatu objek atau kenyataan.

PERBEDAAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF


Suatu penelitian di bidang komunikasi dapat dikategorikan menurut deskriptornya.
Pendekatan ini, kuantitatif atau kualitatif, merupakan falsafah yang mendasari suatu metode
penelitian. Banyak orang yang beranggapan bahwa data penelitian yang menggunakan metode
angkaangka sama dengan data penelitian yang menggunakan metode kuantitatif. Sebaliknya,
data kualitatif terdiri dari pernyataan demi pernyataan atau pernyataan demi pernyataan.
Perbandingan ini tidak menunjukkan kesesuaian yang sempurna, namun menyoroti perbedaan
antara kedua metodologi tersebut.
Di permukaan, perbedaan ini nampaknya disebabkan oleh cacat atau kelemahan dalam
teks. Metodologi penelitian kuantitatif didasarkan pada positivisme (objektif/klasik).
Sebaliknya yang menggunakan metodologi kualitatif bersumber dari penelitian interpretatif
(subjektif). Kerangka interpretatif ini memiliki dua variasi: konstruktivis dan kritis. Perbedaan
kedua pendekatan tersebut dapat dijelaskan melalui empat landasan yang salah yaitu ontologi,
epistemologi, aksiologi, dan metodologi, Menggunakan Ontologis.menyangkut sesuatu yang
dianggap sebagai realitas (what is the nature of reality?), epistemologis menyangkut
bagaimana. cara mendapatkan pengetahuan (what is the nature of the relationship between the
inquirer & knowable?), aksiologis menyangkut tujuan atau untuk apa mempelajari sesuatu
(ethics & values), sedangkan metodologis mempelajari teknik-teknik dalam menemukan
pengetahuan (How should the inquirer go about finding out knowledge?).

RISET KUANTITATIF
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggambarkan atau memperjelas suatu
permasalahan tertentu yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan cara ini, tidak perlu
menyebutkan kualitas atau analisis data. Kualitas data tidak terlalu ditekankan sehingga produk
akhir data atau penelitian menjadi representasi dari keseluruhan populasi.
Dalam penelitian kuantitatif, sampel dicirikan oleh objektivitas dan kesadaran diri dari
datanya. Artinya, periset tidak boleh membuat batasan konsep maupun alat ukur data
sekehendak jantung itu sendiri. Semuanya harus tujuan dengan diuji terlebih dahulu apakah
batasan konsep dan alat ukurnya sudah memenuhi prinsip reliabilitas dan validitas. Dengan
kata lain, periset berusaha membatasi konsep atau variabel yang diteliti dengan cara
mengarahkan penelitian dalam setting yang ter-kontrol, lebih sistematis dan terstruktur dalam
sebuah desain penelitian. Desain penelitian ini sudah harus ditentukan sebelum
penelitian dimulai. Karena periset harus menjaga sifat objektif maka dalam analisis datanya
pun, periset tidak boleh mengikutsertakan analisis dan inter- pretasi yang bersifat subjektif.
Karena itu, digunakan uji statistic untuk menganalisis data.
Secara umum riset kuantitatif mempunyai ciri-ciri:
1. Hubungan riset dengan subjek: Jauh. Periset menganggap bahwa realitas terpisah dan
ada di luar dirinya, karena itu harus ada. jarak supaya objektif. Alat ukurnya harus
dijaga keobjektifannya.
2. Riset bertujuan untuk menguji teori atau hipotesis, mendukung atau menolak teori. Data
hanya sebagai sarana konfirmasi teori atau teori dibuktikan dengan data. Bila dalam
analisis ditemukan penolakan terhadap hipotesis atau teori, biasanya periset tidak
langsung menolak hipotesis dan teori tersebut melainkan meneliti dulu apakah ada
kesalahan dalam teknik samplingnya atau definisi konsepnya kurang operasional,
sehingga menghasilkan instrumen (kuesoiner) yang kurang valid.
3. Riset harus dapat digeneralisasikan, karena itu menuntut sampel yang representatif dari
seluruh populasi, operasionalisasi konsep serta alat ukur yang valid dan reliabel.
4. Prosedur riset rasional-empiris, artinya penelitian berangkat dari konsep-konsep atau
teori-teori yang melandasinya. Konsep atau teori inilah yang akan dibuktikan dengan
data yang dikum- pulkan di lapangan.
a. Metode Survei
Survei adalah metode riset dengan menggunakan kuesioner se- bagai instrumen
pengumpulan datanya. Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang sejumlah
responden yang dianggap mewakili populasi tertentu. Dalam survei proses
pengumpulan dan analisis data sosial bersifat sangat terstruktur dan mendetail
melalui kuesioner sebagai instrumen utama untuk mendapatkan informasi dari
sejumlah responden yang diasumsikan mewakili populasi secara spesifik. Karena
itu penggunaan teknik sampling yang benar sangat menentu- kan kualitas riset.
Contoh: riset tentang preferensi mahasiswa terhadap acara televisi, dari populasi
mahasiswa diambil beberapa mahasiswa yang terpilih sebagai responden, kemudian
mereka diberikan kuesio- ner tentang acara apa saja yang mereka pilih.
Secara umum metode survei terdiri dari dua jenis, yaitu deskriptif dan
eksplanatif (analitik). Pembagian ini berdasarkan pada tataran atau cara periset
menganalisis data yang telah dikumpulkan dan jumlah variabel yang diteliti. Dalam
perkembangannya, metode survei memungkinkan menggunakan wawancara
sebagai instrumen riset di samping kuesioner. Tujuannya adalah untuk
memperdalam analisis dan interpretasi data. Namun wawancara ini bukan
wawancara mendalam yang biasa dijumpai pada riset kualitatif. Wawancara pada
survei digunakan sebatas untuk mengembangkan kuesioner yang diisi responden.
Mulyana (2001: 180) menyebutnya sebagai wawancara terstruktur, di mana yang
susunan pertanyaannya sudah disiapkan dan pilihan-pilihan jawaban yang juga
sudah disediakan.
1. Survei Deskriptif
Jenis survei ini digunakan untuk menggambarkan (mendeskripsi- kan)
populasi yang sedang diteliti. Fokus riset ini adalah perilaku yang sedang
terjadi (what exist at the moment) dan terdiri dari satu variabel. Misalnya,
menggambarkan variabel sosiodemografis responden dalam riset
"bagaimana karakteristik sosiodemografis pembaca Kompas?", maka
periset akan menggambarkan tingkat pendidikan responden, tingkat
penghasilan, agama, jenis kelamin, tempat tinggalnya, usia, status
perkawinan, dan lainnya. Untuk analisis data dapat menggunakan uji
statistik deskriptif.
2. Survei Eksplanatif (Analitik)
Jenis survei ini digunakan bila periset ingin mengetahui mengapa situasi
atau kondisi tertentu terjadi atau apa yang memengaruhi ter- jadinya sesuatu.
Periset tidak sekadar menggambarkan terjadinya fenomena tapi telah
mencoba menjelaskan mengapa fenomena itu terjadi dan apa pengaruhnya.
Dengan kata lain, periset ingin menjelas- kan hubungan antara dua atau
lebih variabel. Periset dituntut mem- buat hipotesis sebagai asumsi awal
untuk menjelaskan hubungan antarvariabel yang diteliti. Analisis data
menggunakan uji statistik inferensial. Contoh: seorang praktisi periklanan
mensurvei apakah frekuensi terpaan iklan memengaruhi keinginan untuk
membeli produk yang diiklankan.
- Komparatif
Survei eksplanatif dapat dibagi dua sifat: komparatif dan asosiatif.
Persyaratan Layanan Bermaksud untuk membuat komparasi
(membandingkan) antara variabel yang satu dengan variabel lainnya
yang sejenis. Misal- nya: "Apakah ada perbedaan antara tingkat
kepuasan pembaca Kompas dan Jawa Pos?"
- Asosiatif
Bermaksud untuk menjelaskan hubungan (korelasi) antarvariabel.
Misalnya, "Apakah ada hubungan antara pilihan media dengan
tingkat partisipasi dalam pemilu?"

b. Metode Analisis Isi (Content Analysis)


Metode analisis isi adalah metode yang digunakan untuk meriset atau
menganalisis isi komunikasi secara sistematik, objektif dan kuantitatif. Sistematik
berarti bahwa segala proses analisis harus ter- susun melalui proses yang sistematik,
mulai dari penentuan isi komunikasi yang dianalisis, cara menganalisisnya, maupun
kategori yang dipakai untuk menganalisis. Objektif berarti bahwa periset harus
mengesampingkan faktor-faktor yang bersifat subjektif atau bias personal, sehingga
hasil analisis benar-benar objektif dan bila di- lakukan riset lagi oleh orang lain,
maka hasilnya relatif sama. Analisis isi harus bisa dikuantitatifkan ke dalam angka-
angka, misalnya "70 % berita Kompas selama setahun adalah bertema politik".
Analisis isi kuantitatif lebih memfokuskan pada isi komunikasi yang tampak
(tersurat/manifest/nyata). Sedangkan untuk menjelaskan hal-hal yang tersirat
(latent), misalnya ideologi apa yang ada di balik suatu berita, maka dilakukan riset
analisis isi kualitatif. Dalam per- kembangan Ilmu Komunikasi, metode analisis isi
kualitatif berkem- bang menjadi beberapa varian metode, antara lain: analisis
framing, analisis wacana, dan semiotik.

c. Metode Eksperimen
Metode riset yang digunakan untuk meneliti hubungan atau pengaruh sebab
akibat dengan memanipulasi satu atau lebih variabel pada satu (lebih) kelompok
eksperimental, dan membandingkan hasil- nya dengan kelompok kontrol yang tidak
mengalami manipulasi. Periset harus membagi responden dalam dua kelompok.
Kelompok satu dimanipulasi dengan pesan-pesan tertentu, kelompok dua tidak.
Kemudian periset melihat efek manipulasi tersebut terhadap ke- lompok satu
dengan membandingkan dengan kelompok dua yang tidak dimanipulasi.
Contoh: untuk mengetahui apakah acara krimina- litas di TV memengaruhi
penonton melakukan tindakan kekerasan, periset membuat dua kelompok anak.
Kelompok satu disuruh me- nonton acara kriminalitas di TV. Kelompok dua
disuguhi acara ringan, seperti komedi. Kelompok satu disebut kelompok
eksperimental, yang kedua disebut kelompok kontrol. Jika kekerasan diukur dengan
peri- laku memukul, menendang, mencubit dan lainnya, bila penonton yang setelah
menonton acara kriminalitas di TV ketika diamati banyak yang memukul,
menendang, mencubit, berarti terbukti bahwa acara kriminalitas memengaruhi
perilaku kekerasan penonton.

Anda mungkin juga menyukai