NIM : 12240325225
KELAS : 4 BROADCASTING F
MATA KULIAH : RISET KOMUNIKASI KUANTITATIF
DOSEN PENGAMPU : Dr. NURDIN,M.A.
RISET KUANTITATIF
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggambarkan atau memperjelas suatu
permasalahan tertentu yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan cara ini, tidak perlu
menyebutkan kualitas atau analisis data. Kualitas data tidak terlalu ditekankan sehingga produk
akhir data atau penelitian menjadi representasi dari keseluruhan populasi.
Dalam penelitian kuantitatif, sampel dicirikan oleh objektivitas dan kesadaran diri dari
datanya. Artinya, periset tidak boleh membuat batasan konsep maupun alat ukur data
sekehendak jantung itu sendiri. Semuanya harus tujuan dengan diuji terlebih dahulu apakah
batasan konsep dan alat ukurnya sudah memenuhi prinsip reliabilitas dan validitas. Dengan
kata lain, periset berusaha membatasi konsep atau variabel yang diteliti dengan cara
mengarahkan penelitian dalam setting yang ter-kontrol, lebih sistematis dan terstruktur dalam
sebuah desain penelitian. Desain penelitian ini sudah harus ditentukan sebelum
penelitian dimulai. Karena periset harus menjaga sifat objektif maka dalam analisis datanya
pun, periset tidak boleh mengikutsertakan analisis dan inter- pretasi yang bersifat subjektif.
Karena itu, digunakan uji statistic untuk menganalisis data.
Secara umum riset kuantitatif mempunyai ciri-ciri:
1. Hubungan riset dengan subjek: Jauh. Periset menganggap bahwa realitas terpisah dan
ada di luar dirinya, karena itu harus ada. jarak supaya objektif. Alat ukurnya harus
dijaga keobjektifannya.
2. Riset bertujuan untuk menguji teori atau hipotesis, mendukung atau menolak teori. Data
hanya sebagai sarana konfirmasi teori atau teori dibuktikan dengan data. Bila dalam
analisis ditemukan penolakan terhadap hipotesis atau teori, biasanya periset tidak
langsung menolak hipotesis dan teori tersebut melainkan meneliti dulu apakah ada
kesalahan dalam teknik samplingnya atau definisi konsepnya kurang operasional,
sehingga menghasilkan instrumen (kuesoiner) yang kurang valid.
3. Riset harus dapat digeneralisasikan, karena itu menuntut sampel yang representatif dari
seluruh populasi, operasionalisasi konsep serta alat ukur yang valid dan reliabel.
4. Prosedur riset rasional-empiris, artinya penelitian berangkat dari konsep-konsep atau
teori-teori yang melandasinya. Konsep atau teori inilah yang akan dibuktikan dengan
data yang dikum- pulkan di lapangan.
a. Metode Survei
Survei adalah metode riset dengan menggunakan kuesioner se- bagai instrumen
pengumpulan datanya. Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang sejumlah
responden yang dianggap mewakili populasi tertentu. Dalam survei proses
pengumpulan dan analisis data sosial bersifat sangat terstruktur dan mendetail
melalui kuesioner sebagai instrumen utama untuk mendapatkan informasi dari
sejumlah responden yang diasumsikan mewakili populasi secara spesifik. Karena
itu penggunaan teknik sampling yang benar sangat menentu- kan kualitas riset.
Contoh: riset tentang preferensi mahasiswa terhadap acara televisi, dari populasi
mahasiswa diambil beberapa mahasiswa yang terpilih sebagai responden, kemudian
mereka diberikan kuesio- ner tentang acara apa saja yang mereka pilih.
Secara umum metode survei terdiri dari dua jenis, yaitu deskriptif dan
eksplanatif (analitik). Pembagian ini berdasarkan pada tataran atau cara periset
menganalisis data yang telah dikumpulkan dan jumlah variabel yang diteliti. Dalam
perkembangannya, metode survei memungkinkan menggunakan wawancara
sebagai instrumen riset di samping kuesioner. Tujuannya adalah untuk
memperdalam analisis dan interpretasi data. Namun wawancara ini bukan
wawancara mendalam yang biasa dijumpai pada riset kualitatif. Wawancara pada
survei digunakan sebatas untuk mengembangkan kuesioner yang diisi responden.
Mulyana (2001: 180) menyebutnya sebagai wawancara terstruktur, di mana yang
susunan pertanyaannya sudah disiapkan dan pilihan-pilihan jawaban yang juga
sudah disediakan.
1. Survei Deskriptif
Jenis survei ini digunakan untuk menggambarkan (mendeskripsi- kan)
populasi yang sedang diteliti. Fokus riset ini adalah perilaku yang sedang
terjadi (what exist at the moment) dan terdiri dari satu variabel. Misalnya,
menggambarkan variabel sosiodemografis responden dalam riset
"bagaimana karakteristik sosiodemografis pembaca Kompas?", maka
periset akan menggambarkan tingkat pendidikan responden, tingkat
penghasilan, agama, jenis kelamin, tempat tinggalnya, usia, status
perkawinan, dan lainnya. Untuk analisis data dapat menggunakan uji
statistik deskriptif.
2. Survei Eksplanatif (Analitik)
Jenis survei ini digunakan bila periset ingin mengetahui mengapa situasi
atau kondisi tertentu terjadi atau apa yang memengaruhi ter- jadinya sesuatu.
Periset tidak sekadar menggambarkan terjadinya fenomena tapi telah
mencoba menjelaskan mengapa fenomena itu terjadi dan apa pengaruhnya.
Dengan kata lain, periset ingin menjelas- kan hubungan antara dua atau
lebih variabel. Periset dituntut mem- buat hipotesis sebagai asumsi awal
untuk menjelaskan hubungan antarvariabel yang diteliti. Analisis data
menggunakan uji statistik inferensial. Contoh: seorang praktisi periklanan
mensurvei apakah frekuensi terpaan iklan memengaruhi keinginan untuk
membeli produk yang diiklankan.
- Komparatif
Survei eksplanatif dapat dibagi dua sifat: komparatif dan asosiatif.
Persyaratan Layanan Bermaksud untuk membuat komparasi
(membandingkan) antara variabel yang satu dengan variabel lainnya
yang sejenis. Misal- nya: "Apakah ada perbedaan antara tingkat
kepuasan pembaca Kompas dan Jawa Pos?"
- Asosiatif
Bermaksud untuk menjelaskan hubungan (korelasi) antarvariabel.
Misalnya, "Apakah ada hubungan antara pilihan media dengan
tingkat partisipasi dalam pemilu?"
c. Metode Eksperimen
Metode riset yang digunakan untuk meneliti hubungan atau pengaruh sebab
akibat dengan memanipulasi satu atau lebih variabel pada satu (lebih) kelompok
eksperimental, dan membandingkan hasil- nya dengan kelompok kontrol yang tidak
mengalami manipulasi. Periset harus membagi responden dalam dua kelompok.
Kelompok satu dimanipulasi dengan pesan-pesan tertentu, kelompok dua tidak.
Kemudian periset melihat efek manipulasi tersebut terhadap ke- lompok satu
dengan membandingkan dengan kelompok dua yang tidak dimanipulasi.
Contoh: untuk mengetahui apakah acara krimina- litas di TV memengaruhi
penonton melakukan tindakan kekerasan, periset membuat dua kelompok anak.
Kelompok satu disuruh me- nonton acara kriminalitas di TV. Kelompok dua
disuguhi acara ringan, seperti komedi. Kelompok satu disebut kelompok
eksperimental, yang kedua disebut kelompok kontrol. Jika kekerasan diukur dengan
peri- laku memukul, menendang, mencubit dan lainnya, bila penonton yang setelah
menonton acara kriminalitas di TV ketika diamati banyak yang memukul,
menendang, mencubit, berarti terbukti bahwa acara kriminalitas memengaruhi
perilaku kekerasan penonton.