Anda di halaman 1dari 12

A.

LATAR BELAKANG

Klien bernama Abel berusia 27 tahun merupakan seorang perempuan yang bekerja

sebagai pekerja honorer di sebuah instansi pemerintahan. Klien belum menikah tetapi

pernah mempunyai tunangan , hubungan pertunangan abel kandas lantaran abel

memiliki lelaki idaman lain di kantor tempat abel bekerja. Sayangnya lelaki tersebut

sudah memiliki istri dan anak selain lelaki itu ada lelaki lain yang suka dengan abel.

Untuk lebih mudah tunangan abel akan saya ganti mebjadi “A”, lelaki beristri akan saya

ubah menjadi “B” dan lelaki yg juga suka kepada abel dan tau tentang hubungan abel

dengan “A” dan “B” akan saya ganti menjadi “C”.

Sebelum abel putus dengan tunangannya abel menjalin hubungan dengan 3 lelaki

sekaligus dalam 1 waktu, tetapi jalannya abel tidak selalu mulus abel kepergok jalan

bareng dengan “B” yang sontak membuat “A” memutuskan hubungan pertunangannya

dengan Abel. Setelah putus dengan ”A” abel semakin intens berhubungan dengan”B”,

jalan-jalan keluar kota bareng, di antar pulang tak jarang sabtu dan minggu mereka jalan

bersama.

Abel merasa “A” adalah sosok yang sempurna untuknya, walau pernah kepergok

oleh istri “A” abel tidak merasa jera akan hal itu, abel merasakan kenyamanan yg dia

dapat dari “A” tidak pernah dia dapat dari lelaki lain yang dekat dengan Abel. Abel tau

dan sadar dengan apa yg di lakukannya adalah sebuah kesalahan. Tetapi abel tidak

pernah merasa bersalah dengan apa yg telah iya lakukan dia hanya perduli dengan

kesenangan yang iya dapat sekarang tanpa memikirkan perasaan orang lain.
B. Variabel Masalah

Variabel masalah yang di dapat

 EGOIS

 TIDAK MERASA BERSALAH

 SENANG MENJADI PUSAT PERHATIAN

 TIDAK PERCAYA DIRI

 PERGAULAN

 KOGNITIF (SALAH POLA BERFIKIR)

 HAUS KASIH SAYANG

 KONSEP DIRI

C. ANALISIS KEBUTUHAN KLIEN

1. Mengalami Emosi Negatif

2. Pemahaman tentang makna dari sebuah perkawinan yang kurang

3. Senang menjadi pusat perhatian yang berlebihan

4. Pemahaman tentang makna dari kesetiaan dalam menjalin hubungan yang

kurang.

5. Penguatan diri agar berani mengungkapkan permasalahan ini kepada keluarga,

klien dihantui rasa bersalah

6. Ketakutan klien apa yang klien lakukan menjadi karna untuknya di masa

mendatang sehingga takut untuk menjalin hubungan serius

7. Pemulihan konsep diri

8. Penguatan diri agar lebih menghargai diri sendiri dan keluarga yang kurang

9. Klien kurang mendekatkan diri dan mendalami ajaran agama yang di anutnya

10. Klien butuh lingkungan yang tidak mendukung kesalahan yang dia lakukan.
D. Teori Masalah

Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme,

yaitu egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori

yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan

berkutat diri. Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri

sendiri. Yang membedakan tindakan berkutat diri (egoisme psikologis) dengan

tindakan untuk kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya terhadap orang

lain. Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan

kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri tidak selalu

merugikan kepentingan orang lain.

Menurut Sigmund Freud (Semiun, 2006: 67) perasaan bersalah terjadi apabila ego

bertindak –atau bahkan bermaksud– untuk bertindak bertentangan bertentangan

dengan norma-norma moral superego.

Banmen mengemukakan juga bahwa dalam tradisi Yahudi-Kristen rasa bersalah

didefinisikan sebagai hasil dari perbuatan dosa atau pelanggaran hukum Tuhan yang

berfokus pada tindakan spesifik pelanggaran dalam hubungan antara manusia dan

Tuhan (John Banmen, 1988: 79-91).

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, perhatian merupakan konsentrasi

atau aktivitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian dengan mengesampingkan

yang lain.2Menurut Dimyati Mahmud sebagaimana dikutip oleh Romlah, perhatian

yaitu pemusatan tenaga psikis terhadap sesuatu objek atau banyak sedikitnya kesadaran

yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin


Menurut Clara R Pudjijogyanti (1995: 2) berpendapat bahwa konsep diri

merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah seseorang akan berperilaku

negatif atau tidak, sebab perilaku negatif merupakan perwujudan adanya gangguan

dalam usaha pencapaian harga diri.

Menurut Rini (2004:1) konsep diri merupakan suatu keyakinan, pandangan atau suatu

penilaian seseorang terhadap dirinya.

E. Data Pribadi

Nama : Abel

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Data penunjang

Alamat : jl. H. Baping, RT: 06 RW: 02 No. 11

Suku : Sunda

Kewarganegaraan : Indonesia

No telfon : 085864106077

Golongan darah : AB

G. Diagnosis

1. Tidak meghargai perkawinan

2. Tidak menghargai dirinya sebagai wanita


3. Senang melakukan perselingkuhan

4. Salah dalam mencari sumber perhatian

5. Salah memilih lingkungan pergaulan

6. Kekurang terbukaan klien kepada keluarga tentang masalah yang di alaminya

7. Kurang mengamalkan ajaran agama yang di anutnya

8. Klien tidak tahu konsep diri

9. Takut akan karma dimasa yang akan datang

H. Prognosis

Kemungkinan yang akan timbul

 Sekarang : Membuat klien susah menjalin hubungan serius dengan

lelaki lain yang ingin serius kepada klien.

 Yang akan datang : mendapatkan masalah dari keluarga laki-laki, tuntutan

hokum, depresi, sress, krisis kepercayaan dari keluarga klien.

I. Treatment

 Layanan yang di gunakan dalam konseling :

Layanan Konseling Individual

Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus

secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang

konseli/klien. Konseli/klien mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat

dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas

yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan ketrampilan

psikologi. Konseling ditujukan pada individu yang normal, yang menghadapi

kesukaran dalam mengalami masalah pendidikan, pekerjaan dan sosial dimana


ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Dapat disimpulkan bahwa

konseling hanya ditujukan pada individu-individu yang sudah menyadari

kehidupan pribadinya.

Layanan informasi

Layanan informasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien

menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan

sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan

klien.

Layanan penguasaan konten

Layanan penguasaan konten yakni layanan konseling yang

memungkinkan klien mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan

kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan

dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar

lainnya.

 Pendekatan-pendekatan yang di lakukan

PENDEKATAN BEHAVIORAL

Pendekatan behavioral atau perilaku adalah penerapan aneka ragam teknik dan

prosedur yang berakar pada berbagai teori belajar. Konseling model ini

menyertakan penerapan yang sistematis prinsip – prinsip belajar pada

pengubahan perilaku kearah cita – cita yang adaptif. Pendekatan behavioral

tidak menguraikan asumsi – asumsi filosofis tertentu tentang manusia secara

langsung. Setiap orang dipandang memiliki kecenderungan – kecenderungan


positif dan negative yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan

oleh lingkungan sosial budayanya.

Dalam kegiatan konseling behavioral tidak ada suatu teknik konseling pun yang

selalau harus digunakan, akan tetapi teknik yang dirasa kurang baik dieliminasi

dan diganti dengan teknik yang baru.

Berikut ini adalah beberapa teknik konseling behavioral :

 Desensitisasi sistematik (systematic desensitization ).

Teknik desensitisasi sistematik bermaksud mengajar klien untuk

memberikan respon yang tidak knsisten dengan kecemasan yang dialami

klien. Teknik ini tak dapat berjalan tanpa teknik relaksasi.

Di dalam konseling itu klien diajar untuk santai dan menghubungkan

keadaan santai itu dengan membayangkan pengalaman – pengalaman

yang mencemaskan, menggusarkan atau mengecewakan.

Situasi yang diberikan disusun secara sistematik dari yang kurang

mencemaskan hingga yang paling mencemaskan

 Assertive Training

Dalam assertive training konselor berusaha meberikan keberanian

kepada klien dalam mengatasi kesulitan tehadap orang lain. Pelaksanaan

teknik ini adalah ialah dengan role playing.

 Aversion therapy

Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku yang negative dan

memperkuat perilaku psitif.

 Home Work

Yaitu suatu latihan rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan

diri terhadap situasi tertentu.


PENDEKATAN CLIENT – CENTERED

Terapi model ini dikembangkan pertama kali oleh Carel Rogers dengan sebutan

Client Centered Therapy (Meador dan Rogers, 1973 ) yaitu suatu metode

perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara dengan konseli

agar tercapai gambaran yang serasi antara ideal self ( diri konseli yang ideal )

dengan actual self ( diri konseli sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

Pendekatan client centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan

klien untuk menemukan cara – cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh.

Klien , sebagai orang yang paling mengetahui dirinya adalah orang yang harus

menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya.

Konselor yang memilih terapi model ini memang menggunakan teknik – teknik,

tetapi menitikberatkan pada sikap – sikap konselor. Teknik – teknik dasar

mencakup mendengarkan aktif, merefleksikan perasaan – perasaan;

menjelaskan, dan “hadir” bagi konseli. Dukungan dan pemberian keyakinan

bisa digunakan jika layak. Pendekatan ini tidak memasukan pengetesan

diagnostic, penafsiran, kasus sejarah, dan bertanya.

Implementasi teknik konseling tersebut didasari atas paham filsafat serta sikap

konselor yang melatarbelakangi penggunaan model terapi ini. Karena itu

penggunaan teknik seperti petranyaan, dorongan, interpretasi, dan sugesti

dipakai dalam frekuensi yang rendah.

Adapun beberapa tahap dalam konseling terapi client centered antara lain :

 Klien dating kepada konselor atas kemauan sendiri. Apabila klien dating

atas suruhan orang lain , maka konselor harus mampu menciptakan


situasi yang sangat bebas dan permisif dengan tujuan agar klien memilih

apakah ia akan terus meminta bantuan atau akan membatalkannya.

 Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab klien, unuk

itu konselor menyadarkan klien

 Konselor memberanikan klien agar ia mampu mengemukakan

perasaannya. Konselor harus bersikap ramah, bersahabat, dan menerima

klien sebagaimana adanya

 Konselor menerima perasaan klien serta memahaminya

 Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan

dirinya

 Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil

 Klien merealisasikan pilihannya itu.

PENDEKATAN REALITAS

Terapi Realitas adalah bentuk pengubahan perilaku karena dalam penerapan

institusionalnya, merupakan tipe pengondisisan operan yang tidak ketat.

Menurut terapi ini, akan sangat berguna bila menganggap identitas dalam pengertian

“identitas keberhasilan” lawan “identitas kegagalan”. Dengan kata lain orang

membutuhkan identitas dan mampu mengembangkan “identitas keberhasilan” maupun

“identitas kegagalan”. Terapi realitas berlandaskan motivasi pertumbuhan dan

antideterministik.Dalam membantu klien untuk menciptakan identitas keberhasilan,

terapis bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :

 Terlibat dalam permainan peran dengan klien

 Menggunakan humor
 Mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun

 Membantu klien dalam merumuskan rencana – rencana yang spesifik bagi

tindakan

 Bertindak sebagai model dan guru

 Memasang batas – batas dan menyusun situasi terapi

 Melibatkan diri dengan klien dalam upaya mencari kehidupan yang lebih efektif.

J. Rancangan Konseling

no Pertemuan & Pendekatan dan Kegiatan dan cara

waktu layanan

1 Sesi 1 , 60 menit Pendekatan Diberikan tontonan drama

behavioral, informasi mengenai akibat dari

perselingkuahan

2 Sesi 2, 45 menit Pendekatan Client Mendengarkan review klien

Centered Therapy, tentang video yg ditontonnya

penguasaan konten dan tanggapan tentang video

tersebut

3 Sesi 3, 30 menit Pendekatan gestalt, Ceramah rohani

informasi

4 Sesi 4, 30 menit Pendekatan Realitas, Membantu klien

individu mengeksplorasi

dirinya
5 Sesi 5

K. Pelaksanaan Konseling

no Pertemuan Pendekat Kegiatan dan cara respon keterangan

& waktu an dan

layanan

1 Sesi 1 , 60 Pendekat Diberikan tontonan Klien tidak fokus Klien

menit an drama mengenai dan sesekali sedikit

realitas, hakikat seorang istri menunduk menyadari

informasi kebawah perilakunya

2 Sesi 2, 30 Pendekat Ceramah rohani Klien Pendekatan

menit an mengeluarkan air ini klien

gestalt, mata hanya baru

tanggung menyadari

jawab dia jauh dari

klien tuhan

(informas

i)

3 Sesi 3, Pendekat Permainan dialog, Tidak ada emosi Pendekatan

30menit an gestalt konfrotasi mengenai yang menggebu, ini klien

mengapa? klien banyak sudah

terdiam sedikit

berpikir
rasional

4 Sesi 4, 30 Pendekat Bermain peran Klien tidak mau Pendekatan

menit an rasional terbalik melanjutkan sesi ini berhasil

REBT, (untuk membiasakan ini karena tidak karena klien

assertive klien mengurangi sanggup jika hal menyadari

adaptive intensitas ini terjadi pada tidak ada

komunikasi.) dirinya yang ingin

dilakukan

seperti itu

--- Sesi 5 REBT,H Pembuatan jadwal Klien membuat

--- ome agenda waktu agenda dengan

--- work komunikasi dengan rapih dan

--- assigmen suami dan kegiatan menambahkan

--- t positifnya. rencana kegiatan

= bersama

Anda mungkin juga menyukai