Anda di halaman 1dari 10

Nama : Diky Al Khalidy

NIM : 190721637618

Mata Kuliah : Belajar dan Pembelajaran

Tugas Pertemuan 7

Pertanyaan

1. Bandingkan teori belajar humanistik ini dengan pendidikan karakter!


2. Saat ini pendidikan sekolah diarahkan pada aspek 6C. Apakah itu? carilah dari
berbagai sumber rujukan!
3. Pada 6C terdapat unsur Compassion. Apa yang dimaksud dengan Compassion?
dan bagaimana kaitannya dengan teori belajar humanistik dan pendidikan
karakter?

Jawaban

1. Teori Belajar Humanistik


Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang memandang manusia sebagai
manusia, artinya manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan dengan fitrah-fitrah
tertentu. Teori Humanistik adalah teori belajar yang mengutamakan pada proses
belajar bukan pada hasil belajar dengan konsep yaitu proses memanusiakan
manusia, dimana seorang individu diharapkan dapat mengaktualisasikan diri
artinya manusia dapat menggali kemampuannya sendiri untuk diterapkan dalam
lingkungan.
Ciri khas dari teori humanistik adalah mengamati perilaku seseorang dari
sudut pelaku dan bukan pengamat dengan tujuan dasar pendidikan adalah
mendorong siswa untuk mandiri, bertanggung jawab, kreatif serta memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi. Prinsip teori humanistik yaitu:
a. Siswa harus memilih apa yang ingin dipelajari,
b. Tujuan pendidikan harus mendorong keinginan siswa untuk belajar dan
mengajar,
c. Pendidik humanistik percaya bahwa nilai tidak relevan dan hanya evaluasi
diri yang bermakna,
d. Pendidik humanistik percaya bahwa perasaan dan pengetahuan penting
dalam proses belajar, dan
e. Pendidik humanistik menekankan siswa untuk menghindari tekanan
lingkungan, sehingga proses belajar akan lebih aman dan bermakna.
Tokoh dalam teori humanistik yaitu Arthur Combs, Carl Ransom Rogers,
dan Abraham Maslow. Comb berpendapat bahwa suatu hal yang sangat penting
bagi seorang guru yaitu bagaimana caranya agar siswa memperoleh arti dari apa
yang ia pelajari bagi dirinya, serta bagaimana menerapkan pada kehidupannya.
Tujuan pendidikan menurut Coms yaitu:
a. Menerima kebutuhan dan tujuan siswa serta menciptakan pengalaman dan
program untuk perkembangan keunikan potensi siswa,
b. Memudahkan aktualisasi diri dan perasaan mampu bagi siswa,
c. Memperkuat perolehan keterampilan dasar (akademik, pribadi, antar pribadi
komunikasi, dan ekonomi),
d. Memutuskan pembelajaran secara pribadi dan penerapannya,
e. Mengenal pentingnya perasaan manusia, nilai, dan persepsi dalam proses
pendidikan,
f. Mengembangkan suasana belajar yang menyenangkan, mendukung, dan
dapat dimengerti, serta bebas dari ancaman dan tekanan, dan
g. Mengenalkan siswa pada ketulusan, menghargai orang lain, dan terampil
dalam menyelesaikan konflik.
Menurut Rogers, individu mempelajari sebuah objek eksternal dan
pengalaman-pengalaman yang ia rasakan, dan kemudian memebrikan makna
terhadap objek tersebut. Ciri belajar humanistik menurut Rogers yaitu:
a. Adanya keinginan untuk belajar,
b. Belajar tanpa ancaman, dan
c. Belajar atas inisiatif sendiri.
5 (lima) tingkatan kunci kebutuhan pokok manusia menurut Abraham
Maslow yaitu:
a. Aktualisasi diri,
b. Kebutuhan penghargaan,
c. Kebutuhan sosial,
d. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, dan
e. Serta kebutuhan fisiologis.
Kelebihan teori humanistik yaitu:
a. Membentuk kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap
fenomena sosial,
b. Peserta didik senang dan berinisiatif dalam belajar,
c. Peserta didik mempunyai banyak pengalaman,
d. Menjadikan peserta didik lebih kreatif dan mandiri, dan
e. Peserta didik menjadi individu yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab
tanpa mengurangi hak-hak orang-orang lain atau melanggar aturan, norma,
disiplin, atau etika yang berlaku.
Sedangkan kekurangan dari teori humanistik yaitu:
a. Kesulitan mengenal diri. Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada
motivasi dan lingkungan yang mendukung,
b. Individual,
c. Tidak aktif. Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi
yang ada pada diri mereka, dan
d. Malas belajar. Keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh
siswa itu sendiri.
Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah segala upaya untuk mengarahkan, melatih,
memupuk nilai-nilai baik agar menumbuhkan kepribadian yang baik, bijak,
sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungan dan
masyarakat luas. Karakter setidaknya terdiri dari tiga ranah yang saling
berhubungan, yakni: pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral
yang disebut dengan sistem karakter.
a. Pengetahuan Moral (Moral Knowledge)
Pengetahuan moral adalah kemampuan individu untuk mengetahui,
memahami, mempertimbangkan, membedakan, menginterpretasikan macam-
macam moral yang harus diterapkan dan yang harus ditanggalkan.
Pengetahuan moral terdiri dari enam komponen yang meliputi:
1) Kesadaran moral, merupakan kesadaran untuk memperhatikan dan
melaksanakan moral yang ada di sekitarnya,
2) Pengetahuan nilai moral, kemampuan untuk memahami nilai moral dalam
berbagai situasi,
3) Memahami sudut pandang lain, adalah kemampuan untuk menghargai
dan merasakan pendapat orang lain,
4) Penalaran moral, kemampuan untuk memahami, mempertimbangkan dan
membedakan makna bermoral,
5) Keberanian mengambil keputusan, yaitu kemampuan untuk tidak ragu
menentukan pilihan yang tepat saat mengalami dilema moral, dan
6) Pengenalan Diri (Self Knowledge), mampu mengetahui dan memahami
perilaku sendiri serta dapat mengevaluasinya dengan jujur.
b. Perasaan Moral (Moral Feeling)
Perasaan moral adalah kemampuan untuk merasa harus selalu melakukan
tindakan moral yang sesuai dengan norma dan merasa bersalah jika
melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan norma (berbuat jahat).
Perasaan ini juga terdiri dari enam komponen, yaitu:
1) Mendengarkan hati nurani, yaitu perasaan moral naf mendorong
seseorang untuk melakukan tindakan sesuai dengan hati nurani dalam sisi
kognitif dan sisi emosional.
2) Harga Diri (self-esteem), yakni memiliki kesadaran untuk menjaga harkat
dan martabat berdasarkan nilai yang luhur.
3) Empati, memiliki kepekaan (mampu turut merasakan) penderitaan orang
lain.
4) Cinta Kebaikan, kemampuan untuk merasa suka dan senang ketika
melakukan kebaikan.
5) Kontrol Diri, kemampuan untuk mengendalikan emosi berlebih, baik saat
marah ataupun terlalu senang (euforia).
6) Rendah Hati (humility), berarti tidak merasakan rasa keunggulan yang
berlebih, dapat tetap terbuka terhadap perbaikan kesalahan dan mengatasi
rasa sombong namun tetap percaya diri.
c. Tindakan Moral
Mampu bergerak dan melakukan tindakan nyata moral yang sesuai
dengan norma, hingga mencegah perbuatan yang tidak sesuai dengan norma
kebaikan lingkungan. Tindakan moral terdiri menjadi tiga komponen utama,
yakni:
1) Kompetensi (competence), merupakan kemampuan untuk mengubah
perasaan moral menjadi tindakan moral yang efektif.
2) Keinginan (will), kemampuan untuk kuat dan bertahan melakukan apa
yang seharusnya dilakukan berdasarkan pengetahuan dan perasaan moral.
3) Kebiasaan, adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu secara konsisten
dan berulang-ulang hingga telah terbiasa dan terasa lebih ringan untuk
dilakukan secara terus-menerus.
Nilai pendidikan karakter dapat dilihat dalam tabel di bawah ini

Nilai Deskripsi
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
Religius
dianut, toleran dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Perilaku yang selalu berupaya untuk menjadi orang yang sesuai dan
Jujur menetapi apa yang dilakukan baik dalam perkataan, tindakan, maupun
pekerjaan.
Sikap dan perilaku yang menghargai perbedaan ras, agama, etnis, pendapat,
Toleransi
tindakan yang berbeda.
Disiplin Tindakan yang berperilaku tertib dan patuh pada ketentuan dan peraturan
yang berlaku.
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
Kerja Keras
hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya.
Berpikir dan bekerja dengan menghasilkan cara baru atau unik dari yang
Kreatif
telah ada/dimiliki.
Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada orang Iain saja.
Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang mempertimbangkan hak dan
Demokrasi
kewajiban dirinya dan orang banyak.
Selalu berupaya untuk mengetahui lebih dalam dan meluas dari sesuatu yang
Rasa Ingin Tahu
dilihat, didengar dan dipelajari secara umum.
Semangat Berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa
Kebangsaan dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Berpikir, bersikap dan bertindak yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,
Cinta Tanah Air
dan penghargaan terhadap segala aspek bangsa dan negara.
Menghargai Mampu mendorong diri untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
Prestasi masyarakat dan mengakui, serta menghargai keberhasilan orang lain.
Bersahabat atau Tindakan yang memperlihatkan rasa senang untuk bergaul, berbicara, dan
Komunikatif bekerja sama dengan orang lain.
Perilaku, sikap, perkataan, dan tindakan yang membuat orang lain merasa
Cinta Damai
senang dan damai atas kehadiran individu tersebut.
Gemar Kebiasaan yang selalu memberikan waktu untuk membaca dan berbagi
Membaca bacaan yang bermanfaat dan memberikan kebajikan bagi dirinya.
Peduli Selalu berupaya untuk menjaga dan melestarikan lingkungan di sekitarnya,
Lingkungan termasuk menjaga, mencegah dan memperbaiki tatanan alam di sekitar.
Sikap dan tindakan yang selalu ingin menolong dan membantu orang Iain
Peduli Sosial
dan masyarakat umum yang membutuhkan.
Tanggung Selalu melaksanakan dan menyelesaikan tugas dan kewajiban diri,
Jawab masyarakat, lingkungan, negara, dan Tuhan YME.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pendidikan
karakter, yakni:
a. Faktor Insting (Naluri). Sikap dan tabiat yang telah terbentuk sejak
dilahirkan.
b. Adat (Kebiasaan). Suatu perilaku yang sama dan diulang secara terus-
menerus hingga menjadi terbiasa.
c. Keturunan (heredity). Sifat-sifat anak sebagian merupakan cerminan dari
sikap dan sifat orangtuanya, baik secara rohani, maupun jasmani.
d. Lingkungan (milieu). Segala hal yang mengelilinginya mulai dari adat
istiadat, pergaulan, keadaan sekolah, desa, kota, dan sebagainya akan
memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung pada karakter
seseorang.
Fungsi pendidikan karakter menurut Zubaedi dapat dibagi menjadi tiga
fungsi utama, yaitu
a. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi. Agar perserta didik
mampu mengembangkan potensi dalam dirinya untuk berpikir baik, berhati
nurani baik, dan berperilaku baik dan berbudi luhur.
b. Fungsi untuk penguatan dan perbaikan. Memperbaiki dan menguatkan peran
individu, keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk
melaksanakan tanggung jawabnya dan berpartisipasi dalam mengembangkan
potensi kelompok, instansi, atau masyarakat secara umum.
c. Fungsi penyaring. Pendidikan karakter dapat digunakan agar masyarakat
dapat memilih dan memilah budaya bangsa sendiri dan dapat menyaring
budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter dan budaya
bangsa sendiri yang berbudi luhur.
Tujuan pendidikan karakter antara lain:
a. Mengembangkan potensi nurani/kalbu/afektif peserta didik sebagai warga
negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
b. Mengembangkan kebiasaan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
denan nilai universal dan tradisi bangsa yang religius.
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai
penerus bangsa.
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia mandiri,
kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan aman,
jujur, kreatif dan bersahabat.
2. Kompetisi 6C merujuk kepada enam kemahiran yang perlu di terapkan dalam
diri murid oleh guru-guru melalui proses pembelajaran. Kompetensi erat
kaitannya dengan sebuah profesi keguruan, yang mana kompetensi profesional
seorang guru dapat menjalankan tugas serta tanggung jawab yang diembannya
dengan baik. Setiap pendidik ataupun calon pendidik harus menguasai
kompetensi 6C. Karena dalam UU Republik Indonesia No. 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen menyatakan bahwa kompetensi merupakan seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Jadi
untuk mengembangkan keprofesionalan pendidik harus berusaha mencapai
kompetensi 6C, agar menjadi guru yang berkompeten. Kompetisi 6C yang
dimaksud yaitu:
a. Communication (Komunikasi). Merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
pendidik untuk mentransfer ilmu, pengetahuan serta pengalamannya kepada
peserta didik baik dilakukan secara secara lisan maupun tulisan karena pada
hakikatnya manusia ialah makhluk sosial, oleh karena itu kemampuan dalam
berkomunikasi sangat diperlukan.
b. Collaboration (Kolaborasi). Dalam pelaksanaan proses pendidikan tentu
dibutuhkan Kerjasama yang baik antara pendidik dan peserta didik guna
untuk tercapainya tujuan pendidikan. Selain itu, collaboration juga dapat
bermakna tanggungjawab dan fleksibel artinya mampu menempatkan diri
serta tidak mencampuradukkan antara masalah pribadi dan sekolah.
c. Critical Thinking and Problem Solving (Berfikir kritis dan mampu
memecahkan masalah). Ketrampilan berfikir kritis berarti ia mampu
menelaah dari analisis, melakukan evaluasi, serta mampu mengambil
keputusan. Keterampilan berpikir kritis yaitu keterampilan dalam melakukan
berbagai penilaian, analisis, evaluasi, rekonstruksi, serta pengambilan
keputusan yang mengarah pada tindakan yang bersifat rasional dan logis
d. Creativity and Innovation (Kreativitas dan Inovasi). Dalam proses
pembelajaran, seorang pendidik harus kreatif dan inovatif dalam
menjalankan KBM atau kegiatan belajar mengajar. Pendidik yang kreatif
dan inovatif tentu akan disenangi oleh peserta didik karena dalam
pembelajaran disampaikan dengan berbagai cara dan selalu ada saja hal-hal
yang baru sehingga membuat peserta didik tidak bosan serta memotivasi
siswa untuk selalu belajar. Sehingga dengan adanya kompetensi kreatif,
maka pembelajaran tidak akan jenuh, jika diterapkan akan mearik perhatian
siswa agar selalu mengikuti pembelajaran dengan baik.
e. Computational logic. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan serta
strategi dalam memecahkan masalah. Kemampuan tersebut dapat
diimplementasikan pada saat proses belajar mengajar, misalnya ketika ada
peserta didik yang hiperaktif saat pembelajaran berlangsung maka guru
harus mempunyai strategi bagaimana caranya agar anak tersebut mau untuk
mendengarkan pelajaran.
f. Compassion. Mencintai dan menjalankan profesinya dengan senang hati.
Apabila sebuah pekerjaan dijalankan dengan senang hati maka akan
memberikan dampak positif kepada orang lain, misalnya bertanggungjawab,
memberikan teladan yang baik kepada peserta didik, memberikan motivasi
untuk selalu belajar dan karena hal tersebut dapat memberikan dorongan
semangat dalam belajar. Serta jika mengajar dengan rasa senang hati maka
akan timbul rasa ikhlas. Sehingga jika pendidik mencintai profesinya, maka
ia akan merasa tidak terbebani dengan kesulitan-kesulitan dalam mengajar
3. Menurut KBBI, Compassion artinya keharuan, perasaan kasihan/terharu,
membangkitkan rasa kasihan. Dalam makna yang termasuk dalam istilah
compassion adalah welas asih, empati, kasih sayang, dan lain-lain. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya juga Compassion berarti mencintai dan
menjalankan profesinya dengan senang hati. Apabila sebuah pekerjaan
dijalankan dengan senang hati maka akan memberikan dampak positif kepada
orang lain. Kaitannya dengan teori belajar humanistik yaitu perasaan kasih
sayang harus ditunjukkan oleh seorang guru, karena konsep dari teori
humanistik yaitu memanusiakan manusia. Perasaan kasih sayang juga
diperlukan dalam mendukung proses belajar dan pembelajaran antara pendidik
dengan peserta didik. Guru tidak hanya dapat menyampaikan materi kepada
peserta didik, namun juga memberikan nilai lebih seperti mencintai peserta
didik, senang hati dengan profesinya sebagai pendidik dan rasa kasih sayang
terhadap peserta didik sehingga menimbulkan dorongan atau semangat dalam
membimbing peserta didik. Compassion dibutuhkan untuk mencapai kelebihan
teori humanistik dan memperkecil kekurangan teori tersebut. Begitu pula
dengan pendidikan karakter yang memiliki tiga sistem, yaitu pengetahuan
moral, perasaan moral, dan tindakan moral yang tidak dapat dipisahkan. Selain
itu, terdapat dimensi pendidikan karakter, yaitu olah hati, olah pikir, olah rasa,
dan olahraga. Keseluruhan sistem pendidikan karakter tersebut membutuhkan
compassion dari seorang guru agar sistem tersebut dapat bekerja dengan baik
dan pendidikan karakter dapat tercapai sesuai tujuan yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai