Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN RESUME BUKU

MEMBANGUN PERADABAN
MELALUI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu

Prof.Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd

Disusun Oleh:

YUSNANI TANJUNG
NPM : 131020210060

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
PADJADJARAN BANDUNG
2021
PENDAHULUAN
Kemajuan sebuah bangsa ditentukan oleh keunggulan peradabannya.
Membangun peradaban tentu tidak bisa dilepaskan dari manusia sebagai subjek
individu pembentuk budaya luhur dari suatu kelompok masyarakat yang tercermin
dari kualitas kehidupan manusia dalam masyarakat tersebut. Kualitas hidup dapat
diukur dari tingkat kesejahteraan, ketenteraman, kedamaian dan keadilan.
Dalam membangun peradaban, bangsa Indonesia harus mampu mewujudkan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan membangun
sumber daya manusia yang terampil dalam memanfaatkan lptek, berbudaya dan
bermoral yang berakar dari nilai-mlai agama. Hal ini sebagaimana cendekiawan
Bernard Lewis merumuskan bahwa unsur pokok suatu peradaban adalah agama.
Sementara Huntington juga menulis bahwa agama merupakan karakteristik sentral
yang menentukan peradaban.
Al-Qur'an dan hadis memandang manusia secara lengkap dan utuh. Al-Qur'an
dan hadis menjelaskan tentang asal kejadian manusia, keadaan dan sifat manusia,
perkembangan manusia, amanah yang ditanggung manusia, isi dada manusia dan
keimanan manusia. Wahai manusia bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam) dan (Allah) menciptakan
pasangannya (Hawa) dari (diri)nya dan dari keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang
dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaa
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu. (Q.S. An-Nisa: 1).
(Allah) berfirman: "Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud
(kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?" (Iblis) menjawab: "Aku lebih baik dari
pada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia engkau ciptakan dari tanah.
(Q.S. AL-A’raf:12).
Capra dalam bukunya titik balik peradaban menjelaskan, teknologi dan
spiritual (religius). Abad ini ditandai dengan adanya keseimbangan, keserasian,
dan keharmonisan antara dunia fisik dan dunia spiritual. Untuk mencapai
keseimbangan, keselarasan, dan keserasian kehidupan fisik dan spiritual
diperlukan upaya pendidikan dengan menanamkan nilai-nilai keimanan dan
idealisme pada diri peserta didik.
Selain agama, faktor terpenting lainnya dalam membangun peradaban bangsa
adalah tradisi keilmuan. Adian Husaini (2005: xxxiii) menjelaskan bahwa politik,
ekonomi, informasi yang berbasiskan keilmuan yang tinggi adalah sektor penting
dalam membangun peradaban bangsa. Kejayaan umat Islam dalam sejarah terletak
pada tingginya peradaban yang diupayakan melalui pengembangan ilmu
pengetahuan yang mengalami puncaknya pada masa Dinasti Abbasiyah (750 M-
1258 M). Sydney Nettleton Fisher (1979) menjelaskan bahwa prestasi umat Islam
dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama bidang Filsafat diawali dengan
munculnya nama Al Kindi, filosof Arab yang lahir di Kuffah sekitar abad 8 M. Ia
adalah seorang teolog sekaligus filosof. Keahliannya juga terkenal dalam bidang
optik, kedokteran, dan musik.
Bangsa yang maju dan modern adalah bangsa yang unggul peradabannya.
Peradaban adalah bentuk budaya paling tinggi dari suatu kelompok masyarakat
yang dibedakan secara nyata dari makhluk lainnya. Peradaban mencerminkan
kualitas kehidupan manusia dalam masyarakat. Kualitas peradaban diukur dari
ketenteraman (human security), kedamaian (peacefull), keadilan (justice), dan
kesejahteraan (welfare) yang merata. Peradaban adalah a way of life that is
advanced enough to include living in cities. Sekaitan dengan peradaban, Maya
History (2009: 1) menjelaskan Civilization is an advanced state of human society,
in which a high level of culture, science, industry, and government has been
reached.
Pendidikan diarahkan agar kehidupan manusia lebih beradab yakni manusia
yang cerdas, sejahtera dan sehat. Pemikiran ini sejalan dengan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
dijelaskan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam membangun peradaban bangsa melalui pendidikan ini, guru memiliki
peran yang sangat sentral. Guru mempunyai peranan yang sangat strategis dalam
membangun peradaban bangsa. Abin Syamsuddin Makmun (2005: 23)
menjelaskan secara luas peran guru dalam membangun peradaban bangsa yakni
sebagai konservator (pemelihara) sistem nilai; sebagai transmiter (penerus) sistem
nilai; sebagai transformator (penerjemah) sistem nilai; dan sebagai organisator
(penyelenggara) terciptanya proses pendidikan dalam membangun peradaban
bangsa.
Membangunan karakter manusia akan membuat bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang besar, maju, jaya dan bermartabat. Namun kenyataannya selama ini
pembangunan di Indonesia lebih mengutamakan pada pembangunan fisik dan
kurang menekankan pada pembangunan karakter bangsanya secara sistematis,
sistemik dan berkesinambungan. Karakter bangsa Indonesia yang hendak
dibangun adalah karakter bangsa Indonesia yang berjiwa Pancasila dengan
ditandai oleh karakteristik berikut ini. (1) Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa. (2) Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. (3)
Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa, (4) Bangsa yang
Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia. (5) Bangsa
yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan. dilakukan oleh bangsa
Indonesia.

PEMBAHASAN

A. Hakikat Pendidikan
Salah satu upaya untuk membangun tradisi keilmuan yang tinggi adalah
melalui pendidikan. Secara ufmum, pendidikan diartikan sebagai upaya
mengembangkan mutu pribadi dan membangun karakter bangsa yang dilandasi
nilai-nilai agama, filsafat, psikologi, sosial budaya, dan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Adapun makna pendidikan menurut UNESCO (1972) adalah:
"Education as organized and sustained communication designed to bring about
learning. Atas dasar pengertian tersebut tujuan utama komunikasi yang
terorganisasi dan berkelanjutan itu adalah timbulnya kegiatan belajar. Islam
mempunyai pandangan lain tentang pendidikan. Djawad Dahlan (2007: 42)
menjelaskan : pendidikan adalah penyemaian dan penanaman adab (ta'dib) secara
utuh, dalam upaya mencontoh utusan Allah, Nabi Muhammad Saw. sehingga
menjadi manusia sempurna. Pendidikan dimaknai sebagai upaya menumbuhkan
manusia menuju dunia lain yang lebih tinggi, tidak sekedar berada di dalam hidup
instinktif. Dunia yang lebih tinggi ini dapat dicapai dengan usaha sadar untuk
menentukan berbagai pilihan yang tersedia bagi manusia. Pendidikan diarahkan
agar manusia mampu menjalankan fungsi kemanusiaan sebagai hamba Allah dan
sebagai khalifah di bumi secara universal.
Pendidikan menjadi perhatian yang serius pada masa kejayaan Islam. Ini
dapat dimaklumi bahwa peradaban Islam hanya dapat dipacu kemajuannya
melalui pendidikan. Richard Munch (1992) menjelaskan bahwa perkembangan
kebudayaan dalam masyarakat yang menandakan adanya tingkat peradaban
diawali dengan kemahiran literacy dan meratanya kesempatan memperoleh
pendidikan serta semangat para ilmuwan untuk mengembangkan ilmu dan
teknologi.
Dalam mengatasi kesenjangan peradaban, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (Pikiran Rakyat, 28 Oktober 2009: 28) menegaskan bahwa Bangsa
Indonesia akan berusaha berada di garis depan dalam upaya mewujudkan tatanan
dunia yang lebih baik dan sebagai pelopor dalam memperjuangkan peradaban.
Upaya itu dituangkan dalam dokumen Millennium Development Goals (MDGs).
MDGs terdiri atas delapan tujuan pembangunan sebagai respons atas
permasalahan global, yang akan dicapai pada tahun 2015. Delapan tujuan tersebut
antara lain memberantas kemiskinan dan kelaparan, mewujudkan pendidikan
dasar yang merata dan universal, memajukan kesetaraan gender, mengurangi
tingkat mortalitas anak, memperbaiki kualitas kesehatan ibu hamil, memerangi
HIV-AIDS, malaria, dan penyakit lain, menjamin kelestarian lingkungan dan
menjalin kerja sama global bagi kesejahteraan.
Potensi Bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang maju, modern, dan
beradab sangat tinggi. Indonesia adalah sebuah negara yang sangat indah.
Profesor dari Harvard University bernama Greg mengatakan: "Jika orang percaya
di dunia itu ada surga maka surga itu adalah Indonesia". Arysio Santos (2010: 64)
seorang Geolog dan Fisikawan Nuklir Brazil dalam bukunya yang berjudul
Atlantis: The Lost Continent Finally Found mengatakan bahwa: "Indonesia adalah
lokasi Eden yang sesungguhnya". Selanjutnya Santos menjelaskan bahwa:
"Indonesia ternyata tempat lahir peradaban dunia".
Hal yang sangat esensial dalam membangun peradaban Bangsa Indonesia
adalah mengembangkan sumber daya manusia yang bermutu. Sumber daya
manusia yang bermutu dapat tercapai salah satunya melalui pendidikan yang
bermutu. Kementerian Pendidikan Nasional dalam meningkatkan mutu
pendidikan memiliki visi yakni menyelenggarakan pendidikan yang bermutu
untuk semua. Dalam kaitannya dengan membangun peradaban bangsa,
Kementerian Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei 2010 dalam memperingati
Hari Pendidikan Nasional mencanangkan pentingnya membangun peradaban
bangsa melalui pendidikan karakter yang bermutu. Sekaitan dengan atribut mutu
pendidikan Daulat P. Tampubolon (2001:122) menjelaskan bahwa atribut-atribut
pokok mutu pendidikan adalah sbb: 1)Relevansi 2) Efisiensi 3)Efektifitas
4)Akuntabilitas 5)Kreativitas 6)Situasi menang-menang 7)Penampilan 8)Empati
9)Ketanggapan 10)Produktivitas 11)Kemampuan akademik
Sehubungan dengan model bimbingan komprehensif ini, Norman C. Gysbers
(2008:viii) menjelaskan bahwa: "A Comprehensive guidance model is a complete
guidance program that provides the structure for all the activities and services
required to serve all students, parents/guardians, and community". Model
bimbingan komprehensif adalah suatu konsep dasar dan kerangka kerja
bimbingan yang berasumsi sebagai berikut.
1. Bimbingan adalah suatu program yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. memiliki standar pencapaian perkembangan peserta didik;
b. memiliki aktivitas dan proses untuk membantu peserta didik mencapai
standar perkembangannya
c. aktivitas dilakukan oleh personel yang profesional dan bersertifikat
d. memiliki sumber dan materi yang mendukung
e. memiliki personel dan hasil bimbingannya dievaluasi.
2. Program bimbingan adalah perkembangan dan komprehensif. Program
bimbingan dilakukan secara teratur, terencana, dan sistematis didasarkan
pada upaya membantu peserta didik berkembang dalam bidang akademik,
karier, pribadi dan sosial. Program bimbingan adalah komprehensif dalam
arti seluruh layanan dan aktivitas bimbingan dilakukan (bimbingan
klasikal, bimbingan kelompok, konseling individual, konsultasi, referal,
penelitian dan pengembangan, hubungan dengan staf dan masyarakat,
penasihatan, dan mengembangkan pengelolaan program bimbingan).
3. Program bimbingan dilakukan dengan menggunakan pendekatan tim.
Bimbingan komprehensif didasarkan pada asumsi bahwa seluruh staf
sekolah dilibatkan dalam kegiatan bimbingan. Namun demikian konselor
sekolah yang profesional dan bersertifikat adalah ujung tombak dalam
melaksanakan program bimbingan. Konselor sekolah tidak hanya
memberikan layanan langsung kepada peserta didik tetapi juga bekerja
melayani konsultasi dan melakukan kolaborasi dengan anggota tim
bimbingan, anggota staf sekolah, orang tua, dan anggota masyarakat.
4. Program bimbingan dikembangkan melalui perencanaan, pelaksanaan,
penilaian, dan pengembangan yang dilakukan secara sistematis. Proses ini
menjamin tercapainya tujuan program bimbingan yang sudah dirancang
secara mantap.
5. Program bimbingan memiliki kepemimpinan yang mantap.
Kepemimpinan ini menjamin pertanggungjawaban terhadap program dan
terhadap mutu kinerja staf.
B. Peran Guru Dalam Membangun Peradaban Bangsa
Pendidikan diarahkan agar kehidupan manusia lebih beradab yakni manusia
yang cerdas, sejahtera dan sehat. Pemikiran ini sejalan dengan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
dijelaskan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam membangun peradaban bangsa melalui pendidikan ini, guru memiliki
peran yang sangat sentral. Guru mempunyai peranan yang sangat strategis dalam
membangun peradaban bangsa. Dalam membangun peradaban bangsa, guru
mempunyai peran yang sangat strategis. Guru harus menunjukkan kepribadiannya
secara efektif agar menjadi teladan bagi bangsanya. Tidak hanya dirinya yang
harus menjadi teladan, akan tetapi kehidupan keluarganya pun harus menjadi
teladan bagi bangsanya. Sebagai agen masyarakat, guru berperan sebagai mediator
antara masyarakat dengan dunia pendidikan dalam membangun peradaban bangsa.
Dalam kaitan ini, guru sebagai pembawa (transporter) berbagai inovasi dalam
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dari sekolah ke dalam masyarakat dan juga
membawa kehidupan masyarakat yang beradab ke sekolah. Dengan demikian
terdapat keterkaitan yang saling menunjang antara upaya pendidikan di sekolah
dengan upaya di masyarakat dalam mewujudkan peradaban bangsa. Selanjutnya
sebagai pendidik masyarakat, guru bersama unsur masyarakat lainnya
mengembangkan berbagai upaya pendidikan yang dapat menunjang upaya
membangun peradaban bangsa. Untuk mewujudkan upaya pembangunan
peradaban bangsa ini guru dituntut profesional.
Charles Johnson (1980: 12) mengungkapkan seluruh kemampuan profesional
guru itu dalam enam komponen pokok, yaitu:
1. Unjuk kerja (performance). Komponen ini merupakan seperangkat
perilaku nyata yang ditunjukkan oleh seorang guru pada waktu dia
memberikan pelajaran kepada para siswanya. Jadi unjuk kerja ini dapat
dilihat dalam rangka interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa.
Unjuk kerja guru itu pada umumnya tampak dalam tiga kecenderungan,
yaitu (a) yang terpusat pada guru, (b) terpusat pada siswa, atau (c)
terpusat pada bahan pelajaran. Pada dimensi lain, unjuk kerja guru itu
dapat dibedakan menjadi kecenderungan yang (a) menekankan segi
proses interaksi guru siswa, atau (b) menekankan hasil yang diperoleh
siswa.
2. Penguasaan materi pelajaran yang harus diajarkan kepada siswanya.
Penguasaan materi ini sesungguhnya tidak sebatas serpihan materi yang
akan diajarkan kepada siswa, melainkan juga penguasaan terhadap sosok
tubuh disiplin ilmu yang menjadi sumber materi pelajaran itu. Dengan
penguasaan sosok tubuh disiplin ilmu itu, guru akan mampu memilih
materi pelajaran yang cocok untuk disampaikan kepada siswa.
Sebaliknya, apabila guru hanya menguasai serpihan materi pelajaran
yang harus diajarkan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang amat
ketat, maka dia tidak akan mampu menyampaikan materi itu secara
terpadu. Akibatnya, siswa pun tidak akan menghayati materi pelajaran
itu sebagai bagian terpadu dari keseluruhan materi dalam suatu disiplin
ilmu tertentu.
3. Penguasaan landasan profesional keguruan dan kependidikan.
Komponen ini mencakup pemahaman dan penghayatan yang mendalam
mengenai filsafat profesi keguruan dan kependidikan, landasan-landasan
pedagogis dari upaya guru dalam membimbing siswa ke arah tujuan
pendidikan tertentu, dan landasan psikologis dari perbuatan belajar-
mengajar serta pemahaman terhadap siswa beserta lingkungannya. Hal
ini berkaitan pula dengan pemahaman dan penghayatan atas keadaan dan
suasana sosial-budaya yang mewadahi perbuatan belajar-mengajar itu.
4. Penguasaan proses-proses pengajaran dan pendidikan. Komponen ini
mencakup seperangkat kemampuan guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar yang mengandung segi kependidikan. Proses ini
berlangsung mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada
pengawasan dan penilaian program, proses dan hasil belajar siswa,
sekurang-kurangnya dalam mempelajari mata pelajaran atau bidang
studi yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan. Ke dalamnya
termasuk bagaimana guru membuat persiapan mengajar, mengelola
kelas dan sebagainya.
5. Penguasaan cara-cara untuk menyesuaikan diri. Komponen ini
mencakup cara guru menyesuaikan diri dengan suasana lingkungan
kerjanya, termasuksiswanya, suasana belajar-mengajar, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam bidang pendidikan dan pengajaran,
dan perubahan kebijaksanaan serta peraturan dalam bidang pendidikan
dan pengajaran. Dengan demikian, penyesuaian diri ini menyangkut
kesediaan belajar sepanjang hayat, kesediaan untuk berinovasi,
kreativitas, dan kemampuan berantisipasi terhadap keadaan di masa
mendatang.
6. Kepribadian. Komponen ini menyangkut sistem nilai yang dianut guru,
sikap-sikapnya, dan minatnya kepada hal-hal yang berkaitan dengan
kemanusiaan, pendidikan dan pengajaran. Kedalam komponen ini
termasuk keterbukaan, sikap empatik, kewibawaan, dan sebagainya.
Keenam komponen kualitas kemampuan guru itu tidak boleh dipandang
sebagai pilahan-pilahan yang terpisah, melainkan harus dipandang sebagai suatu
keterpaduan yang menjelma dan bermuara pada kualitas unjuk kerjanya yang
diperkirakan menunjang keberhasilan siswa dalam belajar. Di samping itu,
proporsi setiap komponen dalam keseluruhan kemampuan itu tidak sama besar
tergantung pada penekanannya.

C. Peran Psikologi Pendidikan Dalam Membangun Dan Mengembangkan


Kapasitas Guru Dan Karakter Bangsa Indonesia
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengembangkan mutu
kapasitas guru. Salah satu kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu
kapasitas guru adalah Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan
Dosen. Pada pasal 8 dinyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Badan Penelitian
Pengembangan Kemendikbud, 2010: 43).
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan diperlukan oleh guru karena
sebagai seorang pendidik ia akan menghadapi peserta didik yang unik dan berbeda
antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya baik dari
perilaku, kepribadian, sikap, motivasi, kecerdasan, dan berbagai aspek psikologis
lainnya. Dengan begitu seorang guru dapat memberikan perlakuan yang tepat
sesuai dengan karakter siswa sehingga proses pembelajarannya dapat berhasil
seperti apa yang diharapkan. Selain itu juga seorang guru dapat dengan jeli
melihat potensi, minat, dan bakat yang dimiliki oleh masing. masing siswanya
karena dengan begitu nantinya tidak ada potensi dan bakat yang terbuang percuma
begitu saja sehingga pada akhirnya siswa juga akan berkembang secara penuh dan
optimal terhadap apa yang menjadi minat, potensi dan bakatnya tersebut.
Psikologi Pendidikan berperan dalam membantu mengembangkan kapasitas
guru (pendidik) dalam:
1. memahami karakteristik dan perkembangan peserta didik/siswa
2. memahami gaya berpikir dan belajar peserta didik
3. memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keragaman karakteristik dan
perkembangan peserta didik
4. merumuskan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan
perkembangan peserta didik
5. merumuskan materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan
perkembangan peserta didik
6. merumuskan strategi, metode, dan media pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik
7. merumuskan strategi dan metode evaluasi pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik
8. mengembangkan potensi peserta didik dalam proses pembelajaran
9. membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
10. menggunakan strategi metode, dan media pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik
11. menggunakan strategi dan metode evaluasi pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik.
Dalam sebuah artikel yang berjudul Educational Psychology as a Foundation
in Teacher Education dijelaskan bahwa peran guru ke depan adalah bagaimana
memfasilitasi perkembangan dan belajar setiap siswanya. Peran ini
mengimplikasikan seorang guru harus memiliki pengetahuan tentang belajar dan
perkembangan siswa. Di sinilah peran Psikologi Pendidikan dalam Pendidikan
Guru. Ahli Psikologi Pendidikan memandang belajar sebagai proses membangun
pengetahuan secara aktif yang dilakukan oleh pelajar. Ahli Psikologi Pendidikan
juga memandang bahwa belajar dan perkembangan sebagai proses sepanjang
hayat bagi para guru dan siswa. Pandangan ini dipengaruhi oleh psikologi kognitif
dan psikologi perkembangan yang memandang bahwa guru profesional adalah
guru yang terus-menerus belajar dan mengembangkan diri dalam kariernya.
Psikologi Pendidikan berperan juga dalam mengembangkan kapasitas guru
melalui proses dan penelitian belajar mengajar psikologi pendidikan. Dalam
proses dan penelitian belajar mengajar psikologi pendidikan banyak menggunakan
studi kasus yang nyata di kelas. Kasus-kasus bagi guru di Psikologi Pendidikan
mempunyai permasalahan yang sama dengan kenyataan permasalahan di lapangan
seperti siswa yang lemah belajarnya dalam menyelesaikan permasalahan pelajaran
dan mengalami masalah dalam simulasi, bermain peran, melakukan rekaman
video proses belajar-mengajar. Dalam studi kasus juga ditemukan permasalahan
kesulitan memilih materi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan siswa.
Sebagai identitas bangsa Indonesia. Karakter bangsa Indonesia adalah
perilaku baik bangsa Indonesia yang berlandaskan falsafah Pancasila. Karakter
bangsa Indonesia adalah perilaku baik bangsa Indonesia yang dijiwai oleh kelima
sila Pancasila secara utuh dan komprehensif seperti berikut ini (Muchlas Samani
dan Hariyanto, 2011: 22) :
1. Karakter Bangsa Indonesia yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Karakter Bangsa Indonesia yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab
3. Karakter Bangsa Indonesia yang Mengedepankan Persatuan
4. Karakter Bangsa Indonesia yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi
Hukum dan Hak Asasi Manusia
5. Karakter Bangsa Indonesia yang Mengedepankan Keadilan dan
Kesejahteraan
Dalam memahami dan mencapai tujuan pendidikan karakter bangsa
Indonesia, Psikologi pendidikan membantu mengklasifikasikan dan merumuskan
tujuan pendidikan karakter bangsa Indonesia ke dalam tiga domain yaitu domain
pengetahuan, sikap, dan perilaku nyata karakter bangsa Indonesia. Dalam
memahami karakteristik peserta didik yang akan dididik, Psikologi pendidikan
membantu menjelaskan karakter apa yang diinginkan oleh peserta didik TK, SD,
SMP, SMA, dan PT; apa yang harus dipersiapkan peserta didik sebelum pendidik
mengajar karakter kepada mereka; karakteristik dan perilaku apa yang diperlukan
oleh peserta didik sebelum mereka memasuki kelas dan belajar; dan menjelaskan
latar belakang dan keragaman individu peserta didik (inteligensi, tingkat
perkembangan, kepribadian dan perbedaan individual) yang akan belajar karakter
bangsa Indonesia.

D. Konsep Bimbingan Dan Konseling Dalam Perguruan Tingggi


Kebutuhan akan bimbingan sangat dipengaruhi oleh faktor, teknologi,
demokratisasi dalam pendidikan, dan perluasan program pendidikan. Latar
belakang filosofis berkaitan dengan pandangan tentang hakikat manusia. Salah
satu aliran filsafat yang berpengaruh besar terhadap timbulnya semangat
memberikan bimbingan adalah filsafat Humanisme. Aliran filsafat ini
berpandangan bahwa manusia memiliki potensi untuk dapat dikembangkan
seoptimal mungkin. Aliran ini mempunyai keyakinan bahwa masyarakat yang
miskin dapat dikembangkan melalui bimbingan pekerjaan, dan pengangguran
dapat dihapuskan. Mereka berpandangan bahwa sekolah adalah tempat yang baik
untuk memberikan bimbingan pekerjaan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Kemajuan berpikir dan kesadaran manusia akan diri dan dunianya, telah
mendorong terjadinya globalisasi. Situasi global membuat kehidupan semakin
kompetitif dan membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat
kehidupan yang lebih baik. Dampak positif dari kondisi global telah mendorong
manusia untuk terus berpikir, meningkatkan kemampuan, dan tidak puas terhadap
apa yang dicapainya pada saat ini. Adapun dampak negatif dari globalisasi
tersebut adalah:
1. keresahan hidup di kalangan masyarakat yang semakin meningkat karena
banyaknya konflik, stres, kecemasan dan frustrasi
2. adanya kecenderungan pelanggaran disiplin, kolusi dan korupsi, makin
sulit diterapkannya ukuran baik-jahat dan benar-salah secara lugas
3. adanya ambisi kelompok yang dapat menimbulkan konflik, tidak saja
konflik psikis tapi juga konflik fisik
4. pelajaran dari masalah melalui jalan pintas, yang bersifat sementara dan
adiktif seperti penggunaan obat-obat terlarang.
Untuk menangkal dan mengatasi masalah tersebut perlu dipersiapkan insan
dan sumbar daya manusia Indonesia yang bermutu. Manusia Indonesia yang
bermutu yaitu manusia yang harmonis lahir dan batin, sehat jasmani dan rohani,
bermoral, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara profesional, serta
dinamis dan kreatif. Hal ini sesuai dengan visi dan misi pendidikan nasional.
Perkembangan Bimbingan dan konseling di Amerika Serikat sangat pesat
pada awal tahun 1950. Hal ini ditandai dengan berdirinya APGA (American
Personnel and Guidance Association) pada tahun 1952. Selanjutnya pada bulan
Juli 1983 APGA mengubah namanya menjadi AACD (American Association for
Counseling and Development). Kemudian satu organisasi lainnya bergabung pula
dengan AACD, yaitu Militory Education (MECA). Dengan demikian maka pada
saat ini AACD merupakan organisasi profesional bagi para konselor di Amerika
Serikat, dengan 14 divisi (organisasi khusus) yang tergabung di dalamnya.
1. Konsep Bimbingan
a. Pengertian Bimbingan
Bimbingan pada dasarnya merupakan upaya pembimbing untuk
membantu mengoptimalkan individu. Donald G. Mortensen dan Alan
M. Schmuller (1976) menyatakan: Guidance may be defined as that
part of the total educational program that helps provide the personal
apportunities and specialized staff services by which each individual
can develop to the fullest of his abilities and capacities in term of the
democratic idea.
Bimbingan perkembangan di lingkungan Pendidikan merupakan pemberian
bantuan kepada seluruh peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan,
supaya mereka dapat memahami dirinya, memahami lingkungannya dan tugas-
tugasnya sehingga mereka sanggup mengarahkan diri, menyesuaikan diri dan
bertindak wajar, sesuai dengan keadaan dan tuntutan lembaga pendidikan,
keadaan keluarga, masyarakat, dan lingkungan kerja yang akan dimasukinya
kelak. Dengan pemberian layanan bimbingan mereka lebih produktif, dapat
menikmati kesejahteraan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti
kepada lembaga tempat mereka bekerja kelak, serta masyarakat pada umumnya.
Pemberian bimbingan juga membantu mereka mencapai tugas-tugas
perkembangannya secara optimal.
b. Tujuan Bimbingan
Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu dapat:
1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier
serta kehidupannya di masa yang akan datang
2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin
3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat serta lingkungan kerjanya
4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun
lingkungan kerja.
c. Fungsi Bimbingan
Minimal ada empat fungsi bimbingan yaitu sebagai berikut.
1) Fungsi pengembangan, merupakan fungsi bimbingan dalam
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki
individu.
2) Fungsi penyaluran, merupakan fungsi bimbingan dalam membantu
individu memilih dan memantapkan penguasaan karier atau jabatan
yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian
lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja
sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga
pendidikan.
3) Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan
khususnya guru/dosen, widyaiswara, dan wali kelas untuk
mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang
pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan individu. Dengan
menggunakan informasi yang memadai mengenai individu,
pembimbing/konselor dapat membantu para
guru/dosen/widyaiswara dalam memperlakukan individu secara
tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi perkuliahan,
memilih metode dan proses perkuliahan, maupun mengadaptasikan
bahan perkuliahan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan
individu.
4) Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu
individu menemukan penyesuaian diri dan perkembangannya
secara optimal.
d. Prinsip-prinsip Bimbingan
Pelaksanaan bimbingan perlu memperhatikan beberapa prinsip,
yaitu sebagai berikut.
1) Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka
dapat membantu dirinya sendiri dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya.
2) Bimbingan hendaknya bertitik tolak (berfokus) pada individu yang
dibimbing.
3) Bimbingan diarahkan pada individu, dan tiap individu memiliki
karakteristik tersendiri karena itu pemahaman keragaman dan
kemampuan individu yang dibimbing sangat diperlukan dalam
pelaksanaan bimbingan.
4) Masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh tim pembimbing di
lingkungan lembaga pendidikan hendaknya diserahkan kepada ahli
atau lembaga yang berwewenang memecahkannya.
5) Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan
oleh individu yang akan dibimbing.
6) Bimbingan harus luwes dan fleksibel, sesuai dengan kebutuhan
individu dan masyarakat.
7) Program bimbingan di lingkungan lembaga pendidikan tertentu
harus sesuai dengan program pendidikan pada lembaga yang
bersangkutan.
8) Pelaksanaan program bimbingan hendaknya dikelola oleh orang
yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja
sama dan menggunakan sumber-sumber yang relevan yang berada
di dalam maupun di luar lembaga penyelenggara pendidikan.
9) Pelaksanaan program bimbingan hendaknya dievaluasi untuk
mengetahui hasil dan pelaksanaan program.
2. Konsep Konseling
a. Pengertian Konseling
ASCA (American School Counselor Assosiation)
mengemukakan bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang
bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian
kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan
pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya
mengatasi masalah-masalahnya.
b. Tujuan Konseling
Dari seluruh pengertian konseling yang ada, Shertzer dan Stone
(1980: 82-88 menyimpulkan bahwa yang menjadi tujuan konseling
pada umumnya dan di sekolah pada khususnya adalah sebagai berikut :
1) Mengadakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga
memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan. Khusus
di sekolah, Boy dan Pine (Depdikbud, 1983: 14) menyatakan
bahwa tujuan konseling adalah membantu siswa menjadi lebih
matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya, membantu siswa
maju dengan cara yang positif, membantu dalam sosialisasi siswa
denga memanfaatkan sumbersumber dan potensinya sendiri.
Persepsi dan wawasan siswa berubah, dan akibat dari wawasan
baru yang diperoleh, maka timbullah pada diri siswa reorientasi
positif terhadap kepribadian dan kehidupannya.
2) Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif. Jika hal
ini tercapai, maka individu mencapai integrasi, penyesuaian, dan
identifikasi positif dengan yang lainnya. la belajar menerima
tanggung jawab, berdiri sendiri, dan memperoleh integrasi
perilaku.
3) Pemecahan masalah. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa
individu individu yang mempunyai masalah tidak mampu
menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapinya. Di samping itu
biasanya siswa datang pada konselor karena ia percaya bahwa
konselor dapat membantu memecahkan masalahnya.
4) Mencapai keefektifan pribadi. Sehubungan dengan ini Blocher
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pribadi yang efektif
adalah pribadi yang sanggup memperhitungkan diri, waktu dan
tenaganya serta bersedia memikul risiko-risiko ekonomis,
psikologis dan fisik. Ia tampak memiliki kemampuan untuk
mengenal, mendefinisikan dan memecahkan masalah-masalah. la
tampak konsisten terhadap dan dalam situasi peranannya yang
khas. la tampak sanggup berpikir secara berbeda dan orisinal, yaitu
dengan cara-cara yang kreatif. Ia juga sanggup mengontrol dorong-
dorongan dan memberikan respons-respons yang wajar terhadap
frustrasi, permusuhan, dan ambiguitas.
5) Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang penting
bagi dirinya. Jelas di sini bahwa pekerjaan konselor bukan
menentukan keputusan yang harus diambil oleh klien atau memilih
alternatif dari tindakannya.

E. Bimbingan Di Perguruan Tinggi


Alasan diperlukannya bimbingan di perguruan tinggi adalah problema
mahasiswa. Pemberian layanan bimbingan mahasiswa didesak oleh banyaknya
problema yang dihadapi oleh para mahasiswa dalam perkembangan studinya.
Belajar di perguruan tinggi memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan
belajar di sekolah lanjutan. Karakteristik utama dari studi pada tingkat ini adalah
kemandirian, baik dalam pelaksanaan kegiatan belajar dan pemilihan program
studi, maupun dalam pengelolaan dirinya sebagai mahasiswa.
Seorang mahasiswa telah dipandang cukup dewasa untuk memilih dan
menentukan program studi yang sesuai dengan bakat, minat dan cita-citanya.
Mahasiswa juga dituntut untuk lebih banyak belajar sendiri, tanpa banyak diatur,
diawasi, dan dikendalikan oleh dosen-dosennya. Dalam mengelola hidupnya juga
mahasiswa dipandang cukup dewasa untuk dapat mengatur kehidupannya sendiri.
Mereka umumnya juga telah berkeluarga dan punya anak. Secara keseluruhan
problema yang dihadapi oleh mahasiswa dapat dikelompokkan atas dua kategori
yaitu problema studi dan problema sosial-pribadi.
Problema akademik merupakan hambatan atau kesulitan yang dihadapi oleh
mahasiswa dalam merencanakan, melaksanakan dan memaksimalkan
perkembangan belajarnya. Problema sosial pribadi merupakan kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh mahasiswa dalam mengelola kehidupannya sendiri serta
mnenyesuaikan diri dengan kehidupan social, baik dikampus maupun di
lingkungan tempat tinggalnya.

F. Pengembangan Kecakapan Hidup Di Sekolah


1. Dasar pemikiran
Kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan adalah
kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan
kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan
kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya
(Depdiknas, 2006:22). Kecakapan hidup terdiri dari kecakapan hidup yang
bersifat umum (General life skills) dan kecakapan hidup yang bersifat khusus
(Specific life skills).
Menurut Malik Fadjar (2003) kecakapan hidup yang bersifat umum bersifat
spesifik terdiri dari kecakapan akademik dan vokasional. Kecakapan hidup
tersebut sesuai dengan empat pilar pendidikan yang dicanangkan Unesco Empat
pilar yang dicanangkan Unesco apabila diterapkan dengan baik di sekolah-sekolah
akan mampu membekali siswa dengan kecakapan hidup yang dibutuhkan siswa
untuk bekal hidup di masyarakat. Empat pilar pendidikan tersebut adalah belajar
untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat atau bekerja (learning
to do), belajar untuk menjadi jati diri (learning to be) dan belajar untuk hidup
bermasyarakat (learning to live together. Empat pilar pendidikan tersebut
merupakan prinsip yang perlu dijadikan landasan dan pedoman dalam
pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah. yang ditujukan untuk menghasilkan
generasi-generasi penerus bangsa sesuai dengan harapan masyarakat dan bangsa
Indonesia.
Untuk mencapai empat pilar pendidikan yang disertai kepemilikan bekal
kecakapan hidup (life skills) yang sangat dibutuhkan, seyogianya siswa terlibat
aktif dalam pembelajaran yang mempraktekkan berinteraksi dengan lingkungan
fisik dan sosial, agar siswa memahami pengetahuan yang terkait dengan
lingkungan sekitarnya (learning to know). Proses pembelajaran tersebut bertujuan
memfasilitasi siswa dalam melakukan perbuatan atas dasar pengetahuan yang
dipahaminya untuk memperkaya pengalaman belajar (learning to do). Siswa
diharapkan dapat membangun kepercayaan dirinya supaya dapat menjadi jati
dirinya sendiri (learning to be); dan sekaligus juga berinteraksi dengan berbagai
individu dan kelompok yang beraneka ragam, yang akan membentuk
kepribadiannya, memahami kemajemukan, dan melahirkan sikap toleran terhadap
keanekaragaman dan perbedaan yang dimiliki masing-masing individu (learning
to live together) sesuai dengan haknya masing-masing.
2. Konsep Kecakapan Hidup
a. Makna Kecapan Hidup
Konsep kecakapan hidup (life skill) dirumuskan secara beragam,
sesuai dengan landasan filosofis penyusunnya. Salah satu konsep
dikemukakan oleh Nelson-Jones (1995: 419) menyebutkan bahwa
secara netral kecakapan hidup yang dibuat seseorang dalam bidang
keterampilan merupakan urutan pilihan yang spesifik. Secara
konseptual, kecakapan hidup adalah urutan pilihan yang memperkuat
kehidupan psikologis yang dibuat seseorang dalam bidang
keterampilan yang spesifik.
b. Inti Kecakapan Hidup
Inti kecakapan hidup seperti dikemukakan di atas secara tegas
adalah kemampuan, kesanggupan dan keterampilan, yang jika
dikelompokkan secara lain aspek kemampuan dan kesanggupan
tercakup dalam kecakapan berpikir, sedangkan keterampilan tercakup
dalam aspek kecakapan bertindak.
c. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup
Tujuan utama pendidikan kecakapan hidup adalah untuk
mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan,
kesanggupan, dan keterampilan yang diperlukan dalam menjaga
kelangsungan hidup dan mengembangkan dirinya, sehingga mampu
mengatasi berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Secara khusus, pendidikan kecakapan hidup bertujuan untuk:
1) Memberdayakan aset kualitas batiniah, sikap dan perbuatan
lahiriah peserta didik melalui pengenalan, penghayatan, dan
penerapan nilai kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menjaga
kelangsungan hidup dan perkembangannya.
2) Memberi bekal dasar dan latihan-latihan yang dilakukan secara
benar mengenai kehidupan sehari-hari yang dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik agar berfungsi dalam menghadapi masa
depan yang sarat persaingan dan kerja sama.
G. Membangun Sistem Pertahanan Dan Keamanan Yang Tangguh Menuju
Bangsa Indonesia Yang Beradab
Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
menyatakan bahwa pertahanan negara adalah segala usaha untuk
mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan
keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan
bangsa dan negara. Dalam implementasinya, pertahanan negara disusun
berdasarkan prinsip demokrasi, hak asasi manusia, kesejahteraan umum,
lingkungan hidup. ketentuan hukum nasional, hukum internasional dan
kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara damai.
Kebijakan pertahanan keamanan nasional juga merupakan bagian dari
kebijakan pemerintah dalam menciptakan suatu kondisi politik nasional dan
internasional yang sesuai untuk perlindungan nilai-nilai vital nasional terhadap
berbagai ancaman fisik dan non-fisik, baik dari lingkungan internal dan
eksternal. Dalam konteks ini, kebijakan pertahanan dan keamanan nasional
melibatkan berbagai spektrum kebijakan publik dari beragam interaksi
kebijakan di mana di dalamnya mencakup kerja sama serta persuasi dan
damai, hingga kepada penggunaan pendekatan dengan kekerasan dan perang.
Kedamaian adalah prinsip dasar kehidupan manusia. Adapun perang
hanya dimungkinkan sebagai pilihan mendesak ketika sudah tidak ada pilihan
lain. Untuk memperoleh kedamaian setiap manusia pada umumnya dan tentara
pada khususnya harus beriman kepada Tuhan Yang maha Esa.
Untuk menciptakan perdamaian perlu dilakukan usaha sungguh
sungguh" dan tidak putus asa dalam membela negara. Masyarakat pada
umumnya dan tentara pada khususnya perlu memiliki komitmen yang tinggi
untuk mempertahankan keamanan negara sehingga tercipta kedamaian. Andai
manusia tidak berjuang serta tidak mengorbankan diri dan hartanya demi
membela negara, kebenaran, keadilan, dan kebajikan di jalan Allah, Tuhan
Yang Maha Esa niscaya bumi akan dipenuhi dengan kejahatan, kemaksiatan,
ketidakadilan, penindasan, dan agresi. Jika semua itu terjadi, perdamaian dan
keamanan akan sirna untuk selamanya.
Komitmen, kesungguhan, keseriusan, kesabaran, dan ketegaran tentara adalah
alternatif dan metode untuk menghentikan agresi dan kezaliman, demi
menegakkan perdamaian dan ketertiban di bumi pertiwi Indonesia sehingga
manusia dapat hidup aman dan damai. Agama mengajarkan bahwa kita harus
tetap beriman, bertakwa, bersabar, dan tetap siaga dalam menjaga keutuhan
negara, sehingga kita memperoleh kejayaan dan keberuntungan. Agama juga
mengajarkan bahwa semangat juang harus terus dikobarkan untuk berperang
melawan musuh negara yang akan menghancurkan baik dari dalam maupun dari
luar negara. Tentara yang sabar, ulet, tekun, disiplin, kompak dalam jumlah yang
kecil akan mengalahkan tentara yang tidak sabar, tidak ulet, tidak tekun, dan tidak
kompak walaupun jumlahnya banyak.
Agar keamanan dan kedamaian negara itu terwujud, di samping perlunya
pertahanan dan keamanan negara yang tangguh, perlu juga diperhatikan persatuan
dan kesatuan bangsa. Agama mengajarkan pada kita semua untuk bersatu dan
jangan berpecah-belah dan bercerai berai. Untuk mengatasi masalah perpecahan
bangsa diperlukan upaya pendidikan kebangsaan Pendidikan kebangsaan yang
sesungguhnya adalah menyentuh berbagai aktivitas rasional dan keimanan yang
ditujukan kepada pengabdian bangsa secara murni. Ia juga menyiratkan bahwa
jiwa dan harta harus dikorbankan demi persatuan dan kesatuan bangsa,
memperjuangkan dan mengembangkan budaya dan ekonomi.
Misi pendidikan kebangsaan adalah membuat individu-individu merasa
bahwa mereka membentuk kesatuan dengan masyarakat Indonesia. Ia juga
mendorong dengan sadar serta sungguh-sungguh mencapai kebahagiaan orang
lain serta menyelamatkan mereka dari berbagai petaka. Agama mengajarkan:
"bawakan kepada orang lain apa saja yang engkau sukai bagi dirimu sendiri, dan
jagalah orang lain terhadap apa yang engkau jaga terhadap dirimu sendiri".
Agama mengajarkan dengan sungguh-sungguh untuk mendidik masyarakat
agar bersatu, seumpama satu tubuh apabila ada bagian tubuh yang sakit, maka
bagian tubuh lain merasakan sakit pula. Jika satu orang sakit, yang lain akan
terjaga dan ikut menderita karenanya. Kesatuan dan keharmonisan membawa
kebaikan sosial serta menjamin martabat dan kesuksesan bangsa. Persaudaraan
sebagai bangsa Indonesia merangkum energi yang sangat besar yang memberi
bangsa Indonesia pemahaman, altruisme, dan kerja sama serta menciptakan suatu
model solidaritas sosial yang unik. Model ini menutup jalan bagi musuh dan
lawan.

KESIMPULAN

Kemajuan sebuah bangsa ditentukan oleh keunggulan peradabannya.


Membangun peradabam tidak dilepaskan dari manusia sebagai subjek individu
pembentuk budaya luhur dari suatu kelompok masyarakat yang tercermin dari
kualitas kehidupan manusia dalam masyarakat tersebut. Kualitas hidup dapat
diukur dari tingkat kesejahteram ketenteraman, kedamaian dan keadilan. Dalam
membangun peradaban. bangsa Indonesia harin mampu mewujudkan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan membangun
sumber daya manusia yang terampil dalam memanfaatkan Iptek berbudaya dan
bermoral yang berakar dari nilai-nilai agama. Selain faktor agama adalah
dibangunnya tradisi keilmuan melalui pendidikan yang berkualitas, ditopang
karakter bangsa atau akhlak sebagai jantung peradaban.
Dalam buku Membangun Peradaban melalui Pendidikan dan Bimbingan ini,
dikemukakan antara lain tentang manusia dalam perspektif al-Qur'an dan hadis,
hakikat pendidikan, akhlak sebagai jantung peradaban membangun peradaban
bangsa Indonesia melalui pendidikan dan bimbingan komprehensif yang bermutu.
Juga peran guru dalam membangun peradaban bangsa, peran psikologi pendidikan
dalam membangun karakter bangsa, pembinaan karakter mahasiswa, latar
belakang diperlukannya bimbingan serta sejarah perkembangan bimbingan di
Amerika Serikat dan di Indonesia. Selain itu, dibahas pula konsep bimbingan dan
konseling. ragam bimbingan, bimbingan di perguruan tinggi, model bimbingan
dan konseling komprehensif di sekolah lanjutan, bimbingan dan konseling di
sekolah dasar, peran bimbingan dan konseling dalam proses belajar-mengajar
yang bermakna di perguruan tinggi (PT), konseling keluarga, dan membangun
sistem pertahanan dan keamanan yang tangguh menuju Bangsa Indonesia yang
beradab.
Pendidikan harus menanamkan nilai-nilai keimanan dan idealisme pada diri
peserta didik.Pendidikan pun harus berupaya melestarikan dan mengunsung
kebudayaan bangsa. Pendidikan harus berorientasi pada ideology.Pendidikan yang
bersifat netral agama merupakan pendidikan yang buruk dan sesat. Fakta
menunjukkan bahwa pandangan keagamaanlah yang mampu memperkuat kualitas
karakter yang dibutuhkkan bagi keberlangsungan pembangunan dan realisasi visi
keadilan, persaudaraan dan kesejahteraan umat seleruhnya. Kesejahteraan tidak
mungkin dapat terwujud apabila masing-masing individu hanya mementingkan
diri sendiri dan tidak memiliki niat untuk berkorban bagi kesejahteraan umat
manusia.
Guru mempunyai peran sangat sentral dalam membangun peradaban bangsa.
Peran guru dalam bangun peradaban bangsa ini sebagai konserfator sistem nilai
sebagai transmitter sistem nilai sebagai transformator sistem milai dan sebagai
organisator terciptanya proses pendidikan dalam mengutamakan peradaban
bangsa. Membangun peradaban tentu tidak bisa dilepaskan dari manusia sebagai
subjek individu pembentuk budaya luhur dari suatu kelompok masyarakat yang
tercermin dari kualitas kehidupan manusia dalam masyarakat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai