MEMBANGUN PERADABAN
MELALUI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu
Disusun Oleh:
YUSNANI TANJUNG
NPM : 131020210060
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pendidikan
Salah satu upaya untuk membangun tradisi keilmuan yang tinggi adalah
melalui pendidikan. Secara ufmum, pendidikan diartikan sebagai upaya
mengembangkan mutu pribadi dan membangun karakter bangsa yang dilandasi
nilai-nilai agama, filsafat, psikologi, sosial budaya, dan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Adapun makna pendidikan menurut UNESCO (1972) adalah:
"Education as organized and sustained communication designed to bring about
learning. Atas dasar pengertian tersebut tujuan utama komunikasi yang
terorganisasi dan berkelanjutan itu adalah timbulnya kegiatan belajar. Islam
mempunyai pandangan lain tentang pendidikan. Djawad Dahlan (2007: 42)
menjelaskan : pendidikan adalah penyemaian dan penanaman adab (ta'dib) secara
utuh, dalam upaya mencontoh utusan Allah, Nabi Muhammad Saw. sehingga
menjadi manusia sempurna. Pendidikan dimaknai sebagai upaya menumbuhkan
manusia menuju dunia lain yang lebih tinggi, tidak sekedar berada di dalam hidup
instinktif. Dunia yang lebih tinggi ini dapat dicapai dengan usaha sadar untuk
menentukan berbagai pilihan yang tersedia bagi manusia. Pendidikan diarahkan
agar manusia mampu menjalankan fungsi kemanusiaan sebagai hamba Allah dan
sebagai khalifah di bumi secara universal.
Pendidikan menjadi perhatian yang serius pada masa kejayaan Islam. Ini
dapat dimaklumi bahwa peradaban Islam hanya dapat dipacu kemajuannya
melalui pendidikan. Richard Munch (1992) menjelaskan bahwa perkembangan
kebudayaan dalam masyarakat yang menandakan adanya tingkat peradaban
diawali dengan kemahiran literacy dan meratanya kesempatan memperoleh
pendidikan serta semangat para ilmuwan untuk mengembangkan ilmu dan
teknologi.
Dalam mengatasi kesenjangan peradaban, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (Pikiran Rakyat, 28 Oktober 2009: 28) menegaskan bahwa Bangsa
Indonesia akan berusaha berada di garis depan dalam upaya mewujudkan tatanan
dunia yang lebih baik dan sebagai pelopor dalam memperjuangkan peradaban.
Upaya itu dituangkan dalam dokumen Millennium Development Goals (MDGs).
MDGs terdiri atas delapan tujuan pembangunan sebagai respons atas
permasalahan global, yang akan dicapai pada tahun 2015. Delapan tujuan tersebut
antara lain memberantas kemiskinan dan kelaparan, mewujudkan pendidikan
dasar yang merata dan universal, memajukan kesetaraan gender, mengurangi
tingkat mortalitas anak, memperbaiki kualitas kesehatan ibu hamil, memerangi
HIV-AIDS, malaria, dan penyakit lain, menjamin kelestarian lingkungan dan
menjalin kerja sama global bagi kesejahteraan.
Potensi Bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang maju, modern, dan
beradab sangat tinggi. Indonesia adalah sebuah negara yang sangat indah.
Profesor dari Harvard University bernama Greg mengatakan: "Jika orang percaya
di dunia itu ada surga maka surga itu adalah Indonesia". Arysio Santos (2010: 64)
seorang Geolog dan Fisikawan Nuklir Brazil dalam bukunya yang berjudul
Atlantis: The Lost Continent Finally Found mengatakan bahwa: "Indonesia adalah
lokasi Eden yang sesungguhnya". Selanjutnya Santos menjelaskan bahwa:
"Indonesia ternyata tempat lahir peradaban dunia".
Hal yang sangat esensial dalam membangun peradaban Bangsa Indonesia
adalah mengembangkan sumber daya manusia yang bermutu. Sumber daya
manusia yang bermutu dapat tercapai salah satunya melalui pendidikan yang
bermutu. Kementerian Pendidikan Nasional dalam meningkatkan mutu
pendidikan memiliki visi yakni menyelenggarakan pendidikan yang bermutu
untuk semua. Dalam kaitannya dengan membangun peradaban bangsa,
Kementerian Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei 2010 dalam memperingati
Hari Pendidikan Nasional mencanangkan pentingnya membangun peradaban
bangsa melalui pendidikan karakter yang bermutu. Sekaitan dengan atribut mutu
pendidikan Daulat P. Tampubolon (2001:122) menjelaskan bahwa atribut-atribut
pokok mutu pendidikan adalah sbb: 1)Relevansi 2) Efisiensi 3)Efektifitas
4)Akuntabilitas 5)Kreativitas 6)Situasi menang-menang 7)Penampilan 8)Empati
9)Ketanggapan 10)Produktivitas 11)Kemampuan akademik
Sehubungan dengan model bimbingan komprehensif ini, Norman C. Gysbers
(2008:viii) menjelaskan bahwa: "A Comprehensive guidance model is a complete
guidance program that provides the structure for all the activities and services
required to serve all students, parents/guardians, and community". Model
bimbingan komprehensif adalah suatu konsep dasar dan kerangka kerja
bimbingan yang berasumsi sebagai berikut.
1. Bimbingan adalah suatu program yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. memiliki standar pencapaian perkembangan peserta didik;
b. memiliki aktivitas dan proses untuk membantu peserta didik mencapai
standar perkembangannya
c. aktivitas dilakukan oleh personel yang profesional dan bersertifikat
d. memiliki sumber dan materi yang mendukung
e. memiliki personel dan hasil bimbingannya dievaluasi.
2. Program bimbingan adalah perkembangan dan komprehensif. Program
bimbingan dilakukan secara teratur, terencana, dan sistematis didasarkan
pada upaya membantu peserta didik berkembang dalam bidang akademik,
karier, pribadi dan sosial. Program bimbingan adalah komprehensif dalam
arti seluruh layanan dan aktivitas bimbingan dilakukan (bimbingan
klasikal, bimbingan kelompok, konseling individual, konsultasi, referal,
penelitian dan pengembangan, hubungan dengan staf dan masyarakat,
penasihatan, dan mengembangkan pengelolaan program bimbingan).
3. Program bimbingan dilakukan dengan menggunakan pendekatan tim.
Bimbingan komprehensif didasarkan pada asumsi bahwa seluruh staf
sekolah dilibatkan dalam kegiatan bimbingan. Namun demikian konselor
sekolah yang profesional dan bersertifikat adalah ujung tombak dalam
melaksanakan program bimbingan. Konselor sekolah tidak hanya
memberikan layanan langsung kepada peserta didik tetapi juga bekerja
melayani konsultasi dan melakukan kolaborasi dengan anggota tim
bimbingan, anggota staf sekolah, orang tua, dan anggota masyarakat.
4. Program bimbingan dikembangkan melalui perencanaan, pelaksanaan,
penilaian, dan pengembangan yang dilakukan secara sistematis. Proses ini
menjamin tercapainya tujuan program bimbingan yang sudah dirancang
secara mantap.
5. Program bimbingan memiliki kepemimpinan yang mantap.
Kepemimpinan ini menjamin pertanggungjawaban terhadap program dan
terhadap mutu kinerja staf.
B. Peran Guru Dalam Membangun Peradaban Bangsa
Pendidikan diarahkan agar kehidupan manusia lebih beradab yakni manusia
yang cerdas, sejahtera dan sehat. Pemikiran ini sejalan dengan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
dijelaskan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam membangun peradaban bangsa melalui pendidikan ini, guru memiliki
peran yang sangat sentral. Guru mempunyai peranan yang sangat strategis dalam
membangun peradaban bangsa. Dalam membangun peradaban bangsa, guru
mempunyai peran yang sangat strategis. Guru harus menunjukkan kepribadiannya
secara efektif agar menjadi teladan bagi bangsanya. Tidak hanya dirinya yang
harus menjadi teladan, akan tetapi kehidupan keluarganya pun harus menjadi
teladan bagi bangsanya. Sebagai agen masyarakat, guru berperan sebagai mediator
antara masyarakat dengan dunia pendidikan dalam membangun peradaban bangsa.
Dalam kaitan ini, guru sebagai pembawa (transporter) berbagai inovasi dalam
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dari sekolah ke dalam masyarakat dan juga
membawa kehidupan masyarakat yang beradab ke sekolah. Dengan demikian
terdapat keterkaitan yang saling menunjang antara upaya pendidikan di sekolah
dengan upaya di masyarakat dalam mewujudkan peradaban bangsa. Selanjutnya
sebagai pendidik masyarakat, guru bersama unsur masyarakat lainnya
mengembangkan berbagai upaya pendidikan yang dapat menunjang upaya
membangun peradaban bangsa. Untuk mewujudkan upaya pembangunan
peradaban bangsa ini guru dituntut profesional.
Charles Johnson (1980: 12) mengungkapkan seluruh kemampuan profesional
guru itu dalam enam komponen pokok, yaitu:
1. Unjuk kerja (performance). Komponen ini merupakan seperangkat
perilaku nyata yang ditunjukkan oleh seorang guru pada waktu dia
memberikan pelajaran kepada para siswanya. Jadi unjuk kerja ini dapat
dilihat dalam rangka interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa.
Unjuk kerja guru itu pada umumnya tampak dalam tiga kecenderungan,
yaitu (a) yang terpusat pada guru, (b) terpusat pada siswa, atau (c)
terpusat pada bahan pelajaran. Pada dimensi lain, unjuk kerja guru itu
dapat dibedakan menjadi kecenderungan yang (a) menekankan segi
proses interaksi guru siswa, atau (b) menekankan hasil yang diperoleh
siswa.
2. Penguasaan materi pelajaran yang harus diajarkan kepada siswanya.
Penguasaan materi ini sesungguhnya tidak sebatas serpihan materi yang
akan diajarkan kepada siswa, melainkan juga penguasaan terhadap sosok
tubuh disiplin ilmu yang menjadi sumber materi pelajaran itu. Dengan
penguasaan sosok tubuh disiplin ilmu itu, guru akan mampu memilih
materi pelajaran yang cocok untuk disampaikan kepada siswa.
Sebaliknya, apabila guru hanya menguasai serpihan materi pelajaran
yang harus diajarkan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang amat
ketat, maka dia tidak akan mampu menyampaikan materi itu secara
terpadu. Akibatnya, siswa pun tidak akan menghayati materi pelajaran
itu sebagai bagian terpadu dari keseluruhan materi dalam suatu disiplin
ilmu tertentu.
3. Penguasaan landasan profesional keguruan dan kependidikan.
Komponen ini mencakup pemahaman dan penghayatan yang mendalam
mengenai filsafat profesi keguruan dan kependidikan, landasan-landasan
pedagogis dari upaya guru dalam membimbing siswa ke arah tujuan
pendidikan tertentu, dan landasan psikologis dari perbuatan belajar-
mengajar serta pemahaman terhadap siswa beserta lingkungannya. Hal
ini berkaitan pula dengan pemahaman dan penghayatan atas keadaan dan
suasana sosial-budaya yang mewadahi perbuatan belajar-mengajar itu.
4. Penguasaan proses-proses pengajaran dan pendidikan. Komponen ini
mencakup seperangkat kemampuan guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar yang mengandung segi kependidikan. Proses ini
berlangsung mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada
pengawasan dan penilaian program, proses dan hasil belajar siswa,
sekurang-kurangnya dalam mempelajari mata pelajaran atau bidang
studi yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan. Ke dalamnya
termasuk bagaimana guru membuat persiapan mengajar, mengelola
kelas dan sebagainya.
5. Penguasaan cara-cara untuk menyesuaikan diri. Komponen ini
mencakup cara guru menyesuaikan diri dengan suasana lingkungan
kerjanya, termasuksiswanya, suasana belajar-mengajar, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam bidang pendidikan dan pengajaran,
dan perubahan kebijaksanaan serta peraturan dalam bidang pendidikan
dan pengajaran. Dengan demikian, penyesuaian diri ini menyangkut
kesediaan belajar sepanjang hayat, kesediaan untuk berinovasi,
kreativitas, dan kemampuan berantisipasi terhadap keadaan di masa
mendatang.
6. Kepribadian. Komponen ini menyangkut sistem nilai yang dianut guru,
sikap-sikapnya, dan minatnya kepada hal-hal yang berkaitan dengan
kemanusiaan, pendidikan dan pengajaran. Kedalam komponen ini
termasuk keterbukaan, sikap empatik, kewibawaan, dan sebagainya.
Keenam komponen kualitas kemampuan guru itu tidak boleh dipandang
sebagai pilahan-pilahan yang terpisah, melainkan harus dipandang sebagai suatu
keterpaduan yang menjelma dan bermuara pada kualitas unjuk kerjanya yang
diperkirakan menunjang keberhasilan siswa dalam belajar. Di samping itu,
proporsi setiap komponen dalam keseluruhan kemampuan itu tidak sama besar
tergantung pada penekanannya.
KESIMPULAN