Anda di halaman 1dari 35

ANALISIS PROGRAM PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI PUSKESMAS

MAKRAYU TAHUN 2022

Oleh

Ade Novarini

NPM 131020210038

USULAN RISET

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian

Guna memperoleh gelar Magister Kebidanan

Program Pendidikan Magister Program Studi Magister Kebidanan

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PADJADJARAN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-nya,  sehingga penulis telah menyelesaikan

penyusunan usulan riset yang berjudul “Analisis Program Pemeriksaan Inspeksi

Visual Asam Asetat diPuskesmas makrayu tahun 2022”

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Nita Arisanti, dr., M.Sc., CMFM

dan Prof. Dr. Tuti Wahmurty Sapi’i, dr. SpKJ(K) atas bimbingan dan pengarahan

dalam proses perbaikan demi kesempurnaan tesis ini.

Rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga peneliti ucapkan kepada

ayahanda atas dukungan dan senantiasa mendoakan penulis dengan tulus sehingga

tesis ini dapat terselesaikan. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada saudara,

teman-teman dan rekan-rekan sejawat Program RPL Pascasarjana Magister

Kebidanan Universitas Padjajaran khususnya angkatan XXV (dua lima) serta

semua orang yang telah memberikan segala bantuan, perhatian dan semangat.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan

keterbatasan sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun guna perbaikan tesis.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan ini dengan kebahagiaan di

dunia dan akhirat. Aamiin Yaa Rabbal’alamin.

Palembang, Maret 2022

Peneliti
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap dua menit satu Wanita meninggal karena kanker leher rahim, hal ini

disebutkan oleh Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus , direktur jenderal WHO.

Kanker leher rahim merupakan salah satu kanker paling umum dan penyebab

kematian pada wanita di seluruh dunia. 1 Berdasarkan data Badan Internasional

Untuk Penelitian Kanker (IARC) kanker leher rahim adalah kanker keempat yang

paling sering terjadi pada wanita dengan perkiraan 604 127 (6,5%) kasus baru

pada tahun 2020. Dari perkiraan 342.000 kematian akibat kanker leher rahim pada

tahun 2020, sekitar 90% di antaranya terjadi di negara berpenghasilan rendah dan

menengah.2

Berdasarkan data WHO menyebutkan setiap tahunnya terdapat 8,2 juta

kematian di dunia yang disebabkan oleh kanker dalam dekade 5 tahun terakhir

sedangkan Angka kejadian dan angka kematian akibat kanker leher rahim

menempati urutan kedua setelah kanker payudara pada perempuan di negara

berkembang dan hampir 80% kasus tersebut menyerang usia reproduktif .3 Di

Indonesia berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on

Cancer (IARC) tahun 2020 kanker leher rahim menempati urutan kedua setelah

kanker payudara dengan angka kejadian 36 633 (17.2%).4

Masalah kanker di dunia bahkan di Indonesia sangat cepat

perkembangannya. Ppenyakit kanker terutama yang diderita oleh kaum wanita

merupakan penyakit utama penyebab kematian pada wanita dan insiden kanker
pada wanita semakin tidak terkontrol oleh karena itu perlu adanya suatu upaya

untuk mengatasi masalah penyakit kanker ginekologi berupa upaya pencegahan

secara primordial hingga tersier.  Tingginya angka kematian akibat kanker leher

rahim di Indonesia disebabkan karena 95% wanita tidak melakukan pemeriksaan

dini sehingga menyebabkan keterlambatan diagnosis kanker leher rahim dan

menurunkan angka harapan hidup wanita. Harus ada kesadaran wanita usia subur

untuk skrining kanker leher rahim dengan pemeriksaan IVA. Data menunjukkan

bahwa kesadaran masyarakat khususnya wanita usia subur untuk melakukan IVA

masih rendah, padahal Pemerintah telah mendorong pola hidup sehat dan deteksi

dini.5

Kanker leher rahim merupakan penyakit yang dapat dicegah dan juga

dapat disembuhkan apabila dilakukan deteksi dini dan mendapatkan pengobatan

secara memadai tetapi pada kenyataannya kanker leher rahim tetap menjadi salah

satu kanker penyebab kematian terbesar pada wanita di seluruh dunia. Beban

pembiayaan pengobatan dan perawatan penyakit kanker cukup besar. Menurut

BPJS, penyakit kanker menempati urutan kedua 2 terbanyak setelah penyakit

jantung. Pembiayaan penyakit kanker pada tahun 2019 mencapai 4,1 triliun,

sedangkan pada tahun 2020 pembiayaan kanker sebesar 3,6 triliun. Tingginya

angka kesakitan dan kematian yang terjadi, selain karena kurangnya program

penapisan, juga diperparah dengan rendahnya kemampuan dan aksebilitas untuk

pengobatan. Deteksi dini dilakukan untuk menemukan lesi pra kanker serta

stadium dini kanker leher rahim dan kanker payudara serta tindaklanjutnya.

Sasaran deteksi dini adalah perempuan usia 30-50 tahun, khusus untuk kanker
leher rahim dengan riwayat hubungan seksual. Untuk deteksi dini kanker leher

rahim dilakukan dengan metode IVA, papsmear, tes HPV sesuai dengan

kemampuan fasilitas pelayanan Kesehatan.6

Kebijakan untuk menemukan secara dini lesi prakanker akan memberikan

dampak yang cukup besar dalam menurunkan insidensi, morbiditas, dan mortalitas

penyakit kanker serviks. Upaya dengan menggunakan pemeriksaan visual dengan

asam asetat (visual inspection with acetic acid – VIA atau Inspeksi Visual Asetat -

IVA) telah dilakukan uji coba di banyak negara ternyata mempunyai sensitifitas

dan spesifitas yang cukup baik dalam menemukan lesi pra kanker leher rhaim.7

Inspeksi visual dengan Asam Asetat ( IVA) merupakan pemeriksaan leher

rahim secara visual menggunakan asam cuka berarti melihat leher rahim dengan

mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat

atau cuka (3-5%), daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas

yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa leher rahim

mungkin memiliki lesi prakanker.8 Keseriusan pemerintah Indonesia dalam

menekan angka penderita kanker serviks dengan pemeriksaan IVA didukung

dengan adanya Permenkes RI Nomor 29 Tahun 2017 tentang Penanggulangan

Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim yang telah menetapkan bahwa sebagai

bentuk upaya deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan dengan metode Inspeksi

Visual dengan Asam Asetat (IVA). Dalam rangka pelaksanaan deteksi dini

Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim dibutuhkan standardisasi pelayanan

Sumber Daya Manusia (SDM) melalui tingkat kompetensi pemberi layanan.

Dalam mensosialisasikan kegiatan deteksi dini Kanker Payudara dan Kanker


Leher Rahim dapat dilakukan pemberian informasi/sosialisasi melalui beberapa

cara, yaitu melalui kegiatan rutin Puskesmas, pertemuan-pertemuan lintas sektor

dan lintas program, serta melalui media informasi berupa leaflet, poster, ataupun

spanduk, dan media elektronik maupun tulis local.9

Kanker leher Rahim memiliki angka kematian yang tinggi yang disebabkan

terlambatnya deteksi dini. Penyintas kanker payudara dan leher rahim pada

umumya terdeteksi pada stadium lanjut. Kanker leher rahim dapat ditemukan pada

tahap sebelum kanker (lesi prakanker) dengan metoda IVA dan papsmear. Deteksi

dini dapat menekan angka kematian dan pembiayaan kesehatan. Secara nasional,

sebanyak 8,3% perempuan usia 30-50 tahun telah menjalani deteksi dini kanker

leher rahim melalui metode IVA dan kanker leher rahim melalui sadanis. Cakupan

deteksi dini dengan IVA di Sumatera Selatan sebanyak 32,1% pada tahun 2020.10

Kegiatan penapisan /skrining diharapkan dapat menurunkan angka kejadian

dan kematian akibat kanker leher rahim serta akan meningkatkan penemuan dini

kanker dalam stadium yang lebih awal, program atau kegiatan deteksi dini yang

dilakukan pada masyarakat hanya akan berhasil apabila kegiatannya dihubungkan

dengan pengobatan yang adekuat, terjangkau, aman, dan mampu laksana, serta

mencakup 80% populasi perempuan yang berisiko.8

Kota Palembang merupakan ibu kota Propinsi Sumatera Selatan yang terdiri

dari delapan belas kecamatan, Puskemas Makrayu berada di Kecamatan Ilir Barat II

dan telah menyediakan pelayanan IVA sejak Tahun 2016. Kebutuhan SDM untuk

Melakukan Pemeriksaan pemeriksaan IVA dapat dilakukan oleh dokter umum atau

bidan terlatih. Di Puskesmas Makrayu untuk Tenaga ahli dokter yang telah
mengikuti pelatihan IVA pada saat ini belum ada sedangkan 2 orang tenaga bidan

telah mengikuti pelatihan IVA., dari data cakupan deteksi dini kanker leher Rahim

dengan metode IVA pada tahun 2019 berjumlah 464 orang yang melaksanakan

pemeriksaan IVA dan mengalami penurunan pada tahun 2020 berjumlah 327 orang

dan pada tahun orang 2021 sebanyak 307 orang (3,14 %) . Puskesmas Makrayu

sudah melakukan upaya untuk meningkatkan cakupan IVA dengan melaksanakan

sosialisasi baik di dalam maupun diluar puskesmas yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran sekaligus mengajak masyarakat untuk memeriksakan

dirinya, namun hanya sedikit wanita yang datang untuk melakukan tes IVA,

karenanya analisis pelaksanaan program IVA perlu dilakukan agar dapat dilakukan

evaluasi program untuk mengetahui kekurangan apa yang ada didalam program

sehingga dapat di perbaiki yang bertujuan untuk meningkatkan cakupan

pemeriksaan IVA di Puskesmas Makrayu.

Daniel L. Stuflebeam dan Athony J. Shinkfield menjelaskan bahwa

“Evaluation is the systematic assesment of the worth or merit of some object.” yang

artinya evaluasi adalah sebuah penilaian sistematis yang bermanfaat untuk menilai

beberapa objek.11Dan menurut Wirawan mendefinisikan evaluasi sebagai riset

untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan informasi tentang objek yang

akan dievaluasi dengan membandingkannya dengan indikator evaluasi lalu hasilnya

digunakan untuk kebijakan pengambilan keputusan.12

Menurut Perhimpunan Kesehatan Masyarakat Amerika, evaluasi ialah suatu

proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dan usaha pencapaian

suatu tujuan yang telah ditetapkan. Proses tersebut mencakup kegiatan-kegiatan


memformulasikan tujuan, identifikasi kriteria yang tepat untuk digunakan

mengukur keberhasilan, menentukan dan menjelaskan derajat keberhasilan dan

rekomendasi untuk kelanjutan aktivitas program. Evaluasi merupakan bagian yang

penting dari proses manajemen karena dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik

(feed back) terhadap program atau pelaksanaan kegiatan. Tanpa adanya evaluasi,

sulit rasanya untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan yang direncanakan itu

telah mencapai tujuan atau belum.13 Masih rendahnya pencapaian cakupan program

IVA di Puskesmas Makrayu, sehingga perlu dilakukan evaluasi program dengan

menggunakan logic model untuk mengidentifikasi pencapaian serta mengetahui

permasalahan pelaksanaan program yang telah dilakukan. Dengan menggunakan

logic model dapat dievaluasi secara menyeluruh dari segi komponen input, proses,

output serta memberikan pemahaman pada seluruh steakeholders, membantu

pelaksana program menginformasikan desain program tersebut kepada masyarakat,

menemukan masalah dari pelaksanaan program serta mengidentifikasi cara

penyelesaian.14

Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan tema sentral dalam penelitian

sebagai berikut : Berdasarkan data GLOBOCAN pada tahun 2020 di Indonesia

kanker leher rahim menempati urutan kedua penyakit kanker pada Wanita dengan

angka kejadian 36,633 (17.2%). Kanker leher rahim merupakan penyakit yang

dapat dicegah dan juga dapat disembuhkan apabila dilakukan deteksi dini dan

mendapatkan pengobatan secara memadai tetapi pada kenyataannya kanker leher

rahim tetap menjadi salah satu kanker penyebab kematian terbesar pada wanita di
seluruh dunia. Pemerintah Indonesia dalam menekan angka penderita kanker leher

rahim dengan pemeriksaan IVA didukung dengan adanya Permenkes RI Nomor 29

Tahun 2017 tentang Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim

yang telah menetapkan bahwa sebagai bentuk upaya deteksi dini kanker serviks

dapat dilakukan dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA).

Program atau kegiatan deteksi dini yang dilakukan pada masyarakat hanya akan

berhasil apabila kegiatannya dihubungkan dengan pengobatan yang adekuat,

terjangkau, aman, dan mampu laksana, serta mencakup 80% populasi perempuan

yang berisiko. Data cakupan pemeriksan IVA di Puskesmas Makrayu Palembang

mengalami penurunan dari tahun ke tahun, data cakupan deteksi dini kanker leher

Rahim dengan metode IVA di Puskesmas Makrayu pada tahun 2019 berjumlah 464

orang yang melaksanakan pemeriksaan IVA dan mengalami penurunan pada tahun

2020 berjumlah 327 orang dan pada tahun orang 2021 sebanyak 307 orang (3,14

%). Dari berbagai penelitian yang sudah pernah dilakukan cakupan IVA

dipengaruhi oleh berbagai indikator baik dari WUS, tenaga Kesehatan, sarana dan

prasarana serta sosialisasi infomasi tentang kanker leher rahim dan IVA kepada

masyarakat perlu ditingkatkan agar masyarakat memiliki pengetahuan yang baik,

menumbuhkan kesadaran dan kemauan untuk melakukan pemeriksaan IVA, Untuk

mengetahui keberhasilan dan juga hambatan suatu kegiatan, dibutuhkan adanya

kegiatan analisis program sehingga dapat dilaksanakan evaluasi dengan

menggunakan logic model untuk menganalisis hal yang terkait dalam komponen

input, proses dan output agar dapat diketahui permasalahan dan kekurangan dalam
pelaksanaan program IVA untuk mendukung dan meningkatkan program deteksi

dini kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas Makrayu Palembang.

Berdasarkan uraian tersebut maka dianggap penting untuk dilakukan

penelitian dengan judul “Analisis program pelaksanaan inspeksi visual asam

asetat (IVA) di Puskesmas Makrayu Palembang” dengan harapan dapat

memberikan solusi serta dapat menjadi bahan masukan dalam upaya

meningkatkan cakupan pemeriksaan IVA dipuskesmas Makrayu Palembang

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan atas uraian sebelumnya, didapatkan beberapa rumusan masalah

penelitian

1.2.1 Bagaimana input (tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, dana) dalam

pelaksanan program IVA?

2.2.1 Bagaimana proses (pelaksanaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan)

pada pelaksanaan program IVA?

3.2.1 Bagaimana output (cakupan pelaksanaa) program IVA?

4.2.1 Bagaimana faktor kebijakan pada pelaksanaan program IVA?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1.3.1 Untuk mengetahui input (tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, dana)

dalam pelaksanan program IVA?


2.3.1 Untuk Mengetahui bagaimana proses (pelaksanaan, pengawasan,

pencatatan dan pelaporan) pada pelaksanaan program IVA?

3.3.1 Untuk Mengetahui Bagaimana output (cakupan pelaksanaa) program

IVA?

4.3.1 Untuk Mengetahui Bagaimana faktor kebijakan pada pelaksanaan program

IVA?

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Puskesmas

Makrayu untuk meningkatkan kinerja agar dapat meningkatkan cakupan

program pemeriksaan IVA sesuai target nasional yaitu 100%.

2) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan atau sumber data

peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dalam lingkup yang

sama.

1.4.2 Kegunaan praktis

Dapat menjadi bahan masukan kepada instansi terkait yaitu Dinas

Kesehatan untuk dapat melaksanakan perencanaan dalam pengelolaan

program IVA sehingga dapat meningkatkan kualitas program.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Kanker Leher Rahim

1. Definisi Kanker Leher rahim

Kanker Serviks atau kanker leher rahim adalah tumor ganas yang

tumbuh di dalam leher rahim yaitu bagian terendah dari rahim yang melekat

pada puncak vagina yang disebabkan oleh adanya virus Human Papilloma

Virus (HPV). Sebesar 90% kanker serviks berasal dari dari sel skuamosa

(pada jaringan epitel) yang melapisi serviks sedangkan 10% lagi berasal dari

sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam

rahim.15Kanker leher rahim adalah adalah kanker yang terjadi pada serviks

uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu

masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang

senggama (vagina). Kanker ini pada umumnya terjadi pada wanita telah

berumur, tetapi bukti statistik juga menunjukkan bahwa kanker ini juga dapat

menyerang wanita dengan umur 20-30 tahun.16


2. Faktor Riesiko

2.1.1.2.1. Faktor Resiko yang Telah Dibuktikan 28.29

1. Hubungan Seksual

Kanker leher rahim adalah penyakit yang dapat ditularkan karena

terjadinya hubungan seksual, dari bukti-bukti yang telah dikumpulkan,

dikeathui terdapat hubungan antara riwayat hubungan seksual dan

resiko yang terjadi terhadap penyakit ini. Sesuai dengan etiologi

infeksinya, wanita yang memiliki banyak pasangan seksual dan yang

memulai aktivitas seksnya pada usia muda, memiliki tingkat terkena

kanker leher rahim yang lebih besar.

2. Karakteristik Partner

Hasil dari sebuah studi menyatakan bahwa, mayoritas pasien

kanker leher rahim merupakan mereka yang menjalani kehidupan

seksual dengan aktif. Selain itu, terdapat faktor pria yang memiliki

kanker penis atau pria yang pernah berhubungan seksual dengan

wanita yang memilki kanker leher rahim sebelumnya, juga dapat

menjadi faktor dari penyakit kanker leher rahim pada wanita.

3. Riwayat Ginekologis

Hamil pada usia muda dan manajemen kehamilan yang tidak baik

juga dapat menjadi penyebab dari kanker leher rahim ini.

4. Agen Infeksius
Ada banyak sekali bukti yang menghasilkan bahwa HPV leher

rahim denga kondiloma dan atipik koilistik yang menunjukkan

displasia ringan atau sedang, dan deteksi antigen HPV dan DNA

dengan lesi servikal. HPV tipe 6 dan 11 memiliki hubungan yang

kuat dengan displasia ringan yang sering regresi. HPV tipe 16 dan

18dihubungkan dengan displasia berat, menjadi karsinoma insitu.

Diperkirakan 90% pasien dengan kanker leher rahim intensif dan

lebih dari 60% pasien dengan mempunyai antiobdi terhadap virus

5. Merokok

Merokok telah terbukti dapat meningkatkan resiko terkena kanker

leher rahim. Hal tersebut dikarenakan aktivitas mutasi mukus leher

rahim pada wanita perokok atau melalui efek imonsupersif dari

merokok itu sendiri

2.1.1.2.2. Faktor Risiko yang Diperkirakan

1. Kontrasespi Oral

Resiko non invasi/dan invasive kanker leher rahim menunjukan

adanya hubungan antara kanker leher rahim dan kontrasepsi oral.

Memang hasil dari penlitian tidak semuanya setuju dan memerlukan

studi yang lebih dalam terhadap kontrasepsi oral ini sebagai penyebab

resiko kanker leher rahim

2. Diet

Diet rendah karotenoid dan detistensi asam tolat dapat dimasukkan

juga sebaai faktor yang menyebabkan resiko kanker leher rahim


3. Etnis dan Faktor Sosial

Wanita yang berada pada kelas ekonomi yang rendah, memiliki

resiko terkena kanker leher rahim 5x lebih tinggi disbanding dengan

mereka yang berada pada kelas ekonomi tinggi. Hal ini bisa saja terjadi

diakibatkan pengetahuan mereka terhadap pendidikan seksual yang

dimiliki oleh masing-masing konidi sosial ekonominya.

4. Pekerjaan

Ketika sedang bekerja, bukan tidak mugkin seorang wanita dapat

terkena oleh debu, bahan kimia, tar, atau minyak mesin yang dapat

menjadi perangsang dari kanker leher rahim ini.

2.1.1.2.3. Faktor Pelindung

1. Kontrasepsi Barier

Metode barrier (diafragma dan kondom) telah dibuktikan oleh

beberapa penelitian, efektif dapat menurunkan resiko kanker leher

rahim. Hal ini dapat terjadi, karena serviks akan terlindungi dari

terkena langsung oleh bahan karsniogen dan cairan semen.

2. Subtipe Histologi

Displasia serviks sering didiagnosis pada wanita diusia 20an,

kanker insitu pada perempuan usia 30an, dan kanker invasi pada

wanita usia . 40 tahun. Karsinoma sel skuamosa dijumpai pada 90%

dari semua kanker leher rahim 10% lainnya dibagi antara adeno

karsinorna dan adeon skuamosa karsinoma. Kanker leher rahim biasa

ditemukan pada pertemuan antara kanalis servikalis dan aktoserviks


yang mana epitel kolumnar diganti epitel skuamosa pada usia dewasa

dan kehamilan. Skuamokolurnnar junction merupakan zona

transformasi.

2.1.1.2.4. Gejala dan Tanda

Pada umumnya, mereka yang belum berada pada tingkat stadium

lanjut dari kanker leher rahim ini, tidak merasakan gejala penyakit

yang khusus. Namun ketika tingkat kanker telah berada pada tingkat

stadium lanjut, maka akan muncul rasa sakit dan terjadinya pendarahan

saat melakukan hubungan seksual, keputihan yang berlebihan dan

neminmbulkan bau busuk yang disebabkan oleh infeksi dan nekrosis

jaringan, perdarahan di luar siklus menstruasi, anemia yang

diakibatkan pendarahan pervainam yang berulang, dan juga penurunan

berat badan yang drastis

2.1.1.2.5. Skrining

Kasus kanker leher rahim dan kematian akibat kanker leher rahim,

biasanya dapat dideteksi dengan adanya perubahan pada daerah servis

dengan cara melakukan pemeriksaan sitology dengan menggunakan

skrining tes Pap.

WHO menyebutkan, untuk melakukan pemeriksaan atau skrining

untuk melihat kanker leher rahim pada tubuh seorang wanita,

danjurkan dilakukan setidaknya satu kali pada usia 35–40 tahun,

namun apabila tersedia alat dan fasilitas pemeriksaan yang optimal,


akan lebih baik pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun sekali pada

wanita berusia 25—60 tahun.

Mendeteksi suatu penyakit sedini mungkin adalah hal yang sangat

penting untuk menanggulangi penyakit kanker leher rahim ini, apalagi

yang telah disampaikan di atas, bahwa kanker leher rahim stadium dini

tidak dapat dirasakan karena memang perubahan yang terjadi pada

tubuh sangatlah minim. Maka dari itu dilakukannlah skrining guna

mengetahui apa yang terjadi pada tubuh seseorang. Beberapa metode

penapisan yang dikenal untuk melakukan penapisan kanker serviks

dengan tujuan menemukan lesi prakanker. Metode yang saat ini sering

digunakan adalah test Pap’s smear IV A tes. Pap smear memiliki

tingkat memiliki tingkat sensititivitas 51-98%, selain itu pemeriksaan

ini masih memerlukan pemeriksaaan penunjang laboratorium cytology

danri dokter ahli patologi yang relatif memerlukan waktu dan biaya

yang cukup besar. Selain pap smear terdapat pemeriksaan IVA yang

memiliki tingkat sensitivitas 96% dan spesifisitas 97%, sehingga dapat

dijadikan alternatif skrining yang efisien untuk negara berkembang

seperti Indonesia.

3. Pemeriksaan IVA

2.1.1.3.1. Definisi

Tes IVA adalah tes visual yang menggunakan larutana sam cuka

pada serviks, kemudian melihat perubahan warna yang setelah


dilakukann pengolesan, dan melihat adanya sel yang mengalami

displasia sebagai salah satu metode skirining kanker leher rahim

Konsep dasar tes IVA adalah dengan mengoleskan asam asetat

pada bagian leher rahim yang akan menyebabkan epitel pada leher

rahim yang dalam kondisi abnormal meningkatkan osmolaritas cairan

ekstraseluler yang bersifat hypertonik serta akan menarik cairan dari

intraseluler sehingga membran akan kolaps dan jarak antar sel akan

semakin dekat, akibatnya jika permukaan epitel mendapat sinar dan

sinar tersebut tidak diteruskan stroma narnun dipantulkan keluar

sehingga permukaan epitel abnormal akan berwarna putih yang

disebut dengan acetowhite

2.1.1.3.2. Prosedur IVA

1) Persiapan dan syarat, terdiri dari sabun dan air untuk cuci tangan,

lampu yang terang untuk melihat serviks, spekulum dengan desinfeksi

tingkat tinggi, sarung tangan sekali pakai atau desinfeksi tingkat

tinggi, meja ginekologi, kapas lidi, asam asetat 3-5%, larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi instrument dan sarung tangan dan format

pencatatan.

2) Persiapan tindakan, dengan menjelaskan prosedur tindakan,

bagaimana dikerjakan dan apa artinya hasil tes positif. Yakinkan

bahwa pasien telah memahami dan menandatangani informed consent.

Pemeriksaan inspekulo secara umum meliputi dinding vagina, serviks

dan forniks.
3) Teknik/ prosedur tindakan dengan melakukan inspeksi genetalia

eksterna dan melihat apakah ada discharge pada mulut uretra dengan

cara memasukkan spekulum sepenuhnya secara hati-hati untuk

melihat serviks, bila serviks dapat terlihat seluruhnva, kunci spekulum

dalam posisi terbuka sehingga tetap berada pada tempatnya saat

melihat serviks. Identifikasi ostium servikalis dan SSK serta daerah

sekitarnya.

4) Bila pemeriksaan visual pada serviks telah selesai, gunakan kapas

lidi yang baru untuk menghilangkan sisa asam asetat dari serviks dan

vagina. Lepaskan spekulum secara hati-hati. Jika hasil tes IVA

negatif, masukkan spekulum ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit untuk dekontaminasi. Jika hasil positif dan setelah konseling

pasien menginginkan pengobatan segera, letakkan spekulum pada

wadah untuk digunakan pada saat krioterapi. Melakukan pemeriksaan

bimanual atau rektovaginal (bila diindikasikan). Periksa kelembutan

gerakan serviks; ukuran, bentuk dan posisi rahim, kehamilan atau

abnormalitas dan pembesaran uterus atau tenderness pada adneksa dan

catat hasil pengamatan, gambar dan denah temuan.

5) Interpretasi hasil, IVA positif bila ditemukan adanya area berwarna

putih dan permukaannya meninggi dengan batas yang jelas pada zona

transformasi.
4. Evaluasi Program

2.1.1.4.1. Definisi

Program adalah segala sesuatu yang dilakukan dengan tujuan dapat

memberikan suatu pengaruh. Tiap-tiap kegiatan yang dibangun, pada

umumnya bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pembuatan

suatu program, akan dimulai dengan melakukan perencanaan, setelah

itu perencanaan tersebut dilakukan, kemudian setelah mendapatkan

hasil dari program tersebut, kemudian suatu program akan diukur

sejauh mana tercapainya target dari program yang sudah dijalankan

sebelumnya.

Mengevaluasi program sangatlah penting dalam proses

manajemen, karena dengan melakukan evaluasi, kita dapat mengetahui

langkah apa yang harus kita lakukan dalam mengerjakan program-

program selanjutnya.

2.1.1.4.2. Tujuan dan Manfaat

Evaluasi setelah menyelesaikan suatu program memberikan

manfaat kepada organiasasi yang mengerjakan program tersebut, yang

mana dengan mengevaluasi suatu program dapat memberikan

pembahasan apakah program tersebut dapat dilanjutkan atau harus

dihentikan, kemudian dapat sebagai alaram bagi para produser

mengenai suatu bagian yang harus diperbagus, dan manfaat lainnya

yang bertujuan untuk memperbaiki dari suatu program yang telah


dilakukan dan menjadi bekal untuk program yang akan dijalankan ke

depannya

2.1.1.4.3. Model dalam Penyusunan Evaluasi

Beberapa model yang sering digunakan pada evaluasi adalah model

eksperiment quasi eksperimen, model Kirkpatrick, model CLPP (Context-Input

Process-Product) dan logic model.

1) Model eksperimen/quasi eksperimen. Pada model ini yang lebih

menekankan pada suatu hubungan kausal antara unsur dengan hasil

program yang memberikan hasil kegiatan tapi pada model ini, tidak dapat

memberikan bukti dan hasil yang tidak diperkirakan.

2) Model Kirkpatrick. Model ini digunakan untuk mengevaluasi hasil

belajar pada suatu program pelatihan. Terdapat empat komponen

penilaian pada model ini, yaitu : kepuasan peserta, pengukuran

kemampuan belajar, perubahan perilaku, dan hasil akhir program

3) Model CIPP (context-input-process-product). Model ini merupakan suatu

pendekatan evaluasi yang berorientasi pada pengambilan keputusan,

kerangka kerja komprehensif untuk melakukan evaluasi formatif, dan

sumatif terhadap program, individu, lembaga maupun sistem.

4) Logic model. Model yang satu ini digunakan sebagai pendekatan evaluasi

dalam merancang program, dimulai dari penentuan hasil yang

diharapkan, dilanjutkan dengan perencanaan program berdasarkan


komponen lain. Setiap kegiatan pada logic model harus memiliki satu

output, meskipun output dapat berhubungan dengan beberapa kegiatan.

2.1.1.4.4. Logic Model

Logic model secara sederhana didefinisikan sebagai suatu pemikiran

logis dalam menyusun, menformulasikan, dan mengevaluasi suatu program. Logic

model merupakan suatu suatu model yang dapat menjembatani antara kondisi

yang telah terjadi dan konidisi yang diinginkan. Terdapat 3 poin penting yang

dapat membuat logic model ini bekerja dengan baik, yaitu perencanaan,

pelaksanaan program, dan evaluasi:

1) Perencanaan

Logic model merupakan sebuah kerangka kerja dan proses

perencanaan yang digunkaan untuk menjembatani kesenjangan antara kondisi

saat ini dan kondisi yang diinginkan. Logic model memberikan struktur

pemahaman terhadap suatu keadaan yang mengarah pada kebutuhan inisiasi,

hasil akhir yang diharapkan, dan bagaimana investasi dapat dikaitkan dengan

aktivitas sumber daya manusia yang dapat mencapai suatu tujuan program

yang telah ditentukan

2) Pelaksanaan program

Logic nodel menggambarkan hubungan antara input, activity, output

dan outcome yang berguna sebagai dasar dalam membangun sebuah rencana

dengan manajemen yang lebih detail. Logic model digunakan untuk

menjelaskan, memonitor kegiatan, proses dan fungsi.


3) Evaluasi

Logic model digunakan sebagai langkah pertama saat melakukan

evaluasi, menentukan waktu dan apa-apa saja yang harus dievaluasi sehingga

sumber evaluasi digunakan secara efektif dan efisien. Dengan adanya suatu

evaluasi, penginisiasi suatu program dapat menilai dan memverifikasi apa

yang terjadi dari suatu teori program tertentu. Logic model membantu agar

dapat fokus pada proses dan pengukuran outcome yang tepat.

Model ini akan menjelaskan hubungan antara input dan process hingga

mencapai output dan outcomes yang diharapkan.

1) Input

Input adalah gambaran mengenai apa-apa saja yang dibutuhkan pada

sebuah program agar dapat meningkatkan kualitas program. Unsur-unsur

yang dibutuhkan pada input adalah sumber daya yang digunakan, seperti

sumber daya manusia (SDM), sarana prasarana waktu, dan pendanaan yang

dibutuhkan ketika melaksanakan kegiatan.

2) Proses

Proses pada logic model adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan

berdasarkan sumber daya yang digunakan, mencakup perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaaan, dan pengawasan.


3) Output

Pengukuran terhada output yang dihasilkan dari suatu pelaksanaan

kegiatan program fisik maupun nonfisik. Output adalah hasil dari yang telah

dilakukan, hasil disini dapat berupa barang, jasa, maupun produk.

4) Outcomes

Dalam pengukuran pencapaian dari berbagai kegiatan dalam suatu

program berhasil dilaksanakan. Outcomes dalam logic model adalah hasil yang

didapat dan berlaku untuk hasil jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

2.2. Kerangka Pemikiran

Menyesuaikan dengan kajian pustaka yang telah disusun sebelumnya,

maka kajian tersebut selanjutnya dikembangkan menjadi kerangka pemikiran

yang disusun sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu mengevaluasi program

pencegahan kanker leher rahim dengan menggunakan pemeriksaan IVA.

Kanker leher rahim merupakan jenis kanker yang dapat dikatagorikan

sebagai kanker yang mudah untuk dicegah dan diobati, sayangnya kanker yang

satu ini tidak dapat dirasakan oleh pasien yang masih berada pada stadium awal,

karena memang tidak ada perubahan pada tubuh mereka yang masih pada fase

stadium awal kanker leher rahim ini. Maka dari itu, banyak sekali pasien yang

baru berobat, ketika kanker leher rahim mereka sudah berada pada titik stadium

lanjut yang kemudian mengakibatkan angka kematian yang disebabkan kanker

leher rahim pada wanita menjadi tinggi.


Di dunia, angka kematian yang disebabkan oleh kanker leher rahim

menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Setiap tahunnya di Indonesia,

diperikrakan terdapat 15.000 kasus kanker leher rahim setiap tahunnya. Dan

hampir sekitar 80% pada Negara berkembang, kanker ini menjangkit wanita yang

sedang berada pada usia produktif. Hal ini salah satunya disebabkan oleh telatnya

mengetahui keadaan leher rahim pada wanita, padahal kanker leher rahim ini

merupakan jenis kanker yang cenderung mudah untuk diobati. Maka dari itu pada

proyek see and treat yang diselenggarakan oleh Female Cancer Programme

(FCP) pada tahun 2004, menemukan lesi pra kanker yang dapat melakukan

deteksi dini pada kanker leher rahim yang menggunakan metode inspeksi visual

menggunakan asam asetat.

2.3. Proeposisi Teori

1) Semakin baik input pada program pencegahan kanker leher rahim dengan

pemeriksaan IVA, maka persentase keberhasilan untuk mencapai target

semakin besar

2) Semakin baik proses pada program pencegahan kanker leher rahim

dengan pemeriksaan IVA, maka persentase keberhasilan untuk mencapai

target semakin besar

3) Semakin baik input dan proses pada program pencegahan kanker leher

rahim dengan pemeriksaan IVA, maka persentase keberhasilan untuk

mencapai target semakin besar

4) Pelaksanaan program pencegahan kanker leher rahim menggunakan

pemeriksaan IVA bisa dikerjakan dengan baik apabila unsur input


direncakanan dengan optimal dan unsur proses dapat dikerjakan dengan

baik, sehingga dapat menghasilkan luaran yang sesuai dengan apa yang

diharapkan
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai evaluasi program pencegahan kanker

leher rahim yang melakukan pemeriksaan Inspekksi Cisual Asam Asetat (IVA)

pada puskesmas Makrayu Palembang yang menggunakan logic model yang terdiri

dari unsur input, process, dan outuput. Model ini merupakan model evaluasi

program yang menganalisa capaian target yang telah ditentukan dari suatu

program yang telah selesai atau sedang berlangsung bahkan juga program yang

masih dalam tahap perencanaan. Dalam model ini, semuanya berawal dari

menentukan hasil yang harus dicapai, kemudian dilanjutkan untuk masuk kepada

tahap perencanaan program, kemudian menjalankan program, dan yang terakhir

adalah mengevaluasi program

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adlaah metode

kualitatif yang menggunakan pendekatan studi kasus yang mana pendekatan ini

memilki tujuan untuk dapat memahami dan mengekspolrasi fenomena dan

masalah sosial yang terjadi pada subjek penelitian. Dalam penelitian ini,

fenomena dan masalah sosial yang akan diangkat adalah mengenai belum

tercapainya target deteksi dini kanker leher rahim menggunakan pemeriksaan

IVA.

Strategi yang digunakan pada studi kasus ini menggunakan perspektif

dari beberapa ilmu yang terdiri dari ilmu yang mendasari peneilitian ini dan juga

ilmu-ilmu lain yang berasal dari informan agar dapat memahami kasus yang akan
diteliti. Studi kasus ini akan dilakukan pada puskesmas Makrayu Palembang.

Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah pengelola, pelaksana, dan

pengguna program pencegahan kanker leher rahim yang menggunakan

pemeriksaan IVA pada puskesmas Makrayu Palembang yang terdiri dari

penanggung jawab puskesmas, bidan atau dokter pelaksana IVA, penanggung

jawab program IVA pada puskesmas Makrayu Palembang, serta klien program

IVA yang memenuhi kriteria inlusi yang bersedia menjadi informan pada

penelitian ini.

3.1.1. Kriteria Inklusi

1. Penanggung Jawab Puskesmas

2. Penanggung Jawab Program IVA

3. Pelaksana Program IVA

4. Klien Program IVA

3.1.2. Informan

Dalam memilih informan pada penelitian ini, peneliti menggunakan

teknik purposive sampling dan strategy variasi maksimal. Teknik ini digunakan

berdasarkan apa yang telah dipertimbangkan oleh peneliti yaitu informan yang

digunakan adalah mereka yang terlibat langsung dan yang memahami program

pencegahan kanker leher rahim menggunakan VIA. Jumlah informan tidak

ditemukan, tetapi wawancara akan dihentikan apabila data mencapai taraf jenuh

(saturasi data)
Dalam penelitian ini wawancara dihentikan ketika telah mencapai saturas

data ketika, informan mencapai 1 penanggung jawab puskesmas, 1 penanggung

jawab program IVA, 2 pelaksana program IVA, dan 2 klien yang telah melakukan

pemeriksaan IVA.

3.2. Tempat dan Waktu

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada puskesmas Makrayu Palembang.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan juli tahun 2022

3.3. Definisi Konseptual

Tabel 3.1 Definis Konseptual


Variabel Definisi Konseptual

Penilaian secara menyeluruh terhadap suatu kegiatan


Evaluasi Program
terstruktu pada pancegahan kanker leher rahim dengan
pemeriksaan IVA
Seluruh sumber daya yang berakitan dengan kegiatan
Input
program pencegahan kanker leher rahim dengan
pemeriksaan IVA
Selluruh tahapan yang saling berkaitan dalam kegiatan
Proses program pencegahan kanker leher rahim meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring,
dan evaluasi
Gambaran hasil pelaksanaan program pencegahan kanker
Output leher rahim dengan pemeriksaan IVA berupa data klien,
respon klien yang melakukan pemeriksaan IVA, serta
respon pelaksana program

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, akan mengumpulkan data primer yang berasal dari

wawancara yang dilakukan kepada seluruh informan. Wawancara yang digunakan


adalah wawancara semi tersktuktur, open ended question karena pada penelitian

ini tidak menuntut keterarturan pada pertanyaan yang ditanyakan, guna

memunculkan opini dari informan, sehingga membuat peneliti berkemungkinan

untuk mendapat data yang kaya.

Kemudian ada data sekunder yang didapat dari studi dokumentasi dengan

memperhatikan dan menganalisis dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

topik penelitian. Selain itu juga data sekunder didapat dari observasi langsung

pada lokasi peneltian dengan tujuan agar dapat informasi tambahan mengenai

kasus yang sedang diteliti.

3.5. Instrumen Pengumpulan Data

Pada suatu penelitain kualitatif, yang menjadi instrument utama dari

penelitiannya adalah peneliti itu sendiri. Kemudian ada instrument tambahan yang

digunakan untuk menunjang pengumpulan data dalam suatu penelitian, yaitu

pedoman wawancara, catatan lapangan, dan lembar observasi yang berisi waktu

pelaksanaan penelitian, gambaran informan, tempat dan suasana wawancara, serta

alat perekam yang digunakan untuk merekam seluruh kegiatan penelitian.

3.6. Validitas dan Reabilitas

Pengujian validitas dann reabilitas dalam penelitian ini, adalah untuk

meningkatkan derajat penelitian dan juga agar dapat mempertanggungjawabkan

interpretasi data dengan menjadag trustworthiness dengan 4 cara yaitu :


3.6.1. Kredibiltas

Suatu kegiatan yang dikerjakan untuk membangun sebuah kredibiltas,

memerlukan prolnged time, triangulasi, dan re-checking pada programnya.

Prolonged time adalah perpanjangan waktu yang dilakukan dalam melakukan

pendekatan, membangun kepercayaan informan kepada peneliti, dam informan

yang bersikap secara alami. Triangulasi dilakukan dengan cara membandingan

data yang didapat dari beberapa subjek penelitian. Re-checking dikerjakan pada

tiap-tiap tahapan penelitian untuk meminiamilasasikan kesalahan yang dapat

terjadi

3.6.2. Transferbilitas

Transferbilitas adalah konsep generelaisasi data. Penelitian akan memilki

transferbilitas yang tinggi apabila, gambaran yang diuraikan pada penelitian ini

dapat dipahami dengan jelas oleh pembaca

3.6.3. Dependabilitas

Depandabilitas akan menampilkan konsistensi dari hasil yang ditemukan

saat penelitian. Depanbilitas yang baik, dapat diperoleh denga analisis data yang

rapi, terstruktur, dan upaya peneliti unruk menginterpretasikan hasil dengan cara

menjaga konsistensi dan stabilitas. Konsistensi dapat diketahui dengan pertanyaan

yang menghasilkan jawaban yang sesuai, sedangkan stabilitas diuji dengan cara

menanyakan pertanyaan yang hampir sama pada informan pada waktu yang

berbeda.
3.6.4. Konfirmabilitas

Konfirmasi atau member check dilakukan kepada informan, guna untuk

mengklarifikasikan data yang telah ditemukan. Pada penelitian ini, dilakukan peer

checking dengan cara melakukan diskusi dengan para ahli untuk mengreanalysis

data yang diperoleh.

3.7. Prosedur Penelitian

3.7.1. Persiapan

Pada tahap pertama ini, peneliti mengirim surat perizinan peneltian yang

ditanda tangani pihak Program Pendidikan Magister Program Studi Magister

Kebidanan yang akan diberikan kepada pimpinan puskesmas Makrayu Palembang

sebagai pihak lokasi penelitian. Setelah mendapat izin dari pihak lokasi penelitian,

peneliti selanjutnya akan melakukan kontrak waktu kepada informan untuk

melakukan wawancara secara mendalam

3.7.2. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dimulai dengan memilih sampel secara

purposive sampling untuk mendapatkan gambaran dalam pelaksanaan kegiatan

pencegahan kanker leher rahim melalui pemeriksaan IVA. Kemudain penelitit

menemui tiap-tiap informan untuk berkenalan sebagai tahap awal sebelum

menyampaikan maksud dan tujuan peneliti kepada informan, selain itu peneliti

juga harus melakukan informed consent dan mencocokan jadwal dengan informan

agar dapat melakukan pengumpulan data melalui wawancara dengan tenang


Kemudian melakukan pengumpulan data melalui wawancara pada waktu

yang telah ditentukan sebelumnya. Wawancara dilakukan sesuai dengan prosedur

dan alur penelitian. Data yang didapat dari hasil wawancara selanjutnya disimpan

pada voice recorder sehingga memudahkan peneliti pada saaat melakukan

pengolahan data. Selain itu, peneliti juga melakukan pencatatan lapangan pada

saat wawancara, membuat koding, dan menentukan saturasi data setelah

mendapatkan hasil koding yang sama. Kemudian setelah saturasi data telah

didapatkan, wawancara diselesaikan.

3.7.3. Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengumpulan, pengolahan, dan analisis data merupakan satu

kesatuan, proses ini akan dilakukan berulang kali sesuai dengan kejenuhan data.

Idelanya, proses pengumpulan daa haruslah dilakukan sejalan dengan pengolahan

data, sehingga nantinya dapat diputuskan apakah pengumpulan data harus

dilanjutkan atau cukup diselesaikan. Tahap pengolahan dan analisis data meliput

hal di bawah ini :

1) Transkripsi hasil wawancara

Proses memindahkan hasil wawancara yang tersimpan pada recorder

menjadi tulisan untuk dianalisis, ditambahkan, atau dikurangi.

2) Reduksi data

Setelah hasil rekaman dipindahkan ke dalam bentuk tulisan, kemudian

tulisan tersebut dipilah dan disederhanakan sehingga yang tersisa hanyalah catatan

yang diperlukan untuk penelitian ini saja.

3) Koding
Menginterpretasikan data atau kalimat menjadi beberapa istilah atau

koding dalam bentuk frase.

4) Kategorisasi

Mengelompokkan hasil koding yang telah difrasekan menjadi beberapa

kategori.

5) Menentukan tema

Proses menggabungkan kategori-kategori yang sejenis menjadi tema

yang sesuai.

6) Thick description

Menyusun deskripsi mendalam untuk menjelaskan keterkaitan berbagai

data primer dan sekunder, berisi uraian dan seluruh kategorisasi terna yang

mengarah pada kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian.


3.7.4. Alur Penelitian

Mengajukan surat izin penelitian kepada Puskesmas Makrayu Palembang

Menentukan informan dengan purposive sampling

Informed Consent

Kontrak waktu

Pengumpulan Data

In-depth interview Studi Dokumentasi,


Analisis Data Obsevasi
Olah Data

Display Data Transkrip & Reduksi

Koding & Kategorisasi

Kesimpulan/ Verivikasi

Pelaporan

Anda mungkin juga menyukai