Anda di halaman 1dari 36

PROFIL

PROGRAM IVA TEST


DAN SADANIS

IBI RANTING KUNDUR


TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan Anugrah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan IVA dan SADANIS UPT Puskesmas Tanjungbatu. Laporan ini disusun
dalam rangka memenuhi administrasi Laporan Kesehatan. Tujuan dari pembuatan
laporan tentang iva test dan sadanis ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai pelaksanaan kegiatan serta berbagai bentuk pertanggungjawaban
Pelaksana Teknis Kegiatan kepada pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan
kegiatan.
Pelaksanaan IVA Test dan Sadanis di Wilayah Kecamatan Kundur yang
dilakukan oleh pengelola program IVA dan Bekerja sama dengan IBI Ranting
Kundur di wilayah Kecamatan Kunudr diuraikan secara jelas pada laporan
kegiatan ini dintaranya: tujuan yang hendak dicapai, sasaran pelaksanaan
kegiatan, waktu dan tempat pelaksanaan serta output dari pelaksanaan kegiatan.
Laporan kegiatan kinerja ini semoga dapat menjadi bahan evaluasi dan
tolak ukur dalam pelaksanaan dan sosialisasi kesehatan IVA Test, dan menjadi
bahan perbaikan dimasa yang akan datang. Kami menyadari bahwa dalam
penyajian laporan ini sangat jauh dari sempurna untuk itu kami memohon koreksi,
kritik dan saran sehingga dapat menjadi pegangan untuk membuat laporan
selanjutnya.
Dari semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini kami
ucapkan banyak terima kasih semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan
rahmatNya kepada kita semua, dan kami mohon maaf bila dalam sajian ini tidak
dapat memuaskan semua pihak. Terima kasih yang tidak terhingga kepada semua
pihak yang telah membantu pembuatan laporan ini, sehingga laporan ini dapat
selesai tepat pada waktunya.
Tanjung Batu, 30 Juni 2022
Ketua IBI Ranting Kundur

Yenni Eva Novita, S.Tr.Keb


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker Leher Rahim dan kanker payudara menjadi salah satu masalah
utama pada kesehatan perempuan di dunia, terutama pada negara bekembang
yang mempunyai sumber daya terbatas seperti di Indonesia. Alasan utama
meningkatnya kanker tersebut di negara berkembang adalah karena kurangnya
program skrining yang efektif dengan tujuan untuk mendeteksi keadaan
sebelum kanker maupun kanker pada stadium dini termasuk pengobatannya
sebelum proses invasif yang lebih lanjut. -Estimasi tahun 1985 (PATH, 2000)
hanya 5% perempuan di negara sedang berkembang yang mendapat pelayanan
skrining dibandingkan dengan 40% perempuan di negara maju. Kematian pada
kasus kanker diatas pada negara berkembang 2 (dua) kali lebih besar
dibandingkan negara maju, hal ini terjadi selain karena kurangnya program
skrining, juga diperparah dengan rendahnya kemampuan dan aksesibilitas
untuk pengobatan.
Berdasarkan data Globocan (IARC) 2012, Kanker Payudara
menempati urutan pertama seluruh kanker pada perempuan (incidence rate 40
per 100.000 perempuan), kasus baru yang ditemukan 30,5% dengan jumlah
kematian 21,5% per tahun dari seluruh kasus kanker pada perempuan di dunia.
Kanker Leher Rahim menempati urutan kedua dengan incidence rate 17 per
100.000 perempuan, kasus baru yang ditemukan 13,0% dengan jumlah
kematian 10,3% per tahun dari seluruh kasus kanker pada perempuan di dunia.
Insidens kanker di Indonesia masih belum dapat diketahui secara pasti, karena
belum ada registrasi kanker berbasis populasi yang dilaksanakan. Berdasarkan
data hasil registrasi kanker berbasis populasi di DKI Jakarta tahun 2005-2007,
Kanker Payudara menduduki peringkat pertama dari seluruh kasus kanker
(insidens 18,6 per 100.000) dan Kanker Leher Rahim menempati urutan ke 2
(insidens 9,25 per 100.000). Sedangkan dari Sistim Informasi Rumah Sakit
(SIRS) di Indonesia tahun 2010 diketahui bahwa Kanker Payudara menempati
urutan pertama pasien rawat inap maupun rawat jalan di seluruh RS di
Indonesia dengan jumlah pasien sebanyak 12.014 orang (28,7%) dan Kanker
Leher Rahim berada di urutan 2 yaitu sebanyak 5.349 orang (12,8%).
Penanggulangan terpadu harus dilaksanakan sejak dari Puskesmas
bekerja sama dengan lintas sector, TP-PKK, dan IBI ranting Kundur. Kunci
keberhasilan program pengendalian Kanker Leher Rahim adalah skrining
(screening) yang diikuti dengan pengobatan yang adekuat. Hal ini berdasarkan
fakta bahwa lebih dari 50% perempuan yang terdiagnosa kanker tidak pernah
melakukan skrining (WHO,2004). Untuk mencapai hasil yang memuaskan,
skrining harus berfokus pada perempuan dengan golongan umur yang sudah
ditargetkan. Walaupun dengan kemajuan saat ini pencegahan primer Kanker
Leher Rahim berupa vaksinasi HPV telah tersedia, namun belum dapat menjadi
imunisasi massal untuk saat ini, karena mahalnya biaya dan keterbatasan
vaksin yang tersedia. Hampir di semua negara, insidens Kanker Payudara dan
Kanker Leher Rahim invasif sangat sedikit pada perempuan dengan umur di
bawah 25 tahun, insidens akan meningkat sekitar usia 35 tahun ke atas dan
menurun pada usia menopause. (McPherson, et.al 2000, PATH 2000). Namun
saat ini trend angka kejadian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim sudah
ditemukan pada umur dibawah 30 tahun. Hal ini disebabkan pola hidup yang
tidak sehat termasuk perilaku seks pada usia muda.
Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim dimulai
dari penyampaian informasi tentang faktor risiko dan bagaimana menghindari
faktor risiko dimaksud, deteksi dini untuk mendapatkan lesi pra-kanker leher
rahim dan melakukan pengobatan segera. Apabila ditemukan kelainan pada
kegiatan skrining, segera dilakukan rujukan secara berjenjang sesuai dengan
kemampuan rumah sakit. Pendekatan pencegahan ini memberikan peluang
paling besar dan sangat cost-effective dalam pengendalian Kegiatan tersebut
merupakan upaya agar memberdayakan masyarakat agar peduli dan menjaga
kesehatan dan meningkatkan perilaku sehat individu masing-masing melalui
perilaku CERDIK yaitu Cek kesehatan berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin
aktifitas fisik, Diet sehat, Istirahat cukup, serta Kelola stress. Kegiatan promosi
spesifik lebih mengarah kepada faktor risiko spesifik terhadap penyebab
Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim, seperti riwayat keluarga dengan
tumor/kanker, permasalahan hormonal, perilaku seksual yang aman.
Upaya skrining dikatakan adekuat bila tes dapat mencakup seluruh
atau hampir seluruh populasi sasaran, untuk itu dibutuhkan kajian jenis
pemeriksaan yang mampu laksana pada kondisi sumber daya terbatas seperti di
Indonesia. Sebagai contoh: pemeriksaan sitologi untuk memeriksa lesi
prakanker leher rahim dan mammografi telah dilaksanakan di negara-negara
maju, tetapi di negara berkembang seperti Thailand, Zimbabwe, Elsavador,
Ghana, Malawi dan Peru memakai Inspeksi Visual dengan aplikasi Asam
Asetat (IVA) sebagai cara untuk pemeriksaan lesi prakanker leher rahim, dan
pemeriksaan klinis payudara (SADANIS) juga merupakan pilihan untuk
skrining Kanker Payudara. Penemuan dini (early diagnosis), adalah upaya
pemeriksaan pada masyarakat yang telah merasakan adanya gejala. Oleh
karena itu edukasi untuk meningkatkan kesadaran tentang tanda-tanda awal
kemungkinan kanker di antara
Petugas kesehatan, kader masyarakat, maupun masyarakat secara
umum merupakan kunci utama keberhasilannya. Salah satu bentuk peningkatan
kesadaran masyarakat tentang gejala dan tanda-tanda kanker adalah pemberian
edukasi masyarakat tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (yang dikenal
dengan istilah SADARI), Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS), IVA dan
Papsmear.

Program atau kegiatan deteksi dini yang dilakukan pada masyarakat


hanya akan berhasil apabila kegiatannya dihubungkan dengan pengobatan yang
adekuat, terjangkau, aman, dan mampu laksana, serta mencakup 80 % populasi
perempuan yang berisiko. Kegiatan deteksi dini Kanker Payudara dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas dan bekerja sama
dengan lintas sector, TP-PKK, IBI Ranting Kundur yang disebut dengan
pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) yang diikuti dengan pengajaran cara
melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan cara yang benar.
Program deteksi ini dapat dilaksanakan dari fasilitas Kesehatan tingkat pertama
terutama Puskesmas. Alur skrining dapt dilihat pada bagan dibawah ini.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Untuk mendeteksi dini kanker leher Rahim dan payudara pada WUS.
2. Untuk mengurangi penderita dari penyakit dengan pengobatan
diniterhadap kasus-kasus yang ditemukan dan untuk mengetahui
kelainanyang terjadi pada leher Rahim dan payudara.
3. Meningkatkan peran serta Pasangan Usia Subur dan Wanita Usia
Subur yang ada di Wilayah Kecamatan Kundur dan bekerja sama
dengan IBI Ranting Kundur untuk melakukan IVA Test sebagai
deteksi dini kanker serviks dan Payudara.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang deteksi dini
kanker serviks dan payudara.
2. Meningkatkan penemuan lesi prakanker dan stadium dini kanker
serviks sehingga dapat menurunkan angka kematian akibar kanker
serviks dan payudara.
3. Terselenggaranya koordinasi lintas sektor, lintas sektoral dalam
pelaksanaan IVA Test sebagai deteksi din kanker serviks dan
payudara.

1.3 Ruang Lingkup


1.3.1 Sasaran Pembinaan
a. Sasaran langsung
Sasaran langsung dari IVA Test ini adalah WUS (Wanita Usia
Subur) dan PUS (PAsangan Usia Subur) yang sudah melakukan
hubungan seksual, tidak sedang dating bulan/haid, tidak sedang
hamil yang ada di Wilayah Kecamatan Kundur.
b. Sasaran tidak langsung.
Semua perempuan atau Wanita Usia Subur ( WUS ) yang ada di
Wilayah Kecamatan Kundur.
1.3.2 Jangkauan
Kegiatan ini menjangkau seluruh masyarakat terutama Wanita Usia
Subur (WUS) di Wilayah Kecamatan Kundur.

1.4 Manfaat Iva


Dalam pelaksanaan program IVA Test dan SADANIS ini diharapkan
ada kegunaan bagi masyarakat dan Wanita Usia Subur ( WUS ) sebagai
berikut:
1. Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, selain dokter
2. Alat –alat yang dibutuhkan sedehana
3. Sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
4. Mudah dan praktis
Bagi Masyarakat terutama wanita usia subur, pelaksanaan IVA Test dan
SADANIS dapat mengurangi biaya pengobatan anggota keluarga apabila
ada yang mengalami gejala kanker serviks karena IVA Test dan SADANIS
dapat mendeteksi dini adanya lesi prakanker. Masyarakat juga mampu
menyebarkan informasi terkait IVA Test dan SADANIS untuk deteksi dini
kanker serviks dan payudara. Dan dapat memantau perkembangan kanker
serviks dengan data-data yang dilampirkan oleh pelayanan kesehatan terkait.
BAB II
DASAR PELAKSANAAN

2.1 Kanker Payudara

2.1.1 Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara atau yang sering disingkat KPD

merupakan keganasan pada bagian organ payudara yang dapat

berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.

2.1.2 Etiologi dan Patofisiologi

Penyebab pasti kanker payudara belum diketahui. Namun,

tiga faktor penting yang disinyalir menjadi penyebab kanker

payudara antara lain:

a. Perubahan genetik

Seperti pada kasus kanker lainnya, perubahan

genetik diduga berperan dalam timbulnya kanker

payudara sporadik. Mutasi yang mmpengaruhi

protookogen dan gen penekan tumor di epitel payudara

ikut serta dalam transformasi onkogenik. Ekspresi

berlebihan protookogen ERBB2 (HER2/NEU) yang

diketahui mengalami amplifikasi pada hampir 30%

kanker payudara.

b. Pengaruh Hormon

Kelebihan estrogen endogen atau lebih tepat

ketidakseimbangan hormon, berperan penting dalam

pembentukan sel kanker


oleh sel epitel payudara normal dan oleh sel kanker.

Dihipotesiskan bahwa reseptor estrogen dan progesteron yang

secara normal terdapat di payudara mungkin berinteraksi

dengan promotor pertumbuhan (transforming g factor α,

platelet-derived grow- factor, dan faktor pertumbuhan fibrolas

yang dikeluarkan oleh sel kanker payudara untuk menciptakan

suatu mekanisme autokrin perkembangan tumor.

c. Faktor Lingkungan

Pengaruh lingkungan untuk insidensi kanker payudara

yang berbeda-beda dalam kelompok secara genetis homogen

dan perbedaan geografik dalam prevalensi. Faktor

lingkungan lain yang penting adalah iridiasi estrogen

eksogen.

2.1.3 Faktor Resiko

Faktor Resiko penyakit kanker payudara antara lain:

a. Jenis kelamin perempuan


b. Usia lebih dari 50 tahun
c. Tumor jinak pada payudara atau riwayat penyakit payudara
sebelumnya
d. Aktivitas fisik
e. Pola konsumsi makanan berlemak
f. Lama menyusui
g. Riwayat keluarga dan genetik
h. Umur menarche dini (kurang dari 12 tahun)
i. Penggunaan kontrasepsi hormonal
j. Kegemukan
k. Paparan pestisida
l. Perokok

2.1.4 Tanda dan Gejala Kanker Payudara

Pada umumnya, kanker payudara tidak menimbulkan gejala jika

ukurannya masih kecil. Beberapa gejala yang muncul dan bisa

dirasakan pada kasus kanker payudara antara lain:

a. Teraba benjolan, bisanya jika stadium masih awal benjolan ini tidak
terasa nyeri
b. Benjolan bisa menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak
c. Pembengkakan di seluruh payudara
d. Iritasi kulit (dumpling)
e. Nyeri payudara atau puting
f. Retraksi puting
g. Kulit payudara atau putih berwarna kemerahan, mengelupas, atau
menebal.
h. Keluarnya sekret dari payudara selain air susu saat menyusui.

2.1.5 Stadium Kanker Payudara

Berdasarkan American Joint Committee on Cancer Staging of

Breast Carcinoma, stadium kanker payudara terbagi dalam:

a. Stadium 0 : DCIS (termasuk penyakit paget pata puting payudara)


dan LCIS.
b. Stadium I : Karsinoma infasif dengan ukuran 2 cm atau kurang serta
kelenjar betah gening negatif.
c. Stadium IIA : Karsinoma infasif ukuran 2 cm atau kurang disertai
metastasis kelenjar bening atau ukuran lebih 2 cm kurang dari 5 cm
dengan kelenjar bening negatif.
d. Stadium IIB : Karsinoma invasif ukuran lebih dari 2 cm kurang dari
5 cm dengan kelenjar getah bening positif atau ukuran lebih dari 5
cm tanpa keterlibatan kelenjar getah bening.
e. Stadium IIIA : Karsinoma invasif ukuran berapapun dengan kelenjar
bening terfiksasi (menginvasi struktur lain) atau ukuran lebih dari 5
cm dengan metastasis kelenjar getah bening nonfiksasi.
f. Stadium IIIB : Karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi
dinding dada, karsinoma yang menginvasi kulit, karsinoma dengan
nodus kulit satelit, atau setiap karsinoma dengan metastasis ke
kelenjar-kelenjar getah bening mamaria interna ipislateral.
g. Stadium IV : Metastasis ke tempat jauh.

2.1.6 Pencegahan Dan Deteksi Dini

a. Pencegahan primer adalah usaha agar tidak terkena kanker payudara


dengan cara mengurangi atau meniadakan faktor-faktor resiko yang
diduga berkaitan dengan insiden kanker payudara.
b. Pencegahan sekunder adalah melakukan deteksi dini. Deteksi dini
atau skrining kanker payudara adalah usaha menemukan
abnormalitas yang mengaah pada kanker payudara pada seseorang
atau kelompok orang yang tidak mempunyai keluhan. Tujuan dari
deteksi dini adalah untuk menuunkan angka morbiditas dan
kematian karena kanker payudara. Beberapa tindakan untuk deteksi
dini kanker payudara adalah:

a). Periksa Payudara Sendiri (SADARI)


Periksa payudara sendiri (SADARI) merupakan metode

deteksi dini kanker payudara yang bisa dilakukan wanita secara

mandiri paling tidak sebulan sekali pada usia diatas 20 tahun, 7-

10 hari setelah haid pertama. Langkah dilakukan SADARI yaitu

dengan melihat bentuk, ukuran, dan warna kulit payudara, dan

meraba permukaan payudara menggunakan jari-jari tangan ke

seluruh permukaan payudara sampai pangkal ketiak. Jika

mendapati sesuatu yang tidak normal pada payudara, wanita

disarankan untuk memeriksakan lebih lanjut dengan SADANIS

atau mammografi.

b) Periksa Payudara Klinik (SADANIS)

Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) merupakan

pemeriksaan deteksi dini kanker payudara yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan sepeti dokter, bidan, atau perawat terlatih.

c) Mammografi

Mammografi merupakan pencitraan menggunakan sinar X

pada jaringan payudara yang bermanfaat untuk mendeteksi

perubahan pada payudara sebelum tanda dan gejala muncul.


Cara melakukan mammografi yaitu dengan menekan payudara

diantara dua lempengan hingga payudara memipih. Jika hasil

pemeriksaan mammografi menunjukan bagian abnormal,

diperlukan biopsi untuk pemeriksaan lanjut. Mammografi

dikerjakan pada wanita usia di atas 35 tahun. Namun di Indonesia

dikerjakan pada usia >40 tahun karena payudara orang Indonesia

lebih padat. Pemeriksan mammografi dianjurkan dilaksanakan

pada hari ke 7-10 dihtung dari hari pertama menstruasi agar

mengurangi rasa tidak nyaman pada wanita saat dilakukan

kompresi.26 Walaupun pemeriksaan mammografi merupakan

pemeriksaan gold standar, namun mammografi memiliki beberapa

kelemahan yaitu kadang kanker tidak terdeteksi, sering adanya

hasil positif palsu, overdiagnosis, dan pajanan radiasi.

2.2 SADANIS

2.2.1 Pengertian SADANIS

Pemeriksaan klinis payudara dikerjakan oleh petugas kesehatan

yang terlatih, bisa dokter, perawat atau bidan mulai dari tingkat

pelayanan kesehatan primer.

2.2.2 Kelebihan SADANIS

Kelebihan dari pemeriksaan SADANIS adalah biaya yang tidak

mahal, tidak membutuhkan peralatan dengan teknologi tinggi, dan bisa


diakukan kapan saja oleh petugas kesehatan di tingkat pelayanan

kesehatan primer.

2.2.3 Sasaran Pemeriksaan SADANIS

Sasaran pemeriksaan SADANIS adalah wanita usia di atas 20

tahun. Namun prioritas ini adalah pada usia wanita 30-50 tahun dengan

target 50% wanita sampai tahun 2019. Pemeriksaan SADANIS dapat

dilakukan setahun sekali.

2.2.4 Tahapan Pemeriksaan SADANIS

Berdasarkan buku Pandun Program Nasional Gerakan

Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker

Payudara, tahapan pemeriksaan SADANIS adalah sebagai berikut:29

a. Persiapan

Inform consent
Meminta pasien membuka pakaian dari pinggang ke atas dan duduk
di meja periksa dengan kedua lengan di sisi tubuhnya
b. Inspeksi

1. Melihat bentuk dan ukuran payudara. Perhatian apakah ada

perbedan bentuk, ukuran, puting, kerutan, lipatan, atau kerutan

pada kulit. Ketidakberaturan atau perbedaan ukuran dan bentuk

mengindikasikan adanya massa.

2. Melihat putting susu dan memperhatiakan ukuran dan bentuknya

serta arah jatuhnya. Memeriksa apakah terdapat ruam atau nyeri

pada kulit dan adanya cairan dari puting.


3. Meminta pasien untuk mengangkat tangan ke atas kepala kemudian

menekan kedua tangan di pinggang untuk mengecangkan otot

dadanya. Memeriksa ukuran, bentuk dan simetri, lekukan puting

atau kulit payudara, dan kelainan pada setiap posisi.

c. Palpasi

1. Meminta pasien untuk berbaring dan meletakkan bantal di bawah

punggung pada sisi yang akan diperiksa

2. Meletakkan kain bersih di atas perut pasien

3. Meletakkan lengan kiri ibu ke atas kepala. Memperhatikan payudara

untuk melihat apakah tampak sama dengan payudara kanan dan

apakah terdapat lekukan atau lipatan.

4. Dengan tiga jari, melakukan palpasi payudara dengan teknik spiral

mulai dari sisi terluar payudara. Perhatikan jika ditemukan benjolan

atau nyeri (tenderness).

5. Dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, menekan putting

payudara dengan lembut. Perhatikan jika terdapat pengeluaran

cairan: bening, keruh, atau berdarah.

6. Mengulangi langkah tersebut untuk payudara sebelahnya.

7. Jika menemukan keraguan tentang temuan, ulangi langkah- langkah,

ibu duduk dengan kedua lengan di sisi badannya.

8. Untuk memalpasi bangian pangkal payudara, ibu diminta untuk

mengangkat lengan kirinya setinggi bahu kemudian menekan


sisi luar dari otot pektroralis sambil bertahap menggerakan jari- jari ke

pangkal ketiak untuk memeriksa pakah terdapat pembesaran kelenjar

getah bening atau kekenyalan. Penting untuk melakukan palpasi

pada pangkal payudara karena biasanya disisi ini terdapat kanker

9. Mengajari ibu untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri

10. Mencacat dan dokumentsikan hasil temuan

2.3 Kanker Serviks

2.3.1 Pengertian Kanker

Kanker serviks merupkan keganasan yang berasal dari serviks,

yaitu bangian sepertiga bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan

berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.

2.3.2 Etiologi dan Patofisiologi

Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV (Human

Papiloma Virus) sub tipe onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18.

Perkembangan kanker infasif berawal dari terjadinya lesi neoplastik

pada lapisan epitel servikss, dimulai dari neoplasma intraepitel serviks

(NIS) 1, NIS 2< NIS 3 atau karsinoma in situ (KIS). Selanjutnya

setelah menembus membran basalis akan berkembang menjadi

karsinoma mikroinvasif dan invasif.

2.3.3 Faktor Resiko

Faktor resiko kanker serviks antara lain:

1. Aktivitas seksual pada usia muda


2. Berhubungan seksual dengan multipartner

3. Merokok

4. Mempunyai anak banyak

5. Sosial ekonomi rendah

6. Pemakaian pil KB

7. Penyakit menular seksual

8. Gangguan imunitas

2.3.4 Tanda dan Gejala Kanker Serviks

Gejala awal kanker serviks tidak tampak. Gejalanya muncul

berlahan-lahan sejalan dengan akivitas hiperplasi sel kanker. Beberapa

tanda dan gejala kanker serviks antara lain:

a. Flour albus (keputihan) merupakan gejala awal yang sering

ditemukan. Sekresi flour abus lama kelamaan akan berbau busuk

akibat infeksi dan nekrosis jaringan.

b. Ketidakaturan siklus haid bisa amenorrhea, hipermenorhea.

c. Perdarahan abnormal intermenstrual, post koitus, dan setelah

latihan berat.

d. Gejala lanjut yaitu meliputi nyeri yang menjalar sampai ke

ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal.

e. Perdarahan rektum jika penyebaran sel kanker sudah sampai

stadium lanjut.
2.3.5 Stadium Kanker Serviks

Stadium kanker serviks menurut FIGO dibagi menjadi:

a. Stadium 0 : Karsinoma in situ (karsinoma preinvasif)

b. Stadium I : Karsinoma serviks terbatas di uterus

c. Stadium IA : Karsinoma invasf didiagnosis hanya dengan

mikroskop.

d. Stadium IA1 : Invasi stroma tidak lebih dari 3,0 mm kedalamannya

dan 7,0 mm atau kuang pada ukuran secara horizontal.

e. Stadium IA2 : Invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari

5,0 mm dengan penyebaaran horizontal 7,0 mm atau kurang.

f. Stadium IB : Lesi terlihat secara klinik dan terbatas di atas serviks.

g. Stadium IB1 : Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter

terbesar 4,0 cm atau kurang.

h. Stadium IB2 : Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter

lebih dari 4,0 cm.

i. Stadium II : Invasi tumor keluar dari uterus tetapi tidak sampai ke

dinding panggul atau mencapai 1/3 bawah vagina.

j. Stadium IIA : Tanpa invasi ke parametrium.

k. Stadium IIA1 : Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter

4,0 cm atau kurang.


l. Stadium IIA2 : Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter

terbesar lebih dari 4,0 cm.

m. Stadium IIB : Tumor dengan invasi ke parametrium.

n. Stadium III : Tumor meluas ke dinding panggul atau mencapai

sepertiga bawah vagina dan atau menimbulkan hidronefrosis atau

afungsi ginjal.

o. Stadium III A : Tumor mencapai 1/3 bawah vagina tetapi tidak

mencapai dinding panggul.

p. Stadium IIIB : Tumor meluas sampai dinding panggul dan atau

menimbulkan hidronefosis atau afungsi ginjal.

q. Stadium IVA : Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau

rektum dan atau meluas keluar panggul kecl (true pelvis).

r. Stadium IVB : Metastasis jauh (termasuk penyebaran pada peritonel,

keterlibatan dari kelenjar getah bening supraklavikula, mediastinal,

aorta, paru, hati, atau tulang).

2.3.6 Pencegahan dan Deteksi Dini

Deteksi lesi pra kanker terdiri dari berbagai metode, antara lain:

a. Pap smear

Pap smear merupakan suatu metode deteksi dini kanker

serviks sederhana yang paling popular dan merupakan standar

pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Sitologi apusan pap adalah

ilmu yang mempelajari se-sel lepas atau deskuamasi dari system

ginekologi wanita, meliputi sel-sel lepas vagina, serviks,


endoserviks, dan endometrium. Sitologi apusan pap dapat digunakan

untuk evaluasi sitohormonal, mendiagnosis peradangan, identifikasi

organisme penyebab peradangan, mendiagnosis lesi prakanker (NIS)

dan kanker serviks dni maupun invasif. Pemeriksaan pap smear

dapat dilakukan oleh wanita yang sudah menikah atau sudah pernah

berhubungan seksual secara rutin paling tidak setahun sekali.

b. Inspeksi visual asam asetat (IVA)

Deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA adalah

metode menggunakan asam acetat 5% yang diusapkan pada

permukaan serviks dan diinterpretasikan dengan melihat perubahan

warna putih yang terjadi setelah larutan asam asetat didiamkan

selama 1 menit.

c. Inspeksi Visual Lugoliodin (VILI)

Inspeksi visual lugolidodin atau juga dikenal sebagai tes

Schiller adalah alternatf pemeriksaan deteksi dini kanker serviks

yang hampir mirip dengan IVA. Bedanya, VILI ini menggunakan

lugol iodin sebagai usapan serviks. Cara pemeriksaan VILI adalah

dengan mengusapkan larutan lugol iodin menggunakan kapas swap

pada serviks dan ditunggu selama 1 menit. Serviks yang normal akan

menyerap lugol iodin sehingga berwarna hitam atau cokelat. Pada

kasuspositif,
serviks yang telah diusap lugol iodin akan berubah warna menjadi

kuning mustard atau kuning saffron.

d. Tes DNA HPV (genotyping/hybrid capture)

Tes DNA HPV merupakan tes deteksi dini kanker secara

molekuler dengan melakukan deteksi adanya DNA dan atau RNA

dari HPV. Tes DNA HPV ini terbukti dapat mendeteksi perubahan

sel pada serviks di tahap awal, sehingga bisa memberi informasi

yang mencegah terjadinya kanker. Dibandingkan tes deteksi dini

kanker serviks yang lain, tes DNA HPV ini bisa mendeteksi sel pra

kanker sedini mungkin, bahkan ketika sel tersebut belum menjadi

kanker.

2.4 Pemeriksaan IVA

2.4.1 Pengertian IVA

IVA atau inspeksi visual asam asetat adalah salah satu bentuk

deteksi dini kanker serviks secara visual menggunakan asam asetat

yang sudah diencerkan, berarti melihat serviks dengan mata telanjang

untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam setat 3-5%.

Daerah yang tidak normal akan berubah warna dngan batas tegas

menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa leher rahim

mungkin memiliki lesi prakanker. Pemeriksaan IVA dapat dilakukan

setahun sekali.

2.4.2 Kelebihan Pemeriksaan IVA

Kelebihan tes IVA adalah biaya murah, dapat dilakukan di

pelayanan tingkat primer, dapat dilakukan kapan saja dalam siklus


menstruasi, termasuk saat menstruasi, dan saat asuhan nifas atau

paska keguguran. Pemeriksaan IVA juga dapat dilakukan pada

perempuan yang dicurigai memiliki ISR/IMS atau HIV/AIDS.

2.4.3 Sasaran Pemeriksaan IVA

Sama seperti pemeriksaan SADANIS, sasaran pemeriksaan IVA

adalah wanita usia di atas 20 tahun dan pernah melakukan hubungan

seksual. Namun prioritasnya adalah pada usia wanita 30-50 tahun

dengan target 50% wanita sampai tahun 2019.

2.4.4 Tahapan Pemeriksaan IVA

Tahapan pemeriksaan IVA adalah sebagai berikut:

a. Persiapan
Persiapan alat. Alat yang harus disiapkan yaitu:
1. Spekulum
2. Lampu
3. Larutan asam asetat 3-5%
4. Kapas lidi
5. Sarung tangan
6. Larutan klorin untuk dekontaminasi peralatan
Persiapan pasien.

Persiapan pasien meliputi:

1. Memastikan identitas, memeriksa status dan kelengkapan


inform consent pasien
2. Pasien diminta untuk menanggalkan pakaian dari pinggang
hingga lutut dan menggunakan kain yang sudah disediakan
3. Memposisikan pasien dalam posisi litotomi
4. Menutup area pinggang hingga lutut klien dengan kain.

2.4.5 Pelaksanaan IVA

Langkah-langkah dalam pelaksanaan IVA yaitu:

a. Cuci tangan dan memakai sarung tangan

b. Membersihkan genetalia eksterna dengan air DTT

c. Masukkan spekulum dan tampakkan serviks hingga terlihat jelas

d. Bersihkan serviks dari cairan, darah, sekret dengan kapas lidi

bersih

e. Periksa serviks sesuai langkah berikut:

1. Terdapat kecurigaan kanker atau tidak:


Jika ya, pasien dirujuk, pemeriksaan IVA tidak dilanjutkan. Jika

pemeriksaan oleh dokter obsgyn, lakukan biopsi.

2. Jika tidak dicurigai kanker, identifikasi Sambungan Skuamo

Kolumnar (SSK). Jika SSK tidak tampak, maka dilakukan

pemeriksaan mata telanjang tanpa asam asetat, lalu beri

kesimpulan sementara, yaitu hasil negatif namun SSK tidak

tampak. Pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan

selanjutnya lebih cepat atau pap smear maksimal 6 bulan lagi.


3. Jika SSK tampak, lakukan IVA dengan mengoleskan kapas lidi

yang sudah divelupkan ke dalam asam asetat 3-5% ke seluruh

permukaan serviks.

4. Menunggu hasil IVA selama 1 menit, perhatikan apakah ada

bercak putih (acetowhite epithelium) atau tidak

5. Jika tidak (IVA negatif), menjelaskan kepada pasien kapan

harus kembali untuk menguulangi pemeriksaan IVA

6. Jika ada (IVA positif), tentukan metode tata laksana yang

akan dilakukan.

f. Mengeluarkan spekulum

g. Membuang sarung tangan, kapas, dan bahan sekali pakai lainnya

ke dalam container (tempat sampah) yang tahan bocor, sedangkan

alat-alat yang dapat digunakan kembali, rendam dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi

h. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien, kapan harus

melakukan pemeriksaan lagi serta rencana tata laksana jika

diperlukan.

2.5 Dasar Pelaksanaan Iva


Dasar pelaksanaan kegiatan berdasarkan peraturan sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang
kebijakan Nasional Promosi Kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 585/MENKES/SK/V/2007 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun2015
tentang Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim.
5. Surat Edaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.01/MENKES/401/2017 tentang Deteksi Dini Kanker Serviks dan
Payudara Bulan Oktober 2017.
BAB III
PROSES PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Proses Pendataan Awal Kegiatan


Selama proses pendataan awal kegiatan, ditemukan data tingkat
pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) di wilayah Kecamatan Kundur sebagai
berikut:
KELURAHAN/
SASARAN CAPAIAN %
DESA
Tanjungbatu Kota 388 93 23.9
Tanjungbatu Barat 217 71 32.7
Gading Sari 80 44 55.0
Sungai Sebesi 111 36 32.4
Sungai Ungar 95 58 61.7
Lubuk 75 46 61.3
Total 966 883

Berdasarkan table pendataan diatas, didapatkan Kelurahan Tanjungbatu


Kota dengan sasaran 388, tercapai sebanyak 93 sasaran (23.9%). Pada
Kelurahan Tanjungbatu dengan sasaran 217, tercapai sebanyak 71 sasaran
(32.7%). Pada Kelurahan Gading Sari dengan sasaran 80, tercapai sebanyak 44
sasaran (55.0%). Pada Desa Sungai Sebesi dengan sasaran 111, tercapai
sebanyak 36 sasaran (32.4%). Pada Desa Sungai Ungar dengan sasaran 95,
tercapai sebanyak 58 sasaran (61.7%). Pada Desa Lubuk dengan sasaran 75,
tercapai 46 sasaran (61.3%).
Dengan demikian, didapatkan capaian yang tidak sesuai di wilayah
Kelurahan Tanjungbatu Kota, Tanjungbatu Barat, dan Desa Sungai sebesi.
Berdasarkan fakta dilapangan, dapat disimpulkan ditemukan kasus kurangnya
pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) mengenai pentingnya deteksi dini
kanker serviks (IVA Test) di wilayah Kelurahan Tanjungbatu Kota,
Tanjungbatu Barat, dan Desa Sungai Sebesi sehingga, untuk meningkatkan
pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) di wilayah tersebut, tim IBI Ranting
Kundur memilih untuk melaksanakan IVA Test di Kelurahan Tanjungbatu
barat karena wilayah tersebut dapat dijangkau oleh masyarakat dari Kelurahan
Tanjungbatu Kota dan Desa Sungai Sebesi.
3.2 Alur Pemeriksaan dan Pelaksanaan IVA Test

3.2.1 Alur Pemeriksaan

Penyuluhan :
Hasil ( + )
Pengertian
Bersedia (Rujuk
tentang ca serviks
Puskesmas )
dan ca mamae melakukan
Tanda dan Gejala IVA Test dan
ca serviks dan ca SADANIS
Pada Ibu mamae
Umur 20- Upaya
45 Tahun Pencegahan
Hasil ( – )
Konseling
Terdapat data WUS pola hidup
yang masih sedikit sehat dan
melakukan diajurkan
pemeriksaan IVA dan untuk IVA
SADANIS Test dan
SADARI

3.2.2 Pelaksanaan kegiatan Iva test


Proses Pelaksanaan :
1. Peserta yang diperbolehkan untuk melakukan pemeriksaan IVA
yaitu: Sudah pernah melakukan hubungan seksual, Tidak sedang
datang bulan/haid, tidak sedang hamil, 24 jam sebelumnya tidak
melakukan hubungan seksual.
2. Alat dan bahan yang diperlukan
a. Ruangan tertutup( terpasang scherm )
b. Tempat tidur ginaekologis
c. Lampu senter
d. Spekulum vagina
e. Asam asetat (3-5%)
f. Swab-lidi berkapas
g. Sarung tangan steril
h. Keranjang sampah

3. Teknik Pemeriksaan IVA


Dengan speculum melihat serviks yang dipulas dengan asam asetat
3-5%.Pada lesi pra kanker akan menampilkan warna bercak putih
yang disebut aceto white epithelium Dengan tampilnya porsio dan
bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif, sebagai tindak
lanjut dapat dilakukan biopsi.

3.3 Persiapan Kegiatan


Kegiatan IVA dan SADANIS diawali dengan adanya sosialisasi oleh
pengelola program IVA dan dokter penanggung jawab UPT Puskesmas
Tanjung Batu yang bekerja sama dengan IBI Ranting Kundur tentang bahaya
kanker serviks dan payudara dan tujuan dari IVA Test dan SADANIS, serta
memberikan sosialisasi tentang kanker seriks,kanker payudara, dan IVA Test
sebagai deteksi dini kanker servik kepada seluruh kader posyandu di wilayah
Kecamatan Kundur, Ibu- ibu (WUS) yang ada diposyandu, Ibu-ibu (WUS)
yang ikut dalam kumpulan ibu wirit,guru guru PAUD/TK.
Dalam mempermudah penyaluran informasi terkait IBI Ranting Kundur dan
lintas sectoral bekerja sama dengan UPT Puskesmas Tanjung Batu dalam
pembentukan tim pelaksana IVA. Diharapkan tim ini bisa memberikan
informasi kepada warga yang ada di wilayah Kecamatan Kundur tepatnya di
Desa Lubuk tentang kanker serviks dan kanker payudara dan mengajak warga
untuk melakukan IVA Test dan SADANIS di sarana pelayanan kesehatan
maupun di Bidan Praktek Mandiri atau fasilitas kesehatan lainnya.

3.4 Pelaksanaan Kegiatan


3.4.1 Penyuluhan dan Sosialisasi di Wilayah Kecamatan Kundur
Kelurahan Tanjungbatu Barat
Penyuluhan dan sosialisasi dilaksanakan di kelurahan dan desa
wilayah Kecamatan Kundur Kelurahan Tanjungbatu Barat yang mana
diharapkan seluruh kader untuk dapat mengajak masyarakat khususnya
Wanita Usia Subur untuk memeriksakan dirinya melalui IVA Test dan
SADANIS ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya
BAB IV
PENCAPAIAN HASIL PEMERIKSAAN IVA TEST

4.1 Data Iva Kecamatan Kundur Tahun 2022

Tabel 4.1 Data Sasaran Program IVA Test

Desa / Kelurahan Sasaran

Tanjungbatu Kota 388

Tanjungbatu Barat 217

Gading Sari 80

Sei Sebesi 111

Sei. Ungar 95

Lubuk 75

Total 966
Target Sasaran IVA Test
Kecamatan Kundur
1200
966
1000
800
600
388
400 217
200 80 111 95 75
0
ta at r i i r k l
Ko r Sa es a bu ta
Ba e b ng u T o
at
u u ng iS . U L
b at a di Se Se
i
g g b G
j un j un
T an an
T

Sasaran IVA TEST

Grafik 4.1 Target Sasaran IVA Test

Tabel 4.2 Data Capaian Program IVA Test Januari - Juni 2022

Desa / Kelurahan Capaian %

Tanjungbatu Kota 93 23.9

Tanjungbatu Barat 71 32.7

Gading Sari 44 55.0

Sei Sebesi 36 32.4

Sei. Ungar 58 61.7

Lubuk 46 61.3

Total 883 92,2


Capaian IVA test Januari - Juni 2022
Kecamatan Kundur

70 61.7 61.3
60 55
50
40 32.7 32.4
30 23.9
20
10
0
0
ta at r i i r k l
Ko r Sa es a bu ta
Ba e b ng u T o
at
u u ng iS . U L
b at a di Se Se
i
g g b G
j un j un
T an an
T

IVA TEST

Grafik 4.2 Capaian IVA test Januari – Juni 2022 Kecamatan Kundur

BAB V

MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

5.1 Permasalahan

Permasalahan pada Program IVA TEST dan SADANIS terdiri dari :

1. Belum tercapainya Capaian target IVA test Kecamatan Kundur Khususnya


Kelurahan Tanjung Batu Kota, Tanjungbatu Barat dan Sungai Sebesi

2. Kurangnya minat masyarakat atau wanita usia subur untuk melakukan


pemeriksaan dini kanker serviks dan IVA test

3. Kurangnya pengetahuan masyarajat tentang kanker payudara dan kanker


serviks

5.2 Pemecahan Masalah

Alternatif pemecahan masalah yang akan dilaksanakan adalah :


1. Kerja sama antara IBI Ranting Kundur, dengan lintas sector dan UPT
Puskesmas Tanjungbatu sosialisasi tentang SADANIS dan IVA test

2. Edukasi pasien yang control ke fasilitas kesehatan

3. Penyebaran pamflet tentang IVA test dan SADANIS

4. Kolaborasi lintas program dengan program IMS, HIV AIDS dan PTM lainnya

5. Mendesain ruang periksa dengan menjaga kerahasian dan privasi pasien

6. Membuat forum kader peduli kanker yang membantu mensosialisasikan IVA


test dan SADANIS

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil kegiatan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Program IVA test dan SADANIS telah terlaksana sesuai perencanaan dan
sebagian besar mencapai target yang telah ditetapkan.
2. Beberapa desa dan keluharan yang belum mencapai target memerlukan evaluasi
secara menyeluruh dan mencari intervensi yang tepat.

6.2 Saran
Berdasarkan hasil kegiatan tersebut dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Pemaparan hasil kegiatan program IVA test dan SADANIS selama tahun 2022
dalam bentuk Laporan Tahunan ini, diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi,
untuk selanjutnya menjadi pedoman dalam menyusun perencanaan program
oleh pihak-pihak terkait.
2. Untuk menunjang keberhasilan kegiatan diharapkan fleksebelitas dalam
mengalokasikan anggaran program dan kemudahan penyediaan sarana dan
prasarana pendukung.
3. Diperlukan upaya pembinaan yang berkesinambungan dari pihak Dinas
Kesehatan Kabupaten melalui kegiatan sosialisasi program, pelatihan-pelatihan
untuk petugas serta monitoring dan evaluasi yang lebih terarah

BAB VII
PENUTUP

Laporan Tahunan Program IVA Test dan SADANIS tahun 2022 ini memuat analisis
situasi dan kondisi sumber daya yang dimiliki Puskesmas yang secara langsung atau tidak
langsung memberi dukungan bagi pelaksanaan kegiatan IVA Test dan SADANIS, sekaligus
disampaikan hasil-hasil kegiatan dan pencapaian berbagai program tersebut selama tahun 2022.
Diharapkan dari kegiatan ini, dapat meningkatkan pengetahuan Wanita Usia Subur
(WUS) di daerah Kecamatan Kundur khususnya Kelurahan Tanjungbatu Kota, Tanjungbatu
Barat, dan Desa Sungai Sebesi tentang bahayanya kanker payudara dan serviks serta pentingnya
pemeriksaan IVA Test dan SADANIS ke fasilitas kesehatan untuk mendeteksi dini kedua
penyakit tersebut dan mendapatkan pengobatan secara dini dan efektif juga.
Demikian Laporan Program Iva Test dan SADANIS tahun 2022 ini disusun, semoga
dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai