Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga
termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya
pengetahuan, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang
ditimbulkannya.
Berdasarkan laporan regional World Health Organzation (WHO) tahun
2000 dari sejumlah negara yang melaporkan prevalensi penyakit kusta di dunia
tercatat Indonesia sebagai peringkat empat setelah India, Brazil dan Nepal.
Menurut WHO pada tahun 2005 jumlah klien kusta baru di dunia adalah sekitar
296.499 klien. Dari jumlah tersebut paling banyak terdapat diregional Asia
Tenggara (201.635) diikuti regional Afrika (42.814), Amerika (41.780) dan sisanya
berada di regional lain di dunia. Sampai saat ini penyakit kusta masih merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diperkirakan sampai
akhir tahun 2002 masih ada 13 propinsi dan 111 kabupaten yang belum dapat
dieliminasi. Eliminasi yaitu suatu kondisi dimana penderita kusta tercatat kurang
dari 1 per 10.000 penduduk, dan diperkirakan penyakit tersebut akan hilang
secara alamiah.
Masalah penyakit kusta ini diperberat dengan kompleksnya epidemiologi
dan banyaknya penderita kusta yang mendapat pengobatan ketika sudah dalam
keadaan cacat sebagai akibat masih adanya stigma dan kurangnya pemahaman
tentang penyakit kusta dan akibatnya di sebagian besar masyarakat Indonesia.
Penyakit kusta di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Masalah yang dimaksud bukan saja dari segi medis tetapi meluas
ke bidang social ekonomi. Upaya pemberantasan penyakit kusta di tujukan
kepada penemuan penderita secara dini dan memberikan pengobatan secara
teratur,sehingga penularan dan cacat tubuh dapat dikurangi. Penyakit kusta
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae
(M.leprae). Kuman golongan myco ini berbentuk batang yang tahan terhadap

1
asam terutama asam alkohol dan oleh sebab itu disebut juga Basil Tahan Asam
(BTA). Penyakit ini bersifat kronis pada manusia, yang bisa menyerang saraf-
saraf dan kulit. Bila dibiarkan begitu saja tanpa diobati, maka akan menyebabkan
cacat-cacat jasmani yang berat. Namun, penularan penyakit kusta ke orang lain
memerlukan waktu yang cukup lama tidak seperti penyakit menular lainnya.
Penyakit ini sering menyebabkan tekanan batin pada penderita dan keluarganya,
bahkan sampai menggangu kehidupan sosial mereka.
Kecemasan yang dihadapi penderita kusta dan juga keluarga umumnya
disebabkan kurangnya pengertian terhadap kusta atau karena salah persepsi
akan penyakit kusta itu. Untuk mengatasi kecemasan itu, perlu penderita dan/
atau keluarga diberi bimbingan mental dan penyuluhan tentang penyakit kusta.
Kalau perlu dengan bantuan seorang psikolog, ahli agama, atau tokoh
masyarakat. Penderita perlu diberitahu bahwa sebenarnya penyakit kusta dapat
disembuhkan asal saja dapat diketahui dan diobati sedini mungkin. Bila tidak
dapat disembuhkan lagi perlu pula diberitahu bagaimana menyesuaikan
kehidupan diri dengan penyakit kusta yang dideritanya dan kenyataan yang
dihadapinya

B. Tujuan Pedoman
B.1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi
kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki di Puskesmas
Rangkah Surabaya.

B.2. Tujuan Khusus

2
B.2.1. Penemuan kusta sedini mungkin;
B.2.2. Penurunan kejadian penyakit kusta;
B.2.3. Pemutusan rantai penularan;
B.2.4. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi;
B.2.5. Menetapkan masalah kesehatan atau keperawatan dan prioritas
masalah;
B.2.6. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan
atau keperawatan;
B.2.7. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pelayanan kesehatan atau keperawatan.

C. Sasaran
C.1. Pemeriksaan Kontak
Semua anggota keluarga yang tinggal serumah dengan pasien dan
tetangga di sekitarnya
C.2. Rapid Village Survey (RVS)
Kelompok potensial masyarakat desa/kelurahan atau unit yang lebih kecil
yaitu dusun
C.3. Chase Survey
Kegiatan penemuan pasien kusta secara aktif dengan mengunjungi
wilayah tertentu berdasarkan informasi dari berbagai sumber tentang
keberadaan suspek kusta di wilayah tersebut.
C.4. Pemeriksaan Anak Sekolah SD Sederajat

D. Ruang Lingkup Pedoman

3
E. Batasan Operasional
Definisi Perkesmas Perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) adalah
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan
peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif
secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
secara menyuluh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatan masyarakat.
Adapun dasar hukum pelaksanaan Perkesmas yaitu:
1. UU No 23 th 1992 tentang kesehatan
2. UU No 32/2004 tentang pemerintahan daerah
3. Kepmenkes No 1575 /Menkes/SK/XI/2005 tentang organisasi dan tata
kerja Departemen Kesehatan Republik Indonesia
4. Kepmenkes No 1239/2001 tentang registrasi dan praktik perawat
5. Kepmenkes No 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang standar pelayanan
minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota
6. Kepmenkes No 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar pusat
kesehatan masyarakat
7. Kepmenkes 836/2005 tentang pengembangan manajemen kinerja
perawatan/bidan
8. Kepmenkes no 279/2006 tentang pedoman upaya penyelenggaraan
Perkesmas di Puskesmas

BAB II
STANDAR KETENAGAKERJAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Perawat koordinator Perkesmas di Puskesmas harus mempunyai kualifikasi yaitu
minimal D3 Keperawatan dan pernah mengikuti pelatihan/sertifikasi Perkesmas

4
serta memiliki pengalaman kerja di Puskesmas yang mempunyai tugas sebagai
berikut:

Kualifikasi SDM untuk program pencegahan, dan pengendalian penyakit

NO SDM KOMPETENSI
1 Dokter S1 Kedokteran
2 Perawat D3 Keperawatan / S1 Keperawatan
3 Bidan D3 Kebidanan
4 Kesling D3 Kesling
5 Gizi D3 Gizi
6 Psikolog S1 Psikologi
7 Apoteker S1 Apoteker
8 Promkes S1 Kesehatan Masyarakat

B. Distribusi Ketenagaan
Dilakukan pembagian daerah binaan ( darbin ). Puskesmas Rangkah
mempunyai 3 wilayah kelurahan yaitu Rangkah, Ploso dan Tambaksari,
Sehingga di bentuk Penanggung Jawab Binaan per Kelurahan.
Kelurahan Rangkah perawat penanggung jawab daerah binaan Dian Anggraeni
K.W, Kelurahan Ploso perawat penanggung jawab daerah binaan Noor
Ardiansyah,Kelurahan tambaksari perawat penanggung jawab daerah binaan
Fitri Lencanasari

C. Jadwal Kegiatan

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


UPAYA PERKESMAS
TAHUN 2017

No Jenis Sasaran Waktu Tempat Pelaksana Keterangan


Kegiatan

5
1 Asuhan Keluarga 13.00 Rumah Tim CHN
Keperawatan Rawan Pasien
s. d
Pada keluarga (Paliatif, Jiwa,
selesai
Rawan ABK dan
Outreach)

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

6
B. Standar fasilitas
Tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
Dengan terpenuhinya sarana dan prasarana khususnya peralatan medis

Standar Fasilitas

- PHN Kit ( Tensimeter, Stetoskop, hammer, pinset cirurgis, bengkok,


gunting, cucing, bak instrument )

7
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Bentuk Kegiatan Perkesmas
Adapun bentuk kegiatan Perkesmas antara lain:
1. Asuhan keperawatan pasien (prioritas) kontak Puskesmas yang berada di
poliklinik Puskesmas, Puskesmas pembantu (pustu), Puskesmas keliling
(pusling), posyandu, poskeskel.
a. Pengkajian keperawatan pasien sebagai deteksi dini (sasaran prioritas)
b. Penyuluhan kesehatan
c. Tindakan Keperawatan (direct care)
d. Konseling keperawatan
e. Pengobatan (sesuai kewenangan)
f. Rujukan pasien/masalah kesehatan
g. Dokumentasi keperawatan
2. Kunjungan rumah oleh perawat (home visit/home care) terencana,
bertujuan untuk pembinaan keluarga rawan kesehatan.
Home visit adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif
bertujuan memandirikan pasien dan keluarganya, pelayanan kesehatan
diberikan di tempat tinggal pasien dengan melibatkan pasien dan
keluarganya sebagai subyek yang ikut berpartisipasi merencanakan
kegiatan pelayanan, pelayanan dikelola oleh suatu unit/sarana/institusi
baik aspek administrasi maupun aspek pelayanan dengan mengkoordinir
berbagai kategori tenaga profesional dibantu tenaga non profesional, di
bidang kesehatan maupun non kesehatan.

8
B. Metode
Metode yang digunakan dalam upaya perawatan kesehatan masyarakat
dilakukan melalui Kunjungan Rumah untuk mengetahui kondisi kesehatan
keluarga melalui asuhan keperawatan selanjutnya menentukan tingkat
kemandirian keluarga.
Kriteria Keluarga Mandiri
Perilaku KM 1, KM II, KM III, KM IV

No Perilaku KM 1 KM 2 KM3 KM 4
1 Menerima petugas + + + +
Puskesmas + + + +

2 Menerima yankes sesuai + + + +


rencana + + + +

3 Menyatakan masalah secara + + +


benar + + +

4 Memanfaatkan sarana + + +
kesehatan sesuai anjuran + +
+

5 Melaksanakan perawatan + + +
sederhana sesuai anjuran + +
+

6 Melaksanakan tindakan + +
pencegahan secara aktif + +

7 Melaksanakan tindakan +
promotif secara aktif +

Pemantauan dan Penilaian Perkesmas :

9
1. Pemantauan dilaksanakan secara periodik setiap bulan oleh kepala
Puskesmas dan Perawat koordinator Perkesmas.
2. Hasil pemantauan terhadap pencapaian indikator kinerja menjadi masukan
untuk perbaikan dan peningkatan kinerja perawat berikutnya, peningkatan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan. Sedangkan penilaian dilaksanakan
minimal setiap akhir tahun dan hasilnya digunakan untuk masukan dalam
penyusunan perencanaan kegiatan Perkesmas pada tahun berikutnya. Untuk
memudahkan pemantauan dan penilaian kinerja Perkesmas maka dilakukan
penyajian hasil dengan menggunakan tabel, grafik balok/garis atau grafik
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS).
3. Penilaian dilakukan setahun sekali meliputi semua aspek baik input, output,
outcome sebagai masukan penyusunan rencana kegiatan Perkesmas tahun
berikutnya. Untuk memudahkan pemantauan dan penilaian kinerja Perkesmas
maka dilakukan penyajian hasil dengan menggunakan tabel, grafik balok/garis
atau grafik Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Penilaian dilakukan
setahun sekali meliputi semua aspek baik input, output, outcome sebagai
masukan penyusunan rencana kegiatan Perkesmas tahun berikutnya.

C. Langkah Kegiatan
Mekanisme pelayanan Kunjungan Rumah:
a. Proses penerimaan kasus.:
- Menerima pasien dari Pelayanan Pemeriksaan Umum, Kia-KB,
Konsultasi Psikologi di Puskesmas
- Kasus Outreach dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya maupun temuan
mandiri bersama lintas sektor (Kelurahan atau Kader)
- Koordinator program Perkesmas menunjuk perawat pelaksana
Perkesmas untuk mengelola kasus

b. Proses pelayanan Kunjungan Rumah :


1) Persiapan terdiri dari memastikan identitas pasien, bawa
denah/petunjuk tempat tinggal pasien, lengkap kartu identitas unit
tempat kerja, memastikan perlengkapan pasien untuk di rumah,
menyiapkan file asuhan keperawatan, menyiapkan alat bantu media
untuk pendidikan

10
2) Pelaksanaan terdiri dari perkenalan diri dan jelaskan tujuan, observasi
lingkungan yang berkaitan dengan keamanan perawat, lengkapi data
hasil pengkajian dasar pasien, membuat rencana pelayanan, lakukan
perawatan langsung, diskusikan kebutuhan rujukan, kolaborasi,
konsultasi dll, diskusikan rencana kunjungan selanjutnya dan aktifitas
yang akan dilakukan, dokumentasikan kegiatan.
3) Monitoring dan evaluasi antara lain keakuratan dan kelengkapan
pengkajian awal, kesesuaian perencanaan dan ketepatan tindakan,
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tindakan oleh pelaksana.
4) Proses penghentian pelayanan home visit, dengan kriteria : tercapai
sesuai tujuan, kondisi pasien stabil, program rehabilitasi tercapai
secara maksimal, keluarga sudah mampu melakukan perawatan
pasien, pasien di rujuk, pasien menolak pelayanan lanjutan, pasien
meninggal dunia.

BAB V
LOGISTIK

- Lembar Asuhan Keperawatan Individu, Kelompok, Keluarga, Masyarakat.


- Alat tulis: bolpoint.
- Kassa, hepavix ,betadine, plester coklat.

11
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN / PROGRAM

Keselamatan sasaran kegiatan upaya perkesmas dilakukan melalui kunjungan


rumah keluarga binaan melalui promotif dan preventif untuk memandirikan keluarga
binaan mencapai tingkat kemandirian KM IV.

12
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja meliputi semua antisipatif resiko yang terjadi akibat dari
pelaksanaan kegiatan progran pencegahan dan pengendalian penyakit yang
berdampak kepada masyarakat. Dilakukan identifikasi resiko dan analisa serta upaya
meminimalisir resiko dan evaluasi terhadap sistem. Penerapan manajemen resiko

13
dalam hal UKM merupakan satu system komprehensif dibawah naungan Keselamatan
dan Keamanan Kerja (K3).
1) menentukan masalah/kesenjangan yang terjadi di masyarakat
2) mengumpulkan bukti-bukti yang nyata
3) melakukan wawancara
4) meneliti lingkungan kejadian
5) mengenali faktor-faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya kejadian
menentukan pemecahan masalah

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu upaya perawatan kesehatan masyarakat dilakukan


peningkatan perbaikan berkelanjutan dengan cara:

14
1) Seluruh karyawan dan pimpinan Puskesmas wajib melakukan perbaikan secara
terus menerus terhadap efektifitas sistem manajemen mutu sesuai dengan tugas,
tanggung jawab dan wewenangnya.
2) Semua perbaikan mengacu pada komitmen yang tertuang dalam kebijakan mutu,
sasaran kinerja/mutu, hasil audit, analisa data survei kepuasan pelanggan dan survei
Identifikasi kebutuhan masyarakat, tindakan perbaikan dan pencegahan serta Rapat
Tinjauan Manajemen.
3) Tindakan Korektif
a) Puskesmas menentukan tindakan untuk mengurangi penyebab potensial
ketidaksesuaian untuk mencegah peristiwa tersebut. Tindakan pencegahan
harus sesuai dengan penyebab masalah yang potensial.
b) Tindakan perbaikan harus sesuai dengan penyebab ketidaksesuaian yang
ditemukan.
c) Puskemas mengambil tindakan perbaikan untuk mengurangi penyebab
ketidaksesuaian dalam rangka untuk mencegah ketidaksesuaian terulang lagi.
d) Prosedur perbaikan harus mencakup
1) Meninjau ketidaksesuaian termasuk keluhan pelanggan.
2) Menentukan penyebab ketidaksesuaian.
3) Mengevalusi tindakan yang dibutuhkan untuk memastikan ketidaksesuaian
tidak terulang.
4) Menentukan dan menerapkan tindakan yang dibutuhkan.
5) Merekam hasil tindakan yang diambil.
6) Meninjau tindakan perbaikan yang diambil.

4) Tindakan Preventif
a) Puskesmas menentukan tindakan untuk mengurangi penyebab potensial
ketidaksesuaian untuk mencegah peristiwa tersebut. Tindakan
pencegahan harus sesuai dengan penyebab masalah yang
potensial.
b) Prosedur pencegahan harus mencakup

15
a. Menentukan potensi ketidaksesuaian dan penyebabnya.
b. Mengevaluasi tindakan yang dibutuhkan untuk, mencegah peristiwa
ketidaksesuaian.
c. Menentukan dan menerapkan tindakan yang dibutuhkan.
d. Merekam hasil tindakan yang diambil.
e. Meninjau tindakan pencegahan yang diambil.

BAB IX
PENUTUP

Demikian pedoman Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat dibuat dan


telah disahkan oleh Kepala Puskesmas untuk dijadikan pedoman/panduan dalam
bertindak dan mengambil keputusan dalam rangka menjalankan program UKM,
serta tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan kapasitas dan
wewenang yang telah diberikan.

16

Anda mungkin juga menyukai