Perkembangannya
ABSTRAK
Salah satu bahasa yang fenomenal dengan keindahannya baik dari segi lafal atau pun
makna yakni bahasa Arab. Bahasa Arab merupakan bahasa yang digunakan dalam al-Quran
dan hadits. Bahasa Arab merupakan ungkapan yang digunakan oleh orang Arab untuk
mengungkapkan maksud mereka (Gholayaini:1993). Selain sebagai alat berkomunikasi,
bahasa arab juga merupakan bahasa yang digunakan di dalam alQuran dan hadis, yang
merupakan pedoman utama dalam kehidupan umat islam. Al-Qura
M
-
- laghah yang tinggi. Tidak
hanya indah dari segi makna saja, akan tetapi lafadz al-Quran juga memiliki keindahan yang
luar biasa. Dalam hal ini muncullah ilmu yang akan membantu dan memudahkan umat Islam
untuk memahami dan mangagumi gaya bahasa dan keindahan bahasa dalam al-Quran yaitu
ilmu balaghah. Tulisan ini bermaksud mengungkapkan pengertian balaghah, pembagiannya
serta sejarah perkembangan ilmu balaghah.
PENDAHULUAN
Salah satu bidang ilmu dalam kajian sastra arab adalah ilmu balaghah atau popular di
kenal sebagai stilistika arab. Secara umum, balaghah adalah ilmu yang mempelajari tentang
bagaimana mengolah kata atau susunan kalimat bahasa arab yang indah namun tetap menjaga
kejelasan makna dengan juga memperhatikan situasi dan kondisi saat ungkapan tersebut
terjadi. Ilmu balaghah terbagi menjadi 3 (tiga) cabang ilmu besar, yaitu : ilmu bayan, ilmu
‟ ‟( J M :1998) M c
tersebut memilki kekhususan gaya bahasa. (Suryaningsih & Hendrawanto, 2018)
Dalam Ilmu balaghah terdapat cabang ilmu yang secara khusus mempelajari tentang
‟ I ‟ c
dengan ilmu tersebut diketahui keistimewaanyang dapat membuat kalimat menjadi indah,
bagus, dan menghiasinya dengan kebaikan dan keindahan setelah kalimat tersebut sesuai
1
dengan situasi dan kondisi dan telah jelas makna yang dikehendaki (al-Hasyimi, 1994:176
dalam (Arab & Uyubah, 2019),
أما البالغة فهي أتدية املعىن اجلليل واضحا بعبارة صحيحة هال يف النفس أثر خالب مع مالئمة كل كامل للموطن الذي يقال فيه واألشخاص الذين
. خياطبون
“ B
mempergunakan ungkapan yang benar, berpengaruh dalam jiwa, tetap menjaga relevansi
setiap kalimatnya dengan tempat diucapkannya ungkapan itu, serta memperhatikan
c c c ” (Yasin, 2020)
احلد الصحيح للبالغة يف الكامل هو أن يبلغ به املتكلم ما يريد من نفس السامع إبصابة موضع اإلقناع من العقل والوجدان
2
“ B c
dalam menyampaikan apa yang dikehendakinya ke dalam jiwa pendengar penerima), dengan
”
Dari dua definisi di atas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa inti dari Balaghah
adalah penyampaian suatu pesan dengan menggunakan ungkapan yang fasih, relevan antara
lafal dengan kandungan maksudnya, tetap memperhatikan situasi dan kondisi
pengungkapannya, menjaga kepentingan pihak penerima pesan, serta memiliki pengaruh yang
signifikan dalam diri penerima pesan tersebut. Ilmu Balaghah berarti suatu kajian yang berisi
teori-teori dan materi-materi yang berkaitan dengan cara-cara penyampaian ungkapan yang
bernilai Balaghah itu sendiri. Ilmu Balaghah adalah ilmu yang mempelajari tentang
bagaimana mengolah kata atau susunan kalimat bahasa arab yang indah namun memiliki arti
yang jelas, selain itu gaya bahasa yang harus digunakan juga harus sesuai dengan situasi dan
kondisi. Para ahli balaghah sepakat membagi ruang lingkup pembahasan ilmu balaghah
menjadi tiga ilmu yang masing-masing berdiri sendiri dengan pembahasannya, yaitu: ilmu
‟ ‟ (Yasin, 2020)
Dalam kajian sastra, balaghah ini menjadi sifat sebuah ungkapan dan penuturnya,
maka lahir lah sebutan ungakapan sastra (kalam baligh) dan penutur sastra (mutakallim
baligh). Menurut Abd al-Qadir Husen (1984) balaghah sangat memperhatikan kesesuaian
kalimat dengan kondisi dan situasi lawan bicara. Nilai tuturan yang mengandung balaghah
bergantung kepada sejauh mana ungkapan tersebut dapat memenuhi tuntutan situasi dan
kondisinya.(Suryaningsih & Hendrawanto, 2018)
Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa dalam kitab Balaghah permulaan, ilmu Balaghah
masih belum dipilah kedalam beberapa bagian seperti sekarang ini. Pemilahan ini dirintis oleh
Abdul Qahir al-Jurjani, dilanjutkan oleh As-Sakaki, dan dimantapkan lagi oleh Khatib al-
Qazwaini. Dalam kitab Talkhisul Miftah yang dikutip oleh Abdul Jalal, beliau menjelaskan
macam-macam ilmu Balaghah sebagai berikut:
1) Ilmu Ma’ani, yang membahas segi lafal Arab yang relevan dengan tujuannya.
Definisinya yaitu :
علم املعايه ٌو أصول ولواعد يعزف ٌبا أحوال الكالم العزب اليت يكون ٌبا مطابما ملمتضى احالل حبيث يكون
ًوفك الغزض الذي سيك ل
3
“I M ‟ -ketentuan pokok dan kaidah-kaidah yang dengannya
diketahui ihwal keadaan kalimat Arab yang sesuai dengan keadaan dan relevan dengan tujuan
”.
2) Ilmu Bayan, yang membahas segi makna lafal yang beragam. Definisinya yaitu
علم البيان هو أصول وقواعد يعرف هبا إيراد املعىن الواحد بطرق خيتلف بعضها عن بعض يف وضوح الداللة العقلية على نفس ذلك
املعىن
ًالبديع عو علم يعزف بً الوجوي واملزااي اليت تزيد الكالم حسىا وطالوة وتكسوي ٌباء ورووما بعد مطابمت
ملمتضى احالل
“I B ‟ -bentuk dan
keutamaan-keutamaan yang dapat menambah nilai keindahan dan estetika suatu ungkapan,
membungkusnya dengan bungkus yang dapat memperbagus dan mepermolek ungkapan itu,
v ” I
“ ” “ ” K B r Bahasa Indonesia berarti antara lain :
2. Sindiran
3. Analogi
Jadi uslub atau gaya bahasa kiasan yang dibahas dalam ilmu bayan pada dasarnya
dibentuk berdasarkan perbandingan dengan analogi, yakni membandingkan suatu benda atau
suatu keadaan dengan benda atau keadaan lain, karena keduanya memiliki hubungan
kesamaan atau hubungan lain seperti hubungan sebab akibat, hubungan tempat dan lain
sebagainya. Sedangkan arti bayan itu sendiri yaitu )وااليضاح الكشفmengungkapkan,
menjelaskan), Maksudnya menjelaskan satu makna dengan berbagai ungkapan atau berbagai
uslub, apakah dengan uslub ً )التشبيperumpamaan) atau dengan uslub )االستعارةmetafora,
personifikasi) atau dengan uslub kiasan lainnya, tergantung kepada situasi dan kondisi.
Sedangkan Al-bayan menurut istilah ilmu balaghah adalah : علم يعزف بً ايزاد املعىه الواحد املدلول
4
ًعليً بكالم مطابك ملمتضى احالل بطزق خمتلفت ىف ايضاح الداللت عليArtinya : Ilmu bayan ialah ilmu untuk
mengetahui tentang cara mendatangkan suatu pengertian yang ditunjukan atasnya dengan
perkataan yang muthobaqoh (sesuai) dengan muqtadhol-halnya dan dengan susunan yang
berbeda-beda dalam menjelaskan dilalahnya.
Syakir (1999) dalam (Yasin, 2020) Sampai masa permulaan Islam ini keberadaan
ilmu Balaghah sebagai suatu disiplin ilmu yang utuh seperti saat ini belum terkodifikasi,
namun ia terus mengalami perkembangan sedikit demi sedikit. Diawali dengan kajian sastra
‟ -pidato orang Jahiliah, dilanjutkan dengan mengulas
‟ w I Daulah Umayah,
ia terus mengalami perkembangan yang menggembirakan.
Perkembangan Balaghah yang semakin baik tersebut ditandai dengan munculnya para
tokoh yang kompeten dan karya-karya besar mereka pada abad ke-III H, seperti Abu
„U (w 211 H) I Qutaibah (w. 276 H), Ibnu Hasan al-Rumani (w. 284 H), al-F ‟
(w.207 H), dan Al-J (w 255 H) „U M
al- ‟ I M ‟ I T ‟w M
al- ‟ -F ‟ M ‟ ‟
ilmu Nahwu, tapi juga menyinggung kajian ilmu Balaghah. Sedangkan al-Rumani menyusun
N F I‟ ‟ Dan Al-Jahizh dipandang sebagai tokoh yang sangat berjasa
dalam sejarah perkembangan ilmu Balaghah secara umum dan ilmu Bayan secara khusus,
5
lewat karya tulisnya yang berjudul al-Bayan wa al-Tabyin.(Suryaningsih & Hendrawanto,
2018)
“M ( )
c c ”6
nestapa dan kesedihan yang begitu abstrak diekspresikan dalam bentuk gaya bahasa yang
figurative dan indah sekali. Keindahan bahasa puisi tersebut jelas dan terasa sekali pada
kemampuan si penggubahnya dalam menggambarkan hal-hal yang bersifat abstrak menjadi
kongkrit, hingga seakan-akan dapat diraba keberadaannya.
‟
begitu puitis dalam menggambarkan keadaan yang dialami oleh penyair tatkala ia merasa
begitu tersiksa secara psikis dan mental akibat rindu yang begitu mendalam terhadap sang
kekasih yang sangat dicintainya. Namun karena adanya jarak yang menghalangi, maka
mereka tidak pernah bisa bersua untuk mengobati kerinduannya. Akhirnya keluarlah dari
mulut salah seorang diantara mereka lirik-lirik bait syair yang begitu indah untuk
menggambarkan keadaan tersebut.
فقلت ومـثـلي ابلبكاء جـديـر# بكيت على سرب القطا إذ مررن بـي
“ w #
dan akupun bergumam: orang seperti diriku memang layak untuk menangis. Wahai kawanan
6
burung merpati, Adakah diantara kalian yang sudi untuk meminjamkan sayapnya kepadaku,#
agar aku dapat terbang tuk menemui kekasih yang kucintai. Merekapun nyeletuk menjawab
permintaanku dari atas ranting pohon arak, Hai orang yang bermaksud meminjam sayap
kami, # ketahuilah bahwa kami juga sebenarnya sekedar dikasih pinjam. Maka tidak ada
seekor burung merpatipun yang rela tuk meminjamkan sayapnya, # karena( jika itu terjadi)
”
Perasaan rindu yang terpendam dan berkecamuk serta perasaan asmara yang
bergejolak melahirkan perasaan sedih yang mendalam yang diekspresikan dengan cucuran
airmata tertuang dalam gubahan syair tersebut dengan indah sekali. Keadaan tersebut
diadukan kepada kawanan burung-dalam bentuk dialog personifikatif-yang dilihat oleh
penyair sebagai kelompok makhluk yang beruntung karena dilengkapi dengan sayap yang
membuat mereka dapat terbang kemanapun mereka suka. Tidak seperti diri penyair yang
terisolir dan nasibnya yang terpasung tidak dapat pergi menemui sang kekasih yang sudah
lama didambakannya.
7
terutama setelah turunnya al- ‟
keindahan dan kelembutan berbahasa tersebut.
ِِ ِ ِ ٰ ب ِّّمَّا نـَّزلنا ع ٰلى عب ِدَن فَاتـوا بِسورةٍ ِمن ِمثلِهَ وادعوا شهدآء ُكم ِمن دو ِن ِ
ي
َ اّلل ان ُكنـتُم ٰصدق
ّ ُ ّ َ َ َُ ُ َ ّ ّ َ ُ ُ َ َ َ َ َ ٍ َوان ُکنـتُم ِِف َري
:“ ( )
yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka (coba) datangkanlah sekedar
satu surat yang mirip dengannya dan ajaklah para pembantu kalian selain Allah (yang kalian
anggap mampu) jika kalian benar- ” ( -Baqarah[2]:23) Dan sesungguhnya
mereka telah mengakui dan merasakan ketinggian dan keindahan bahasa al- ‟
‟ bahasa
al- ‟ L -K ‟
orang sastrawan dan pujangga besar masa tersebut. Mereka juga berusaha keras untuk
mencontoh bahasa Al- ‟ -nilai keindahannya dalam
pembicaraan dan penulisan. Bahkan sebagian pakar sastra mencoba dengan sadar dan
sekasama untuk menyamai bahkan melampaui keindahan al- ‟
8
bahasa yang melekat kuat dalam jiwa mereka sejak masa pra turunnya al- ‟ 10 P
al- ‟ B „ H
dijadikannya al- ‟ -diskursus kebalaghahan yang
melahirkan karya-karya besar seperti Kitab Majaz Al- ‟ „U (w 207 H)
I I ‟
dalam penggambaran sifat syajarat al-Zaqqum (makanan penduduk neraka) dalam firman
Allah ayat 65 surat al-Shaffat :
ِ الش ٰي ِط
ي َّ سُ طَل ُعي ََا َکاَ َّني ُرءُو
Sampai masa permulaan Islam ini keberadaan ilmu Balaghah sebagai suatu disiplin ilmu yang
utuh seperti saat ini belum terkodifikasi, namun ia terus mengalami perkembangan sedikit
w ‟ -pidato orang
J ‟ w I
masa pemerintahan Daulah Umaiyah, ia terus mengalami perkembangan yang
menggembirakan.11 Perkembangan Balaghah yang semakin baik tersebut ditandai dengan
munculnya para tokoh yang kompeten dan karya-karya besar mereka pada abad ke-III H,
„U (w 211 H) I (w. 276 H), Ibnu Hasan al-Rumani (w. 284
H), al-F ‟ (w 207 H) -J (w 255 H) „U
tentang Majaz al- ‟ I M ‟ I
T ‟w M - ‟ -F ‟ M ‟ ‟
kebanyakan berisi kajian ilmu Nahwu, tapi juga menyinggung kajian ilmu Balaghah.
Sedangkan al-Rumani menyusun kitab An-N F I‟ ‟ -Jahizh dipandang
sebagai tokoh yang sangat berjasa dalam sejarah perkembangan ilmu Balaghah secara umum
dan ilmu Bayan secara khusus, lewat karya tulisnya yang berjudul al-Bayan wa al-
Tabyin.(Yasin, 2020)
9
c I M ‟ I
B I B ‟ N B I B ‟
satu ilmu dengan istilah Ilmu al-Mahasin yang terbagi ke dalam dua bagian, yaitu AlMahasin
al-L M ‟ w B
tersebut disamping ilmu-ilmu pengetahuan bahasa Arab lainnya. Kitab tersebut dikenal
M „U Sedangkan pembagian ilmu Balaghah ke dalam tiga istilah
(I M ‟ B B ‟) -Khatib al-
Qazwainy (w. 729 H) pada abad ke-VII H dalam karyanya yang bernama Talkhisul Miftah
M „U -Sakaki.(Yasin, 2020)
PENUTUP
Kesimpulan dari tulisan ini adalah Ilmu Balaghah merupakan ilmu yang mempelajari tentang
bagaimana mengolah kata atau kalimat bahasa arab yang indah namun juga memiliki arti
yang jelas dan terarah, selain itu gaya bahasa yang harus digunakan juga harus sesuai dengan
situasi dan kondisi. Para ahli balaghah sepakat membagi ruang lingkup pembahasan ilmu
balaghah menjadi tiga ilmu yang masing-masing berdiri sendiri dengan pembahasannya,
: ‟ ‟
10
DAFTAR PUSTAKA
Suryaningsih, I., & Hendrawanto, H. (2018). Ilmu Balaghah: Tasybih dalam Manuskrip
“ Fī B ā -M ā w -T ī w -K ā ” JURNAL Al-AZHAR
INDONESIA SERI HUMANIORA, 4(1), 1. https://doi.org/10.36722/sh.v4i1.245
Yasin, H. (2020). Sisi Balaghah Dalam Tafsir Al-Baidhawy. Tahdzib Al-Akhlaq: Jurnal
Pendidikan Islam, 3(2), 41–61. https://doi.org/10.34005/tahdzib.v3i2.894
11