Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN KEJURUAN


“TEORI BELAJAR KONSTRUKSIVISME”

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Ibu Mutmainah, M.Si.,M.Pd.i

Disusun oleh :

1. Dian Budi Elnursa 200631100060


2. Durrotul Mufidah Inafah 200631100074
3. Elyana Azatul Aqma 200631100048

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN INFORMATIKA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran tepat waktu. Tidak lupa shalawat
serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Teori Belajar Kontruksivisme” dapat


diselesaikan dengan baik. Kami berharap makalah yang kami buat dapat menjadi
referensi bagi pembaca.. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca
mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah guna memenuhi tugas mata kuliah Teori


Pembelajaran Kejuruan yang masih jauh dari kesempurnaan. Kami menerima
segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Mohon
maaf jika terdapat kesalahan dalam penyusunan.Demikian yang dapat kami
sampaikan. Akhir kata, semoga makalah Teori Belajar dan Pembelajaran ini dapat
bermanfaat.

Bangkalan, 27 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1 : PENDAHULUAN.....................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
BAB 2 : PEMBAHASAN........................................................................................6
A. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme....................................................6
B. Tokoh – Tokoh Teori Pembelajaran Konstrutivisme....................................7
1. Jean Piaget.................................................................................................7
2. Lev Semenovich Vygotsky.......................................................................8
C. Prinsip Teori Belajar Konstruktivisme.......................................................10
D. Tujuan Teori Belajar Konstruktivisme.......................................................10
E. Ciri-ciri Teori Belajar Konstruktivisme......................................................11
F. Implementasi Teori Konstruktivisme..........................................................12
G. Peran Guru dalam Teori Belajar Konstruktivisme......................................13
H. Peran Siswa dalam Teori Belajar Konstruktivisme....................................14
I. Contoh Pengaplikasian Teori Belajar Konstruktivisme..............................14
J. Kelebihan Teori Belajar Konstruktivisme..................................................15
K. Kekurangan Teori Konstruktivisme............................................................16
L. Konsep Dasar Konstruktivisme..................................................................17
BAB III PENUTUP...............................................................................................19
A. KESIMPULAN...........................................................................................19
B. SARAN.......................................................................................................20
C. DAFTAR PUSTAKA.................................................................................20
BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan


terutama pada proses pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah
konstruktivisme. Pemilihan pendekatan ini lebih dikarenakan agar
pembelajaran membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada.
Sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya.
Pembelajaran di kelas masih dominan menggunakan metode ceramah
dan tanya jawab sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berintekrasi langsung kepada benda-benda konkret.
Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum
pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik tidak akan
berhasil menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat memunculkan
sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya untuk
meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai
proses mengubah mainset siswa yang keliru dan jika ternyata benar maka
pendidik harus membantu siswa dalam mengkonstruk minset tersebut
biar lebih matang.

Dari permasalahan tersebut, kami melakukan penelitian konsep untuk


mengetahui bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar konstruktivisme
ini bisa mengembangkan keaktifan siswa dalam mengkonstruk
pengetahuannya sendiri, sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya
peserta didik bisa lebih memaknai pembelajaran karena dihubungkan
dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa dan pengalaman yang siswa
peroleh dari lingkungan kehidupannya sehari-hari.
B. Rumusan Masalah

 Memahami dan mengerti devinisi dari teori konstruktivisme.


 Mengetahui apa ciri-ciri belajar dari teori kontruktivisme.
 Memahami konsep dasar teori konstruktivisme.
 Memahami cara mengaplikasikan teori konstruktivisme dalam
sistem pembelajaran

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar penulis dan pembaca dapat
mengetahui tentang apa itu belajar teori dalam belajar, tujuan, prinsip,
serta masalah-masalah yang dihadapi ketika belajar.
BAB 2 : PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing lagi


bagi dunia pendidikan. Konstruktivisme berarti bersifat membangun. Dalam
konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun
tata susunan hidup yang berbudaya modern. Berdasarkan penjelasan tersebut
di atas, bahwa konstruktivisme merupakan sebuah teori yang sifatnya
membangun, membangun dari segi kemampuan, pemahaman, dalam proses
pembelajaran. Sebab dengan memiliki sifat membangun maka dapat
diharapkan keaktifan dari pada siswa akan meningkat kecerdasannya.

Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun


pengetahuan baru dalam stuktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Pengetahuan itu terbentuk bukan dari objek semata. Akan tetapi, dari
kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang di
amatinya. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari
luar, tetapi dikontruksi dalam diri seseorang. Merasa kurang lengkap untuk
mengetahui dari pada teori konstruktivisme sebelum mengetahui pendapat-
pendapat dari pada pakar ahli, diantaranya, yaitu: mengatakan, sebagai
pembelajaran yang bersifat generatif, maksudnya tindakan mencipta sesuatu
makna dari apa yang dipelajari.
Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang
bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang
dipelajari. Berbeda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat
belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon,
konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia
membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada
pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya
bukan merupakan gagasan yang baru, melainkan apa yang dilalui dalam
kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman
demi pengalaman. Demikian ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

D. Tokoh – Tokoh Teori Pembelajaran Konstrutivisme

1. Jean Piaget

Jean Piaget dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159)


menegaskan bahwa proses untuk menemukan teori dan pengetahuan yang
dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam proses pembejaran
adalah sebagai fasilitator dan moderator. Ilmu pengetahuan dibangun
dalam pikiran seorang anak, kegiaan asimilasi dan akomodasi sesuai
dengan skemata yang dimilikinya.

Ada empat konsep dasar yang diperkenalkan oleh Piaget, yaitu:

Schemata adalah kumpulan konsep atau kategori yang digunakan individu


ketika beradaptasi dengan lingkungan baru, konsep ini sendiri terbentuk
dalam struktur pekiran (Intellectual Scheme) sehingga dengan
intelektualnya itu manusia dapat menata lingkungan barunya. Jadi
schemata adalah suatu struktur kognitif yang slalu berkembang dan
berubah, karena proses asimiliasi dan proses akomodasi aktif serta
dinamis.

 Asimilasi adalah proses kognitif di mana seseorang


mengintegrasikan persepsi. Konsep atau pengalaman baru ke dalam
skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.
 Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif tergantung pada empat
faktor: pertumbuhan biologis, pengalaman dengan lingkungan fisik,
pengalaman dengan lingkungan social, dan ekuilibrasi. Ekuilibrasi
mengacu pada dorongan biologis untuk menciptakan sebuah kondisi
keseimbangan yang optimal antara struktur-struktur kognitif dan
lingkungan (Duncan, 1995). 
 Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep
awal sudah tidak cocok lagi.

Asimilasi dan akomodasi merupakan dua proses yang saling


melengkapi. Ketika realita diasimilasikan, struktur-struktur
diakomodasikan.perkembangan kognitif dapat terjadi hanya ketika
disekuilibrasi terjadi. Ekuilibrasi berupaya menyelesaikan konflik melalui
asimilasi dan akomodasi.

Hakikat anak menurut teori belajar konstruktivisme. Menurut Piaget,


pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan
melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak tergantung pada
seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya.

2. Lev Semenovich Vygotsky

Teori belajar Vygotsky menekankan pada sosiokultural dan


pembelajaran. Siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dipengaruhi
oleh lingkungan sosial disekitarnya. Pengetahuan, sikap, pemikiran, tata
nilai yang dimilki siswa akan berkembang melalui proses interaksi.
Kostrukstivisme sosial Vygosky meyakini bahwa interaksi sosial,
unsur budaya, dan aktivitas yang membentuk pengembangan dan
pembelajaran individu. Vygosky menekankan bahwa semua mental tingkat
tinggi seperti berpikir dan pemecahan masalah dimediasi dengan alat-alat
psikologis seperti bahasa, lambang dan simbol. Vigosky dalam
penelitiannya membedakan dua macam konsep yaitu konsep spontan dan
konsep ilmiah. Konsep spontan diperoleh dari pengetahuan sehari-hari,
sedangkan konsep ilmiah diperoleh dari pengetahuan dan pembelajaran
yang diperoleh dari sekolah. Konsep ini saling berhungan antara satu
dengan yang lain.
Menurut teori Vygosky untuk dapat menjelaskan bagaimana
pengetahuan dibentuk, maka dirangkum dalam dua penjelasan yang
bertahap. Pertama, realitas dan kebenaran dari dunia luar mengarahkan dan
menentukan pengetahuan.  Kedua, faktor eksternal dan internal
mengarahkan pembentukan pengetahuan yang tumbuh melalui interaksi
faktor-faktor esternal (kognitif) dan internal (lingkungan dan sosial).
Dalam teori Vygosky dalam belajar berarti terjadi proses
perkembangan internal untuk membentuk pengetahuan barunya denngan
bantuan orang lain yang kompeten, dan hal itu terjadi ketika individu
berinteraksi dengan lingkungan dengan lingkungan sosialnya. Jadi
kesiapan individu untuk belajar sangat bergantung pada stimulus
lingkungan yang sesuai serta bentuk bimbingan dari orang lain yang
berkompeten secara tepat, sehingga pembelajran menjadi lebih bermakna
dan terwujud perkembangan petensinya secara tepat.  

Ada dua konsep penting dalam konstruktivisme Vygotsky, yaitu:


 Zone of proximal development
Jarak antara level perkembangan aktual yang ditentukan melalui
pemecahan masalah secara mandiri dan level potensi perkembangan yang
ditentukan melalui pemecahan masalah dengan bantuan orang dewasa atau
dengan kerjasama dengan teman-teman sebaya yang lebih mampu.
 Scaffolding
Pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal
pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan
kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar
setelah ia dapat melakukannya (Slavin, 1997).
E. Prinsip Teori Belajar Konstruktivisme

Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam


belajar mengajar adalah:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah.
4. Guru sekadar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
konstruksi berjalan lancar.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan.
7. Mencari dan menilai pendapat siswa.
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dari semua prinsip diatas ada satu prinsip yang paling penting adalah guru
tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa
harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat
membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi
menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide
dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.

F. Tujuan Teori Belajar Konstruktivisme

1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa
itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman
konsep secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir kritis yang
mandiri.
5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

G. Ciri-ciri Teori Belajar Konstruktivisme

Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh


teori konstruktivisme, yaitu:

1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar.


2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa.
3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin
dicapai.
4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan
pada hasil.
5. Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan.
6. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
9. Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip teori kognitif.
10. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses
pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis.
11. Menekankan bagaimana siswa belajar.
12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi
dengan siswa lain dan guru.
13. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata.
14. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.
15. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan
dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata.
H. Implementasi Teori Konstruktivisme

1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar.


Dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta
mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa
menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan
pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya
berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar
mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solver).
2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan
beberapa waktu kepada siswa untuk merespon.
Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas
dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru
mengajukan pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya
akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam
melakukan penyelidikan.
3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi.
Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan
menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada
di balik respon-respon faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa
untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui
analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan-gagasan
atau pemikirannya.
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan
siswa lainnya.
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas
yang bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah
atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki
kesempatan untuk megemukakan apa yang mereka pikirkan dan
mendengarkan gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu
membangun pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman
mereka sendiri. Jika mereka merasa aman dan nyaman untuk
mengemukakan gagasannya maka dialog yang sangat bermakna akan
terjadi di kelas.
5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong
terjadinya diskusi.
Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi,
seringkali siswa menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena
alam ini. Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam belajar
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji
hipotesis yang mereka buat, terutama melalui diskusi kelompok dan
pengalaman nyata.
6. Guru memberikan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-
materi interaktif.
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan
konstruktivisme melibatkan para siswa dalam mengamati dan
menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Kemudian guru
membantu para siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-
pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-
sama

I. Peran Guru dalam Teori Belajar Konstruktivisme

1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung


jawab dalam merencanakan aktivitas belajar, proses belajar serta hasil
belajar yang diperolehnya. Dengan demikian menjadi jelas bahwa
memberi kuliah atau ceramah bukanlah tugas utama guru.
2. Memberikan sejumlah kegiatan yang dapat merangsang keingintahuan
siswa dan mendorong mereka untuk meng-ekspresikan gagasan-
gagasannya serta mengkomukasikan-nya secara ilmiah,
3. Menyediakan sarana belajar yang merangsang siswa berpikir secara
produktif. Guru hendaknya menciptakan rangsangan belajar melalui
penyediaan situasi problematik yang memungkinkan siswa belajar
memecahkan masalah,
4. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan tingkat perkembangan
berpikir siswa. Guru dapat menunjukkan dan mempertanyakan sejauh
mana pengetahuan siswa untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan
dengan pengetahuan yang dimilikinya.
5. Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses
belajar siswa.

J. Peran Siswa dalam Teori Belajar Konstruktivisme

Peranan Siswa Menurut teori konstruktivisme, siswa melakukan proses


belajar antara lain: proses pemaknaan atau penyusunan pengetahuan dari
pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi,
karena pembelajaran konstruktivistik lebih banyak diarahkan untuk meladeni
pertanyaan atau pandangan si belajar. Sehingga siswa bisa memiliki
pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Dalam
pembelajaran konstruktivistik, siswa menjadi pusat kegiatan dan guru
sebagai fasilitator. Akan tetapi kadang guru harus mengambil prakarsa untuk
menata lingkungan agar terbentuk proses belajar yang optimal sehingga
siswa termotivasi untuk belajar dan menggali informasi. Namun pada
akhirnya yang paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat
belajar dari siswa itu sendiri. Dengan kata lain, bahwa pada dasarnya hakekat
kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa

K. Contoh Pengaplikasian Teori Belajar Konstruktivisme

1. Seorang anak merasa sakit terpecik api. Berdasar pengalamannya


terbentuk skema kognitif pada diri anak tentang “api” bahwa api
merupakan sesuatu yang membahayakan oleh karena itu harus dihindari.
2. Semakin dewasa, pengalaman anak semakin bertambah.ketika melihat
ibunya memasak dengan api, maka skema kognitif tersebut harus
disempurnakan, bahwa api tidak harus dindari tetapi dimanfaatkan.
3. Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia
adalah kompleks, dimana terjadi bermacam-macam pandangan tentang
kebenaran yang datangnya dari berbagai interpretasi.
4. Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta
lepas yang sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengmbangkan ide-idenya secara lebih bebas.

L. Kelebihan Teori Belajar Konstruktivisme

Teori belajar konstuktivisme memilikin kelebihan atau keunggulan yakni:


1. Dalam Aspek Berpikir, yakni pada proses membina pengetahuan
baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menggali ide dan
membuat keputusan.
2. Dalam Aspek Kepahaman seorang murid terlibat secara langsung
dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan
mampu mengapliksikannya dalam semua situasi.
3. Dalam Aspek Mengingat, yakni murid terlibat secara langsung
dengan aktif, mereka akan mengingat lebih lama konsep. Melalui
pendekatan ini murid dapat meningkatkan kefahaman mereka.
Justru, mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah
dalam situasi baru.
4. Dalam Aspek Kemahiran sosial yakni Kemahiran sosial diperoleh
apabila seorang murid berinteraksi dengan teman, kelompok kerja
maupun dengan guru dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan
maupun wawasan baru.
5. Dalam Aspek Kesenangan yakni karena mereka terlibat secara
terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan lihat,
maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina
pengetahuan baru.

M. Kekurangan Teori Konstruktivisme

Teori belajar konstruktivisme memilikin kekurangan atau kelemahan yakni:


1. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa
hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai
dengan kaidah ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan
miskonsepsi.
2. Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun
pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama
dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
3. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua
sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan
dan kreatifitas siswa.
4. Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya
proses belajar, tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang
itu harus memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi
anak sehingga dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya
mengapresiasi nilai-nilai kemanusiaan.
5. Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu
sepertinya kurang begitu mendukung siswa berbeda persepsi satu
dengan yang lainnya.
N. Konsep Dasar Konstruktivisme

Berikut ini merupakan beberapa konsep kunci dari teori konstruktivisme


antara lain:

1. Siswa Sebagai Individu yang Unik


Teori konstruktivisme berpandangan bahwa pembelajar merupakan
individu yang unik dengan kebutuhan dan latar belakang yang unik pula.
Dalam teori ini tidak hanya memperkenalkan keunikan dan kompleksitas
pembelajar tetapi juga secara nyata mendorong, memotivasi dan memberi
penghargaan kepada siswa sebagai integral dari proses pembelajaran.
2. Self Regulated Leaner (Pembelajar yang dapat mengelola diri
sendiri).
Siswa dikembangkan menjadi seorang yang memiliki pengetahuan
tentang strategi belajar yang efektif, yang sesuai dengan gaya belajarnya
dan tahu bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu dalam
situasi pembelajaran yang berbeda. Self Regulated Leaner termotivasi
untuk belajar oleh dirinya sendiri, bukan dari nilai yang diperolehnya
sebagai hasil belajar atau karena motivasi eksternal yang lain, misalnya
dari guru atau orang tuanya.
3. Tanggungjawab Pembelajaran
Dalam konstruktivisme ini berpandangan bahwa tanggung jawab
belajar bertumpu kepada siswa. Teori ini menekankan bahwa siswa
harus aktif dalam proses pembelajaran, dan berbeda pendapat dengan
pandangan pendidikan sebelumnya yang menyatakan tanggung jawab
pembelajaran lebih kepada guru, sedangkan siswa berperan secara pasif
dan reseptif. Disini para pembelajar mencari makna dan akan mencoba
mencari keteraturan dari berbagai kejadian yang ada di dunia, bahkan
seandainya informasi yang tersedia tidak lengkap.
4. Motivasi Pembelajaran
Motivasi belajar secara kuat bergantung kepada kepercayaan siswa
terhadap potensi belajarnya sendiri. Perasaan kompeten dan
kepercayaan terhadap potensi untuk memecahkan masalah baru,
diturunkan dari pengalaman langsung di dalam menguasai masalah
pada masa lalu. Maka dari itu belajar dari pengalaman akan
memperoleh kepercayaan diri, serta motivasi untuk menyelesaikan
masalah yang lebih kompleks lagi.
5. Peran Guru Sebagai Fasilitator
Jika seorang guru menyampaikan kuliah/ceramah yang menyangkut
pokok bahasan, maka fasilitator membantu siswa untuk memperoleh
pemahamannya sendiri terhadap pokok bahasan/konten kurikulum.
6. Kolaborasi Antarpelajar.
Pembelajar dengan keterampilan dan latar belakang yang berbeda
diakomodasi untuk melakukan kolaborasi dalam penyelesaian tugas dan
diskusi-diskusi agar mencapai pemahaman yang sama tentang kebenaran
dalam suatu wilayah bahasan yang spesifik.
7. Proses Top-Down (Proses dari Atas ke Bawah)
Dalam proses ini siswa diperkenalkan dulu dengan masalah-masalah
yang kompleks untuk dipecahkan dengan bantuan guru menemukan
keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan untuk memecahkan
masalah seperti itu. Pada prinsipnya pembelajaran dimulai dengan
pemberian dan pelatihan keterampilan-keterampilan dasar dan secara
bertahap diberikan keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks alam
tersebut secara bersama-sama
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Teori konstruktivisme merupakan teori yang bersifat membangun.


Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang
dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan
pembinaan pengalaman demi pengalaman. Demikian ini menyebabkan
seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.Teori
Pembelajaran Konstrutivisme adalah “Jean Piaget” dan “Lev Semenovich
Vygotsky”.
Pada dasarnya prinsip Teori Belajar Konstruktivisme, yaitu terdiri
dari pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, pengetahuan tidak dapat
dipindahkan dari guru ke murid (kecuali hanya dengan keaktifan murid
sendiri untuk menalar), murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus,
sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
Selain itu, Teori Belajar Konstruktivisme mempunyai sebuah tujuan,
yakni: membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman
konsep secara lengkap, mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi
pemikir kritis yang mandiri, lebih menekankan pada proses belajar
bagaimana belajar itu. Ada beberapa ciri Teori Belajar Konstruktivisme,
antara lain: menekankan pada proses belajar dan bukan proses mengajar,
mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa,
memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai
Implementasi Teori Konstruktivisme berguna untuk mendorong
kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar, memberikan kesempatan
beberapa waktu kepada siswa untuk merespon sebuah pertanyaan,
mendorong siswa berpikir tingkat tinggi. Ada beberapa manfaat juga
kelebihan Teori Belajar Konstruktivisme, diantaranya dalam aspek berpikir,
aspek kepahaman, aspek mengingat.
Di samping itu ada pula kekurangan Teori Konstruktivisme, yang
mana antara lain: siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri,
menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri padahal
memakan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang
berbeda-beda, dan terakhir situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama.

B. SARAN

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi


pembaca. Masih banyak kesalahan dari penulisan kami karena kami manusia
yang adalah tempat salah dan dosa, apabila ada saran kritik yang ingin
disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.

Apabila terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya


karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah, khilaf, alfa, dan
lupa.

C. DAFTAR PUSTAKA

 Ifzanul. 2009. Teori Belajar Konstruktivistik.(online).


 Islamika: Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan Volume 1, Nomor 2, Juli
2019; 79-88
 https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/islamika
 https://ainamulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-
konstruktivistik.html

Anda mungkin juga menyukai