Anda di halaman 1dari 7

Profil Singkat

Kota Tual merupakan salah satu daerah otonom baru di wilayah Indonesia bagian
timur. Secara administratif Kota Tual berdiri pada tanggal 10 Juli 2007 berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2007 tentang Pembentukan
Kota Tual di Provinsi Maluku. Pada sejarahnya, Kota Tual merupakan pemekaran dari
Kabupaten Maluku Tenggara yang terletak di wilayah Kepulauan Kei. Wilayah Kota
Tual terdiri 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Pulau Dullah Utara, Kecamatan Pulau
Dullah Selatan, Kecamatan Tayando Tam dan Kecamatan Pulau-Pulau Kur. Saat ini
Kota Tual dipimpin oleh seorang walikota yaitu Drs. Hi. M. M. Tamher dan wakil
walikotanya yaitu Hi. A. W. Rahayaan, S.H (2008-2013).

Jumlah penduduk Kota Tual berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 adalah
58.082 Jiwa sedangkan menurut proyeksi BPS, jumlah penduduk Kota Tual pada
tahun 2011 adalah 59.690 Jiwa. Penduduk asli Kota Tual merupakan etnis Kei yang
masih memiliki hubungan dengan etnis bugis di Sulawesi Selatan. Berdasarkan data
BPS Kabupaten Maluku Tenggara, rasio penduduk usia tua muda di Kota Tual adalah
sebesar 7,90 dimana hal tersebut menunjukkan bahwa Kota Tual memiliki struktur
penduduk usia muda. Pada tahun 2011, porsi penduduk usia muda (0-14 tahun)
adalah sebesar 38,33% sedangkan porsi penduduk usia kerja (15-65 tahun) adalah
sebesar 58,64% dan sisanya yaitu 3,03% adalah penduduk usia 65 tahun ke atas.

Struktur Ekonomi

Dari sisi produksi, struktur ekonomi Kota Tual berdasarkan distribusi persentase
PDRB menurut harga berlaku tahun 2011 menunjukkan bahwa secara garis besar
perekonomian Kota Tual ditopang oleh sektor-sektor jasa (sektor tertier) dimana
sektor-sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar 62,12%, sedangkan sektor
primer memberikan kontribusi sebesar 35,14% dan sisanya adalah kontribusi dari
sektor sekunder yang hanya sebesar 2,74%. Sedangkan bila dilihat secara sektoral,
berdasarkan distribusi presentase PDRB menurut harga berlaku tahun 2011, sektor
perdagangan, hotel dan restoran adalah penyumbang terbesar dalam perekonomian
Kota Tual yaitu sebesar 38,64% dimana pada sektor ini, sub sektor perdagangan
merupakan sub sektor yang memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 38,46%.
Hal ini cukup memberikan pengukuhan bagi Kota Tual sebagai kota perdagangan dan
jasa. Sektor selanjutnya dengan kontribusi terbesar kedua adalah sektor pertanian
dengan kontribusi sebesar 34,66% dimana dari porsi tersebut, 22,67%-nya
merupakan kontribusi sub sektor perikanan. Kondisi struktur ekonomi Kota Tual yang
seperti ini cenderung tidak mengalami perubahan yang signifikan sejak tahun 2009.

Sedangkan dari sisi konsumsi, pola konsumsi penduduk Kota Tual masih didominasi
oleh pengeluaran pada konsumsi barang makanan, yaitu sebesar 53,84% dari rata-
rata pengeluaran per kapita penduduk Kota Tual yang sebesar Rp 676,578.00 per
bulan (2011). Namun pola konsumsi barang makanan ini telah mengalami penurunan
bila dibandingkan dua tahun sebelumnya dimana pada tahun 2009, pengeluaran
rumah tangga untuk barang makanan menghabiskan 65,73% dari total pengeluaran
rumah tangga yang sebesar Rp 344,405 per bulan, dan pada tahun 2010 sedikit
menurun menjadi 60,56% dari total pengeluaran rumah tangga yang sebesar Rp
397,661 per bulan. Perubahan pola konsumsi ini dimana dalam tiga tahun ke belakang
terjadi penurunan porsi pengeluaran barang makanan yang cukup signifikan
menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan secara umum di Kota Tual. Hal ini
didukung dengan sebaran penduduk berdasarkan jumlah pengeluaran bulanan
dimana pada tahun 2009, penduduk Kota Tual di dominasi oleh penduduk dengan
pengeluaran bulanan antara Rp 200,000 Rp 299,999 adalah sebesar 33,67% dan
penduduk dengan pengeluaran bulanan Rp 300,000 Rp 499,999 sebesar 31,07%.
Sedangkan pada tahun 2010, penduduk dengan pengeluaran bulana sebesar Rp
300,000 Rp 499,999 meningkat menjadi sebesar 37,69% dan penduduk dengan
pengeluaran Rp 200,000 Rp 299,999 menurun menjadi hanya 18,99%. Kemudian
pada tahun 2011, penduduk dengan pengeluaran Rp. 300,000 Rp 499,999 menurun
menjadi 26,27% sedangkan penduduk dengan pengeluaran Rp 500,000 Rp 749,999
meningkat menjadi 22,40% dari sebelumnya hanya sebesar 10,87% pada tahun 2009
dan 16,19% pada tahun 2010. Peningkatan yang signifikan terjadi pada kelompok
penduduk dengan pengeluaran rata-rata Rp 1,000,000 ke atas dimana pada tahun
2009 hanya terdapat 0,98% saja sedangkan pada tahun 2011 menjadi 14,96%.
Sedangkan pada kelompok pengeluaran rendah terjadi penurunan yang signifikan,
dimana pada tahun 2009, terdapat 20,15% penduduk dengan pengeluaran rata-rata
per bulan sebesar Rp 199,999 ke bawah yang pada tahun 2011 hanya tinggal 6,22%
saja. Perubahan pola konsumsi dan pendapatan yang signifikan ini menunjukkan
peningkatan kesejahteraan yang cukup pesat di Kota Tual.

Kota Kepulauan dan Perdagangan

Sebelum saya banyak membahas mengenai potensi Kota Tual sebagai kota
perdagangan. Saya akan memaparkan terlebih dahulu kondisi Kota Tual dari sisi
kesejahteraan masyarakat dan ketenagakerjaannya.

Dari sisi kualitas kesehatan, penduduk Kota Tual memiliki angka harapan hidup
sebesar 69,04 (tahun 2011) dan menempati posisi tertinggi kedua setelah Kota
Ambon di Provinsi Maluku dan lebih tinggi dari angka harapan hidup rata-rata Provinsi
Maluku yang sebesar 67,60. Dari sisi kualitas pendidikan, penduduk Kota Tual
memiliki rata-rata lama sekolah sebesar 9,86 tahun yang merupakan angka rata-rata
lama sekolah tertinggi setelah Kota Ambon untuk Provinsi Maluku. Pembangunan di
Kota Tual bisa dikatakan sudah cukup baik, hal ini terlihat juga dari nilai IPM Kota Tual
yang sebesar 77,10 dan lebih tinggi dari nilai IPM Nasional yang sebesar 72,77.

Dari sisi ketenagakerjaan pada tahun 2011, Kota Tual memiliki Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 68,27% atau 68 persen lebih penduduk Kota Tual
terlibat dalam kegiatan ekonomi untuk menunjang kebutuhan hidupnya. Namun bila
dilihat berdasarkan jenis kelamin, TPAK penduduk laki-laki Kota Tual adalah sebesar
81,51% sedangkan TPAK penduduk perempuan Kota Tual hanya sebesar 56,00%.
Pada umumnya TPAK ini sangat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan
budaya. Selanjutnya tingkat kesempatan kerja di Kota Tual adalah sebesar 91,03%.
Hal ini menunjukkan bahwa sekitar 91% angkatan kerja di Kota Tual dapat terserap
oleh pasar tenaga kerja. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka di Kota Tual
mencapai 8,97%. Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, tingkat pengangguran
terbuka penduduk laki-laki adalah sebesar 6,71%, sedangkan tingkat pengangguran
terbuka penduduk perempuan mencapai hampir dua kali lipat dari tingkat
pengangguran terbuka penduduk laki-laki yaitu sebesar 12,03%.
Berdasarkan lapangan usahanya, sektor pertanian (termasuk kehutanan, perburuan
dan perikanan) memberikan kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja di
Kota Tual. Berdasarkan Satkernas tahun 2011, sebesar 48,77% dari total penduduk
yang bekerja, memiliki mata pencaharian di sektor pertanian. Hal ini sangatlah wajar,
karena kondisi geografis Kota Tual yang dikelilingi oleh lautan menjadikan banyak
penduduknya memiliki mata pencaharian di sektor perikanan, baik sebagai nelayan
maupun budidaya perikanan air laut dimana di Kota Tual terdapat budidaya mutiara
yang cukup besar untuk wilayah Indonesia Timur.

Bila dilihat berdasarkan status pekerjaan, sebagian besar penduduk yang bekerja
merupakan buruh/karyawan yaitu sebesar 28,71% dan berusaha sendiri yaitu sebesar
(25,66%). Sedangkan penduduk yang bekerja dengan status berusaha dibantu buruh
tetap (pengusaha) hanya sebesar 1,82% dari total penduduk yang bekerja.

Perkembangan capaian kesejahteraan masyarakat di Kota Tual sebagaimana


dipaparkan diatas, merupakan sebuah capaian yang sangat baik bagi sebuah daerah
otonomi baru dimana banyak daerah otonomi baru yang tidak bisa memberikan
capaian pembangunan yang lebih baik setelah pemekaran.

Selanjutnya bagaimana Kota Tual dapat menjadi kota perdagangan?

Secara astronomis, Kota Tual terletak antara 5 6,5 LS dan 131 133,5 Bujur
Timur. Secara geografis, Kota Tual berbatasan dengan Kabupaten Maluku Tenggara
di sebelah selatan dan timur, Laut Banda di sebelah utara dan barat. Sedangkan
secara geografis strategis, Kota Tual yang merupakan kota kepulauan dengan 66
pulau di wilayah Kepulauan Kei terletak di bawah wilayah kepala burung Papua, di
sebelah barat Kepualauan Aru, dan berada di tengah Ibukota Provinsi Maluku yaitu
Kota Ambon dengan Kabupaten Merauke di Papua. Bila dilihat di dalam peta, bisa
dikatakan Kota Tual berada di tengah-tengah tiga provinsi di wilayah Indonesia timur,
yaitu Provinsi Maluku, Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
Kepulauan Kei yang berbentuk mirip huruf v

Potensi Kota Tual sebagai kota perdangan telah terlihat dari posisi strategisnya. Letak
Kota Tual yang sangat strategis secara geografis, dimana berada di tengah-tengah
tiga provinsi besar di wilayah Indonesia Timur, menjadikannya lokasi yang sangat baik
untuk tempat berlabuhnya barang-barang dari Indonesia bagian tengah dan barat
untuk kemudian dilanjutkan menuju lokasi-lokasi tujuan di wilayah Indonesia Timur.

Selain posisi strategisnya di wilayah Indonesia Timur, peran Kota Tual selama belasan
tahun sebagai ibukota Kabupaten Maluku Tenggara juga memberikan keuntungan
tersendiri bagi Kota Tual, dimana banyak prasarana dan sarana umum telah tersedia
di kota tersebut ketika kota tersebut ditetapkan untuk menjadi daerah otonom.
Beberapa infrastruktur penting yang menjadi daya dukung Kota Tual sebagai kota
perdagangan adalah pelabuhan. Sebagai daerah kepulauan, perhubungan laut
menjadi sarana transportasi vital bagi Kota Tual. Selain itu pelabuhan juga menjadi
objek vital bagi sebuah daerah untuk menjadi pusat perdagangan, dan Kota Tual telah
memiliki itu. Beberapa pelabuhan yang terdapat di Kota Tual adalah:

Pelabuhan Kur, yaitu pelabuhan yang digunakan untuk keperluan bongkat


muat penumpang dan barang di wilayah Desa Lokwirin.

Dermaga Ngadi yang merupakan pelabuhan khusus yang berlokasi di Desa


Ngadi dengan ukuran 330 x 15 meter dengan cause way[1] 330 meter.
Pelabuhan Perikanan Nusantara, yaitu pelabuhan dengan tipe Jetty yang
berukuran 15060 meter dengan cause way : 2 (602).
Dermaga Penyeberangan ASDP dengan tipe khusus yang berukuran 50 x 6
meter dengan cause way sepanjang 50 meter.

Pelabuhan Pangkalan TNI Angkatan Laut dibawah Pangkalan Utama AL


(Lantamal) VII.

Pelabuhan Pertamina yang digunakan untuk mendistribusikan BBM ke wilayah


Papua.

Serta beberapa pelabuhan PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan) lainnya seperti


Pelabuhan PPI Kelvik dan Pelabuhan PPI Latvanggir.

Ketersediaan sarana pelabuhan yang cukup memadai ini kemudian mendorong


trayek-trayek perhubungan laut untuk beroperasi di Kota Tual, beberapa trayek
pelayaran umum yang terdapat di Kota Tual antara lain adalah:

Trayek Kapal Pelni,

Trayek Kapal Penyeberangan ASDP,

Trayek Kapal Perintis,

Trayek Pelayaran Lokal lainnya.

Bongkar muat barang dan manusia ini kemudian menjadikan pola perdangan di Kota
Tual semakin matang. Pelabuhan di Kota Tual merupakan jenis pelabuhan transit
yang berfungsi untuk melaksanakan kegiatan transhipment cargo sebagaimana
Pelabuhan Singapura. Fungsi pelabuhan-pelabuhan di Kota Tual adalah untuk
menerima barang-barang dari wilayah Indonesia tengah dan barat untuk kemudian
didistribusikan ke wilayah-wilayah di Indonesia Timur. Oleh karena itu, layaklah bila
Kota Tual disebut sebagai Singapurnya Indonesia Timur.
Disamping perhubungan laut, ketersediaan sarana perhubungan udara pun menjadi
salah satu hal yang mendukung Kota Tual menjadi Kota Perdagangan. Pelabuhan
udara terdekat dari Kota Tual tedapat di Kota Langgur, Kabupaten Maluku Tenggara
yaitu Bandara Dumatubun (LUV) yang hanya perlu ditempuh selama kurang lebih 15
menit dari Kota Tual. Bandara Dumatubun saat ini telah melayani penerbangan
langsung dari dan ke Kota Ambon dan Saumlaki oleh tiga maskapai penerbangan
sehingga transportasi dari dan ke Kota Tual cenderung sudah sangatlah mudah untuk
dicapai dari wilayah Indonesia lainnya.

Selain ketersediaan sarana pelabuhan dan perhubungan laut dan udara, faktor lain
yang mendorong kemajuan Kota Tual adalah terdapatnya industri perikanan yang
cukup besar yaitu PT Maritim Timur Jaya (MTJ) yang merupakan bagian dari Artha
Graha Network. Selain PT MTJ, terdapat beberapa perusahaan lokal yang bergerak
di bidang budidaya mutiara laut di Kota Tual.

Dengan kualitas sumber daya manusia yang cukup baik dan produktif serta potensi
daerah yang besar, maka wajarlah Kota Tual menjadi Kota Perdagangan yang
bertumbuh pesat.

[1] Causeway merupakan jalan atau jembatan yang berada di tepi badan air yang
berfungsi sebagai penghubung.

Anda mungkin juga menyukai