Abdul Latif1, Chairil Anwar2, Eko Jokolelono3, Haerul Anam4, Edhi Taqwa5
1
Mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Ekonomi Pasjasarjana Universitas Tadulako
Palu
2,3,4,5
Dosen Program Studi Doktor Ilmu Ekonomi Pasjasarjana Universitas Tadulako
Palu
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis daya saing stabilitas ekonomi
makro Provinsi Gorontalo. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu memberikan gambaran dan
sebaran geografis Provinsi Gorontalo yang dilanjutkan dengan perhitungan
kuantitatif. Alat analisis yang akan digunakan dalam analisis daya saing
ini menggunakan indikator dan ruang lingkup yang digunakan oleh Asian
Competitiveness Institute (ACI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua
dari enam kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo lebih kompetitif
dibandingkan rata-rata provinsi, yaitu Kabupaten Gorontalo dan Boalemo.
This study aims to analyze the competitiveness of the macroeconomic stability of
Gorontalo Province. The research method applied in this study is descriptive analysis
which provides an overview and geographic distribution of Gorontalo Province
followed by quantitative calculation. The analytical tool engaged in this
competitiveness study is the indicators and scope used by the Asian Competitiveness
Institute (ACI). The results showed that two of the six regencies/cities in Gorontalo
Province were more competitive than the provincial average, specifically Gorontalo
and Boalemo Regencies.
1. Introduction
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur dimana sebuah negara
bersaing dengan negara lain. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kondisi
perekonomian suatu wilayah atau negara yang berubah dalam kurun waktu tertentu.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat dapat menciptakan kemakmuran bagi masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan memiliki hubungan yang erat. Dalam studi
terhadap 141 negara, Indonesia menempati peringkat ke-50. Berdasarkan riset,
Indonesia menempati peringkat ke-54 dalam daya saing stabilitas makroekonomi.
(Schwab, 2019).
Economic growth is one of the benchmarks by which a country competes with
other countries. Economic growth is a process of changing economic conditions of a
region or country within a certain period of time. Rapid economic growth can create
prosperity for the society. Economic growth and development have a close
relationship. In a study of 141 countries, Indonesia was ranked 50th. Based on
research, Indonesia is ranked 54th in the competitiveness of macroeconomic stability.
(Schwab, 2019).
Peringkat Indonesia awalnya berada pada peringkat ke-45, namun pada Tahun
2018 turun di peringkat ke-50. Salah satunya disebabkan dari efisiensi pasar tenaga
kerja rendah akibat kebijakan perburuhan, dan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi rendah. Penurunan daya saing ini berdampak langsung dan tidak
langsung di berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia, terlebih aspek ekonomi.
Seperangkat sistemik harus dipersiapkan guna peningkatkan daya saing.
Pembangunan suatu daerah harus sesuai kondisi potensi serta aspirasi masyarakat
tumbuh dan berkembang. Jika pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang
sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka pemanfaatan
sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal.
Indonesia's was initially at 45th rank, but in 2018 it downgrades to 50th. One
of them is caused by low labor market efficiency due to labor policies and low
utilization of information and communication technology. This failure in
competitiveness has direct and indirect impacts on various aspects of Indonesian
society, especially the economic aspect.
A systemic procedure must be prepared in order to increase competitiveness.
The development of an area must be in accordance with the conditions of the
potential and aspirations of the community to grow and develop. If the
implementation of regional development priorities is not in accordance with the
potential possessed by each region, then the utilization of existing resources will be
less than optimal.
Survei yang dilakukan pada 25 Provinsi di Indonesia, ada 8 Provinsi memiliki
daya saing tinggi dengan indeks daya saing di atas 8,01 (Kementerian Riset dan
Teknologi, 2019). Atas data tersebut, indeks daya saing Provinsi Gorontalo sebesar
5,61 dan merupakan Provinsi dengan daya saing sedang dalam rentang antara 3,01 –
6. Di Tahun 2019, Provinsi Gorontalo tertinggal dengan beberapa Provinsi lain yang
mempunyai indeks daya saing lebih tinggi seperti Riau, Sumatera Selatan, Lampung,
Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara
(Kementerian Riset dan Teknologi, 2019).
The survey was conducted in 25 provinces in Indonesia, there are 8 provinces
that have high competitiveness with a competitiveness index above 8.01 (Ministry of
Research and Technology, 2019). Based on this data, the competitiveness index of
Gorontalo Province is 5.61 and is a province with moderate competitiveness in the
range between 3.01 – 6. In 2019, Gorontalo Province lags behind several other
provinces that have a higher competitiveness index such as Riau, South Sumatra,
Lampung, Bangka Belitung Islands, Central Java, West Java, Yogyakarta, East Java,
Central Kalimantan, North Kalimantan, South Sulawesi and Southeast Sulawesi
(Ministry of Research and Technology, 2019).
Peningkatan daya merupakan hal penting berdasar pada kemampuan daerah
dalam meningkatkannya. Kemampuan Daerah meningkatkan daya saing tergantung
kemampuan Daerah menemukan dan menentukan faktor pendorong daya saing dan
petapkan kebijakan ekonomi yang fokus pada transformasi akselerasi pertumbuhan
ekonomi regional.
Stabilitas makroekonomi merupakan faktor fundamental dalam memastikan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Upaya menjaga stabilitas makroekonomi
dilakukan melalui langkah-langkah yang memperkuat ketahanan perekonomian
domestik terhadap berbagai jenis gejolak yang muncul baik dari dalam maupun dari
luar negeri (Bappenas, 2020). Peningkatan stabilitas ekonomi didukung oleh
penguatan langkah-langkah di sektor keuangan yang mendukung pertumbuhan
ekonomi yang lebih cepat (Bappenas, 2020). Stabilitas keuangan Gorontalo masih
cukup kuat pada triwulan II-2020, dengan kondisi perekonomian Gorontalo yang
melemah tercermin dari kinerja aset pihak ketiga, penyaluran kredit dan
penggalangan dana yang ditopang oleh kinerja perbankan NPL yang membaik. (Bank
Indonesia, 2020).
The increase in competitiveness level is important based on the ability of the
region to grow. The ability of the region to increase competitiveness depends on the
ability to find and determine the factors driving competitiveness and formulate
economic policies that focus on the transformation of regional economic growth
acceleration.
Macroeconomic stability is a fundamental factor in ensuring sustainable
economic growth. Efforts to maintain macroeconomic stability are carried out
through steps that strengthen the resilience of the domestic economy against various
types of turmoil that arise both from within and from abroad (Bappenas, 2020).
Increased economic stability is supported by strengthening measures in the financial
sector that support faster economic growth (Bappenas, 2020). Gorontalo's financial
stability was still quite strong in the second quarter of 2020, within the condition of
weakening economic that is reflected in the performance of banking third-party
assets, lending, and fundraising supported by performance of NPL (Non-Performing
Loan) of banking sector. (Bank Indonesia, 2020).
Stabilitas makro ekonomi Provinsi Gorontalo dilihat dari berbagai indikator
seperti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data PDRB dapat dijadikan
sebagai dasar penentuan target pertumbuhan ekonomi dan sebagai bahan evaluasi
keberhasilan pembangunan yang telah dilakukan. Tingkat PDRB (menurut harga
konstan) Provinsi Gorontalo dari Tahun 2015-2019 mengalami peningkatan dari
Tahun 2015-2018 dan di Tahun 2019 mengalami penurunan laju pertumbuhan.
The macroeconomic stability of Gorontalo Province is determined from
various indicators such as the Gross Regional Domestic Product (GRDP). GRDP data
can be applied as a basis for defining economic growth targets and for evaluating the
accomplishment level of development. The GRDP level (according to constant
prices) of the Province of Gorontalo from 2015-2019 has increased from 2015-2018
and in 2019 the growth rate has declined.
Neraca perdagangan Provinsi Gorontalo dari Tahun ke Tahun relatif
berfluktuasi. Dalam kurun waktu 2012-2019, kinerja ekspor Provinsi Gorontalo
mengalami beberapa kali peningkatan dan penurunan. Dalam kurun waktu tersebut,
kinerja ekspor Provinsi Gorontalo mencapai puncaknya pada Tahun 2018 dengan
nilai ekspor mencapai US$33.434.568. namun pada Tahun 2019 kinerja ekspor
kembali turun dengan nilai ekspor sebesar US$5.134.615 (BPS Provinsi Gorontalo,
2020). Jika dilihat menurut Negara tujuan, Philipina menjadi negara tujuan ekspor
Provinsi Gorontalo terbesar. Tercatat total ekspor ke Philipina selama Tahun 2019
mencapai US$3.139.533, atau sekitar 61,14 persen dari total ekspor Provinsi
Gorontalo. Negara tujuan ekspor lainnya adalah Vietnam dengan nilai ekspor sebesar
US$1.995.082 atau mencapai 38,86 persen dari total ekspor Provinsi Gorontalo
Tahun 2019 (BPS Provinsi Gorontalo, 2020).
The trade balance of Gorontalo Province fluctuated from year to year. In the
period 2012-2019, the export performance of Gorontalo Province experienced several
times of fluctuation. During this period, the export performance of Gorontalo
Province reached its peak in 2018 with an export value of US$33,434,568. However,
in 2019 export performance declined again with an export value of US$5,134,615
(BPS Gorontalo Province, 2020). Based on destination country, the Philippines is the
largest export destination for Gorontalo Province. Total exports to the Philippines
during 2019 reached US$ 3,139,533, or around 61.14 percent of the total exports of
Gorontalo Province. Another export destination country is Vietnam with an export
value of US $ 1,995,082 or reaching 38.86 percent of the total exports of Gorontalo
Province in 2019 (BPS Gorontalo Province, 2020).
Selanjutnya, perkembangan nilai Impor Provinsi Gorontalo sepanjang Tahun
2019 berbanding terbalik dengan perkembangan nilai ekspor. Pada Tahun 2019 nilai
impor mengalami kenaikan yakni dari US$3.88 Juta menjadi US$42.85 Juta. Nilai
impor terbesar berasal dari Tiongkok. Di Tahun 2019, nilai impor mencapai
US$36.346.570 dan mengalami peningkatan dari Tahun 2018. Selain Tiongkok,
Provinsi Gorontalo juga mengimpor beberapa komoditas dari Republik Korea,
Singapura, dan Malaysia (BPS Provinsi Gorontalo, 2020).
Berdasarkan pada narasi diatas, penelitian ini akan membahas mengenai daya
saing Provinsi Gorontalo ditinjau dari stabilitas makro ekonomi.
Furthermore, the growth of the import rate of Gorontalo Province throughout
2019 was reversed compared to the development of the export rate. In 2019, the
import rate increased from US$ 3.88 million to US$ 42.85 million. The largest import
rate comes from China. In 2019, the import rate reached US$36,346,570 and
increased from 2018. Besides China, Gorontalo Province also imported several
commodities from the Republic of Korea, Singapore, and Malaysia (BPS Gorontalo
Province, 2020).
Based on the background above, this study will elaborate the competitiveness
of Gorontalo Province in terms of macroeconomic stability.
2. Literature Review
A. Theory of International Trade
Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan suatu negara
dengan negara lain atas dasar saling percaya dan saling menguntungkan. Perdagangan
internasional tidak hanya dilakukan oleh negara maju, namun juga negara
berkembang. Perdagangan internasional dilakukan melalui kegiatan ekspor-impor,
(Ekananda, 2018:18). Menurut Ibrahim, et. al., (2010), Perdagangan memiliki
setidaknya lima manfaat. Pertama adalah manfaat penggantian. Beberapa negara
dapat menghasilkan produk yang melebihi permintaan domestik dan surplus ekspor
(oversupply) ke pasar internasional. Ini akan memperluas pasar dan meningkatkan
tingkat keuntungan. Di sisi lain, permintaan berlebih untuk produk dapat dipenuhi
dengan mengimpor dari negara lain, memungkinkan konsumen memilih keranjang
konsumsi yang menawarkan utilitas lebih besar. Keuntungan kedua adalah karena
spesialisasi. Dalam hal perdagangan, negara dapat lebih fokus pada jenis produk
yang dapat diproduksi dengan efisiensi yang relatif tinggi. Di sisi lain, kebutuhan
produk yang tidak dapat diproduksi secara efisien di dalam negeri dapat dipenuhi
dengan mengimpor produk tersebut dari negara lain. Keuntungan ketiga dari
perdagangan menyangkut keragaman selera pribadi karena meningkatnya variasi
produk. Adanya perdagangan memberikan konsumen lebih banyak pilihan produk
yang dapat lebih mendukung pemenuhan dan lebih meningkatkan utilitas mereka.
Keunggulan keempat berasal dari keragaman yayasan nasional. Dengan adanya
perdagangan, negara-negara yang sedikit atau tidak memiliki akses terhadap produk
tertentu sebelum adanya perdagangan akan memenuhi kebutuhan jenis produk
tersebut dengan adanya perdagangan. Keunggulan kelima adalah karena transfer
teknologi terkini. Perdagangan internasional membuka peluang suatu negara untuk
mempelajari suatu teknik produksi yang lebih efisien dan modern.
International trade is country to country exchange on the basis of mutual trust
and mutual benefit. International trade is not only implemented by developed
countries, but also developing countries. International trade is performed through
export-import activities, (Ekananda, 2018:18). According to Ibrahim, et. al., (2010),
Trade has at least five benefits. The first is the replacement benefit. Some countries
can produce products that exceed domestic demand and export surpluses (oversupply)
to international markets. This will expand the market and increase the profit rate. On
the other hand, excess demand for products can be provided by importing from other
countries, allowing consumers to choose their consumption preferences that offer
greater utility. The second advantage is due to specialization. In terms of trade,
countries can focus more on the types of products that can be produced with
relatively high efficiency. On the other hand, the need for products that cannot be
efficiently produced domestically can be met by importing these products from other
countries. The third, concerns the diversity of personal tastes due to the increased
variety of products. The existence of commerce gives consumers more choices of
products that can better support fulfillment and further increase their utility. The
fourth advantage comes from the diversity of national foundations. With trade,
countries that have little or no access to certain products before trade will meet the
needs of these types of products through trade. The fifth, the transfer of the latest
technology. International trade opens up opportunities for a country to learn a more
efficient and modern production technique.
Dengan melakukan perdagangan internasional, terjadi kegiatan ekspor-impor.
Dari aktivitas ini negara maju akan memperoleh bahan-bahan baku yang dibutuhkan
industrinya sekaligus dapat menjual produknya ke negara-negara berkembang.
Sementara itu, negara berkembang dapat mengekspor hasil-hasil produksi dalam
negeri sehingga memperoleh devisa. Negara berkembang juga membutuhka investasi
melalui pinjaman yang dapat diperoleh dari negara-negara maju. Devisa dan
pinjaman dalam bentuk investasi dan modal ini dapat digunakan oleh negara
berkembang untuk meningkatkan perekonomian dalam negerinya.
Saat ini, integrasi ekonomi berkembang di tingkat regional atau internasional.
Integrasi ekonomi regional adalah proses di mana beberapa ekonomi dalam suatu
wilayah setuju untuk menghilangkan hambatan dan mempromosikan arus barang,
jasa, modal dan tenaga kerja. Liberalisasi perdagangan internasional dan regional
dapat mengurangi bahkan menghilangkan hambatan perdagangan. Pengurangan dan
penghapusan hambatan tarif dan non-tarif akan mempercepat integrasi ekonomi
regional seiring dengan kelancaran arus barang, jasa, modal, dan tenaga kerja.
is a branch of science that studies human life in meeting the needs of life, the
aspects studied include the production system, distribution system and its use
1. How the supply and demand sides determine the level of activity in the
economy.
Masalah utama makroekonomi yang akan selalu dihadapi suatu negara adalah
masalah pertumbuhan ekonomi, masalah ketidakstabilan kegiatan ekonomi, masalah
pengangguran, masalah kenaikan harga-harga (inflasi), masalah neraca perdagangan
dan neraca pembayaran (Sukirno, 2013: 4-9).
Kebijakan stabilisasi dalam ekonomi makro adalah misi pemerintah yang
diadvokasi oleh Keynesian dan pengikutnya. Sistem ekonomi yang bertumpu pada
kebijakan ekonomi individu yang sepenuhnya membebaskan masyarakat untuk
penerapan ekonomi tidak mengandalkan bantuan “invincible hands” atau tangan yang
tidak terlihat.
The main macroeconomic problems experienced by countries are the problem
of economic growth, the problem of economic stability, unemployment, inflation, the
trade balance and balance payment. (Sukirno, 2013: 4-9).
Stabilization policy in macroeconomics is a government job encouraged by
Keynesians and the followers. An economic system that relies on individual
economic policies that completely frees people for economic implementation does
not rely on the help of "invincible hands".
Sepenuhnya tergantung pada politik individu, karena setiap individu hanya
memaksimalkan kebutuhannya, untuk menjaga kondisi ekonomi individu, untuk
melemahkan kondisi ekonomi musuh, atau tidak peduli secara finansial terhadap
lingkungan. Pemerintah yang bertindak sebagai badan pengatur diharapkan mampu
memenuhi kebutuhan dan permasalahan masyarakat yang muncul dalam
perekonomian.
It completely depends on individual preference, because each individual only
maximizes his needs, to maintain individual economic conditions, to weaken the
enemy's economic conditions, or financially do not care about the environment. The
government that acts as a regulator is expected to be able to meet the needs and solve
problems of society that arise in the economy.
to arise,
3. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya saing Provinsi Gorontalo yang
ditinjau dari Stabilitas Makro Ekonomi. Stabilitas perekonomian menjadi prasyarat
dasar untuk tercapainya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pertumbuhan yang
tinggi dan peningkatan kualitas pertumbuhan (Bappenas, 2020). Tujuan dari ekonomi
makro adalah untuk memahami peristiwa atau fenomena ekonomi dan untuk
memperbaiki kebijakan ekonomi (Putong, 2013:273). Stabilitas makro ekonomi
dicapai ketika hubungan variabel ekonomi makro yang utama berada dalam
keseimbangan. Stabilitas makro ekonomi meliputi keseluruhan kondisi ekonomi di
Provinsi, dalam hal ini dibatasi pada 2 sub-lingkup yaitu: kedinamisan ekonomi
regional dan keterbukaan dalam perdagangan yang diuraikan sebagai berikut. This
study aims to determine the competitiveness of Gorontalo Province in terms of
Macroeconomic Stability. Economic stability is a basic prerequisite for achieving
increased people's welfare through high growth and improving the quality of growth
(Bappenas, 2020). The purpose of macroeconomics is to understand economic events
or phenomena and to improve economic policies (Putong, 2013: 273).
Macroeconomic stability is achieved when the main macroeconomic variable
relationships are in balance. Macroeconomic stability covers the overall economic
conditions in the Province, in this case limited to 2 sub-environments, namely:
regional economic dynamics and openness in trade which are described as follows.
Satuan/Skala Sumber
Dimensi Indikator
Pengukuran
Kedinamisan Produk Domenstik Regional Bruto Juta Rupiah BPS
Ekonomi Pertumbuhan PDRB Persentase BPS
Regional PDRB per Kapita Juta Rupiah BPS
Pertumbuhan Industri Primer Persentase BPS
Pertumbuhan Industri Sekunder Persentase BPS
Pertumbuhan Industri Tersier Persentase BPS
Pembentukan Modal Tetap Juta Rupiah BPS
Domestik
Indeks Harga Konsumen Indeks (rasio) BPS
Keterbukaan Ekspor Barang dan Jasa Juta Rupiah BPS
dalam Impor Barang dan Jasa Juta Rupiah BPS
Perdagangan dan Keterbukaan terhadap Barang Dan Rasio BPS
Jasa Jasa
Sumber: Giap et al, (2016:175)
Daftar Pustaka
Abdullah. Daya Saing Daerah. Yogyakarta: BPFE. 2002
Arsyad, Lincoln. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE-YKPN. 2010
Bank Indonesia. Laporan Perekonomian Provinsi Gorontalo. Agustus, 2020.
Bappenas. Pemantapan Stabilitas Ekonomi Makro. Retrieved November 2020, from
kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia:
https://www.bappenas.go.id/files/1213/5229/9964/bab-24-pemantapan-
stabilitas-ekonomi-makro.pdf
BPS Provinsi Gorontalo. 2020. https://gorontalo.bps.go.id/
Ekanada, Mahyus. Ekonomi Internasional. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2015
Ibrahim, Zaini. Pengantar Ekonomi Makro. Banten: Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Sultan Maulana Hasanudin
Banten. 2013
Krugman, Paul R., Obstfeld, Maurice. International Economics, Theory and Practice.
London: Scott, Foresman & Company. 1998
Publikasi. Laporan Perekonomian Provinsi Gorontalo Tahun 2018. Badan Pusat
Statistik Provinsi Gorontalo
Publikasi. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo
menurut Lapangan Usaha 2014—2018. Badan Pusat Statistik Provinsi
Gorontalo
Publikasi. Laporan Perekonomian Provinsi Gorontalo 2019. Badan Pusat Statistik
Provinsi Gorontalo
Putong, Iskandar. Economics Pengantar Mikro dan Makro, Edisi 5. Jakarta: Salemba
Empat. 2013
Porter, Michael E. 1990. The Competitive Advantage of Nations. The MacMillan
Press Ltd.
Schwab, K. The Global Competitiveness Report 2019. Switzerland: World Economic
Forum. 2019
Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. 2013