Anda di halaman 1dari 115

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional yang dilaksanakan di Negara sedang berkembang

seperti Indonesia merupakan pembangunan disegala aspek kehidupan baik

material maupun spiritual untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

berdasarkan berdasarkan tujuan Negara yang tertuang dalam Pancasila di dalam

wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pelaksanaan pembangunan nasional

tidak pernah lepas dari peran serta pembangunan daerah serta peran pemerintah,

mengingat pembangunan daerah merupakan integrasi dari pembangunan nasional

yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan taraf hidup, kesejahteraan

masyarakat, dan perekonomian di wilayah atau daerahnya masing-masing.

Perekonomian regional atau wilayah dapat dibagi menjadi dua kegiatan

ekonomi yaitu kegiatan-kegiatan basis dan kegiatan-kegiatan bukan basis.

Kegiatan-kegiatan basis (basic activities) adalah kegiatan ekonomi yang

menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa, dan menjualnya atau memasarkan

produk-produknya keluar daerah.Sedangkan kegiatan ekonomi bukan basis (non

basic activities) adalah usaha ekonomi yang menyediakan barang-barang dan jasa-

jasa untuk kebutuhan masyarakat di dalam wilayah ekonomi daerah yang

bersangkutan saja.Artinya, kegiatan-kegiatan ekonomi bukan basis tidak

menghasilkan produk untuk diekspor ke luar daerahnya. Inti dari teori basis

ekonomi menurut (Arsyad 2010) menyatakan bahwa faktor penentu utama

pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan

1
permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri yang

menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk

diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job

creation).

Daerah atau wilayah mempunyai potensi yang berbeda dengan daerah

lainnya. Perbedaan potensi ini yang membuat pemerintah daerah setempat harus

bisa mengidentifikasi dengan tepat sektor apa yang mempunyai potensi besar dan

bias terus untuk dikembangkan. Pengembangan potensi daerah yang sesuai dan

efektif bisa memberikan kontribusi yang besar dalam upaya peningkatan

perekonomian daerah. Sektor basis di suatu daerah jika dikembangkan dengan

tepat bisa menjadi sektor yang berkontribusi paling besar dalam perekonomian

suatu daerah.

Pertumbuhan perekonomian yang merupakan salah satu dari indikator

yang penting guna untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi di

suatu negara atau disuatu wilayah. Untuk pertumbuhan sendiri tidak identik

dengan pembangunan, pertumbuhan ekonomi yaitu salah satu ciri dari banyaknya

syarat yang diperlukan dalam proses pembangunan. Pertumbuhan perekonomian

hanya mencatat meningkatnya tingkat produksi barang dan jasa secara nasional,

dan sedangkan untuk pembangunan sendiri berdimensi secara lebih luas. Dengan

sasaran utama pembangunan ekonomi daerah yaitu untuk meningkatkan laju

pertumbuhan ekonomi daerah.

Persoalan pokok di dalam suatu pembangunan daerah yang letaknya pada

sumber daya dan potensi yang dimiliki disuatu daerah guna menciptakan

2
peningkatan jumlah dan suatu jenis peluang kerja untuk masyarakat pada daerah

itu sendiri. Untuk terwujudnya suatu tujuan dengan adanya kerjasama antar

pemerintah dan masyarakat untuk dapat mengidentifikasi potensi- potensi yang

ada disuatu daerah dan perlu dilakukan sebagai kekuatan untuk pembangunan

perekonomian wilayah. Dalam teori basis yaitu pertumbuhan ekonomi pada suatu

wilayah yang dipengaruhi oleh tingginya suatu angka ekspor pada wilayah

tertentu. Dalam teori ini terbagi menjadi 2 sektor yaitu basis dan non basis.

Dengan semakin melambatnya angka pertumbuhan ekonomi yang cukup tajam di

beberapa tahun terakhir yang telah dicatat oleh BPS (Badan Pusat Statistik,

2012).

Faktor yang telah mempengaruhi perlambatan pertumbuhan perekonomian

di Indonesia, contohnya penurunan konsumsi rumah tangga, penurunan modal

atau investasi. Oleh sebab itu, dengan berbagai upaya pemerintah melakukan

untuk mengatasi permasalahan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Teori disuatu

wilayah terbagi menjadi dua kategori yaitu kategori dasar dan non dasar atau biasa

disebut kategori basis atau kategori non basis. Dapat dikatakan kategori basis jika

suatu aktivitas ekonomi dapat melakukan ekspor dan berdampak kemakmuran

dari luar sedangkan untuk kategori non basis yaitu saat kegiatan mendukung dari

aktivitas basis. Lebih tepatnya dapat dikatakan basis saat memenuhi konsumsi

dalam suatu wilayah, produksi barang yang bersifat homogen, dan produksi

barang yang bersifat tetap atau tidak berubah. Atau sektor basis dengan kegiatan

ekonomi yang menyediakan baik pasar di daerah tersebut maupun luar daerah.

Dengan secara tidak langsung daerah memiliki kemampuan untuk mengekspor

3
barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu sektor ke daerah lain. Untuk sektor

non basis yaitu sektor yang menyediakan barang dan jasa untuk masyarakat

diwilayah perekonomian tersebut.

Dinamika pembangunan daerah, PDRB suatu daerah tidak selalu

mengalami peningkatan karena sering terjadinya fluktuasi ekonomi.

Pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah bertujuan untuk meningkatkan

PDRB daerah yang bersangkutan. Tetapi dalam hal ini perkembangan PDRB

Provinsi Sulawesi Utara di sepanjang Tahun 2010-2018 justru mengalami

peningkatan yang signifikan, hal ini dapat dilihat dalam lampiran grafik berikut :

Grafik 1.1
Perkembangan PDRB ADHK Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2010-2019

Sumber : SULUT dalam angka Th. 2010-2020 (data diolah)

Perkembangan PDRB yang signifikan ditunjang oleh perkembangan

masing-masing sektor ekonomi dan juga oleh perkembangan daerah baik

kabupaten maupun kota yang ada di Sulawesi Utara, termasuk didalamnya daerah

Kabupaten Kepulauan yaitu Sangihe, Talaud dan SITARO (Siau Tagulandang

dan Biaro).

4
Provinsi Sulawesi Utara adalah salah satu provinsi yang memiliki

“frontiers” (zona batas dua negara) di wilayah utara Indonesia. Wilayah ini

terdapat garis batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) antara Indonesia dan Filipina

sepanjang 1.161,13 km. Sebagai sebuah provinsi yang memiliki gugusan

kepulauan di sebelah utaranya, menjadikan Sulawesi Utara memiliki 3 kabupaten

kepulauan yaitu Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro),

Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud. Ketiga

kabupaten kepulauan ini didominasi oleh wilayah perairan, dengan luas perairan

mencapai 53.426,61km2, dan 2253,24 km2 adalah total dari luas pulau-pulau

(kurang lebih terdapat 200 pulau) di kawasan yang sering disebut Nusa Utara ini.

Awalanya ketiga Kabupaten ini masih bergabung dengan nama Kabupaten

Kepulauan Sangihe, daerah ini dikenal dengan hasil perkebunannya antara lain

kelapa, cengkeh, pala, dan coklat, dimana komoditi pala sudah terkenal dan diakui

dunia merupakan primadona kawasan. Dan berikut adalah gambar grafik

perkembangan PDRB ADHK Kabupaten Kepulauan Nusa Utara :

Grafik 1.2
Perkembangan PDRB ADHK Kabupaten Kepulauan Nusa Utara
Tahun 2010-2019

Sumber : Sangihe, Talaud dan Sitaro dalam angka Tahun 2011-2020

5
Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah hasil dari pemekaran Kabupaten

Kepulauan Sangihe dan Talaud pada tahun 2002. Kabupaten Sangihe memiliki

tanah yang subur dan pengasil laut yang melimpah, hal ini karena wilayah

Kabupaten sangihe yang strategis, tak berbeda dengan kabupaten Sitaro serta

wilayah Sulawesi Utara lainnya. Kabupaten ini, juga memiliki beberapa gunung

yang menghiasi wilayahnya. Gunung Awu (1.320 mdpl) dan Gunung Kakiralong

(1.002 mdpl) di Tahuna, Gunung Sandaruman (1.046 mdpl) di Tamako, dan

Gunung Banua Wuhu (5 meter dibawah permukaan laut) di Tatoareng,

menjadikan kabupaten ini termasuk wilayah yang subur. Kondisi perekonomian

yang ada di Kabupaten ini terus mengalami pertumbuhan pada setiap tahunnya

Berdasarkan grafik perkembangan PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten

Kepulauan Sangihe terus mengalami peningkatan dari Tahun 2010-2019, hal ini

menunjukkan adanya perkembangan di dalam sektor-sektor yang ada di

Kabupaten Kepulauan sangihe yang mampu menunjang pertumbuhan ekonomi

daerah Kabupaten Kpulauan Sangihe, selain Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara

juga mempunyai daerah Kepulauan yang kondisi geografisnya berbatasan dengan

Negara tentangga Filipina. Daerah ini dahulu adalah daerah gabungan dengan

Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Sitaro, yaitu Kabupaten Kepulauan Talaud.

Perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud pada tahun 2018 tumbuh melambat

dibandingkan dengan tahun sebelumnya tahun 2017. Hal ini ditunjukkan dengan

angka laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,07 persen. Lebih kecil dibandingkan

dengan angka laju pertumbuhan ekonomi tahun 2017 yang sebesar 5,10 persen.

Salah satu penyebab yang ada adalah karena melambatnya sektor pertanian yang

6
berkontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

2018, yaitu sebesar 42 persen.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Kepulauan Talaud

pada tahun 2016 sebesar 2,05 Triliun Rupiah. Angka PDRB ADHB ini dapat

digunakan untuk membandingkan volume ekonomi, namun tidak dapat digunakan

untuk membandingkan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan grafik yang ada di

Kabupaten Kepulauan Talaud, kondisi yang sama terjadai seperti pada kabupaten

nusa utara yang lainnya, Kabupaten Kepulauan PDRB atras dasar harga konstan

mengalami peningkatan yang siginifkan pada setiap tahunnya, dan di Tahun 2019

mencapai angka PDRB sekita 1,60 juta. Dan untuk pengembangannya perlu ada

dongkrakan terhadap peningkatan masing-masing sektor berdasarkan lapangan

usaha yang ada. Guna mencapai perkonomian yang lebih sejahtera dan mampu

bersaing dengan daerah yang ada di sekitar Kabupaten Kepulauan Talaud.

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), adalah kabupaten

termuda di wilayah nusa utara hasil pemekaran dari Kabupaten Sangihe pada

tahun 2007. Nama Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) sendiri diambil dari nama 3

pulau terbesar di kabupaten ini, yaitu pulau Siau, pulau Tagulandang dan pulau

Biaro, dengan jumlah penduduk mencapai 65.827 jiwa (2016).Kabupaten Sitaro

memiliki tanah yang subur untuk pertanian dan perkebunan, dimana salah satu

hasil perkebunannya yaitu pala sangat terkenal di penjuru dunia dan hal ini

mampu menunjang berkembangnya pendapatan daerah yang ada yang dapat

dilihat pada perkembangan PDRB Kabupaten Kepulauan Sitaro. PDRB

Kabupaten Kepulauan SITARO (Siau, Tagulandang dan Biaro) disumbang oleh

7
tujuh belas sektor ekonomi yang masing-masingnya memberikan sumbangsi dan

kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di daerahnya sendiri maupun di

Provinsi Sulawesi Utara, perkembangan PDRB ADHK Kabupaten Kepulauan

SITARO mengalami peningkatan pada periode Tahun 2010-2019, tentunya dari

perkembangan PDRB yang ada ditunjang oleh tujuh belas sektor yang ada

didalamnya, dan dari tujuh belas sektor terdapat empat sektor yang memiliki nilai

kontribusi yang besar dalam perkembangannya, diantaranya Sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan, sektor jasa lainnya, sektor konstruksi dan sektor

perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda. Selain Kabupaten

Kepulauan Sitaro terdapat pula Kabupaten Sangihe yang nilai PDRB mengalami

peningkatan.

Kabupaten Kepulauan Nusa Utara yang ada di Sulawesi Utara merupakan

daerah kepulauan dengan potensi dari masing-masing daerah yang mampu

menunjukkan daya saing dari masing-masing yang ada melalui perbandingan

agar dapat dilihat bahwa dari ketiga Kabupaten Kepulauan ini sektor yang

memberikan sumbangsi yang lebih besar terhadap perkembangan perekonomian

dan daerah Sulawesi Utara ataupun dari ketiga Kabupaten kepulauan ini, mampu

memberikan dampak yang lebih terhadap perkembangan pembangunan daerah,

yang dilihat dari masing-masing pertumbuhan ekonomi, daya saing dan potensi

yang ada, berdasarkan latar belakang yang ada maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang “Analisis Perbandingan Daya Saing Sektor Kabupaten

Kepulauan Nusa Utara Tahun 2010-2019”

8
1.2 Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Sektor ekonomi manakah yang merupakan sektor ekonomi basis dan sektor

ekonomi non basis di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro ?

2. Sektor ekonomi manakah yang memiliki daya saing terhadap perkembangan

perekonomian di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro ?

3. Sektor ekonomi manakah yang merupakan sektor ekonomi prima, potensial,

terkebelakang di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud, dan Sitaro ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui sektor ekonomi basis dan sektor ekonomi non basis di

Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud, dan Sitaro

2. Untuk mengetahui sektor ekonomi yang memiliki daya saing terhadap

perkembangan perekonomian di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud dan

Sitaro

3. Untuk mengetahui sektor prima, sektor potensial, sektor terkebelakang di

Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

a. Sebagai bahan informasi atau referensi bagi pihak lain yang

berkepentingan untuk penelitian sejenis atau lanjutanya.

9
b. Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan tentang sektor basis dan

strategi pengembangan potensi ekonomi daerah di Kabupaten Kepulauan

Sangihe, Kabupaten Kepulauan Talaud, Kabupaten Kepulauan SITARO

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan bagi pemerintah di Kabupaten Kepulauan Sangihe,

Kabupaten Kepulauan Talaud, Kabupaten Kepulauan SITARO dalam

membuat kebijakan pembangunan daerah.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi

2.1.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting guna

menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara atau wilayah.

Pertumbuhan (growth) tidak identik dengan pembangunan (development).

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu syarat dari banyak syarat yang diperlukan

dalam proses pembangunan. Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat penigkatan

produksi barang dan jasa secara nasional, sedangkan pembangunan berdimensi

lebih luas. Salah satu sasaran pembangunaan ekonomi daerah adalah menigkatkan

laju pertumbuhan ekonomi daerah (Kamarudin, 2010)

Kemajuan ekonomi suatu daerah menunjukkan keberhasilan suatu

pembangunan meskipun bukan merupakan satu-satunya indikator keberhasilan

pembangunan (Todaro:2006). Ada tiga macam ukuran untuk menilai

pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output, pertumbuhan output per

pekerja, dan pertumbuhan output per kapita. Pertumbuhan output digunakan untuk

menilai pertumbuhan kapasitas produksi yang dipengaruhi oleh adanya

peningkatan tenaga kerja dan modal di wilayah tersebut. Pertumbuhan output per

tenaga kerja sering digunakan sebagai indikator adanya perubahan daya saing

wilayah tersebut (melalui pertumbuhan produktivitas). Sedangkan pertumbuhan

output per kapita digunakan sebagai indikator perubahan kesejahteraan ekonomi

(Bhinadi:2003).

11
Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan seperti yang diuraikan sebagai

berikut :

a. Teori Rostow dan Teori Harrord-Domar

Teori Rostow menjelaskan bahwa ada tahap-tahap yang dilewati suatu

negara dalam pertumbuhan ekonomi. Salah satu cara untuk mempercepat

pertumbuhan ekonomi adalah dengan memperkuat tabungan nasional. Teori ini

diperjelas lagi dengan teori Harord-Domar yang menyebutkan bahwa semakin

banyak porsi PDB yang ditabung akan menambah capital stock sehingga

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kedua teori tersebut menjelaskan bahwa

tingkat tabungan dan capital stock yang tinggi akan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi. Namun beberapa studi empiris menunjukkan hasil yang berbeda antara

negara-negara di Eropa Timur dan di Afrika. Hal ini menunjukkan adanya faktor

lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, seperti kualitas SDM dan

infrastruktur pendukung (Todaro : 2006).

b. Teori Transformasi Struktural

Teori ini berfokus pada mekanisme yang membuat negara-negara miskin

dan berkembang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara

mentransformasi struktur perekonomiannya dari yang semula sektor pertanian

yang bersifat tradisional menjadi dominan ke sektor industri manufaktur yang

lebih modern dan sektor jasa-jasa. Teori ini dipeloperi oleh W. Arthur Lewis.

Menurut Lewis, dalam perekonomian yang terbelakang ada 2 sektor yaitu sektor

pertanian dan sektor industri manufaktur. Sektor pertanian adalah sector

tradisional dengan marjinal produktivitas tenaga kerjanya nol. Dengan kata lain,

12
apabila tenaga kerjanya dikurangi tidak akan mengurangi output dari sector

pertanian. Sektor industri modern adalah sektor modern dan output dari sektor ini

akan bertambah bila tenaga kerja dari sektor pertanian berpindah ke sector modern

ini. Dalam hal ini terjadi pengalihan tenaga kerja, peningkatan output dan

perluasan kesempatan kerja. Masuknya tenaga kerja ke sektor modern akan

meningkatkan produktivitas dan meningkatkan output.

c. Teori Solow

Teori ini menjelaskan bagaimana tingkat tabungan dan investasi,

pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat output

perekonomian dan pertumbuhannya sepanjang waktu (Mankiw:2000). Dalam

teori ini perkembangan teknologi diasumsikan sebagai variabel yang eksogen.

Hubungan antara output , modal dan tenaga kerja dapat ditulis dalam bentuk

fungsi sebagai berikut.

y = f (k) .................................................................................................................(1)

Dari persamaan 1 terlihat bahwa output per pekerja (y) adalah fungsi dari

capital stock per pekerja. Sesuai dengan fungsi produksi yang berlaku hukum “the

law of deminishing return”, dimana pada titik produksi awal, penambahan kapital

per labor akan menambah output per pekerja lebih banyak, tetapi pada titik

tertentu penambahan capital stock per pekerja tidak akan menambah output per

pekerja dan bahkan akan bisa mengurangi output per pekerja. Sedangkan fungsi

investasi dituliskan sebagai berikut.

i = s f(k) ................................................................................................................(2)

13
Dalam persamaan tersebut, tingkat investasi per pekerja merupakan fungsi

capital stock per pekerja. Capital stock sendiri dipengaruhi oleh besarnya

investasi dan penyusutan dimana investasi akan menambah capital stock dan

penyusutan akan menguranginya.

Δk = i - γ kt ...........................................................................................................(3)

γ adalah porsi penyusutan terhadap capital stock. Tingkat tabungan yang

tinggi akan berpengaruh terhadap peningkatan capital stock dan akan

meningkatkan pendapatan sehingga memunculkan pertumbuhan ekonomi yang

cepat. Tetapi dalam kurun waktu tertentu pertumbuhan ekonomi akan mengalami

perlambatan jika telah mencapai apa yang disebut steady-state level of capital.

Kondisi ini terjadi jika investasi sama dengan penyusutan sehingga akumulasi

modal. Selain tingkat tabungan, pertumbuhan juga dipengaruhi oleh pertumbuhan

populasi. Pertumbuhan populasi lebih bisa menjelaskan pertumbuhan ekonomi

secara berkelanjutan. Populasi meningkatkan jumlah labor dan dengan sendirinya

akan mengurangi capital stock per pekerja. Tingkat pertumbuhan populasi dan

tingkat penyusutan secara bersama-sama akan mengurangi capital stock.

Pengaruh pertumbuhan populasi secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

Δk = sf(k) - (γ + n) kt, ...........................................................................................(4)

Dimana n adalah tingkat pertumbuhan populasi. Dalam teori ini diprediksi

bahwa negara-negara dengan pertumbuhan populasi yang tinggi akan memiliki

GDP perkapita yang rendah (Mankiw : 2000).

Kemajuan teknologi dalam teori Solow dianggap sebagai faktor eksogen.

Dalam perumusan selanjutnya fungsi produksi adalah Y =f (K,L,E), dimana E

14
adalah efisiensi tenaga kerja. Selanjutnya y adalah Y/LE dimana LE menunjukkan

jumlah tenaga kerja efektif. Pengaruh dari kemajuan teknologi terhadap

perubahan modal dapat dirumuskan sebagai

Δk = sf(k) - (γ + n + g) kt, ...................................................................................(5)

Dimana g menggambarkan kemajuan teknologi melalui efisiensi tenaga

kerja. Dampak dari kemajuan teknologi adalah dapat memunculkan pertumbuhan

ekonomi secara berkelanjutan karena mengoptimalkan efisiensi tenaga kerja yang

terus tumbuh.

Menurut teori Solow ada beberapa hal yang dilakukan untuk memacu

pertumbuhan ekonomi. Meningkatkan porsi tabungan akan meningkatkan

akumulasi modal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Selain itu

meningkatkan investasi yang sesuai dalam perekonomian baik dalam bentuk fisik

maupun non-fisik. Mendorong kemajuan teknologi dapat meningkatkan

pendapatan per tenaga kerja sehingga pemberian kesempatan untuk berinovasi

pada sektor swasta akan berpengaruh besar dalam pertumbuhan ekonomi.

d. Teori Pertumbuhan Endogen

Teori-teori selanjutnya adalah teori pengembangan model Solow.

Diantaranya teori pertumbuhan endogen yang berusaha menjelaskan bahwa

sumber-sumber pertumbuhan adalah peningkatan akumulasi modal dalam arti

yang luas. Modal dalam hal ini tidak hanya dalam sifat fisik tetapi juga yang

bersifat non-fisik berupa ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan

teknologi ini akan mengembangkan inovasi sehingga meningkatkan produktivitas

dan berujung pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Adanya penemuan-

penemuan baru berawal dari proses learning by doing, yang dapat memunculkan

15
penemuan-penemuan baru yang meningkatkan efisiensi produksi. Efisiensi ini

yang dapat meningkatkan produktivitas. Sehingga dalam hal ini kualitas sumber

daya manusia adalah factor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

2.1.1.2 Indikator Pertumbuhan Ekonomi

Sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Prof Rahardjo Adisasmita

(2011), dalam bukunya mengatakan bahwa ada beberapa indicator yang dapat

dijadikan sebagai tolak ukur untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah

adalah sebagai berikut :

a. Ketidakseimbangan Pendapatan

Dalam keadaan yang ideal, di mana pendapatan dengan mutlak

didistribusikan secara adil, 80 persen populasi terbawah akan menerima 80 persen

dari total pendapatan, sedangkan 20 persen populasi teratas menerima 20 persen

total pendapatan. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), susunan

pengelompokan penduduk dibagi tiga, yaitu 40 persen populasi terendah, 40

persen populasi sedang, dan 20 persen populasi teratas. Indikator

ketidakseimbangan pendapatan dapat diterapkan untuk menilai keberhasilan

pembangunan ekonomi di suatu wilayah.

b. Perubahan Struktur Perekonomian

Dalam masyarakat yang maju, pembangunan ekonomi yang dilaksanakan

akan mengakibatkan perubahan struktur perekonomian, dimana terjadi

kecendrungan bahwa kontribusi (peran) sektor petanian terhadap nilai PDRB akan

menurun, sedangkan kontribusi sektor industry akan meningkat. Sektor industri

memiliki peranan sangat penting dalam pembangunan nasional dan regional,

16
sektor industri dapat menyediakan lapangan kerja yang luas, memberikan

peningkatan pendapatan kepada masyarakat, menghasilkan devisa yang dihasilkan

dari exspor. Oleh karena itu, perekonomian suatu wilayah harus di orientasikan

selain sektor pertanian, tetapi harus pula diorientasikan kepada sektor industri.

lapangan kerja yang luas, memberikan peningkatan pendapatan kepada

masyarakat, menghasilkan devisa yang dihasilkan dari exspor. Oleh karena itu,

perekonomian suatu wilayah harus di orientasikan selain sektor pertanian, tetapi

harus pula diorientasikan kepada sektor industri.

c. Pertumbuhan Kesempatan Kerja

Masalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja merupakan salah satu

masalah yang stategis dan sangat mendesak dalam pembangunan di Indonesia.

Penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 240 jiwa, tingkat pengangguran

cukup tinggi dan cenderung bertambah luas akibat krisis financial Negara-negara

di dunia. Untuk mengatasi krisis ekonomi yang sangat luas tersebut, diperlukan

peranan pemerintah. Salah satu langkah strategis yang ditempuh adalah

pembangunan prasarana (misalnya jalan). Pembangunan jalan yang menjangkau

ke seluruh kantong-kantong produksi, akan mendorong peningkatan produksi

berbagai komoditas sektor pertanian dalam arti luas (meliputi tanaman pangan,

perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan) serta barang-barang hasil

industri. Pembangunan prasarana dan sarana transportasi akan menunjang

berkambangnya berbagai kegiatan di sektor-sektor lainnya ( pertanian,

perdagangan, industri, pariwisata dan lainnya).

d. Tingkat dan Penyebaran Kemudahan

17
Dalam hal ini “kemudahan” diartikan sebagai kemudahan bagi masyarakat

dalam memenuhi kebutuhannya, baik pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari

(seperti sandang, pangan, papan, memperoleh pelayanan pendidikan dan

kesehatan, kesempatan melakukan ibadah, rekreasi dan sebagainya), maupun

pemenuhan kebutuhan untuk dapat melakukan kegiatan usaha misalnya

mendapatkan bahan baku, bahan penolong, suku cadang, listrik, air bersih, dan

jasa-jasa seperti jasa angkutan, pemasaran, perbankan dan lainnya)

e. Produk Domestik Regional Bruto

Indikator penting untuk dapat mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah

dalam kurun waktu tertentu ialah menggunakan data Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB), dapat menggunakan atas dasar harga berlaku ataupun atas dasar

harga konstan.Menurut Sukirno (2002), pertumbuhan ekonomi merupakan

kenaikan output per kapita dalam jangka yang panjang, penekanannya ialah pada

tiga aspek yakni proses, output per kapita, serta jangka panjang. Pertumbuhan

ekonomi merupakan proses, bukan hanya gambaran ekonomi sesaat.

Pembangunan daerah serta pembangunan sektoral harus dilaksanakan sejalan agar

pembangunan sektoral yang berada di daerah-daerah dapat berjalan sesuai dengan

potensi serta prioritas daerah.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dan

jasa dalam suatu wilayah, menerapkan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir

yang dihasilkan seluruh unit ekonomi. PDRB sendiri dapat diartikan sebagai

jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha atau merupakan

18
jumlah seluruh nilai barang dan jasa oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah

(BPS, 2016).

Semakin tinggi nilai PDRB suatu daerah maka ini menunjukkan tingginya

tingkat pertumbuhan ekonomi serta menggambarkan bahwa daerah tersebut

mengalami kemajuan dalam perekonomian. Pada hakekatnya pertumbuhan

ekonomi suatu daerah dapat terjadi ketika penentu-penentu endogen (faktor dari

dalam daerah) maupun eksogen (faktor dari luar daerah) bersangkutan serta

berkombinasi. Pendekatan yang biasa digunakan dalam menjelaskan pertumbuhan

regional ialah dengan menggunakan model-model ekonomi makro (Afrizal,

2013).

Metode Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto

 Metode Langsung

1) Pendekatan Produksi

Dengan pendekatan Produksi (production approach) produk nasional atau

produk domestik bruto diperoleh dengan menjumlahkan nilai pasar dari seluruh

barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor dalam perekonomian.

Dengan demikian, GNP atau GDP menurut pendekatan produksi ini adalah

penjumlahan dari masing-masing barang dan jasa dengan jumlah atau kuantitas

barang dan jasa yang dihasilkan, hal ini secara matematis dapat dinyatakan

sebagai berikut : Y = (Q1 × P1) + (Q2 × P2) + (Q3 × P3) + … + (Qn × Pn)

Keterangan :

Y = Pendapatan Nasional

Q1, Q2, Q3, dan Qn = jumlah jenis barang ke-1, ke-2, ke-3, ke-n

19
P1, P2, P3, dan Pn = harga jenis barang ke-1, ke-2, ke-3, ke-n

2) Pendekatan Pendapatan.

Pendekatan pendapatan (income approach) adalah suatu pendekatan

dimana pendapatan nasional diperolah dengan cara menjumlahkan pendapatan

dari berbagi dari faktor produksi yang menyumbang terhadap proses produksi.

Dalam hubungan ini pendapatan nasional adalah penjumlahan dari unsur-unsur

atau jenis-jenis pendapatan.

a) Kompensasi untuk pekerja (compensation for employees), yang terdiri dari

upah (wages) dan gaji (salaries) ditambah faktor rent terhadap upah dan gaji

(misalnya kontribusi pengusaha untuk rencana-rencana pensiun dan dana

jaminan sosial), dan ini merupakan komponen terbesar dari pendapatan

nasional.

b) Keuntungan perusahaan (corporate provit), yang merupakan kompensasi

kepada pemilik perusahaan yang mana sebagian dari padanya digunakan untuk

mambayar pajak keuntungan perusahaan (corporate profity takes), sebagian

lagi dibagikan kepada para pemilik saham (stock holders) sebagai deviden,

dan sebagian lagi ditabung perusahaan sebagai laba perusahaan yang tidak

dibagikan.

c) Pendapatan usaha perorangan (proprictors income), yang merupakan

kompensasi atas penggunaan tenaga kerja dan sumber-sumber dari self

employeed person, misalnya petani, self employeed profesional, dan lain-

lain.dengan perkataan lain proprictors income merupakan pendapatan new

korporasi.

20
d) Pendapatan sewa (rental income of person), yang merupakan kompensasi

untuk pemilik tanah, rental bussines dan recidential properties, termasuk

didalamnya pendapatan sewa dari mereka yang tidak terikat dalam bisnis real

estate : pendapatan sewa dihitung untuk rumah-rumah yang non form yang

dihuni oleh pemiliknya sendiri; dan royalties yang diterima oleh orang dari

hak paten, hak cipta, dan hak terhadap sumber daya alam.

e) Bunga netto (net interest) terdiri atas bunga yang dibayar perusahaan

dikurangi oleh bunga yang diterima oleh perusahaan ditambah bunga netto

yang diterima dari luar negeri. Bunga yang dibayar oleh pemerintah dan yang

dibayar oleh konsumen tidak termasuk didalamnya. Secara matematis

pendapatan nasional berdasarkan pendekatan pendapatan dapat dirumuskan

sebagai berikut:

NI = Yw + Yi + Ynr + Ynd

Dimana:

Yw : Pendapatan dari upah, gaji dan pendapatan lainnya sebelum pajak

Yr : Pendapatan dari bunga

Ynr dan Ynd : Pendapatan dari keuntungan dari perusahaan dan pendapatan

lainnya sebelum pendapatan lainnya sebelum pengenaan pajak.

3) Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan pengeluaran adalah pendekatan pendapatan nasional atau

produk domestik regional bruto diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai pasar

dari seluruh permintaan akhir (final demand) atas output yang dihasilkan dalam

perekonomian, diukur pada harga pasar yang berlaku. Dengan perkataan lain

21
produk nasional atau produk domestik regional bruto adalah penjumlahan nilai

pasar dari permintaan sektor rumah tangga untuk barang-barang konsumsi dan

jasa-jasa (C), permintaan sektor bisnis barang-barang investasi (I), pengeluaran

pemerintah untuk barang-barang dan jasa-jasa (G), dan pengeluaran sektor luar

negeri untuk kegiatan ekspor dan impor (X-M).

 Metode Tidak Langsung

Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan

mengalokasikan nilai tambah kedalam masing-masing kelompok kegiatan

ekonomi pada tingkat regional sebagai alokator digunakan yang paling besar

tergantung atau erat kaitannya dengan produktifitas kegiatan ekonomi tersebut

melalui PDRB menurut harga berlaku dan harga konstan. Pendapatan regional

suatu provinsi dapat diukur untuk menghitung kenaikan tingkat pendapatan

masyarakat. Kenaikan ini dapat disebabkan karena dua faktor yaitu:

i. Kenaikan pendapatan yang benar-benar bisa menaikkan daya beli penduduk

(kenaikan rill).

ii. Kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh karena inflasi, kenaikan

pendapatan yang disebabkan kerena kenaikan harga pasar tidak menaikkan

daya beli penduduk dan kenaikan seperti ini merupakan kenaikan pendapatan

yang tidak riil. Oleh karena itu berdasarkan kenyataan diatas untuk

mengetahui kenaikan pendapatan yang sebenarnnya (riil) maka faktor yang

harus dieliminir pendapatan regional dengan faktor inflasi (faktor inflasi

belum dihilangkan) merupakan pendapatan regional dengan harga berlaku,

22
sedangkan pendapatan regional dimana faktor inflasi tidak lagi diperhitungkan

disebut dengan pendapatan regional atas dasar harga konstan.

2.1.2 Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi menyatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu

wilayah ditentukan oleh besarnya penigkatan ekspor dari wilayah tersebut

(Tarigan,2005). Teori basis ini digolongkan kedalam dua sektor yaitu sektor basis

dan sektor non basis. Sektor basis yaitu sektor atau kegiatan ekonomi yang

melayani baik pasar di daerah tersebut maupun luar daerah. Secara tidak langsung

daerah mempunyai kemampuan untuk mengekspor barang dan jasa yang

dihasilkan oleh sektor tersebut ke daerah lain.

Sektor non basis adalah sektor yang menyediahkan barang dan jasa untuk

masyarakat di dalam batas wilayah perekonomian tersebut. Berdasarkan teori ini,

sektor basis perlu dikembangkan dalam rangka memaacu pertumbuhan ekonomi

suatu daerah. Inti dari teori ini adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah

ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut.

Sektor basis dan non basisekonomi suatu wilayah dapat diketahui dengan

menggunakan analisis Location Quotient (LQ). LQ digunakan untuk mengetahui

seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau unggulan dengan cara

membanding perannya dalam perekonomian daerah tersebut dengan peranan

kegiatan atau industry sejenis dalam perekonomian regional (Emilia, 2006).

2.1.3 Sektor Unggulan

Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh

lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya

23
faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal,

pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi (technological

progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan

memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang

bersangkutan (Rachbini, 2001).

Sektor unggulan sebagai sektor yang sangat penting dalam pembangunan

ekonomi suatu wilayah tidak hanya mengacu pada lokasi secara geografis saja

melainkan pada suatu sektor yang menyebar dalam berbagai saluran ekonomi

sehingga mampu menggerakkan ekonomi secara keseluruhan. Sektor unggulan

adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau perkembangan bagi

sektor-sektor lainnya, baik sektor yang mensuplai inputnya maupun sektor yang

memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo,

2006).

Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan, baik itu

perbandingan berskala regional, nasional maupun internasional. Pada lingkup

internasional, suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu

bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup

nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor

di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan

oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik. Suatu daerah akan

mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan

persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat

24
menghasilkan ekspor (Suyanto, 2000:146). Sektor unggulan di suatu daerah

(wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah bersangkutan.

2.1.3.1 Kriteria Sektor Ekonomi Unggulan

Menurut Rachbini (2001) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu

menjadi sektor prioritas, yaitu :

1. Sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang

cukup besar sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek

permintaan tersebut.

2. Karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif maka fungsi

produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas.

3. Harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil-hasil produksi sektor

yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah.

4. Sektor tersebut harus berkembang sehingga mampu memberi pengaruh

terhadap sektor-sektor lainnya.

Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar

perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, dimana

daerah memiliki kesempatan serta kewenangan untuk membuat kebijakan yang

sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah.

Beberapa kriteria unggulan yang dijelaskan menurut beberapa ahli, maka

dapat dirumuskan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam penelitian studi

ini,yakni meliputi:

a) Sektor unggulan harus mampu menjadi penggerak utama (Prime Mover)

pembangunan perekonomian. Artinya, sektor unggulan tersebut memiliki

25
kontribusi rata-rata dalam PDRB atau penyerapan tenaga kerja lebih tinggi

dibandingkan dengan kontribusi rata-rata sektor yang sama pada wilayah

referensi (cakupan wilayah yang lebih luas) dan memiliki laju pertumbuhan

PDRB atau penyerapan tenaga kerja rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan

sektor yang sama wilayah referensi. Sehingga dapat meningkatkan

perekonomian daerah terhadap suatu refrensi.

b) Sektor ekonomi sebagai sektor basis dan mana pula yang tidak. sektor ini

merupakan kegiatan ekonomi daerah yang mempunyai keuntungan kompetitif

untuk dikembangkan dalam rangka mendorong proses pembangunan di

daerah, serta memiliki potensi untuk mengekspor hasil produksi ke wilayah

lain atau merupakan sektor basis yang memiliki tingkat pertumbuhan PDRB

atau penyerapan tenaga kerja sebanding atau lebih tinggi daripada laju

pertumbuhan sektor yang sama di Kabupaten/Kota lain di wilayah referensi.

Bahwa sektor tersebut mempunyai permintaan yang tinggi, baik pasar lokal

ataupun pasar ekspor.

c) Sektor unggulan mampu bersaing (Competitiveness) dengan sektor sejenis dari

wilayah lain baik regional atupun internasional serta merupakan sektor yang

tumbuh lebih pesat di dalam lingkup wilayah referensi dan memiliki tingkat

pertumbuhan PDRB atau penyerapan tenaga kerja yang relatif lebih tinggi

dibandingkan sektor yang sama dalam lingkup wilayah referensi, dimana

tingkat pertumbuhan sektor dalam lingkup wilayah referensi dilihat dari nilai

Proportional Shift (PS), sedangkan keunggulan lokasional dilihat dari nilai

Differential Shift (DS), dengan menggunakan variabel PDRB atau tenaga

26
kerja. Sehingga akan dapat pula mendorong pengembangan ekspor barang

maupun jasa.

d) Mempunyai tingkat keterkaitan ke depan (Forward Linkage) dan ke belakang

yang tinggi (Backward Linkage), yang dinilai melalui indeks daya menarik

(IDM) dan indeks derajat kepekaan (IDK), Sektor yang dikategorikan sebagai

sektor ekonomi unggulan adalah sektor yang memiliki indeks derajat

kepekaan dan indeks daya menarik lebih dari satu, Sektor ini mampu

mendorong pertumbuhan atau perkembangan bagi sektor-sektor lainnya. Serta

sektor ekonomi mempunyai multiplier effect yang besar terhadap kegiatan

perekonomian lain dan pengembangan kawasan sekitarnya. Keterkaitan

mewujudkan proses pembangunanya yang efisien dan saling mendukung

sehingga perekonomian daerah akan bertumbuh lebih cepat.

2.1.4 Konsep Sektor Potensial

Konsep dan teori mengenai pembangunan daerah memiliki kaitan dengan

terwujudnya konsep kawasan andalan. Terdapat beberapa faktor pendukung

penetapan kawasan andalan antara lain teori basis ekonomi, teori pertumbuhan

ekonomi daerah, teori kutub pertumbuhan serta teori spesialisasi.

Mempunyai potensi lebih untuk dapat tumbuh jika dibandingkan dengan

daerah lain dalam satu wilayah regional, kawasan andalan dinilai memiliki

beberapa unsur unggulan yang bisa merangsang pertumbuhan wilayahnya.

Terjadinya akumulasi modal yang bersumber dari masuknya investasi baik berasal

dari dalam negeri maupun asing, pertumbuhan jumlah penduduk yang dapat

dilihat dari angka fertilitas, mortalitas dan migrasi yang dalam pertumbuhannya

27
mengikuti deret ukur, serta adanya kemajuan teknologi merupakan faktor yang

dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2000). Menurut Soepono

(2000) pemberdayaan sektor-sektor potensial yang dimiliki oleh daerah yang

bersangkutan dapat menciptakan peluang investasi dan juga dapat menarik minat

investor. Sektor unggulan yang merupakan sektor ekonomi basis dari suatu daerah

dapat ditemukan dengan menggunakan analisis LQ, yang diyakini pertumbuhan

dari sektor-sektor tersebut dapat menentukan pembangunan daerah secara

menyeluruh, sedangkan aktivitas dari kegiatan sektor non basis merupakan

implikasi dari pembangunan daerah secara menyeluruh tersebut.

Kriteria penetapan kawasan andalan dianggap relevan dengan teori

spesialisasi ketika perekonomian kawasan andalan memiliki keterikatan dengan

daerah di sekitarnya. Spesialisasi komoditi yang dilakukan berdasarkan sektor

unggulan yang dimiliki akan menyebabkan munculnya pemusatan kegiatan-

kegiatan sektoral di masing-masing daerah yang dipercaya dapat mempercepat

bahkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

Menurut Samuelson dalam Aswandi dan Kuncoro (2002) dengan

dilakukannya pembagian kerja maka akan menyebabkan masyarakat lebih efektif

dan efektif, melalui pembagian seluruh proses produksi kepada unit khusus yang

telah terspesialisasikan. Daerah dengan ekonomi yang telah terspesialisasikan

akan membentuk jaringan perdagangan yang lebih luas adalah ciri perekonomian

maju. Terjadinya proses pertukarakan komoditas antar daerah sesuai dengan

kebutuhan daerah disebabkan oleh adanya spesialisasi ekonomi, sehingga dapat

28
mendongkrak perekonomian daerah naik bersama-sama dan berkesinambungan

untuk menuju proses pertumbuhan ekonomi.

2.2 Penelitian Terdahulu

Nama/Tahun Judul Metode Hasil Penelitian


Kalzum R. Analisis Location LQ Dari ke-tujuh sektor basis
Jumiyanti Quotient dalam Kabupaten Gorontalo, sektor
2018 Penentuan Sektor Pengadaan Listrik dan Gas
Basis dan Non merupakan sektor yang paling
Basis di stabil untuk dijadikan kegiatan
Kabupaten basis di wilayah Kabupaten
Gorontalo Gorontalo. Dengan kontribusi
yang cukup tinggi dan juga nilai
LQ
Kabupaten Gorontalo terhadap
perekonomian Provinsi Gorontalo
yang juga cukup tinggi
menjadikan kegiatan ini sebagai
kegiatan basis yang sangat baik
untuk dikembangkan karena
banyak sekali dampak positif
yang ditimbulkan dari sektor ini.
Andy Pratama Pengaruh sektor LQ dan Hasil pengolahan data diperoleh
2015 basis dan non Regresi bahwa Variabel sektor basis
basis terhadap Sederhana memiliki pengaruh yang
pertumbuhan signifikan positif terhadap
ekonomi di pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Kabupaten Pasuruan. Kemudian
Pasuruan variabel sektor non basis
memiliki pengaruh signifikan
positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Pasuruan. Sektor basis
dan sektor non basis secara
bersama-sama berpengaruh
signifikan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Pasuruan. Hal ini
berarti jika sektor basis dan sektor
non basis ditingkatkan maka akan
dipengaruhi dengan
meningkatnya pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Pasuruan.
Zamida Analisis sektor LQ Hasil analisis LQ menunjukkan
2015 basis di bahwa Sektor Pertanian dan
Kabupaten Sektor Jasa menjadi Sektor Basis

29
Lamongan di Kabupaten Lamongan
(analisis location sedangkan sektor lainnya
quetient) termasuk ke dalam Sektor non
Basis. Dengan analisis tabel
menunjukkan bahwa di
Kabupaten Lamongan masih
mengandalkan Sektor Pertanian
sebagai penyokong utama
perekonomian di Kabupaten
Lamongan. Artinya bahwa
Kabupaten Lamongan masih
tergolong ke dalam struktur
ekonomi Sektor Pertanian yang
hanya mengandalkan alam untuk
matapencaharian sehari-hari di
Kabupaten Lamongan.
Sari Sasmita Analisis sektor LQ Hasil penelitian menunjukan
Sambuari basis di bahwa sektor yang memiliki nilai
2015 Kabupaten LQ > 1 adalah sektor basis.
Bolaang Artinya sektor tersebut telah
Mongondow mampu untuk memenuhi
Utara kebutuhannya sendiri juga untuk
memenuhi kebutuhan daerah
lainnya. Selama kurun waktu
2009-2013 yang termasuk sektor
basis terdapat pada sektor
pertanian, sektor petambangan
dan penggalian dan sektor jasa-
jasa. Sedangkan sektor yang
memiliki nilai LQ < 1 adalah
sektor non basis. Hal ini
menunjukkan sektor tersebut
belum mampu untuk memenuhi
kebutuhan daerah. Sektor tersebut
adalah sektor perdagangan hotel
dan restoran, sektor industri
pengolahan, sektor listrik, gas dan
air bersih, sektor kontruksi, sektor
pengangkutan dan komunikasi
dan sektor keuangan, real estat
dan jasa perusahaan.
Azhar Analisis sektor LQ 1.Sektor yang menjadi basis di
2003 basis dan non Nanggroe Aceh Darussalam
basis di Provinsi dari tahun 1992 sampai dengan
Nanggroe Aceh 2001 yaitu sektor
Darussalam pertambangan dan penggalian,
sektor industri pengolahan
serta sektor pertanian.
Sedangkan keenam sektor
lainnya menjadi sektor non

30
basis.
2.Laju pertumbuhan sektor basis
dan sektor non basis dari tahun
1992 sampai dengan 2001
mengalami kenaikan dan
penurunan atau berfluktuasi.
Dedi Setiawan Analisis LQ Berdasarkan hasil analisis
2018 hubungan sektor korelasi dapat di simpulkan
ekonomi basis bahwa hipotesis tentang terdapat
dengan hubungan yang positif dan kuat
penyerapan antara pertumbuhan ekonomi
tenaga kerja di sektor basis tersebut di Kabupaten
Kabupaten Merangin, tidak dapat di buktikan
Merangin atau tidak berpengaruh secara
signifikan karena tidak seluruh
sektor basis memiliki korelasi
yang kuat dengan penyerapan
tenaga kerja.
Puspasari Ayu Analisis potensi LQ dan Shift Hasil analisis LQ dan Shift Share
Ningrum sektor basis dan Share Esteban Marquillas menunjukkan
2017 non basis bahwa tahun 2010-2015 yang
ekonomi pada sektor basis di Kota Salatiga
perubahan adalah sektor pengadaan listrik
struktur dan gas, pengadaan air,
perekonomian di pengelolaan sampah, limbah dan
Kota Salatiga daur ulang, industri pengolahan,
Tahun 2010-2015 konstruksi, penyediaan
akomodasi dan makan minum,
jasa keuangan dan asuransi, real
estate, jasa perusahaan,
administrasi pemerintahan,
pertahanan dan jaminan sosial
wajib, jasa pendidikan, jasa
kesehatan dan kegiatan sosial dan
terjadi perubahan struktur
ekonomi dari sektor modern ke
tradisional tahun 2013-2015.
Vicky Y. Analisis sektor LQ dan Shift 1. Dari hasil LQ di dapat bahwa
Takalumang ekonomi Share di Kabupaten Kepulauan
2018 unggulan dalam Sangihe dari 17 sektor terdapat
mendorong 6 sektor yang basis atau
pertumbuhan unggulan. sektor Administrasi
ekonomi Pemerintahan, Pertahanan dan
Kabupaten Jaminan Sosial Wajib, sektor
Kepulauan Pertanian, Kehutanan, dan
Sangihe Perikanan, sektor Real Estate,
sektor Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor dan yang
terakhir sektor Jasa Kesehatan

31
dan Kegiatan Sosial. Sektor-
sektor ini merupakan sektor
Basis atau unggulan artinya,
sektor-sektor ini telah mampu
memenuhi kebutuhan
daerahnya sendiri. Secara
umum dapat pula diartikan
bahwa sektor-sektor basis
tidak hanya mampu
berproduksi untuk memenuhi
kebutuhan daerahnya sendiri,
tetapi juga mampu memasok
untuk kebutuhan daerah lain.
Sektor-sektor ini sangat
berpotensi untuk di
kembangkan dan bisa menjadi
sumber daya untuk mendorong
perekonomian Kabupaten
Kepulauan Sangihe Karena
memiliki kekuatan dan
prospek yang baik dimasa
datang.
2. Dari hasil perhitungan Shift
Shre atau Pengaruh terbesar di
Kabupaten Kepulauan Sangihe
yaitu sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan,
sektor Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor, sektor
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib, sektor Konstruksi dan
sektor Transportasi dan
Pergudangan. Perekonomian
Kabupaten Kepulauan Sangihe
mendapatkan hasil yang sangat
positif terhadap nilai Total
Kinerja selama kurun waktu
2010-2015 karena mengalami
kenaikan nilai absolut serta
keunggulan kinerja
perekonomian daerah.
Agnes Growth and Data analysis The results showed that the
Lutherani Employment technique presence of the strong
Chatarina Determinants used is influence of the education
Polcarol Lapian Factors in North structural sector, government spending,
(2017) Sulawesi equation and the health sector on
Province model (SEM) employment both directly and
using AMOS indirectly to private

32
investment, index of human
development, economic
growth, and economic
structure, so that the first and
second hypothesis can be
accepted.While other sectors
of government spending has no
significant effect on
employment both directly and
indirectly towards private
investment, human
development index, economic
growth and economic
structures, so the third
hypothesis be rejected.
Dr.Agnes Small and Multiple The large potential of SMEs in
Lutherani medium linear North Sulawesi is a strategic
Chatarina enterprises regression capital for the region to further
Polcarol Lapian towards analysis enhance economic growth
economic growth through enhancing SMEs'
in North performance across all sectorsor
Sulawesi, industries.The economy in North
Indonesia Sulawesi supported by various
sectors is one of SMEs that has
been proven too enemployment
and increase the productivity of
human resources.The results of
this study found that the variables
of production capacity and
variable of production value did
not significantly influence thee
conomic growth in North
Sulawesi.The practical
contribution of research
emphasizes to the local
government to maximize the
potential of regional SMEs.
Patrick Ch. Analisa Shift Share Hasil penelitian didapat ialah
Wauran komoditas/produk peningkatan perekonomian di
2018 unggulan di Kabupaten Kepulauan SITARO
Kabupaten disumbangkan oleh sektor
Kepulauan pertanian, kehutanan dan
SITARO perikanan, sektor perdagangan
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor, sektor konstruksi dan
transportasi. Perekonomian
Kabupaten Kepulauan SITARO
mempunyai daya saing yang
tinggi dan keunggulan

33
kompetitifnya tinggi. untuk
komoditi/ produk unggulan yang
sangat cocok dengan kondisi
wilayah di Kabupaten Kepulauan
SITARO untuk pertanian ialah
komoditi pala, cengkeh,ubi kayu,
kelapa, keneri dan jagung. Untuk
buah-buahan ialah salak, mangga,
kedondong, jeruk ikan, jeruk nipis
dan pisang mas. Sedangkan untuk
perikanan ialah malalugis,
cakalang, tude, deho dan tongkol.
Bidang usaha untuk perdagangan
ialah toko kelontong, kios UKM
dan distributor makan. Bidang
usaha di sektor transportasi ialah
taxi antar pulau, taxi lokal dan
mini bus. Budang usaha sektor
konstruksi ialah konstruksi
bangunan dan jalan.
Neltji Janis Identifikasi sektor LQ dan Shift Melalui analisis LQ (location
2015 ekonomi Share Quotient) dan shift share
unggulan Kota diperoleh sub sektor yang
Tomohon Tahun memiliki keunggulan baik dilihat
2009-2013 dari PDRB Kota Tomohon Atas
Dasar Harga Berlaku dan Atas
Dasar Harga Konstan yaitu sektor
Konstruksi, Sektor Pertambangan
dan Penggalian, Sektor listrik,
Gas dan Air Bersih, dan sektor
jasa-jasa. Keempat sektor ini
menunjukan bahwa Kota
Tomohon mampu memenuhi
sendiri kebutuhannya, dan
memungkinkan untuk
mengekspor keluar daerah.
Made Antara Basis Sector in DLQ and The results of analysis showed
2017 the Economic Shift Share that the basis sectors in economic
Structure of structure of Badung Regency is
Badung Regency, water supply, waste, and
Bali, Indonesia recycling sector, construction
sector, transportation and
warehousing sector, and
accommodation and feeding
supply sector. The agricultural
sub-sector has three sub-sub-
sectors that are able to become
the basis sub-subsector in the
future are food crop sub-sub-
sectors, horticultural crops sub-

34
subsector, and fishery sub-sector.
Two factors causing the change
of agriculture, forestry and
fishery sub-sector positions in the
economic structure of Badung
Regency, namely economic
structure and location factor
Martin Neil US Descriptive On the other hand, there are
Baily Manufacturing: some potential causes for
2014 Understanding Its concern. First, though n the other
Past and Its hand, there are some potential
Potential Future causes for concern. First, though
manufacturing’s output share of
GDP has remained stable over
50 years, and manu-
anufacturing’s output share of
GDP has remained stable over 50
years, and manufacturing retains
a reputation as a sector of rapid
productivity improvements, this
acturing retains a reputation as a
sector of rapid productivity
improvements, this is largely due
to the spectacular performance of
one subsector of manufacturing: s
largely due to the spectacular
performance of one subsector of
manufacturing: computers and
electronics. Meanwhile, the
90 percent of manufacturing that
lies omputers and electronics.
Meanwhile, the 90 percent of
manufacturing that lies outside
the computer and electronics
industry has seen its share of real
GDP fall utside the computer and
electronics industry has seen its
share of real GDP fall
substantially, while its
productivity growth has been
fairly slow. Complicating the
Hardiani Analysis of LQ, Shift The results of the analysis found
2017 leading sector of share, that of the 14 basic sectors in
Jambi City Tippoligi Jambi City (based on LQ
Klassen analysis), there are four priority
sectors namely electricity and gas
procurement, building, large and
retail trade, car and motorcycle
repairs, health service and social
activities

35
Willy Arafah Determining LQ The analysis showed that
2017 Factors of in the year 2013-2014 the Trade
Potential and Retail sector; Car and
Economy Sectors Motorcycles Repair sector; Real
of Bantaeng Estate sector;
Regency in South Government Administration
Sulawesi sector; Defence and Compulsory
Province of Social Security; and Other
Indonesia: An Services Sector is the leading
Analysis Using economy sector in Bantaeng
the Location Regency. And in the year 2014-
Quotient 2015, the Trade and Retail
Approach sector; Cars and Motorcycles
Repair sector; Real Estate sector;
Service Sector Health and Social
Work; and Other Services Sector
is the leading economy sector in
Bantaeng Regency.
Chandrasiri Accrual Basis descriptive This study uses the political
ABEYSINGHE and Political economic perspective and
2016 Interest in Public accordingly hegemonic analysis
Sector of Gramsci (1971). The study is
Accounting. The carried out as a qualitative case
Case of a study in the phenomenological
Municipal tradition at the Colombo
Council in Sri Municipal Council (CMC) of Sri
Lanka Lanka. Findings show that
accrual basis in the current
accounting framework does not
work because it does not address
the political interest dominating
over public sector organisations.
It concludes emphasizing the need
of reconsidering the accounting
framework of public sector
having regard on political
interest in the state sector before
introducing accrual accounting.

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis

Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran Teoritis

PDRB ADHK
36

SEKTOR PRIMA,
SEKTOR DAYA SAING POTENSIAL
BASIS/UNGGULAN SEKTOR EKONOMI BERKEMBANG,
TERKEBELAKANG
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

37
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam penelitian

ini adalah data PDRB Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud, Sitaro Tahun 2010-

2019 Atas Dasar Harga Konstan, demikian juga data PDRB Provinsi Sulawesi

Utara Tahun 2010-2019 Atas Dasar Harga Konstan, disertai dengan data-data

sekunder lain yang relevan dengan tujuan penulisan thesis ini.

3.2 Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

1. Potensi Ekonomi

Jumlah kontribusi yang diberikan masing – masing sektor terhadap pendapatan

daerah masing – masing kabupaten. Kontribusi ekonomi biasanya dihitung dengan

jumlah PDRB yang dihasilkan.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Merupakan indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu wilayah,

yang dapat dilihat berdasarkan harga berlaku atau atas dasar harga konstan. PDRB

dimaksudkan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha

yang ada dalam suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu tahun.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang terpakai dalam penelitian ini

adalah atas dasar harga konstan tahun 2010.

3. Sektor-sektor Ekonomi

Terdapat tujuh belas sektor ekonomi di masing – masing kabupaten/kota. Adapun

sektor – sektor perekonomian dimaksud yakni:

- Pertanian, kehutanan dan perikanan

- Pertambangan dan penggalian

38
- Industri pengolahan

- Pengadaan listrik dan gas

- Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang

- Konstruksi

- Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor

- Transportasi dan pergudangan

- Penyediaan akomodasi dan makan minum

- Informasi dan komunikasi

- Jasa keuangan dan asuransi

- Real estate

- Jasa perusahaan

- Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan

- Jasa pendidikan

- Jasa kesehatan dan kegiatan sosial

- Jasa lainnya

4. Sektor Basis dan Sektor Non Basis

Adalah sektor yang mampu mengekspor barang – barang dan jasa – jasa

keluar batas perekonomian masyarakatnya bila dibandingkan dengan sektor yang

sama pada lingkup yang lebih luas. Sektor basis ini bila nilai LQ>1. Sedangkan

sektor non basis adalah sektor yang hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan

daerah itu sendiri dan sektor ini tidak dapat mengeskpor barang diluar

daerah.Sektor non basis ini bila nilai LQ<1.

5.Sektor Unggulan

39
Sektor unggulan adalah sektor yang memilki peranan relatif besar

dibandingkan sektor – sektor lainnya terhadap ekonomi wilayah.

6. Keunggulan Kompetitif

Suatu sektor mempunyai keunggulan kompetitif bila laju pertumbuhan

sektor di tingkat kabupaten lebih tinggi dari pada laju pertumbuhan pada sektor

yang sama di tingkat provinsi (rij – rin) > 0.

1. Spesialisasi

Suatu sektor mempunyai spesialisasi bila variabel wilayah nyata lebih

besar dari pada dengan variabel yang diharapkan (Eij – Eij’) > 0.

3.3 Metode Analisis Data

Untuk menganalisis struktur ekonomi dan identifikasi sector basis

dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif akan

dipresentasikan secara deskriptif, sedangkan data kuantitatif akan diolah dengan

menggunakan beberapa metode, antara lain;

a. Location Quotien

b. Shift Share

c. Tipolgy Klassen

3.3.1 Location Quotien

Location quotient merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk

melengkapi analisis shift-share. Secara umum, analisis ini digunakan untuk

menentukan sektor basis dan non basis, dengan tujuan untuk melihat keunggulan

40
komparatif suatu daerah dalam menentukan sektor unggulannya. Dalam teknik

ini, menurut Tarigan (2005) kegiatan ekonomi suatu daerah dapat dibagi menjadi

dua golongan yaitu :

1. Sektor basis adalah sektor ekonomi yang mampu untuk memenuhi kebutuhan

baik pasar domestik maupun pasar luar daerah itu sendiri. Artinya sektor ini

dalam aktivitasnya mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri maupun

daerah lain dan dapat dijadikan sektor unggulan;

2. Sektor non basis merupakan sektor ekonomi yang hanya mampu memenuhi

kebutuhan daerah itu sendiri, sektor seperti ini dikenal sebagai sektor non

unggulan.

Teori ini selanjutnya menyatakan bahwa karena sektor basis menghasilkan

barang dan jasa yang dapat dijual keluar daerah yang meningkatkan pendapatan

daerah tersebut, maka secara berantai akan meningkatkan investasi yang berarti

menciptakan lapangan kerja baru. Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya

meningkatkan permintaan terhadap industri basis, tetapi juga menaikkan

permintaan akan industri non basis. Dengan dasar teori ini maka sektor basis perlu

diprioritaskan untuk dikembangkan dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi

daerah.

Rumusan Location Quotient (LQ) menurut Bendavid Val (Tarigan 2009),

yang kemudian digunakan dalam penentuan sektor basis dan non basis di dalam

penelitian ini, yang dinyatakan dalam persamaan berikut :

LQij =Xij / RVj/ Xi/RV

Keterangan:

41
LQij = Indeks/koefisien Location Quotient sektor I di kabupaten/kota j

Xij =PDRB sektor i di kabupaten/kota j

Xi = PDRB sektor i di Provinsi (acuan)

RVj = Total PDRB kabupaten/kota j

RV = Total PDRB Provinsi

LQ merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam model

ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang

menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur kegiatan ekonomi melalui

pendekatan perbandingan. Dari rumus diatas, apabila LQ > 1 berarti porsi

lapangan kerja atau nilai tambah sektor i di wilayah analisis terhadap total

lapangan kerja atau nilai tambah wilayah adalah lebih besar dibandingkan dengan

porsi lapangan kerja atau nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional.

LQ > 1 memberikan indikasi bahwa sektor tersebut adalah basis sedangkan

apabila LQ < 1 berarti sektor tersebut adalah non basis.

Data yang dibutuhkan dalam menghitung LQ yaitu sebagai berikut :

1. PDRB Kota atau Kabupaten

2. PDRB Provinsi

Setiap metode analisis pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing -

masing. Begitu juga dengan metode analisis LQ. Analisis LQ sebagai salah satu

analisis untuk menentukan sektor basis atau unggulan dan setktor non basis atau

non unggulan. Kelebihan yang dimiliki analisis LQ yaitu penerapannya yang

mudah dan sederhana, tidak membutuhkan data yang sangat banyak, tidak

42
memerlukan software analisa data cukup microsoft excel pada komputer yang

tidak rumit dan berat, hasil yang didapatkan bisa menjadi langkah awal sebagai

gambaran sektor unggulan di wilayah tersebut.

Sedangkan, kekurangan yang dimiliki analisis LQ yaitu karena analisis LQ

yang sederhana, dibutuhkan data yang akurat. Hasil analisis LQ yang begitu baik

akan sia - sia jika data yang digunakan tidak begitu valid. Oleh karena itu, validasi

data sebelum melakukan analisis LQ perlu dilakukan dan merupakan hal yang

paling penting. Selain itu, untuk menghindari bias musiman dan tahunan

diperlukan nilai rata - rata dari data series yang cukup panjang minimal 5 tahun.

Sementara proses pengumpulan data series yang panjang merupakan tantangan

karena ketersediaan data yang terbatas.

3.3.2 Shift Share

Analisis shift–share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui

pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode itu dipakai untuk

mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan

pertumbuhan sektor di daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada

tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional. Analisis tersebut dapat digunakan

untuk mengkaji pergeseran struktur perekonomian daerah dalam kaitannya dengan

peningkatan perekonomian daerah yang bertingkat lebihtinggi. Perekonomian

daerah yang didominasi oleh sektor yang lamban pertumbuhannya akan tumbuh di

bawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah di atasnya. Untuk mengkaji

kinerja berbagai sektor ekonomi yang berkembang di suatu daerah dan

membandingkan dengan perekonomian regional maupun nasional dapat

43
digunakan teknik analisis Shift-Share. Dengan teknik ini, selain dapat mengamati

penyimpangan-penyimpangan dari berbagai perbandingan kinerja perekonomian

antar wilayah, keunggulan kompetitif suatu wilayah juga dapat diketahui melalui

teknik analisis Shift-share ini (Thoha dan Soekarni, 2000:52).

Metode analisis shift share diawali dengan mengukur perubahan nilai tambah

bruto atau PDRB suatu sektor-i di suatu region-j (Dij) dengan formulasi :

Dij = PNij+ PPij+ PPWij

Dimana,

PNij= Eij . Ra

PPij= Eij (Ri-Ra)

PPWij = Eij (ri– Ra)

ri mewakili pertumbuhan sektor/subsektor i di wilayah j, sedangkan Ra dan

Rimasing-masing laju pertumbuhan agregat nasional/provinsi dan pertumbuhan

sektor/subsektor i secara nasional/provinsi, yang masing-masing dapat

didefinisikan sebagai berikut :

ri= (Eij,t– Eij)/Eij

Ri= (Ein,t– Ein)/Ein

Ra= (En,t-En)/En

Keterangan:

Dij : Perubahan PDRB sektor/subsektor-i di wilayah Kabupaten Kepulauan

SITARO.

44
PN : Perubahan PDRB sektor/subsektor-i di wilayah Kabupaten Kepulauan

SITARO yang disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan ekonomi yang disebabkan

oleh pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara

PP : Perubahan PDRB sektor/subsektor-i di wilayah Kabupaten Kepulauan

SITARO yang disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan sektor-i di Provinsi

Sulawesi Utara

PPW : Perubahan PDRB sektor/subsektor-i di wilayah Kabupaten Kepulauan

SITARO yang disebabkan oleh keunggulan kompetitif sektor-I tersebut Wilayah

Kabupaten Kepulauan SITARO.

Eij : PDRB sektor/subsektor-i di wilayah Kabupaten Kepulauan SITARO tahun

awal analisis.

Ein : PDRB sektor/subsektor-i di Provinsi Sulawesi Utara tahun awal analisis.

En : PDRB total di Provinsi Sulawesi Utara tahun awal analisis

Eijt : PDRB sektor/subsector-i di wilayah Kabupaten SITARO

tahun akhir analisis.

Eint : PDRB sektor/subsector-i di Provinsi Sulawesi Utara tahun akhir analisis.

Ent : PDRB total di Provinsi Sulawesi Utara tahun akhir analisis

Lincolin Arsyad (2010) menjelaskan pada dasarnya analisis shift-share

menggambarkan kinerja dan produktivitas sektor-sektor dalam perekonomian

suatu wilayah dengan membandingkannya dengan kinerja sektor-sektor wilayah

yang lebih besar (provinsi/nasional). Analisis ini membandingkan laju

pertumbuhan sektor-sektor ekonomi regional (kota/kabupaten) dengan laju

pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi tingkatannya (provinsi). Analisis ini

45
memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam tiga bidang yang saling

berhubungan satu sama lain, yaitu :

1. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan menganalisis perubahan

kesempatan kerja agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan

pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.

2. Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif,

pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan

perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan.

3. Pergeseran diferensial (differential shift) membantu dalam menentukan

seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian

yang dijadikan acuan.

3.3.3 Tipologi Klassen

Analisis yang digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan

struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah adalah Analisis Tipologi

Klassen/Daerah (Tarigan, 2010). Kriteria yang digunakan terdiri dari empat;

Kuadran I yakni daerah yang cepat maju dan cepat tumbuh (high income and high

growth). Kuadran II yakni daerah maju tapi tertekan (high income but low

growth). Kuadran III yakni daerah berkembang cepat (high growth but low

income). Kuadaran IV adalah daerah relatif tertinggal (low growth and low

income).

Tipology klassen dengan pendekatan secara sektoral dapat menghasilkan

empat klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda yaitu sebagai berikut:

1. Kuadran I/ Sektor yang Maju dan Tumbuh dengan Pesat.

46
Pada kuadran ini sektor dengan laju pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih

besar apabila dibandingkan dengan pertumbuhan daerah yang telah menjadi

sebuah acuan atau secara nasional (g) dan memiliki kontribusi terhadap PDRB (si)

yang lebih besar dibandingkan dengan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB

daerah yang menjadi sebuah acuan secara nasional (s). Hasil dari klasifikasi ini

biasanya dilambangkan dengan tanda ‘gi’ lebih besar dari ‘g’ dan ‘si’ lebih besar

dari ‘s’. sektor yang ada didalam kuadran I bisa diartikan sebagai sektor yang

memiliki potensi karena memiliki kinerja laju pertumbuhan ekonomi dan pangsa

yang lebih besar daripada daerah yang menjadi acuan atau secara nasional.

2. Kuadran II / Sektor Maju Tapi Tertekan.

Pada sektor ini berada pada kuadran ini dengan memiliki nilai

pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan

pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi sebuah acuan atau secara nasional (g),

akan tetapi telah memiliki nilai kontribusi terhadap PDRB daerah yang menjadi

acuan atau secara nasional (s). hasil klasifikasi ini bisa digambarkan dengan ‘gi

lebih kecil dari ‘g’ dan ‘si’ lebih besar dari ‘s’. Kedudukan sektor dalam kategori

ini dapat dikatakan sebagai sektor yang telah lama atau bisa dikatakan pada posisi

yang jenuh.

3. Kuadran III / Sektor Potensial atau Masih Dapat Berkembang dengan Pesat.

Pada kuadran ini sektor yang telah memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi)

yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau

secacra nasional (g), tetapi kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB (si) harus

kebih kecil dibandingkan nilai kontribusi nilai kontribusi suatu sektor tersebut

47
terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (s). Klasifikasi

ini biasanya digambarkan dengan ‘gi’ lebih besar dari ‘g’ dan ‘si’ lebih kecil

apabila dibandingkan dengan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap nilai PDRB

daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (s).hasil klasifikasi ini

dilambangkan dengan ‘gi’ yang lebih besar dari ‘g’ dan ‘si’ akan lebih kecil dari

s. Setiap sektor yang termasuk dalam kuadran III dapat diartikan sebagai sektor

yang sedang menjadi trend/sedang booming di kalangan masyarakat. Walaupun

pangsa pasar daerahnya tersebut relative lebih kecil apabila dibandingkan dengan

rata-rata tingkat nasional.

4. Kuadran IV / Sektor Relatif Tertinggal

Kuadran ini ditempati oleh sektor yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB

(gi) lebih rendah apabila dibandingkan dengan nilai pertumbuhan PDRB daerah

yang telah menjadi sebuah acuan atau secara nasional (g) selain itu juga telah

memiliki nilai kontribusi tersebut terhadap PDRB (si) yang lebih kecil apabila

dibandingkan dengan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang

menjadi acuan atau secara nasional. (Widodo, 2006).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Orientasi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak Goegrafis

48
Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan bagian integral dari Provinsi

Sulawesi Utara, dengan ibu kota Tahuna. Secara Astronomis, Kabupaten

Kepulauan Sangihe terletak antara 20 4’13” – 40 44’ 22” Lintang Utara dan 1250

9’ 28” – 1250 56’ 57” Bujur Timur. Kabupaten Kepulauan Sangihe terdiri dari 15

kecamatan.

Gambar 4.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Sangihe, 2018

Sumber : Sangihe dalam angka, 2019

Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa kecamatan dengan daerah terluas

adalah kecamatan Tabukan Utara, dan untuk kecamatan dengan luas wilayah

terkecil adalah kepulauan Marore. Dan daerah kabupaten kepulauan yang ada di

Sulawesi Utara lainnya adalah Talaud. Secara astronomis, Kepulauan Talaud

terletak antara 3⁰ 38’ Lintang Utara dan 5⁰ 33’ Lintang Selatan dan antara 126 ⁰

38’−127⁰ 10’ Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten

Kepulauan Talaud memiliki batas-batas: Utara – Republik Filipina; Selatan –

Kabupaten Kepulauan Sangihe; Barat – Laut Sulawesi; Timur - Samudera Pasifik.

Kepulauan Talaud terdiri dari 19 Kecamatan.


49
Gambar 4.2
Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Talaud, 2018

Sumber : Talaud dalam angka, 2019

Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa untuk daerah dengan kecamatan

terluas adalah kecamatan Beo Utara dan untuk wilayah terkecil adalah kecamatan

adalah pulau Marore. Selain Kabupaten Talaud ada salah satu daerah hasil

pemekaran daerah Nusa Utara adalah Kabupaten Siau, Tagulandang dan Biaro

(Sitaro).

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro atau yang sering disingkat

dengan SITARO merupakan salah satu dari kabupaten yang berada di Provinsi

Sulawesi Utara yang terletak pada koordinat 2007’48’’ – 2 048’36”” Lintang

Utara dan 125009’36’’ – 125029’24”” Bujur Timur. Wilayah ini memiliki batas

dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe di sebelah utara, Laut Maluku di timur,

Kabupaten Minahasa Utara di selatan, dan laut Sulawesi di barat.

Gambar 4.3

50
Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Kecamatan
di Kabupaten Kep. Siau Tagulandang Biaro, 2018

Sumber : Sitaro dalam angka, 2019

Berdasarkan gambar yang ada dapat dilihat bahwa daerah dengan wilayah

terluas adalah Kecamatan Siau barat dan untuk daerah dengan wilayah terkecil di

Kabupaten Sitaro adalah Kecamatan Siau Tengah.

4.1.2 Kependudukan

Sumber utama data kependudukan adalah sensus penduduk yang

dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Sensus penduduk telah dilaksanakan

sebanyak enam kali sejak Indonesia merdeka, yaitu tahun 1961, 1971, 1980, 1990,

2000, dan 2010. Di dalam sensus penduduk, pencacahan dilakukan terhadap

seluruh penduduk yang berdomisili di wilayah teritorial Indonesia termasuk warga

negara asing kecuali anggota korps diplomatik negara sahabat beserta

keluarganya. Dan berikut adalah jumlah penduduk dari masing-masing Kabupaten

Kepulauan yang ada di Provinsi Sulawesi Utara.

51
Gambar 4.4
Jumlah Penduduk Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro
Tahun 2018

Sumber : Sangihe, Talaud dan Sitaro dalam angka, 2019


Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Sangihe pada Tahun 2018

berdasarkan hasil proyeksi penduduk adalah 130.833 jiwa dengan jumlah rumah

tangga sebanyak 34.253 dan kepadatan penduduk 177,53 jiwa/km2. Kecamatan

Tabukan Utara merupakan wilayah dengan jumlah populasi terbesar sebanyak

15,05 persen dari total penduduk di Kabupaten Kepulauan Sangihe, sedangkan

Kecamatan Tahuna merupakan wilayah terpadat sebagai ibukota Kabupaten

Kepulauan Sangihe, yaitu 749,46 jiwa per kilometer persegi. Dan untuk daerah

Kabupaten Kepulauan Talaud, Badan Pusat Statisik telah melakukan proyeksi

penduduk berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010) yang menghasilkan

informasi bahwa jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Talaud tahun 2018

sebanyak 91.599. sementara untuk Kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang dan

Biaro Berdasarkan data hasil proyeksi, pada 2018 jumlah penduduk Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah sebesar 66.225 orang, yang terdiri dari

52
32.694 laki-laki (49,37%) dan 33.531 perempuan (50,63%). Jumlah ini naik

3,46% persen.

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Tabel 4.1 PDRB ADHK Sulawesi Utara, 2010-2019

53
Tahun
Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
A. Pertanian,
Kehutanan dan
Perikanan 12281007 12154188 12918081 13765299 14243121 14605520 15141887 15817344 16378542 17339482
B. Pertambangan
dan Penggalian 2483774 2687953 2868258 3022999 3229654 3503755 3659303 3991183 4343225 4714004
C. Industri
Pengolahan 5711852 6116248 6562011 6902307 7138172 7338083 7417070 8010190 8368986 8395329
D. Pengadaan
Listrik dan Gas 45210 47773 53703 62215 71813 80507 94610 99137 102620 112041
E. Pengadaan Air,
Pengelolaan
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang 75081 79759 85585 91761 94749 97046 100025 100831 104147 108748
F. Konstruksi 6296245 6947714 7324263 7933964 8402906 9219900 9862174 10593031 11351939 12011695
G. Perdagangan
Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor 6227521 6899099 7250163 7811064 8533451 9037800 9587905 10117866 10700477 11645210
H. Transportasi
dan Pergudangan 4173610 4438279 4749998 5059981 5584990 6006603 6552877 6922865 7467829 7878269
I. Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum 1034086 1101929 1192722 1285411 1423030 1543969 1736047 1848842 1958951 2013893
J. Informasi dan
Komunikasi 2127935 2307958 2486363 2698253 2948475 3210496 3505986 3753807 4046717 4369734
K. Jasa Keuangan
dan Asuransi 1800407 1981032 2208805 2346430 2410856 2506806 2986973 3187945 3203612 3323865
L. Real Estate 1791270 1944458 2087886 2225737 2421902 2605499 2790025 2991486 3218628 3363395
M,N. Jasa
Perusahaan 38969 42655 45790 49534 53639 57912 61889 67490 73591 78927
O. Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial
Wajib 3661523 3836540 4210914 4258466 4639202 5056200 5293650 5581654 5875031 5872911
P. Jasa
Pendidikan 1329150 1418717 1508664 1586533 1650377 1767208 1876574 1982364 2161349 2422244
Q. Jasa Kesehatan
dan Kegiatan
Sosial 1859992 2045619 2198488 2338158 2485135 2680959 2894963 3115678 3444889 3690477
R,S,T,U. Jasa
Lainnya 783702 860975 925893 984387 1029286 1107067 1202705 1303761 1458158 1687826
PDRB 51721334 54910898 58677587 62422499 66360757 70425330 74764661 79485474 84258691 89028051
Sumber : Sulut dalam angka Tahun 2009-2020

4.2.1 Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Kepulauan Sangihe

54
Analisis LocationQuotient (LQ) digunakan untuk mengetahui sektor-

sektor Ekonomi dalam PDRB yang dapat digolongkan ke dalam sektor basis dan

non basis. LQ Merupakan suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu

sektor di Kabupaten Kepulauan Sangihe terhadap besarnya peranan sektor

tersebut di tingkat Provinsi Sulawesi Utara.

Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient Kabupaten Kepulauan Sangihe
Dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Dari Tahun 2010-2019

SEKTOR 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
A. Pertanian, Kehutanan dan 1.434 1.457 1.466
Perikanan 1.4389 2 1.4525 1.4531 3 1.4788 1.4700 1.4656 3 1.4496
0.854 0.842 0.802
B. Pertambangan dan Penggalian 0.8418 5 0.8550 0.8569 1 0.8236 0.8327 0.8128 5 0.7941
0.455 0.451 0.460
C. Industri Pengolahan 0.4404 3 0.4492 0.4506 4 0.4534 0.4646 0.4551 8 0.4626
0.555 0.559 0.576
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0.5366 5 0.5711 0.5792 4 0.5578 0.5668 0.5689 5 0.5627
E. Pengadaan Air, Pengelolaan 0.578 0.585 0.617
Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.5695 1 0.5810 0.5832 2 0.5969 0.5923 0.6058 4 0.6212
0.694 0.693 0.720
F. Konstruksi 0.6989 3 0.7030 0.6901 8 0.7110 0.7132 0.7180 8 0.7292
G. Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan 1.121 1.158 1.230
Sepeda Motor 1.1115 7 1.1110 1.1387 2 1.1646 1.1722 1.2041 6 1.2287
0.878 0.873 0.869
H. Transportasi dan Pergudangan 0.8539 5 0.8779 0.8811 1 0.8688 0.8508 0.8701 2 0.9076
I. Penyediaan Akomodasi dan 0.310 0.296 0.281
Makan Minum 0.3066 2 0.3047 0.3054 5 0.2878 0.2727 0.2755 2 0.2894
0.275 0.269 0.269
J. Informasi dan Komunikasi 0.2711 2 0.2758 0.2730 6 0.2653 0.2607 0.2647 2 0.2725
1.155 1.138 1.148
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 1.1451 8 1.1333 1.1049 0 1.1331 1.2239 1.1645 5 1.1215
1.173 1.162 1.152
L. Real Estate 1.1613 1 1.1725 1.1747 7 1.1549 1.1508 1.1541 6 1.1819
0.254 0.261 0.259
M,N. Jasa Perusahaan 0.2523 5 0.2596 0.2612 9 0.2618 0.2647 0.2618 2 0.2599
O. Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial 1.640 1.596 1.624
Wajib 1.5782 8 1.5999 1.6153 0 1.5579 1.5652 1.5955 0 1.6272
0.983 4.486 0.953
P. Jasa Pendidikan 0.9758 6 0.9859 0.9841 4 0.9841 0.9738 0.9782 8 0.9021
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan 1.096 1.088 1.074
Sosial 1.0910 2 1.1021 1.1071 4 1.1034 1.0920 1.0947 7 1.0963
0.432 0.421 0.398
R,S,T,U. Jasa Lainnya 0.4344 6 0.4320 0.4315 5 0.4318 0.4217 0.4166 8 0.3743
PDRB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sumber : Data diolah MS Excel, 2010

55
Tabel 4.3
Perbandingan Sektor Basis (Unggulan) dan Non Basis (Bukan Unggulan)
Di Kabupaten Kepulauan Sangihe Berdasarkan Hasil LQ

Sektor Rata-rata Keterangan


A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.4566 Basis/Unggulan
B. Pertambangan dan Penggalian 0.8316 Non basis
C. Industri Pengolahan 0.4543 Non basis
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0.5634 Non basis
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
Daur Ulang 0.5931 Non basis
F. Konstruksi 0.7072 Non basis
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor 1.1641 Basis/Unggulan
H. Transportasi dan Pergudangan 0.8731 Non basis
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.2930 Non basis
J. Informasi dan Komunikasi 0.2697 Non basis
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 1.1468 Basis/Unggulan
L. Real Estate 1.1639 Basis/Unggulan
M,N. Jasa Perusahaan 0.2597 Non basis
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 1.6000 Basis/Unggulan
P. Jasa Pendidikan 1.3208 Basis/unggulan
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.0946 Basis/Unggulan
R,S,T,U. Jasa Lainnya 0.4195 Non basis
PDRB 1
Sumber : Data diolah MS Excel, 2010

Berdasarkan hasil perhitungan LQ dan tabel perbandingan sektor basis

diatas dapat dianalisis dan disimpulkan sebagai berikut : LQ lebih > 1, maka ini

merupakan sektor basis, artinya tingkat spesialisasi Kabupaten lebih tinggi dari

tingkat provinsi. Dan dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa yang menjadi

sektor unggulan dari ke 17 sektor yang pertama adalah sektor administrasi

pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial dengan nilai rata-rata 1,6000,

kemudian sektor pertaninan, kehutanan dan perikanan dengan nilai rata-rata

1,4566 hal ini memang sangat Nampak karena kondisi geografis dari Kabupaten

56
Kepulauan Sangihe dilihat dari kondisi tanah dan perairan yang tercakup besar.

Kemudian sektor unggulan lainya adalah sektor jasa pendidikan dengan nilai rata-

rata LQ sebesar 1,3208, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan

sepeda motor sebesar 1,1641 dan Sektor Jasa kesehatan dan kegiatan sosial

dengan nilai rata-rata 1,0946.

Grafik 4.5
Trend Pertumbuhan Sektor Kabupaten Kepulauan Sangihe
Tahun 2010-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor pertanian, Kehutanan dan Perikanan

menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat

57
spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi, sektor pertanian dapat bersaing

dengan sektor-sektor yang lain, tanaman perkebunan kelapa, cengkih dan pala

yang besar terhadap sektor pertanian, dan untuk sektor perkebunan, dan

perikanan dimana luas wilayah laut dan hasil yang ada di Kabupaten Sangihe

mampu menunjang perekonomian Kabupaten Sangihe. Tetapi dari trendnya di

tahun 2019 sedikit mengalami penurunan di karenakan adanya bencana menimpa

Kabupaten Kepulauan Sangihe, sehingga berpengaruh terhadap hasil panen yang

ada.

Sektor perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda motor

menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat

spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi, sektor ini dapat bersaing dengan

sektor-sektor yang lain, sektor ini menjadi salah satu sektor basis unggulan yang

mampu menunjang terhadap peningkatan PDRB yang ada di Kabupaten

Kepulauan Sangihe, hal ini dapat terlihat dari bayaknya perdagangan komoditi

yang sesuai dengan nilai yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Dan dari

trendnya pertumbuhan sektor ini mengalami peningkatan, dan hal yang sama

terajadi pada sektor ini di Tahun 2019 yaitu mengalami sedikit penurunan dan

untuk hasil analisis LQ sektor jasa Keuangan dan Asuransi menunjukkan nilai

LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat spesialisasinya lebih

tinggi dari pada provinsi Sulawesi Utara, pekembangan sektor jasa yang ada di

Kabupaten Kepulauan Samgihe mampu menunjang akan meningkatnnya angka

PDRB di kabupatan kepulauan sangihe dan merupakan salah satu sektor basis

58
unggulan dan tren dari sektor ini mengalami penurunan dari Tahun 2017 sampai

pada akhir 2019.

Hasil analisis LQ, real esate menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010

sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari pada

provinsi Sulawesi Utara yang artinya sekor real estate yang ada di Kabupaten

Kepulauan Sangihe merupakan sektor basis unggulan yang mampu bersaing

dengan daerah-daerah lain serta mempu memberikan sumbangsi yang besar

terhadap perkembangan perekonomian daerah maupun Provinsi, dan trend dari

sektor real estate ini menunjukkan bahwa sepanjang 10 tahun terakhir berfluktuasi

sebanyak 3 kali, tetapi di akhir tahun 2019 mengalami peningkatan yang sangat

pesat dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, dan untuk analisis LQ, sektor

administrasi pemerintahan dan pertahanan dan jaminan sosial wajib menunjukkan

nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat spesialisasinya

lebih tinggi dari pada provinsi Sulawesi Utara, artinya sektor ini merupakan salah

satu sektor basis unggulan yang ada didaerah Kabupaten Kepulauan Sangihe yang

mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan PDRB kabupaten

Kepulauan Sangihe, dan untuk trend dari sektor ini berfluktuasi tetapi di Tahun

2019 mengalami peningkatan yang pesat sementara dari hasil analisis LQ, sektor

Sektor Jasa dan Kegiatan Sosial menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai

dengan 2019 > 1 artinya tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi

Sulawesi Utara, yang artinya sektor ini mampu menunjang perekonomian di

59
Kabupaten Kepulauan Sangihe, dan trend dari sektor basisi ini menujukkan

pertumbuhan, walaupun mengalami beberapa kali fluktuasi.

4.2.2 Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Kepulauan Talaud

Analisis LocationQuotient (LQ) digunakan untuk mengetahui sektor-

sektor Ekonomi dalam PDRB atas dasar harga konstan yang dapat digolongkan ke

dalam sektor basis dan non basis. LQ Merupakan suatu perbandingan tentang

besarnya peranan suatu sektor di Kabupaten Kepulauan Talaud terhadap besarnya

peranan sektor tersebut di tingkat Provinsi Sulawesi Utara.

Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient Kabupaten Kepulauan Talaud
Dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Dari Tahun 2010-2019

SEKTOR 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

A. Pertanian, Kehutanan dan 2.057 2.0833 2.0779 2.0799 2.0878 2.131 2.1445 2.1426 2.1490 2.1171
Perikanan 3 4

B. Pertambangan dan 0.377 0.3763 0.3701 0.3718 0.3670 0.355 0.3539 0.3450 0.3363 0.3337
Penggalian 6 7
0.194 0.2012 0.1986 0.1970 0.1970 0.198 0.2035 0.2013 0.2057 0.2110
C. Industri Pengolahan 9 4
D. Pengadaan Listrik dan 1.954 2.1149 2.1290 2.1924 2.3057 2.351 2.3248 2.2951 2.2947 2.2862
Gas 2 6

E. Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, 0.068 0.0690 0.0691 0.0682 0.0684 0.068 0.0689 0.0707 0.0707 0.0703
Limbah dan Daur Ulang 4 9
0.966 0.8584 0.8718 0.8601 0.8900 0.897 0.9174 0.9261 0.9381 0.9586
F. Konstruksi 8 9

G. Perdagangan Besar dan


Eceran; Reparasi Mobil dan 1.016 1.0339 1.0782 1.0680 1.0700 1.073 1.0832 1.1023 1.1179 1.1279
Sepeda Motor 8 5

H. Transportasi dan 0.463 0.4803 0.4782 0.4804 0.4767 0.471 0.4619 0.4704 0.4672 0.4700
Pergudangan 5 6

I. Penyediaan Akomodasi 0.314 0.3208 0.3177 0.3173 0.3109 0.304 0.2921 0.2940 0.2966 0.3020
dan Makan Minum 7 5
J. Informasi dan Komunikasi 0.122 0.1250 0.1278 0.1278 0.1284 0.128 0.1258 0.1261 0.1296 0.1399

60
6 5

K. Jasa Keuangan dan 0.555 0.5692 0.5619 0.5814 0.5963 0.595 0.5974 0.6190 0.6550 0.6431
Asuransi 4 9
0.542 0.5446 0.5458 0.5496 0.5493 0.551 0.5550 0.5586 0.5581 0.5440
L. Real Estate 0 9
0.312 0.3028 0.2936 0.2845 0.2760 0.267 0.2677 0.2627 0.2564 0.2484
M,N. Jasa Perusahaan 3 0

O. Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan 1.371 1.4187 1.3655 1.3883 1.3903 1.379 1.4035 1.4295 1.4505 1.4606
dan Jaminan Sosial Wajib 4 8
0.397 0.4077 0.4130 0.4146 0.4154 0.410 0.4111 0.4139 0.4121 0.4079
P. Jasa Pendidikan 3 9

Q. Jasa Kesehatan dan 1.347 1.3828 1.3980 1.4073 1.4010 1.368 1.3483 1.3609 1.3468 1.3751
Kegiatan Sosial 6 1
0.364 0.3735 0.3656 0.3604 0.3580 0.346 0.3336 0.3324 0.3191 0.3035
R,S,T,U. Jasa Lainnya 8 4
PDRB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sumber : Data diolah MS Excel, 2010

Tabel 4.5
Perbandingan Sektor Basis (Unggulan) dan Non Basis (Bukan Unggulan)
Di Kabupaten Kepulauan Talaud Berdasarkan Hasil LQ

Sektor Rata-rata Keterangan


A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2.107075 Basis/unggulan
B. Pertambangan dan Penggalian 0.358730 non basis
C. Industri Pengolahan 0.200853 non basis
D. Pengadaan Listrik dan Gas 2.224866 Basis/unggulan
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
dan Daur Ulang 0.069282 non basis
F. Konstruksi 0.908506 non basis
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor 1.077158 Basis/unggulan
H. Transportasi dan Pergudangan 0.472005 non basis
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.307056 non basis
J. Informasi dan Komunikasi 0.128132 non basis
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0.597461 non basis
L. Real Estate 0.549891 non basis
M,N. Jasa Perusahaan 0.277151 non basis
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 1.405802 Basis/unggulan
P. Jasa Pendidikan 0.410387 non basis
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.373599 Basis/unggulan
R,S,T,U. Jasa Lainnya 0.345733 non basis
PDRB 1
Sumber : Data diolah MS Excel, 2010

61
Berdasarkan hasil perhitungan LQ dan tabel perbandingan sektor basis

diatas dapat dianalisis dan disimpulkan sebagai berikut : LQ lebih > 1, maka ini

merupakan sektor basis, artinya tingkat spesialisasi Kabupaten lebih tinggi dari

tingkat provinsi. Dan dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa yang menjadi

sektor unggulan dari ke 17 sektor yang pertama adalah sector pengadaan listrik

dan gas nilai rata-rata 2.224866, kemudian sektor pertanian, kehutanan dan

perikanan dengan nilai rata-rata 2.107075 hal ini memang sangat nampak jelas

karena kondisi geografis dari Kabupaten Kepulauan Talaud dilihat dari kondisi

tanah dan perairan yang tercakup besar. Kemudian sektor unggulan lainya adalah

sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dengan

nilai rata-rata LQ sebesar 1.405802, sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

sebesar 1.373599 dan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor dengan nilai rata-rata 1.077158.

Grafik 4.6
Trend Perkembangan Sektor Kabupaten Kepulauan
Tahun 2010-2019

62
Sumber : data diolah

Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor pertanian, Kehutanan dan Perikanan

menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat

spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi, sektor pertanian dapat bersaing

dengan sektor-sektor yang lain, tanaman perkebunan kelapa, cengkih dan pala

yang besar terhadap sektor pertanian, dan untuk sektor perkebunan, dan

perikanan dimana luas wilayah laut dan hasil yang ada di Kabupaten Talaud

mampu menunjang perekonomian Kabupaten Talaud. Tetapi dari trendnya di

tahun 2019 sedikit mengalami penurunan.

63
Sektor perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda motor

menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat

spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi, sektor ini dapat bersaing dengan

sektor-sektor yang lain, sektor ini menjadi salah satu sektor basis unggulan yang

mampu menunjang terhadap peningkatan PDRB yang ada di Kabupaten

Kepulauan Talaud, hal ini dapat terlihat dari bayaknya perdagangan komoditi

yang sesuai dengan nilai yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud. Dan dari

trendnya pertumbuhan sektor ini mengalami peningkatan sampai pada Tahun

2019.

Sektor pengadaan listrik dan gas menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010

sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari pada

provinsi Sulawesi Utara, pekembangan sektor listrik dan gas yang ada di

Kabupaten Kepulauan Talaud mampu menunjang akan meningkatnnya angka

PDRB di kabupaten kepulauan Talaud dan merupakan salah satu sektor basis

unggulan dan tren dari sektor ini mengalami penurunan dari Tahun 2017 sampai

pada akhir 2019.

Sektor administrasi pemerintahan dan pertahanan dan jaminan sosial wajib

menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat

spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi Sulawesi Utara, artinya sektor ini

merupakan salah satu sektor basis unggulan yang ada didaerah Kabupaten

Kepulauan Talaud yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan

64
peningkatan PDRB kabupaten Kepulauan Talaud, dan untuk trend dari sektor ini

berfluktuasi tetapi di Tahun 2019 mengalami peningkatan yang pesat.

Sektor Jasa dan Kegiatan Sosial menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010

sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari pada

provinsi Sulawesi Utara, yang artinya sektor ini mampu menunjang perekonomian

di Kabupaten Kepulauan Talaud, dan trend dari sektor basisi ini menujukkan

pertumbuhan, walaupun mengalami beberapa kali fluktuasi, dan di akhir tahun

2019 mengalami peningkatan.

4.2.3 Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Kepulauan


Siau Tagulandang Biaro (SITARO)

Analisis LocationQuotient (LQ) digunakan untuk mengetahui sektor-

sektor Ekonomi dalam PDRB atas dasar harga konstan yang dapat digolongkan ke

dalam sektor basis dan non basis. LQ Merupakan suatu perbandingan tentang

besarnya peranan suatu sektor di Kabupaten Kepulauan Talaud terhadap besarnya

peranan sektor tersebut di tingkat Provinsi Sulawesi Utara.

Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient Kabupaten Kepulauan Sitaro
Dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Dari Tahun 2010-2019

SEKTOR 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

A. Pertanian, Kehutanan dan 1.6607 1.704 1.7072 1.6914 1.7080 1.713 1.7273 1.7397 1.7519 1.7447
Perikanan 2 7
B. Pertambangan dan 0.6841 0.671 0.6650 0.6609 0.6405 0.627 0.6391 0.6224 0.6086 0.5979
Penggalian 9 7
C. Industri Pengolahan 0.0846 0.085 0.0831 0.0825 0.0847 0.084 0.0851 0.0818 0.0828 0.0867

65
3 7
0.6733 0.682 0.6775 0.6798 0.6387 0.615 0.5615 0.5725 0.5823 0.5632
D. Pengadaan Listrik dan Gas 6 0
E. Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur 0.6244 0.620 0.6133 0.6081 0.6127 0.628 0.6396 0.6361 0.6441 0.6316
Ulang 8 9
0.7626 0.765 0.8162 0.7988 0.7876 0.773 0.7779 0.7823 0.7769 0.7796
F. Konstruksi 5 9
G. Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan 1.1321 1.125 1.1225 1.1323 1.1403 1.146 1.1559 1.1704 1.1849 1.1777
Sepeda Motor 3 5
H. Transportasi dan 1.0135 1.031 1.0240 1.0565 1.0440 1.032 1.0117 1.0195 1.0069 1.0222
Pergudangan 2 7

I. Penyediaan Akomodasi dan 0.3715 0.357 0.3485 0.3391 0.3288 0.325 0.3149 0.3150 0.3197 0.3330
Makan Minum 3 9
0.1485 0.148 0.1468 0.1435 0.1404 0.137 0.1373 0.1353 0.1368 0.1381
J. Informasi dan Komunikasi 9 9
K. Jasa Keuangan dan 0.3923 0.386 0.3635 0.3570 0.3562 0.345 0.3329 0.3345 0.3403 0.3279
Asuransi 8 9
1.1556 1.157 1.1447 1.1554 1.1607 1.163 1.1731 1.1712 1.1515 1.1438
L. Real Estate 4 9
0.3437 0.339 0.3387 0.3320 0.3355 0.328 0.3323 0.3196 0.3064 0.3113
M,N. Jasa Perusahaan 8 1

O. Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial 1.6421 1.714 1.6925 1.7696 1.7533 1.817 1.8414 1.8578 1.8994 1.9398
Wajib 3 9
0.3582 0.355 0.3495 0.3429 0.3388 0.336 0.3376 0.3370 0.3750 0.3541
P. Jasa Pendidikan 4 5

Q. Jasa Kesehatan dan 1.5836 1.571 1.5426 1.5162 1.5047 1.503 1.5047 1.5113 1.4567 1.4569
Kegiatan Sosial 0 7
0.0754 0.075 0.0741 0.0740 0.0739 0.073 0.0727 0.0714 0.0680 0.0625
R,S,T,U. Jasa Lainnya 7 8
PDRB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sumber : Data diolah MS Excel, 2010

Tabel 4.7
Perbandingan Sektor Basis (Unggulan) dan Non Basis (Bukan Unggulan)

66
Di Kabupaten Kepulauan Sitaro Berdasarkan Hasil LQ

Sektor Rata-rata Keterangan


A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.71487 Basis/unggulan
B. Pertambangan dan Penggalian 0.64181 non basis
C. Industri Pengolahan 0.08412 non basis
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0.62463 non basis
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0.62596
dan Daur Ulang non basis
F. Konstruksi 0.78212 non basis
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 1.14880
dan Sepeda Motor Basis/unggulan
H. Transportasi dan Pergudangan 1.02622 Basis/unggulan
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.33537 non basis
J. Informasi dan Komunikasi 0.14135 non basis
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0.35373 non basis
L. Real Estate 1.15773 non basis
M,N. Jasa Perusahaan 0.32873 non basis
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 1.79282
Jaminan Sosial Wajib Basis/unggulan
P. Jasa Pendidikan 0.34849 non basis
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.51512 Basis/unggulan
R,S,T,U. Jasa Lainnya 0.07215 non basis
PDRB 1
Sumber : Data diolah MS Excel, 2010

Berdasarkan hasil perhitungan LQ dan tabel perbandingan sektor basis

diatas dapat dianalisis dan disimpulkan sebagai berikut : LQ lebih > 1, maka ini

merupakan sektor basis, artinya tingkat spesialisasi Kabupaten lebih tinggi dari

tingkat provinsi. Dan dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa yang menjadi

sektor unggulan dari ke 17 sektor yang pertama adalah Pertanian, kehutanan dan

perikanan dengan nilai rata-rata LQ 1.71487, sector Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor nilai rata-rata LQ sebesar 1.02622,

kemudian sektor Transportasi dan Pergudangan dengan nilai rata-rata LQ

2.107075, Sektor Real Estate dengan nilai rata-rata LQ sebesar 1.15773, sector

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dengan nilai

67
rata-rata LQ sebesar 1.79282 dan Kemudian sektor unggulan lainya adalah sektor

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dengan nilai rata-rata LQ sebesar 1.51512.

Grafik 4.7
Trend Perkembangan Sektor Kabupaten Kepulauan SITARO
Tahun 2010-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor pertanian, Kehutanan dan Perikanan

menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat

spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi, sektor pertanian dapat bersaing

dengan sektor-sektor yang lain, tanaman perkebunan kelapa, cengkih dan pala

68
yang merupakan salah satu kualitas pengahasil pala terbaik di dunia yang

memiliki kontribusi yang besar terhadap sektor pertanian, dan untuk sektor

perkebunan, dan perikanan dimana luas wilayah laut dan hasil yang ada di

Kabupaten Sitaro mampu menunjang perekonomian Kabupaten Sitaro. Tetapi dari

trendnya di tahun 2019 sedikit mengalami penurunan.

Hasil perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda motor

menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat

spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi, sektor ini dapat bersaing dengan

sektor-sektor yang lain, sektor ini menjadi salah satu sektor basis unggulan yang

mampu menunjang terhadap peningkatan PDRB yang ada di Kabupaten

Kepulauan Sitaro, hal ini dapat terlihat dari banyaknya perdagangan komoditi

yang sesuai dengan nilai yang ada di Kabupaten Kepulauan Sitaro. Dan dari

trendnya pertumbuhan sektor ini mengalami peningkatan sampai pada Tahun

2018 dan di tahun 2019 sedikit mengalami penurunan.

Sektor transportasi dan pergudangan menunjukkan nilai LQ dari tahun

2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari pada

provinsi Sulawesi Utara, pekembangan sektor transportasi dan pergudangan yang

ada di Kabupaten Kepulauan Sitaro mampu menunjang akan meningkatnnya

angka PDRB di kabupaten kepulauan Sitaro dan merupakan salah satu sektor

basis unggulan dan trend dari sektor ini berfluktuasi sebanyak 4 kali dan

mengalami penurunan sampi pada Tahun 2018 kemudian meningkat kembali di

Tahun 2019.

69
Sektor real estate menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan

2019 > 1 artinya tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi Sulawesi

Utara, artinya sektor ini merupakan salah satu sektor basis unggulan yang ada

didaerah Kabupaten Kepulauan Sitaro yang mampu mendorong pertumbuhan

ekonomi dan peningkatan PDRB kabupaten Kepulauan Sitaro, dan untuk trend

dari sektor ini mengalami penurunan sejak tahun 2017 sampai pada tahun 2019.

Sektor administrasi pemerintahan dan pertahanan dan jaminan sosial wajib

menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat

spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi Sulawesi Utara, artinya sektor ini

merupakan salah satu sektor basis unggulan yang ada didaerah Kabupaten

Kepulauan Sitaro yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan

peningkatan PDRB Kabupaten Kepulauan Sitaro, dan untuk trend dari sektor ini

berfluktuasi tetapi di Tahun 2019 mengalami peningkatan yang pesat.

Sektor Jasa dan Kegiatan Sosial menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010

sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari pada

provinsi Sulawesi Utara, yang artinya sektor ini mampu menunjang perekonomian

di Kabupaten Kepulauan Sitaro, dan trend dari sektor basis ini menujukkan

adanya penurunan sampai pada tahun 2019.

70
4.2.4 Perbandingan Sektor Basis/Unggulan Kabupaten Kepulauan Nusa
Utara
Grafik 4.8
Perbandingan nilai rata-rata sektor basis Kabupaten Kepulauan Nusa Utara

Berdasarkan grafik perbandingan rata-rata dari sektor basis yang ada di

Kabupaten Nusa Utara jika dilihat bahwa dari sektor-sektor diantaranya sektor

yang merupakan salah satu sektor unggulan adalah sektor pertanian, kehutanan

dan perikanan dengan nilai rata-rata LQ lebih besar adalah Kabupaten Sangihe

dengan komoditas hasil pertanian khusus tanaman cengkih, pala dan kopra, dan

untuk daerah Sitaro dengan hasil pertanian yang terkenal di seluruh dunia dengan

kualitas pala terbaik ke dua didunia, mampu memberikan dampak terhadap

perkembangan perekonomian daerah, dan untuk sektor perdagangan besar dan

eceran reparasi mobil dan sepeda motor yang terbesar ada di Kabupaten Sitaro,

sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib adalah

adalah Kabupaten Kepulauan Sangihe karena cakupan wilayah yang lebih besar

71
dan untuk fasilitas pemerintahan lebih banyak karena berdasarkan sejarah daerah

yang ada Kabupaten ini merupakan daerah yang awalnya pusat pemerintahan di

daerah Kabupaten Kepulauan Nusa Utara sebelum di lakukannya pemekaran.

4.2.5 Hasil Shift Share Kabupaten Kepulauan Nusa Utara

Analisis shift share dengan pendekatan klasik yang menunjukkan secara

keseluruhan sektor di Kabupaten Kepulauan Nusa Utara memiliki nilai komponen

Nij yang positif. Hal ini menggambarkan pertumbuhan sektor-sektor tersebut

secara positif dipengaruhi oleh pertumbuhan Provinsi. Dalam hal ini kebijakan

umum yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal pengembanghan dan

peningkatan produksi maupun pendapatan berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan sektor pembangunan di Nusa Utara.

Grafik 4.9
Shift Share Kabupaten Nusa Utara

Sumber : data diolah

72
Berdasarkan grafik yang ada dapat dilihat bahwa 3 Kabupaten Kepulauan

Nusa Utara di antaranya Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro

menunjukkan bahwa nilai masing-masing daerah ini bervariasi dan untuk hasil

total dari pertumbuhan sektor dari wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah

sebesar 1.066501, sementara untuk Kabupaten Kepulauan Talaud 1066501 dan

untuk Kabupaten Kepulaan Sitaro menunjukkan angka tertinggi jika di

bandingkan dengan Kabupaten sebelumnya, hal ini menujukkan bawha

perkembangan yang ada di Kabupaten Kepulauan Sitaro mengalami peningkatan

yang lebih cepat dan memiliki daya saing sektor ekonomi yang lebih baik dari

pada Kabupaten Kepulauan lainnya yang ada di Nusa Utara. Sementara untuk

bauran industry sektor di wilayah Kabupaten Kepulauan Nusa Utara Kabupaten

Sitaro masih menjadi Kabupaten dengan nilai tertiggi di bandingkan dengan

Sangihe dan Talaud, dan berdasarkan hasil dari Cij memilik hasil yang negative

yang artinya nilai dari masing-masing Kabupaten Kepulauan Nusa Utara tidak

memiliki keunggulan yang kompetitif, dan dari hasil perubahan regional sektor

pergeseran dari Kabupaten Kepulauan Sitaro memiliki nilai yang paling besar

yakni 2.033669 rupiah. Perkembangan yang terjadi sangat pesat di Kabupaten

Sitaro menggambarkan keberhasilan daerah tersebut didalam meningkatkan

perekonomian yang ada serta mempu menunjang pertumbuhan ekonomi yang

lebih pesat, hal ini juga dikarenakan adanya pemabangunan sarana diantaranya

pembangunan Bandara yang lebih mempermudah akses ekspor dan impor

barang/jasa di Kabupaten Kepulauan Sitaro, selain itu kualitas dari komoditas

73
pertanian di Sitaro terlebih untuk hasil pala yang merupakan komoditas andalan

bagi daerah ini.

Kondisi perekonomian masing-masing dari Kabupaten Kepulauan Nusa

Utara termasuk di dalamnya daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud, dan

Siau Tagulandang, Biaro (Sitaro) bervariasi berdasarkan input dari masing-masing

sector yang pada dasarnya mampu menunjang akan pertumbuhan ekonomi yang

ada di masing-masing Kabupaten. Perbandingan dari Kondisi perekonomian ini

dapat kita lihat dari lajunya pertumbuhan Ekonomi masing-masing Kabupaten

pada gambar berikut :

Gambar 4.10
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kepulauan Nusa Utara
Tahun 2011-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan gambar dapat di lihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi

tertinggi adalah Kabupaten Kepulauan Sitaro, gambaran umum perekonomian

daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, setidaknya terlihat dari

beberapa indikator, seperti angka pertumbuhan ekonomi dan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). Oleh sebab itu, sebagai gambaran kemampuan ekonomi

74
secara makro di Kabupaten Induk maupun di Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro dapat dilihat pada capaian PAD, laju pertumbuhan ekonomi,

PDRB perkapita serta keunggulan sektor ekonomi tertentu. Khusus mengenai

sejumlah sektor unggulan Pemkab. Sitaro saat sekarang sedang mengupayakan

dalam jangka pendek (sekitar 1 tahun sampai 2 tahun mendatang) struktur

perekonomian daerah akan menunjukkan transformasi yang signifikan dari sektor

primer ke sektor sekunder atau jasa. Diprediksi dengan terbentuknya Kabupaten

Siau Taguladang Biaro dalam jangka pendek akan cenderung menyebabkan

peningkatan laju pertumbuhan penduduk, efisiensi perdagangan dan pelayanan

umum serta peningkatan arus barang dan jasa. Dengan demikian pada kisaran

waktu jangka menengah (3 tahun sampai dengan 5 tahun mendatang) diprediksi

akan terjadi pergeseran peran dari sektor primer ke sektor sekunder secara

signifikan, dan sesuai data yang ditampilkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Sitaro meningkat bahkan lebih tinggi di bandingkan Kabupaten induk Sangihe dan

Talaud. Untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi di Kabupaten/Kepulauan Sangihe permerintah daerah harus lebih

mampu memanfaatkan sumber daya ekonomi secara optimal dengan melihat

sektor-sektor apa yang basis ataupun potensial dalam mendorong dan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi didaerah. Kabupaten/Kepulauan Sangihe di

kenal dengan sumber daya yang melimpah di bidang pertanian dengan luas lahan

yang masih bisa dikembangkan, kehutanannya maupun sumber daya alam di

bidang perikanan dan sumber-sumber potensi lainnya. Dengan potensi sumber

daya alam yang banyak ini diharapkan pemerintah daerah lebih mengoptimalkan

75
lagi potensi-potensi yang ada dengan program-program perencanaan

pembangunan yang lebih di khususkan lagi dengan kondisi yang ada di daerah

tersebut, sehingga bisa meningkatkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang

semakin lebih baik lagi. Pemerintah juga seharusnya lebih inisiatif lagi untuk

mengelolah sektor potensial dengan cara membangun sektor potensial yang bisa

memberikan multiplier effect terhadap sektor lain sehingga pembangunan

beberapa sektor unggulan lainnya akan memiliki dampak terhadap sector-sektor

lain dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

76
4.2.6 Hasil Tipologi Klassen Kabupaten Kepulauan Sangihe

Tabel 4.8
Kontribusi Sektoral Terhadap Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2010-2019

Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan 22.13 22.02 22.05 21.46 20.74 20.25 19.90 19.44 19.48 22.13
Pertambangan dan
Penggalian 4.90 4.89 4.84 4.87 4.98 4.89 5.02 5.15 5.29 4.90
Industri Pengolahan 11.14 11.18 11.06 10.76 10.42 9.92 10.08 9.93 9.43 11.14
Pengadaan Listrik dan
Gas 0.09 0.09 0.10 0.11 0.11 0.13 0.12 0.12 0.13 0.09
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur
Ulang 0.15 0.15 0.15 0.14 0.14 0.13 0.13 0.12 0.12 0.15
Konstruksi 12.65 12.48 12.71 12.66 13.09 13.19 13.33 13.47 13.49 12.65
Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor 12.56 12.36 12.51 12.86 12.83 12.82 12.73 12.70 13.08 12.56
Transportasi dan
Pergudangan 8.08 8.10 8.11 8.42 8.53 8.76 8.71 8.86 8.85 8.08
Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum 2.01 2.03 2.06 2.14 2.19 2.32 2.33 2.32 2.26 2.01
Informasi dan
Komunikasi 4.20 4.24 4.32 4.44 4.56 4.69 4.72 4.80 4.91 4.20
Jasa Keuangan dan
Asuransi 3.61 3.76 3.76 3.63 3.56 4.00 4.01 3.80 3.73 3.61
Real Estate 3.54 3.56 3.57 3.65 3.70 3.73 3.76 3.82 3.78 3.54
Jasa Perusahaan 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.09 0.09 0.08
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 6.99 7.18 6.82 6.99 7.18 7.08 7.02 6.97 6.60 6.99
Jasa Pendidikan 2.58 2.57 2.54 2.49 2.51 2.51 2.49 2.57 2.72 2.58
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 3.73 3.75 3.75 3.74 3.81 3.87 3.92 4.09 4.15 3.73
Jasa Lainnya 1.57 1.58 1.58 1.55 1.57 1.61 1.64 1.73 1.90 1.57
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : data diolah

77
Tabel 4.9
Kontribusi Sektoral Terhadap Kabupaten Kepulauan Sangihe
Tahun 2010-2019

Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan 31.74 31.98 32.04 31.28 30.67 29.77 29.16 28.50 28.23 31.74
Pertambangan dan
Penggalian 4.18 4.18 4.15 4.10 4.10 4.08 4.08 4.14 4.20 4.18
Industri Pengolahan 5.07 5.02 4.98 4.86 4.72 4.61 4.59 4.58 4.36 5.07
Pengadaan Listrik dan
Gas 0.05 0.05 0.06 0.06 0.06 0.07 0.07 0.07 0.07 0.05
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur
Ulang 0.08 0.08 0.09 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08
Konstruksi 8.78 8.77 8.77 8.79 9.31 9.41 9.57 9.71 9.84 8.78
Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor 14.09 13.73 14.25 14.89 14.95 15.03 15.33 15.63 16.07 14.09
Transportasi dan
Pergudangan 7.10 7.11 7.14 7.35 7.41 7.46 7.58 7.70 8.03 7.10
Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum 0.62 0.62 0.63 0.64 0.63 0.63 0.64 0.65 0.65 0.62
Informasi dan
Komunikasi 1.16 1.17 1.18 1.20 1.21 1.22 1.25 1.29 1.34 1.16
Jasa Keuangan dan
Asuransi 4.17 4.27 4.15 4.13 4.03 4.89 4.67 4.37 4.19 4.17
Real Estate 4.15 4.17 4.19 4.24 4.27 4.29 4.34 4.40 4.47 4.15
Jasa Perusahaan 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 11.46 11.48 11.02 11.16 11.19 11.08 11.20 11.32 10.73 11.46
Jasa Pendidikan 2.54 2.53 2.50 11.16 2.47 2.44 2.44 2.45 2.45 2.54
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 4.08 4.13 4.15 4.08 4.20 4.23 4.29 4.39 4.54 4.08
Jasa Lainnya 0.68 0.68 0.68 0.65 0.68 0.68 0.68 0.69 0.71 0.68
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : data diolah

78
Berdasarkan hasil analisis tipologi klassen, dapat dilihat dari kontirbusi

masing-masing sector baik Provinsi Sulawesi Utara maupun Kabupaten

Kepulauan Sangihe dapat dilihat mana yang merupakan sector prima, potensial

dan tekebelakang.

Tabel 4.10
Hasil Tipologi Klassen Kabupaten Sangihe

Sektor Keterangan Gambar


1. Pertanian, gi = 3.28% < g = 3.93%
Kehutanan dan si = 30.38% > s = 20.83%
Perikanan Sektor Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan
merupakan sektor yang
berkembang dan potensial

2. Sektor gi = 5.92% < g = 7.39%


Pertambangan si = 4.13% < s = 4.98%
dan Penggalian Sektor Pertambangan dan
Penggalian merupakan
Sektor yang terkebelakang

3. Sektor Industri gi = 4.21% < g = 4.40%


Pengolahan si = 4.75% < s = 10.44%
Sektor Industri
Pengolahan merupakan
Sektor yang terkebelakang

79
Sektor Keterangan Gambar
4. Sektor gi =10.51% < g = 10.72%
Pengadaan si = 0.06% < s = 0.11%
Listrik dan Gas Sektor Pengadaan Listrik
dan Gas merupakan
Sektor yang terkebelakang

5. Sektor gi = 4.47% > g = 4.22%


Pengadaan Air, si = 0.08% < s = 0.14%
Pengelolaan Sektor Pengadaan Air,
Sampah, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Limbah dan Daur Ulang
Daur Ulang merupakan Sektor yang
masih bias berkembang
atau potensial
6. Sektor gi = 7.19% < g = 7.45%
Konstruksi si = 9.22% < s = 13.01%
Sektor Konstruksi
merupakan Sektor yang
terkebelakang

7. Sektor gi = 7.64% > g = 7.22%


Perdagangan si = 14.89% > s = 12.72%
Besar dan Sektor Perdagangan Besar
Eceran; dan Eceran; Reparasi
Reparasi Mobil Mobil dan Sepeda Motor
dan Sepeda merupakan Sektor prima
Motor

8. Sektor gi = 7.27% < g =7,54%


Transportasi si = 7.43% < s = 8.49%
dan Sektor Transportasi dan
Pergudangan Pergudangan merupakan
Sektor yang terkebelakang

80
Sektor Keterangan Gambar
9. Sektor gi = 6.23% < g =7.72%
Penyediaan si = 0.64% < s = 2.19%
Akomodasi Sektor Penyediaan
dan Makan Akomodasi dan Makan
Minum Minum merupakan
sektor tekebelakang

10. Sektor gi = 7.61% < g =8.33%


Informasi dan si = 1.22% < s = 4.54%
Komunikasi Sektor Informasi dan
Komunikasi merupakan
merupakan Sektor yang
terkebelakang

11. Sektor Jasa gi = 6.34% < g =7.18%


Keuangan dan si = 4.32> s = 3.76%
Asuransi Sektor Jasa Keuangan
dan Asuransi
merupakan Sektor yang
masih bisa berkembang
atau potensial

12. Sektor Real gi = 6.69% < g =7.26%


Estate si = 4.28% > s = 3.68%
Sektor Real Estate
merupakan Sektor yang
masih bisa berkembang
atau potensial

81
Sektor Keterangan Gambar
13. Sektor Jasa gi = 7.74% < g =8.16%
Perusahaan si = 0.02% < s = 0,08%
Sektor Jasa Perusahaan
merupakan Sektor yang
masih bisa berkembang
atau potensial

14. Sektor gi = 5.01% < g =5.44%


Administrasi si = 11.18% > s =6.98%
Pemerintahan, Sektor Administrasi
Pertahanan dan Pemerintahan, Pertahanan
Jaminan Sosial dan Jaminan Sosial Wajib
Wajib merupakan Sektor yang
masih bisa berkembang
atau potensial
15. Sektor Jasa gi = 36.72% > g = 6,92%
Pendidikan si = 3.44% > s = 2,55%
Sektor Jasa Pendidikan
merupakan Sektor prima

16. Sektor Jasa gi = 7.20% > g =7.92%


Kesehatan dan si = 4.23% > s =3.87%
kegiatan social Sektor Jasa Kesehatan dan
kegiatan sosial merupakan
Sektor prima

17. Sektor Jasa gi = 6.36% < g =8.94%


Lainnya si = 0.68% < s =1.64%
Sektor Jasa Lainnya
merupakan Sektor yang
terkebelakang

82
4.2.7 Hasil Tipologi Klassen Kabupaten Kepulauan Talaud

Tabel 4.11
Kontribusi Sektoral Terhadap Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2010-2019

Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan 22.13 22.02 22.05 21.46 20.74 20.25 19.90 19.44 19.48 20.83
Pertambangan dan
Penggalian 4.90 4.89 4.84 4.87 4.98 4.89 5.02 5.15 5.29 4.98
Industri Pengolahan 11.14 11.18 11.06 10.76 10.42 9.92 10.08 9.93 9.43 10.44
Pengadaan Listrik dan
Gas 0.09 0.09 0.10 0.11 0.11 0.13 0.12 0.12 0.13 0.11
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 0.15 0.15 0.15 0.14 0.14 0.13 0.13 0.12 0.12 0.14
Konstruksi 12.65 12.48 12.71 12.66 13.09 13.19 13.33 13.47 13.49 13.01
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor 12.56 12.36 12.51 12.86 12.83 12.82 12.73 12.70 13.08 12.72
Transportasi dan
Pergudangan 8.08 8.10 8.11 8.42 8.53 8.76 8.71 8.86 8.85 8.49
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 2.01 2.03 2.06 2.14 2.19 2.32 2.33 2.32 2.26 2.19
Informasi dan
Komunikasi 4.20 4.24 4.32 4.44 4.56 4.69 4.72 4.80 4.91 4.54
Jasa Keuangan dan
Asuransi 3.61 3.76 3.76 3.63 3.56 4.00 4.01 3.80 3.73 3.76
Real Estate 3.54 3.56 3.57 3.65 3.70 3.73 3.76 3.82 3.78 3.68
Jasa Perusahaan 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.09 0.09 0.08
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib 6.99 7.18 6.82 6.99 7.18 7.08 7.02 6.97 6.60 6.98
Jasa Pendidikan 2.58 2.57 2.54 2.49 2.51 2.51 2.49 2.57 2.72 2.55
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 3.73 3.75 3.75 3.74 3.81 3.87 3.92 4.09 4.15 3.87
Jasa Lainnya 1.57 1.58 1.58 1.55 1.57 1.61 1.64 1.73 1.90 1.64
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : data diolah

83
Tabel 4.12
Kontribusi Sektoral Terhadap Kabupaten Kepulauan Talaud
Tahun 2010-2019

Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan 46.11 45.75 45.87 44.81 44.20 43.43 42.64 41.77 41.23 43.98
Pertambangan dan
Penggalian 1.84 1.81 1.80 1.79 1.77 1.73 1.73 1.73 1.77 1.77
Industri Pengolahan 2.24 2.22 2.18 2.12 2.07 2.02 2.03 2.04 1.99 2.10
Pengadaan Listrik dan
Gas 0.18 0.19 0.22 0.25 0.27 0.29 0.29 0.28 0.29 0.25
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Konstruksi 10.86 10.88 10.93 11.27 11.75 12.10 12.34 12.64 12.93 11.75
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor 12.99 13.32 13.36 13.76 13.78 13.89 14.03 14.20 14.75 13.79
Transportasi dan
Pergudangan 3.88 3.87 3.89 4.01 4.02 4.05 4.10 4.14 4.16 4.01
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 0.64 0.65 0.65 0.67 0.67 0.68 0.68 0.69 0.68 0.67
Informasi dan
Komunikasi 0.53 0.54 0.55 0.57 0.59 0.59 0.60 0.62 0.69 0.59
Jasa Keuangan dan
Asuransi 2.05 2.12 2.19 2.17 2.12 2.39 2.48 2.49 2.40 2.27
Real Estate 1.93 1.94 1.96 2.00 2.04 2.07 2.10 2.13 2.06 2.03
Jasa Perusahaan 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib 9.91 9.80 9.47 9.72 9.91 9.94 10.04 10.11 9.63 9.84
Jasa Pendidikan 1.05 1.06 1.05 1.03 1.03 1.03 1.03 1.06 1.11 1.05
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 5.15 5.24 5.27 5.25 5.21 5.22 5.33 5.51 5.70 5.32
Jasa Lainnya 0.59 0.58 0.57 0.56 0.54 0.54 0.55 0.55 0.58 0.56
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : data diolah

Berdasarkan hasil analisis tipologi klassen, dapat dilihat dari kontirbusi

masing-masing sector baik Provinsi Sulawesi Utara maupun Kabupaten

Kepulauan Talaud dapat dilihat mana yang merupakan sector maju, potensial

berkembang ataupun terkebelakang, berikut penjelasannya :

84
Tabel 4.13
Hasil Tipologi Klassen Kabupaten Talaud

Sektor Keterangan Gambar


1. Pertanian, gi = 2.95% < g = 3.93%
Kehutanan dan si = 43.98% > s = 20.83%
Perikanan Sektor Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan merupakan
Sektor yang masih bisa
berkembang atau potensial

2. Sektor gi = 4.59 % < g = 7.39 %


Pertambangan si = 1.77 % < s = 4.98 %
dan Penggalian Sektor Pertambangan dan
Penggalian merupakan Sektor
yang terkebelakang

3. Sektor Industri gi = 3.98 % < g = 4.40 %


Pengolahan si = 2.10 % < s = 10.44%
Sektor Industri Pengolahan
merupakan Sektor yang
terkebelakang

85
Sektor Keterangan Gambar
4. Sektor gi = 11.29 % > g = 10.72 %
Pengadaan si = 0.25 % > s = 0.11 %
Listrik dan Gas Sektor Pengadaan Listrik dan
Gas merupakan Sektor yang
maju atau berkembang pesat

5. Sektor gi = 3.22 % < g = 4.22 %


Pengadaan Air, si = 0.01 % < s = 0.14 %
Pengelolaan Sektor Pengadaan Air,
Sampah, Pengelolaan Sampah, Limbah
Limbah dan dan Daur Ulang merupakan
Daur Ulang Sektor terkebelakang

6. Sektor gi = 6.07 % < g = 7.45%


Konstruksi si = 11.75 % < s = 13.01%
Sektor Konstruksi merupakan
Sektor yang terkebelakang

7. Sektor gi = 7.09 % < g = 7.22%


Perdagangan si = 13.79 % > s = 12.72%
Besar dan Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran; Eceran; Reparasi Mobil dan
Reparasi Mobil Sepeda Motor merupakan
dan Sepeda Sektor berkembang dan
Motor potensial

8. Sektor gi = 6.13% < g =7.32%


Transportasi si = 4.01% < s = 8.49%
dan Sektor Transportasi dan
Pergudangan Pergudangan merupakan Sektor
yang terkebelakang

86
Sektor Keterangan Gambar
9. Sektor gi = 5.85% < g =7.72%
Penyediaan si = 0.67% < s = 2.19%
Akomodasi dan Sektor Penyediaan Akomodasi
Makan Minum dan Makan Minum merupakam
sector yang terkebelakang

10. Sektor gi = 8.58% > g =8.33%


Informasi dan si = 0.59 % < s = 4.54%
Komunikasi Sektor Informasi dan
Komunikasi merupakan
merupakan Sektor yang masih
bias berkembang atau potensial

11. Sektor Jasa gi = 7.54% > g =7.18%


Keuangan dan si = 2.27< s = 3.76%
Asuransi Sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi merupakan Sektor
yang masih bisa berkembang
atau potensial

12. Sektor Real gi = 5.96% < g =7.26%


Estate si = 2.03% < s = 3.68%
merupakan Sektor Real Estate merupakan
Sektor yang terkebelakang

13. Sektor Jasa gi = 4.12% < g =8.16%


Perusahaan si = 0.02% < s = 0,08%
Sektor Jasa Perusahaan
merupakan Sektor yang masih
bisa berkembang atau potensial

87
Sektor Keterangan Gambar
14. Sektor gi = 4.82% < g =5.44%
Administrasi si = 9.84% > s =6.98%
Pemerintahan, Sektor Administrasi
Pertahanan dan Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Jaminan Sosial Wajib
Wajib merupakan Sektor yang masih
bisa berkembang atau potensial

15. Sektor Jasa gi = 5.88% < g = 6,92%


Pendidikan si = 1.05% < s = 2,55%
Sektor Jasa Pendidikan
merupakan Sektor
terkebelakang

16. Sektor Jasa gi = 6.81% <g =7.92%


Kesehatan dan si = 5.32% > s =3.87%
kegiatan social Sektor Jasa Kesehatan dan
kegiatan sosial merupakan
Sektor yang berkembang dan
potensial

17. Sektor Jasa gi = 5.38% < g =8.94%


Lainnya si = 0.56% < s =1.64%
Sektor Jasa Lainnya merupakan
Sektor yang terkebelakang

88
4.2.8 Hasil Tipologi Klassen Kabupaten Kepulauan Sitaro

Tabel 4.14
Kontribusi Sektoral Terhadap Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2010-2019

Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan 22.13 22.02 22.05 21.46 20.74 20.25 19.90 19.44 103.65 22.13
Pertambangan dan
Penggalian 4.90 4.89 4.84 4.87 4.98 4.89 5.02 5.15 150.82 4.90
Industri Pengolahan 11.14 11.18 11.06 10.76 10.42 9.92 10.08 9.93 5.56 11.14
Pengadaan Listrik
dan Gas 0.09 0.09 0.10 0.11 0.11 0.13 0.12 0.12 162.19 0.09
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur
Ulang 0.15 0.15 0.15 0.14 0.14 0.13 0.13 0.12 78.05 0.15
Konstruksi 12.65 12.48 12.71 12.66 13.09 13.19 13.33 13.47 102.68 12.65
Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor 12.56 12.36 12.51 12.86 12.83 12.82 12.73 12.70 155.98 12.56
Transportasi dan
Pergudangan 8.08 8.10 8.11 8.42 8.53 8.76 8.71 8.86 97.10 8.08
Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum 2.01 2.03 2.06 2.14 2.19 2.32 2.33 2.32 49.55 2.01
Informasi dan
Komunikasi 4.20 4.24 4.32 4.44 4.56 4.69 4.72 4.80 141.02 4.20
Jasa Keuangan dan
Asuransi 3.61 3.76 3.76 3.63 3.56 4.00 4.01 3.80 66.31 3.61
Real Estate 3.54 3.56 3.57 3.65 3.70 3.73 3.76 3.82 79.46 3.54
Jasa Perusahaan 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.09 128.10 0.08
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 6.99 7.18 6.82 6.99 7.18 7.08 7.02 6.97 -0.64 6.99
Jasa Pendidikan 2.58 2.57 2.54 2.49 2.51 2.51 2.49 2.57 213.25 2.58
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 3.73 3.75 3.75 3.74 3.81 3.87 3.92 4.09 125.95 3.73
Jasa Lainnya 1.57 1.58 1.58 1.55 1.57 1.61 1.64 1.73 278.26 1.57
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : data diolah

89
Tabel 4.15
Kontribusi Sektoral Terhadap Kabupaten Kepulauan Sitaro
Tahun 2010-2019

Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan 37.72 37.58 37.30 36.66 35.54 34.98 34.62 34.05 33.98 37.72
Pertambangan dan
Penggalian 3.29 3.25 3.20 3.12 3.12 3.13 3.13 3.14 3.17 3.29
Industri Pengolahan 0.95 0.93 0.91 0.91 0.88 0.84 0.82 0.82 0.82 0.95
Pengadaan Listrik dan
Gas 0.06 0.06 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.06
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur
Ulang 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.08 0.08 0.08 0.09
Konstruksi 9.69 10.19 10.15 9.97 10.13 10.26 10.43 10.47 10.52 9.69
Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor 14.14 13.87 14.17 14.66 14.71 14.82 14.90 15.05 15.41 14.14
Transportasi dan
Pergudangan 8.33 8.29 8.56 8.79 8.81 8.87 8.88 8.92 9.05 8.33
Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum 0.72 0.71 0.70 0.71 0.71 0.73 0.73 0.74 0.75 0.72
Informasi dan
Komunikasi 0.63 0.62 0.62 0.62 0.63 0.64 0.64 0.66 0.68 0.63
Jasa Keuangan dan
Asuransi 1.40 1.37 1.34 1.29 1.23 1.33 1.34 1.29 1.22 1.40
Real Estate 4.10 4.07 4.12 4.24 4.31 4.38 4.41 4.40 4.32 4.10
Jasa Perusahaan 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 11.98 12.15 12.07 12.26 13.05 13.04 13.05 13.24 12.80 11.98
Jasa Pendidikan 0.92 0.90 0.87 0.84 0.84 0.85 0.84 0.96 0.96 0.92
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 5.85 5.78 5.68 5.63 5.72 5.83 5.92 5.96 6.04 5.85
Jasa Lainnya 0.12 0.12 0.12 0.11 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : data diolah

90
Berdasarkan hasil analisis tipologi klassen, dapat dilihat dari kontirbusi

masing-masing sector baik Provinsi Sulawesi Utara maupun Kabupaten

Kepulauan Sitaro dapat dilihat mana yang merupakan sector maju, potensial

berkembang ataupun terkebelakang, berikut penjelasannya :

Tabel 4.16
Hasil Tipologi Klassen Kabupaten Sitaro

Sektor Keterangan Gambar


1. Pertanian, gi = 5.50% > g = 3.93%
Kehutanan dan si = 35.83% > s = 30.18%
Perikanan Sektor Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan merupakan
Sektor maju pesat

2. Sektor gi = 6.81% < g = 7.39 %


Pertambangan si = 3.17% < s = 21.15%
dan Penggalian Sektor Pertambangan dan
Penggalian merupakan Sektor
yang terkebelakang

3. Sektor Industri gi = 5.67% > g = 4.40%


Pengolahan si = 0.88% < s = 10.01%
Sektor Industri Pengolahan
merupakan Sektor berkembang
dan potensial

Sektor Keterangan Gambar

91
4. Sektor gi = 9.54% < g = 10.72%
Pengadaan si = 0.07% < s = 18.12%
Listrik dan Gas Sektor Pengadaan Listrik dan
Gas merupakan Sektor yang
terkebelakang

5. Sektor gi = 5.36% >g = 4.22%


Pengadaan Air, si = 0.09% < s = 8.79%
Pengelolaan Sektor Pengadaan Air,
Sampah, Pengelolaan Sampah, Limbah
Limbah dan dan Daur Ulang merupakan
Daur Ulang Sektor berkembang dan
potensial

6. Sektor gi = 8.77% > g = 7.45 %


Konstruksi si = 10.20 % < s = 22.92%
Sektor Konstruksi merupakan
Sektor berkembang dan
potensial

7. Sektor gi = 8.73 % < g = 7.22 %


Perdagangan si = 14.64 % > s = 28.60 %
Besar dan Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran; Eceran; Reparasi Mobil dan
Reparasi Mobil Sepeda Motor merupakan
dan Sepeda Sektor berkembang dan
Motor potensial

8. Sektor gi = 8.46 % > g = 7.32 %


Transportasi si = 8.72 % < s = 18.30 %
dan Sektor Transportasi dan
Pergudangan Pergudangan merupakan Sektor
yang berkembang dan potensial

Sektor Keterangan Gambar

92
9. Sektor gi = 7.43 % < g = 7.72 %
Penyediaan si = 0.72 % < s = 7.44 %
Akomodasi dan Sektor Penyediaan Akomodasi
Makan Minum dan Makan Minum merupakam
sector yang terkebelakang

10. Sektor gi = 8.50 % > g =8.33%


Informasi dan si = 0.64 % < s = 19.67 %
Komunikasi Sektor Informasi dan
Komunikasi merupakan
merupakan Sektor yang masih
bias berkembang atau potensial

11. Sektor Jasa gi = 6.04 % < g =7.18%


Keuangan dan si = 1.31 < s = 3.76%
Asuransi Sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi merupakan Sektor
yang terkebelakang

12. Sektor Real gi = 8.17 % > g =7.26%


Estate si = 4.26 % > s = 3.68%
Sektor Real Estate merupakan
Sektor yang maju pesat

13. Sektor Jasa gi = 8.02 % < g =8.16%


Perusahaan si = 0.03 % < s = 0,08%
Sektor Jasa Perusahaan
merupakan Sektor
terkebelakang

Sektor Keterangan Gambar

93
14. Sektor gi = 8.43 % > g =5.44%
Administrasi si = 12.63 % > s = 6.18 %
Pemerintahan, Sektor Administrasi
Pertahanan dan Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Jaminan Sosial Wajib
Wajib merupakan Sektor yang maju
pesat

15. Sektor Jasa gi = 7.90 % > g = 6,92%


Pendidikan si = 0.89 % < s = 25.95 %
Sektor Jasa Pendidikan
merupakan Sektor yang
berkembang dan potensial

16. Sektor Jasa gi = 7.95 % >g =7.92%


Kesehatan dan si = 5.82 % < s = 17.40 %
kegiatan social Sektor Jasa Kesehatan dan
kegiatan sosial merupakan
Sektor yang berkembang dan
potensial

17. Sektor Jasa gi = 7.70 % < g = 8.94 %


Lainnya si = 0.12 % < s = 32.34 %
Sektor Jasa Lainnya merupakan
Sektor yang terkebelakang

4.3 Perbandingan Kondisi Ekonomi Kabupaten Kepulauan Nusa Utara

94
Gambar 4.11
Rata-rata Sektor Kabupaten Kepulauan Nusa Utara Tahun 2011-2019

Sumber : Data diolah

Sektor-sektor ekonomi Kabupaten Kepulauan Nusa Utara jika

dibandingkan masing-masing bervariasi, dan untuk Kabupaten Kepulauan

Sangihe nilai rata-rata yang terbesar adalah sector jasa pendidikan, dan sector

dengan nilai yang terkecil adalah sector pertanian, perikanan dan kehutanan dan

untuk Kabupaten Talaud, sektor pengadaan listrik dan gas dan untuk sektor yang

memiliki nilai terkecil adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, dan

untuk Kabupaten kepulauan Sitaro sektor yang memiliki nilai terbesar adalah

sektor pengadaan listrik dan gas dan untuk sektor dengan nilai terkecil adalah

sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang.

95
Gambar 4.12
Presentase Rata-rata Total Pertumbuhan PDRB Kabupaten Nusa Utara

Sumber : data diolah

Jika dilihat perbandingan dari persentasi total nilai rata-rata Kabupaten

Kepulauan Nusa Utara, Sitaro memiliki nilai persentase lebih besar yaitu sekitar

41 persen, sementara Sangihe memperoleh nilai presentase sebesar 31 persen dan

Talau dengan nilai presentase 28 persen. Perkembangan nilai pertumbuhan PDRB

Kabupaten Nusa Utara diharapkan mampu menunjang dan mendorong

peningkatan perekonomian wilayah Provinsi Utara agar menjadi lebih baik, harga

komoditas utama Bumi Nyiur Melambai mulai menunjukkan trend positif sejak

Oktober 2019. Selain itu, potensi penyesuaian kebijakan perikanan akan menjadi

pendorong kinerja lapangan usaha (LU) pertanian dan industri pengolahan serta

ekspor dari sisi permintaan. Di sisi lain, kinerja sektor transportasi diperkirakan

akan menguat. Optimisme itu sejalan dengan adaptasi masyarakat terhadap

kisaran harga tiket pesawat dan peningkatan aksesibilitas di wilayah Sulut.

Selainitu perlu juga adanya pengendalian inflasi, pengedaran uang,

pengembangan wirausaha, mendorong gerakan non tunai, dan mendorong

pengembangan sumber daya manusia Bumi Nyiur Melambai. Perlambatan

96
pertumbuhan ekonomi Sulut perlu dijadikan pemicu untuk terus mengembangkan

sumber pertumbuhan ekonomi baru di Sulut di antaranya melalui upaya

intensifikasi dan ekstensifikasi produksi pertanian serta menciptakan hilirisasi

industri pengolahan maupun pengembangan pariwisata. perlambatan pertumbuhan

ekonomi itu sejalan dengan melambatnya pertumbuhan sejumlah komponen

utama dari sisi produksi dan pengeluaran pada 2019. Dari sisi produksi, lapangan

usaha industri mengalami perlambatan pertumbuhan. Sektor itu hanya tumbuh

0,31 persen pada 2019 atau lebih rendah dari 4,48 persen tahun sebelumnya. Dari

sisi pengeluaran, pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah melambat pada

2019 dibandingkan dengan periode 2018. Komponen itu tercatat hanya tumbuh

2,08 persen atau lebih rendah dari 6,10 persen tahun sebelumnya. Selain itu,

komponen ekspor barang dan jasa juga tercatat tumbuh melambat tahun lalu.

Tercatat, terjadi perlambatan pertumbuhan dari 12,14 persen pada 2018 menjadi

0,54 persen tahun lalu. Adapun, peranan komponen pengeluaran konsumsi

pemerintah memegang peranan 17,03 persen dalam struktur

ekonomi Sulut menurut pengeluaran pada 2019. Sementara itu, ekspor barang dan

jasa berkontribusi sebesar 24,33 persen.

97
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil analisis Location Quotient Kabupaten Kepulauan Sangihe menunjukkan

bahwa Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor perdagangan besar

dan eceran : reparasi mobil dan sepeda motor, sektor jasa keuangan dan

asuransi, sektor real estate, sektor administrasi pemerintah dan pertahanan dan

sosial wajib, sektor jasa pendidikan, dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan

sosial merupakan sektor basis dan untuk Kabupaten Kepulauan Talaud

menunjukkan bahwa Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor

pengadaan listrik dan gas, sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor, sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib, dan sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

merupakan sektor yang tergolong basis/unggulan dan untuk Kabupaten

Kepulauan Siau, Tagulandang dan Biaro (SITARO) menunjukkan hail dari

analisis Location Quotient bahwa Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan,

sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor,

sektor Transportasi dan Pergudangan, sektor Real Estate, sektor Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, dan sektor Jasa

Kesehatan dan Kegiatan Sosial adalah sektor-sektor yang termasuk dalam

sektor basis.

2. Hasil shift share menunjukkan bahwa sektor yang memiliki daya saing dalam

perekonomian daerah Kabupaten Nusat utara adalah adalah sektor pertanian ,


98
kehutanan dan perikanan, sektor pertambangan dan peggalian, industry

pengolahan, jasa pendidikan dan jasa kesehatan. Kabupaten Kepulauan Nusa

Utara dengan daerah di dalamnya Sangihe, Talaud dan Sitaro secara masing-

masing menunjukkan bawha Kabupaten Sitaro merupakan Kabupaten dengan

nilai perkembangan dan pertumbuhan sektor tertinggi dibandingkan dengan

Sangihe dan Talaud.

3. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa sektor yang tergolong

sektor maju dan tumbuh dengan cepat di Kabupaten Kepulauan Sangihe

adalah sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan , Sektor Perdagangan

Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Sektor Jasa Pendidikan,

dan Sektor Jasa Kesehatan dan kegiatan sosial, Kabupaten Kepulauan Talaud

dari hasil analisis tipologi klassen menunjukkan bahwa hanya sektor

pengadaan litstrik dan gas yang berkembang pesat sementara untuk Kabupaten

Kepulauan Sitaro yang merupakan sektor maju dan berkembang adalah

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Sektor Real Estate, Sektor Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib,

4. Hasil perbandingan antara pertumbuhan ekonomi yang ada di Kabupaten

Kepulauan Nusa Utara menunjukkan bahwa Kabupaten Sitaro memiliki laju

pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dan pesat dibandingkan dengan

Kabupaten Sangihe dan Talaud

99
5.2 Saran

1. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Nusa Utara dalam upaya meningkatkan

PDRB dan pertumbuhan ekonomi agar lebih mengutamakan pengembangan

sektor sektor unggulan dengan tidak mengabaikan sektor non basis dalam

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan agar supaya mampu berjalan

secara merata guna peningkatan pembangunan daerah masing-masing.

2. Sektor-sektor yang merupakan sektor dengan sumbangsi dan kontribusi yang

besar terhadap wilayah Provinsi Sulawesi Utara diharapkan dapat lebih

berkembang bahkan memberi pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya agar

mampu menjadi sektor unggulan dengan lebih memperhatikan, memelihara

sumberdaya alam dan mendongkrak sumber daya manusia agar memberikan

nilai positif terhadap perkembangan perekonimian yang ada di Kabupaten

Kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro

100
Daftar Pustaka

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Adisasmita, Rahardjo. (2011). Manajemen Pemerintah Daerah. Yogyakarta:


Penerbit Graha Ilmu

Afrizal, Fitrah. 2013. Analisis Pengaruh Tingkat Investasi, Belanja Pemerintah


Dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001-
2011.Skripsi Jurusan Ilmu Ekonomi. Universitas Hasanudin. Makassar

Agnes Lutherani Chatarina Polcarol Lapian 2017. Growth and Employment


Determinants Factors in North Sulawesi Province. Journal of Research in
Business, Economics and Management (JRBEM). Volume 8, Issue 4. Faculty of
Economics and Business Sam Ratulangi University Manado, Indonesia

Agnes Lutherani Chatarina Polcarol Lapian 2018. Small and medium enterprises
towards economic growth in North Sulawesi, Indonesia. Scientific Research
Journal (SCIRJ), VolumeVI ,Issue II,February 2018 2 ISSN2201-2796

Andy Pratama 2015. Pengaruh sektor basis dan non basis terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Pasuruan Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan
Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya

Azhar 2003. Analisis sektor basis dan non basis di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian

Bhinadi,Ardito.2003. Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan luar Jawa.


Jurnal Ekonomi Pembangunan

Chandrasiri ABEYSINGHE 2016. Accrual Basis and Political Interest in Public


Sector Accounting. The Case of a Municipal Council in Sri Lanka. University Of
Colombus

Dedi Setiawan 2018. Analisis hubungan sektor ekonomi basis dengan penyerapan
tenaga kerja di Kabupaten Merangin Vol 7 No 1 (2018): e-Jurnal Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan

Emilia, dkk. 2006. Modul Ekonomi Regional. Jambi: FE Universitas Jambi

Hardiani 2017. Analysis of leading sector of Jambi City. Economic Development


Department, Faculty of Economics and Business, University of Jambi

Kamarudin, 2010. “Analisis Potensi Sektor Ekonomi Kabupaten Jember”, Jurnal


Ekonomi Universitas Abdurahman Saleh

101
Kalzum R. Jumiyanti 2018. Analisis Location Quotient dalam Penentuan Sektor
Basis dan Non Basis di Kabupaten Gorontalo Volume 1 Nomor 1 April 2018 ,
Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Gorontalo

Mankiw, N. Gregory, 2000. Teori Makro Ekonomi. Edisi Keempat. Erlangga.


Jakarta.

Made Antara 2017. Basis Sector in the Economic Structure of Badung Regency,
Bali, Indonesia Udayana University, Tourism Research Consortium

Neltji Janis 2015. Identifikasi sektor ekonomi unggulan Kota Tomohon Tahun
2009-2013. Vol 15, No 02 (2015). . Jurnal Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Unsrat

Puspasari Ayu Ningrum 2017. Analisis potensi sektor basis dan non basis
ekonomi pada perubahan struktur perekonomian di Kota Salatiga Tahun 2010-
2015. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Patrick Ch. Wauran 2018. Analisa komoditas/produk unggulan di Kabupaten


Kepulauan SITARO Vol 18, No 01. Jurnal Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Unsrat

Rachbini, Didik J, 2001. Pembangunan Ekonomi & Sumber Daya Manusia.


Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Sari Sasmita Sambuari 2015. Analisis sektor basis di Kabupaten Bolaang


Mongondow Utara Vol 15, No 4 (2015). Jurnal Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UNSRAT

Sukirno, Sadono, 2002. Pengantar Teori Makroekonomi. PT Raja Grafindo


Persada. Jakarta. Edisi kedua

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional-Teori dan Aplikasi Edisi Revisi.


Bumi Aksara. Jakarta

Tarigan, Henry Guntur. 2009. PengkajianPragmatik. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Robinson, 2010. Perencanaan Pembangunan Wilayah, Edisi Revisi,


Jakarta: Bumi Aksara

Thoha, Mahmud dan Soekarni, M., 2000. Studi Kelayakan Ekonomi Pembentukan
Propinsi Baru: Kasus Banten, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan (JEP), VIII
2000.

102
Todaro, M. 2006. Pengembangan Ekonomi Dunia Ketiga. Edisi Kedelapan.
Jakarta: Penerbit Erlangga

Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan. Aplikasi Komputer (Era Otonomi


Daerah). UUP STIM YKPN. Yogyakarta.

Vicky Y. Takalumang 2018. Analisis sektor ekonomi unggulan dalam mendorong


pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe. Volume 18 No. 01 Tahun
2018. Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sam Ratulangi

Willy Arafah 2017. Determining Factors of Potential Economy Sectors of


Banteng Regency in South Sulawesi Province of Indonesia: An Analysis Using
the Location Quotient Approach. International Journal of Business and
Management; Vol. 12, No. 7; 2017

Zamida 2015. Analisis sektor basis di Kabupaten Lamongan (analisis location


quetient). Junal Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

103
LAMPIRAN

104
LAMPIRAN TABEL

1.1 PDRB ADHK PROVINSI SULUT


Kategori PDRB PDRB ADHK 2010 (Juta Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 12281007 12154188 12918081 13765299 14243121 14605520 15141887 15817344 16378542 17339482
B. Pertambangan dan Penggalian 2483774 2687953 2868258 3022999 3229654 3503755 3659303 3991183 4343225 4714004
C. Industri Pengolahan 5711852 6116248 6562011 6902307 7138172 7338083 7417070 8010190 8368986 8395329
D. Pengadaan Listrik dan Gas 45209.8 47772.9 53702.5 62214.7 71813.4 80506.8 94609.6 99137 102620 112041
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 75081.3 79758.9 85584.8 91760.7 94748.9 97045.9 100024.9 100831 104147 108748
F. Konstruksi 6296245 6947714 7324263 7933964 8402906 9219900 9862174 10593031 11351939 12011695
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6227521 6899099 7250163 7811064 8533451 9037800 9587905 10117866 10700477 11645210
H. Transportasi dan Pergudangan 4173610 4438279 4749998 5059981 5584990 6006603 6552877 6922865 7467829 7878269
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1034086 1101929 1192722 1285411 1423030 1543969 1736047 1848842 1958951 2013893
J. Informasi dan Komunikasi 2127935 2307958 2486363 2698253 2948475 3210496 3505986 3753807 4046717 4369734
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 1800407 1981032 2208805 2346430 2410856 2506806 2986973 3187945 3203612 3323865
L. Real Estate 1791270 1944458 2087886 2225737 2421902 2605499 2790025 2991486 3218628 3363395
M,N. Jasa Perusahaan 38969 42655.4 45790.2 49533.9 53638.9 57911.8 61888.5 67490 73591 78927
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3661523 3836540 4210914 4258466 4639202 5056200 5293650 5581654 5875031 5872911
P. Jasa Pendidikan 1329150 1418717 1508664 1586533 1650377 1767208 1876574 1982364 2161349 2422244
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1859992 2045619 2198488 2338158 2485135 2680959 2894963 3115678 3444889 3690477
R,S,T,U. Jasa Lainnya 783702.1 860975.2 925892.7 984386.7 1029286 1107067 1202705 1303761 1458158 1687826
PDRB 51721334 54910898 58677587 62422499 66360757 70425330 74764661 79485474 84258691 89028051

105
1.2 PDRB ADHK KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

Kategori PDRB PDRB ADHK 2010 (Juta Rupiah)


2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 638077.96 616097.64 655111.97 693203.49 713511.9 742069.8 764181.84 789361.55 813859.55 850362.5
B. Pertambangan dan Penggalian 75496 81183.83 85621.76 89771.68 93493.28 99146.75 104607.86 110462.85 118117.39 126637.8
C. Industri Pengolahan 90838 98432.35 102922.93 107788.34 110757.89 114300.7 118302.57 124131 130680.57 131397.8
D. Pengadaan Listrik dan Gas 876 937.89 1070.7 1248.83 1380.98 1542.79 1840.94 1920.51 2004.8 2132.8
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 1544 1629.72 1736.1 1854.64 1906.11 1990.11 2033.97 2079.91 2178.91 2285.5
F. Konstruksi 158895 170485.08 179763.17 189767.91 200412.37 225222.56 241490.01 258999.44 277292 296335.6
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 249950 273521.76 281219.55 308267.35 339726.68 361628.97 385848.7 414847.04 446227.61 484053.4
H. Transportasi dan Pergudangan 128689 137811.87 145589.36 154506.26 167620.99 179294.4 191408.99 205099.72 219974.67 241906.2
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 11447 12082.55 12689.9 13603.16 14505.95 15269.22 16252.73 17343.01 18667.62 19717.7
J. Informasi dan Komunikasi 20832 22452.05 23937.36 25524.69 27326.02 29265.48 31374.47 33830.78 36913.56 40287.5
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 74442 80925.49 87393.47 89847.07 94305.63 97597.7 125504.28 126410.41 124684.28 126114.7
L. Real Estate 75117 80620.78 85467.14 90609.91 96798.36 103386.82 110229.22 117564.76 125711.99 134486.7
M,N. Jasa Perusahaan 355 383.66 414.98 448.37 482.85 520.86 562.34 601.75 646.48 694.1
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 208666 222499.74 235205.43 238389.24 254520.55 270644.03 284448.08 303240.77 323326.34 323305.6
P. Jasa Pendidikan 46834 49321.76 51929.1 54112.46 56493.14 59755.24 62740.15 66033.07 69856.39 73922
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 73275 79259.8 84591.88 89715.27 92981.03 101636.81 108528.05 116141.13 125455.65 136881
R,S,T,U. Jasa Lainnya 12294 13165.13 13964.25 14721.54 14912.41 16424.26 17410.14 18493.2 19708.2 21373.5
PDRB 1867627 1940811.1 2048629.1 2163380.2 2281136.1 2419696.5 2566764.4 2706560.9 2855306 3011894.3

106
1.3 PDRB ADHK KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
Lapangan Usaha Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata-rata
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 511545.2 497701 518264 546616 561715.4 583067.9 603158 622337 640499 663140.5 574804.4
Pertambangan dan Penggalian 18987.3 19878.9 20493.8 21457.1 22392.4 23343.2 24054 25285.5 26579.9 28416.9 23088.9
Industri Pengolahan 22542.1 24187 25163.2 25960.1 26561.5 27264.2 28034.5 29606.3 31328 31998.5 27264.54
Pengadaan Listrik dan Gas 1788.8 1985.9 2207.4 2604.2 3127.8 3545.9 4085.6 4178.3 4285.1 4627.3 3243.63
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 104 108.2 114.1 119.5 122.5 125.3 128.1 131 134 138.2 122.49
Konstruksi 123246.2 117227.3 123282.6 130279.4 141262.7 155050.7 168051.3 180159 193777.2 208004.3 154034.07
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 128206.5 140202.4 150928.5 159273.5 172477.6 181711.1 192903.6 204808 217670.4 237271.4 178545.3
Transportasi dan Pergudangan 39163.1 41904.8 43855.3 46406.7 50292.7 53055 56217.2 59796.7 63486.5 66886.3 52106.43
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6588.5 6948.9 7315.1 7787.4 8356.1 8804.8 9419.7 9982.9 10574.5 10985.2 8676.31
Informasi dan Komunikasi 5282.7 5669.4 6133.3 6583.6 7150.1 7725.3 8190 8690 9540.9 11046.2 7601.15
Jasa Keuangan dan Asuransi 20246.2 22164.7 23963.3 26047.6 27157.3 27978.7 33145.3 36235.6 38182.1 38612.6 29373.34
Real Estate 19658.2 20815.4 22001.4 23353.6 25132.3 26932.8 28760.6 30684.7 32686.1 33055.9 26308.1
Jasa Perusahaan 246.4 253.9 259.6 269.1 279.7 289.6 307.7 325.6 343.4 354.1 292.91
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 101665.2 106984.9 111015.6 112872.6 121837.8 130668.4 138004.9 146526.5 155070.5 154954 127960.04
Jasa Pendidikan 10692.9 11369.9 12031.3 12559 12948.7 13599.4 14328.6 15066.7 16206 17849.4 13665.19
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 50749 55600.3 59339.5 62824.8 65767.1 68697.1 72505 77863.2 84428.6 91677.8 68945.24
Jasa lainnya 5789.1 6321 6535 6774.1 6961.1 7182.1 7452.2 7959.2 8466.7 9253 7269.35
PDRB 1047200.3 1079323.8 1132903 1191788 1253543 1319042 1388746 1459636 1533258.7 1608271.8 1301371.3

107
1.4 PDRB ADHK KABUPATEN KEPULAUAN SITARO
Lapangan Usaha PDRB PDRB Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-Rata
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 335 343.02 369.76 396.36 419.03 434.74 457.87 484.81 509.02 541.73 429.134
Pertambangan dan Penggalian 27.91 29.91 31.98 34.01 35.63 38.2 40.94 43.77 46.89 50.47 37.971
Industri Pengolahan 7.94 8.64 9.14 9.69 10.41 10.79 11.05 11.55 12.29 13.03 10.453
Pengadaan Listrik dan Gas 0.5 0.54 0.61 0.72 0.79 0.86 0.93 1 1.06 1.13 0.814
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.77 0.82 0.88 0.95 1 1.06 1.12 1.13 1.19 1.23 1.015
Konstruksi 78.87 88.08 100.23 107.89 113.99 123.93 134.3 146 156.45 167.68 121.742
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 115.8 128.57 136.45 150.57 167.61 179.97 194.02 208.64 224.93 245.6 175.216
Transportasi dan Pergudangan 69.48 75.79 81.55 91.01 100.43 107.74 116.06 124.35 133.4 144.21 104.402
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.31 6.52 6.97 7.42 8.06 8.74 9.57 10.26 11.11 12.01 8.697
Informasi dan Komunikasi 5.19 5.69 6.12 6.59 7.13 7.69 8.43 8.95 9.82 10.81 7.642
Jasa Keuangan dan Asuransi 11.6 12.69 13.46 14.26 14.79 15.06 17.41 18.79 19.34 19.52 15.692
Real Estate 34 37.27 40.07 43.78 48.42 52.67 57.3 61.73 65.75 68.89 50.988
Jasa Perusahaan 0.22 0.24 0.26 0.28 0.31 0.33 0.36 0.38 0.4 0.44 0.322
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 98.76 108.92 119.49 128.29 140.11 159.65 170.65 182.7 197.96 204 151.053
Jasa Pendidikan 7.82 8.35 8.84 9.26 9.63 10.33 11.09 11.77 14.38 15.36 10.683
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 48.38 53.22 56.86 60.35 64.41 70.02 76.26 82.96 89.02 96.28 69.776
Jasa Lainnya 0.97 1.08 1.15 1.24 1.31 1.42 1.53 1.64 1.76 1.89 1.399
PDRB 849.53 909.35 983.81 1062.67 1143.06 1223.2 1308.89 1400.43 1494.75 1594.25 1196.994

108
TABEL 1.5 HASIL SHIFT SHARE KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE
rij rin rn Nij Mij Cij Dij

850361.5 17339481 89028050 5.68068E+13 1.0113E+21 -1.1064E+13 1.0113E+21


126636.8 4714003 89028050 6.72126E+12 3.59336E+19 -3.5589E+11 3.59336E+19
131396.8 8395328 89028050 8.08713E+12 7.69266E+19 -7.6261E+11 7.69266E+19
2131.8 112040 89028050 77988571800 1.06799E+16 -98144908.2 1.068E+16
2284.5 108747 89028050 1.37459E+11 1.68081E+16 -167903084 1.68082E+16
296334.6 12011694 89028050 1.41461E+13 1.92235E+20 -1.9086E+12 1.92235E+20
484052.4 11645209 89028050 2.22526E+13 2.91554E+20 -2.9107E+12 2.91554E+20
241905.2 7878268 89028050 1.14569E+13 1.02114E+20 -1.0138E+12 1.02114E+20
19716.7 2013892 89028050 1.0191E+12 2.27521E+18 -2.3053E+10 2.27521E+18
40286.5 4369733 89028050 1.85463E+12 9.31232E+18 -9.103E+10 9.31232E+18
126113.7 3323864 89028050 6.62743E+12 2.58612E+19 -2.4743E+11 2.58612E+19
134485.7 3363394 89028050 6.68752E+12 2.5592E+19 -2.5265E+11 2.5592E+19
693.1 78926 89028050 31604957750 2.91591E+17 -28018036.9 2.91591E+17
323304.6 5872910 89028050 1.85771E+13 1.22978E+20 -1.2255E+12 1.22978E+20
73921 2422243 89028050 4.16954E+12 1.11984E+19 -1.1344E+11 1.11984E+19
136880 3690476 89028050 6.52353E+12 2.77932E+19 -2.7042E+11 2.77932E+19
21372.5 1687825 89028050 1.09451E+12 2.09832E+18 -2.075E+10 2.09832E+18
3011893.3 89028050 1.66271E+14 1.93749E+21 -2.026E+13 1.93749E+21

109
TABEL 1.6 HASIL SHIFT SHARE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
rij rin rn Nij Mij Cij Dij

663139.5 17339481 89028050 511545.2 7.89672E+20 -8.8699E+12 7.89672E+20


28415.9 4714003 89028050 18987.3 7.96856E+18 -8.9506E+10 7.96856E+18
31997.5 8395328 89028050 22542.1 1.68484E+19 -1.8925E+11 1.68484E+19
4626.3 112040 89028050 1788.8 1.78427E+16 -200412526 1.78427E+16
137.2 108747 89028050 104 1.00688E+15 -11309550.8 1.00688E+15
208003.3 12011694 89028050 123246.2 1.31797E+20 -1.4804E+12 1.31797E+20
237270.4 11645209 89028050 128206.5 1.32918E+20 -1.493E+12 1.32918E+20
66885.3 7878268 89028050 39163.1 2.74685E+19 -3.0854E+11 2.74685E+19
10984.2 2013892 89028050 6588.5 1.18127E+18 -1.3269E+10 1.18127E+18
11045.2 4369733 89028050 5282.7 2.05512E+18 -2.3084E+10 2.05512E+18
38611.6 3323864 89028050 20246.2 5.9912E+18 -6.7296E+10 5.9912E+18
33054.9 3363394 89028050 19658.2 5.88638E+18 -6.6118E+10 5.88638E+18
353.1 78926 89028050 246.4 1.73136E+15 -19447013.3 1.73136E+15
154953 5872910 89028050 101665.2 5.3156E+19 -5.9707E+11 5.3156E+19
17848.4 2422243 89028050 10692.9 2.3059E+18 -2.5901E+10 2.3059E+18
91676.8 3690476 89028050 50749 1.66739E+19 -1.8729E+11 1.66739E+19
9252 1687825 89028050 5789.1 8.69892E+17 -9770978456 8.69892E+17
1608270.8 89028050.0 1066501.4 1.19481E+21 -1.3421E+13 1.19481E+21

110
TABEL 1.7 HASIL SHIFT SHARE KABUPATEN KEPULAUAN SITARO
rij rin rn Nij Mij Cij Dij

540.73 17339481 89028050 29824396750 5.1714E+17 -5808725594 5.1714E+17


49.47 4714003 89028050 2.48477E+11 1.17132E+18 -1.3157E+10 1.17132E+18
12.03 8395328 89028050 706882717 5.93451E+15 -66658892.3 5.93451E+15
0.13 112040 89028050 44514025 4.98735E+12 -56019.87 4.9874E+12
0.23 108747 89028050 68551598.5 7.45478E+12 -83734.96 7.45485E+12
166.68 12011694 89028050 7021642304 8.43418E+16 -947362139 8.43418E+16
244.6 11645209 89028050 10309448190 1.20056E+17 -1348514958 1.20056E+17
143.21 7878268 89028050 6185668914 4.87324E+16 -547381917 4.87324E+16
11.01 2013892 89028050 561766995.5 1.13134E+15 -12707647.5 1.13134E+15
9.81 4369733 89028050 462055579.5 2.01906E+15 -22678904.5 2.01906E+15
18.52 3323864 89028050 1032725380 3.43264E+15 -38556803.9 3.43264E+15
67.89 3363394 89028050 3026953700 1.01808E+16 -114355328 1.01808E+16
-0.56 78926 89028050 19586171 1.54586E+12 -17364.28 1.54588E+12
203 5872910 89028050 8792410218 5.1637E+16 -580008389 5.1637E+16
14.36 2422243 89028050 696199351 1.68636E+15 -18941925.9 1.68636E+15
95.28 3690476 89028050 4307177059 1.58955E+16 -178545134 1.58955E+16
0.89 1687825 89028050 86357208.5 1.45756E+14 -1637189.36 1.45756E+14
1593.25 89028050 3.21624E+11 2.03367E+18 -2.2843E+10 2.03367E+18

111
LAMPIRAN GAMBAR

1.1 PETA KABUPATEN SANGIHE

112
1.2 PETA KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

113
1.3 PETA KABUPATEN KEPULAUAN SITARO

114
115

Anda mungkin juga menyukai