Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA SEBELUM DAN

SESUDAH PANDEMI
COVID-19
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan rencana
keuangan tahunan pemerintah negara yang disetujui oleh Dewan Pemerintah
Rakyat (DPR). Berdasarkan fungsinya, APBN bertugas mengatur dan mengarahkan
perekonomian serta menjalankan roda pemerintahan dengan mengalokasikan
pengeluaran dan pendapatan negara secara maksimal.
Pendapatan Negara dalam APBN
Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih. Pendapatan negara dalam hal ini tidak sama
dengan penerimaan negara. Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas
negara. Pendapatan negara adalah penerimaan negara yang tidak perlu dibayar
kembali, seperti penerimaan perpajakan. Namun ada penerimaan negara yang perlu
dibayar kembali, seperti penerimaan utang, yang tidak dimasukkan ke dalam
pendapatan.
Pendapatan Negara pada APBN 2021 ditargetkan mencapai Rp1.743,60
triliun. Target tersebut hanya bertambah 2,57% dari target tahun 2020 yang
ditetapkan melalui Perpres No.72/2020 Pendapatan Negara 2021 terdiri atas
Penerimaan Perpajakan (Rp1.444,5 triliun), Penerimaan Negara Bukan Pajak
(Rp298,2 triliun), dan Penerimaan Hibah (Rp0,90 triliun). Oleh karena Penerimaan
Hibah pada umumnya sangat kecil, maka biasa diabaikan dalam analisis atau
diskusi tentang postur APBN.
Sebelum pandemi Covid-19, pendapatan cenderung meningkat dari tahun ke
tahun. Pernah turun pada tahun 2009 dan tahun 2015. Laju kenaikan tiap tahun
berfluktuasi. Tertinggi pada tahun 2008 yang mencapai kenaikan 39,02% atas tahun
sebelumnya.Capaian nominal pendapatan tertinggi diperoleh pada tahun 2019 yang
mencapai Rp1.960,63 triliun. Namun dilihat dari kenaikan, hanya bertambah 1,67%
dari tahun sebelumnya.

Pendapatan Negara terdiri atas:


- Penerimaan Dalam Negeri
o Pajak
o Penerimaan Negara Bukan Pajak
o Hibah, dimana berupa bantuan yang berasal dari swasta, baik dalam
negeri maupun luar negeri dan pemerintah luar negeri.
Belanja Negara dalam APBN: Belanja Pemerintah Pusat (BPP)
Seluruh APBN yang didapatkan tentunya akan dipergunakan untuk keperluan
belanja negara. Belanja negara merupakan seluruh pengeluaran negara dalam satu
tahun anggarang yang mengurangi ekuitas dana lancar serta kewajiban negara yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh negara. Dapat dilihat bahwa
belanja negara diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan dan fasilitan untuk
masyarakat.
Berdasarkan fungsinya belanja negara terdiri dari pelayanan umum,
pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan
fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan dan perlindungan
sosial, yang disesuaikan dengan tugas masing-masing lembaga negara yang telah
ditetapkan sesuai dengan rencana kerja pemerintah.
2019 2020 2020 2020 2021 2021
Realisas APBN Perpres Perpres RAPBN APBN
i 54 72
Belanja Pemerintah 1.493,16 1.683,4 1.851,1 1.975,2 1.951,2 1.954,50
Pusat 8 0 4 6
Belanja -876,40 909,62 836,53 836,40 1.029,8 1.032,00
Kementrian/Lembag 6
a
Belanja Non -622,60 773,86 1.014,5 1.138,9 921,40 922,6
Kementrian/Lembag 7 0
a
Transfer Ke Daerah 811,10 856,95 762,72 763,93 796,27 795,5
dan Dana Desa
Transfer ke Daerah 741,29 784,95 691,53 692,74 724,27 723,5
Dana Desa 69,81 72,00 71,19 71,19 72,00 72,0
Belanja Negara 2.304,27 2.540,4 2.613,8 2.739,1 2.747,5 2.750,00
2 2 7 3

Belanja Negara dalam APBN: Transfer Daerah dan Dana Desa


Transfer ke Daerah adalah bagian dari Belanja Negara dalam rangka
mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa Dana Perimbangan, Dana
Insentif Daerah, Dana Otonomi Khusus, dan Dana Keistimewaan D.I Yogyakarta.
Dan sejak tahun 2015, Dana Desa sebagai bagian dari anggaran belanja ke daerah.
Hal ini juga tercantum dalam UU No 6 tahun 2014 tentang Desa. Transfer ke Daerah
dan Dana Desa (TKDD) diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan mengurangi
kesenjangan pelayanan dasar public antar daerah.
Klasifikasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa
a. Transfer ke Daerah
Transfer ke Daerah terdiri atas:
- Dana Perimbangan
- Dana Insentif Daerah
- Dana Otonomi Khusus
- Dana Keistimewaan DIY
b. Dana Desa
Dana desa merupakan dana yang dialokasikan untuk mendorong
penggunaan anggaran di daerah secara efektif dan efisien berdasarkan
prinsip value for money.

Defisit dan Pembiayaan Nasional


Defisit berarti total belanja negara melebihi pendapatan negara selama
setahun anggaran. APBN 2021 merencanakan belanja sebesar Rp2.750 triliun, dan
pendapatan yang ditargetkan mencapai Rp1.743,60 triliun. Dengan demikian,
direncanakan akan terjadi defisit sebesar Rp1.006,40 triliun. Defisit APBN sering
dinyatakan pula sebagai persentase atau rasio dari Produk Domestik Bruto (PDB)
pada tahun yang bersangkutan. PDB merupakan salah satu indikator pendapatan
nasional yang paling banyak digunakan. Defisit APBN 2021 tadi diprakirakan
memiliki rasio sebesar 5,7o% dari PDB. Sebenarnya UU No 17 tahun 203 tentang
Keuangan Negara mengatur tentang batas defisit maksimal atau yang diizinkan,
yaitu 3 persen dari PDB. Tujuan untuk menjamin APBN tetap dalam kondisi sehat
dan berhasil. Namun kondisi pandemi Covid-19 memaksa Pemerintah menetapkan
batasan baru melalui payung hukum Perppu yang kemudian disetujui DPR menjadi
undang-undang. Selama tiga tahun berturut-turut, dari APBN 2020 sampai dengan
APBN 2022 diizinkan melebihi 3%. Dan tanpa diberi angka batas rasio defisitnya.
APBN 2020 sejauh ini berdasarkan Perpres 72/2020 direncanakan defisit 6,34% dari
PDB. Sebelumnya pada APBN 2020 hanya sebesar 1,76%, dan Perpres 54/2020
sebesar 5,07%. Tentu saja realisasinya nanti tergantung besaran defisit serta
besaran PDB yang terjadi. PDB tersebut berkaitan langsung dengan pertumbuhan
ekonomi dan tingkat inflasi pada tahun 2020. Sebelum adanya pandemi Covid-19
pun, realisasi APBN selalu mengalami defisit. Nilainya secara nominal meningkat,
dan terbesar dialami pada tahun 2019 yang mencapai Rp348,65 t
Sejak tahun 2012 hingga 2018 tercatat selalu minus. Nilai minusnya sempat
meningkat pesat. Pada tahun 2018 berhasil diturunkan secara drastis, karena
pendapatan tumbuh tinggi dan defisit dapat ditekan. Namun, KP kembali tercatat
minus yang cukup besar pada tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai