Anda di halaman 1dari 27

PROFIL KESEHATAN

DINAS KESEHATAN

KABUPATEN EMPAT LAWANG

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT sehingga Buku
Profil Kesehatan Puskesmas Padang Tepong Kab. Empat Lawang tahun
2016 dapat di selesaikan tepat waktu yakni tiap awal tahun anggaran
sebagai informasi terhadap kegiatan pembangunan kesehatan pada
tahun sebelumnya.
Adapun data yang digunakan untuk penyusunan profil ini
menggunakan data-data dari tiap-tiap pengelola program di Puskesmas
Padang Tepong dalam setiap bulan nya.Dengan tersusunnya buku profil
kesehatan Puskesmas Padang Tepong tahun 2018 diharapkan dapat
bermanfaat bagi semua pihak khususnya wilayah puskesmas Padang
Tepong, Kec. Ulu Musi sehingga mampu menemukan masalah serta
mencari pemecahan dari masalah tersebut.
Profil ini disusun sebagai bentuk indicator keberhasilan untuk
mencapai Empat Lawang Emas 2018 dan untuk penyempurnaan dimasa
yang akan datang dibutuhkan saran dan kritik agar Buku Profil Kesehatan
Puskesmas Padang Tepong tahun 2018 akan lebih baik dan berkualitas.
Diharapkan dengan terbitnya buku profil kesehatan ini, akan dapat
memberikan informasi sekaligus bahan evaluasi terhadap program-
program kesehatan yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun
sebelumnya dan yang tak kalah pentingnya adalah untuk bahan
perencanaan pada tahun-tahun berikutnya

Padang Tepong , Januari 2018


Kepala UPTD PKM Padang Tepong

Ratnawati
NIP.
BAB 1
PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dalam upaya untuk


mencapai Visi Kabupaten Empat Lawang : ”Mewujudkan Empat Lawang
EMASS”. Untuk mencapai visi tersebut, Dinas Kesehtan Kabupaten Empat
Lawang sebagai salah satu SKPD yang bertanggung jawab dalam
pembangunan kesehatan di Kabupaten Empat Lawang telah menetapkan
Visi Dinas Kesehata yaitu : ”Mewujudkan Empat Lawang Sehat”.
Masyarakat Empat Lawang Sehat adalah masyarakat yang hak
kesehatanya terpenuhi yaitu dengan pelayanan kesehatan yang meningkat,
fasilitas kesehatan yang memadai, menagemen kesehatan dan SDM
kesehatan yang baik untuk pelayanan, serta masyarakat yang mendapat
pendidikan kesehahatan yang memadai lewat promosi kesehatan.
Sebagai penjabaran dari visi Dinas Kesehatan, maka Puskesmas
Padang Tepong Kecamatan Ulu Musi melakukan program-program
kesehatan baik program wajib maupun program pilihan. Tentunya program
yang dijalankan Puskesmas Padang Tepong merupakan program yang
mendukung dari kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Empat Lawang.
Dalam rangka merekam seluruh program dan kegiatan yang
dilakukan Puskesmas Padang Tepong maka dikembangkan di tingkat
Puskesmas di seluruh Kabupaten Empat Lawang dikembangkan sistem
informasi yang terangkum dalam Profile Kesehatan dalam hal ini Profile
Kesehatan Puskesmas Padang Tepong yang terus dikembangkan sehingga
diharapkan dapat memberikan dukungan dalam pelaksanaan fungsi
manajemen kesehatan. Profil Kesehatan yang baik akan dapat memberikan
informasi yang akurat dan up to date untuk proses pengambilan keputusan
di semua tingkat administrasi pelayanan kesehatan.

Tujuan penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas Padang Tepong adalah


memberikan informasi tentang hasil pencapaian program pembangunan
kesehatan di wilayah Puskesmas Padang Tepong Kab. Empat Lawang
sehingga indicator keberhasilan untuk mencapai Empat Lawang Emas
2018 terealisasikan.

Sistematika penyajian Profil Kesehatan Puskesmas Padang Tepong


adalah
sebagai berikut :
Bab-1 : Pendahuluan.
Bab ini menyajikan tentang latar belakang dan tujuan
diterbitkannya Profil Kesehatan Puskesmas Padang Tepong Tahun
2016 serta sistematika penyajiannya.
Bab-2 : Gambaran Umum.
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kecamtan/wilayah
kerja. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan
informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal
kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan
lingkungan.
Bab-3 : Situasi Derajat Kesehatan.
Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian,
angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat .
Bab-4 : Situasi Upaya Kesehatan.
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar,
pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan
penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi
dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat
kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya
pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga
mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan M inimal
(SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya
yang diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota.
Bab-5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan.
Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan,
pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.
Bab-6 : Kesimpulan.
Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu
disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota di tahun yang bersangkutan. Selain
keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga Profil
Kesehatan Puskesmas Padang Tepong Page 3 mengemukakan hal-
hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.
Lampiran.
Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian Kab/Kota dan
82 tabel data yang merupakan gabungan Tabel Indikator
Kabupaten sehat dan Indikator pencapaian kinerja Standar
Pelayanan Minimal bidang Kesehatan
BAB 2
GAMBARAN UMUM

Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum wilayah Puskesmas


Padang Tepong Kecamatan Ulu Musi dan perilaku penduduk pada tahun
2016 yang meliputi: keadaan penduduk, letak geografis dan luas wilayah,
keadaan pemerintahan, keadaan pendidikan, dan keadaan ekonomi.

2.1. KEADAAN PENDUDUK

Jumlah penduduk Kecamtan Ulu Musi pada tahun 2016


berdasarkan proyeksi BPS Kab. Empat Lawang berjumlah 18.973 jiwa,
dengan rasio jenis kelamin laki-laki 9445 dan 9528 perempuan.

Berdasarkan rasio jenis kelamin, semua kategori umur mempunyai


jumlah penduduk laki-laki lebih besar daripada perempuan. Pada tahun
2016, rasio jenis kelamin Kecamatan Ulu Musi sebesar 99,13 dimana
kategori umur dengan rasio jenis kelamin terbesar terdapat di kategori
umur 15-19 tahun, yaitu 116,51 Sedangkan kategori umur dengan rasio
jenis kelamin terkecil adalah pada umur lebih dari 75 tahun, yakni 38,98

Gambar 2.1
Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Puskesmas Padang Tepong, Kecamatan Ulu Musi tahun 2016

2,500

2,000

1,500
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
1,000 LAKI-LAKI & PEREMPUAN

500

0
0-4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75+

Gambar 2.1 Rasio Jenis Kelamin Menurut Kategori umur di Kecamatan Ulu Musi, 2016
2.2. LETAK GEOGRAFIS DAN LUAS WILAYAH
Secara geografis, Kecamatan Ulu Musi berbatasan dengan
Kecamatan Pendopo di sebelah Utara, Kecamatan Pasemah Air Keruh di
sebelah selatan, Kecamatan Sikap Dalam di sebelah timur, dan Provinsi
Bengkulu di sebelah barat. Dilihat dari topografi wilayahnya, seluruh desa
di Kecamatan Ulu Musi merupakan daerah dataran.
Desa/Kelurahan Simpang Perigi merupakan desa dengan jarak
terjauh dari Desa Padang Tepong yang merupakan ibukota kecamatan,
yaitu mencapai sekitar sembilan kilometer melalui darat. Sedangkan desa
terdekat dengan ibukota kecamatan adalah Desa/Kelurahan Muara
Betung, yaitu hanya berjarak sekitar 1 kilometer.
2.3. KEADAAN PEMERINTAHAN
Wilayah administrasi Kecamatan Ulu Musi terdiri dari 12 desa, 0
Kelurahan dan 30 dusun. Seluruh desa tersebut berstatus definitif. Desa
yang memiliki jumlah dusun terbanyak adalah Desa Tanjung agung, yaitu
sebanyak 7 dusun.
2.4. PENDIDIKAN
Dalam proses pembangunan, peranan pendidikan amatlah strategis
terutama dalam pemberdayaan sumber daya manusia. Pendidikan
merupakan kata kunci untuk memajukan peradaban suatu bangsa dan
negara. Pentingnya pendidikan teramanatkan melalui UUD 1945, yang
menegaskan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara.
Untuk membentuk pendidikan yang berkualitas, diperlukan partisipasi
yang tinggi dari semua penyelenggara pendidikan.
Pada tahun ajaran 2015/2016, jumlah sarana pendidikan di
Kecamatan Ulu Musi sedikit mengalami perubahan. Secara rinci, jumlah
sekolah yang terdapat di Kecamatan Ulu Musi terdiri dari 2 Taman Kanak-
Kanak, 14 Sekolah Dasar (SD) Negeri dan swasta, 3 Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri dan swasta, dan 1 Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri.
2.5. EKONOMI
Dari luas wilayah 32.392 hektar luas lahan yang ada di Kecamatan
Ulu Musi, sekitar 60% merupakan lahan perkebunan. Sedangkan lahan
sawah hanya 20 % dari seluruh lahan. Sisanya merupakan lahan yang
tidak digunakan untuk kegiatan pertanian.
Dilihat dari jenis pengairannya,sebagian besar lahan sawah di
kecamatan Ulu musi ini menggunakan pengairan pengairan sederhana.
BAB 3
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Gambaran derajat kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator


seperti mortalitas, morbiditas, dan angka status gizi masyarakat. Berikut
ini diuraikan tentang indikator-indikator tersebut.

3.1. MORTALITAS

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat


dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di
samping kejadian kematian dapat juga digunakan sebagai indikator dalam
penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan
kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan
melakukan survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan
penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode
terakhir akan diuraikan dibawah ini.

3.1.1. Angka Kematian Bayi (AKB)


Menurunnya angka kematian bayi dan meningkatnya angka
harapan hidup mengindikasikan meningkatnya derajat kesehatan
penduduk. Berdasarkan Laporan bulanan yang di berikan oleh pengelolah
program KIA, selama tahun 2016 ini di temukan 0 kematian pada
neonatal, bayi dan balita yang terdiri dari 0 neonatal, 0 bayi dan 0 balita
hal ini disebabkan masih rendahnya pengetahuan para bumil untuk
melakukan persalinan pada dukun, namun juga terjadi karena faktor dari
Bumil jarang melakukan kontrol kehamilannya tiap bulan nya pada bidan
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, ataupun pada
posyandu bumil terdekat, masih minimnya pengetahuan para bumil
mengenai proses persalinan merupakan peran penting dalam terjadinya
kematian bayi.
3.1.2. Angka Kematian Balita (AKABA)
Berdasarkan Laporan Bulanan tiap bulan nya yang di berikan oleh
pengelolah program data KIA, angka kematian balita wilayah Kecamatan
Ulu Musi tahun 2016 adalah 0 balita yang disajikan pada tabel berikut ini
3.1.3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
Sampai dengan saat ini informasi tentang AKI masih berpedoman
pada hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Menurut SKRT, AKI
Nasional menurundari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986
menjadi 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992, kemudian
menurun lagi menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995.
Pada SKRT 2001 tidak dilakukan survei mengenai AKI. Kemudian pada
tahun 2002-2003, AKI menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup
berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI)
2003. AKI Provinsi Sumatera Selatan masih berpedoman pada hasil
SUSENAS 2005 yaitu 262 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan
bahwa AKI cenderung mengalami penurunan. Target yang ingin dicapai
secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran
hidup.
Adapun AKI yang ditemukan di wilayah Puskesmas Padang tepong
Kecamatan Ulu Musi berdasarkan laporan pengelolah program KIA pada
tahun 2016 di Puskesmas Padang tepong adalah 2 kematian.

3.1.4. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH)


Sejalan dengan menurunnya estimasi angka kematian bayi, maka
estimasiangka harapan hidup mengalami kenaikan. Menurut hasil SP
1990, estimasi angka harapan hidup Sumatera Selatan adalah 59,83
tahun, sepuluh tahun kemudian mengalami kenaikan sebesar 7 persen,
menjadi 64,02 tahun menurut SP 2000. Sedangkan menurut hasil Supas
2005 besarnya angka harapan hidup penduduk Sumatera Selatan adalah
sebesar 69,5 tahun. Kondisi ini menunjukan bahwa anak yang baru lahir
diperkirakan akan hidup rata-rata sampai umur 69 tahun. Sedangkan
untuk Kabupaten Umur Harapan Hidup (UUH) tahun 2013 adalah tahun

3.2. ANGKA KESAKITAN


Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat
(community based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil
pengumpulan data dari data pengelola program serta dari sarana
pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem
pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas Padang Tepong

3.2.1. Penyakit Menular


Penyakit menular yang disajikan dalam bagian ini antara lain
penyakit Malaria, TB Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA), Kusta, Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I).

3.2.1.1. Malaria
Di wilayah kerja Puskesmas Padang Tepong Kec. Ulu Musi pada
tahun 2016 di temukan 58 suspect Malaria, namun hasil ini bukan
merupakan hasil Malaria posistif di karena di perlukan pemeriksaan
laboratorium untuk memastikan apakah benar-benar postif malaria,
sedangkan Alat Laboratorium dan tenaga analis Laboratorium (belum
ada/ada), jadi pengelolah program Malaria wilayah Puskesmas Padang
Tepong hanya menyimpulkan suspect Malaria sebesar 58 orang

Pokok kegiatan untuk mencapai eliminasi malaria adalah :


1. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko
2. Penemuan penderita dan tatalaksana kasus
3. Peningkatan surveilans epidemiologi & penanggulangan wabah
4. Peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan penyakit

3.2.1.2. TB Paru
Penanggulangan tuberkulosis menerapkan strategi DOTS yang
dilaksanakan secara Nasional di seluruh UPK terutama puskesmas yang di
integrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar. Hasil survey Prevalensi TB
di Indonesia tahun 2004 bahwa prevalensi TB BTA positif secara Nasional
110 per 100.000 penduduk, secara regional di Indonesia dikelompokkan
dalam 3 wilayah. Sumatera masuk dalam wilayah 1 dengan prevalensi TB
adalah 160 per 100.000 penduduk. Tujuan dari Program Pemberantasan
TB Paru adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB,
memutuskan mata rantai penularan serta mencegah terjadinya MDR TB.
Targetnya adalah tercapainya penemuan pasien baru TB BTA positif paling
sedikit 70% dari perkiraan dan menyembuhkan 85% dari semua pasien
tersebut serta mempertahankannya. Target ini diharapkan dapat
menurunkan tingkat prevalensi dan kematian akibat TB hingga
separuhnya pada tahun 2010 dibanding tahun 1990, dan mencapi tujuan
millenium development goals (MDGs) pada tahun 2018. Prevalensi TB Paru
di provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2012 adalah 77, menurun
dibandingkan tahun 2011 yaitu 99. Kematian akibat TB paru pada tahun
2012 adalah 77 kasus, meningkat dibandingkan tahun 2011 yaitu 33
kasus.
Adapun di wilayah Puskesmas Padang Tepong Kecamatan Ulu Musi
tahun 2016 jumlah penderita Kasus TB yang di temukan sebanyak 8 kasus
BTA (+) dan 37 kasus suspeck terkena TB paru, sedangka kematian yang
di temukan akibat menderita TB paru sebanyak 0 kasus.
Gambar 3.6

Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif (CDR) Di Puskesmas Padang


tepong Kec. Ulu Musi Tahun 2016
7

3
Suspect
BTA (+)
2

0
AR
I
AR
I T RI
L EI NI LI S R R R R
RE M JU JU TU BE BE BE BE
U U A AP S M O M M
JA
N BR M U E T VE SE
FE AG PT OK DE
SE NO

Angka kesembuhan (Cure Rate) merupakan angka pasien baru TB


BTApositif yang sembuh setelah masa pengobatan. Angka Kesuksesan
(Success Rate)merupakan angka kesembuhan yang disertai dengan
cakupan pengobatan lengkap.
Gambar 3.10
Success Rate (%) TB Paru di Puskesmas Padang Tepong, Kec. Ulu Musi Tahun

35

30

25

20

Suspeck
15
BTA (+)
Sembuh
10

0
I I T IL I I LI S R R R R
UAR UAR ARE PR ME JUN JU STU BE BE BE BE
N R M A U E M TO EM EM
JA FEB AG EPT OK OV DES
S N

3.2.1.3. Pneumonia
Pneumonia adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan
adanya infeksi dari satu atau kedua paru-paru, yang biasanya disebabkan
oleh bakteri dan virus, menimbulkan gejala yang menyerupai gejala pilek
yang dimulai dengan demam dan batuk, diikuti oleh gejala lain, seperti
pernafasan yang pendek, berkeringat, nyeri dada, rusty sputum (dahak
seperti berkarat) dan menggigil. Penderita pneumonia di wilayah
Puskesmas Padang Tepong Kecamatan Ulu Musi Tahun 2016 tidak di
temukan.

3.2.1.4. Pengidap HIV dan Penderita AIDS


Infeksi HIV dan AIDS dalam 10 tahun terakhir semakin nyata
menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dibuktikan
dengan terus meningkatnya kasus yang ditemukan melalui kinik VCT dan
laporan suveilans AIDS dari RS. Infeksi HIV dan AIDS sudah menyebar
hampir di seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Sumatera Selatan, dan di
Indonesia sendiri telah mengalami perubahan dari epidemi rendah menjadi
epidemi terkonsentrasi, hal ini karena hasil survei pada sub populasi
tertentu menunjukkan prevalensi HIV di beberapa provinsi telah melebihi 5
% secara konsisten, tetapi di Sumatera Selatan masih pada epidemi rendah
karena prevalensi HIV 0,6 %, namun demikian di Wilayah kerja Puskesmas
Padang Tepong saat ini belum di ketemukan kasus HIV dan AIDS

3.2.1.5. Kusta
Provinsi Sumatera Selatan termasuk daerah ”Low Endemik” Kusta,
dengan Prevalensi Rate (PR) < 1/ 10.000 penduduk dan Case Detection
Rate (CDR) < 5 /100.000 penduduk. Dari tahun 1997 sampai dengan
tahun 2010 terjadi statis dalam penemuan kasus kusta (CDR), ada
fluktuasi penemuan kasus baru tetapi tidak berselisih jauh tiap tahun, dan
belum ada tanda-tanda ke arah penurunan kasus. Cacat tingkat II juga
masih tinggi sejak tahun 1997 s.d 2010, yaitu masih di atas 5%. Di
Kabupaten Empat Lawang, yang termasuk wilayah Provinsi Sumatera
Selatan termasuk “Low Endemik”, deteksi dini yang masih kurang
menyebabkan angka kecacatan yang masih tinggi yaitu di atas 5%. Selain
itu ini disebabkan karena adanya kurangnya kesadaran dan stigma
masyarakat akan penyakit kusta sehingga penderita ditemukan dalam
keadaan sudah cacat.
Tujuan dari program kusta adalah menurunkan transmisi penyakit
kusta pada tingkat tertentu sehingga kusta tidak menjadi masalah
kesehatan masyarakat, mencegah kecacatan pada semua penderita baru
yang ditemukan melaluimpengobatan dan perawatan yang benar,
menghilanglang stigma sosial dalam masyarakat dengan mengubah paham
masyarakat terhadap penyakit kusta melalui penyuluhan secara intensif.
Kebijakan yang ditempuh meliputi pelaksanaan program
pengendalian kusta diintegrasikan pelayanan kesehatan dasar di
puskesmas, pengobatan penderita kusta dengan MDT sesuai dengan
rekomendasi WHO di berikan cuma-cuma, penderita tidak boleh diisolasi,
dan memperkuat sistem rujukan.
Case Detection Rate (CDR)
Penemuan kasus baru penderita kusta (case detection rate/ CDR) di
Puskesmas Padang Tepong Kecamatan Ulu Musi tahun 2016 tidak di
temukan, hal ini sama dengan hasil penderita kusta tahun lalu.Target SPM
untuk CDR kusta adalah <5/100.000, ini menunjukkan bahwa P2 Kusta
telah memenuhi atau mencapai target SPM untuk tahun 2016.

3.2.2. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

Program imunisasi sampai dengan tahun 2016 ini masih


merupakan salah satu program prioritas, terutama dalam upaya
penanggulangan Penyakit-penyakit yang Dapat dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I).
3.2.3. AFP Rate (Non Polio) < 15 Tahun
Acute Flacid Paralysis (AFP) adalah kelumpuhan pada anak berusia
kurang dari 15 tahun yang bersifat layuh (Flaccid) terjadi secara akut,
mendadak dan bukan disebabkan ruda paksa. AFP Rate dihitung per
100.000 penduduk berusia kurang dari 15 tahun di wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. AFP Rate prov sumsel tahun 2012 adalah 3.9 per
100.000 penduduk berusia kurang dari 15 tahun. Jumlah Kasus AFP (Non
Polio)< 15 tahun di wilayah puskesmas Padang Tepong Kecamatan Ulu
Musi Tahun 2016 tidak di temukan.

3.2.4. Campak
Seorang anak dikatakan mendapat imunisasi lengkap bila telah
menerima imunisasi Hb-0, BCG, DPT/HB1-2-3, Polio1-2-3-4 dan Campak.
Angka drop out (DO) dinilai dari selisih dari anak yang mendapat imunisasi
DPT/HB1 dan imunisasi Campak sebagai imunisasi terakhir. Angka yang
ditolerir pada indikator DO ini adalah < 10 %. Artinya makin tinggi angka
DO artinya makin banyak anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap.
Angka DO provinsi Sumatera selatan tahun 2012 adalah 7,9.

3.2.5. Penyakit Potensial KLB / Wabah


Jumlah KLB yang terjadi pada tahun 2016, tidak ditemukan KLB.

3.2.5.1. Demam Berdarah Dengue


DBD yang ada di wilayah Puskesmas Padang Tepong untuk sampai
tahun 2016 belum terjadi kasus. Salah satu penyebabnya adalah
ketiadaan peralatan laboratorium dan tenaga analis kesehatan di seluruh
puskesmas. Jumlah kasus DBD di wilayah kecamatan Ulu Musi tahun
2016 terdeteksi 2 penderita DBD.
3.2.5.2. Diare
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6
besar yaitu: infeksi, malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan
sebab-sebab lain. Tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis
adalah diare yang disebabkan kebanyakan infeksi dan keracunan.
Gambar 3.31

Kasus Diare Di wilayah Puskesmas Padang Tepong


Kecamatan Ulu Musi Tahun 2016
400

350

300

250

200
Kasus perkiraan
150 yang ditangani

100

50

0
AR
I
AR
I ET RI
L EI NI LI S R R R R
AR M JU JU TU BE BE BE BE
U U AP S M O M M
JA
N BR M U E T VE E
FE AG EPT OK O DES
S N

3.3. STATUS GIZI MASYARAKAT


Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator,
antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi
Balita, Status Gizi Wanita Usia Subur, Kurang Energi Kronik (KEK), dan
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).

3.3.1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


BBLR (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama
yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR
dibedakan dalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia
kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterine growth
retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetap berat badannya
kurang. Di negara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu
berstatus gizi buruk, Anemia, Malaria, dan menderita Penyakit Menular
Seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.
Adapun Penderita BBLR di wilayah Puskesmas Padang Tepong
Kecamatan Ulu Musi Tahun 2016 ditemukan 2 bayi, hal ini di karenakan
faktor ekonomi, kurang pengetahuan ibu dan bisa jadi ada lebih banyak
lagi kasus BBLR namun tidak terdeteksi secara signifikan.
BAB 4
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Sesuai dengan tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan


yaitu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang
dan terpadu. Berikut ini akan diuraikan beberapa upaya pelayanan
kesehatan selama tahun 2018.

4.1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR


Pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) merupakan
langkah awal yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat
dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat telah
dapat diatasi. Pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu :
4.1.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi.
Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan antenatal, pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan,
pelayanan terhadap ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk, kunjungan
neonatus, dan kunjungan bayi.
4.1.1.1. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)
Pelayanan kesehatan antenatal merupakan pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis
kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu
hamil selama masa kehamilannya sesuai dengan pedoman pelayanan
antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif.
Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan
K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil
merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan
pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan
antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah
mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai standar serta paling sedikit
empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama,
sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini
dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada
ibu hamil. Gambaran cakupan K1 dan K4 Puskesmas Padang Tepong
Kecamatan Ulu Musi dalam 12 Bulan terakhir dapat dilihat pada gambar
berikut ini :

Gambar 4.1
Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil di Puskesmas Padang
Tepong Kecamatan Ulu Musi Tahun 2018

400

350

300

250

200
KI
150 K4

100

50

0
I I ET L EI NI LI S R R R R
AR AR RI JU TU BE BE BE BE
U U AR AP
M JU S M O M M
JA
N BR M U E T VE SE
FE AG PT OK DE
SE NO

Dari gambar tersebut dapat dilihat selisih antara K1 dan K4, yang
semakin Meningkat dari bulan ke bulan, menunjukkan bahwa semakin
banyak ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan
antenatal diteruskan hingga kunjungan keempat pada trimester 3 sehingga
kehamilannya dapat terus dipantau oleh petugas kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan. Selain mengupayakan peningkatan cakupan K4,
harus diupayakan pula peningkatan kualitas K4 yang sesuai standar.
Salah satu pelayanan yang diberikan saat pelayanan antenatal yang
menjadi standar kualitas adalah imunisasi TT (TT2) dan pemberian zat besi
(Fe) 90 tablet (Fe3).
Gambar 4.3
Persentase Cakupan Fe1 dan Fe3 pada Ibu Hamil di Puskesmas Padang
Tepong Kecamatan Ulu Musi Tahun 2018

400

350

300

250

200
Fe 1
150 Fe 3

100

50

0
L
ET
RI

NI

LI

R
I

EI

S
AR

RI

TU

BE

BE

BE

BE
JU
M
UA

JU
AR

AP
NU

EM

M
US

TO
BR

VE

SE
AG
JA

OK
PT
FE

DE
NO
SE

4.1.1.2. Pertolongan Persalinan oleh Nakes dengan Kompetensi


Kebidanan
Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian
besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain
disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi kebidanan. Cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan dari bulan Januari-Desember Tahun 2016 dapat dilihat pada
gambar berikut ini :

Gambar 4.4
Persentase Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas Padang
Tepong Kecamatan Ulu Musi tahun 2018

350
300
250
200
150
100
50
0
AR
I
AR
I T RI
L EI NI LI S R R R R
U U A RE P M JU JU STU BE BE BE BE
A EM O M EM
JA
N BR M U T VE
FE AG EPT OK O DES
S N
Gambar 4.5
Persentase Ibu Hamil Komplikasi Kebidanan Ditangani oleh Tenaga
Kesehatan di Puskesmas Padang Tepong Kecamatan Ulu Musi
Tahun 2018

4.1.1.3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada
ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.
Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan
pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas
minimal sebanyak 3 kali dengan waktu: 1). Kunjungan nifas pertama (KF1)
pada 6 jam setelah persalinan sampai 7 hari; 2). Kunjungan nifas kedua
(KF2) dilakukan pada minggu ke-2 setelah persalinan; dan 3). Kunjungan
nifas ketiga (KF3) dilakukan minggu ke-6 setelah persalinan. Pelayanan
yang diberikan meliputi: 1). Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi
dan suhu; 2). Pemeriksaan tinggi fundus uteri; 3). Pemeriksaan lokhia dan
per vaginam lainnya; 4). Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif
6 bulan, 5). Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak 2x (2x24
jam), dan 6). Pelayanan KB pasca persalinan.

Gambar 4.6
Cakupan Pelayanan Nifas di Puskesmas Padang Tepong Kec.Ulu Musi Tahun
2018

350

300

250

200

150

100

50

0
AR
I
AR
I ET RI
L EI NI LI S R R R R
U U AR P M JU JU STU BE O BE BE BE
A M M M
JA
N BR M U E T VE SE
FE AG PT OK DE
SE NO

Gambar 4.7
Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Mendapat Vitamin A di Puskesmas Padang
Tepong Kecamatan Ulu Musi Tahun 2018

350

300

250

200

150

100

50

0
jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nov des

4.1.1.4. Kunjungan Neonatal


Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang
memilik irisiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang
dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan
melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan
kesehatan pada neonatus (0 – 28 hari) minimal dua kali, satu kali pada
umur 0 – 7 hari dan satu kali pada umur 8 – 28 hari. Dalam melaksanakan
pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan
pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi
kepada ibu.
Gambar 4.8
Cakupan K N Lengkap di Puskesmas Padang Tepong Kecamatan Ulu Musi
Tahun 2018

350

300

250

200

150

100

50

0
I I ET L EI NI LI
AR AR RI JU US BE
R
BE
R
BE
R
BE
R
U U AR AP
M JU ST M O M M
JA
N BR M U E T VE SE
FE AG PT OK DE
SE NO
4.1.1.5. Kunjungan Bayi
Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi berumur
29 hari sampai 11 bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu,
puskesmas, dan rumah sakit) maupun di rumah, posyandu, tempat
penitipan anak, panti asuhan, dan sebagainya melalui kunjungan petugas.
Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal empat kali yaitu
satu kali pada umur 29 hari sampai 3 bulan, satu kali pada umur tiga
sampai enam bulan, satu kali pada umur enam sampai sembilan bulan,
dan satu kali pada umur sembilan sampai sebelas bulan. Pelayanan
kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar, stimulasi deteksi
intervensi dini tumbuh kembang bayi dan penyuluhan perawatan
kesehatan bayi. Penyuluhan perawatan kesehatan bayi meliputi konseling
ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan,
perawatan dan tanda bahaya bayi sakit, pemantauan pertumbuhan dan
pemberian vitamin A kapsul biru pada usia enam sampai sebelas bulan

4.1.2. Pelayanan Imunisasi


UCI Desa merupakan indikator penting dalam program imunisasi.
Sesuai Kepmenkes RI nomor 482 tahun 2010, target UCI Desa tahun 2010
adalah >80 %, artinya target UCI tercapai bila minimal 80 %
desa/kelurahan di kabupaten/kota telah memenuhi target imunisasi
campak sebagai imunisasi rutin terakhir. Desa/kelurahan UCI adalah
desa/kelurahan dimana lebih besar atau sama dengan 80% dari jumlah
bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap
dalam waktu satu tahun. Cakupan desa/kelurahan UCI di Puskesmas
Padang Tepong adalah sebagai berikut :

4.2 PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG


Jaminan pemeliharaan kesehatan prabayar merupakan suatu cara
penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan
asas usaha bersama dan kekeluargaan, berkesinambungan, dengan mutu
yang terjamin dan biaya yang terkendali. Pelayanan kesehatan dasar
pasien masyarakat miskin adalah jumlah kunjungan pasien rawat jalan
masyarakat miskin dan hamper miskin di sarana kesehatan strata pertama
di suatu wilayah kerja tertentu pada waktu tertentu. Sarana kesehatan
strata pertama merupakan tempat pelayanan kesehatan yang meliputi
antara lain, puskesmas, balai pengobatan pemerintah dan swasta, praktek
bersama dan perorangan.

Pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin


merupakan jumlah kunjungan pasien rawat jalan masyarakat miskin dan
hampir miskin di sarana kesehatan strata dua dan strata tiga di satu
wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu. Sarana kesehatan strata
dua dan strata tiga terdiri dari, balai kesehatan mata masyarakat, balai
pengobatan penyakit paru, balai kesehatan indera masyarakat, balai besar
kesehatan paru masyarakat, rumah sakit baik milik pemerintah maupun
milik swasta.

4.3. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR


Faktor lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam
proses timbulnya gangguan kesehatan baik secara individual maupun
masyarakat umum. Upaya pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi
dasar pada prinsipnya dimaksudkan untuk memperkecil atau meniadakan
faktor risiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat dari
lingkungan yang kurang sehat. Bentuk upaya yang dilakukan dalam
peningkatan kualitas lingkungan, antara lain melakukan pembinaan
kesehatan lingkungan pada masyarakat dan institusi, surveilans vektor
dan pengawasan Tempat- Tempat Umum (TTU)

4.3.1. Pembinaan Kesehatan Lingkungan


Upaya pembinaan kesehatan lingkungan diarahkan pada
masyarakat dan institusi yang memiliki potensi pengancam kesehatan
masyarakat yang dilakukan secara berkala. Kegiatan pembinaan dimaksud
mencakup upaya pemantauan penyuluhan dan pemberian rekomendasi
terhadap aspek penyediaan fasilitas sanitasi dasar (air bersih dan jamban),
pengelolaan sampah, sirkulasi udara, pencahayaan, dan lain-lain.

4.3.1.1. Pengawasan Sarana Air Bersih


Air bersih merupakan sumber air untuk keperluan minum/masak
serta mandi/cuci sebagian besar penduduk. Jenis sarana air bersih yang
diamati terdiri dari air kemasan, air ledeng, sumur pompa tangan (SPT),
sumur galian (SGL), penampungan air hujan (PAH), mata air, dan lainnya.
Air kemasan merupakan air yang diproduksi dan di distribusikan oleh
suatu perusahaan dalam kemasan botol dan kemasan gelas serta air
minum isi ulang. Air ledeng adalah air yang di produksi melalui proses
penjernihan dan penyehatan sebelum dialirkan kepada konsumen melalui
suatu instalasi berupa saluran air.
4.3.1.2 Penyehatan Perumahan
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi
rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai, dan lantai rumah
yang tidak terbuat dari tanah (Kepmenkes Nomor
829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan

4.3.2. Pengawasan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan


Makanan

Pengawasan terhadap Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat


Pengelolaan Makanan (TUPM) dilakukan untuk meminimalkan faktor risiko
sumber penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU dan TUPM.
Bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi pengawasan kualitas
lingkungan TTU dan TUPM secara berkala, bimbingan, penyuluhan dan
saran perbaikan dalam pengelolaan lingkungan yang sehat, hingga
pemberian rekomendasi untuk penerbitan izin usaha

4.3.3. Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungan

Institusi yang dibina merupakan unit kerja yang dalam memberikan


pelayan/jasa potensial menimbulkan resiko/dampak kesehatan mencakup
rumah sakit, sekolah, instalasi pengolahan air minum, perkantoran,
industri rumah tangga, dan industri kecil serta tempat penampungan
pengungsi

4.4. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan
untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat.
Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan ditemukan beberapa
permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah
kekurangan Kalori Protein, kekurangan vitamin A, Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium, dan anemia gizi besi.

4.4.1. Pemberian Kapsul Vitamin A


Upaya perbaikan gizi juga dilakukan pada beberapa sasaran yang
diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap vitamin A, yang
dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan
balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun (Februari dan
Agustus) dan pada ibu nifas diberikan 1 kali. Cakupan distribusi kapsul
Vitamin A pada bayi dan anak balita dalam kurun waktu tiga tahun
terakhir adalah sebagai berikut:

Gambar 4.23
Cakupan Distribusi K apsul Vitamin A pada Bayi di wilayah Ulu Musi Tahun
2018

250

200

150 Laki-Laki
Perempuan
Total
100 Column1

50

-
Februari Agustus

Gambar 4.24
Cakupan Distribusi K apsul Vitamin A pada Balita di wilayah Puskesmas
Padang Tepong Kecamatan Ulu Musi tahun 2018

2,000
1,800
1,600

1,400
1,200
Laki-Laki
1,000 Perempuan
Total
800
600

400
200

-
Februari Agustus
4.4.2. Pemberian Tablet Besi
Pelayanan pemberian tablet besi dimaksudkan untuk mengatasi
kasus Anemia serta meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe
khususnya yang dialami ibu hamil. Persentase pemberian tablet besi pada
ibu hamil (Fe-1 dan Fe-3) pada tiga tahun terakhir dapat dilihat pada
Gambar berikut ini :

Gambar 4.25
Persentase Pemberian Tablet Besi Pada Ibu Hamil (Fe1 dan Fe3) di Puskesmas
Padang Tepong Kecamatan Ulu Musi Tahun 2018

400

350

300

250

200
Fe 1
150 Fe 3
100

50

0
L
I

EI

NI

LI
ET

R
RI

R
AR

RI

TU

BE

BE
BE

BE
JU
M
UA

JU
AR

AP
NU

EM

M
US

TO
BR

SE
VE
AG
JA

OK
PT
FE

DE
NO
SE

4.4.3. Bayi dengan ASI Eksklusif

ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan


oleh bayi hingga berusia enam bulan (ASI Ekslusif). Riset Medis
mengatakan bahwa ASI Eksklusif membuat bayi berkembang dengan baik
pada 6 bulan pertama bahkan pada usia lebih dari 6 bulan. Cakupan
pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Provinsi Sumatera Selatan menurut
Kabupaten/Kota pada tahun 2009-2010 dapat dilihat pada gambar berikut
ini:
BAB 5
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan


menjadi sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan
dapat dilihat pada bab 5 sebagai berikut :

5.1. SARANA KESEHATAN


Pada bab ini diuraikan tentang sarana kesehatan di antaranya
puskesmas, rumah sakit, sarana Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM), dan institusi pendidikan tenaga kesehatan.

5.1.1. Puskesmas
Pada periode tahun 2007 s.d sekarang, jumlah pustu dan polindes di
wilayah Kecamatan Ulu Musi Puskesmas Padang Tepong
Gambar 5.1.
Jumlah Fasilitas pelayanan Kesehatan di wilayah Puskesmas Padang Tepong
Kecamatan Ulu Musi Tahun 2018

16

14

12

10 Poskesdes
Pustu
8 Puskesmas

0
jan-des

5.1.3. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat


Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan
sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) di antaranya adalah Posyandu (Pos Pelayanan
Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa), Toga (Tanaman Obat Keluarga),
POD (Pos Obat Desa) dan sebagainya.
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal
di masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas,
yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi,
imunisasi, dan penanggulangan Diare. Untuk memantau
perkembangannya, Posyandu dikelompokkan ke dalam 4 strata, yaitu
Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu
Mandiri
Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah/ancaman kesehatan
(termasuk bencana dan kegawat-daruratan kesehatan) secara madiri dalam
rangka mewujudkan desa sehat. Tujuan desa siaga adalah untuk
mewujudkan masyarakat desa yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayahnya. Salah satu kriteria desa siaga
adalah minimal memiliki 1 (satu) Poskesdes (Pos Kesehatan Desa).
5.2. TENAGA KESEHATAN
Data mengenai tenaga kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan baik
yang bekerja di sektor pemerintah maupun swasta masih sulit diperoleh.
Pada tabel berikut disajikan jumlah tenaga kesehatan menurut golongan
medis, paramedis dan tenaga kesehatan lainnya.
BAB VI

PENUTUP

Demikian profil Puskesmas Padang Tepong ini kami sajikan untuk


periode tahun 2018, semoga profil yang sederhana ini dapat memberikan
suatu gambaran yang cukup jelas mengenai data situai serta hasil
pencapaian cakupan program Puskesmas Padang Tepong Tahun 2016.
Capaian program yang dilaksankana oleh Puskesmas Sikap Dalam dalam
kerja tahun 2018 terdapat dalam lampiran tabel profil dan pengisian data
sikanas online serta data yang ada dalam Perencanaan Tingkat Puskesmas
pada bagian belakang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proflil
ini.

Semoga dengan tersajinya profil ini dapat dijadikan sebagai suatu


acuan langkah ke depan untuk kemajuan Puskesmas Padang Tepong
khususnya dan pengembangan kesehatan masyarakat Kabupaten Empat
Lawang pada umumnya dalam Mewujudkan Empat Lawang Sehat .

Kami menyadari bahwa apa yang kami sajikan dalam profil ini masih
banyak kekurangan serta masih jauh dari bentuk yang sempurna, untuk
itu kami sangat mengharapkan tanggapan dan saran untuk perbaikan dan
kesempurnaan dari profil ini.

Padang Tepong, Januari 2018

Ka. UPTD Puskesmas Padang tepong

Ratnawati,
NIP.

Anda mungkin juga menyukai