PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Sejak pelaksanaan desentralisasi sampai saat ini Kabupaten
Paser sebagai salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Timur,
telah banyak memberikan kontribusi terhadap pencapaian derajat
kesehatan masyarakat. Salah satu indikator pencapaiannya adalah
meningkatnya angka harapan hidup (AHH) pada tahun 2017 dengan
nilai 73,2 meningkat pada tahun 2018 menjadi 74,6
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi
kesehatan. Demikian juga dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun
2008 tentang keterbukaan informasi publik sebagai jaminan bagi
masyarakat untuk mendapatkan informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Dalam rangka
memenuhi kebutuhan informasi khususnya di Kecamatan Muara
Komam, disusun buku Profil UPTD Puskesmas Muara Komam Tahun
2019. Pada profil kesehatan ini disampaikan gambaran situasi
kesehatan, yang meliputi gambaran umum tentang derajat kesehatan,
situasi upaya kesehatan, dan situasi sumber daya kesehatan.
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Muara Komam Tahun 2019
ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mendukung sistem
manajemen kesehatan yang lebih baik dalam rangka pencapaian Visi
UPTD Puskesmas Muara Komam yaitu “Visi “ Terwujudnya
Masyarakat Muara Komam Yang Sehat, Mandiri dan
Berkeadalian” dan selanjutnya Profil UPTD Puskesmas Muara Komam
Tahun 2019 dapat digunakan untuk dasar pembuatan perencanaan
kesehatan pada tahun yang akan datang.
2
B. Tujuan
1. Umum
Profil UPTD Puskesmas Muara Komam ini bertujuan untuk memberikan
gambaran umum situasi kesehatan menyeluruh di Kecamatan Muara
Komam dengan menyediaan data dan informasi yang tepat dan benar
serta sesuai kebutuhan yang dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi
pencapaian Kesehatan di Kecamatan Muara Komam sehat secara
berhasil guna dan berdaya guna
2. Khusus
3
tahunan kondisi kesehatan masyarakat di Kecamatan Muara Komam dan
sebagai alat evaluasi program tahunan yang telah dilaksanakan dan untuk
menyusun rencana tahunan kesehatan tahun berikutnya.
Manfaat lain adalah memberikan umpan balik/gambaran kegiatan
yang telah dilaksanakan oleh Pusban, Polindes dan Poskesdes yang ada
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Muara Komam.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penyusunan Profil UPTD Puskesmas Muara Komam Tahun
2019 adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
B. Tujuan
C. Manfaat
D. Sistematika Penulisan
BAB II GAMBARAN UMUM
A. Keadaan Geografis
B. Keadaan Demografi
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. Angka Harapan Hidup (AHH)
B. Status Gizi
C. Angka Kematian (Mortalitas)
D. Angka Kesakitan (Morbiditas)
E. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
A. Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat
B. Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit (P2)
C. Pelayanan Kesehatan
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. Sarana Kesehatan
B. Tenaga Kesehatan
C. Pembiayaan Kesehatan
BAB VI PENUTUP
4
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. KEADAAN GEOGRAFI
1. Letak
UPTD Puskesmas Muara Komam terletak di Kecamatan Muara
Komam Kabupaten Paser merupakan wilayah Provinsi Kalimantan
Timur, tepatnya pada posisi 01⁰ 40' 34,05'' Lintang Selatan dan 116⁰ 47'
25,95'' Bujur Timur.
2. Batas Wilayah
Batas wilayah UPTD Puskesmas Muara Komam sebelah Utara
meliputi Kecamatan Long Ikis dan Kecamatan Long Kali, sebelah Timur
berbatasan dengan Kecamatan Batu Sopang sebelah Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Batu Sopang, dan sebelah Barat
berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah.
Gambar 1.1 Peta dan Batas wilayah Admintrasi Kabupaten Paser
Prov. Kalteng
Prov. Kalsel
3. Luas Wilayah
5
Luas wilayah kerja UPTD Puskesmas Muara Komam adalah
1.753,40. Wilayah ini terdiri dari 1 Kelurahan dan 12 Desa.
B. DEMOGRAFI
1. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Muara Komam menurut hasil
pengolahan data dari BPS-statistik Indonesia adalah 14.908 jiwa,
dilihat dari rasio jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari
penduduk perempuan yaitu laki-laki 7.985 jiwa sedangkan perempuan
6.923 jiwa.
Berdasarkan wilayah kerja Puskesmas Muara Komam yang
paling banyak penduduknya adalah Kelurahan Muara Komam (4.619
jiwa) atau 30 % dari jumlah penduduk Kecamatan Muara Komam,
sedangkan Desa dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Desa
Long Sayo (192 jiwa) atau 4,1 % dari jumlah penduduk Kecamatan
Muara Komam.
2. Keadaan Pendidikan
Komponen pengukuran tingkat pembangunan manusia suatu
negara yang cukup berpengaruh yaitu komponen pendidikan.
Perubahan yang terjadi secara terus menerus pada perilaku
masyarakat disebabkan oleh semakin meningkatnya tingkat
pendidikan. Pendidikan juga merupakan salah satu syarat mutlak
pencapaian tujuan pembangunan manusia, dan merupakan target
pembangunan nasional
6
menamatkan sekolah pada jenjang pendidikan tertentu. Adapun
Banyaknya sekolah SD, SLTP, SLTA di Kecamatan Muara Komam
adalah sebagai berikut :
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
7
Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 bahwa tujuan
Pembangunan Kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan sehat sebagai
keadaan sempurna dari fisik, mental, dan sosial semata-mata tidak hanya
terbebas dari penyakit ataupun kecacatan. Sehat merupakan hak setiap
orang sehingga peningkatan derajat kesehatan masyarakat menurut undang-
undang merupakan tanggung jawab setiap orang baik partisipasi masyarakat
dan komitmen pemerintah.
Derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh banyak faktor.
Indikator keberhasilan pencapaian program ini dapat dilihat dari: 1)
Mortalitas, morbiditas,
dan status gizi, 2) keadaan lingkungan, perilaku hidup sehat, akses dan mutu
pelayanan kesehatan 3) Pelayanan kesehatan, Sumber Daya Kesehatan,
manajemen kesehatan dan sektor terkait. Perhatian khusus harus diberikan
terhadap peningkatan kesehatan ibu termasuk bayi baru lahir, bayi dan balita
dengan menyelenggarakan berbagai upaya dan program inovasi terobosan
yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian tujuan global
sebagaimana tercantum dalam tujuan SDG’s terkait dengan kesehatan ibu
dan anak. Upaya ini juga harus di dukung oleh kemampuan manajemen
tenaga pengelola dan pelaksana program kesehatan keluarga dan gizi
masyarakat.
Kejadian kematian pada kelompok populasi dapat mencerminkan
kondisi kesehatan masyarakat dan keberhasilan pelayanan kesehatan serta
berbagai program pembangunan kesehatan. Meningkatnya usia harapan
hidup adalah salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan,
selain itu kejadian kematian ibu, bayi dan balita juga mencerminkan derajat
kesehatan masyarakat disuatu wilayah pada periode waktu tertentu.
A. ANGKA KEMATIAN
8
1. ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB)
Upaya pemeliharaan kesehatan bayi ditujukan untuk
mempersiapkan generasi akan datang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi. Upaya
pemeliharaan kesehatan bayi dilakukan sejak janin masih dalam
kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 tahun.
Periode bayi dan balita merupakan masa dalam periode dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dan cepat (Growth Spurt)
dengan tahapan tumbuh kembang yang pesat bayi dan balita rentan
dengan berbagai serangan penyakit, termasuk penyakit yang
disebabkan kekurangan dan kelebihan asupan nutrisi jenis tertentu.
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator kunci yang
digunakan untuk menghitung Angka Harapan Hidup (AAH). Infant
Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya bayi
yang meninggal sebelum usia 11 bulan yang dinyatakan dalam 1000
kelahiran Hidup pada tahun yang sama. Angka Kematian Bayi
merupakan aspek penting dalam menilai keberhasilan pembangunan
kesehatan.
Angka kematian bayi (AKB) baru lahir di Kecamatan Muara
Komam selama tahun 2019 sebayak 4 bayi lahir, sedangkan kematian
bayi yaitu sebanyak 5 bayi.
9
Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan ibu dan anak
merupakan anggota keluarga yang harus mendapat perhatian dan
prioritas khusus karena penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja
upaya kesehatan ibu penting dilakukan pemantauan, karena Angka
kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indokator yang peka dalam
menggambarkan kesejateraan disuatu negara
Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua
sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
penangananya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cidera.
Pemerintah bersama masyarakat bertanggungjawab untuk menjamin
bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih, dan perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi,
perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, serta akses
terhadap keluarga berencana. Disamping itu perlu melakukan intervensi
lebih ke hulu yakni kepada kelompok remaja dan dewasa muda dalam
upaya percepatan penurunan AKI
Angka kematian ibu di Kecamatan Muara Komam Periode 2019
tidak ada kasus kematian ibu atau 0.
B. ANGKA KESAKITAN (Morbiditas)
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insidensi
maupun angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas
menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun
waktu tertentu. Tingkat kesakitan suatu negara juga mencerminkan
situasi derajat kesehatan masyarakat yang ada didalamnya. Angka
kesakitan salah satu indikator derajat kesehatan penduduk. Status
kesehatan memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan
penduduk pada waktu tertentu. Status kesehatan penduduk merupakan
salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat produktifitas
penduduk. Status kesehatan penduduk secara keseluruhan dapat dilihat
10
dengan menggunakan indikator angka kesakitan (mordibility rate) dan
rata-rata lama sakit.
Berikut ini akan disajikan gambaran morbiditas penyakit yang
dapat menggambarkan keadaan derajat kesehatan masyarakat di
Kecamatan Muara Komam Tahun 2019.
1. Sepuluh Penyakit Terbanyak
Grafik 2.1 Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Muara Komam Tahun 2019
2. Penyakit Menular
a. Tuberculoses (TBC)
Tuberkulosis ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang menjadi tantangan global. Indonesia merupakan
salah satu negara yang mempunyai beban tuberkulosis yang
terbesar diantara 5 negara yaitu India, Indonesia, China,
Philippina and Pakistan (Global Tuberculosis Report, 2017; hal. 1).
Selain itu terdapat tantangan yang perlu menjadi perhatian yaitu
meningkatnya kasus Tuberkulosis-MDR, Tuberkulosis-HIV,
Tuberkulosis dengan DM, Tuberkulosis pada anak dan
11
masyarakat rentan lainnya. Hal ini memacu pengendalian
tuberkulosis nasional terus melakukan intensifikasi, akselera7si,
ekstensifikasi dan inovasi program.
Cakupan pengobatan semua kasus Tuberkulosis (Case
Detection Rate/CDR) yang diobati adalah jumlah semua kasus
tuberkulosis yang diobati dan dilaporkan di antara perkiraan
jumlah semua kasus tuberkulosis (insiden). Jumlah terduga TBC
di Kecamatan Muara Komam Tahun 2019 sebesar 78 kasus,
sedangkan jumlah semua kasus TBC tahun 2019 sebesar 9
kasus.
b. Malaria
World Report 2015 menyebutkan bahwa malaria telah
menyerang 106 negara didunia. Suistainable Development Goals
(SDGs) pemberantasan malaria tertuang dalam tujuan ketiga
yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mengupayakan
kesejahteraan bagi semua orang dengan
tujuan spesifik yaitu mengakhiri epidemi AIDS, TBC,
malaria dan penyakit neglected-tripocal sampai dengan tahun
2030.
Morbiditas malaria pada suatu wilayah ditentukan dengan
Annual Parasite Incidence (API) per tahun. API merupakan jumlah
kasus positif malaria per 1.000 penduduk dalam satu tahun. Data
Pengelola Program Malaria UPTD Puskesmas Muara Komam
ditemukan 155 suspek malaria dan telah dilakukan pemeriksaan
(konfirmasi) laboratorium secara mikroskopik 94 kasus dan rapid
diagnostic test (RDT) sebanyak 57 kasus dan hasilnya
menunjukan 155 kasus positif malaria dimana dengan angka
kesakitan atau Annual Parasite Incidence per 1.000 penduduk
sebesar 5,6
c. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam berdarah merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya
12
semakin meningkat dan penyebarannya semakin luas, penyakit
DBD merupakan penyakit menular yang pada umumnya
menyerang pada usia anak-anak umur kurang dari 15 tahun dan
juga bisa menyerang orang dewasa. Data WHO asia pasifik
menanggung 75 persen dari beban dengue di dunia sementara
Indonesia dilaporkan sebagai negara ke 2 dengan kasus DBD
terbesar diatara 30 negara wilayah enedemis.
Di Puskesmas Muara Komam menurut data bidang
pemegang program Puskesmas Muara Komam Kabupaten Paser
pada Tahun 2019, dilaporkan terdapat 2 kasus DBD dimana
Pasien ke duanya adalah perempuan.
d. Kusta
Kusta merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat karena cacat y ang ditimbulkannya. Cacat kusta
terjadi akibat gangguan fungsi syaraf pada mata, tangan dan kaki.
Di Kabupaten Paser menurut data Pengelola Program Kusta
Puskesmas Muara Komam Dinas pada Tahun 2019, ditemukan 2
kasus kusta terdaftar dengan jenis kusta multi basiler (kusta
13
basah) dengan prevalensi per 100.000 penduduk sebesar 0,8
persen. Penderita kusta selesai berobat Release from treatment
(RFT) 0 sebanyak kasus dengan presentase 92,3 persen, dengan
angka kecatatan tingkat 2 per 100.000 penduduk sebesar 3,6
persen.
e. HIV AIDS
HIV atau Human Immunodefeciency Virus merupakan
sejenis virus yang menyerang sel darah putih yang menyebabkan
turunnya kekebalan tubuh manusia akibatnya orang tersebut
mudah terkena berbagai penyakit infeksi. AIDS atau Acuired
Immune Defeciency Syndrome gejala yang timbul akibat
menurunnya kekebalan tubuh. Diseluruh dunia pada tahun 2015
ada 35 juta orang hidup dengan HIV, sedangkan di Indonesia
menurut data Ditjen PP&PL Kemenkes, 2016 dilaporkan terdapat
6266 kusus AIDS.
Data Koordinator Program Puskesmas Muara Komam
Kabupaten Paser pada Tahun 2019, terdapat 1 kasus HIV yang
terdiri dari 1 laki-laki. Menurut proporsi kelompok umur 89,5
persen kasus HIV berusia 25-49 tahun dengan jumlah kasus
kematian akibat AIDS sebanyak 0 kasus.
f. Penyakit Diare
Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga
merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
sering disertai dengan kematian.Target cakupan pelayanan
penderita Diare Balita yang datang ke sarana kesehatan adalah
10% dari perkiraan jumlah penderita Diare Balita (Insidens Diare
Balita dikali jumlah Balita di satu wilayah. Jumlah target penemuan
kasus diare tahun 2019 sebesar 387 kasus.
Data diare tahun 2019 juga menjelaskan bahwa 437 kasus
penderita diare untuk semua golongan umur telah mendapatkan
pelayanan kesehatan.
14
3. Penyakit Tidak Menular
a. Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang
penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular
prioritas yang menjadi target tindak lanjut dan penanggulangan.
Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama
beberapa dekade terakhir. (WHO Global Report, 2016). Data
Riskesdas menunjukkan bahwa penyakit tidak menular seperti
stroke, hipertensi, diabetes melitus, tumor, dan penyakit jantung
merupakan penyebab kematian utama di Indonesia.
Di Indonesia hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018
berdasarkan pemeriksaan gula darah, diabetes melitus naik dari
6,9% menjadi 8,5%; . Data Pengelola Program Puskesmas Muara
Komam pada Tahun 2019 jumlah penderita DM sebanyak 150
penderita dan penderita DM yang dilayani sesuai standar sebesar
46 kasus atau 30,7 persen.
b. Hipertensi
Sampai saat ini hipertensi masih merupakan masalah
kesehatan dan menjadi tantangan terbesar di Indonesia betapa
tidak hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada
pelayanan kesehatan primer. Disamping itu pengontrolan
hipertensi belum adekuat maskipun obat-obatan yang efektif
banyak tersedia.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka
lama dapat menimbulkkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal)
dan otak (stroke) bila tidak terdeteksi secara dini dan mendapat
pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan
tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat.
Data Riskesdas 2018 hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi
15
naik dari 25,8% menjadi 34,1%. Data bidang pengelola program
Puskesmas Muara Komam pada Tahun 2019 hipertensi dengan
jumlah kasus sebesar 1.233 kasus dengan estimasi jumlah
penderita hipertensi usia > 15 tahun sebesar 3.285 dari jumlah
tersebut hanya sekitar 37,5 persen penderita hipertensi telah
mendapatkan pelayanan kesehatan
c. Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
Pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait
dengan stress atau kelainan jiwa dianggap sebagai bagian dari
perkembangan normal manusia. Terjadi peningkatan proporsi
gangguan jiwa. Data Riskesdas 2018 cukup signifikan jika
dibandingkan dengan Riskesdas 2013, naik dari 1,7% menjadi
7%. Demikian juga di Kecamatan Muara Komam data tahun 2019
menunjukan terdapat 16 kasus gangguan jiwa berat dimana 14
kasus telah mendapatkan pelayanan kesehatan atau sekitar 87,5
persen.
16
BAB IV
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
17
komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk keluarga
berencana), 9) pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes
hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan
golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya), 10)
tatalaksana kasus
Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu
hamil dapat dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan
K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan dibandingkan jumlah
sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.
Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling
sedikit empat kali sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester
dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada
kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses
pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu
hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.
Capaian cakupan K1 dan K4 disajikan sebagai berikut
18
Sebagai upaya mengendalikan infeksi tetanus yang merupakan
salah satu faktor risiko kematian ibu dan kematian bayi, maka Dinas
Kesehatan Kabupaten Paser Tahun 2019 melaksanakan program
imunisasi Tetanus Difetri (TD) bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu
hamil. Rata-rata cakupan TD1, TD2, TD3, TD4 dan TD5 hanya
mencapai 16,36 persen dari jumlah sasaran WUS (hamil dan tidak
hamil) sebesar 291 WUS. Faktor lain dalam mengurangi resiko
kematian ibu hamil adalah mengendalikan jumlah penderita anemia.
Salah satu kegiatan yang telah dilakukan pemberian Tablet Tambah
Darah (TTD) Pada ibu hamil.
b. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin dan Ibu Nifas
Upaya yang dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan
kematian bayi yaitu dengan mendorong agar setiap persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis
kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta
diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Keberhasilan
program ini diukur melalui indikator persentase persalinan di fasilitas
pelayanan kesehatan (cakupan PF).
Program pemerintah Kabupaten Paser untuk membangun
poskesdes disemua desa dan menempatkan tenaga kesehatan
minimal 1 bidan 1 perawat setiap poskesdes disemua desa
merupakan salah satu upaya dalam menurunkan kematian ibu dan
anak, tahun 2019 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan sebesar 75,6 persen dan yang ditolong di fasilitas
pelayanan kesehatan sebesar 52,3 persen.
Pelayanan kesehatan ibu nifas dilakukan sekurang-kurangnya
tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai
dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan
hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari
ke-42 pasca persalinan. Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang
diberikan adalah sebagai berikut :
a) pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu);
19
b) pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri);
c) pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;
d) pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif;
e) pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu
nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana;
f) pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.
Data Pemegang Program Puskesmas Muara Komam
Kabupaten Paser tahun 2019 menunjukan cakupan pelayanan ibu
nifas KF3 sebesar 73,7 persen demikian juga dengan cakupan
pemberian vitamin A pada ibu nifas sebesar 75,7 persen.
c. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Penduduk dikatakan ‘penduduk tua’ apabila proporsi penduduk
lanjut usia (usia ≥ 60 tahun) sudah mencapai 10% atau lebih
(Aditoemo dan Mujahid, 2014). Indonesia termasuk negara yang akan
masuk ke penduduk struktur tua, karena persentase penduduk lanjut
usia (lansia) yang telah mencapai 7,6% dari total penduduk (Sensus
Penduduk, BPS 2010), dan diproyeksikan akan terus meningkat pada
tahun 2020-2035 seiring dengan Usia Harapan Hidup (UHH)
Indonesia yang diproyeksikan akan terus meningkat dari 69,8 tahun
(2010) menjadi 72,4 pada tahun 2035 (Bappenas, BPS, dan UNFPA,
2013).
Jumlah penduduk lanjut usia menurut Data pemegang program
Puskesmas Muara Komam di 6 Posyandu Lansia mencapai 181
lansia, dimana 26,51 persen telah mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar, seperti disajikan pada tabel berikut :
20
Tabel 4.1 Cakupan Pelayanan Kesehatan lanjut Usia menurut
Posyandu Lansia di Kec. Muara Komam Tahun 2019
40
33
35
30
30 Jumlah Lansia
25 Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
20
20
15 11 11
10
8 7 8
10
4
5
21
Sumber : Pengelola Program Lansia PKM Muara Komam Tahun 2019
1. Kesehatan Anak
Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk
mempersiapkan generasi akan datang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian anak. Upaya
pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam
kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 tahun.
Upaya kesehatan anak diharapkan mampu menurunkan angka
kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan
anak yakni Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi
(AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA).
22
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal,
sehingga dapat menunjang proses belajar mereka dan pada akhirnya
menciptakan anak usia sekolah yang sehat dan berprestasi.
23
kurus BB/TB mencapai 3,1 persen jumlah ini masih dibawah rata-rata
nasional.
1. Penimbangan Balita
Penimbangan balita sangat penting untuk deteksi dini kasus
gizi kurang dan gizi buruk, rajin menimbang balita, maka pertumbuhan
balita dapat dipantau secara intensif sehingga bila berat badan anak
tidak naik atau jika ditemukan penyakit akan dapat segera dilakukan
upaya pemulihan dan pencegahan supaya tidak menjadi gizi kurang
atau gizi buruk. Semakin cepat ditemukan, penanganan kasus gizi
kurang atau gizi buruk akan semakin baik. Penanganan yang cepat
Data sasaran balita sebesar 1.712 balita, yang datang dan ditimbang
diposyandu sebesar 877 balita atau sekitar 51,23 persen.
24
Vitamin A merupakan zat gizi esesial yang sangat diperlukan tubuh
untuk perumbuhan dan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Kekurangan
vitamin A dapat menyebabkan kebutaan pada anak yang dapat dicegah
serta meningkatkan risiko kesakitan dan kematian. Asupan vitamin A dari
makanan sehari-hari masih rendah sehingga diperlukan suplementasi gizi
berupa kapsul vitamin A.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A menggambarkan jumlah
masyarakat kelompok sasaran yang telah mendapatkan kapsul vitamin A
pada tahun berjalan. Data dinas kesehatan tahun 2019, cakupan
pemberian vitamin A (6-59) bulan mencapai 97,71 persen. Presentase
pemberian vitsmin A kapsul merah untuk Ibu Nifas mencapai 100 persen.
25
pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko
lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari
aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Sedangkan menurut WHO,
kesehatan lingkungan meliputi seluruh faktor fisik, kimia, dan biologi dari
luar tubuh manusia dan segala faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
manusia. Kondisi dan kontrol dari kesehatan lingkungan berpotensial
untuk mempengaruhi kesehatan.
Lingkungan menjadi salah satu faktor yang berperan dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat yang optimal di samping
faktor kualitas pelayanan kesehatan, dan perilaku hidup bersih dan sehat
masyarakat. Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan
mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem
kesehatan kewilayahan dalam menggerakkan pembangunan lintas sektor
berwawasan kesehatan. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan ditetapkan pada media lingkungan yang meliputi:
air, udara, tanah, pangan, sarana dan bangunan, serta vektor dan
binatang pembawa penyakit.
a. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yang dimaksud dengan
STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan sanitasi
melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.
Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku yang
higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan STBM berpedoman pada lima pilar sebagai berikut :1)
Stop Buang Air Besar, Sembarangan (SBABS), 2) Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS), 3) Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
(PAMMRT) dan 4) Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT), 5)
Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT).
Data Puskesmas Muara Komam Pemegang Program kesehatan
lingkungan dari 12 desa dan 1 Kelurahan dalam wilayah Kecamatan
26
Muara Komam, 12 desa dan 1 Kelurahan telah melaksanakan STBM, dan
desa yang melaksanakan stop buang air sembarangan hanya 2 desa.
Seperti di sajikan pada table berikut :
b. Air Minum
Salah satu target dalam tujuan pembangunan berkelanjutan
(Sustainable Development Goals/SDGs) pada sektor lingkungan hidup
adalah memastikan masyarakat mencapai akses universal air bersih dan
sanitasi yang layak.. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air
minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
Air minum yang aman (layak) bagi kesehatan adalah air minum
yang memenuhi persyaratan secara fisik, mikrobiologis, kimia, dan
radioaktif. Menurut data pemegang program kesehatan lingkungan
Puskesmas Muara Komam Tahun 2019, terdapat 14 sarana air minum
dan sebanyak 14 atau 100 persen telah dilakukan inspeksi kesehatan
27
lingkungan, dan 14 sarana air minum telah diambil sebagai sampel
hasilnya 14 atau 100 persen memenuhi syarat. Seperti di sajikan pada
table berikut :
JUMLAH JUMLAH
NO Desa / Kelurahan PUSKESMAS SARANA SARANA JUMLAH JUMLAH
JUMLAH
AIR MINUM SARANA AIR SARANA AIR
AIR MINUM SARANA
% DGN % MINUM % MINUM %
AIR MINUM
RESIKO DIAMBIL MEMENUHI
DI IKL
RENDAH+ SAMPEL SYARAT
SEDANG
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Kel. Muara Komam Puskesmas Muara Komam 8 8 100,0 0,0 8 100,0 8 100,0
2 Muara Langon Puskesmas Muara Komam 1 1 100,0 0,0 1 100,0 1 100,0
3 Batu Botuk Puskesmas Muara Komam 2 2 100,0 0,0 2 100,0 2 100,0
4 Uko Puskesmas Muara Komam 0 0 0,0 0,0 0 0,0 0 0,0
5 Muara Kuaro Puskesmas Muara Komam 0 0 0,0 0,0 0 0,0 0 0,0
6 Muara Payang Puskesmas Muara Komam 0 0 0,0 0,0 0 0,0 0 0,0
7 Prayon Puskesmas Muara Komam 0 0 0,0 0,0 0 0,0 0 0,0
8 Binangon Puskesmas Muara Komam 0 0 0,0 0,0 0 0,0 0 0,0
9 Long Sayo Puskesmas Muara Komam 0 0 0,0 0,0 0 0,0 0 0,0
10 Sekuan Makmur Puskesmas Muara Komam 0 0 0,0 0,0 0 0,0 0 0,0
11 Swan Slutung Puskesmas Muara Komam 0 0 0,0 0,0 0 0,0 0 0,0
12 Lusan Puskesmas Muara Komam 0 0 0,0 0,0 0 0,0 0 0,0
13 Selerong Puskesmas Muara Komam 3 3 100,0 0,0 3 100,0 3 100,0
28
Berdasarkan data tersebut sarana pendidikan yang diperiksa dan
memenuhi syarat SD/MI sebanyak 18 atau 94,7 persen, SMP/MTS
sebesar 5 atau 100 persen, SMU sebanyak 3 atau 100 persen, pasar 100
persen, dan tempat ibadah 100 persen atau secara keseluruhan dari 44
TTU yang diperiksa atau 97,7 persen telah memenuhi syarat. Seperti di
sajikan pada table berikut :
29
Saat ini di Kecamatan Muara Komam terdapat terdapat 43 TPM
yang terdiri dari 6 rumah makan/restoran, 14 depot air minum, 7 pirt dan
12 makanan jajanan 3 , TPM yang memenuhi syarat 81,40 persen dan
tidak memenuhi syarat 11,63 persen. Seperti di sajikan pada table
berikut:
Tabel 4.5. Tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat tahun 2019
MAKA MAKANAN
JUMLAH TPM
NAN RUMAH JAJANAN/KA
DEPOT AIR MEMENUHI
NO KECAMATAN PUSKESMAS JAJAN JASA BOGA MAKAN/
MINUM (DAM)
NTIN/SENTRA
SYARAT
RUMA AN/ RESTORAN MAKANAN
DEPO JUML KESEHATAN
H KANTI JAJANAN
T AIR AH
JASA MAKA N/
MINU TPM
BOGA N/RES SENT
M YANG
TORA RA
(DAM) ADA
N MAKA
NAN JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % TOTAL %
JAJAN
AN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Kel. Muara Komam Puskesmas Muara Komam
0 1 0 2 3 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
2 Muara Langon Puskesmas Muara Komam
0 0 0 1 1 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
3 Batu Botuk Puskesmas Muara Komam
0 0 0 0 0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
4 Uko Puskesmas Muara Komam
0 0 0 0 0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
5 Muara Kuaro Puskesmas Muara Komam
0 0 0 0 0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
6 Muara Payang Puskesmas Muara Komam
0 0 0 0 0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
7 Prayon Puskesmas Muara Komam
0 0 0 0 0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
8 Binangon Puskesmas Muara Komam
0 0 0 0 0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
9 Long Sayo Puskesmas Muara Komam
0 0 0 0 0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
10 Sekuan Makmur Puskesmas Muara Komam
0 0 0 0 0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
11 Swan Slutung Puskesmas Muara Komam
0 0 0 0 0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
12 Lusan Puskesmas Muara Komam
0 0 0 0 0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
13 Selerong Puskesmas Muara Komam
0 0 0 0 0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 1 0 3 4 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
30
diantara 5 negara yaitu India, Indonesia, China, Philippina and
Pakistan (Global Tuberculosis Report, 2017; hal. 1). Selain itu
terdapat tantangan yang perlu menjadi perhatian yaitu meningkatnya
kasus Tuberkulosis-MDR, Tuberkulosis-HIV, Tuberkulosis dengan
DM, Tuberkulosis pada anak dan masyarakat rentan lainnya. Hal ini
memacu pengendalian tuberkulosis nasional terus melakukan
intensifikasi, akselera7si, ekstensifikasi dan inovasi program.
Cakupan pengobatan semua kasus Tuberkulosis (Case
Detection Rate/CDR) yang diobati adalah jumlah semua kasus
tuberkulosis yang diobati dan dilaporkan di antara perkiraan jumlah
semua kasus tuberkulosis (insiden). Jumlah terduga TBC di
Kecamatan Muara Komam Tahun 2019 sebesar 78 kasus, sedangkan
jumlah semua kasus TBC tahun 2019 sebesar 12 kasus.
b. HIV AIDS
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem
kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami
31
penurunan daya tahan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi
berbagai macam penyakit lain.
Jumlah orang dengan HIV/AIDS pada umur 25-49 tahun di
Kecamatan Muara Komam pada tahun 2019 adalah sebanyak 1 orang
diantaranya adalah laki-laki.
Grafik 4.3. Jumlah kasus HIV di Kec. Muara Komam Tahun 2019
c. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat
menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada
semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa.
32
Persentasi pencapaian dan penemuan kasus suspek malaria di
Muara Komam pada tahun 2019 sebanyak 151 kasus, setelah
dilakukan konfirmasi laboratorium dan rapid diagnostic test 151 positif
dan 100 persen penderita malaria telah mempeoleh pelayanan
kesehatan sesuai standar.
30
25
20
15
10
0
g r ng o g n on on ro o k ro on ah
on kmu tu ay an sa ng ay ua Uk tu ua ng er
l er
Slu S ay Lu a r K Bo K a a
Se M
a ng P
Bi
n P ra tu ra L D
an a n Lo a ra ua Ba ua ara uar
Sw u u L
ku M M M M
Se
d. Kusta
Penyakit kusta atau lepra atau penyakit Hansen merupakan
penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
leprae dan utamanya mempengaruhi kulit, saraf tepi, mukosa saluran
pernafasan atas dan mata. Penatalaksanaan kasus kusta yang buruk
dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan
kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata.
33
Tahun 2019, di Kabupaten Paser dilaporkan jumlah penderita
kusta baru sebanyak 2 kasus jenis kusta multi basiler (MB) atau yang
dikenal sebagai Kusta Basah 3 kasus jenis kusta kering. Proporsi
menurut jenis kelamin laki-laki adalah penderita kusta terbanyak
dengan 4 kasus dan 1 kasus dari perempuan.
e. Diare
Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga
merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering
disertai dengan kematian.Target cakupan pelayanan penderita Diare
Balita yang datang ke sarana kesehatan adalah 10% dari perkiraan
jumlah penderita Diare Balita (Insidens Diare Balita dikali jumlah Balita
34
di satu wilayah. Jumlah target penemuan kasus diare tahun 2019
sebesar 387 kasus.
Data diare tahun 2019 juga menjelaskan bahwa 437 kasus
penderita diare untuk semua golongan umur telah mendapatkan
pelayanan kesehatan.
f. Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus Dengue yang tergolong Arthropod-Borne
Virus, genus Flavivirus, dan famili Flaviviridae. DBD ditularkan melalui
gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau
Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan
dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan
dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.
Tahun 2019 di Puskesmas Muara Komam kasus DBD
berjumlah 2 kasus, yang terdiri 2 adalah perempuan.
35
kegiatan untuk mengendalikan PTM yaitu dengan melakukan
pelayanan skrining kesehatan kepada kelompok sasaran PTM.
Data tahun 2019, seksi PTM telah melakukan pelayanan
kesehatan kepada penderita hipertensi sebanyak 773 penderita
hipertensi atau baru sekitar 37,5 persen dari total 3.285 penderita
hipertensi kelompok usia 15 keatas, demikian juga dengan pelayanan
kesehatan penderita diabetes mellitus (DM), dari 150 penderita DM
dan 30,7 persen atau 46 penderita telah mendapatkan pelayanan DM
sesuai standar.
3. Pelayanan Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit tertentu, sehingga bila suatu saat terpapar
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit
yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain TBC, difteri,
tetanus, hepatitis B, pertusis, campak, rubella, polio, radang selaput
otak, dan radang paru-paru.
Penentuan jenis imunisasi didasarkan atas kajian ahli dan
analisis epidemiologi atas penyakit-penyakit yang timbul. Di Indonesia,
setiap bayi (usia 0-11 bulan) diwajibkan mendapatkan imunisasi dasar
lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis
DPT-HB-HiB, 4 dosis polio tetes, dan 1 dosis campak/MR.
Data Pemegang Program Imunisasi Paser Tahun 2019.
Cakupan Hb0 1-7 hari hanya sebesar 69 persen atau 135 bayi. Dan
cakupan pelayanan imunisasi BCG sebesar 91 persen atau sekitar
179 bayi.
Selain itu dalam upaya mempertahankan tingkat kekebalan
agar tetap tinggi sehingga dapat memberikan perlindungan dengan
optimal, maka pemberian imunisasi pada seorang anak perlu
ditambah dengan dosis lanjutan (booster) untuk meningkatkan
kekebalannya yang diberikan pada usia 18 bulan. Perlindungan
36
optimal dari pemberian imunisasi lanjutan ini hanya didapat apabila
anak tersebut telah mendapat imunisasi dasar secara lengkap.
Di Kecamatan Muara Komam persentase anak usia 12-24
bulan yang mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib (3) pada tahun 2019
sebesar 62 persen, polio 4 sebesar 62 persen, campak/MR mencapai
77 persen. Cakupan ini telah mencapai target Renstra 2016-2021
yang menargetkan
cakupan tahun 2019 sebesar 90% dan cakupan bayi dan balita yang
telah mendapakan imunisasi lengkap sebesar 78 persen.
37
BAB V
SUMBER DAYA KESEHATAN
Sumber Daya Kesehatan (SDK) merupakan salah satu subsistem
dalam Sistem Kesehatan Nasional yang mempunyai peranan penting dalam
mencapai tujuan pembangunan kesehatan sebagai pelaksana upaya dan
pelayanan kesehatan. Dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012
tentang Sistem Kesehatan Nasional, sumber daya manusia kesehatan
adalah tenaga kesehatan (termasuk tenaga kesehatan strategis) dan tenaga
pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat dan bekerja serta
mengabdikan dirinya dalam upaya dan manajemen kesehatan.
Untuk mendukung keberhasilan pencapaian cakupan program
kesehatan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya kesehatan
yang mencukupi sesuai kebutuhan.
A. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN
Sarana pelayanan kesehatan di Kecamatan Muara Komam
meliputi UPTD Puskesmas, Pusban dan Polindes serta pelayanan
kesehatan lainya
Dalam melaksanakan program dan kegiatan, sarana dan
prasarana yang dimiliki Puskesmas Muara Komam adalah berjumlah 22
Unit Pusban dan Polindes yang terdiri 12 Pusban dan 10 Polindes.
1. Puskesmas Pembantu dan Polindes
Puskesmas Pembantu merupakan jaringan pelayanan
Puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan secara permanen
di suatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas. Tujuan untuk
meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan bagi
masyarakat di wilayah kerjanya.
Polindes salah satu bentuk partisipasi atau peran serta
masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan
pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk Keluarga Berencana
yang mana tempat dan lokasinya berada di desa. Polindes hanya
38
dapat dirintis di desa yang telah mempunyai bidan yang tinggal di
desa tersebut.
Tabel 5.1 Jumlah Puskesmas Pembantu dan Polindes di
Kecamatan Muara Komam Tahun 2019
No Jumlah Sarana
Desa
. Pusban Polindes
1 Batu Butok 1 0
2 Uko 1 0
3 Muara Langon 1 1
4 Selerong 1 1
5 Sekuan Makmur 1 1
6 Binangon 1 1
7 Muara Kuaro 1 1
8 Prayon 1 1
9 Muara Payang 1 1
10 Long Sayo 1 1
11 Lusan 1 1
12 Swan Slutung 1 1
Total 12 10
Sumber : Staf Tata Usaha PKM Muara Komam
B. TENAGA KESEHATAN
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan merupakan elemen penting dalam
pembangunan kesehatan baik jumlah tenaga kesehatan maupun
kualitas. Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya
Puskesmas Muara Komam Kabupaten Paser didukung oleh 63 orang
pegawai yang terdiri atas 29 orang PNS dan 34 Pegawai Tidak Tetap/
Honor dari berbagai latar belakang keahlian dan pendidikan.
Berdasarkan latar belakang kompetensinya pegawai Puskesmas Muara
Komam terdiri dari 23 tenaga Admin/Lainnya, 15 Perawat, 22 Bidan, 2
39
dokter umum, 1 dokter gigi, rincian jumlah pegawai berdasarkan
kompetensinya, ditunjukkan dalam gambar berikut :
21
2
1
Dokter Umum
Dokter Gigi
Perawat
1 15 Bidan
1 Sanitarian
Gizi
Administrasi Lainnya
22
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Aspek pembiayaan kesehatan sangat berpengaruh terhadap
pencapaian indikator keberhasilan kinerja, capaian program dan
kegiatan. Operasional kegiatan dapat dilaksanakan apabila didukung
pembiayaan yang memadai. Anggaran yang dikelola Dinas Kesehatan
dan Rumah Sakit Kabupaten Paser pada tahun 2018 sebesar 12,20%
dari total APBD Kabupaten Paser. ( APBD murni termasuk Dak fisik dan
Non Fisik).
40
Tabel 5.2 Anggaran UPTD Puskesmas Muara Komam Tahun 2019
No
Sumber Biaya Anggaran Kesehatan
.
1 APBD Rp 658.061.000
2 JKN Rp 431.716.300
3 BOK Rp 708.055.000
Total Rp 1.797.832.300
41
BAB VI
PENUTUP
Secara umum pembangunan kesehatan di Kecamatan Muara Komam
telah menunjukkan berbagai perbaikan terhadap derajat kesehatan. Upaya
dan sarana kesehatan sedikit demi sedikit telah dipenuhi oleh Pemerintah
Kabupaten Paser sehingga diharapkan dapat meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Paser. Sementara itu,
pembangunan kesehatan terus diupayakan sejalan dengan perbaikan
kondisi umum dan perbaikan keadaan sosial dan ekonomi masyarakat
dengan melibatkan peran serta masyarakat.
Profil kesehatan Puskesmas Muara Komam Tahun 2019 menyajikan
data dan informasi, tentang demografi, sarana kesehatan, tenaga kesehatan,
pembiayaan kesehatan, kesehatan keluarga, serta pengendalian penyakit
dan kesehatan lingkungan. Data dan informasi yang ditampilkan dalam Profil
Kesehatan Puskesmas Muara Komam diharapkan dapat membantu dalam
membandingkan capaian pembangunan kesehatan pada tahun
sebelumnya, mengukur capaian pembangunan kesehatan di Kecamatan
Muara Komam serta sebagai dasar untuk perencanaan program
pembangunan kesehatan selanjutnya
Selain itu profil kesehatan ini juga merupakan pemenuhan hak
terhadap akses informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang
dan bertanggungjawab. Peningkatan kwalitas profil kesehatan Puskesmas
Muara Komam terus dilakukan baik ketepatan waktu, validitas, kelengkapan,
dan konsistensi data, sehingga pemanfaatan akan lebih optimal. Dengan
adanya profil kesehatan ini diharapkan agar semua pihak dapat saling
bersinergi dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang
berbasis data.
42