Anda di halaman 1dari 21

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI

INDONESIA 2006 – 2012

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah ekonometrika

Disusunn oleh:
M. IQBAL FADLOLI AMIN
NPM. 15220074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2017
Daftar Isi
Daftar Isi..................................................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Batasan Masalah......................................................................................................................1
C. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
D. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................4
LANDASAN TEORI...........................................................................................................................4
1. Teori dan Konsep.....................................................................................................................4
2. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Model Ekonometrika.....................................................7
BAB III.................................................................................................................................................9
METODE DAN TEKNIK ANALISIS...............................................................................................9
BAB IV...............................................................................................................................................11
ANALISIS..........................................................................................................................................11
1. Hasil Estimasi.........................................................................................................................11
2. Pembahasan...........................................................................................................................16
BAB V.................................................................................................................................................18
PENUTUP..........................................................................................................................................18

i
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan milenium yang telah disepakati oleh anggota Perserikatan Bangsa –
Bangsa (PBB) dan Konferensi Tingkat Tinggi adalah Millenium Development Goals
(MDGs). MDGs yang disepakati sejak tahun 1990 hingga 2015 memiliki tujuan untuk
mempercepat pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan. Fokus yang tersirat dari
deklarasi ini adalah meningkatkan kesejahteraan manusia dalam berbagai aspek. Salah satu
aspek dari kesejahteraan manusia adalah kemiskinan penduduk.

Kemiskinan merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi, sehingga harus


disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan
permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya
pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek
kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu (M. Nasir, dkk 2008).

Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan


pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu dan daerah, serta
menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas hidup
mereka. Secara umum kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau
sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak‐hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Definisi yang sangat luas ini menunjukkan
bahwa kemiskinan merupakan masalah multi dimensional, sehingga tidak mudah untuk
mengukur kemiskinan dan perlu kesepakatan pendekatan pengukuran yang dipakai. (BPS &
World Bank).

BAPPENAS merumuskan Indikator-indikator yang menurut pereka dapat


mempengaruhi jumlah penduduk miskin, yaitu ; terbatasnya kecukupan dan mutu pangan,
dilihat dari stok pangan yang terbatas, rendahnya asupan kalori penduduk miskin dan
buruknya status gizi bayi, anak balita dan ibu. Sekitar 20 persen penduduk dengan tingkat
pendapatan terendah hanya mengkonsumsi 1.571 kkal per hari. Kekurangan asupan kalori,
yaitu kurang dari 2.100 kkal per hari, masih dialami oleh 60 persen penduduk berpenghasilan
terendah. (Bappenas; 2004)

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah


masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Dalam konteks masyarakat Indonesia,
masalah kemiskinan juga merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji
secara terus menerus. Bukan saja karena masalah kemiskinan telah ada sejak lama, melainkan

1
pula karena hingga kini belum bisa dientaskan dan bahkan kini gejatanya semakin meningkat
sejalan dengan krisis multidimensional yang masih dihadapi oteh bangsa Indonesia.(Alfian;
2000).

Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota

Sumatera Selatan tahun 2010

Semakin tinggi jumlah dan persentase penduduk miskin di suatu daerah akan menjadi
tinggi beban pembangunan. Oleh sebab itu pembangunan dikatakan berhasil bila jumlah dan
persentase penduduk miskin akan semakin sedikit. Untuk itu pemerintah dengan berbagai
program berupaya menanggulangi kemiskinan, namun disadari bahwa pengentasan
kemiskinan belum mencapai hasil maksimal dan belum sesuai dengan harapan. Kompleksnya
masalah kemiskinan disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi terciptanya kemiskinan.
Sebagai masalah yang bersifat multidimensional, kemiskinan berkaitan dengan berbagai
aspek kehidupan masyarakat sehingga upaya untuk memecahkan masalah kemiskinan
tidaklah mudah. Banyak faktor yang ditenggarai berpengaruh besar terhadap kondisi
kemiskinan.Persentase kemiskinan memang turun dari tahun ke tahun. (BPS; 2009)

Dengan melihat latar belakang dari masalah permasalah diatas dan melihat dari
fenomena yang ada, mendorong peneliti untuk mengamati lebih lanjut mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah penduduk miskin di Indonesia. Oleh karena itu akan dicoba

2
dibahas secara mendalam melalui makalah dengan judul “ FAKTOR - FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA 2006 – 2012 .”

B. Batasan Masalah
Sehubungan dengan faktor keterbatasan yang ada dan mengingat banyaknya faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, maka penelitian hanya membahas pada :
1. Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah
penduduk miskin di Indonesia.
2. Data yang digunakan adalah data tahunan yaitu dari tahun 2006 sampai 2012
terdiri atas :
a. Produk Domestik Regional Bruto
b. Populasi Penduduk
c. Sektor Pertanian
d. Sektor Industri

C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan diatas, maka dapat diambil suatu
perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh antara PDB dengan Jumlah penduduk miskin di
Indonesia ?
2. Apakah ada pengaruh antara Populasi dengan Jumlah penduduk miskin di
Indonesia?
3. Apakah ada pengaruh antara sektor pertanian dengan Jumlah penduduk miskin di
Indonesia?
4. Apakah ada pengaruh antara Industri pertanian dengan Jumlah penduduk miskin
di Indonesia?

D. Tujuan Penulisan
Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan diatas, maka dapat diambil suatu
perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh antara PDB dengan Jumlah penduduk miskin di
Indonesia .
2. Untuk mengetahui pengaruh antara Populasi dengan Jumlah penduduk miskin di
Indonesia
3. Untuk mengetahui pengaruh antara sektor pertanian dengan Jumlah penduduk
miskin di Indonesia
4. Untuk mengetahui pengaruh antara Industri pertanian dengan Jumlah penduduk
miskin di Indonesia.

3
BAB II

LANDASAN TEORI
1. Teori dan Konsep
a. Teori Kemiskinan
Teori pembangunan yakin masalah kemiskinan akan teratasi dengan sendirinya
melalui mekanisme pertumbuhan ekonomi. Bahkan Kuznets berpendapat bahwa
ketimpangan pendapatan merupakan syarat keharusan bagi pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Jadi pada awal pertumbuhan ekonomi tingkat kesenjangan ekonomi makin tinggi
sampai pada tingkatan tertentu baru menurun. Teori Harrod-Domar juga menyatakan
demikian, dimana untuk pertumbuhan yang tinggi diperlukan akumulasi modal (capital)
melalui tabungan (saving). Komponen masyarakat yang mampu menabung adalah
kelompok orang kaya, bukan dari kelompok orang miskin. Sehingga pertumbuhan
ekonomi hanya dapat dimotori oleh kelompok masyarakat yang mampu memupuk modal.
(Todaro; 2002).
Indikator kemiskinan bisa ditinjau dari lima sudut, yaitu persentase penduduk miskin,
pendidikan (khususnya angka buta huruf), kesehatan (angka kematian bayi dan anak
balita kurang gizi), ketenagakerjaan dan ekonomi (konsumsi per kapita). Untuk
menentukan seseorang dapat dikatakan miskin atau tidak maka diperlukan tolok ukur
yang jelas. Berbagai pendekatan atau konsep digunakan sebagai bahan perhitungan dan
penentuan batas-batas kemiskinan. (Prihatini; 2006).

b. Jenis Kemiskinan
Kemiskinan dibagi dalam empat bentuk, yaitu:
1. Kemiskinan absolut, kondiai dimana seseorang memiliki pendapatan di bawah
garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang,
papan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang dibutuhkan untuk bisa hidup
dan bekerja;
2. Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan
yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan
ketimpangan pada pendapatan;

4
3. Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat
yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki
tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari
pihak luar;
4. kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya akses
terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial
politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali
menyebabkan suburnya kemiskinan. (Suryawati; 2005).
c. Penyebab kemiskinan
Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu
umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam
bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini
mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-
kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern. Beberapa penyebab kemiskinan
adalah sbb:
a) penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin
b) penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan Pendidikan
keluarga;
c) penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan
kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
d) penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain,
termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
e) penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan
hasil dari struktur social

Di sisi lain ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni
kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat
sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam.
Kemiskinan “buatan” terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat
sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai
fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar
ekonomi sering mengkritik kebijakan pembangunan yang melulu terfokus pada
pertumbuhan ketimbang pemerataan.

d. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara
yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya

5
yang ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian teknologi, institusional
(kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada Simon
Kuznetz dalam (Todaro; 2002).
e. Teori pertumbuhan ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi pada awalnya diprakarsai oleh Ricardo dan Malthus
yang mencoba menganalisis perekonomian di Inggris, meskipun banyak memperoleh
kritikan namun pada pertengahan abad ke 20 teori pertumbuhan berkembang dalam tiga
gelombang. Gelombang pertama digagasi oleh (Harrod; 1993 dan 1948) dan (Domar; 946
dan 1947), kemudian gelombang kedua diprakarsai oleh Solow dengan teori Neoclasical
model of economic growth (1956) dan Swan pada pertengahan tahun 1950. Selanjutnya
gelombang ketiga di kemukakan oleh (Romer dan Lucas; 1988).
Gelombang pertama, Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan setelah
Keynes, yang mempunyai asumsi yaitu : perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh
(full employment). Dalam teori ini disebutkan, bahwa jika ingin tumbuh, perekonomian
harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya.
Semakin banyak tabungan dan kemudian di investasikan, maka semakin cepat
perekonomian itu akan tumbuh. (Todaro; 2003).
Gelombang kedua, Teori pertumbuhan Neo Klasik, dikembangkan oleh (Solow;
1956) berdasarkan teori-teori klasik sebelumnya yang telah disempurnakannya.Laju
tingkat pertumbuhan yang dapat dicapai suatu negara tergantung kepada tingkat
perkembangan teknologi, peranan modal dalam menciptakan pendapatan negara
(produksi marjinal modal) dikalikan dengan tingkat perkembangan stok modal, serta
peranan tenaga kerja dalam menciptakan pendapatan negara (produktivitas marjinal
tenaga kerja) dikalikan dengan tingkat pertambahan tenaga kerja. Pertumbuhan output
selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas
tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan penyempurnaan teknologi.
(Todaro, 2003)
Gelombang ketiga, Teori Pertumbuhan endogen, merupakan suatu teori pertumbuhan
yang menjelaskan bahwa pertumbuhan dalam jangka panjang ditentukan dari dalam
model dari pada oleh beberapa variabel pertumbuhan yang dianggap eksogen (Romer,
1994:3; Barro dan Martin,1999:38). Teori pertumbuhan endogen muncul sebagai kritik
terhadap teori pertumbuhan Neoklasik mengenai diminishing marginal productivity of
capital dan konvergenitas pendapatan di berbagai negara. Romer (1986) mengembangkan
model pertumbuhan endogen sebagai akibat dari adanya knowledge externality. Suatu
perusahaan dapat lebih produktif dai perusahaan lain karena perusahaan tersebut
mempunyai rata-rata stock knowledge yang lebih tinggi dari pada perusahaan lainnya.
(Todaro, 2003).

6
f. Pendapatan Sektor Pertanian
Secara tradisional, peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi dipandang pasif
dan hanya sebagai unsur penunjang. Berdasarkan pengalaman historis negara-negara
barat, apa yang disebut sebagai pembangunan ekonomi identik dengan transformasi
struktural yang cepat terhadap perekonomian, dari yang bertumpu pada kegiatan
pertanian menjadi industri modern dan pelayanan masyarakat yang lebih kompleks. Akan
tetapi, saat ini para pakar ekonomi pembangunan mulai lebih menyadari bahwa daerah
pedesaan pada umumnya dan pertanian pada khususnya ternyata tidak bersifat pasif.
Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting karena sebagian
besar anggota masyarakat di negara-negara miskin menggantungkan hidupnya pada
sektor tersebut. Tanpa pembangunan daerah pedesaan dan pertanian yang integratif,
pertumbuhan industri tidak akan berjalan dengan lancar. Kalaupun bisa berjalan,
pertumbuhan industri tersebut akan menciptakan berbagai ketimpangan internal dalam
perekonomian. Selanjutnya, hal ini akan memperparah masalah kemiskinan, ketimpangan
pendapatan dan pengangguran (Todaro, 2004).
g. Pendapatan Sektor Industri
Pada umumnya negara berkembang memandang sektor industri sebagai sektor yang
penting bagi pertumbuhan. Pandangan ini didasarkan pada penelitian-penelitian empiris
bahwa negara-negara yang telah maju dan kaya ternyata lebih banyak menekankan pada
sektor industri (Suryana, 2000). Di Indonesia, sebagaimana di banyak negara berkembang
lainnya, sektor industri disiapkan untuk menjadi motor yang menggerakkan kemajuan
sektor-sektor lain. Karena itu, industrialisasi selalu mengiringi pembangunan ekonomi di
Indonesia (Dumairy, 1996).

2. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Model Ekonometrika


Berdasarkan uraian diatas, secara teori bahwa PDB, populasi, sektor pertanian dan sektor
industri akan mempengaruhi jumlah penduduk miskin.

Pendapatan Domestik
Bruto (X1)

Populasi (X2) Jumlah Penduduk Miskin


(Y)

Sektor Pertanian (X3)

Sektor Industri (X4)

7
Untuk meguji kasus diatas penulis akan menggunakan salah satu dari tiga model yaitu :

1. Common Effect Model


Merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena hanya
mengkombinasikan data time series dan cross section. Pada model ini tidak diperhatikan
dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku data perusahaan
sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary
Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel.
2. Fixed Effect Model
Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi dari
perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel model Fixed Effects
menggunakan teknik variable dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar
perusahaan, perbedaan intersep bisa terjadi karena perbedaan budaya kerja, manajerial,
dan insentif. Namun demikian slopnya sama antar perusahaan. Model estimasi ini sering
juga disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variable (LSDV).
3. Random Effect Model
Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling
berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model Random Effect perbedaan
intersep diakomodasi oleh error terms masing-masing perusahaan. Keuntungan
menggunkan model Random Effect yakni menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini
juga disebut dengan Error Component Model (ECM) atau teknik Generalized Least
Square (GLS)

8
BAB III

METODE DAN TEKNIK ANALISIS

Kompleksnya masalah kemiskinan disebabkan oleh banyak faktor yang


mempengaruhi terciptanya kemiskinan. Beberapa diantaranya adalah tingkat pertumbuhan
ekonomi, kualitas sumber daya manusia dan masalah pengangguran. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisa seberapa besar pengaruh PDB, populasi, sektor pertanian dan dan sektor
industri terhadap jumlah penduduk miskin.

a. Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk kurun
waktu (time series) yang diperoleh dari sumber informasi yang berkaitan dengan penelitian
ini, yakni Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 provinsi berbeda yaitu NAD, Sumatra barat,
Sumatra utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatra selatan, Bangka Belitung, Bengkulu
dan Lampung dalam kurun waktu 2009-2012.
b. Pengolahan Data
Dalam melakukan pengolahan data penelitian, penulis menggunakan program komputer
Microsoft Office Excel, Microsoft Office Word & Eviews.
c. Teknik Analisis
Model Regresi Panel dari judul diatas sebagai berikut ini:
Y = α + b1X1it + b2X2it + e
Keterangan:
Y = Variabel dependen (LDR)
α = Konstanta
X1 = Variabel independen 1
X2 = Variabel independen 2
b(1…2) = Koefisien regresi masing-masing variabel independen

9
e = Error term
t = Waktu
I = Perusahaan
d. Metode Estimasi Model Regresi Panel
Dalam metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat dilakukan
melalui tiga pendekatan, antara lain:
1. Common Effect Model
Merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena hanya
mengkombinasikan data time series dan cross section. Pada model ini tidak diperhatikan
dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku data perusahaan
sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary
Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel.
2. Fixed Effect Model
Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi dari
perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel model Fixed Effects
menggunakan teknik variable dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar
perusahaan, perbedaan intersep bisa terjadi karena perbedaan budaya kerja, manajerial,
dan insentif. Namun demikian slopnya sama antar perusahaan. Model estimasi ini sering
juga disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variable (LSDV).
3. Random Effect Model
Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling
berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model Random Effect perbedaan
intersep diakomodasi oleh error terms masing-masing perusahaan. Keuntungan
menggunkan model Random Effect yakni menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini
juga disebut dengan Error Component Model (ECM) atau teknik Generalized Least
Square (GLS)
e. Pemilihan Model
Untuk memilih model yang paling tepat digunakan dalam mengelola data panel,
terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan yakni:
1. Uji Statistik (Chow)
Chow test yakni pengujian untuk menentukan model Fixed Effet atauRandom Effect yang
paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel.
2. Uji Hausman
Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah model Fixed Effect atau
Random Effect yang paling tepat digunakan.
3. Uji Lagrange Multiplier

10
Untuk mengetahui apakah model Random Effect lebih baik daripada metodeCommon
Effect (OLS) digunakan uji Lagrange Multiplier (LM).
f. Uji Asumsi Klasik data Panel
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam regresi linier dengan pendekatan Ordinary Least
Squared (OLS) meliputi uji Linieritas, Autokorelasi, Heteroskedastisitas, Multikolinieritas
dan Normalitas. Walaupun demikian, tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada
setiap model regresi linier dengan pendekatan OLS.
1. Uji linieritas hampir tidak dilakukan pada setiap model regresi linier. Karena sudah
diasumsikan bahwa model bersifat linier. Kalaupun harus dilakukan semata-mata untuk
melihat sejauh mana tingkat linieritasnya.
2. Uji normalitas pada dasarnya tidak merupakan syarat BLUE (Best Linier Unbias
Estimator) dan beberapa pendapat tidak mengharuskan syarat ini sebagai sesuatu yang
wajib dipenuhi.
3. Autokorelasi hanya terjadi pada data time series. Pengujian autokorelasi pada data yang
tidak bersifat time series (cross section atau panel) akan sia-sia semata atau tidaklah
berarti.
4. Multikolinieritas perlu dilakukan pada saat regresi linier menggunakan lebih dari satu
variabel bebas. Jika variabel bebas hanya satu, maka tidak mungkin terjadi
multikolinieritas.
5. Heteroskedastisitas biasanya terjadi pada data cross section, dimana data panel lebih
dekat ke ciri data cross section dibandingkan time series.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada regresi data panel, tidak
semua uji asumsi klasik yang ada pada metode OLS dipakai, hanya multikolinieritas dan
heteroskedastisitas saja yang diperlukan.

11
BAB IV

ANALISIS

1. Hasil Estimasi
Berikut ini adalah data yang kami gunakan:

12
13
Berikut hasil estimasinya menggunakan Model OSL :

Uji Chow
Chow test yakni pengujian untuk menentukan model Fixed Effet atau Random Effect yang
paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Hipotesis dalam uji chow adalah:

H0 : Common Effect Model atau pooled OLS

14
H1 : Fixed Effect Model
Dasar penolakan terhadap hipotesis diatas adalah dengan membandingkan perhitungan F
statistik dengan F-tabel. Perbandingan dipakai apabila hasil F hitung lebih besar (>) dari F
table maka H0 ditolak yang berarti model yang paling tepat digunakan adalah Fixed Effect
Model. Begitupun sebaliknya, jika F hitung lebih kecil (<) dari F tabel maka H0 diterima dan
model yang digunakan adalah Common Effect Model (Widarjono, 2009). Perhitungan F
statistik didapat dari Uji Chow dengan rumus (Baltagi, 2005):

Dimana:
SSE1 : Sum Square Error dari model Common Effect
SSE2 : Sum Square Error dari model Fixed Effect
N : Jumlah perusahaan (cross section)
Nt : Jumlah cross section x jumlah time series
k : Jumlah variabel independent

Sedangkan F tabel didapat dari:

Dimana:
α : Tingkat signifikasi yang dipakai (alfa)
n : Jumlah perusahaan (cross section)
nt : Jumlah cross section x jumlah time series
k : Jumlah variabel independent

Untuk menghitung kita lihat hasil Common Effect dan Random Effect dibawah ini:
Hasil Regresi Panel dengan Common Effec

15
Berikut adalah Hasil Regresi Panel dengan Fixed Effect

( 2.965.612−266.932 ) /(10−1)
Fn-1, nt, n-k (ROE) =
266.932/(70−10−4)
= 299.853/5354,52
= 55,99
F-tabel = α ; df (n−1, nT −n−k )
= 5% ; (10 – 1, 10.7 – 10 - 4)
= 5% ; (9,56)
= 2,04

16
Hasil dari perhitungan F-hitung didapat sebesar 48,237289 sedangkan F-tabel dari
numerator 9 dan denumenator 56 pada ⍺: 5% adalah 2,04. Dari hipotesis diatas dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak karena F-hitung lebih besar dari F-tabel (55,99 > 2,04),
sehingga model yang dipakai dalam penelitian ini adalah Fixed Effect Model.

2. Pembahasan
Berdasarkan berbagai uji test yang dilakukan maka dapat didapatkan hasil estimasi data
dengan menggunakan model Fixed Effect Model sebagai berikut:

17
Dari hasil diatas dapat disimpulkan :
1. Ada hubungan negatif antara jumlah penduduk dengan jumlah penduduk miskin, artinya
jika jumlah penduduk bertambah maka mengakibatkan jumlah penduduk miskin
berkurang. Hal ini dapat dimungkingkan karena peningkatan jumlah penduduk disertai
dengan kualitas penduduknya.
2. Ada hubungan positif antara pendapatan domestik bruto dengan jumlah penduduk miskin,
artinya jika PDB bertambah maka mengakibatkan jumlah penduduk miskin bertambah.
Hal ini dapat dimungkingkan karena peningkatan PDB tidak disertai dengan distribusi
pendapatan yang merata.
3. Ada hubungan positif antara share pertanian dengan jumlah penduduk miskin, artinya jika
Share sektor pertanian bertambah maka mengakibatkan jumlah penduduk miskin
bertambah. Hal ini dapat dimungkingkan karena share pertanian sangat padat karya.
4. Ada hubungan positif antara share industri dengan jumlah penduduk miskin, artinya jika
Share sektor industri bertambah maka mengakibatkan jumlah penduduk miskin
bertambah. Hal ini dapat dimungkingkan karena terjadinya akumulasi kapital disektor
industri.

18
BAB V

PENUTUP

Berdasarkan Hasil Perhitungan diatas dapat disimpulkan :


1. Ada hubungan negatif antara jumlah penduduk dengan jumlah penduduk miskin, artinya
jika jumlah penduduk bertambah maka mengakibatkan jumlah penduduk miskin
berkurang. Hal ini dapat dimungkingkan karena peningkatan jumlah penduduk disertai
dengan kualitas penduduknya.
2. Ada hubungan positif antara pendapatan domestik bruto dengan jumlah penduduk miskin,
artinya jika PDB bertambah maka mengakibatkan jumlah penduduk miskin bertambah.
Hal ini dapat dimungkingkan karena peningkatan PDB tidak disertai dengan distribusi
pendapatan yang merata.
3. Ada hubungan positif antara share pertanian dengan jumlah penduduk miskin, artinya jika
Share sektor pertanian bertambah maka mengakibatkan jumlah penduduk miskin
bertambah. Hal ini dapat dimungkingkan karena share pertanian sangat padat karya.
4. Ada hubungan positif antara share industri dengan jumlah penduduk miskin, artinya jika
Share sektor industri bertambah maka mengakibatkan jumlah penduduk miskin
bertambah. Hal ini dapat dimungkingkan karena terjadinya akumulasi kapital disektor
industri.

19

Anda mungkin juga menyukai