Anda di halaman 1dari 14

TUGAS ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

“KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA”

Dosen Pengampuh: La Ode Purnama Hamid, S.AP, M.PA

DALILAH RIZQI APRILIA

S1A122003

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2024
KATA PENGANTAR

Asslamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Kebijakan
Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia” dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan


Publik. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manusia
prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak La Ode Purnama Hamid


selaku dosen Mata Kuliah Analisis Kebijakan Publik.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kendari, 9 April 2024

Dalilah Rizqi Aprilia

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4

A. Strategi Pemerintah Dalam Mengatasi Penanggulangan Kemiskinan di


Indonesia ..................................................................................................... 4
B. Program Pemerintah Dalam Menanggulangi Kemiskinan .......................... 6

BAB III PENUTUP ................................................................................................

A. Kesimpulan ................................................................................................. 9
B. Rekomendasi ............................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan hal ini
telah diakui oleh banyak negara di dunia. Selain sumber daya alam yang
melimpah, Indonesia juga memiliki sumber daya manusia yang cukup besar,
sekitar 220 juta jiwa. Jika sumber energi ini dikelola dengan baik maka akan
menghasilkan sumber devisa negara yang cukup besar. Menurut para ekonomi,
orang kaya akan semakin kaya karena dengan aset yang dimilikinya, ia dapat
menginvestasikan uangnya dan kemudian memperoleh keuntungan dari
investasinya. Namun ironisnya Indonesia yang kaya akan sumber daya alam dan
sumber daya manusia justru menjadi negara dunia ketiga. Hal ini tentu
memerlukan perhatian khusus dari pemerintah. Pemerintah dan lembaga negara
yang ada harus mampu mengambil kebijakan yang dapat mengatasi
meningkatnya kemiskinan dari waktu ke waktu.
Kemiskinan merupakan permasalahan multidimensi yang sangat kompleks ,
tidak hanya permasalahan ekonomi namun juga kerentanan dan kerentanan
individu, kelompok masyarakat, laki-laki dan perempuan yang hidup dalam
kemiskinan (Jhingan, 2012: 205). Kemiskinan merupakan konsep dua dimensi
(multidimensi): ekonomi, politik, dan sosio-psikologis.
Faktanya, di Indonesia, tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1% pada
tahun 2017 dan diperkirakan mencapai 5,4% pada tahun 2018, namun angka
tersebut tidak cukup untuk menyelesaikan masalah kemiskinan. india mempunyai
28 juta penduduk miskin, yang mencakup 10,7% populasi Indonesia. Dari jumlah
tersebut, 25 juta rumah tangga berada pada risiko kemiskinan atau lebih. Artinya
sebagian besar masyarakat tidak miskin, namun kehidupannya tidak jauh dari
kemiskinan.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)
menyebutkan, ketimpangan ekonomi di Indonesia dikarenakan pertumbuhan
ekonomi yang dialami masyarakat belum seimbang. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia hanya akan memperlebar kesenjangan antara kaya dan miskin.
Penyebab kesenjangan ini antara lain buruknya akses terhadap layanan dasar
seperti pendidikan, kesehatan dan infrastruktur, terutama bagi mereka yang
tinggal di daerah terpencil.

1
Penanggulangan kemiskinan merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah pusat dan daerah. Hal ini berarti perlu ada intergrasi dan sinergisitas
antara pemerintah pusat dan daerah. Di sisi lain penanggulangan kemiskinan perlu
dilakukan secara komprehensif dan melibatkan berbagai stake holder yang terkait.
Dalam hal kebijakan penanggulangan kemiskinan di Indonesia , pemerintah telah
memiliki Peraturan Presiden RI No. 15 Tahun 2010. Pemerintah secara sistematis
telah membagi program penanggulangan kemiskinan sesuai dengan sektor yang
akan dilakukan intervensi. Sementara itu secara berjenjang di tingkat pusat telah
di bentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) yang di pimpin
oleh Wakil Presiden sebagai Ketua dan Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Daerah (TKPKD) yang di pimpin oleh Wakil Walikota / Wakil
Bupati seluruh Indonesia. Harapan yang muncul adalah dengan adanya berbagai
program penanggulangan kemiskinan yang telah ditetapkan oleh pemerintah akan
berdampak pada penurunan angka kemiskinan di Indonesia yang semakin cepat
tercapai sesuai dengan target yang telah ditentukan.
Berdasarkan data BPS RI terlihat bahwa selama 5 tahun terakhir, laju
penurunan kemiskinan cenderung positif. Tahun 2013 sebesar 11,36%, tahun
2014 sebesar 11,25%, tahun 2015 sebesar 11,22%, tahun 2016 sebesar 10,86%
dan tahun 2017 sebesar 10,64%. Namun secara persentase, angka pengentasan
kemiskinan tahunan masih tergolong rendah, yakni kurang dari 1%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan program pengentasan kemiskinan belum
dilaksanakan secara maksimal dan strategi pengentasan kemiskinan masih belum
efektif, dan program-program yang dilaksanakan belum mampu secara signifikan
meningkatkan kesejahteraan orang miskin.
Dari berbagai hasil penelitian yang menunjukan bahwa salah satu faktor
penyebab belum optimalnya program penanggulangan kemiskinan di Indonesia
adalah terkait dengan ketepatan sasaran penerima manfaat. Hasil dari beberapa
penelitian terkait dengan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di
berbagai negara misalnya Laksmono (1998), Yesudian (2007), dan Yunusa
(2012), Rakhmat (2015), menunjukkan bahwa kegagalan disebabkan karena
bantuan diberikan tidak tepat sasaran. Berdasarkan penelitian tersebut
dikemukakan bahwa ketidak tepatan sasaran tersebut lebih disebabkan karena
terjadinya bias implementasi program di tingkat bawah / masyarakat yang
dilakukan oleh para petugas di lapangan.

2
Pemerintah telah merancang kebijakan untuk pemerataan ekonomi,
termasuk reformasi agraria, redistribusi aset, dan peningkatan akses pelayanan
bagi masyarakat bawah. Inisiatif ini juga mencakup peningkatan kualitas program
pelindungan sosial serta penekanan pada pembangunan wilayah pinggiran.
Namun, analisis menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi belum sepenuhnya
mendukung masyarakat miskin. Strategi pengentasan kemiskinan masih belum
efektif, dan program-program yang dilaksanakan belum mampu secara signifikan
meningkatkan kesejahteraan orang miskin.
Konsepsi kemiskinan yang bersifat multidimensional itu kiranya lebih tepat
jika digunakan sebagai pisau analisis dalam mendefinisikan kemiskinan dan
merumuskan kebijakan penanganan kemiskinan di Indonesia. Sebagaimana akan
dikemukakan pada pembahasan berikutnya, konsepsi kemiskinan ini juga sangat
dekat dengan perspektif pekerjaan sosial yang memfokuskan pada konsep
keberfungsian sosial dan senantiasa melihat manusia dalam konteks lingkungan
dan situasi sosialnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan layak dilakukan penelitian
dengan judul "Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia"
B. Rumusan Masalah
1. Strategi apa yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi kemiskinan di
Indonesia?
2. Program apa yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui starategi apa yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi
kemiskinan di Indonesia
2. Untuk mengetahui program apa yang dilakukan pemerintah dalam
menanggulangi kemsikinan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Starategi Yang Dilakukan Pemerintah Dalam Mengatasi Kemiskinan di


Indonesia
Starategi yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi kemsikinan
adalah sebagai berikut:
Pertama; kareana kemiskinan itu adalah masalah yang bersifat
multidemensional, maka pedekatan penanganannya tidak hanya mengedepankan
faktor ekonomi saja, namun juga mempertimbangkan faktor-faktor lain. Dengan
kata lain, pemenuhan kebutuhan masyarakat miskin harus selalu diutamakan,
namun juga harus bertujuan untuk mengurangi kendala-kendala non-ekonomi.
Oleh karena itu, strategi keinginan kemiskinan juga mempertimbangkan faktor-
faktor lain. Dengan kata lain, pemenuhan kebutuhan masyarakat miskin harus
selalu diutamakan, namun juga harus bertujuan untuk mengurangi kendala-
kendala non-ekonomi. Oleh karena itu, strategi keinginan kemiskinan juga
mempertimbangkan guna menangkal keyakinan negatif seperti apatisme,
apolitisme, fatalisme, ketidakberdayaan, dan lain-lain. Jika semangat budaya ini
terus berlanjut, pertumbuhan ekonomi akan sulit untuk dibalikkan. Selain itu,
metode kemiskinan yang efektif juga perlu mengatasi kelemahan struktural dan
politik.
Kedua; meningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin untuk
meningkatkan pendapatan melalui peningkatan keterampilan usaha, teknologi,
perluasan jaringan kerja (networking), serta informasi pasar. Strategi serupa dapat
meningkatkan kemampuan dan mendorong produktivitas.
Ketiga; melibatkan masyarakat miskin dalam keseluruhan proses
penanggulangan kemiskinan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan
hingga evaluasi, bahkan pada proses pengambilan keputusan.
Keempat; strategi pemberdayaan. Kelompok populis agraria yang dipimpin
oleh sekelompok ahli dan aktivis LSM ini menekankan masyarakat miskin
sebagai kelompok yang mampu berkembang jika pemerintah bersedia
memberikan kebebasan berorganisasi kepada mereka. Oleh karena itu, solusi yang
diusulkan dalam pengentasan kemiskinan adalah pemberdayaan.Berkaitan dengan
hal tersebut, Ginandjar Kartasasmita berpendapat bahwa upaya pemberdayaan
masyarakat setidaknya harus dilakukan melalui tiga cara, yaitu; (1) menciptakan

4
suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi masyarakat yang
berlandaskan prinsip bahwa setiap manusia dan setiap masyarakat mempunyai
potensi (kekuatan) yang dapat dikembangkan, (2) memperkuat potensi atau
kekuatan masyarakat, dan (3) pemberdayaan juga berarti melindungi. Artinya
dalam proses pemberdayaan harus mencegah terjadinya proses pelemahan
terhadap pihak yang sudah lemah.
Untuk memprediksi masa depan, diperlukan upaya yang lebih efektif untuk
mengatasi kemiskinan. Strategi pengentasan kemiskinan, sebagaimana dijelaskan
di atas, harus dipertimbangkan untuk diterapkan dalam setiap program
pengentasan kemiskinan yang bertujuan untuk mempercepat peningkatan
kesejahteraan masyarakat miskin. Hal ini harus kita lakukan agar kita tidak
terbiasa “terjebak” dalam bias-bias pengentasan kemiskinan.
Upaya lain untuk mengatasi masalah kemiskinan adalah partisipasi aktif
seluruh masyarakat melalui gerakan massal. Gerakan ini dilakukan untuk
menghilangkan kesan bahwa upaya pengentasan kemiskinan adalah tanggung
jawab pemerintah. Partisipasi aktif masyarakat juga menunjukkan bahwa
masyarakat memiliki empati yang mendalam dengan berlandaskan prinsip silih
asih, silih asuh dan silih asah. Kepedulian pemerintah terhadap pengentasan
kemiskinan tercermin dalam program Gerakan Terbaru Penanggulangan
Kemiskinan (Gerdu Taskin) yang dirancang pemerintah pada tahun 1998. Gerdu
Taskin merupakan upaya pengentasan kemiskinan secara terpadu dan menyeluruh
yang dipimpin yang dipimpin oleh pemerintah, swasta, dan lembaga swadaya
masyarakat. (LSM) dan organisasi kemasyarkatan, masyarakat luas serta keluarga
miskin itu sendiri. Sebagai upaya konkrit ke arah tersebut, kebijakan P2KP yang
dilaksanakan sejak tahun 1998/1999 dan sejak tahun 2007 bertransformasi
menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat P2KP, sangat
menginspiransi partispasi aktif masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan.
Menganai peran pemerintah dalam setiap program pembangunan yang
mempengaruhi kepentingan masyarakat, perlu ditekankan bahwa program
pemberdayaan masyarakat dirancang oleh pemerintah untuk mengatasi tiga
permasalahan utama pembangunan yaitu pengangguran, ketimpangan, pemertaan
kemiskinan,dan pengentasan kemiskinan. Upaya pengentasan kemiskinan yang
direkomendasikan dalam Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat tidak lebih dari
kebijakan pemberian ruang mobilitas, fasilitas umum, dan kesempatan-
kesempatan yang kondusif bagi maraknya kapasitas dan kemungkinan kelompok

5
miskin untuk mengatasi permasalahanya sendiri, bukan untuk menindas dan
meminggirkan mereka atau menempatkan mereka dalam situasi ketergantungan.
Kemiskinan merupakan permaslahan klasik yang selalu muncul dalam
kehidupan manusia. Permasalahan distribusi pendapatan, kemiskinan dan
pengangguran merupakan permasalahan yang mudah menimbulkan dan merembet
pada permasalahan lainnya. Oleh karena itu, kita hrus berhati-berhati agar tidak
menimbulkan gejolak sosial lebih lanjut dalam kehidupan bermasyarakat.
Kemiskinan sebagai permasalahan nasional tidak hanya harus diatasi oleh
pemerintah melalui berbagai kebijakan pembangunan tetapi juga harus menjadi
tanggung jawab bersama bagi semua pelaku pembangunan termasuk masyarakat.
Kunci penyelesaian masalah kemiskinan adalah dengan menciptakan peluang
bagi masyarakat miskin untuk berpatispasi dalam proses produksi dan memiliki
aset produktif.
B. Program Pemerintah Dalam Menanggulangi Kemiskinan
Berdasarkan Peraturan Presiden No. Perpres Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Dalam Perpres tersebut, pengentasan
kemiskinan diartikan sebagai kebijakan dan program pemerintah dan daerah yang
dilaksanakan secara sistematis, terencana dan terkoordinasi dengan dunia usaha
dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin guna meningkatkan
tingkat perlindungan sosial. Sedangkan program pengentasan kemiskinan
diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dunia usaha, dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha
ekonomi mikro dan kecil, serta program lainnya. untuk meningkatkan aktivitas
perekonomian.
Mengacu pada Prapes tersebut, pemerintah secara garis besar telah membagi
Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan menjadi beberapa kelompok
yaitu:
1. Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga, bertujuan untuk
melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, dan perbaikan
kualitas hidup masyarakat miskin.
2. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat, bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat
kapasitas kelompok masyarakat miskin agar terlibat dalam pembangunan
yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat.

6
3. Kelompok penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha
ekonomi mikro dan kecil. Program-program lainnya yang baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat miskin.
Sejauh ini, pemerintah telah banyk membuat program bantuan sosial terpadu
berbasis keluarga diantaranya Program Keluarga Harapan (PKH), Program Beras
Sejahtera (Rastra) atau saat ini dikenal dengan Program Bantuan Pangan Non
Tunaik (BPNT)
Salah satu program penanggulangan kemskinan yang telah cukup lama
dilaksanakan oleh pemerintah adalah Program Rastra yang dahulunya lebih
dikenal dengan dengan Program Raskin (Program Beras untuk Keluarag Miskin).
Pelaksanaan program raskin telah di dukung oleh aturan umum yang jelas dari
pemerintah pusat. Namun dalam tatanan implementasinya di tingkat daerah,
masih banyak ditemukan berbagai penyimpangan dari ketentuan yang telah
ditetapkan.
Berikut ini adalah program-program pemerintah dalam menanggulangi
kemiskinan di Indonesia:
1. Anggaran untuk program-program yang berkaitan dilaksanakan dengan
pendekatan pemberdayaan berbasis komunitas dan kegiatan padat karya.
2. Mendorong APBD untuk meningkatkan anggaran bagi penanggulangan
kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja.
3. Tetap mempertahankan program lama seperti: BOS (Bantuan Operasional
Sekolah), RASKIN (Beras Miskin), BLT (Bantuan Langsung Tunai),
Asuransi Miskin.
4. Akselerasi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga khususnya harga beras
(antara lain: menjaga harga beras dipasaran tidak lebih dari Rp5000,- per Kg)
5. Memberikan kewenangan yang lebih luas kepada masyarakat dalam
pengambilan keputusan pembangunan.
6. Sinergi masyarakat dengan pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan.
7. Mendayagunakan potensi dan sumberdaya lokal sesuai karakteristik wilayah.
8. Menerapkan pendekatan budaya lokal dalam proses pembangunan.
9. Prioritas kelompok masyarakat paling miskin dan rentan pada desadesa dan
kampung-kampung paling miskin.
10. Kelompok masyarakat dapat menentukan sendiri kegiatan pembangunan yang
dipilih tetapi tidak tercantum dalam negative list.

7
11. Kompetitif: desa-desa dalam Kecamatan harus berkompetisi untuk
memperbaiki kualitas kegiatan dan cost effectiveness.
12. PPK, P2KP, PPIP SPADA dan diperkuat program-program
kementrian/lembaga.
13. Program Keluarga Harapan (PKH), berupa bantuan khusus untuk pendidikan
dan kesehatan.
14. Program pemerintah yang bertujuan meningkatkan akses masyarakat miskin
kepada sumber permodalan usaha mikro dan kecil, listrik pedesaan, sertifikasi
tanah, kredit mikro.
15. Program Pengembangan Bahan Bakar Nabati (EBN). Program ini
dimaksudkan untuk mendorong kemandirian penyediaan energi terbarukan
dengan menumbuhkan “Desa Mandiri Energi”.
16. Penegakan hukum dan HAM, pemberantasan korupsi dan reformasi birokrasi.
17. Percepatan pembangunan infrastruktur.
18. Pembangunan daerah perbatasan dan wilayah terisolir.
19. Revitalisasi pertanian, perikanan, kehutanan, dan perdesaan.
20. Peningkatan kemampuan pertahanan, pemantapan keamanan dan ketertiban,
serta penyelesaian konflik.
21. Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan dan kesehatan.
22. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri).

8
BAB III

KESIMPULAN/ REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Pengentasan kemiskinan tidak bisa diselesaikan hanya dengan
satu bidang keilmuan dan satu pihak saja. Sektor sosial, ekonomi, pendidikan,
agama dan hukum semuanya penting dalam upaya pengentasan kemiskinan. Ini
bukan pekerjaan mudah. Meskipun pemerintah mempunyai kewajiban untuk
melindungi warga negaranya dalam menerima bantuan sosial, namun dukungan
dari masyarakat itu sendiri, baik secara kelompok maupun individu, tetap
diperlukan.
Semua kebijakan pemerintah akan menjadi tidak berarti jika tidak diterapkan
di masyarakat. Persepsi ini tentu menuntut aparat penegak hukum bersikap adil,
jujur, dan amanah dalam menjalankan tugasnya. Jika demikian, kualitas-kualitas
ini akan memberikan kekuasaan dan rasa hormat kepada pemerintah serta warga
negaranya di seluruh dunia. Dan yang pasti masyarakat yang termasuk kelompok
miskin tidak boleh bergantung pada seluruh fasilitas yang disediakan dan
disediakan oleh pemerintah. Namun masyarakat tersebut harus mempunyai
kemauan untuk melepaskan diri dari belenggu kemiskinan dan berusaha untuk
tidak terjerumus ke dalam kelompok tersebut. Kerja sama ini tentunya akan
membawa kesejahteraan masyarakat dan berujung pada eksistensi bangsa yang
semakin kuat.
B. Rekomendasi
Mengenai program dan strategi pemerintah dalam mengatasi kemiskinan maka perlu
dilakukan:
Penguatan Evaluasi dan Monitoring: Penting untuk meningkatkan sistem
evaluasi dan pemantauan terhadap program-program penanggulangan
kemiskinan. Evaluasi yang berkualitas akan membantu dalam mengidentifikasi
keberhasilan, kelemahan, dan dampak nyata dari setiap program, sehingga
memungkinkan untuk penyesuaian dan perbaikan yang diperlukan.
Integrasi Program dan Koordinasi Antarlembaga: Perlu dilakukan integrasi
lebih lanjut antara program-program penanggulangan kemiskinan dan
antarlembaga terkait. Koordinasi yang erat antara kementerian, lembaga
pemerintah, pemerintah daerah, dan sektor swasta akan memastikan adanya

9
sinergi dan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya serta meminimalkan
tumpang tindih.
Fokus pada Pemberdayaan Masyarakat: Program-program harus lebih
memfokuskan pada pemberdayaan masyarakat secara aktif, memungkinkan
mereka untuk menjadi agen perubahan dalam mengatasi kemiskinan. Ini termasuk
memberikan pelatihan keterampilan, akses terhadap pendidikan dan layanan
kesehatan, serta dukungan untuk pengembangan usaha mikro dan kecil.
Inklusi dan Dukungan bagi Kelompok Rentan: Program-program harus
dirancang dengan memperhatikan kebutuhan khusus dan tantangan yang dihadapi
oleh kelompok-kelompok rentan seperti perempuan, anak-anak, penyandang
disabilitas, dan komunitas adat. Inklusi mereka dalam proses pengambilan
keputusan dan penerapan program akan meningkatkan efektivitas dan
keberlanjutan upaya pengentasan kemiskinan.
Pengembangan Kebijakan yang Berkelanjutan: Diperlukan pengembangan
kebijakan yang berkelanjutan dan berbasis bukti untuk mengatasi akar penyebab
kemiskinan. Ini mencakup peningkatan akses terhadap layanan dasar seperti
pendidikan dan kesehatan, reformasi kebijakan agraria dan ketenagakerjaan, serta
pembangunan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif.

Dengan menerapkan saran-saran ini, diharapkan bahwa program dan strategi


pemerintah dalam mengatasi kemiskinan dapat menjadi lebih efektif, efisien, dan
berdampak positif bagi masyarakat yang membutuhkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aneta, Asna. 2014. Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Gorontalo. Gorontalo:


IdeaL Publishing.

Aneta, A. (2012). Implementasi kebijakan program penanggulangan kemiskinan


perkotaan (P2KP) di Kota Gorontalo. Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Publik,
1(1), 54-65.

Barlinti, Y. S. (2007). Kebijakan-Kebijakan Pemerintah dalam Penanggulangan


Kemiskinan. Lex Jurnalica, 4(3), 17983.

Fahmi, G. R. A., Setyadi, S., & Suiro, U. (2018). Analisis strategi penanggulangan
kemiskinan di provinsi banten. Jurnal Ekonomi-Qu, 8(2).

Huraerah, A. (2013). Strategi kebijakan penanggulangan kemiskinan di Indonesia.


Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial, 12(1), 3-13.

Prayogo, Hadi. 2017. Cerdas Membaca. Jakarta: PT Gravindo Pratama.

Siregar, Z. (2019). Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan. JEKKP (Jurnal Ekonomi,


Keuangan dan Kebijakan Publik), 1(2), 64-69.

Wulandari, S., Dasopang, A. P., Rawani, G. A., Hasfizetty, I., Sofian, M. Y.,
Dwijaya, R., & Rachmalija, S. (2022). Kebijakan Anti Kemiskinan Program
Pemerintah dalam Penananggulangan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Inovasi
Penelitian, 2(10), 3209-3218.

11

Anda mungkin juga menyukai