Usulan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyusun
skripsi S1 Program Studi Ekonomi Pembangunan
Diajukan Oleh:
KADEK SURYA ADI MAHARDIKA
1607511122
PENDAHULUAN
kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spiritual yang diliputi oleh
kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga
tingkat hidup yang lebih layak, tingkat pendidikan yang lebih baik, dan
dasar yang tercermin dari rumah yang layak, tercukupinya kebutuhan sandang dan
pangan, biaya pendidikan dan kesehatan yang murah dan berkualitas atau kondisi
anggaran tertentu dan kondisi dimana tercukupinya kebutuhan jasmani dan rohani.
1
Tingkat kesejahteraan setiap daerah dalam satu negara tidaklah sama.
Salah satu yang menyebabkan hal ini terjadi adalah perbedaan sumber pendapatan
dan pendapatan daerah itu sendiri. Perbedaan tersebut tidak akan menjadi masalah
demokratis, kesetaraan dan kesatuan yang dijiwai oleh nilai-nilai Agama Hindu
dengan menerapkan falsafah Tri Hita Karana. Selama 1960-an. Pariwisata mulai
orang Bali sendiri, dan industri pariwisata mulai diharapkan untuk memainkan
2
kesejahteraan masyarakat sehingga terwujud cita-cita, yaitu kepariwisataan untuk
Bali dan bukan Bali untuk kepariwisataan, hal tersebut sesuai dengan yang
tercantum pada Perda Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan
Budaya Bali
kondisi yang melanda Bali, baik kondisi yang terjadi karena alam seperti gempa
bumi, letusan gunung dan iklim panas, maupun kondisi yang terjadi karena
Melihat tingginya andil Bali terhadap wisman nasional maka tidak bisa dipungkiri
wisman Bali pada tahun 2019, sehingga diperlukan perencanaan promosi wisata
3
Pariwisata merupakan ekspor utama (termasuk lima besar) sebagai
senada juga disampaikan oleh Booth, 1990 bahwa banyak negara berkembang
pariwisata (Lean, et al., 2014). Dampak ekonomi yang dihasilkan oleh pariwisata
Aubrey, 2012). Oleh karena itu banyak negara mengembangkan sector pariwisata
termasuk Indonesia.
nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari semua kegiatan perekonomian
diseluruh wilayah dalam periode tahun tertentu yang pada umumnya dalam waktu
4
Tabel 1.3 PDRB Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan 2014-2018 Provinsi
Melalui data tersebut dapat dilihat bahwa ada kesenjangan yang cukup
Kabupaten Tabanan dan Bangli dari hasil pertanianya serta kabupaten lain dengan
5
menempati posisi kedua terendah dibandingkan 8 kabupaten lainya di Provinsi
maka bukan tidak mungkin Produk Domestik Regional Bruto dapat meningkat
daerah tersebut.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan dan cita-
pusat pembangunan agar terjadi pemerataan. Namun cara paling efektif untuk
6
yang diberdayakan (Wenno, 2015). Priyono (1996) dalam Arsiyah (2019)
kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural,
maupun dalam bidang politik, ekonomi, psikologi dan lain-lain. Timothy (1999)
dalam Dewi dkk (2013) mengatakan sangatlah penting agar semua pemangku
kepentingan, yaitu pemerintah, pihak swasta dan elemen masyarakat untuk terlibat
ekonomi, salah satu diantaranya adalah pariwisata. Dewasa ini pariwsata dituntut
pariwisata yang tidak hanya menitikberatkan pada tujuan ekonomi semata, namun
juga pada lingkungan, budaya, adat dan seluruh kelestarian ekosistem dimana
7
ada tiga pihak penting dalam pariwisata, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat
pariwisata (Amerta, 2017). Dalam konteks pariwisata, CBT telah dilihat sebagai
(Jugmohan dan Giampiccoli, 2017). Inilah yang dilakukan salah satu desa di
mengembangkan pariwisata.
Desa Paksebali ditetapkan sebagai desa wisata pada tahun 2017 melalui
Paksebali sudah mulai gencar dilakukan sejak tahun 2016 yang diawali dengan
8
Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Klungkung Nomor 80
kebudayaan (Andriani dan Pitana, 2011). Itulah mengapa Desa Paksebali memilih
(Mustagin, 2017). Pengembangan ini juga dilakukan oleh Desa Wisata Paksebali
lokal dalam pengembangannya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai komponen
pariwisata yang sejak awal memang sudah dilakukan oleh masyarakat lokal, mulai
dari dibentuknya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang terdiri dari warga
Desa Paksebali itu sendiri dan bertugas untuk merancang konsep pariwisata yang
dikembangkan, profesi guide yang bertugas untuk memandu wisatawan yang juga
Paksebali diisi oleh masyarakat lokal. Hal ini memang menjadi tujuan utama dari
aktif masyarakat dalam membangun Desa Wisata. Konsep inilah yang disebut
9
masyarakat nantinya diharapkan mampu mencapai kesejahteraan masyarakat
Wisata Paksebali?
Wisata Paksebali?
10
2) Untuk menganalisis pengaruh pemberdayaan masyarakat lokal dan
1) Manfaat Teoritis
Desa Wisata Paksebali. Hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk menambah
2) Manfaat Praktis
11
12
BAB II
PENELITIAN
perjalanan yang dilakukan dari tempat tinggal ke suatu daerah tertentu dengan
waktu luang tanpa bermaksud untuk menetap (Saputro, 2011 dalam Hijriati dan
pariwisata adalah: (1) orang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan
ke lebih dari dua atau tiga tempat disebut traveler, (2) orang atau sekelompok
orang yang melakukan perjalanan kurang dari 12 bulan dan tanpa bermaksud
untuk menetap, serta bukan bertujuan untuk mencari nafkah pada tempat tujuan
perjalanan disebut dengan visitor, (3) orang atau sekelompok orang yang
perpindahan orang ke negara atau tempat di luar lingkungan mereka yang biasa
13
untuk keperluan pribadi, bisnis, dan professional (Tabash, 2017). Orang yang
Melalui pengertian tersebut, definisi wisatawan dapat dibagi menjadi dua, yaitu
wisatawan dalam negeri dan wisatawan manca negara. Wisatawan dalam negeri
lebih dari satu tahun. Sedangkan wisatawan mancanegara merupakan orang atau
akomodasi dan berbagai fasilitas lainya yang menyatu dengan tatanan dan tradisi
dalam Atmoko (2014) Desa Wisata adalah desayang memiliki potensi keunikan
dan daya tarik wisata yang khas, baik berupa karakter fisik lingkungan alam
wisatanya, dalam suatu tata lingkungan yang harmonis dan pengelolaan yang baik
setempat.
14
Semua yang ditawarkan desa wisata tentu merupakan keaslian suasana
yang ada di desa, baik dari kehidupan social, ekonomi, budaya, adat istiadat, ciri
khas bangunan, tata ruang desa yang unik dan semua yang menjadi ciri khas desa
seperti atraksi, akomodasi dan keutuhan wisata lainya. Menurut Muliawan (2008)
sejak awal bila masyarakat setempat bukan sebagai obyek pasif namun justru
obyek sekaligus sebagai subjek wisata. Sebagai obyek artinya desa tersebut
penyelenggara, apa yang dihasilkan oleh desa akan dinikmati oleh masyarakatnya
desa wisata yang dilakukan oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk
15
berdampak pada ekonomi saja, namun juga akan sangat berdampak pada
dan semua aspek yang ada pada desa tersebut, sehingga model pengembangan
membuat masyarakat menjadi mandiri agar mampu berperan aktif dalam segala
kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural,
dalam arti tidak hanya bebas dalam berpendapat, namun bebas dari
16
produktif yang mampu meningkatkan kesejahteraan melalui perolehan barang
program dan pembangunan, baik di tingkat daerah maupun pusat, sehingga sangat
pembangunan sumber daya manusia (SDM) dengan tujuan merubah pola pikir
pendapatan dan kesejahteraan (Wenno, 2015). Dari paradigm tersebut peran serta
pengembangan desa wisata dapat dilihat dari beberapa indicator sebagai berikut:
1) Penyadaran, pada tahap ini dilakukan sosialisasi dan atau pelatihan dalam
2) Pelaksanaan, pada tahap ini dapat dilihat dari peran dan keterlibatan
17
wisatawan, seperti makan dan minum, tempat tinggal dan semua fasilitas
pendukung.
3) Pemberian daya, pada tahap ini dapat dilihat dari bantuan pemerintah
pemberdayaan masyarakat adalah mereka yang lemah dan tidak memiliki daya,
ekonomi, namun juga secara politis sehingga pada akhirnya masyarakat akan
18
kepemilikan, manajemen dan keterlibatan anggota masyarakat dalam
(2003), dan Ashley, Roedan Goodwin (2001) dalam Suriya, 2010). CBT
terlibat langsung maupun yang tidak terlibat langsung pada industry pariwisata
mengabaikan peran serta masyarakat lokal di daerah tujuan wisata. Konsep CBT
masyarakat bukan lagi menjadi objek pembangunan akan tetapi sebagai penentu
pembangunan itu sendiri (Ardika (2005), dalam Purnamasari, 2011). CBT jelas
19
sinergi berdasarkan pertukaran pengetahuan, analisis, dan kemampuan di antara
menjadi empat prinsip yaitu social, ekonomi, budaya dan politik. Prinsip sosial
prinsip ekonomi berkaitan dengan sistem pembagian keuntungan yang timbul dari
dapat diterjemahkan ke dalam 3 bentuk yaitu (1) joint venture dalam usaha
keuntungan bagi komunitas (berupa CSR atau dana bagi hasil), (2) asosiasi yang
juga dibagikan kepada komunitas, (3) usaha kecil atau menengah yang merekrut
langsung oleh masyrakat. Salah satu keunggulannya adalah adanya sumber daya
lokal yang dikelola oleh masyarakat lokal atau desa. Sumber daya lokal yang
dimaksud tidak serta merta hanya pada masyarakatnya saja, namun juga meliputi
sumber daya alam, budaya yang dimiliki desa tersebut dan infrastruktur. Oleh
terhadap semua potensi atau sumber daya lokal akan lebih kuat. Hal ini
20
keunggulan diatas, konsep CBT akan menciptakan keanekaragaman sistem
pengelolaan wisata antar daerah, sesuai dengan potensi yang dimiliki daerahnya
bahwa kekuatan utama dari konsep CBT dalam pariwisata adalah potensinya
pariwisata.
21
2.1.4 Kesejahteraan Masyarakat
materiil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan
ketenteraman lahir bathin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
dimana seorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan makanan
dan minuman, pakaian, tempat tinggal yang baik untuk menjalankan dan
kekhawatiran sehingga hidupnya aman tentram, baik lahir batin (Fahrudin, 2012)
tingkat hidup yang lebih layak, tingkat pendidikan yang lebih baik, dan
dasar yang tercermin dari rumah yang layak, tercukupinya kebutuhan sandang dan
pangan, biaya pendidikan dan kesehatan yang murah dan berkualitas atau kondisi
22
anggaran tertentu dan kondisi dimana tercukupinya kebutuhan jasmani dan rohani.
lain, yaitu:
baik.
kebutuhan manusia terpenuhi dengan wajar, terus menerus, dan secara kongkrit
itu berarti tersedianya barang dan jasa kebutuhan hidup tidak hanya untuk
patokan tertentu yang relative baku, seperti menggunakan pendapatan per kapita,
dengan mengasumsikan terdapat tingkat kebutuhan fisik untuk semua orang hidup
layak.
23
Pariwisata berkelanjutan dapat dikatakan berjalan ketika pengembangan
bisa dikatakan sebuah proses dimana orang menjadi cukup kuat untuk
24
pada pengoptimalan partisipasi masyarakat untuk tujuan pembangunan bersama
Lokal dalam Pengembangan Desa Wisata di Desa Paksebali, Klungkung ini dapat
Implementasi
Keterlibatan
Community Based
Masyarakat (Y1.1)
Tourism (Y1)
Kepemilikan
Fasilitas (Y1.2)
Bekerja di Bidang
Pariwisata (Y1.3)
Pemberdayaan Kesejahteraan
Masyarakat (X1) Masyarakat (Y2)
Hubungan Baik
dengan Komunitas
(Y2.4)
25
Keterangan:
26
BAB III
METODE PENELITIAN
disebut juga sebagai penelitian yang menggunakan paradigm positivism, yaitu dari
teori-teori dan temuan orang lain kemudian disusun hipotesis sesuai masalah
kemudian diuji melalui data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini.
hubungan antara dua variable atau lebih (Sugiyono, 2014:55). Dalam penelitian
Kabupaten Klungkung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer yang didapat dari penyebaran kuisioner. Teknik analisis yang digunakan
Kabupaten Klungkung. Penelitian ini dilakukan untuk melihat peran dan manfaat
27
Desa Wisata Paksebali telah melakukan pengembangan desa wisata sejak 2017
dan telah melakukan banyak perubahan seperti pada objek-objek wisata baik
wisata budaya, alam hingga wisata spiritual. Pengembangan desa wisata di Desa
lokal jelas. Desa Wisata Paksebali terdiri dari lima dusun yaitu, Dusun Bucu,
Kabupaten Klungkung.
berikut:
28
c) Variabel endogen (Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
maka berikut ini akan dijelaskan definisi tentang operasional variable yang
29
(2) Pengkapasitasan: masyarakat diberi pelatihan mengenai teknis
(4) Hubungan baik dengan komunitas: terjadinya hubungan yang baik antara
30
c.6 Jenis dan Sumber Data
1) Data kuantitatif adalah data yang berupa angka dan dapat dihitung dengan
satuan hitung. Data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu daftar pertanyaan
2) Data kualitatif adalah data yang berupa kata, kalimat, gerak tubuh, ekspresi
wajah, bagan, gambar, dan foto yang member makna terhadap fakta-fakta
yang diperoleh di tempat penelitian. Data kualitatif dalam penelitian ini yaitu
data sekunder. Data primer dan data sekunder dalam penelitian ini yaitu
(Sugiyono, 2014:402):
1) Data primer adalah data yang berasal langsung dari sumber data yang
penelitian yang akan diteliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh
31
2) Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media
perantara seperti orang lain atau dokumentasi instansi tertentu, seperti Badan
fenomena alam maupun sosial yang diamati, memperoleh data atau informasi
wawancara yang diukur dengan skala likert, sehingga perlu diuji validitas dan
realibilitasnya.
c.8.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tingga di Desa Wisata Paksebali
32
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Desa Wisata Paksebali, Kecamatan Dawan,
Kabupaten Klungkung 2018
Laki -
No Nama Dusun Jumlah KK Jiwa Perempuan
Laki
1 Bucu 324 1320 671 649
2 Kanginan 407 1521 767 754
3 Kawan 171 676 353 323
4 Peninjoan 309 1172 568 604
5 Timbrah 222 892 438 454
Total 1433 5581 2797 2784
Sumber: Profil Desa Wisata Paksebali, Kecamatan Dawan, Kabupaten
Klungkung 2018
c.8.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
ini adalah jumlah kepala keluarga di Desa Wisata Paksebali, Kecamatan Dawan,
berikut:
N
n= ..................................................................................................... (3.1)
1+ N e 2
Dimana:
n : ukuran sampel
N : ukuran populasi
e : nilai krisis (5 persen)
33
Berdasarkan jumlah kepala keluarga di Desa Wisata Paksebali, Kecamatan
1433
n= 2
1+(1433 x 0,05 )
Kabupaten Klungkung.
1) Observasi
34
Observasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan
langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap obyek yang akan diteliti.
2) Wawancara Terstruktur
sistematis serta telah diketahui tentang tempat dan variabel yang diteliti.
205).
3) Wawancara Mendalam
Peneliti juga dapat membawa buku catatan dan handphone untuk membantu
dapat diperoleh dari metode ini adalah informasi yang lebih lengkap,
35
Dalam penelitian ini digunakan analisis persamaan struktural (SEM)
dengan alternative Partial Least Square PLS (component based SEM). Model
dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen dengan satu atau beberapa
variabel konstruk atau variable laten yang dibentuk oleh beberapa indicator, dan
kemungkinan juga terdapat suatu variable yang berperan ganda yaitu sebagai
pada hubungan lain mengingat adanya hubungan kausalitas yang berjenjang. PLS
tidak mensyaratkan data harus dalam skala interval atau rasio, pendekatan PLS
tertentu, misalnya harus berdistribusi normal. Data yang akan diolah dapat berupa
antarvariabel dalam penelitian ini secara lengkap disajikan pada Gambar 2.1
diatas.
variabel, antara lain: 1) inner model, 2) outer model, dan 3) pengaruh tidak
Sesuai dengan Gambar 4.1, dalam penelitian ini terdapat tiga model pengukuran
36
yang semuanya merupakan indikator reflektif, yaitu: a) Pemberdayaan
persamaan:
Keterangan:
X1 = Pemberdayaan Masyarakat
X11 = Sosialisasi
X12 = Pengkapasitasan
X13 = Pendayaan
λ 1, λ 2, dan λ 3 = loading factor
ν1, ν2 dan ν3 = noise atau kesalahan pengukuran
Keterangan:
Y1 = Implementasi CBT
Y11 = Keterlibatan Masyarakat
Y12 = Kepemilika Fasilitas
Y13 = Bekerja di Bidang Pariwisata
λ 21, ….. λ 26 = loading factor
ν21, ....... ν26 = noise atau kesalahan pengukuran
persamaan:
37
Y21 = λ21 Y2 + ν31.................................................................................(4.10)
Keterangan:
Y2 = Kesejahteraan Masyarakat
Y21 = Pendapatan
Y22 = Pendidikan
Y23 = Kesehatan
Y24 = Hubungan Baik dengan Komunitas
λ 31, ….. λ34 = loading factor
ν31, ....... ν34 = noise atau kesalahan pengukuran
cara, yaitu:
(1) Convergent Validity (CV) pada indikator reflektif yaitu dengan melihat
Nilai yang ditoleransi minimal 0,50 dianggap cukup (Chin, 1998 dalam
Ghozali, 2011). Meskipun kurang dari 0,50 karena jumlah sampel cukup
(2) Discrimanant Validity (DV) pada indikator reflektif yaitu dengan melihat
38
validity (DV) adalah dengan melihat square root of average variance
dengan konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar kuadrat AVE setiap
bahwa nilai AVE yang lebih besar dari 0,50. Formula menghitung AVE
∑λi2 …………………………………(4.16)
AVE =
∑λi 2 + ∑var(ε)
Keterangan:
(∑λi )2 …………………………………(4.17)
Ρc =
(∑λi)2 + ∑var(ε)
Keterangan:
λi = loading factor ke indicator
var(ε) = 1 - λi2
1) Inner Model
39
Dalam PLS inner model juga disebut inner relation yang menggambarkan
Y1 = β1 X1 + ε1.............................................................................................(4.18)
Keterangan:
X1 = Pemberdayaan Masyarakat
Y1 = Implementasi CBT
Y2 = Kesejahteraan Masyarakat
β1, β2, dan β3 = koefisien jalur
ε1 dan ε2 = inner residual
Evaluasi terhadap inner model dilakukan dengan melihat besarnya
koefisien jalur strukturalnya, dan juga nilai uji t statistiknya yang diperoleh
variable laten dependen. Nilai R2 sekitar 0,67 dikatakan baik, 0,33 dikatakan
Selain R2, model PLS juga dapat dievaluasi kemampuan prediksinya atau
dengan formula:
∑D E D
Q2 =1−
∑D O D .......................................................................................(4.21)
Keterangan:
D = omission distance
E = jumlah kuadrat prediksi
40
O = jumlah kuadrat observasi
Nilai Q2 yang memiliki di atas nol memberikan makna bahwa model yang
prevelance.
c.10.2 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung atau Uji Peran Variabel
Mediasi
Pengaruh langusng dapat dilihat dari hasil output PLS Path koefisien.
variabel independen terhadap variabel dependen dalam PLS secara otomatis akan
tourism.
41
H1 : β1 ¿ 0, berarti pemberdayaan masyarakat berpengaruh positif
Apabila nilai probabilitas lebih besar dari α = 0,05 (p > 0,05), maka
(d) Simpulan
Jika p > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Ini berarti bahwa
based tourism.
kesejahteraan masyarakat.
42
(c) Kriteria pengujian
Apabila nilai probabilitas lebih besar dari α = 0,05 (p > 0,05), maka
(d) Simpulan
Jika p > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Ini berarti bahwa
kesejahteraan masyarakat.
masyarakat.
Apabila nilai probabilitas lebih besar dari α = 0,05 (p > 0,05), maka
(d) Simpulan
43
Jika p > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Ini berarti bahwa
masyarakat (Y2).
(b) Pada taraf nyata akan didapat nilai t-tabel sebesar 1,66388
44
maka H0 ditolak yang berarti bahwa community based tourism (Y1)
(d) Perhitungan
a 1b 2
t= …………………………………………(12)
Sa1b2
Keterangan:
(e) Kesimpulan
pengujian.
45
DAFTAR RUJUKAN
Badan Pusat Statistik. 2019. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Bali tahun 2014-
2018.
Badan Pusat Statistik. 2019. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke
Indonesia tahun 2014-2019.
Bendesa, I.K.G & I. M Sukarsa. 1980. An Economic Survey of Bali. Bulletin of
Indonesian Economic Studies. Vol 16 (2).
Booth, Anne. 1990. The Tourism Boomb in Indonesia. Bulletin of Indonesian
Economic Studies.Vol 26 (3).
Dewi, Made Heny Urmila. 2013. Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi
Masyarakat Lokal di Desa Wisata Jatiluwihtabanan, Bali. Kawistara.
Vol 3 (2).
46
Ekanayake, E.M & Aubrey E. Long. 2012. Tourism Development and Economic
Growth in Developing Countries. The International Journal of Business
and Finance Research. Vol 6 (1).
Fahrudin, Adi. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Ghozali, Imam, 2011. Structural Equation Modelin Metode Alternative dengan
Partial Least Square. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponogoro.
Giampiccoli, Dr Andrea. 2018. Community-Based Tourism Development Model
and Community Participation. African Journal of Hospitality, Tourism
and Leisure. Vol 7 (4).
Guzman, Tomas Lopez, Sandra Sanchez-Canisares, Victor Pavon. 2011.
Community - Based Tourism in Developing Countries: A Case Study.
Journal of Tourism. Vol 6 (1)
Hijriati, Emma dan Rina Mardiana. 2014. Pengaruh Pariwisata Berbasis
Masyarakat Terhadap Perubahan Kondisi Ekologi, Sosial Dan Ekonomi
Di Kampung Batusuhunan, Sukabumi. Jurnal Sosiologi Pedesaan. Vol 2
(3)
Hukom, Alexandra. 2014. Hubungan Ketenagakerjaan Dan Perubahan Struktur
Ekonomi terhadap Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Ekonomi
Kuantitatif Terapan. Vol 7 (2).
Indiradewi, Ni Made Ayu dan A.A Istri Ngurah Marhaeni. 2016. Evaluasi
Program Pemberdayaan Usaha Mina Pedesaan pada Masyarakat Pesisir.
Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan. Vol 9 (11).
Jugmohan, Sean & Andrea Giampiccoli. 2017. Community-based Tourism
Development: A Possible Educational Gap. Jornal Anthropologist. Vol
30 (1).
Kaiser, Angela A & Lara Rusch. 2015. Trade-offs in empowerment through social
action: voices from Detroit. Community Development. Vol 46 (4).
Kementrian Pariwisata Republik Indonesia. 2010. Undang-undang Nomor 10
Tentang Kepariwisataan.
Kementrian Pariwisata Republik Indonesia. 2019. Laporan Akuntabilitas Kinerja
Kementrian Pariwisata (LAKIP) 2018.
Kesuma, Ni Luh Aprilia, dan I Made Suyana Utama. 2015. Analisis Sektor
Unggulan dan Pergeseran Pangsa Sektor-Sektor Ekonomi Kabupaten
Klungkung. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan. Vol (8) 1.
47
Lean, Hooi Hooi, Sio Hing Chongb, and Chee-Wooi Hooyc. 2014. Tourism and
Economic Growth: Comparing Malaysia and Singapore. Journal of
Economics and Management. Vol 8 (1).
Mustangin, Desy Kusniawan, Nufa Pramina Islami, Baruna Setya Ningrum, Eni
Prasetyawati. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Lokal
Melalui Program Desa Wisata di Desa Bumiaji. Jurnal Pemikiran dan
Penelitian Sosiologi. Vol (1).
Pemerintah Kabupaten Klungkung. 2017. Peraturan Bupati Klungkung Nomor 2
tahun 2017 tentang Penetapan Desa Wisata.
Purnamasari, Andi Maya. 2011. Pengembangan Masyarakat Untuk Pariwisata di
Kampung Wisata Toddabojo Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota. Vol 22 (1).
Raharjana, Titi Destha. 2012. Membangun Pariwisata Bersama Rakyat: Kajian
Partisipasi Lokal Dalam Membangun Desa Wisata Di Dieng PlateAU.
Kawistara. Vol 2 (3).
Rizkianto, Neno, dan Topowijono. 2018. Penerapan Konsep Community Based
Tourism Dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Berkelanjutan (Studi
Pada Desa Wisata Bangun, Kecamatan Munjungan, Kabupaten
Trenggalek). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Vol 58 (2)
Rukini, Putu Simpen Arini, dan Esthisatari Nawangsih. 2015. Peramalan Jumlah
Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Wisman) ke Bali Tahun 2019:
Metode ARIMA. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan. Vol. 8 (2).
Salazar, Noel B. 2012. Community-Based Cultural Tourism: Issues, Threats and
Opportunities. Journal of Sustainable Tourism. Vol 20 (1).
Singh, Ms. Vineeta. 2014. An Impact and Challenges of Sustainable Development
in Global Era. Journal of Economics and Development Studies. Vol 2 (2)
Suardana, I Wayan dan Ni Gusti Ayu Susrami Dewi. 2015. Dampak Pariwisata
Terhadap Mata Pencaharian Masyarakat Pesisir Karangasem:
Pendekatan Pro Poor Tourism. PIRAMIDA. Vol 6 (2).
Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suriya, Komsan. 2010. Impact of Community-based Tourism in a Village
Economy in Thailand: An Analysis with VCGE Model.
Tabash, Mosab I. 2017. The Role of Tourism Sector in Economic Growth: An
Empirical Evidence from Palestine. International Journal of Economics
and Financial Issues. Vol 7 (2).
Undang-Undang Reublik Indo nesia. 1974. Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial.
48
Utama Suyana. 2012. Aplikasi Analisis Kuantitatif. Edisi Kedua. Denpasar:
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Wenno, Noviar F. 2015. Prospek Agroindustri Pala di Wilayah Pesisir (Suatu
Studi Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di Desa Seith
Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah). PIRAMIDA. Jurnal
Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Vol 9 (2).
Widjajanti, Kesi. 2011. Model Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Vol 12 (1).
Wiwin, I Wayan. 2018. Community Based Tourism dalam Pengembangan
Pariwisata Bali. Jurnal Budaya. Vol 3 (1).
Yasa, I Komang Oka Artana dan Sudarsana Arka. 2015. Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi dan Disparitas Pendapatan antar Daerah Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Bali. Jurnal Ekonomi Kuantitatif
Terapan. Vol 8 (1).
Yuliarmi, Ni Nyoman & A.A.I.N Marhaeni, I.A.N Saskara, Sudarsana Arka, Ni
L.P. Wiagustini. 2013. Keberdayaan Industri Kerajinan Rumah Tangga
Untuk Pengentasan Kemiskinan Di Provinsi Bali (Ditinjau dari Aspek
Modal Sosial dan Peran Lembaga Adat). PIRAMIDA. Jurnal
Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Vol 9 (1).
49