Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kepariwisataan merupakan salah satu industri yang berkembang pesat
di dunia dewasa ini, khususnya di negara-negara berkembang. Sektor
pariwisata merupakan salah satu sektor yang efektif dalam upaya mendorong
pembangunan daerah, pemberdayaan masyarakat serta dalam upaya
pengentasan kemiskinan. Di Indonesia bidang pariwisata berkontribusi
sebesar 3.78% bagi perekonomian nasional, pada tahun 2014 devisa yang
disumbangkan dari sektor pariwisata adalah 10,69 miliar USD.
United Nations World Tourism Organization (UNWTO) atau
organisasi

pariwisata

dunia

mendorong

Indonesia

untuk

lebih

memaksimalkan pengembangan pariwisata berbasis desa atau desa wisata.


Selain untuk lebih banyak menarik kunjungan wisatawan, pengembangan
desa wisata juga memberikan dampak pemerataan pembangunan hingga
tingkat

desa

dan

mengangkat

tingkat

perekonomian

masyarakat.

(www.voaindonesia.com/content/indonesia-maksimalkanpengembangandesa-wisata-135821073/102280.html, diakses tanggal 21 Januari 2016).


Pembangunan kepariwisataan yang berbasis pada masyarakat tersebut
menuntut pendekatan dengan menunjang program pemberdayaan masyarakat
dan merupakan hal pokok yang harus dijalankan. Melalui pendekatan ini
diharapkan pembangunan kepariwisataan menjadi dapat lebih diterima dan
mampu memberikan nilai manfaat yang tinggi kepada masyarakat. Sehingga
dengan demikian masyarakat akan menjadi bagian penting yang tidak

terpisahkan dalam pembangunan kepariwisataan serta dapat menumbuhkan


sikap memiliki dan rasa tanggung jawab sebagai pelaku dan penentu
pembangunan kepariwisataan dalam skala lokal. Banyaknya sektor yang
terlibat dalam kegiatan pariwisata mampu memberdayakan masyarakat lokal
dan berperan dalam pembangunan nasional, sehingga dapat mengurangi
permasalahan sosial-ekonomi.
Hal tersebut sejalan dengan isi Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009 pasal 4 yang menyatakan bahwa Kepariwisataan di Indonesia bertujuan
untuk: (1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (2) meningkatkan
kesejahteraan

rakyat,

(3)

menghapus

kemiskinan,

(4)

mengatasi

pengangguran,(5) melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya,(6)


memajukan kebudayaan, (7) mengangkat citra bangsa, (8) memupuk rasa
cinta tanah air,(9) memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan (10)
mempererat persahabatan antarbangsa.
Bali merupakan salah satu ikon pariwisata di Indonesia yang telah
di akui oleh dunia internasional. Alam yang indah dan budaya Bali yang khas
serta sarat akan kegiatan spiritual membawa masyarakat senantiasa berekreasi
dengan menuangkannya di dalam kehidupan sehari hari sehingga
memberikan nuansa yang berbeda dari destinasi wisata lainnya. Bali sendiri
memiliki 9 kabupaten/kota, yang terdiri dari 8 kabupaten, 1 kota dan
mempunyai daya tarik masing- masing bagi wisatawan . Bali dikenal sebagai
destinasi berbasis alam dan budaya yang aktivitasnya sangat beragam. Variasi
produk yang sangat beragam dan menarik tersebut tersebar hampir di seluruh
wilayah pulau Bali.

Perkembangan pariwisata di Bali sangat berkembang, dilihat dari


banyaknya wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung baik untuk
menghabiskan waktu berlibur maupun untuk keperluan bisnis. Keindahan dan
keunikan yang dijadikan sebagai destinasi wisata seperti wisata bahari, wisata
alam, wisata sejarah maupun wisata budaya yang tersebar di seluruh
kabupaten di Bali menjadi daya tarik tersendiri yang mampu menarik minat
wisatawan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari Tabel 1.1
Tabel 1.1
Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Bali
Tahun 2010-2015
Presentase
Wisatawan
Pertumbuha
Tahun
Nusantara
n
2010
2.576.142
4.646.343
2011
2.826.709
8,86 %
5.675.121
2012
2.949.332
4,15 %
6.063.558
2013
3.278.598
10,04 %
6.976.536
2014
3.766.638
12,95 %
6.392.460
2015
4.001.654
5,87 %
5.263.766
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2015.
Wisatawan
Mancanegara

Tabel

1.1

menggambarkan

bahwa

Presentase
Pertumbuha
n
18,12 %
6,41 %
13,08 %
- 9,13 %
-21,44 %

kunjungan

wisatawan

mancanegara dan domestik cenderung mengalami peningkatan setiap


tahunnya, sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan pariwisata di Bali
berkembang pesat daripada provinsi-provinsi lainnya yang ada di Indonesia
dan

masih

sangat

diminati

oleh

wisatawan

khususnya

wisatawan

mancanegara. Hal ini menjadi peluang untuk mengembangkan dan


mempromosikan pariwisata Bali. Namun pada tahun 2015 mengalami
penurunan tingkat kunjungan wisatawan nusantara ke Bali sebesar 21, 44 %.
Saat ini, pariwisata di Bali telah mengalami perubahan trend, dimana
sebelumnya wisata massal (mass toruism) menjadi pola berwisata bagi

wisatawan yang datang berkunjung ke suatu destinasi wisata, sekarang telah


berubah menjadi wisata individu atau perorangan (individual tourism).
Menurut Ariana, 2013 dalam jurnal Pembangunan Pariwisata Bali Yang
Berkelanjutan dalam Perspektif Postmodernisme menyebutkan bahwa trend
perjalanan wisata berupa pariwisata masal sudah mulai ditinggalkan.
Perubahan nyata dari produk wisata pariwisata masal menuju pariwisata
alternative terjadi pada tahun 1990-an. Wisatawan yang datang biasanya
dengan cara berkelompok (group), namun kini kebanyakan wisatawan
couple. Dulu banyak wisatawan mempergunakan bus dan sekarang
cenderung wisatawan menggunakan kendaraan pribadi.
Salah satu kabupaten di Bali yang menunjukkan perkembangan
pariwisata adalah Kabupaten Bangli. Kabupaten Bangli menjadi salah satu
tempat tujuan wisata di Bali yang banyak dikunjungi wisatawan domestik
maupun mancanegara setiap tahunnya. Data kunjungan wisatawan domestik
dan mancanegara ke Kabupaten Bangli disajikan dalam Tabel 1.2
Tabel 1.2
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Domestik
ke Kabupaten Bangli Tahun 2010-2014
Wisatawan
Wisatawan
No Tahun
Jumlah
Mancanegara
Domestik
1
2010
326,549
91,594
418,143
2
2011
327,177
161,756
488,933
3
2012
346,494
201,658
548,152
4
2013
394,206
222,431
616,637
5
2014
447,199
200,408
647,607
Sumber : Badan Pusat Statistik Prov. Bali, 2015
Tabel 1.2 menunjukkan kecenderungan kunjungan wisatawan ke
Kabupaten Bangli meningkat setiap tahun. Melihat dari kunjungan wisatawan
ke Bangli yang saat ini hanya 19% dari jumlah kunjungan wisatawan ke Bali,

kunjungan wisatawan diprediksi akan terus meningkat dan masih dapat


dikembangkan.
Saat ini, desa wisata dipandang menyimpan pesona yang unik dalam
bentuk kehidupan sehari- hari di bidang ekonomi, sosial dan budaya. Sehingga
menjadi daya tarik bagi wisatawan yang biasa dengan kehidupan modern
perkotaan. Pemerintah provinsi Bali mulai mendorong untuk mengembangkan
pariwisata

berbasis

masyarakat

dan

ramah

lingkungan

dengan

mengembangkan desa-desa yang ada di Bali menjadi desa wisata guna


menambah

destinasi

wisata,

meratakan

pembangunan

daerah

serta

meningkatkan perekonomian di tingkat desa di Bali. Pemerintah Provinsi Bali


memprogramkan

pengembangan

100

desa

wisata

berbasis

budaya,

pengembangan desa-desa wisata diharapkan dapat menambah destinasi wisata,


memeratakan pembangunan daerah dan mendorong perekonomian tingkat
desa di Bali. Meskipun pelaksanaan pengembangan desa wisata menjadi
sebuah destinasi wisata ini masih tergolong baru, desa wisata merupakan salah
satu destinasi wisata yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Dengan adanya
desa wisata ini maka masyarakat dapat sekaligus melestarikan alam dan
budaya yang dimiliki. Selain itu, desa wisata akhir-akhir ini juga merupakan
salah satu pilihan yang banyak dipilih oleh wisatawan mancanegara maupun
domestik.
Keberadaan desa wisata di Kabupaten Bangli ditetapkan oleh Peraturan
Bupati Bangli Nomor : 16 Tahun 2014 tentang 22 desa wisata di Kab. Bangli
yang selanjutnya disesuaikan melalui Keputusan Dirjen Pengembangan
Destinasi Pariwisata Nomor: 29/KEP/DPDP/I/2013 tentang Tata Cara
Penyaluran PNPM Mandiri Pariwisata 2013 dan Program Bali Mandara

No.556/317/I/DISPAR tentang Pengembangan 100 Desa Wisata yang


disajikan dalam Tabel 1.3
Tabel 1.3
Daftar Desa Wisata di Kabupaten Bangli
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Nama Desa
Desa Penglipuran
Br. Sedit, Kel.Bebalang
Desa Pengotan
Dsn.Kayuambua, Ds. Tiga
Desa Undisan
Desa Kintamani
Desa Suter
Desa Abang Batudinding
Desa Sukawana
Desa Songan B
Desa Buahan

No
12.
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Nama Desa
Desa Trunyan
Desa Guling kangin
Bayung Gede
Desa Batur Utara
Desa Batur Tengah
Desa Batur Selatan
Desa Belandingan
Desa Songan A
Desa Kutuh
Desa Pingan
Desa Abang Songan

Sumber: Keputusan Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata ,2013


Tabel 1.3 menjelaskan bahwa terdapat 22 desa wisata di Kabupaten
Bangli. Seluruh desa wisata tersebut tersebar di 4 kecamatan yang ada di
Kabupaten Bangli yaitu Kecamatan Bangli, Susut, Tembuku dan Kintamani.
Berdasarkan hasil penelitian Tourism Field Study 2014 yang mengambil tema
Eksistensi Desa Wisata di Kabupaten Bangli dihasilkan dari 12 desa wisata
di Kabupaten Bangli hanya 3 desa wisata yang berkembang. Persentase desa
wisata yang sudah berkembang adalah 25% dari total keseluruhan desa wisata
di Kabupaten Bangli, yaitu Desa Wisata Penglipuran, dan desa wisata dalam
Cluster Abang Erawang (Desa Suter dan Desa Abang Batudinding). Hal
tersebut didasarkan pada aspek pengembangan, pengelolaan, aktivitas wisata,
dan kegiatan pemasaran yang sudah dilakukan. Sembilan desa wisata lainnya
masih belum optimal terutama dalam tahap perencanaan dan masih belum
berkembang sebagai desa wisata.

Desa Undisan adalah salah satu desa yang ditetapkan sebagai desa
wisata di Kabupaten Bangli . Desa Undisan sudah ditetapkan sebagai desa
wisata sejak tahun 2014, namun secara resmi penyerahan izin penetapan
sebagai desa wisata dengan dengan SK NO.556/1007/DISBUDPAR/2015 dan
pembentukan kelompok sadar wisata Desa Undisan pada tanggal 2 Januari
2015. Desa Undisan merupakan salah satu desa wisata yang sedang dalam
tahap pengembangan di wilayah Kabupaten Bangli. Terdapat beberapa atraksi
wisata yang dimiliki Desa Undisan yang mampu menarik wisatawan untuk
bekunjung diantaranya, pemandangan hamparan persawahan . Atraksi lain
yaitu sumber mata air Tirta Dedari yang terletak di aliran sungai. Air Tirta
Dedari digunakan warga sebagai salah satu sumber mata air dan kawasan
pemandian, namun atraksi ini belum tertata dan dikelola dengan baik. Wilayah
sekitar Tirta Daedari sering digunakan sebagai jalur perlintasan aktivitas
trekking yang dilakukan di Desa Undisan.
Atraksi wisata lain yang ditawarkan di Desa Undisan salah satunya
adalah Pura Manik Bingin. Pura ini terletak di pusat Desa Undisan tepatnya
berada di perempatan utama jalur BangliKlungkung. Daya tarik dari Pura
Manik Bingin adalah keberadaan pohon beringin besar yang dikeramatkan
oleh masyarakat. Pohon beringin berumur ratusan tahun ini terletak tepat di
dalam wilayah pura. Selain Pura Manik Bingin terdapat pula Pura Desa yang
juga sering dikunjungi wisatawan. Di desa ini juga terdapat atraksi wisata
berupa Air Terjun Tangkup, yang mana air terjun ini memiliki pemandangan
yang tak kalah indahnya dengan air terjun lainnya di Bali. Meskipun memakan
waktu yang cukup lama untuk memasuki daerah tersebut, wisatawan yang
hendak ke air terjun tersebut tidak akan merasa bosan karena mereka akan

ditawarkan pemandangan berupa hamparan sawah yang hijau. Desa Undisan


Tembuku merupakan salah satu desa di Bangli yang memiliki hasil kerajinan
khas yaitu kerajinan emas dan perak serta bunga spon. Industri kreatif
kerajinan ini merupakan industri rumah tangga yang banyak dilakukan oleh
warga Desa Undisan. Hasil kerajinan ini banyak yang dijual ke tempat lain di
Bali seperti ke Gianyar, Denpasar, Badung, dan lain-lain. Desa undisan
merupakan desa wisata yang mulai dikenal dan dikunjungi oleh wisatawan.
Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat kunjungan wisatawan ke Desa Wisata
Undisan dalam Tabel 1.4
Tabel 1.4
Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Desa Wisata Undisan
Per Bulan Tahun 2015
Bulan

Wisatawan
Mancanegara

Presentase
Pertumbuhan

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
TOTAL

86
98
125
134
163
114
108
145
175
171
34
128
1.481

12,24 %
21,6 %
6,71 %
17,79 %
-42,98 %
-5,55 %
25,51 %
17,14 %
-2,33 %
-402,94 %
73,43 %
-

Sumber: POKDARWIS Desa Undisan Tembuku, 2015 (data diolah)


Pada Tabel 1.4 memperlihatkan bahwa jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara ke Desa Undisan Tembuku per bulan di tahun 2015
cenderung fluktuasi. Pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara
terbesar terjadi pada bulan Desember mencapai 73,43 % dan penurunan
kunjungan wisatawan mancanegara terbesar terjadi pada bulan November
mencapai -402,94 %. Akan tetapi jika dilihat berdasarkan jumlah kunjungan
wisatawan ke Desa Undisan Tembuku, kunjungan terbanyak terjadi pada bulan

September sebanyak 175 wisatawan mancanegara sedangkan pada bulan


November mengalami penurunan kunjungan wisatawan ke Desa Undisan
Tembuku sebanyak 34 wisatawan mancanegara.
Adanya kunjungan wisatawan mancanegara ke Desa Wisatra Undisan
merupakan suatu peluang yang baik bagi masyarakat lokal untuk
pengembangan pariwisata yang berdampak pada ekonomi soisal-budaya di
desa tersebut. Hal tersebut dibuktikan menurut Jurnal Media Wisata Volume
2 No.1 (dalam Surwiyanta, 2003:1) , peranan pariwisata dalam pembangunan
Negara pada garis besarnya berintikan tiga segi , yaitu segi ekonomi, segi
sosial dan segi kebudayan. Salah satu dampak ekonomi yang dirasakan
masyarakat adalalah peluang kerja masyarakat lokal sebagi pemandu wisata .
Selain itu dengan keberadaan desa wisata undisan berdampak pada
perkembangan sarana akomodasi pariwisata yang mulai berkembang. Salah
satu fasilitas akomodasi yang terdapat di Desa Undisan adalah De Klumpu
Bali Eco Resort dan De Umah Bali. Sebuah resort khas pedesaan yang
dimiliki oleh warga asli Desa Undisan yang masing-masing memiliki
kapasitas 12 dan 5 kamar. Selain itu Desa Undisan juga memiliki fasilitas
seperti restaurant, dan spa.
Menurut Pitana dan Gayatri (2005:113) hampir semua kajian studi
lapangan dan literatur menunjukkan bahwa pembangunan pariwisata pada
suatu daerah mampu memberikan dampak positif , namun juga memberikan
dampak negatif sebagai berikut:
a. Semakin memburuknya kesenjangan pendapatan antara kelompok
masyarakat.
b. Memburuknya ketimpangan antar daerah.

c. Terjadinya kebocoran ekonomi atau economic leakeges akibat


kecilnya muatan lokal yang didominasi oleh modal asing.
d. Hilangnya control masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonom.
e. Munculnya neo-kolonialisme atau neo-imperialisme.
Oleh sebab itu pengembangan desa wisata di Desa Undisan
memberikan dampak perkembangan pariwisata , baik dari segi ekonomisosial-budaya, namun dampak yang dirasakan belum merata. Berdasarkan
uraian di atas, maka diajukan sebuah penelitian dengan judul Dampak
Pengembangan

Desa Wisata Terhadap Aspek Ekonomi Sosial Budaya

Masyarakat Lokal Desa Wisata Undisan di Kecamatan Tembuku, Kabupaten


Bangli.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut,
Bagaimana dampak pengembangan desa wisata terhadap aspek ekonomi
sosial-budaya masyarakat lokal Desa Wisata Undisan di Kecamatan
Tembuku , Kabupaten Bangli ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak
pengembangan desa wisata terhadap aspek ekonomi sosial-budaya masyarakat
lokal Desa Wisata Undisan di Kecamatan Tembuku , Kabupaten Bangli.
1.4 Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, biaya, data yang diperoleh, tenaga maka
permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi hanya mencangkup
diantaranya :
1. Dampak positif dan negatif terhadap aspek ekonomi dapat dibatasi pada
teori yang dikemukakan menurut Cohen (1984 ) dalam Pitana dan Diarta
(2009:185)
a. Dampak terhadap pendapatan masyarakat
b. Dampak terhadap kesempatan kerja
c. Dampak terhadap harga-harga
d. Dampak terhadap distribusi manfaat/ keuntungan
e. Dampak terhadap pembangunan

10

2. Dampak positif dan negatif terhadap aspek sosial-budaya dapat dibatasi


pada teori yang dikemukakan menurut Richardson dan Fluker 2004 dalam
Pitana dan Diarta (2009:193-200)
a. Dampak terhadap struktur populasi
b. Dampak terhadap transformasi mata pencaharian
c. Dampak terhadap transformasi tata nilai :
1) Efek peniruan
2) Marginalisasi
3) Komodifikasi budaya
4) Dampak pada kehidupan sehari-hari
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Mahasiswa
Penelitian ini merupakan salah satu pemenuhan syarat bagi
mahasiswa dalam menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Pariwisata
Nusa Dua Bali. Selain itu, penelitian ini sebagai wadah pengaplikasian
ilmu teori dan praktik yang diterima selama perkuliahan.
1.5.2 Bagi Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan refrensi dan
manfaat kepustakaan yang menunjang perkuliahaaan kepariwisataan.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
masyarakat dalam memahami berbagai perubahan ekonomi sosialbudaya yang terjadi akibat adanya kegiatan pariwisata di Desa
Undisan, Kecamatan Tembuku, kabupaten Bangli.
1.5.4 Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pertimbangan bagi pemerintah dalam rangka pengembangan desa
wisata khususnya di Desa Wisata Undisan, Kecamatan Tembuku ,
Kabupaten Bangli.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Objek Dan Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah dampak
pengembangan desa wisata terhadap aspek ekonomi sosial-budaya

11

masyarakat lokal Desa Wisata Undisan di Kecamatan Tembuku,


Kabupaten Bangli.
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Wisata Undisan, Kecamatan
Tembuku, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali yang merupakan salah satu
1.6.2

desa wisata yang mulai berkembang di Kabupaten Bangli.


Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka
atau bilangan (Kuswandi & Erna, 2004: 170). Data kuantitatif
dalam penelitian ini berupa kunjungan wisatawan ke Kabupaten
Bangli, jumlah KK di Desa Wisata Undisan

Undisan,

Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli dan data kuesioner yang


digunakan untuk mengetahui dampak pengembangan desa wisata
terhadap aspek ekonomi, sosial- budaya masyarakat.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang tidak bernilai
numerik atau nilainya bukan berupa angka (Kusmayadi &
Sugiarto, 2000:80). Data Kualitatif yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskripsi tentang gambaran umum objek
penelitian. Selain itu data kualitatif yang digunakan adalah
wawancara dengan pihak- pihak yang terkait di Desa Undisan ,
Kecamatan Tembuku , Kabupaten Bangli.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dengan
cara dikumpulkan sendiri oleh peneliti , langsung dari
sumbernya (Kusmayadi & Endar Sugiarto, 2000:80). Dalam
penelitian ini yang menjadi data primer adalah hasil observasi

12

tentang kondisi fisik Desa Undisan, hasil wawancara dengan


perangkat Desa Undisan, dan hasil pengisian kuesioner dari
masyarakat lokal.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak
secara langsung dari responden, tetapi dari pihak ketiga
(Wardiyanta, 2008:28). Data sekunder yang dipakai dalam
penelitian ini berupa data atau arsip mengenai kependudukan
yang dimiliki oleh Desa Undisan serta jurnal dan buku referensi,
catatan

catatan

penunjang,

buku-buku

perpustakaan,

dokumentasi dan keterangan- keterangan yang berhubungan


denga masalah penelitian yang digunakan sebagai pelengkap
dan pendukung dari data primer.
1.6.3

Teknik Pengambilan Sample


Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat lokal Desa
Wisata Undisan , Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli. Namun
kategori masyarakat yang akan dijadikan sample adalah masyarakat
yang sudah bekerja .Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam
penelitian ini adalah proporsional stratified random sampling. Teknik
ini digunakan jika populasi berada dalam kelompok berbeda dan
jumlahnya proporsional dengan asumsi setiap kelompok mempunyai
karakteristik yang homogen (Sangadji dan Sopiah 2010:188). Jumlah
sampel yang akan di teliti dalam penelitian ini di hitung menggunakan
rumus slovin. Adapun rumus slovin (dalam Umar. 1999) sebagai berikut
: Rumus slovin untuk menentukan ukuran sampel minimal (n) jika
diketahui ukuran populasi (N) pada taraf signifikan adalah :

13

Ukuran populasi

n=

=
1+N2

1+ Ukuran

populasi(0,1)2
Keterangan:
n = Ukuran sample (jumlah responden)
N = Ukuran populasi
= Nilai kritis atau batas presentase kelonggaran ketidaktelitian
Dalam penelitian ini diketahui N (ukuran populasi) sebesar 1.259
kepala keluarga . Sedangkan ditetapkan sebesar 10%. Jadi minimal
sampel yang diambil oleh peneliti adalah sebesar:
1259
n=
1 + 1259

(10%)2

1259
n=
1259 (0,01)
+1
n=

99.92

(dibulatkan , maka n
adalah 100 responden)
Jumlah sampel yang akan dipakai sebagi penilaian terhadap
dampak pengembangan di Desa Wisata Undisan berjumlah 100 orang.
Sampel tersebut merupakan perwakilan dari masyarakat Desa wisata
Undisan yang sudah bekerja. Jumlah sampel tersebut dikelompokan
berdasarkan jenis pekerjaan yaitu peternak , petani,pedagang, industri
(kerajinan dan lainnya) dan PNS, dengan menggunakan rumus
proporsional stratified random sampling (Sugiyono,2007:75).
ni

= Ni x n
N

14

Keterangan:
ni = Ukuran tiap strata sample
Ni = Ukuran tiap srata populasi
n = Ukuran (total) sample
N = Ukuran (total) populasi

Tabel 1.4
Jumlah Sampel Masyarakat Desa Undisan Yang Sudah Bekerja
No
1

Jenis
Pekerjaan
Petani

Jumlah (Populasi)
839

Sampel
839

67
x 100 =66,64

1259
2

Peternak

143

143

11
x 100 =11,35

1259
3

Pedagang

131

131

10
x 100 =10,40

1259
4

Industri
(kerajinan dan
lainnya)

126

Pemerintahan
Desa

20

126

10
x 100 =10,00

1259
20

2
x 100 =1,58

1259
Jumlah

1259

100

Sumber : Hasil Penelitian, 2016


Adapun kreteria kreteria dari masyarakat yang dijadikan sampel
adalah :
a. Warga Desa Wisata Undisan
b. Satu orang yang dianggap kepala keluarga dari suatu keluarga. Kepala
keluarga dipilih peneliti, karena dianggap sudah lebih banyak merasakan

15

dampak perubahan dari pengembangan desa wista di Desa Wisata


Undisan, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli.
Sebanyak 100 sampel terdiri dari masyarakat lokal Desa Wisata Undisan
yang sudah dianggap memenuhi syarat kriteria sampel. Keseluruhan jumlah
sampel yang diambil bedasarkan atas pertimbangan terbatasnya sumber daya
manusia, waktu dan pendanaan, sehingga dirasakan perlu adanya pembatasan
1.6.4

jumlah sampel.
Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Metode wawancara

merupakan

proses

pengumpulan

informasi dengan cara melakukan tanya jawab langsung dengan


pihak pengelola . Hal ini dilakukan guna mencegah kekeliruan
dalam memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam
penelitian (Siregar, 2013 :34).Wawancara akan dilakukan kepada
pihak- pihak terkait yang bersentuhan langsung maupun tidak
langsung terhadap perkembangan desa wisata di Desa Undisan.
2. Angket / Koesioner
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara membagi daftar
pertanyaan kepada responden agar ia memberikan jawabannya
(Sangadji dan Sopiah, 2010 :193). Metode angket yang digunakan
adalah angket terstruktur. Angket terstruktur merupakan angket
yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa, sehingga responden
diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan
karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang atau
tanda checklist ().
3. Dokumentasi

16

Merupakan cara untuk mengumpulkan fakta dan data yang


tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumen. Dokumentasi
dilakukan pada saat turun kelapangan untuk mengumpulkan semua
bukti fisik dalam bentuk foto dan video yang berkaitan dengan
informasi dan data penelitian.
4. Studi Literatur/ Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara membaca literature, buku, hasil penelitian
1.6.5

artikel serta jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian.


Teknik Analisis Data
Penelitian ini akan di analisis dengan menggunakan tehnik
analisa data deskriptif kualitatif. Menurut (Gorda,1997:113)
mendefinisikan teknik analisa data kualitatif merupakan teknik analisis
berupa kegiatan mengamati, memahami, dan menafsirkan setiap data
atau fakta serta hubungan antara data atau fakta fakta yang berkaitan
dengan variabel- variabel dalam hipotesis (bila ada). Fokus analisis
kualitatif adalah terletak pada makna dan deskripsi yang umumnya
dilukiskan dalam bentuk kata- kata ketimbang dalam bentuk angkaangka. Dalam hal ini, teknik deskriptif menurut Whitney (dalam
prastowo, 2011 : 201) adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang
tepat. Penelitian ini mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat
dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi
tertentu,

termasuk

hubungan,

kegiatan-kegiatan,

sikap-sikap,

pandangan-pandangan, serta protes-protes yang sedang belangsung dan


pengaruh-pengaruh
merupakan

analisis

dalam

suatu

fenomena.

Analisis

deskriptif

yang

lebih

banyak menggambarkan fakta

17

sebagaimana adanya. Alat statistik yang dapat digunakan antara lain


table

tunggal,

table

silang,

distribusi

frekuensi

dan

lainnya

(Sangadji&Sopiah, 2010: 210).


Menurut Arikunto (1998:25) Analisis data deskriftif kualitatif
adalah analisis yang dilakukan dengan menggambarkan objek
penelitian dengan kata-kata atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut
kategori untuk memperoleh kesimpulan. Kesimpulan yang didapat
bersumber dari hasil kuesioner, hasil wawancara, hasil observasi serta
hasil dokumentasi di Desa Wisata Undisan. Metode deskriptif kualitatif
digunakan dengan tujuan untuk mengetahui secara deskriptif dampak
pengembangan desa wisata terhadap perubahan ekonomi sosial-budaya
yang terjadi setelah masuknya pariwisata di Desa Wisata Undisan.

18

BAB II
KAJUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pariwisata
2.1.1 Pengertian Pariwisata
Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua
kata yaitu Pari dan Wisata. Pari berarti banyak atau berkeliling ,
sedangkan wisata berarti pergi atau berpergian. Atas dasar itu maka kata
pariwisata seharusnya diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan
berkali-kali atau berputar- putar, dari suatu tempat ke tempat lain, yang
dalam bahasa inggris disebut dengan kata tour , sedangkan untuk
pengertian jamak, kata kepariwisataan dapat digunakan kata
tourisme atau tourism (Yoeti, 1996:112) dalam Swena dan
Widyatmajaya (2010:12) Namun hingga saat ini telah bermunculan
berbagai macam definisi pariwisata yang berbeda yang dikemukakan
oleh para ahli pariwisata sebagai berikut.
Dalam Undang Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009
Tentang

Kepariwisataan menyebutkan bahwa Pariwisata adalah

berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta


layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
Pemerintah Daerah.
Koen Meyers (2009), pariwisata adalah aktivitas perjalanan
yang dilakukan oleh semntara waktu dari tempat tinggal semula ke
daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah
melainkan hanya untuk memenuhi

rasa ingin tahu, menghabiskan

waktu senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainnya.

19

Dari beberapa definisi pariwisata diatas dapat disimpulkan


bahawa dalam penelitian ini pariwisata didefinisikan sebagai berbagai
macam kegiatan wisata atau berbagai aktivitas yang dilakukan orangorang yang mengadakan perjalanan untuk dan tinggal di luar kebiasaan
lingkungannya dan tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk
kesenangan, bisnis, dan keperluan lain dan didukung oleh berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan masyrakat, pengusaha,
2.1.2

pemerintah, dan pemerintah daerah.


Manfaat Pariwisata
Sihite (2000:75) menyatakan manfaat yang ditimbulkan oleh
pariwisata sebenarnya sangat besar terhadap peningkatan dan kemajuan
cara berfikir masyarakat serta ikut mendorong atau meningkatkan
pendapatan penduduk setempat melalui pemerataan. Pariwisata sering
berperan sebagai katalisator atas kemajuan sosial masyarakat,
memberikan dorongan untuk memperbaiki dan mempertahankan
lingkungan hidup bersih dan menarik, karena hal itu penting bagi
berhasilnya pariwisata sebagai indrustri yang tidak berasap dan
mendorong perkembangan pendidikan kejujuran dan pertukaran
pendidikan.
Wahab (2003:69) menyatakan bahwa pariwisata sesungguhnya
telah memberikan banyak manfaat dalam berbagai bidang seperti
ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup secara lebih mendetail
dapt dijabarkan sebagai berikut :

20

1. Pariwisata menjadi sumber pendapatan valuta asing dengan menjual


jasa- jasa dan barang- barang yang berkaiatan dengan pariwisata.
2. Pendapatan ini mengalir cepat dan langsung terbagi- bagi secara
meluas ke dalam perekonomian nasional, sehingga mampu
membagi- bagi laju pendapatan secara meluas, bertambah banyak
dan berputar- putar ke segala lapisan pedagang besar dan pengecer ,
transportasi, beragam komponen sektor pariwisata, kebutuhan
kebutuhan

dan usaha yang berdasarkan tingkat pengeluaran

konsumen.
3. Pariwisata adalah suatu pasar lanjutan searah dengan peningkatan
yang begitu pesat, tingkat pendapatan keluarga yang tidak pernah
habis terpakai, khususnya pada negara negara indrustri maju.
4. Indrusti pariwisata jika dibandingkan dengan indrustri lain termasuk
yang investasi modalnya kecil sebanding dengan arus pendapatan
yang mungkin.
5. Pariwisata menyediakan suatu pasaran ekspor tempat konsumen
datang untuk meneliti produk tersebut.
6. Produk yang terutama dijual berupa jasa- jasa yang tidak dapat
dijamah, udara yang sejuk, alam yang indah, terdapat tempat yang
bersejarah, yang kelihatannya secara potensial tidak akan ada habishabisnya dan hanya tunduk pada keterbatasan promosi penjualan.
7. Pariwisata adalah sarana yang ampuh dan efektif bagi kebijakan
umum untuk menciptakan perpaduan sosial dan budaya pada tingkat
nasional dan internasional, untuk mengembangkan indrustri
industry lain dan sarana pemupukan tenggang rasa dan saling
pengertian dengan Negara negara tetangga dan dunia pada
2.1.3

umumnya.
Tujuan Penyelenggaraan Kepariwisataan

21

Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun


2009 tentang kepariwisataan yang menyatakan bahwa penyelenggaraan
kepariwisataan ditujukkan untuk meningkatkan pendapatan nasional
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,
memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan
kerja,

mendorong

pembagunan

daerah,

memperkenalkan

dan

mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta


memupuk rasa cinta tanah air.
2.2 Konsep Desa Wisata
Menurut Inskeep (dalam Badan Pengembangan Sumber Daya
Kementerian Pariwisata dan Eknomi Kreatif, 2011 : 34), Desa wisata
atau village tourism adalah suatu fasilitas wisata yang memungkinkan
pengunjung tinggal di dalam atau di dekat desa, umumnya merupakan
desa tradisional. Kegiatan wisata yang dilakukan adalah belajar tentang
kehidupan perdesaan, tata cara lokal, dan berpatisipasi dalam aktivitas
penduduk. Maka kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa
pengertian yang sudah dipaparkan sebelumnya yaitu desa wisata adalah
sekelompok wisatawan yang tinggal dalam wilayah pedesaan yang
menawarkan keaslian baik dari segi sosial budaya, adatistiadat,
keseharian, suasana tradisional, arsitektur tradisional, struktur tata ruang
desa yang disajikan dalam suatu suatu bentuk integrasi komponen
pariwisata dalam struktur kehidupan masyarakat dengan maksud untuk
belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat.
2.2.2 Komponen Desa Wisata

22

Berikut dijelaskan tentang komponen desa wisata menurut


Gumelar dalam Jurnal Teknik Pomits Vol.3 No.2 (2014:246) antara lain:
a. Keunikan, keaslian, sifat khas.
b. Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar biasa.
c. Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya yang
secara hakiki menarik minat pengunjung.
d. Memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi prasarana
dasar, maupun sarana lainnya.
Sedangkan menurut Prasiasa dalam Jurnal Teknik Pomits Vol.3
No.2 (2014:246), komponen desa wisata antara lain :
a.
b.
c.
d.

Partisipasi masyarakat lokal


Sistem norma setempat
Sistem adat setempat
Budaya setempat
Dalam Jurnal Analisis Pariwisata Vol.10 No.1 (2010:17),

terdapat dua konsep yang utama dalam komponen desa wisata


diantaranya :
a. Akomodasi: sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat
dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal
penduduk.
b. Atraksi: seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta
setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya
wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti: kursus tari, bahasa dan
2.2.3

lain-lain yang spesifik.


Aktivitas Desa Wisata
Aktivitas wisata adalah apa yang dikerjakan wisatawan selama
keberadaan mereka di daerah tujuan wisata dalam waktu setengah hari
sampai berminggu-minggu. Aktivitas di desa wisata dapat dimodifikasi

23

sedemikian rupa sehingga menjadi lebih menarik untuk menjadi lebih


menarik untuk menjadi pengalaman wisatawan. Misalnya dengan
mengemas aktivitas menanam padi dan perlombaan menanam padi.
Beberapa aktivitas wisata yang dapat dilakukan di Desa Wisata adalah
sebagai

berikut

(www.academia.edu):

menikmati

pemandangan,

memasak, memancing, berburu, bersepeda santai, hiking, dan lain-lain.


2.3 Pengertian Masyarakat
Mac Iver dan Charles H. Page dalam Soekanto (2012:22) mengatakan
bahwa: Masyarakan ialah suatu system dari kebiasaan dan tata cara, dari
wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok penggolongan, dari
pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan
yang selalu berubah ini dinamakanmasyarakat. Masyarakat merupakan jalina
hubungan social dan masyarakat selalu berubah.
a. Masyarakat Setempat
Sokanto (2012:132) menyatakan istilah local community dapat
diterjemahkan sebagai masyrakat setempat yang menunjukkan pada
warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa. Apabila anggota-anggota
suatu kelompok itu besar maupun kecil hidup bersama sedemikian rupa
sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi
kepentingan-kepentingan hidup yang utama, kelompok tersebut disebut
masyarakat setempat. Masyarakat setempat menunjukkan pada bagian
masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti
geografis).Dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang
menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para anggota.

24

Dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah


kehidupan social yang ditandai oleh suatu derajat hubungan social
tertentu. Dasar-dasar masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan
masyarakat setempat tersebut.
b. Tipe-tipe Masyarakat Setempat
Menurut Soekanto (2012:135) dalam mengadakan klasifikasi
masyarakat setemoat dapat digunakkan 4 kriteria yang saling berpautan
yaitu jumlah penduduk, luas,kekayaan, dan kepadatan penduduk daerah
pedalaman. Fungsi-fungsi khusu masyarakat setempat terhadap seluruh
masyarakat dan organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan.
Kriterian tersebut dapat dipergunakan untuk membedakan antara
bermacam-macam jenis masyarakat setempat yang sederhana dan
modern. Masyarakat yang sederhana apabila dibandingkan dengan
masyarakat yang sudah kompleks terlihat kecil, oragnisasi yang
sederhana, sedangkan penduduknya tersebar.
c. Masyarakat Pedesaan
Menurut Soekanto (2012:136) Warga desa atau masyarakat desa
merupakan suatu masyarakat yang mempunyai hubungan yang lebih erat
dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga
masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok
berdasarkan system kekeluargaan. Apabila ditinjau dari segi sosial
ekonomi makan sosial ekonomi masyarkat pedesaan merupakan suatu
keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan
seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat,
berdasarkan atas penghasilan,kekayaan, dan mata pencaharian. Dalam

25

hal ini dapat dikatagorikan mengenai kedudukan sosial ekonomi


masyarakat desa adalah tinggi,sedang dan rendah.
Beberapa faktor yang sering diikutsertakan dalam melihat kondisi
sosial ekonomi masyarakat desa yakni antara lain perumahan, kesehatan
dan sosialisasi dalam lingkungan, pendapatan serta pendidikan.
Kedudukan sosial ekonomi masyarakat desa meliputi 3 faktor yaitu
pekerjaan,pendidikan, dan penghasilan.
d. Hakikat Dan Sifat Masyarakat Pedesaan
Ferdinand Tonie dalam Setiadi dan Kolip (2010:389) membuat
batasan tentang masyarakat pedesaan sebagai masyarakat paguyuban dan
paguyuban lah yang menyebabkan orang-orang kota menilai masyarakat
ini tenang, harmonis, rukun, dan damai dengan julukan masyarakat yang
adem ayem. Akan tetapi bukan berarti didalam masyarakat pedesaan
tidak mengenal bermacam-macam gejala disorganisasi sosial. Gejala
seperti ini juga terdapat didalam struktur masyarakat pedesaan sebagai
berikut :
1. Konflik (Pertengkaran)
Pertengkaran terjadi biasanya berkisar pada masalah sehari-hari
rumah tangga dan sering menjalar keluar rumah tangga.
2. Kontroversi (Pertentangan)
Pertentangan ini dapat disebabkan oleh perubahan konsepkonsep

kebudayaan

(adat-istiadat)

psikologi

atau

dalam

hubungan dengan guna-guna (black magic)


3. Kompetisi (Persaingan)
Masyarakat pedesaan adalah manusia-manusia yang mempunyai
sifat sebagi manusia biasa dan mempunyai saingan . Oleh karena
itu, maka wujud persaingan dapat berbentuk negatif atau positif.
4. Kegiatan pada masyarakat pedesaan

26

Masyarakat pedesaan memiliki penilaian yang tinggi terhadapat


mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain.
2.4 Dampak Pengembangan Pariwisata
Menurut Suwena dan Widyatmaja (2010:134-138) Pariwisata adalah
suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat
sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Bahkan
pariwisata dikatakan memiliki energi dobrak yang luar biasa yang mampu
membuat masyarakat setempat mengalami metamorphose dalam berbagai
aspek.
Interaksi yang bersifat akumulati dan intensif antara wisatawan
dengan masyarakat setempat dapat menimbulkan dampak atau perubahan
sosial budaya yang bersifat positif ataupun negative. Dengan kata lain,
interaksi lintas budaya yang muncul dalam pariwisata dapat menjadi
keberuntungan atau kerugian dan hal ini sangat tergantung pada kebijakan
pengembangan pariwisata yang diterapkan oleh pemerintah setempat.
Dampak pariwisata dinilai bersifat negatif apabila menimbulkan perubahanperubahan yang tidak diinginkan atau merugikan eksistensi kebudayaan
masyarakat setempat. Sebaliknya dampak pariwisata dinilai positif apabila
mampu memberikan manfaat bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat,
revitalisasi dan konservasi bagi eksistensi kebudayaan masyarakat setempat
serta pelestarian lingkungan.
Menurut Pitana dan Gayatri (2005), dampak pariwisata merupakan
wilayah kajian yang paling banyak mendapat perhatiaan dalam literatur
terutama dampak terhadap masyarakat lokal. Meskipun pariwisata juga

27

menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti politik, keamanan


dan sebagainya dampak pariwisata terhadap masyarakat dan daerah tujuan
wisata yang banyak mendapat usulan adalah :
1. Dampak terhadap ekonomi
2. Dampak terhadap sosial budaya
3. Dampak terhadap lingkungan
Cohen (1984) dalam Pitana dan Diarta (2009:185) mengemukakan
bahwa dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal
dapat dikategorikan menjadi 8 kelompok besar yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.4.1

Dampak terhadap penerimaan devisa


Dampak terhadap pendapatan masyarakat
Dampak terhadap kesempatan kerja
Dampak terhadap harga-harga
Dampak terhadap distribusi manfaat/keuntungan
Dampak terhadap kepemilikan dan control
Dampak terhadap pembangunan pada umumnya dan
Dampak terhadap pendapatan pemerintah
Dampak Ekonomi
Menurut Cohen (1984) dalam Pitana dan Diarta (2009:185)
mengemukakan bahwa dampak pariwisata terhadap kehidupan ekonomi
masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi 8 kelompok besar yaitu :
1. Dampak terhadap penerimaan devisa
2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat
3. Dampak terhadap kesempatan kerja
4. Dampak terhadap harga-harga
5. Dampak terhadap distribusi manfaat/keuntungan
6. Dampak terhadap kepemilikan dan control
7. Dampak terhadap pembangunan pada umumnya dan
8. Dampak terhadap pendapatan pemerintah
Pariwisata memiliki tiga dampak yaitu dampak ekonomi,
dampak sosial budaya dan dampak lingkungan. Keberadaan sector
pariwisata tersebut seharusnya memperoleh dukungand ari smua pihak
seperi pemerintah daerah sebagai pengelola, masyarakat lokal yang
berada di lokasi obyek wisata serta partisipassi pihak swasta sebagai

28

pengembang.

Namun

kegiatan

pariwisata

tersebut

juga

dapat

memberikan dampak negatif terhadap destinasi yang dikunjungi.


Adapun dampak dampak negative yang dapat timbul antara lain:
1.
2.
3.
4.

Semakin ketatnya persaingan harga antar sector


Harga lahan yang semakin tinggi
Mendorong timbulnya inflasi
Bahaya terhadap ketergantungan yang tinggi dari negara terhadap

pariwisata
5. Meningkatnya kecenderungan impor
6. Menciptkan biaya-biaya yang banyak
7. Perubahan system nilai dalam moral,etika, kepercayaan dan tata
pergaulan

dalam

masyarakat.

Seperti

mengikis

kehidupan

bergotong royong sopan santun dan lainnya.


8. Memudahkan kegiatan mata-mata dan penyebaran obat terlarang
9. Dapat meningkatkan pencemaran lingkungan seperti sampah,
rusaknya habitat flora dan fauna tertentu, polusi udara, air,dan
tanah
Sebagai salah satu sektor pembangunan yang dapat memacu
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah pariwisata dianggap sebagai
suatu asset yang strategis untuk mendorong pembangunanpada
wilayah-wilayah tertentu yang mempunyai potensi obyek wisata.
Kunjungan

wisatawan di suatu tempat menyebabkan terjadinya

interaksi sosial antara masyarakat setempat dengan wisatawan yang


dapat mengakibatkan perubahan pola atau tata nilai kehidupan
masyarakat. Selain menimbulkan pengaruh

terhadap aspek sosial

pada kenyataan nya kegiatan pariwisata juga berpengaruh pada aspek


ekonomi yaitu terbukanya peluang atau kesempatan kerja didalam
kawasan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

29

Dalam pasal 26 ayat 7 UU No 10 tahun 2009 tentang


kepariwisataan menyebutkan bahwa setiap pengusaha industri
pariwisata

wajib

untuk

mengutamakan

penggunaan

produk

masyarakat setempat, produk dalam negeri dan memberikan


kesempatan kepada tenaga kerja lokal. Kepariwisataan adalah angka
dan pendapatan yang elastis. Dampak ekonomi dalam kepariwisataan
ada yang secara langsung maupun yang tidak langsung. Pengaruh
secara langsung datang dari uang nyata yang digunakkan oleh
wisatawan didaerah tujuan wisata. Unag tersebut akan mengalir untuk
kebutuhan masyarakat sehari-hari (Marpaung,2002:50-60). Pariwisata
akan membawa berbagai hal yang menguntungkan dan sekaligus
merugikan. Walaupun sebenarnya tujuan pemerintah memajukan suatu
daerah wisata adalah untuk kemakmuran dan peningkatan pendapatan
masyarakat lokal.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan
diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian dampak dari segi
ekonomi merupakan pengaruh suatu penyelenggaraan kegiatan
terhadap perekonomian. Pariwisata sebagai suatu kegiatan dan
fenomena internsional telah berkembang dibanyak Negara dalam
berbagai bentuk pertumbuhan dan sekarang telah tumbuh menjadi
salah satu industri terbesar di dunia. Dalam pertumbuhannya tersebut
pariwisata ternyata dapat menimbulkan dua dampak sekaligus dalam
waktu yang bersamaan yaitu dampak postif dan dampak negative.
Adanya perkembangan industry pariwisata pada suatu destinasi juga

30

akan menimbulkan dampak ekonomi yang positif pada pemerintah


maupun masyarakat lokal dari destinasi tersebut. Menurut Marpaung
(2002:53-60) dampak ekonomi dalam kepariwisataan ada yang secara
langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung datang
dari uang nyata yang digunakkan wisatawan didaerah tujuan wisata.
Uang tersebut akan mengalir untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari
sehingga

keberadaan

pariwisata

pada

suatu

destinasi

akan

memberikan multiplier effect pada setiap komponen masyarakat.

2.4.2

Dampak Sosial-Budaya
Menurut Richardson dan Fluker 2004 dalam Pitana dan Diarta
(2009:193-200) dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial budaya
didaerah tujuan wisata antara lain :
1. Dampak terhadap struktur populasi
Meningkatkan aktivitas pariwisata disuatu daerah tujuan wisata
memerlukan tenaga kerja untuk menjalankan usaha pariwisata dan
memberikan layanan yang diperlukan wisatawan.Sebagian dari
mereka mungkin berasal dari penduduk lokal yang memutuskan
untuk ganti pekerjaan dari sektor lain ke sektor pariwisata,
Sebagian dari penduduk lain mungkin saja memutuskan untuk
bertahan tinggal disekitar daerah tersebut walaupun tidak terserap
menjadi tenaga kerja sektor pariwisata dibandingkan harus pindah
ke tempat lain karena keterbatasan peluang kerja.
2. Transformasi struktur mata pencaharian
Pluang kerja sektor pariwisata harus diakui memiliki
beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Hal

31

ini akan segera menarik minat orang dari pekerjaan dan wilayah
untuk merapat ke sektor pariwisata.

Beberapa daerah pada

umumnya sumber mata pencaharian sebagian berasal dari sektor


pertanian mengalami tantangan. Terjadi transformasi pekerjaan dan
tenaga kerja dari sektor pertanian ke pariwisata.
3. Transformasi tata nilai
Meningkatnya populasi dengan datang nya orang yang
mempunyai

attitude

berbeda

beda

dapat

menyebabkan

pencampuran tata nilai didaerah tujuan wisata tersebut. Dampak


pariwisata pada tata nilai didaerah tujuan pariwisata lebih besar
disebabkan oleh pekerja pariwisata yang datang dari daerah lain.
Transformasi tata nilai ini dapat mengambil beberapa bentuk yaitu
sebagai berikut :
a. Efek peniruan
Hal ini merupakan nama lain dari proses akulturasi sebuah
teori yang mengasumsikan bahwa ketika dua kebudayaan
berinteraksi
mengalahkan

maka

kebudayaan

kebudayaan

yang

yang
lebih

dominan
lemah

akan

sehingga

membawa perubahan yang lebih lemah tersebut.


b. Marginalisasi
Orang yang termarginalisasi (dalam konteks pariwisata)
merupakan individu yang menolak asimilasi secara penuh
kebudayaan wisatawan ke dalam kehidupan sehari-harinya.
Namun asimilasi secara penuh agar dapat mempunyai
kebudayaan yang sama dengan wisatawan tidak akan pernah
terjadi. Orang termarginalisasi tidak mengadopsi seperangkat

32

norma dan standar yang telah diterima oleh kedua kebudayaan.


Tingkah lakunya dianggap menyimpang oleh kedua kebudayaan
dan mengakibatkan terpisahnya individu tersebut dari kedua
kebudayaan tersebut.
c. Komodifikasi kebudayaan
Hal ini merupakan proses dimana kebudayaan dibuat sedimikian
rupa menjadi suatu paket untuk dijual, mengelolanya agar sesuai
dengan waktu dan keinginan wisatawan dibandingkan dengan
tujuan kebudayaan itu sendiri.
d. Dampak pada kehidupan sehari-hari
Di samping dampak pariwisata terhadap tata nilai dan
bagaimana masyrakat berpikir, pariwisata juga menyebabkan
masalah untuk masyarakat tuan rumah yang mempengaruhi
bagaiman masyrakat bertindak dalam kehidupan sehar-harinya
di antara ya sebagi berikut:
1. Terlalu sesaknya orang
Sebuah kominitas kecil dapat seketika menjadi terlalu sekak
2.

3.

dengan kedatangan wisatawan dalam jumlah besar.


Kemacetan lalu lintas
Dampak yang mudah di amati adalah terjadinya kemacetan
dan kesembrautan lau lintas
Penggunaan infrastuktur berlebihan kekurangan sistem
pengelolaan limbah biasanya merupakan suatu masalah
umum yang muncul didaerah tujuan wisata akibat
keterlambatan otoritas pemerintah dalam mengantisipasi
perkembangan pariwisata di daerahnya. Kawasan akan

4.

memerlukan unruk membangun.


Kehilangan kegunaan dan manfaat sosial tanah masuknya
pariwisata di suatu kawasan akan memerlukan lahan untuk

33

membangun

akomodasi

dan

pasilitas

pariwisata.

Pengambilan lahan ini akan mengurangi manfaat sosial


5.

yang sebelumnya di gunakan masyrakat setempat.


Kehilangan manfaat dan usaha lain
Pembagunan pasilitas pariwisata menyebabkan usaha lain
menjadi terancan dan bahkan hilang. Misalnya, kehilangan
mata pencaharian nelayan kecil di pantai yang telah di

6.

kuasai investor pariwisata.


Polusi desain pariwisata
Ketidak sinkronan desain arsitektur fasilitas dan akomodasi
pariwisata di suatu kawasan dapat mengganggu integritas
sosial dan budaya setempat. Tidak jarang arsitektur fasilitas
pariwisata

7.

tidak

mempertimbangkan

estetika

dan

karakteristik lingkungan setempat.


Kejahatan terhadap wisatawan
Kesuksesan suatu daerah dalam mengembangkan pariwisata
berarti juga berhasilnya dalam menyerap uang dari kegiatan
wisata. Hal yang tidak di sadari adalah kejahatan akan juga

8.

mengikuti dimana uang banyak di hasilkan.


Kejahatan oleh wisatan
dalam katagori ini kejahatan sebagai masalah sosial justru
diakibatkan oleh datangnya wisatawan dengan prilaku
menyimpang. Penggunaan obat terlarang, ganja, opium,
mariyuana, penggunaan alkohol berlebihan dan sejenisnya
menjadi racun bagi masyarakat setempat.

34

BAB III
GAMBARAN UMUM

3.1 Sejarah Desa Undisan Tembuku


Sejarah Desa Undisan ini didapat melalui hasil wawancara dengan para
sesepuh Desa Undisan yang telah diceritakan secara turun temurun sehingga
dapat dipercaya kebenarannya, baik yang didapatkan dari para leluhur maupun
yang masih hidup. Pada tahun 1968, dikumpulkan beberapa tokoh masyarakat
yang merupakan sesepuh Desa Undisan, yang mana salah satu tokoh yang
dipanggil adalah Cokorda Gede Agung yang lahir pada 1838 dan meninggal

35

pada tahun 1997 (berusia 132 tahun). Diceritakan bahwa beberapa tahun silam
saat para nenek moyang atau leluhur msyarakat Desa Undisan membuka lahan
dengan cara merambah hutan untuk pemukiman. Tanah yang sekarang didiami
dahulu merupakan hutan semak belukar yang berlokasi di sebelah barat pohon
Beringin tepatnya di lokasi yang saat ini menjadi SD No. 1 Undisan. Di lokasi
tersebut tumbuh seonggok tanaman undis yang tumbuh dengan subur dan
berbuah lebat di tanah tersebut.
Seiring berjalan waktu, bekas semak belukar tersebut menjadi tempat
pemukiman yang terus berkembang dan semakin lama semakin banyak
penduduknya. Dari perkembangan tersebut selanjutnya menjadi sebuah desa
yang disebut Desa Undis yang semakin lama disebut dengan Desa Undisan.
3.2 Letak Geografis
Desa Undisan terletak di Kecamatan Tembuku Kabupaten Bangli.
Jarak Desa Undisan dengan ibukota kecamatan yaitu 2,5 km, sedangkan jarak
dengan ibukota kabupaten yaitu 8,5 km. Jarak Desa Undisan dengan ibukota
Provinsi Bali yaitu 53 km. Batas administratif wilayah Desa Undisan adalah
sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Desa Peninjoan, sebelah
Timur berbatasan dengan Desa Bangbang, sebelah selatan berbatasan dengan
Desa Nyanglan, Kabupaten Klungkung dan sebelah barat berbatasan dengan
Desa Tembuku dan Desa Yangapi.
Secara administratif Desa Undisan terbagi menjadi 7 Banjar Dinas yaitu
Banjar Sekaan, Banjar Tabunan, Banjar Undisan Kaja, Banjar Lokasari,
Banjar Undisan Kelod, Banjar Bukitsari, dan Banjar Undisan Pancasari.
3.3 Kondisi Fisik Alamiah

36

Secara geologis wilayah Desa Undisan Tembuku terletak pada


ketinggian antara 450-550 mdpl dengan luas wilayah keseluruhan mencapai
300 Ha. Dengan wilayah yang berada di dataran yang relatif tinggi maka suhu
udara Desa Undisan rata-rata per tahun yaitu 26 oC dengan curah hujan ratarata 1600 mm/ tahun. Selain itu wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten
Klungkung ini memiliki bentang alam yang variatif dari dataran hingga
wilayah bergelombang dengan kemiringan lereng yaitu 15-30%.
Desa Undisan Tembuku ditinjau dari luas wilayah yaitu 300 Ha memiliki
pemanfaatan lahan yaitu 123 Ha sebagai perkebunan, persawahan 86 Ha,
pemukiman 22 Ha, pekarangan 22 Ha, dan lainnya yaitu 47 Ha. Dilihat dari
pemanfaatan lahan yang lebih dominan yaitu wilayah perkebunan dan
persawahan, hal ini dikarenakan topografi wilayah Desa Undisan Tembuku
yang terletak di dataran yang relatif tinggi dan secara geologis memiliki jenis
tanah yang baik sebagai area bercocok tanam. Secara umum jenis tanah yang
terdapat di Desa Undisan Tembuku sama dengan jenis tanah yang tersebar di
Kabupaten Bangli yaitu tanah regosol. Tanah regosol merupakan jenis tanah
yang cocok digunakan menjadi lahan pertanian baik holtikultural maupun
perkebunan yang saat ini menjadi salah satu mata pencaharian utama
penduduk.
3.4 Kondisi Demografis
Jumlah penduduk wilayah Desa Undisan yaitu 3.646 jiwa dengan
perbandingan laki-laki yaitu 1.848 (50,7%) jiwa dan perempuan 1.798
(49,3%) jiwa. Struktur masyarakat menurut tingkat pendidikan di Desa
Undisan yaitu belum sekolah sebanyak 426 orang, tingkat SD 83 orang,

37

tingkat SLTP 112 orang, tingkat SMA 58 orang, dan tingkar Sarjana/Diploma
yaitu 29 orang. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan
masyarakat di Desa Undisan mulai mengalami peningkatan terutama dalam
wajib belajar 9 tahun.
Struktur masyarakat Desa Undisan menurut mata pencaharian sangat
bervariatif, terutama berkaitan dengan mata pencaharian yang berkaitan
dengan kegiatan agrobisnis. Kondisi tanah yang subur dan cuaca yang baik
menjadi salah satu pendukung kegiatan tersebut. Selain kegiatan bercocok
tanam, salah satu yang menjadi mata pencaharian penduduk yaitu industri
kreatif berupa kerajinan yang bernilai ekonomi tinggi seperti bunga spon,
perhiasan emas dan perak, serta ukiran kayu.
Struktur masyarakat Desa Undisan Tembuku menurut mata pencaharian
yaitu sebagai berikut: perternak (sapi, ayam, babi, dan kambing) yaitu 191
orang, petani 147 orang, petani kebun (buah, sayur, palawija) 112 orang,
pedagang 154 orang, industri (kerajinan dan lainnya) 142 orang, dan jasa
pemerintahan 86 orang. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa struktur mata
pencaharian masyarakat merata di semua sektor. Masyarakat Desa Undisan
merupakan masyarakat yang masih sangat memegang erat ajaran Hindu. Hal
itu terbukti dari seluruh masyarakat Desa Undisan adalah pemeluk agama
Hindu. Kehadiran pura yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan upacara
keagaaman yang unik menjadi bukti kuatnya aspek budaya yang berpengaruh
terhadap masyarakat. Beberapa pura di Desa Undisan Tembuku yang memiliki
nilai sejarah dan spiritual seperti Pura Manik Bingin dan Pura Puseh.
3.5 Sarana dan Prasarana

38

Fasilitas umum yang dibangun dalam menunjang kegiatan masyarakat


Desa Undisan Tembuku yang telah dibangun yaitu 3 buah pos keamanan desa,
4 buah sarana penddikan (TK, SD SMP), 1 buah puskesmas pembantu, dan 7
buah posyandu. Dalam menunjang kegiatan perbankan masyarakat telah
tersedia 4 buah LPD yang tersebar di Desa Undisan. Selain itu terdapat 3 buah
subak adat dengan luas 85 Ha.
Sebagai sebuah desa wisata yang telah dikembangkan, Desa Undisan
memiliki beberapa sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Salah
satu fasilitas akomodasi yang terdapat di Desa Undisan adalah De Klumpu
Bali Eco Resort dan De Umah Bali. Sebuah resort khas pedesaan yang
dimiliki oleh warga asli Desa Undisan yang masing-masing memiliki
kapasitas 12 dan 5 kamar. Kedua akomodasi ini dimiliki oleh pemilik yang
sama yaitu Bapak Putu Winata. Akomodasi ini memiliki kelengkapan fasilitas
seperti restaurant, spa, dan lain-lain.
Desa Undisan Tembuku sendiri telah membangun beberapa fasilitas
pariwisata seperti pengadaan papan penunjuk Desa Wisata Undisan. Selain itu
sarana lain yang terdapat di Desa Undisan yaitu jalur trekking mengelilingi
desa. Adapun prasarana penunjang pariwisata yang telah tersedia yaitu air
bersih yang tersebar merata di seluruh desa. Air yang mengalir di Desa
Undisan banyak yang dialirkan dari PDAM, sungai, dan aliran mata air di
sekitar desa. Untuk prasarana listrik juga sudah merata di seluruh desa yang
dipasok oleh PLN.
3.6 Atraksi Wisata
Desa Undisan Tembuku merupakan salah satu desa wisata yang sedang
dalam tahap pengembangan di wilayah Kabupaten Bangli. Pemandangan

39

hamparan persawahan di wilayah Desa Undisan yang terletak di sekitar De


Klumpu Bali Eco Resort, Banjar Undisan Kaja. Di wilayah persawahan ini
terdapat pemandangan indah khas pedesaan dan pemandangan Gunung Agung
dari kejauhan. Atraksi lain yaitu sumber mata air Tirta Dedari yang terletak di
aliran sungai. Air Tirta Dedari digunakan warga sebagai salah satu sumber
mata air dan kawasan pemandian, namun atraksi ini belum tertata dan dikelola
dengan baik. Wilayah sekitar Tirta Dedari sering digunakan sebagai jalur
perlintasan aktivitas trekking yang dilakukan di Desa Undisan.
Atraksi wisata lain yang ditawarkan di Desa Undisan salah satunya
adalah Pura Manik Bingin. Pura ini terletak di pusat Desa Undisan tepatnya
berada di perempatan utama jalur BangliKlungkung. Daya tarik dari Pura
Manik Bingin adalah keberadaan pohon beringin besar yang dikeramatkan
oleh masyarakat. Pohon beringin berumur ratusan tahun ini terletak tepat di
dalam wilayah pura. Selain Pura Manik Bingin terdapat pula Pura Desa yang
juga sering dikunjungi wisatawan. Di desa ini juga terdapat atraksi wisata
berupa Air Terjun Tangkup, yang mana air terjun ini memiliki pemandangan
yang tak kalah indahnya dengan air terjun lainnya di Bali. Meskipun memakan
waktu yang cukup lama untuk memasuki daerah tersebut, wisatawan yang
hendak ke air terjun tersebut tidak akan merasa bosan karena mereka akan
ditawarkan pemandangan berupa hamparan sawah yang hijau.
Desa Undisan Tembuku merupakan salah satu desa di Bangli yang
memiliki hasil kerajinan khas yaitu kerajinan emas dan perak serta bunga
spon. Industri kreatif kerajinan ini merupakan industri rumah tangga yang
banyak dilakukan oleh warga Desa Undisan. Hasil kerajinan ini banyak yang

40

dijual ke tempat lain di Bali seperti ke Gianyar, Denpasar, Badung, dan lainlain.
3.7 Aksesibilitas
Desa Undisan terletak di Kecamatan Tembuku, Kabuaten Bangli. Jarak
tempuh menuju Desa Undisan dari Ibukota Provinsi + 53 km, dari ibukota
kabupaten + 8,5 km dan dari Ibukota kecamatan yaitu +2,5 km. Desa ini dapat
dicapai dari 3 arah yaitu :
1. Jalur BangliKlungkung sepanjang 6 km yang nantinya akan melewati
Desa Cempaga dan Desa Yangapi.
2. Melalui wilayah Desa Banjarangkan, Klungkung dapat ditempuh dengan
jarak 10 km.
3. Jalur menurun KintamaniUndisan kurang lebih sejauh 20 km dengan
kondisi yang baik. Bila melalui jalur ini wisatawan akan melewati Desa
Suter Abang Batudinding Desa Peninjoan Desa Yangapi.
Tidak terdapat angkutan umum yang menuju Desa Undisan, sehingga
wisatawan yang akan berkunjung ke Desa Undisan biasanya menggunakan
kendaraan pribadi ataupun menggunakan jasa travel agent. Jalan menuju Desa
Undisan merupakan jalan aspal dengan kualitas yang cukup baik. Desa
Undisan sudah memiliki penunjuk arah jalan menuju ke Desa Undisan, namun
jumlahnya masih terbatas
3.8 Amenitas
Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pariwisata (amenities)
merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan pengembangan sebuah
daerah sebagai daerah tujuan wisata. Berdasarkan hasil observasi, fasilitas
penunjang pariwisata yang telah tersedia di Desa Undisan yaitu fasilitas

41

akomodasi bernama De Klumpu Bali Eco Resort dan De Umah Bali. Resort
khas pedesaan ini masing-masing memiliki kapasitas 7 dan 5 kamar dan
dilengkapi fasilitas seperti restaurant Paddy Rest, spa, dan sebagainya. Kedua
akomodasi tersebut dimiliki oleh Bapak Putu Winata yang merupakan
penduduk asli dari Desa Undisan yang bekerja sama dengan warga Desa
Undisan dan pengelola subak di Desa Undisan. Selain itu sarana lain yang
terdapat di Desa Undisan yaitu jalur trekking dan cycling mengelilingi desa.

Sumber : Hasil Penelitian,2015


Gambar 3.1 Kamar di De Klumpu Bali Desa Undisan

Sumber : Hasil Penelitian,2015


Gambar 3.2 Area Persawahan di Sekitar De Klumpu Bali
Meskipun telah tersedia amenity pariwisata di Desa Undisan, namun
fasilitas ini tidak dikelola oleh desa melainkan dikelola dan dimiliki oleh
warga secara individu. Kontribusi yang didapat desa dan masyarakat Desa

42

Undisan berupa penyerapan tenaga kerja lokal, retribusi bantuan desa, dan
lain-lain. Dalam perencanaan pengembangan kedepan, Desa Undisan akan
mengembangkan home stay yang dikkelola warga desa dengan ciri khas Bali.
Hal ini masih berupa perencanaan yang tersirat dan masih akan dikaji lebih
lanjut. Selain itu juga penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya akan
dibangun dalam pengembangan desa wisata di Desa Undisan.
3.9 Kelembagaan dan Pengelolaan
Kelembagaan yang dimaksud dalam hal ini adalah lembaga pendukung
pariwisata yang dimiliki oleh pemerintah desa maupun swadaya masyarakat
setempat guna menunjang pengembangan pariwisata di Desa Undisan.
Berdasarkan hasil observasi, yang mengelola pariwisata di Desa Undisan
adalah Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) yang beranggotakan 12 orang.
Kelompok Sadar Wisata Desa Undisan belum mempunyai struktur organisasi
yang jelas karena belum dikeluarkannya Surat Keputusan Pemerintah terkait
dengan pembentukan organisasi masyarakat. Belum dikeluarkannya keputusan
resmi tersebut menjadi kendala peneliti dalam merumuskan strategi promosi
yang tepat untuk Desa Undisan. Dari sisi pendampingan, pemerintah telah
melakukan beberapa sosialisasi yang dilakukan melalui pembinaan oleh Dinas
Pariwisata

untuk

anggota

Pokdarwis

Desa

Undisan.

Perencanaan

pengembangan Desa Undisan dari Kelompok Sadar Wisata berupa rencana


pengembangan penginapan di rumah warga (home stay), mengubah dan
mengemas paket wisata yang sesuai dengan aktivitas pedesaan di Desa
Undisan. Rencana aktivitas wisata yang akan ditawarkan adalah kegiatan

43

permainan tradisional Bali dan paket aktivitas seperti farming, cooking class,
trekking, cycling, dan lain-lain.
Selain itu, Pokdarwis Desa Undisan berencana melakukan pembinaan
kepada masyarakat Desa Undisan yang telah lulus SMA untuk bergabung
dalam keanggotaan Pokdarwis jika pariwisata di Desa Undisan sudah maju
dan legalitas Pokdarwis sudah ada. Selain Pokdarwis Desa Undisan, pengelola
kegiatan pariwisata di Desa Undisan adalah management De Klumpu Bali Eco
Resort dan De Umah Bali milik bapak Putu Winata yang merupakan
penduduk asli Desa Undisan.

44

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,1998. Prosudur Penelitian. Jakarta : Rhineka Cipta


Anonim.2011. Desa Dan Budaya Dalam Bingkai Pariwisata Badan
Pengembangan Sumber Daya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif. Jakarta:
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Kepariwisataan.
http://www.academia.edu/6423956/Buku_Pedoman_Umum_Desa_Wisata
(diakses pada tanggal 19 Desember 2015)
Irianto,2011. Dampak Pariwisata Terhadap Kehidupan
Sosial Ekonomi
Masyarakat di gili Trawangan Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombik
Utara. Jurnal Bisnis Dan Kewirausahaan
Kusmayandi dan Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang
Kepariwisataan. Jakarta :PT.Gramedia Pustaka Utama
Moleong, Lexi Johannes. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Cet XIV. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya Offset
Pitana, I Gde dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Jogjakarta : Andi.
Sihite, Richard. 2000. Tourism Industry ( Kepariwisataan ) Cetakan ke Lima.
Surabaya : SIC.
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar Cetakan ke 44. Jakarta
Rajawali Pers

45

Surwiyanta, Ardi . 2003. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap


Kehidupan Sosial Budaya Dan Ekonomi.Jurnal Media Wisata Vol.2 No.1.
Yogakarta.STP AMPTA Yogyakarta.
Swena , Ketut Gsti Ngr Widyatmika. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu
Kepariwisataan. Desnpasar : Udayana University Press.
Tantri, A. T. 2011. Desa dan Budaya Dalam Bingkai Pariwisata. Jakarta: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan Jakarta.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Wahab, Salah. 2003. Manajemen Kepariwisatan .Jakarta :Pradnya Paramita.

46

Anda mungkin juga menyukai