Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Bobonaro merupakan sebuah kabupaten yang memiliki kekayaan

alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

banyaknya potensi wisata dan potensi budaya yang dimiliki. Sumber daya alam yang

dimiliki berupa hutan dengan segala isinya, daratan dengan segala bentuknya, serta

lautan dengan segala potensinya yang akan dimanfaatkan secara terus-menerus untuk

kepentingan pembangunan. Potensi tersebut merupakan aset yang harus dimanfaatkan

secara optimal melalui kepariwisataan.

Salah satu obyek wisata yang menarik perhatian para wisatawan domestik dan

wisatawan asing adalah sumber air panas dan tais-Nya di Marobo. Marobo ini akan

memegang peranan penting dalam pembangunan sektor wisata. Antropolog perancis

Brigitte Clamagirand pernah menetap dalam waktu lama ditengah masyarakat pada

tahun 1966 sampai 1970 yang tertarik mempelajari budaya dan kepariwisataan Timor

Leste. Ia membuat dokumentasi tentang budaya dan obyek wisata air panas. Brigitte

Clamagirand mengemukakan bahwa Marobo adalah salah satu obyek wisata yang

strategis untuk perekonomian suatu daerah dimasa yang akan datang, berdasarkan

hasil sensus penduduk Fo Fila Fali Tahun 2010.

Potensi ini kalau dikembangkan dapat meningkatkan pendapatan nasional

maupun pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan

1
2

kemakmuran masyarakat. Selain itu juga dapat memperluas dan memeratakan

kesempatan berusaha bagi masyarakat, serta dapat membuka lapangan pekerjaan

yang dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran.

Pembangunan pariwisata akan memberikan berbagai dampak baik dampak positif

maupun dampak negatif. Dampak positif dari pembangunan pariwisata dapat

meningkatkan pendapatan daerah, menciptakan lapangan pekerjaan serta dapat

memunculkan kegiatan ekonomi di daerah dan merangsang pertumbuhan kebudayaan

asli kabupaten Bobonaro.

Menurut Muttaqin (2012) dalam menjalankan sebuah usaha tentu ada

permasalahan yang mengganggu jalannya usaha tersebut, baik dari segi internal

maupun eksternal. Akan tetapi, ada juga dampak negatif dari pengembangan

pariwisata seperti pencemaran lingkungan, perubahan norma sosial, eksploitasi

sumber daya alam secara berlebihan serta adanya perubahan keaslian kualitas

keanekaragaman hayati dan ekosistem.

Permasalahan yang terjadi dalam kepariwisataan perlu mendapatkan tanggapan

dari organisasi publik. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain, organisasi harus

memiliki pemikiran strategis yang baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya,

organisasi harus menerjemahkan inputnya sebagai suatu strategi yang efektif untuk

dapat menanggulangi lingkungan yang telah mengalami perubahan, serta organisasi

harus dapat mengembangkan suatu alasan yang diperlukan sebagai dasar landasan

bagi pelaksanaan strategi yang dimilikinya.


3

Menurut Kuncoro (2005) analisis dan diagnosis keunggulan strategi adalah

suatu proses dimana penyusunan strategi memeriksa faktor-faktor keuntungan

strategi suatu perusahaan, untuk menentukan dimana kekuatan dan kelemahan

perusahaan sehingga penyusun strategi dapat memanfaatkan secara efektif

kesempatan lingkungan dan menghadapi tantangan lingkungan.

Kantor Bupati daerah kabupaten Bobonaro adalah salah satu organisasi yang

ada di Pemerintahan Kabupaten Bobonaro yang mengemban tugas untuk

menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pariwisata dan kebudayaan, pasti

juga akan menghadapi tantangan yang tidak ringan. Hal ini disebabkan oleh semakin

kompleksnya permasalahan dibidang pariwisata dan kebudayaan ke depan yang

senantiasa bersentuhan dengan berbagai aspek yang berasal dari aspek ekonomi,

sosial, budaya, dan kebijakan politik yang tidak sejalan.

Berdasarkan kondisi tersebut tentu akan menimbulkan konsekuensi yang logis

bahwa setiap kebijakan dan langkah-langkah harus bisa mengakomodasi dari aspek-

aspek yang bersinggungan langsung dengan tugas -tugas bidang Pariwisata dan

Kebudayaan sehingga bisa mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dipandang perlu untuk menyusun rencana

strategis yang sistematis, komprehensif, dan aspiratif, sebagai pedoman dan acuan

kerja selama lima tahun ke depan untuk dapat mewujudkan cita-cita yang telah

ditetapkan dalam visi dan misi kantor Bupati kepala daerah Kabupaten Bobonaro.

Menurut Agarwal and Joy Pahl (2012) pendekatan rencana strategis dapat

dikelompokan menjadi out-in dan in-out model, tergantung pada keadaan dan
4

sumberdaya organisasi dari lingkungan mikro maupun makro yang dianggap sesuai

dari awal perencanaan strategi.

Adapun kondisi yang diinginkan adalah meningkatkan daya tarik obyek

wisata yang sampai saat ini masih kurang menarik bagi wisatawan. Selain itu juga

berusaha meningkatkan pendapatan asli daerah dan kesejahteraan masyarakat

khususnya masyarakat sekitar obyek wisata dan masyarakat Kabupaten Bobonaro

pada umumnya. Berdasarkan kantor dinas Bupati daerah kabupaten Bobonaro tahun

2010-2014 yang menjadi proyeksi ke depan antara lain : mewujudkan Kabupaten

Bobonaro sebagai daerah tujuan utama wisata tahun 2014, pengembangan daya tarik

obyek wisata baru, mewujudkan tingkat kunjungan wisata di Kabupaten Bobonaro

350 orang pengunjung ditahun 2014, mewujudkan tingkat pendapatan sebesar $.

18.000.00 di tahun 2014, meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM di bidang

Pariwisata dan Kebudayaan hingga 30%, mewujudkan kelestarian benda cagar

budaya dan benda-benda peninggalan purbakala hingga 10%, serta meningkatkan dan

mengembangkan seni budaya daerah hingga 25%. Sektor pariwisata merupakan salah

satu sektor yang cukup memiliki potensi untuk kembangkan di kabupaten Bobonaro,

dan sektor ini merupakan salah satu sektor yang dapat mendukung pertumbuhan

suatu wilayah.

Pengembangan sektor pariwisata dijadikan sebagai salah satu sektor andalan

yang mampu memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan asli daerah dan

menggerakkan perekonomian daerah. Namun pada saat ini sektor pariwisata belum

menjadi suatu aset utama dan dikembangkan secara optimal untuk mendukung
5

pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah. Hal tersebut juga terjadi di kabupaten

Bobonaro, pengembangan obyek wisata yang kurang mendapat perhatian, sehingga

perkembangan sangat minim sekali padahal obyek wisata tersebut memiliki potensi

yang cukup baik. Berikut ini dapat dilihat dari pendapatan disektor pariwisata

kabupaten Bobonaro dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 1.1
Perkembangan Pendapatan Sektor Pariwisata
Kabupaten Bobonaro Tahun 2010-2014

No Tahun Target ($) Realisasi ($) %


1 2010 12,000 7,000. 53,33
2 2011 15,000 8,125 54,17
3 2012 17,000. 15,000 88,24
4 2013 20,000. 18,000 90,00
5 2014 25,000 18,000 72,00
Sumber: Kantor Bupati Daerah Kabupaten Bobonaro, 2015

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 sampai dengan

tahun 2014 pendapatan dari sektor pariwisata kabupaten Bobonaro belum bisa

memenuhi target yang telah ditetapkan padahal target yang ditetapkan dari tahun ke

tahun terus mengalami peningkatan. Berdasarkan wawancara dengan bapak camat

Bobonaro selaku penguasa wilayah obyek wisata dan daya tarik wisata, faktor

penyebab terus meningkatnya target dari tahun ke tahun disebabkan karena :


6

a. Penentuan target dari tahun ke tahun tidak ada kompromi karena ditentukan oleh

Tim PAD (Pendapatan Asli Daerah) untuk memenuhi pendapatan daerah untuk

membiayai APBN.

b. Belanja daerah harus ditekan supaya pemasukan ke daerah setinggi tingginya

walaupun tidak memenuhi target, dipacu dengan menaikkan pendapatan sebanyak-

banyaknya.

c. Kalah bersaing dengan obyek wisata lain dari segi tingkat kunjungan. (Wawancara

tanggal 25 November 2014) Air Panas merupakan salah satu obyek wisata budaya

peninggalan purbakala unggulan yang banyak dikunjungi wisatawan baik

wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara yang terletak di Desa

Marobo, Kecamatan Bobonaro, Kabupaten Bobonaro. air panas menyimpan nilai

sejarah dan nilai kebudayaan terutama kebudayaan katholik. air panas merupakan

salah satu tempat yang sampai sekarang masih digunakan sebagai obat untuk

menyembuhkan sakit Gatal-gatalan.

Berikut ini dapat dilihat perbandingan jumlah pengunjung air panas antara

tahun 2013 dan 2014 berdasarkan data statistik dinas pariwisata dan kebudayaan

Kabupaten Bobonaro dalam buku Statistik Pariwisata Kabupaten Bobonaro Tahun

2013:5) adalah sebagai berikut :


7

Tabel 1.2
Perbandingan Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Air Panas Marobo
Tahun 2013-2014
No Tahun Wisatawan
Nusantara Manca Negara
1 2013 290 80
2 2014 350 130
Kenaikan 60 50
(%) 20,69 62,5
Sumber: Kantor Bupati Daerah Kabupaten Bobonaro, 2015

Berdasarkan tabel diatas dapat di lihat bahwa perbandingan jumlah

pengunjung air panas antara tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami kenaikan, baik

wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Kenaikan yang diperoleh

untuk wisatawan nusantara sebanyak 60 orang atau sebesar 20,69 %, sedangkan

untuk wisatawan mancanegara sebanyak 50 orang atau sebesar 62,5 %. air panas juga

memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah, akan tetapi air panas yang lebih

utama adalah bukan mengejar target pendapatan, melainkan melestarikan nilai

sejarah dan nilai kebudayaan yang dapat berguna untuk memperluas wawasan tentang

sejarah dan kebudayaan yang akan dapat menambah pengetahuan yang berguna bagi

pendidikan.

Berikut dapat di lihat perkembangan pendapatan obyek wisata air panas

Kabupaten Bobonaro dapat digambarkan sebagai berikut :


8

Tabel 1.3
Perkembangan Pendapatan Obyek Wisata Air Panas Marobo
Kabupaten Bobonaro Tahun 2010-2014

No Tahun Target Realisasi %


1 2010 4,000 2,500 62,5
2 2011 5,000 3,500. 70
3 2012 7,000 5,700 81
4 2013 12,000 8,000. 66,67
5 2014 17,000 14,000. 82,35
Sumber : Kantor Bupati Daerah Kabupaten Bobonaro , Tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas realisasi pendapatan belum pernah tercapai dari yang

ditargetkan. Hal tersebut dikarenakan rendahnya pendapatan yang diperoleh dari

obyek wisata Air Panas dari tahun ke tahun karena rendahnya pengunjung. Hal ini

menjadi tugas kepala wilayah dan kebudayaan kabupaten Bobonaro untuk

merencanakan sebuah strategi agar dapat lebih mengembangkan obyek wisata Air

Panas yang memiliki nilai potensi pariwisata bagi Kabupaten Bobonaro. Langkah

yang dilakukan oleh aparatur pemerintah daerah kabupaten Bobonaro dalam

pengembangan objek wisata air panas dilakukan dalam sebuah perencanaan strategis

yang merupakan salah satu program yang tertuang dalam Renstra aparatur pemerintah

daerah Kabupaten Bobonaro.

Menurut Xia Chan (2011) dalam pasar global, perusahaan harus dapat

memahami dengan baik lingkungan eksternal untuk membuat keputusan yang efektif

dan rencana strategi perusahaan. Rencana strategi yang dapat di lakukan oleh aparatur
9

pemerintah daerah kabupaten Bobonaro adalah dengan menggunakan analisis

SWOT. Adapun fenomena dari analisis SWOT yang berupa peluang adalah situasi

atau kecenderungan utama yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.

Peluang kawasan pariwisata adalah situasi atau kecenderungan utama yang

menguntungkan industri pariwisata dalam lingkungan suatu kawasan pariwisata

tertentu karena obyek wisata air panas bisa menghasilkan pendapatan daerah untuk

kemajuan wisata itu sendiri.

Kekuatan adalah sumber daya, ketrampilan atau keungulan lain relatif

terhadap pesaing dan kekuatan dari wisata lain. Kekuatan kawasan pariwisata adalah

sumber daya alam, pengelolaan dan keungulan relatif industri pariwisata dari pasar

dan pesaing sejenis wisata. Hambatan obyek wisata air panas adalah kurangnya

perhatian dari pemerintah pusat maupun daerah, kurangya perhatian terhadap

pelestarian lingkungan dengan baik dan infrastruktur yang tidak memadai dan ada

kecenderungan yang berakibat terhadap masalah yang tidak menguntungkan industri

pariwisata dalam lingkungan suatu kawasan pariwisata itu sendiri. Adapun

kelemahan dari obyek wisata air panas antara lain keterbatasan SDM yang

profesional khususnya dalam penyediaan guideline yang profesional belum ada.

Selain itu juga keterbatasan dana untuk pengembangan obyek wisata air panas.

Promosi yang dilakukan juga masih kurang optimal sehingga perlu ditingkatkan agar

lebih optimal.
10

Menurut Kalpande et al. (2010) setiap unit bisnis harus menyadari kekuatan

mereka, kelemahan, peluang, dan ancaman. Untuk berhasil dalam bidang apapun

kelemahan harus dijadikan kekuatan dan ancaman harus dijadikan peluang.

Hambatan yang muncul dalam perencanaan strategis obyek wisata air panas

antara lain bencana alam serta wisatawan yang kurang bertanggung jawab. Selain itu

juga adanya kekuatan yang dapat mendukung dalam perencanaan strategis objek

wisata air panas antara lain memiliki nilai sejarah dan budaya, upacara adat yang

masih terjaga kelestariannya, pemandangan alam yang indah, lokasi objek wisata

yang nyaman serta tersedianya sarana atau fasilitas yang memadai.

Berdasarkan fenomena yang muncul dari kerangka analisis SWOT maka akan

dapat mempermudah dalam melakukan perencanaan strategis untuk pengembangan

obyek wisata air panas. Upaya memgembangkan objek wisata air panas di Desa

Marobo Kabupaten Bobonaro menjadi obyek wisata Air Panas yang harus di lakukan

dengan pengelolaan dan program yang sistematis agar kawasan air panas berkembang

menjadi objek wisata andalan di kabupaten Bobonaro dan Negara Timor Leste. Salah

satunya dengan melakukan indentifikasi terhadap kondisi air panas saat ini dan

menilai potensi air panas sebagai obyek wisata yang bernilai. Sehingga diharapkan

dapat memberikan arahan untuk pengembangan air panas yang mendukung aktivitas

industri pariwisata serta memperoleh ciri khas pariwisata di Kabupaten Bobonaro.

Uraian diatas memberikan petunjuk bahwa perlu dilakukan penelitian Strategi

Pengembangan objek wisata air panas di desa Marobo Kabupaten Bobonaro Timor

Leste.
11

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor eksternal apakah yang menjadi peluang dan ancaman pada

pengembangan wisata air panas di desa Marobo Kabupaten Bobonaro?

2. Faktor faktor internal apakah yang menjadi kekuatan dan kelemahan pada

pengembangan wisata air panas di desa Marobo Kabupaten Bobonaro?

3. Bagaimanakah posisi bisnis objek wisata Air Panas di Desa Marobo Kabupaten

Bobonaro saat ini dan dimasa yang akan datang?

4. Bagaimanakah strategi pengembangan wisata air panas di desa Marobo Kabupaten

Bobonaro?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategis yang diambil oleh

kementrian pariwisata dan budaya dalam pengembangan obyek wisata air panas di

kabupaten Bobonro

1. Menjelaskan Faktor-faktor internal yang mendukung dan menghambat

pengembangan pariwisata air panas di desa Marobo kabupaten Bobonaro

2. Menjelaskan Faktor-faktor eksternal yang mendukung dan menghambat

pengembangan pariwisata air panas di Desa Marobo kabupaten Bobonaro tersebut.


12

3. Menjelaskan posisi bisnis objek wisata air panas saat ini dan dimasa yang akan

datang.

4. Menjelaskan strategi pengembangan kawasan air panas di Desa Marobo

Kabupaten Bobonaro.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan bagi masyarakat di

kabupaten Bobonaro dan masyarakat Timor-Leste sebagai usaha untuk

mengembangkan pariwisata, selain itu juga sebagai bahan masukan bagi pihak

pemerintah daerah maupun pemerintah pusat untuk menentukan perumusan kebijakan

disektor pariwisata. Semoga penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan

dalam bidang pariwisata dan bermanfaat bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin

meneliti tentang pariwisata di Timor Leste.

1.4.1. Kegunaan Teoritis

1) Bagi khasanah ilmu pengetahuan

Di harapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi tambahan

dalam bidang ilmu manajemen pemasaran, khususnya dalam strategi pemasaran.

2) Bagi mahasiswa

Mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan teori dan memperoleh tambahan

pengetahuan serta informasi dari penelitian ini.


13

1.4.2. Kegunaan Praktis

1) Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi pemerintah maupun swasta dalam

mengidentifikasikan faktor-faktor internal dan eksternal sebagai bahan

pertimbangan dalam menyusun strategi obyek wisata.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

bagi pihak manajemen dalam merumuskan kebijakan strategi yang terpenting

untuk meningkatkan obyek wisata yang berbasis kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai