Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KOMPONEN PENGEMBANGAN PARIWISATA DESA WISATA

WONOLOPO KOTA SEMARANG


Oleh :
Shafira Fatma Chaerunissa1, Tri Yuniningsih2
Departemen Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Diponegoro
Jalan. Prof. H. Soedarto, S.H Tembalang, Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email: fisip@undip.ac.id

ABSTRAK
Desa Wisata Wonolopo merupakan desa wisata yang terdapat di Kelurahan Wonolopo
Kota Semarang. Kelurahan Wonolopo sebagai Desa Wisata yang ditetapkan pada Surat
Keputusan Walikota Nomor 556/407 tahun 2012. Dengan ditetapkannya Kelurahan Wonolopo
sebagai Desa Wisata ini diharapkan dapat memberikan peluang pada masyarakat untuk
memanfaatkan porensi-potensi yang ada untuk mendukung untuk keberlangsungan kegiatan
pariwisata. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis bagaimana pengembangan pariwisata
berkelanjutan di Desa Wisata Wonolopo menggunakan enam komponen pengembangan
pariwisata yaitu Attraction, Accessibilities, Amenities, Acomodation, Activity, dan Ancillary
service serta untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat
dalam pengembangan pariwisata di Desa Wisata Wonolopo. Metode penelitian menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara,observasi dan dokumentasi. Hasil
penelitian menunjukkan pengembangan pariwisata di Desa Wisata Wonolopo belum optimal,
masih ada yang perlu di perbaiki dari masing-masing komponen tersebut.

Kata Kunci : Komponen, Pengembangan Pariwisata, Desa Wisata.

1
Mahasiswa Prodi S1 Administrasi Publik, Departemen Administrasi Publik, Universitas Diponegoro
2
Dosen Prodi S1 Administrasi Publik, Departemen Administrasi Publik, Universitas Diponegoro
ANALYSIS OF TOURISM DEVELOPMENT IN WONOLOPO VILLAGE

KOTA SEMARANG

Shafira Fatma Chaerunissa, Tri Yuniningsih


Departemen Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Diponegoro
Jalan. Prof. H. Soedarto, S.H Tembalang, Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Website: http://www.fisip.undip.ac.id email: fisip@undip.ac.id

ABSTRACT

Wonolopo Tourism Village is a tourist village located in Wonolopo Village, Semarang


City. Wonolopo Village as a Tourism Village as stipulated in the Mayor's Decree Number
556/407 of 2012. With the appointment of Wonolopo Village as a Tourism Village, it is hoped
that it can provide opportunities for the community to take advantage of existing potentials to
support the sustainability of tourism activities. The purpose of this study is to analyze how the
development of sustainable tourism in Wonolopo Tourism Village uses six components of
tourism development, namely Attraction, Accessibilities, Amenities, Accommodation, Activity,
and Ancillary service and to identify and analyze supporting and inhibiting factors in tourism
development in Wonolopo Tourism Village. The research method used a qualitative descriptive
approach. The technique of determining the informants used a purposive technique. Data
collection techniques using interview techniques, observation and documentation. The results
showed that tourism development in Wonolopo Tourism Village is not optimal, there is still
something that needs to be improved from each of these components.

Keywords : Components,Tourism Development, Tourism Village


setempat mengalami perubahan berbagai aspek
PENDAHULUAN dalam kehidupan mereka.
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang Pada tahun 2019 indeks daya saing
menunjang tercapainya tujuan pembangunan pariwisata Indonesia naik dua posisi dalam
berkelanjutan. Keberadaan pariwisata sangat kategori Travel and Tourism Competitive Index
erat hubungannya dengan SDGs. Adanya (TTCI) yang di rilis oleh World Economic
pariwisata akan membantu baik secara Forum (WEF). Setelah sebelumnya diposisi ke-
langsung maupun tidak langsung dalam 42 pada tahun 2017 menjadi posisi ke-40 pada
pencapaian SDGs. Namun di sisi lain, tahun 2019 dari 140 negara di dunia. Kenaikan
pariwisata juga bisa menjadi hambatan dapal ini terbilang cukup baik mengingat persaingan
pencapaian tujuan tersebut apabila pariwisata global yang sangat ketat.
pariwisata tidak dikelola dengan baik dan Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu
benar. Pariwisata yang dikelola dengan baik provinsi yang menjadi tujuan wisata dan
akan dapat menyasar berbagai target seperti menikmati maraknya perkembangan industri
pemberantasan kemiskinan dan kelaparan, pariwisata. Terdapat banyak kekayaan alam, seni
modal untuk pengembangan kesehatan dan budaya di Jawa Tengah yang dikemas dan
masyarakat yang lebih baik, timbulnya dikembangkan menjadi aset pariwisata baik itu
inovasi dan industri penunjang, memacu berskala nasional bahkan internasional yang
adanya konsumsi dan produksi yang lebih akhirnya akan menarik minat wisatawan asing
bertanggungjawab. Selain itu pariwisata juga maupun wisatawan domestik. Perkembangan
akan memacu adanya kesetaraan gender pariwisata di Jawa Tengah juga mengalami
dengan adanya pelibatan berbagai pihak peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun
dalam aktivitas pariwisata. yang dapat dilihat pada grafik sebagai berikut
Kepariwisataan di Indonesia telah diatur
Grafik 1.1
dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun
Jumlah Wisatawan Mancanegara di Jawa Tengah
2009. Pariwisata menurut Undang-Undang s/d Tahun 2018
Nomor 10 Tahun 2009 merupakan berbagai
macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Sektor
pariwisata juga merupakan sektor yang
cukup menjanjikan dan dapat menjadi Sumber : DISPORAPAR Provinsi
strategi bagi negara untuk Jawa Tengah
mengembangkannya karena dapat
menambah sumber pajak dan pendapatan Grafik 1.2
bagi negara. Tidak hanya mendatangkan Jumlah Wisatawan Domestik di Jawa Tengah s/d
manfaat bagi negara, pengembangan sektor 2018
pariwisata juga bermanfaat untuk
masyarakat karena dengan adanya pariwisata
secara tidak langsung masyarakat akan
terlibat secara langsung dalam kegatan
pariwisata tersebut, sehingga ada wujud
timbal balik antara masyarakat dan Sumber : DISPORAPAR Provinsi Jawa
Tengah
pariwisata. Bahkan sektor pariwisata dapat
dikatakan mempunyai kekuatan yang cukup
besar yang dapat membuat masyarakat
Dari kedua grafik di atas dapat dilihat peningkatan disetiap tahunnya hal ini dapat
bahwa adanya peningkatan pariwisata di Jawa diartikan bahwa sudah adanya pengelolaan
Tengah tiap tahunnya, baik dari obyek wisata yang baik dan beragam. Hal ini
pengembangan pariwisatanya maupun dari tentu akan berimbas pada peningkatan jumlah
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara wisatawa yang berkunjung pada Kota
dan wisatawan domestik yang. Hal ini Semarang baik wisatawan mancanegra maupun
menunjukkan bahwa Jawa Tengah memiliki domestik.
daya tarik dan pesona yang dapat menarik Salah satu desa wisata yang ada di Kota
wisatawan untuk dikunjungi. Semarang yaitu Desa Wisata Wonolopo.
Kota Semarang saat ini sedang Kelurahan Wonolopo di tetapkan sebagai Desa
menggencarkan pengembangan pada sektor
Wisata pada Surat Keputusan Walikota Nomor
pariwisatanya. Upaya pengembangan
kepariwisataan dituangkan dalam Peraturan 556/407 tahun 2012 bersamaan dengan Desa
Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2015 Wisata Kandri dan Desa Wisata Nongkosawit.
tentang Rencana Induk Pembangunan Dengan di tetapkannya Kelurahan Wonolopo
Kepariwisataan Kota Semarang Tahun 2015- sebagai Desa Wisata diharapkan agar
2025. Kota Semarang kaya akan destinasi kedepannya dapat memanfaatkan,
wisata yang menarik mulai dari wisata alam, mengembangkan dan menjual potensi-potensi
wisata budaya, wisata sejarah, hingga wisata
yang dimiliki Kelurahan Wonolopo. Namun,
buatannya, tak heran jika Kota Semarang
memiliki potensi pariwisata yang beragam hal itu hanya dapat dirasakan oleh sebagian
untuk dikembangkan. Data mengenai masyarakat saja, belum sepenuhnya masyarakat
perkembangan pariwisata di Kota Semarang Wonolopo dapat merasakan manfaat dari
dapat dilihat dari tabel dibawah ini : adanya Desa Wisata Wonolopo.
Kegiatan pariwisata tidak hanya didukung
Tabel 1.1 oleh potensi yang ada saja, tetapi didukung
Daya Tarik Wisata Kota Semarang
No Obyek Tahun pula oleh ketersediaan aksesbilitas serta sarana
Wisata 2015 2016 2017 2018 dan prasarana pendukung yang baik.
1. Obyek 5 5 5 6 Aksesbilitas pada Desa Wisata Wonolopo juga
Wisata
Alam belum optimal, dan masih ada yang perlu
2. Obyek 11 11 11 11 dibenahi seperti akses jalan yang sempit, tidak
Wisata adanya papan penunjuk arah. Desa Wisata
Budaya
3. Obyek 10 10 10 12 Wonolopo juga belum melibatkan banyak
Wisata pihak untuk menjalin kerjasama atau
Buatan
kemitraan seperti CSR.
4. Minat - - - -
Khusus Selain itu terdapat banyak faktor, baik itu
5. Lain – 10 12 14 14 faktor pendukung maupun penghambat yang
Lain
menyebabkan mengapa pariwisata di Desa
Jumlah 36 38 40 43
Sumber : Buku Statistik Wisata Wonolopo ini belum bisa berkembang
Pariwisata Jawa Tengah 2015- dengan baik. Pengembangan desa wisata
2018 diartikan sebagai usaha-usaha untuk
Berdasarkan tabel diatas terdapat melengkapi dan meningkatkan fasilitas wisata
peningkatan dalam daya tarik wisata di untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.
Kota semarang hinggai pada tahun 2018.
Peneliti akan memfokuskan pada masalah
Pada tahun 2015 Kota Semarang hanya
memiliki 36 daya tarik wisata, lalu pada pengembangan pariwisata di Desa Wisata
tahun 2016 ditambah dengan dua obyek Wonolopo yang belum optimal yang akan
wisata baru sehingga menjadi 38 obyek dianalisi menggunakan 6 Komponen
wisata. Selanjutnya pada tahun 2017 Pengembangan Pariwisata yaitu Attraction
terdapat kenaikan obyek wisata menjadi 40 (Atraksi), Accessibilities (Akses), Amenities
obyek wisata dan pada tahun 2018 menjadi (Fasilitas pendukung), Accommodation
43 obyek wisata. Dengan adanya
(Akomodasi), Activity (Aktivitas) dan Manajemen Publik
Ancillary Service (Layanan Tambahan), George Terry dalam Sukarna (2011:3),
juga untuk mengidentifikasi faktor manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan
pendukung dan penghambat dalam yang telah ditetapkan melalui atau bersama-
pengembangan pariwisata Di Desa Wisata sama melalui atau bersama-sama usaha orang
Wonolopo. lain.
Overman dalam Keban (2008:85)
TINJAUAN PUSTAKA mengemukakan bahwa manajemen publik
adalah sebuah penelitian interdisipliner dalam
Administrasi Publik
Menurut M.Pfiffener dan Robert V. organisasi dan merupakan perpaduan dari
Presthus dalam Yuniningsih (2018) perencanaan, pengorganisasian, serta
mendefinisikan administrasi publik pengendalian fungsi manajemen. Manajemen
adalah koordinasi dari usaha-usaaha publik atau dapat juga disebut manajemen
kolektif yang dimaksudkan untuk pemerintah secara umum merupakan suatu
melaksanakan kebijakan pemerintah. upaya pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan
Adanya unsur organisasi dan publik. Berdasarkan beberapa pendapat
manajemen dalam definisi akuntan mengenai manajemen publik maka dapat
public, maka hal ini mengukuhkan diambil kesimpulan bahwa manajemen publik
pandangan bahwa pandangan merupakan suatu upaya pemerintah dalam
admnistrasi publik adalah birokrasi atau memenuhi kebutuhan publik dengan sarana dan
sebaliknya birokrasi adalah prasarana yang sudah tersedia.
administrasi publik. Pendapat lain
Pariwisata
disampaikan Turner dan Hulme dalam Menurut etimologi kata “pariwisata”
Yuniningsih (2018) menyebutkan 3 ciri diidentikkan dengan kata “travel” dalam
administrasi publik yaitu : bahasa Inggris yang diartikan sebagai
a. Mempunyai kekuatan memaksa perjalanan yang dilakukan berkali–kali dari satu
b. Secara khusus berhubungan dengan
hokum tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula
c. Dalam menjalankan kegiatannya dengan melihat situasi dan kondisi saat ini
bertumpu pada akuntabilitas publik. pariwisata dapat diartikan sebagai suatu
perjalanan terencana yang dilakukan secara
Henry dalam Ikeanyibe
individu atau kelompok dari satu tempat ke
(2017:3) menyatakan bahwa dalam
tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan
publikasi barunya ada penambahan
kepuasan dan kesenangan. (Sinaga, 2010:12).
paradigma administrasi publik menjadi
Pariwisata menurut Spillane (1987:20) adalah
enam paradigma.
perjalanan dari satu tempat ke tempat lain,
1. Paradigma dikotomi antara politik bersifat sementara, dilakukan perorangan
dan administrasi (1900-1926). maupun kelompok, sebagai usaha mencari
2. Paradigma prinsip-prinsip keseimbangan / keserasian dan kebahagiaan
administrasi (1927-1937) dengan lingkungan hidup dalam dimensi social,
3. Paradigma administrasi negara sebagai budaya, alam dan ilmu.
ilmu politik (950-1970) Menurut Yoeti dalam Yuniningsih (2018)
4. Paradigma administrasi negara sebagai pariwisata harus memenuhi empat kriteria di
ilmu administrasi (1956- 1970) bawah ini, yaitu:
5. Paradigma administrasi publik sebagai 1. Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke
administrasi publik (1970) tempat lain, perjalanan dilakukan di luar
6. Paradigma Governance (1990- tempat kediaman di mana orang itu
sekarang) biasanya tinggal;
2. Tujuan perjalanan dilakukan semata- 1993: 1-2). Accommodation, homestay yang
mata untuk bersenang-senang, tanpa merupakan sebagian dari rumah penduduk
mencari nafkah di negara, kota atau atau bangunan yang dibangun dengan konsep
DTW yang dikunjungi. tempat tinggal penduduk. Sedangkan menurut
3. Uang yang dibelanjakan wisatawan Brown dan Stange (2015) dalam bukunya
tersebut dibawa dari negara asalnya, di yang berjudul Tourism Destination
mana dia bisa tinggal atau berdiam, Management mengemukakan bahwa
dan bukan diperoleh karena hasil usaha komponen dalam pengembangan pariwisata
selama dalam perjalanan wisata yang terdiri dari ini adalah 3A yaitu Attraction,
dilakukan; dan Activity dan Accesibility. Buhalis (2000:98)
4. Perjalanan dilakukan minimal 24 jam mengemukakan teori yang berbeda bahwa
atau lebih. komponen pengembangan pariwisata terdiri
dari 6A yaitu Attraction, Amenities, Ancillary,
Dari beberapa penjabaran beberapa ahli di
Activity, Accessibilities dan Available
atas mengenai pariwisata, maka dapat
Package. Pada penelitian ini penulis
disimpulkan bahwa pariwisata adalah
melakukan sintesis teori sehingga didapatkan
suatu kegiatan atau perjalanan yang
6 Komponen Pengembangan Pariwisata yaitu
dilakukan seseorang atau lebih ke suatu
Attraction, Accomodation, Amenities,
tempat diluar tempat tinggalnya untuk
Ancillary services, Activity dan Accessibilities.
sementara waktu yang dimaksudkan untuk
kesenangan maupun kepentingan lainnya.
1. Attraction (Atraksi)
Pengembangan Pariwisata Adalah segala hal yang mampu menarik
Munasef (1995:1) menyatakan bahwa wisatawan untuk berkunjung ke kawasan
pengembangan pariwisata merupakan wisata. Atraksi terdiri dari apa yang pertama
segala kegiatan dan usaha yang kali membuat wisatawan tertarik untuk
terkoordinasi untuk menarik wisatawan, berkunjung ke sebuah kawasan. Atraksi dapat
menyediakan semua sarana prasarana,
barang dan jasa, fasilitas yang diperlukan didasarkan pada sumber daya alam yang
guna memenuhi kebutuhan wisatawan. memiliki bentuk ciri-ciri fisik alam, dan
Menurut Pearce (1981:12) Pengembangan keindahan kawasan itu sendiri. Selain itu,
pariwisata dapat diartikan sebagai “usaha budaya juga dapat menjadi atraksi untuk
untuk melengkapi atau meningkatkan menarik minat wisatawan datang, seperti hal-
fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan hal yang besejarah, agama, cara hidup
masyarakat”.
masyarakat, tata cara pemerintahan, dan
Sugiama (2014:72) mengatakan bahwa
tradisi-tradisi masyarakat baik dimasa lampau
komponen penunjang wisata adalah
maupun di masa sekarang. Hampir setiap
komponen kepariwisataan yang harus ada
destinasi memiliki atraksi khusus yang tidak
didalam destinasi wisata. Komponen
dapat dimiliki oleh destinasi lainnya.
kepariwisataan tersebut adalah 4A yaitu
Attraction, Amenities, Ancilliary dan 2. Accessibilities (Akses)
Accesibility. Menurut Hadiwijoyo Akses mencakup fasilitas sarana dan prasarana
(2012:69) komponen pengembangan yang dibutuhkan oleh wisatawan untuk menuju
pariwisata yang harus ada adalah destinasi wisata, sehingga harus tersedia jasa
Attraction dan Accomodation. Attraction, seperti penyewaan kendaraan dan transportasi
seluruh aktivitas penduduk beserta lokal, rute atau pola perjalanan (Cooper dkk,
lingkungan fisik desa yang memungkinkan 2000). Menurut Sugiama (2011) aksesbilitas
berintegrasinya wisatawan sebagai adalah tingkat intensitas suatu daerah tujuan
partisipasi aktif seperti: kursus tari, wisata atau destinasi dapat dijangkau oleh
bahasa, dan hal spesifik lainnya (Nuryati, wisatawan. Fasilitas dalam aksesibilats seperti
jalan raya, rel kereta api, jalan tol, terminal, di lokasi desa wisata tersebut atau berada di
stasiun kereta api, dan kendaraan roda dekat desa wisata. Jenis akomodasi di desa
empat. Menurut Brown dan Stange (2015) wisata dapat berupa bumi perkemahan, villa
Akses adalah bagaimana seseorang untuk atau sebuah pondok wisata
mencapai tujuan dari tempat asalnya. (Hadiwijoyo,2012:68).
Apakah aksesnya mudah atau sulit.
5. Activities (aktivitas)
Aktifitas berhubungan dengan kegiatan di
3. Amenities (fasilitas pendukung)
destinasi yang akan memberikan pengalaman
Amenities adalah berbagai fasilitas
(experience) bagi wisatawan. Setiap destinasi
pendukung yang dibutuhkan oleh
memiliki aktivitas yang berbeda sesuai dengan
wisatawan di destinasi wisata. Amenities
karakteristik destinasi wisata tersebut (Brown
meliputi beragam fasilitas untuk memenuhi
and Stange, 2015). Aktivitas wisata di destinasi
kebutuhan akomodasi, penyediaan
merupakan kegiatan yang salah satunya
makanan dan minuman (food and
menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke
beverage), tempat hiburan, tempat
destinasi. Begitu juga dengan desa wisata, jenis
perbelanjaan (retailing), dan layanan
aktivitas yang dilakukan berhubungan dengan
lainnya seperti bank, rumah sakit,
karakteristik desa tersebut. Aktivitas yang
keamanan dan asuransi (Cooper dkk,
umumnya dilakukan di desa wisata adalah
2000). Menurut Inskeep dalam
mengikuti kegiatan kehidupan sehari- hari desa
Hadiwiijoyo (2012:59-60) fasilitas
wisata.
(facilities) dan pelayanan lainnya (other
services) di destinasi bisa terdiri dari biro
6. Ancillary services (Layanan Pendukung)
perjalanan wisata, restaurant, retail outlet
kerajinan tangan, souvenir, keunikan, Ancillary adalah dukungan yang disediakan
keamanan yang baik, bank, penukaran uang oleh organisasi, pemerintah daerah, kelompok
(money changer), (tourist infomation atau pengelola destinasi wisata untuk
office), rumah sakit, bar, tempat menyelenggarakan kegiatan wisata (Cooper
kecantikan. Setiap destinasi memiliki dkk, 2000). Hal yang sama juga disampaikan
fasilitas yang berbeda, namun untuk oleh Wargenau dan Deborah dalam Sugiama
melayani kebutuhan dasar wisatawan yang (2011) bahwa ancillary adalah organisasi
berkunjung destinasi melengkapinya sesuai pengelola destinasi wisata. Organisasi
dengan karakteristik destinasi tersebut. pemerintah, asosiasi kepariwisataan, tour
operator dan lain-lain. Dalam hal ini organisasi
4. Accommodation (Penginapan) dapat berupa kebijakan dan dukungan yang
Akomodasi dapat diartikan sebagai diberikan pemerintah atau organisasi untuk
penginapan yang tentunya di satu destinasi terselenggaranya kegiatan wisata. Sama hal
dengan destinasi lainnya akan berbeda. nya dengan desa wisata, tentunya
Akomodasi yang umum dikenal adalah penyelenggaraan desa wisata didukung oleh
hotel dengan beragam fasilitas didalamnya. kebijakan pemerintah baik daerah maupun
Akomodasi di desa wisata berbeda dengan pusat untuk terselenggaranya kegiatan wisata.
akomodasi di destinasi lain. Akomodasi di Dari beberapa pendapat para ahli diatas maka
desa wisata biasaya terdiri dari sebagian dapat ditarik kesimpulan bahwa
tempat tinggal para penduduk setempat pengembangan pariwisata adalah usaha-usaha
atau unit-unit yang berkembang atas yg terkoordinir dilakukan untuk melengkapi
konsep tempat tinggal penduduk atau biasa pelayanan, infrastruktur guna untuk
dikenal dengan homestay. Akomodasi meningkatkan jumlah wisatawan.
untuk mendukung terselenggaranya
kegiatan wisata di destinasi dapat terletak Desa Wisata
Desa wisata merupakan suatu bentuk dari segi kehidupan sosial budaya, adat istiadat,
integrasi antara atraksi, akomodasi, dan aktifitas keseharian, arsitektur bangunan, dan
fasilitas pendukung yang disajikan dalam struktur tata ruang desa, serta potensi yang
suatu struktur kehidupan masyarakat yang mampu dikembangkan sebagai daya tarik
menyatu dengan tata cara dan tradisi yang wisata, misalnya: atraksi, makanan dan
berlaku. Suatu desa wisata memiliki daya minuman, cinderamata, penginapan, dan
tarik yang khas (dapat berupa keunikan kebutuhan wisata lainnya.
fisik lingkungan alam perdesaan, maupun Dari beberapa definisi yang telah
kehidupan sosial budaya masyarakatnya) dijabarkan maka dapat ditarik kesimpulan
yang dikemas secara alami dan menarik bahwa desa wisata merupakan suatu wilayah
sehingga daya tarik perdesaan dapat perdesaan yang memiliki potensi dan daya tarik
menggerakkan kunjungan wisatawan ke yang dapat dimanfaatkan menjadi suatu objek
desa tersebut (Kementrian Kebudayaan dan wisata yang bertujuan meningkatkan
Pariwisata, 2011: 1). perekonomian masyarakat di seiktarnya dan
Yeoti dalam Zakaria (2014: 245) akan menjadikan desa itu berkembang.
mengemukakan bahwa Desa Wisata adalah
sebuah area atau daerah pedesaan yang Pengembangan Desa Wisata
Pear ce dalam Arida (2017:3) mengartikan
memiliki daya tarik khusus yang dapat
pengembangan desa wisata sebagai suatu
menajadi daerah tujuan wisata. Di desa
proses yang menekankan cara untuk
wisata, penduduk masih memegang tradisi
mengembangkan atau memajukan desa wisata.
dan budaya yang masih asli. Serta beberapa
Secara lebih spesifik, pengembangan desa
aktivitas pendukung seperti sistem bertani,
wisata diartikan sebagai usaha-usaha untuk
berkebun serta makanan tradisional juga
melengkapi dan meningkatkan fasilitas wisata
berkontribusi mewarnai keberadaan desa
untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.
wisata itu sendiri. Selain faktor tersebut,
Gumelar (2010:5) mengatakan tujuan
faktor lingkungan yang masih asli dan
pengembangan kawasan desa wisata adalah:
terjaga merupakan faktor penting yang
1. Mengenali jenis wisata yang sesuai dan
harus ada disuatu desa wisata.
melengkapi gaya hidup yang disukai
Putra (2006:2) dalam jurnalnya yang
penduduk setempat.
berjudul Konsep Desa Wisata menyatakan
2. Memberdayakan masyarakat setempat
bahwa yang dimaksud dengan desa wisata
agar bertanggung jawab terhadap
adalah suatu kawasan atau wilayah
perencanaan dan pengelolaan
pedesaan yang bisa dimanfaatkan atas
lingkungannya.
dasar kemampuan beberapa unsur yang
3. Mengupayakan agar masyarakat
memiliki atribut produk wisata secara
setempat dapat berperan aktif dalam
terpadu, dimana desa tersebut menawarkan
pembuatan keputusan tentang bentuk
keseluruhan suasana dari pedesaan yang
pariwisata yang memanfaatkan kawasan
memilikan tema keaslian pedesaan, baik
lingkungannya, dan agar mereka,
dari tatanan segi kehidupan sosial budaya
mendapat jaminan memperoleh bagian
dan ekonomi serta adat istiadat yang
pendapatan yang pantas dari kegiatan
mempunyai ciri khas arsitektur dan tata
pariwisata.
ruang desa menjadi suatu rangkaian
4. Mendorong kewirausahaan masyarakat
kegiatan dan aktivitas pariwisata. Menurut
setempat.
Chafid Fandeli dalam Taolin (2016:97)
5. Mengembangkan produk wisata desa.
secara lebih komprehensif menjabarkan
Sasaran yang akan dicapai dengan adanya
desa wisata sebagai suatu wilayah pedesaan
pengembangan desa wisata menurut Gumelar
yang menawarkan keseluruhan suasana
(2010:5) yaitu :
yang mencerminkan keaslian desa, baik
a. Tersusunnya pemodelan kawasan mengelola dana yang diberikan oleh
desa wisata yang didasari pemerintah.
pembangunan kepariwisataan yang 2. Pengelolaan dana yang kurang tepat,
berkelanjutan atau ramah penggunaan dana yang tidak tepat untuk
lingkungan. membeli sesuatu yang tidak sesuai dengan
b. Memadukan pembangunan dengan kebutuhan.
mengidentifikasi dan menganalisis 3. Koordinasi yang kurang baik, koordinasi
potensi yang ada, menentukan pola antar Kelompok Sadar Wisata dengan dinas-
penataan lanskap kawasan tapak, dinas yang terkait jika tidak dilakukan
serta membuat kemungkinan dengan baik akan berpengaruh pada promosi
alternatif pengembangannya. wisata.
c. Terwujudnya penataan desa wisata 4. Kurangnya perhatian dari pemerintah,
yang berdasarkan kepada penerapan kurangnya promosi yang dilakukan oleh
sistem zonasi yang berguna untuk Pemerintah setempat sehingga akan
menjaga kelestarian lingkungan dan berpengaruh pada kunjungan wisatawan.
menjaga keselamatan pengunjung. 5. Kurangnya fasilitas pendukung, masih
d. Terwujudnya kawasan desa wisata minimnya fasilitas pendukung juga menjadi
yang berlandaskan pola kampung dan faktor yang menghambat pengembangan
arsitektur bangunan rumah desa wisata.
tradisional.
Menurut Sunaryo (2013) Faktor Pendukung dan
e. Terwujudnya kemampuan
Penghambat suatu produk wisata (tourism
masyarakat setempat untuk
supply side) yang biasanya berwujud sistem
memelihara, menggali,
destinasi pariwisata akan terdiri atau
mengembangkan keanekaragaman
menawarkan paling tidak beberapa komponen
seni budaya, masyarakat, yang
pokok sebagai berikut :
berguna bagi kelengkapan atraksi
wisata yang dapa dinikmati oleh 1. Faktor Pendukung.
pengunjung dan tersedianya a. Daya tarik wisata yang bisa berbasis
makanan khas daerah dari bahan utama pada alam, budaya atau minat
bahan mentah yang ada di desa. khusus.
Berdasarkan penjabaran ahli di atas, b. Akomodasi atau amenitas,
dapat disimpulkan bahwa pengembangan aksesbilitas dan transportasi (udara,
desa wisata adalah suatu usaha yang darat, dan laut).
terkoordinir yang dilakukan untuk c. Fasilitas umum.
melengkapi pelayanan dan infrastruktur d. Fasilitas pendukung pariwisata.
desa wisata guna untuk meningkatkan e. Masyarakat sebagai tuan rumah
jumlah wisatawan. (host) dari suatu destinasi.

Faktor Pendukung dan Penghambat 2. Faktor Penghambat


Pengembangan Desa Wisata a. Belum dikelolanya dengan baik oleh
Rezza Abdy Pradana (2016) pihak pemerintah yang berwenang
mengemukakan adanya faktor penghambat dan belum tertatanya dengan baik
program pembangunan dalam aspek prasarana dan sarana yang
pengembangan Desa Wisata, yakni : sebenarnya dapat dijadikan daya
1. Konflik internal, konflik yang terjadi dukung untuk pengembangan objek
antar Kelompok Sadar Wisata wisata di daerah.
(Pokdarwis), pengurus yang tidak dapat b. Keterbatasan prasarana dan sarana
serta pengelolaan terhadap potensi
wisata masih belum optimal. Hal Attraction (Atraksi), Accesbility (Aksesbilitas),
tersebut merupakan dampak dari Amenities (Fasilitas), Accomodation
kurangnya alokasi anggaran (Akomodasi), Activity (Aktivitas) dan Ancillary
dana yang diperuntukkan bagi Service (Layanan Tambahan) untuk
pengembangan sektor menganalisis pengembangan pariwisata Desa
pariwisata. Wisata Wonolopo.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain 1. Attraction (Atraksi)
penelitian kualitatif deskriptif, yaitu untuk Berbagai atraksi wisata menarik disajikan di
memberikan gambaran secara sistematis, Desa Wisata Wonolopo supaya memberikan
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta kesan kepada pengunjung. Atraksi wisata di
pegembangan pariwisata Desa Wisata Desa Wisata Wonolopo antara lain seperti
Wonolopo Kota Semarang. Tempat atau berbagai macam eduwisata, fieldtrip, kampung
wilayah (lokus) pelaksanaan penelitian ini organik, kampung jamu, outbound, wisata agro
adalah di Kecamatan Mijen, Kota dan atraksi seni budaya seperti seni tek-tek,
Semarang, Provinsi Jawa Tengah, seni angklungan, nyadran sentono (yang hanya
sedangkan situs dalam penelitian ini dilakukanpada yangga 10 muharram), terdapat
adalah Desa Wisata Wonolopo. juga beberapa legenda di Desa Wisata
Wonolopo seperti Legenda Batu Selo, Legenda
Subjek dalam penelitian ini Pohon Joho dan Legenda Sendang Pule yang
ditentukan dengan metode purposive akan di ceritakan oleh pemandu kepada
sampling, adapun subyek dari penelitian ini pengunjung Desa Wisata Wonolopo.
adalah sebagai berikut : Lurah Wonolopo; Untuk meningkatkan daya tarik wisata
Ketua Pokdarwis Manggar Desa Wisata tentu ada atraksi wisata yang ingin
Wonolopo; Ketua Pokdarwis Wonolopo dikembangkan di Desa Wisata Wonolopo. Saat
Desa Wisata Wonolopo; Seketaris ini Desa Wisata Wonolopo sedang
Pokdarwis Wonolopo Desa Wisata mengembangkan Omah Ampiran di Kampung
Wonolopo; serta masyarakat Wonolopo Jamu. Konsep Omah Ampiran adalah dimana
Jenis dan sumber data dalam nanti didalamnya akan menjual souvenir dari
penenelitian ini adalah sumber data primer Desa Wisata Wonolopo, dan karena Omah
dan sumber data sekunder. Teknik Ampiran ini lokasinya ada di Kampung jamu
pengumpulan data dalam penelitian ini jadi nanti produk-produk jamu pun akan jual di
adalah observasi (pengamatan), interview dalamnya bersamaan dengan produk UKM-
(wawancara), dan dokumentasi. Analisis UKM warga sekitar. Omah Ampiran istilahnya
dan interpretasi data dalam penelitian ini seperti tempat untuk bersinggah untuk istirahat
dilakukan dengan cara reduksi data (data setelah pengunjung berkeliling menikmati
reduction), penyajian data (data display), atraksi-atraksi di Desa Wisata Wonolopo.
serta kesimpulan atau verifikasi data Selain Omah Ampiran, atraksi lain yang
(conclution drawing). Teknik Analisis data dikembangkan adalah Omah Jamur dan Omah
yang digunakan peneliti adalah Teknik tempe. Tapi untuk saat ini semuanya masih
Analisis Komponensial. dalam tahap pengerjaan, untuk Omah Ampiran
masih sampai tahap pembuatan mural “selamat
PEMBAHASAN datang”, dan untuk Omah Jamur masih pada
tahap penataan dan pembeliian bibit-bibit untuk
Pengembangan Pariwisata Desa Wisata budidaya jamur kedepannya.
Wonolopo Kota Semarang Atraksi lainnya yang ingin dikembangkan
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan 6 setelah Omah Ampiran, Omah Tempe dan
dimensi pengembangan pariwisata yaitu Omah Jamur terealisasi adalah atraksi sepeda
roda satu yang akan diletakkan di suatu belum sepenuhnya baik, masih terdapat jalanan
kampung dan kampung itu diberi nama yang rusak, berlubang sehingga perlu
dengan Kampung Gowes, namun perbaikan. Berdasarkan hasil penelitian
sayangnya masih terhambat akan lapangan yang dilakukan peneliti, aksesbilitas
kurangnya dana yang ada. Atraksi-atraksi di Desa Wisata Wonolopo belum cukup baik,
wisata di Desa Wisata Wonolopo jalanan di Desa Wisata Wonolopo terlihta
diharapkan dapat memberikan dampak bagi masih banyak yang perlu dibenahi. Bis besar
masyarakat terutama dalam perekonomian. juga belum bisa masuk sampai ke lokasi Desa
Namun dalam keikutsertaannya, bahwa Wisata Wonolopo dikarenakan kondisi jalan
pengelolaan atraksi belum optimal. yang kurang luas sehingga semakin masuk ke
Dikarenakan kurangnya partisipasi dari lokasi yang semakin menyempit dan tidak
masyarakat sekitar, adanya adanya lahan untuk parkir. Sehingga apabila
ketidakpeduliaan masyarakat akan Desa ada kunjungan yang datang dengan bis hanya
Wisata Wonolopo karena mereka merasa bisa diantar sampai di jalan raya saja, setelah
tidak mendapatkan manfaat apa-ada itu nantinya akan dijemput dengan
dengan adanya Desa Wisata Wonolopo dan menggunakan transportasi dari Desa Wisata.
bahkan ada masyarakat yang tidak tahu Dikarenakan Desa Wisata Wonolopo
bahwa Wonolopo sudah menjadi sebuah belum memiliki transportasi sendiri untuk
Desa Wisata. Hanya sebagian kecil membawa pengunjung berkeliling ke destinasi
masyarakat yang turut serta dalam atraksi yang ada, saat ini masih menggunakan pickup
wisata di Desa Wisata Wonolopo seperti atau angkutan milik warga setempat.
seni tek-tek, jathilan, dan nyadran sentono. Pokdarwis Desa Wisata Wonolopo
mengharapkan kedepannya Desa Wisata
2. Accesbility (Aksesbilitas) Wonolopo memiliki setidaknya satu
Akses mencakup fasilitas sarana dan transportasi semacam odong-odong yang
prasarana yang dibutuhkan oleh wisatawan nantinya bisa diperuntukan membawa
untuk menuju destinasi wisata, sehingga pengunjung untuk berkeliling kawasan Desa
harus tersedia jasa seperti penyewaan Wisata Wonolopo.
kendaraan dan transportasi lokal, rute atau Hal lainnya yang menjadi kekurangan
pola perjalanan (Cooper dkk, 2000). jarak dalam aksesbilitas di Desa Wisata Wonolopo
Desa Wisata Wonolopo dengan jalan besar adalah tidak adanya penunjuk arah (signage)
yaitu Jalan Raya Mijen berkisar 5 menit ataupun gang sebagai penunjuk lokasi.
atau 3,1 km. Objek wisata ini terletak di Sebetulnya sudah ada papan petunjuk tetapi
jalan kota, dimana jalan tersebut karena kondisinya sudah lama dan terlihat
merupakan jalur yang dilewati Semarang usang sehingga sudah terlihat tidak jelas lagi
Kota–Kendal sehingga banyak dilewati dan butuh diperbaharui.
oleh masyarakat lokal kabupaten. Desa
Wisata Wonolopo dapat ditempuh dari 3. Amenities (Fasilitas)
berbagai arah. Akses dari Bandara Ahmad Di Kawasan Desa Wisata Wonolopo cukup
Yani membutuhkan waktu 30 menit dengan mudah ditemui berbagai fasilitas pendukung
jarak tempuh 18km, dari stasiun tawang 20 seperti Restoran, Bank, ATM, Klinik, Sarana
menit, dari stasiun poncol memerlukan ibadah, Swalayan, Pasar Tradisional dan
waktu 33 menit. Akses menuju destinasi sebagainya, letak lokasi pada Desa Wisata
wisata dapat menggunakan transportasi Wonolopo yang lumayan dekat dengan jalan
umum seperti Bis, BRT maupun utama (jalan raya) mempermudah pengunjung
transportasi pribadi seperti kendaraan roda untuk menemukan aminities. Ada juga warung-
empat, ataupun kendaraan roda dua. warung kecil dan warung makan yang dikelola
Kondisi jalan pada Desa Wisata Wonolopo warga yang dekat dengan destinasi wisata.
Namun, dari berbagai fasilitas yang Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan
ada, Desa Wisata Wonolopo belum dioperasikan semata-mata untuk mencari
memiliki toko cendera mata dan toilet keuntungan yang sebesarbesarnya. b)
umum. Jadi setiap ada kunjungan nanti Akomodasi Semi Komersil, yaitu akomodasi
ketua Pokdarwis memberi tahu warga yang dibangun dan dioperasikan bukan semata-
dahulu agar mempersiapkan rumahnya mata untuk tujuan komersil, tetapi juga untuk
untuk menjual cendera mata. Cendera mata tujuan sosial (masyarakat yang kurang
yang dijual biasanya berupa handycraft mampu). c) Akomodasi Non Komersil, yaitu
dari barang bekas, bros, gantungan kunci. akomodasi yang dibangun dan diopersikan
Lalu ada juga makanan semarangan yang sematamata untuk tujuan non komersil, yaitu
dijual untuk oleh-oleh seperti wingko, tidak mencari keuntungan atau semata-mata
bandeng presto, dan berbagai keripik yang untuk tujuan sosial atau bantuan secara cuma-
mana semuanya dibuat oleh warga cuma, namun khusus untuk golongan/kalangan
Wonolopo sendiri. Ada 6 rumah warga tertentu dan juga untuk tujuan tertentu.
yang biasa digunakan untuk menjual Akomodasi di Desa Wisata Wonolopo
cendera mata. termasuk dalam jenis akomodasi komersil
Kepuasan pelanggan bisa ditentukan dikarenakan masyarakat Wonolopo
dari keseluruhan perasaan dan sikap mmanfaatkan rumah mereka untuk dijadikan
seseorang terhadap suatu barang yang telah homestay, dengan membuka homestay dapat
dibeli (Solomon, 2002). Oleh karena itu memberikan manfaat dalam bidang ekonomi
pariwisata juga harus mengedepankan serta dapat menjadi bisnis yang berkelanjutan.
bagaimana perasaan puas yang dimiliki Dengan menghasilkan pendapatan melalui cara
pengunjung tercapai, salah satunya caranya menyewakan rumah mereka yang didesain
yaitu dengan melakukan pembenahan senyaman mungkin serta membuka
setidaknya pada amenities wisata. Untuk kesempatan kerja yang baru bagi mereka.
kedepannya pengembangan aminities yang Untuk homestay masyarakat Wonolopo
akan dilakukan di Desa Wisata Wonolopo membuka dari harga Rp.50.000-
adalah membangun sebuah Cafe Rp.75.000/semalam per-orangnya. Saat ini
Tongkrong yang di cafe tersebut nantinya sudah ada setidaknya total 16 rumah warga
konsepnya seperti foodcourt yang menjual yang dijadikan untu Homestay. Tidak semua
makanan dari UKM-UKM masyarakat rumah dapat dijadikan homestay, ada
Wonolopo dan ada toko souvenir disana. standarisasi yang harus dipenuhi agar suatu
Untuk tempatnya sudah tersedia yaitu di rumah dapat dijadikan sebagai homestay.
lahan kosong yang dekat dengan kantor Akomodasi lainnya di Desa Wisata Wonolopo
kelurahan Wonolopo. adalah terdapat Camp David Villa &. Resort.
Villa dan Resort ini dibandrol dengan harga
4. Accomodation (Akomodasi) Rp.350.000-425.000/permalamnya. Camp
Desa Wisata Wonolopo memiliki David Villa & Resort menawarkan fasilitas
bermacam akomodasi mulai guesthouse, dengan Wi-Fi gratis, AC, dan kolam renang.
homestay, hotel dan villa untuk Akomodasi yang ada di Desa Wisata saat
pengunjung. Keberadaan akomodasi di ini sudah cukup lengkap. Pengembangan untuk
Desa Wisata Wonolopo sebagai sarana akomodasi yang akan dilakukan kedepannya
penunjang atau fasilitas pendukung wisata, adalah penambahan jumlah homestay di Desa
juga membuka peluang bagi pengusaha Wisata Wonolopo. Penambahan homestay
atau masyarakat sekitar. dilakukan supaya lebih banyak dampak positif
Dalam teorinya Munavizt (2010) bagi masyarakat Wonolopo terhadap
mengemukakan bahwa akomodasi terbagi meningkatnya perekonomian dan
dalam tiga jenis antara lain: a) Akomodasi bertambahnya lowongan pekerjaan sehingga
dapat mengurangi pengangguran dengan
adanya Desa Wisata Wonolopo. 6. Ancillary Service (Layanan Tambahan)
Berkaitan dengan ancillary service di Desa
5. Activity (Aktivitas) Wisata Wonolopo, bahwa Pokdarwis
Desa Wisata Wonolopo memiliki Wonolopo dan Pokdarwis Manggar merupakan
bermacam aktivitas wisata yang dapat penyedia layanan wisata di Desa Wisata
dilakukan oleh pengunjung baik itu Wonolopo. Masing-masing Pokdarwis
kegiatan rekreasi, kegiatan seni budaya memiliki paket-paket wisatanya yang dijual
maupun kegiatan alam. Beberapa aktivitas kepada pengunjung. Walau begitu, tujuan
wisata di Desa Wisata Wonolopo antara mereka tetap sama yaitu ingin menjual potensi,
lain pembuatan log jamur tiram, membatik, keunikan dan kekhasan yang ada di Desa
meracik jamu, menanam, menjelajah agro, Wisata Wonolopo serta mengajak masyakat
membuat handycraft, melukis, belajar mengembangkan Desa Wisata Wonolopo
bermain gamelan. supaya dengan adanya Desa Wisata Wonolopo
Dari berbagai aktivitas wisata yang ada ini masyarakat ikut merasakan manfaat yang
terdapat beberapa aktivitas wisata yang ada.
dianggapnya unik yang membuat orang- Pokdarwis Desa Wisata Wonolopo
orang ingin tahu dan datang ke Desa Wisata mempromosikan destinasi-destinasi wisata
Wonolopo. Aktivitas wisata tersebut yang ada di desa melalui beberapa sosial media
terdapat pada kampung durian dan seperti facebook, instagram dan whatsapp.
kampung jamunya. Pengunjung dapat Mereka juga melakukan promosi dengan
menjelajah agro durian yang luas dan sosialiasi kepada masyarakat terutama untuk di
memakan durian sepuasnya apabila sedang daerah Mijen dan sekitarnya, juga ke
saatnya musim durian, karena kualitas sekolahan. Mengingat sistem wisata yang ada
durian yang ada di Wonolopo merupakan di Desa Wisata Wonolopo itu merupakan
durian dengan kualitas terbaik di Jawa package tour atau wisata menggunakan sistem
Tengah. Aktivitas unik lainnya adalah paket. Desa Wisata Wonolopo juga memiliki
ketika berada dikampung jamu, disini para website yang dipergunakan untuk promosi,
pengunjung akan di berikan ilmu terkait akan tetapi website tersebut sudah tidak pernah
cara meracik jamu dan meminum hasil di update dalam 2 tahun terakhir. Kelengkapan
racikannya, ilmu tentang perjamuan ini informasi mengenai Desa Wisata Wonolopo
tentu tidak bisa didapatkan di destinasi juga di kemas dalam bentuk brosur, yang
wisata lain, dan memang Desa Wisata nantinya juga di sosialiasikan dan dibagikan
Wonolopo terkenal akan Kampung kepada masyarakat. Tentunya hal ini supaya
Jamunya. mempermudah orang lain ketika mencari
Untuk kedepannya tentu Desa Wisata informasi mengenai Desa Wisata Wonolopo.
Wonolopo akan mengembangkan aktivitas- Untuk kelancaran kegiatan pariwisata
aktivitas wisata yang ada supaya Pokdarwis Desa Wisata Wonolopo dalam
pengunjung tidak merasa bosan dan dapat menjamu wisatawan-wisatawan yang datang,
berkunjung kembali. Aktivitas yang akan Pokdarwis Desa Wisata Wonolopo tentunya
dikembangkan di Desa Wisata Wonolopo bekerjasama dengan beberapa biro tour. Desa
adalah akan dibangunnya pusat refleksi dan Wisata Wonolopo tidak memilik kerjasama
fisioterapi dikampung jamu. Nantinya yang dilakukan dengan pihak swasta untuk
pengunjung bisa merasakan relaksasi menjadi CSR di Desa Wisata Wonolopo.
menggunakan media dari rempah-rempah Pokdarwis Desa Wisata Wonolopo sudah
yang biasa dibuat untuk jamu seperti beras mempunyai pemandu wisata di masing-masing
kencur,kunyit,kunir dan sebagainya jadi tim. Akan tetapi, masih sedikit jumlah
tanpa bahan kimia. pemandu wisata yang bersertifikasi di Desa
Wisata Wonolopo. Pokdarwis Manggar bumi perkemahan, Kesenian budaya
memiliki 4 pemandu wisata yang sudah Wonolopo, Wisata Agro dan berbagai Macam
bersertifikasi dan Pokdarwis Wonolopo eduwisata itu dapat menjadi suatu faktor
memiliki 2 pemandu wisata pendukung untuk berkembangnya Desa Wisata
bersertifikasi.Masih banyak yang perlu Wonolopo hal ini membuat pengelola Desa
dikembangkan dalam komponen ancillary Wisata semakin bersemangat untuk
service di Desa Wisata Wonolopo memikirkan terobosan-terobosan baru untuk
kedepannya termasuk dengan penambahan menambah atraksi wisata di Desa Wisata
jumlah pemandu wisata di Desa Wisata Wonolopo.
Wonolopo, juga perlu diperluas untuk
kerjasama terutama dengan para investor. Faktor Penghambat

Faktor Pendukung dan Penghambat Kesadaran dan Kemauan Masyarakat


dalam Pengembangan Desa Wisata Setempat untuk Mengembangkan Desa
Wonolopo Kota Semarang
Wisata
Faktor Pendukung Kesadaran dan kemauan masyarakat Wonolopo
menjadi sebuah hambatan untuk
Banyaknya potensi yang ada di Desa mengembangkan Desa Wisata Wonolopo
Wisata Wonolopo berimbas pada partisipasi masyarakat yang
Potensi yang ada di Desa Wisata Wonolopo tidak optimal. Wonolopo karena partisipasi
tidak kalah dengan Desa-Desa Wisata yang masyarakat masih kurang , Masyarakat Desa
lain. Hal ini tentu menjadi suatu faktor Wonolopo masih susah diajak untuk aktif ikut
pendukung dalam pengembangan Desa serta dalam pertemuan rutin sehingga dari
Wisata Wonolopo. Banyak potensi yang rendahnya partisipasi dan kesadaran
terdapat di kawasan Desa Wisata masyarakat menyebabkan keterbatasan sumber
Wonolopo yang masih bisa dikembangkan daya manusia yang mengelola destinasi wisata.
sehingga dapat kekuatan untuk
mendatangkan lebih banyak wisatawan. Kurangnya bentuk kerja sama dengan
Dengan banyaknya potensi-potensi yang pemerintah maupun investor
ada di Desa Wisata Wonolopo ini jika terus Bentuk kerjasama yang dilakukan pengelola
dikembangkan akan dapat memajukan Desa Wisata Wonolopo hanya dengan
Desa Wisata ini, dan tergantung bagaimana pemerintah dan perguruan tinggi. Belum ada
pula pengelola Desa Wisata dapat kerjasama yang dilakukan Pengelola Desa
mengajak masyarakat untuk ikut serta Wisata Wonolopo dengan pihak swasta
supaya dapat memberikan manfaat untuk maupun CSR. Masih kurangnya bentuk
bersama. kerjasama yang dilakukan oleh pengelola Desa
Wisata Wonolopo terutama dengan CSR yang
Terdapat Banyak Atraksi Wisata tidak ada sama sekali seperti perusahaan-
Atraksi wisata di Desa Wisata Wonolopo perusahaan inti dalam pariwisata entah itu
banyak ragamnya dan lokasinya berpencar- tour&travel agent, perhotelan serta sekolah
pencar di beberapa RW. Banyaknya pariwisata dan perhotelan, maupun brand-
Atraksi Wisata di Desa Wisata Wonolopo brand khas daerah seperti kuliner, fashion dan
menjadikan suatu faktor pendukung desa lainnya lagi yang amat berkepentingan dengan
wisata ini untuk berkembang. bahwa pariwsata. Padahal keterlibatan CSR dirasa
dengan adanya berbagai macam atraksi dapat membantu sebuah Desa Wisata dalam
wisata yang ada di Desa Wisata Wonolopo pengembangan desa wisata, terutama pada
seperti Kampung Jamu, Kampung Organik, infrastruktur.
Outbound (Experiential Learning), Ada
Lahan Hijau yang Semakin Berkurang Pengembangan untuk akomodasi yang
Lahan hijau di kawasan Desa Wisata akan dilakukan kedepannya adalah
Wonolopo sudah mulai berkurang karena penambahan jumlah homestay di Desa Wisata
adanya pembangunan-pembangunan baru Wonolopo.
untuk kawasan perumahan. Lahan hijau Aktivitas yang akan dikembangkan di
yang semakin sempit menjadi faktor Desa Wisata Wonolopo adalah akan
penghambat untuk berkembangnya Desa dibangunnya pusat refleksi dan fisioterapi
Wisata Wonolopo. Lahan hijau banyak dikampung jamu. Nantinya pengunjung bisa
yang diurug setelah itu dibangun untuk merasakan relaksasi menggunakan media dari
perumahan dan kos-kosan. Hal itu pada rempah-rempah
akhirnya menyebabkan banyaknya Berkaitan dengan ancillary service di Desa
ruralisasi baik itu hanya sekedar kos Wisata Wonolopo, Pokdarwis Wonolopo dan
maupun menetap di Wonolopo. Pendatang- Pokdarwis Manggar merupakan penyedia
pendatang yang masuk itu cenderung layanan wisata di Desa Wisata Wonolopo.
memiliki sifat yang individualis dan tidak
tidak tahu akan Desa Wisata Wonolopo. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan di
PENUTUP lapangan, maka upaya untuk mengatasi
Kesimpulan beberapa permasalahan dalam pengembangan
Desa Wisata Wonolopo , diantaranya adalah:
Pengembangan pariwisata di Desa Wisata 1. Pemerintah harus lebih memperhatikan
Wonolopo belum dikatakan optimal. Hal pengembangan Desa Wisata Wonolopo
tersebut disebabkan karena masih belum selain dengan memberikan pelatihan-
optimalnya komponen-komponen
pelatihan dan juga perlu diberikan adanya
pengembangan pariwisatanya. Pengelolaan
bantuan dana pengembangan untuk fasilitas
atraksi belum optimal. Dikarenakan dan aksesbilitas.
kurangnya partisipasi dari masyarakat 2. Pokdarwis Desa Wisata Wonolopo
sekitar, adanya ketidakpeduliaan diharapkan untuk membangun kerjasama
masyarakat akan Desa Wisata Wonolopo
dengan berbagai pihak baik itu dengan
karena mereka merasa tidak mendapatkan pemerintah maupun dengan investor atau
manfaat apa-ada dengan adanya Desa swasta.
Wisata Wonolopo Saat ini Desa Wisata 3. Pokdarwis Desa Wisata Wonolopo harus
Wonolopo sedang mengembangkan atraksi mengoptimalkan sosialisasi kepada
wisata yaitu Omah Ampiran. masyarakat terkait keberadaan dan manfaat
Aksesbilitas di Desa Wisata Wonolopo Desa Wisata Wonolopo supaya masyarakat
belum cukup baik, jalanan di Desa Wisata lebih meningkatkan partisipasinya dalam
Wonolopo terlihat masih banyak yang pengembangan Desa Wisata Wonolopo.
perlu dibenahi. Bis besar juga belum bisa
masuk sampai ke lokasi Desa Wisata DAFTAR PUSTAKA
Wonolopo dikarenakan kondisi jalan yang
Arida, dkk. 2017. Kajian Penyusunan Kriteria-
kurang luas. Kriteria Desa Wisata sebagai Instrumen
Pengembangan aminities yang akan Dasar Pengembangan Desa Wisata.
dilakukan di Desa Wisata Wonolopo Jurnal Analisis Pariwisata. Vol. 17 No. 1.
adalah membangun sebuah Cafe Bambang, Sunaryo. 2013. Kebijakan
Tongkrong yang di cafe tersebut nantinya Pembangunan Destinasi Pariwisata
konsepnya seperti foodcourt yang menjual Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.
makanan dari UKM-UKM masyarakat Yogyakarta: Gava Media.
Wonolopo dan ada toko souvenir. Brown, and Stange. 2015. Tourism
Destination Management. Leisure, Strategi Pengembangan dan
Washington University Pengelolaan Resort and Leisure.
Buhalis, Dimitros. 2000. Marketing Sinaga, Supriono. 2010. Potensi dan
The Competitive Destination of Pengembangan objek wisata di
The Future. Tourism. Journal of kabupaten Tapanuli Tengah. Tugas
Management. Volume 21, Issue Akhir. Program DIII Pariwisata.
1. Universitas Sumatera Utara.
Hadiwijoyo, Surya Sakti. 2012. Spillane J.J. 1987. Pariwisata Indonesia
Perencanaan Pariwisata Sejarah dan Prospeknya.
Perdesaan Berbasis. Masyarakat Yogyakarta.
(Sebuah Pendekatan Konsep).
Yogyakarta : Graha Ilmu. Sugiama, A Gima. 2014. Pengembangan
Bisnis dan Pemasaran Aset
Ikeanyibe et.al. 2017. Governance Pariwisata Edisi 1. Guardaya
Paradigm in Public Intimarta: Bandung.
Administration and The Dilemma
of National Question in Nigeria. Sukarna. 2011. Dasar –dasar Manajemen.
Review Article. Cogent Social Bandung: Mandar Maju.
Sciences.
Surat Keputusan Walikota Nomor 556/407
Keban, Yeremias. 2008. Enam Dimensi tahun 2012 Tentang Penetapan
Ilmu Administrasi Publik. Kelurahan Wonolopo dan Kelurahan
Yogyakarta: Gava Media. Nongkosawit Kecamatan
Gunungpati, Kelurahan Wonolopo
Munasef. 1995. Manajemen Kecamatan Mijen Sebagai Desa
Usaha Pariwisata di Wisata Kota Semarang.
Indonesia. Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung. Taolin, Arichita, dan Saptono. 2016.
Potensi Heritage yang Dimiliki oleh
Pearce, D. 1995. Tourism a Community Desa Wisata Tamkesi Kabupaten
Approach. 2nd: Harlow Timor Tengah Utara sebagai Daya
Longman. Tarik Wisata. Jurnal Destinasi
Pariwisata. Vol. 4 No 2.
Peraturan Daerah Kota Semarang
Nomor 5 Tahun 2015 tentang Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
Rencana Induk Pembangunan tentang Kepariwisataan.
Kepariwisataan Kota Semarang
Tahun 2015-2025. Yuniningsih, Tri. 2018. Analisis Jaringan
Aktor Dalam Implementasi
Pradana, Rezza. 2016. Analisis Kebijakan Pengembangan
Program Pembangunan Desa Wisata Kota Semarang.
Wisata Wonolopo di Kota Disertasi. FISIP, DAP,
Semarang. Skripsi, Departemen Universitas Diponegoro,
Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Semarang.
Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro. Zakaria, dan Suprihardjo. 2014. Konsep
Pengembangan Kawasan Desa
Putra, Agus Muriawan. 2006. Konsep Wisata di Desa Bandungan
Desa Wisata. Jurnal Manajemen Kecamatan Pakong Kabupaten
Pariwisata Volume 5 Nomer 1. Pamekasan. Jurnal Teknik Pomits.
Vol. 3, No.2
Sastrayuda, Gumelar . 2010. Konsep
Pengembangan Kawasan
Agrowisata. Hand Out Mata
Kuliah Concept Resort and

Anda mungkin juga menyukai