PENDAHULUAN
Judul
Kontribusi Wisata
Perdesaan Terhadap
Kesejahteraan
Masyarakat Perdesaan :
Studi Kasus Desa Wisata
Plempoh Kab. Sleman.
2011
Elida Nurrohmah.
Skripsi.
Peran Sektor Pariwisata
dalam Perekonomian
Wilayah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Andry Kurniawan
Saputra. 2012
Skripsi
Tujuan
Mengetahui kontribusi wisata
perdesaan terhadap
kesejahteraan masyarakat Desa
Plempoh.
Mengetahui bentuk dan tingkat
artisipasi masyarakat dalam desa
wisata.
Mengetahui peran sektor
pariwisata dalam perekonomian
wilayah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta
Mengetahui sebsektor dari
sektor pariwisata yang memiliki
nilai pengganda terhadap
pendapatan Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta yang
tertinggi.
Metode
Metode kualitatif dan
kuantitatif.
Pengumpulan data
utama: kuesioner,
observasi, wawancara
mendalam, data
sekunder dari pemda.
Analisis data deskriptif
dan Tabel Silang
Teknik pengolahan
statistik dengan metode
kuantitatif yang
dinyatakan dalam tabel
frekuensi
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Hasil
Masayarakat Dusun Duwung berpartisipasi pada perencanaan,
pengambilan keputusan dan usaha pariwisata.
Mayarakat Desa Wisata Plempoh tidak berkontribusi terhadap
peningkatan masyarakat, baik dilihat dari sisi kemanfaatan
desa wisata dan kesejahteraan masyarakat,
Partisipasi yang selama ini dibangun ternyata partisipasi semu.
Besar kecilnnya kontribusi desa wisata terhadap kesejahteraan
masyarakat dipengaruihi oleh tingkat partisipasinya dalam
kegiatan desa wisata tersebut.
Total permintaan. Peran jasa pariwisata dan sektor
pendukungnya dalam perekonomian Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta menduduki posisi paling penting dibanding
dengan sembilan sektor perekonomian lainnya.
Kontribusi besar terhadap pembentukan struktur permintaan
akhir dan permintaan antara yaitu menduduki peringkat
pertama.
Untuk konsumsi rumah tangga menduduki peringkat kedua
setelah sektor industri pengelolahan.
Untuk nilai ekspor menempati urutan pertama dan untuk
investasi mendududki peringkat ketiga setelah sektor
4
Kajian perkembangan
Desa Wisata Tembi di
Kabupaten Bantul.
Sekar. 2011
Skripsi.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Batasan hampir sama disampaikan oleh Bintarto (1984, dalam Sujali, 1989)
geografi sebagai ilmu yang mempelajari muka bumi dengan karakteristik sebagai
berikut:
Mempelajari fenomen-fenomena baik fisik maupun mahkluk hidup yang
berada di dalamnya.
Menganalisis permasalahan melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan
regional
Menyelesaikan permasalahan dengan program dan proses yang berorientasi
pada keberhasilan pembangunan.
Geografi pariwisata muncul sebagai bagian dari ilmu geografi yang semakin
berkembang pada obyek kajiannya. Geografi pariwisata adalah bidang atau
lingkup ilmu yang mempelajari tentang obyek wisata dengan penekanan
pembahasan pada masalah bentuk, jenis, persebaran dan juga termasuk wisatanya
sendiri sebagai konsumsi dari obyek wisata (Sujali, 1989).
Menurut Kusumayadi dan Sugiarto (2000) menjelaskan tentang ruang
lingkup pariwisata secara umum, seabgai berikut:
a. Wisatawan
Menyangkut karakter demografi, prilaku dan psikografik. Pengetahuan
akan mempengaruhi pengembangan industri pariwsata yang sesuai
permintaan pasar
b. Industri pariwisata
Menyangkut berbagai kegiatan ekonomi seperti restoran, penginapan,
pelayanan perjalanan, transporasi, pengembangan Daerah Tujuan Wisata
(DTW), fasilitas rekreasi dan atraksi wisata termasuk tenaga kerja atau
masyarakat yang terlibat di dalamnya.
c. Lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan
Sebagai pengembang bidang kepariwisataan dan penghasil tenaga kerja
d. Pemerintah
Melakukan koordinasi yang menyangkut perizinan, tinga penyerapan tenaga
kerja, distribusi pendapatan, strategi promosi dan lain sebagainya.
1.6.3. Ekowisata
Pada tahun 1990, The International Ecotourism Society mendefinisikan
Ekowisata sebagai berikut :
Ecotourism is defined as responsible travel to natural areas that
conserves the environment and improves the well being of local people
Memiliki makna tentang perjalanan yang bertanggungjawab ke alam dengan
memperhatikan lingkungan dan mendukung kesejahteraan masyarakat setempat.
Ekowisata memiliki prinsip-prinsip dalam implementasi sebagai kegiatan wisata,
meliputi:
Meminimalkan dampak
Membangun kesadaran dan rasa hormat terhadap lingkungan dan budaya
Memberikan
pengalaman
positif
untuk
kedua
pengunjung
dan
penyelenggara/host
Memberikan manfaat keuangan untuk konservasi
Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat
Membangun rasa peka bagi penyelenggara yang menjadi negara-negara
politik, lingkungan dan iklim sosial.
Menurut Wood (2002) ekowisata memiliki komponen, antara lain :
Berkontribusi untuk konservasi keanekaragaman hayati
Menopang kesejahteraan masyarakat setempat
Termasuk pengalaman interpretasi / belajar
Melibatkan tindakan yang bertanggung jawab pada bagian dari wisatawan
dan industri pariwisata
Apakah diberikan terutama kepada kelompok-kelompok kecil dengan
usaha kecil
Membutuhkan konsumsi serendah mungkin sumber daya yang tidak
terbarukan
Menekankan partisipasi lokal, kepemilikan dan peluang bisnis, terutama
bagi masyarakat pedesaan.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009
menjelaskan bahwa, ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah yang
9
yang
masih
alami
umumnya
bersifat
petualangan.
Ekowisata
KM.18/HM.001/MKP/2011
tentang
pedoman
Program
Nasional
untuk
meningkatkan
pemberdayaan
masyarakat
dan
gugusan
(cluster) DTW
model
11
WILAYAH PENGARUH
DESA 1
(usaha DTW, usaha souvenir)
DESA 4
(usaha kerajinan, kesenian,
usaha transportasi wisata)
DESA 2
(usaha pramuwisata, usaha
akomodasi)
DESA 3
(usaha kesenian lokal, usaha
akomodasi)
Gambar 1.1. Model Gugusan (Cluster) Daya Tarik Wisata Desa Terkait
Sumber : Permen Kebudayaan dan Pariwisata Nomor:
KM.18/HM.001/MKP/2011 tentang pedoman PNPM Mandiri Pariwisata
melalui Desa Wisata
b. Model Gugusan (cluster) Desa Wisata Desa Terkait
Model gugusan (cluster) Desa Wisata Desa Terkait merupakan model
pengembangan desa wisata sebagai pusat pengembangan, sedangkan desadesa lain menjadi pendukungnya. Pada gambar 1.2. Desa wisata berperan
sebagai katalis bagi pengembangan wilayah atau desa-desa di sekitarnya.
Dicontohkan terdapat 4 desa yaitu Desa 1, Desa 2, Desa 3 dan Desa 4. Desa
1 sebagai pemasok bahan baku; Desa 2 sebagai pemasok bahan pertanian,
Desa 3 sebagai basis kesenian lokal dan Desa 4 sebagai pemasok produk
pendukung. Keempat desa muncul karena desa wisata memiliki permintaan
akan pasokan bahan-bahan pendukung wisata.
12
WILAYAH
PENGARUH
DESA WISATA
sebagai katalis pengembangan
wilayah/desa-desa sekitar
DESA 1
(pemasok bahan baku
kerajinan)
DESA 4
(pemasok produk
pendukung )
DESA 2
(basis pertanian)
DESA 3
(basis kesenian lokal)
usaha
pariwisata
sebagai
pusat
dan
penggerak
pengembangan yang mampu mendistribusikan manfaat ekonomi bagi desadesa sekitarnya, misalnya hotel, resort dan kuliner yang memiliki
keterkaitan geografis dan keterkaitan secara langsung maupun tak langsung.
Pada gambar 1.3. usaha pariwisata yang terdiri atas atraksi kelompok
kesenian, kelompok kuliner dan pemasok (supplier) lokal menjadi bagian
dalam pengembangan usaha di desa wisata. Masing-masing usaha
pariwisata memiliki rantai pemasok ke 1 hingga ke n.
13
Supplier 2
(Local)
Petani 1
Supplier 2
(Local)
Usaha
Pariwisata
Petani. n
Petani n
Kelompok Kuliner
akomodasi,
makanan-minuman,
dan
kebutuhan
wisata
lainnya.
Berdasarkan hal tersebut, pembangunan desa wisata ini merupakan realisasi dari
pelaksanaan UU RI Nomor 32 Tahun 2004 tantang Otonomi Daerah. Oleh karena
itu setiap kabupaten yang berpotensi perlu memprogramkan pembangunan desa
wisata di daerahnya.
Desa wisata memiliki ketentuan untuk pengembangan desa wisata itu
sendiri maupun untuk percontohan desa lainnya. Disusunlah ketetapan persyaratan
yang harus dipenuhi oleh desa wisata agar berkelanjutan, yaitu (Priasukmana &
Mulyadin, 2001) :
1. Aksesbilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan
menggunakan berbagai jenis alat transportasi.
14
perlu
melakukan
penyesuaian
penawaran
(supply)
untuk
16
Dari segi sosial peningkatan jiwa wirausaha yang tinggi di para pelaku
usaha pariwisata. Dari segi budaya terjadi pergeseran nilai seperti kesadaran
penggunaan bahasa inggris, terbuka terhadap pembaharuan dan orientasi
komerisal.
5. Partisipasi warga
Dari segi sosial keikutsertaan masyarakat
Selain manfaat ekonomi terdapat manfaat budaya yang dapat dirasakan oleh
masyarakat. Alisjahbana (1983) menjelaskan bahwa, kebudayaan adalah ciptaan
budi manusia untuk mengatasi dorongan hidup. Beliau menggambarkan pola
kebudyaan dengan membedakan antara kebudayaan desa dengan kebudayaan
moderen. Pada gambar 1.4. terlihat kebudayaan desa di Indonesia bersifat statis
dikuasai oleh solidaritas agama dan seni. Ilmu pengetahuan serperti teori-teori
ilmuan, kekuasaan serta ekonomi memiliki peranan kecil dalam mempengaruhi
kondisi kebudayaan desa, sedangkan kebudayaan moderen bersifat dinamis
dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk tujuan
ekonomi setinggi mungkin. Perkembangan di kebudayaan moderen seiring
dengan mutu pendidikan yang terus ditingkatkan.
Kebudayaan Desa
Kebudayaan Moderen
Ekonomi
Teori
Kuasa
Teori
Ekonomi
Kuasa
Solidaritas
Solidaritas
Seni
Agama
Seni
Agama
atraksi
alam
dengan
mengkonservasi
alam
harus
memperhitungkan daya dukung yang terdiri atas (1) daya dukung ekologis
(ecological carrying capacity), (2) psikologis (psychological carrying
capacity), dan (3) sosial (sociological carrying capacity). Jika pengelola
hanya berorientasi pada market driven, maka tidak dibenarkan dalam
pengelolaan atraksi alam karena dapat berdampak negatif.
2. Pengelola Fasilitas
Terdapat 3 macam fasilitas yang dibutuhkan wisatawan menurut Mill dan
Morisson (1985, dalam Fandeli, 2002) antara lain:
a. Tempat menginap (loadging). Mempertimbangkan kualitas pelayanan
dengan
meningkatkan
kualitas
sumberdaya
tenaga
kerja
yang
profesional.
b. Makan dan minum. Makanan dan minuman yang disajikan memiliki
standarisasi seperti kebersihan dan cara penyajian.
c. Industri pendukung (support industries). Menyediakan kebutuhan
wisatawan berkaitan dengan cinderamata atau souvenir.
3. Pengelolan Infrastruktur dan transportasi
Pada ekowisata dan wisata minat khusus tidak terlalu membutuhkan banyak
insfrastruktur, tapi perkembangannya tidak akan secepat mass tourism yang
menghasilkan
jumlah
wisatawan
banyak.
Kualitas
pelayanan
dan
19
20
pramuwisata
adalah
usaha
yang
menyediakan
dan/
atau
sehat,
dan
olah
aktivitas
fisik
dengan
tujuan
transportasi
darat,
laut
dan
udara
(meliputi
ketersedian
Konsumen
Wisatawan
Angkutan
Motif Perjalanan
Kebutuhan dalam
Perjalanan
Pemasaran
Atraksi Wisata
Jasa Wisata
Angkutan Wisata
Supply
Produsen
Sebagai Investor
Masyarakat
Sebagai Pelaksana
Pemerintah dan
Pihak Swasta
Sebagai Pengelola
Sebagai Pemantau
dan evaluator
23
pada
pemerataan
dan
penyebarluasan
pembangunan
24
25
26
Potensi Desa
Perencanaan
Pengembangan
Pariwisata
Desa Wisata
Kunjungan
Wisatawan
Usaha
Pariwisata
Pembangunan
Sekretariat Wisata
Pengelolaan
DTW
Pemberdayaan
Masyarakat
Kesejahteraan Pekerja
Kesejahteraan Masyarakat
27