Anda di halaman 1dari 71

PEMERINTAHAN DAERAH

PERDESAAN DAN PERKOTAAN


Kode Mata Kuliah : MKK 14
SKS: 3 SKS
Semester : 2 (dua)
Koordinator Mata Kuliah :
DR.Ir. Made Adhika,MSP.
Anggota Team Teaching :
Dr.Ir.Tjok.Oka.Artha Ardana Sukawati,M.Si.
Dr.Ir. Made Adhika,M.SP.
Prof.Dr.Ir. Putu Rumawan Salain,M.Si. IAI
Deskripsi Singkat

Mata kuliah yang membahas teori, filosofi dan sejarah perkembangan


suatu pemerintahan; teori-teori analisis kebijakan pembangunan
(policy analysis) guna merumuskan visi, misi dan rencana strategi
pembangunan perdesaan dan perkotaan; standar dan kriteria-
kriteria dalam mewujudkan pemerintahan yang baik (good
governance), teori dan analisis pengambilan keputusan, manajemen
strategi, ekonomi manajerial dan kajian komprehensif aspek-aspek
prosedur pembangunan dan sektor sektor komponen pembangunan
dari aspek hukum, administrasi pemerintahan serta
pengembangannya; pengkajian kasus-kasus dan praktek
pemerintahan di dalam dan di luar negeri sebagai bahan studi
perbandingan dan pengembangan; serta kajian terhadap bentuk,
struktur dan fungsi lembaga-lembaga yang terlibat di dalam proses
pembangunan perdesaan dan perkotaan baik pemerintah, swasta
dan masyarakat serta mengkaji hubungan dan peran mereka dalam
pembangunan melalui materi: administrasi pemerintahan dan
pembangunan, teori administrasi, manajemen sumberdaya manusia
dan manajemen pembangunan perdesaan dan perkotaan.
Tujuan Pembelajaran

Pada akhir perkuliahan, mahasiswa mampu memahami dan mengkaji


bagaimana para stakeholder kota dan desa belajar dalam pengaruh
perkembangan pembangunan perdesaan dan perkotaan dalam
konteks pengaruh politik dan kecendrungan birokrasi yang mengisyaratkan
suatu manajemen publik yang efektif dan efisien; mampu
mengimplikasikannya pada organisasi pemerintahaan dan hubungannya
dengan aktor-aktor lain seperti: pihak swasta dan masyarakat dalam
pembangunan perdesaan dan perkotaan; serta mahasiswa mampu
menganalisis berbagai kebijakan untuk meningkatkan kinerja
pembangunan, standar kinerja pemerintahan, pembangunan lokal
kapasitas
(local capacity building), bekerjasama dengan sektor swasta dalam bentuk
kemitraan (patnership), proses pengambilan keputusan, teknis negosiasi,
kriteria-kriteria dan metode-metode manajemen pembangunan perdesaan
perkotaan yang efektif dalam mewujudkan pemerintahan yang baik (good
governance).
Bahan Bacaan Utama

 Collins, Paul. 1998. Public Administration and Development.


LAPAM.
 Bruton M.J. 1984. The Spirit and Purpose of Planning.
 Goudie, Andrew W.; David Stasavage. 1997. OECD Development
Centre: Corruption: The Issues. Head of Publications Service,
OECD,
 Humes, S.; E. Martin. 1969. The Structure of Local Government.
The Hague International Union of Local Authorities.
 Kaul, Mohan. 1997. The New Public Administration: Management
innovation in Government. London: Commonwealth Secretariat.
 Nas, P.J.M. 1986. Urban Management in Indonesia.
Dordrecht/Cinnaminson: Foris Publications.
 Reksowardoyo, Sukanto. 1985. Manajemen Strategi. Yogyakarta:
Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.
 Suwarsono. 1996. Manajemen Strategik: Konsep dan Kasus.
 Utama, Warsito.2007. Administrasi Publik baruy
Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
 Yunus, Hadi Sabari. 2008. Dinamika Wilayah Peri-Urban
Determinan Masa Depan Kota. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
 Dwipayna, Ari Dkk. 2006. Pembaruan Desa Secara
Partisipatif.Editor : Purwo Santoso. Yogayakarta :
Pustaka Pelajar Bekerjasama dengan S2 Politik Lokal
dan Otonomi Daerah UGM.
 Soehino. 1983. Perkembangan Pemerintahan di Daerah.
Yogyakarta : Liberty.
 Undang-Undang Otonomi Daerah terdiri dari UURI
No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
UURI no.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pusat dan Pemerintahan Daerah.
 Usman, Sunyoto.2008. Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.
Bahan Bacaan Tambahan
 Atmosudirdjo, Prajudi. 1986. Hukum Administrasi Negara. Ghalia
Indonesia. Jakarta.
 Soehino. 1983. Perkembangan Pemerintahan Di Daerah.
Liberty.Yogyakarta.
 Tambunan, A. 1974. Undang-Undang Republik Indonesia No.5
tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah, Latar
Belakang Beserta Proses Pembentukannya.Binacipta.Bandung.
 Widnyana, I Made. 1993. Kapita Selekta Hukum Pidana Adat. PT.
Eresco. Bandung.
 .................2001. Undang-Undang Otonomi Daerah 1999. Citra
Umbara.Bandung.
 .................2004. Undang-Undang Otonomi Daerah 2004. Citra
Umbara. Bandung.
 .................2002. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Sekretariat Jenderal MPR RI. Jakarta.
 Dll.
SATUAN ACARA
PERKULIAHAN
PEMERINTAHAN DAERAH
PERDESAAN
DAN PERKOTAAN

SPIRIT :
”KEBERSAMAAN DALAM
KE BHINEKAAN”
VISI :
”PEMERINTAH ADALAH
PELAYAN MASYARAKAT”
RINCIAN SAP
Minggu Tujuan Topik - Metod Sub-Topik Pengampu

1. Memperkenalkan Mata Kuliah, Pendahuluan  Orientasi umum tentang Koordinator


Team Teaching, Jadwal Kuliah, Presentasi topik mata kuliah dari (Putu Rumawan
Strategi Pembelajaran, Sistem & Tujuan s/d Manfaatnya Salain)
Evaluasi, Tugas, dan lainnya. Diskusi  Penjelasan Silabus s/d &
Intinya ada pada Teori, Konsep, jadwal kuliah. Team Teaching
Kasus, Pengalaman, ataupun juga  Pelaksanaan kuliah, tugas (Putu Rumawan
fenomena yang bermanfaat bagi (kecil,besar;tertulis, atau Salain, Tjok.Oka
Pengembangan Keahlian di Bidang presentasi), absensi, A.A.Sukawati, I
Perencanaan dan Manajemen evaluasi. Ketut Alit)
Pembangunan Desa dan Kota;  Daftar Pustaka
khususnya bertolak dari  Selayang pandang historis ,
Pemerintahan Daerah Perdesaan filosofis, tentang sistem
dan Perkotaan. pemerintahan.
 Teori, Konsep, istilah dalam
pemerintahan dan
hubungan-hubungannya
2. Menjelaskan historis & hierarkis Selayang Pandang Putu Rumawan
sistem pemerintahan dalam Sistem Pemerintahan . Salain
konteks pembangunan Nasional Presentasi
&
Diskusi
3. Mendalami dan mengetahui Hubungan Sistem Putu Rumawan
manajemen pemerintahan perdesaan Pemerintahan dengan Salain
dan perkotaan serta manfaat yang Manajemen
diperolehnya Pembangunan Desa dan
Kota.
Presentasi
&
Diskusi
4. Ekplorasi berbagai isu , fenomena, Paradigma Pemerintahan Putu Rumawan
konsep, teori (ideologi, hegemoni,dll) Kini ”Clean Governance”. Salain
yang terjadi disekitar kita serta Presentasi
mengetahui bahwa konsep dan teori &
yang dipergunakan sudah pada arah Diskusi
yang tepat atau sebaliknya !
5. Peran dan manfaat Pemerintahan Capacity Building. Tjok.Oka
perdesaan dan perkotaaan dalam Presentasi A.A.Sukawati,
pelayanan kehidupan dan &
penghidupan masyarakat Diskusi
6. Presentasi dan Diskusi tugas tentang 1. Mengetahui Koordinator
Konsep dan Teori Pemerintahan Kekuatan dan (Putu Rumawan
Perdesaan dan Perkotaan Kelemahan Sistem Salain)
Pemerintahan &
Nasional Team Teaching
2. Presentasi dan (Putu Rumawan
Diskusi dengan Salain, Tjok.Oka
landasan Kajian : A.A.Sukawati, I
 Literatur Ketut Alit)
 Kasus
1. Nilai Tengah
Semester.
7. Mengenalkan struktur , hubungan, Presentasi Tjok.Oka
kinerja, pendanaan, dll dari & A.A.Sukawati,
pemerintahan perdesaan dan Diskusi
perkotaan

8. Kewenangan Kabupaten Kota Presentasi Tjok.Oka


dengan Perdesaan serta perannya & A.A.Sukawati,
terhadap Provinsi dan Nasional. Diskusi

9. Menggali serta mengembangkan Presentasi Tjok.Oka


model-model manjemen & A.A.Sukawati,
pemerintahan perdesaan dan Diskusi
perkotaan
10. Menggali serta Presentasi I Ketut Alit.
mengembangkan berbagai isu , fenomena, &
konsep, teori, disertai dampak globalisasi Diskusi
(IT) disekitar kita dalam hubungannya
antara pemerintahan Dinas dengan Adat

11. Presentasi dan Diskusi tugas tentang 1. Mengetahui Koordinator


Mekanisme Hubungan Pemerintahan Kekuatan dan (Putu Rumawan
Perdesaan dan Perkotaan . Kasus Ruang, Kelemahan Mekanisme Salain)
Pajak, Pendidikan, Kepegawaian, dll Hubungan Pemerintahan &
dalam Otonomi Daerah. Perdesaan dan Perkotaan Team Teaching
2.Presentasi dan Diskusi (Putu Rumawan
dengan landasan Kajian : Salain, Tjok.Oka
Kasus A.A.Sukawati, I
Literatur Ketut Alit)
2.Nilai Tengah
Semester.

12. Menggali serta memperbandingkan nilai, Presentasi I Ketut Alit


bentuk, sistem pemerintahan adat ”tradisi” &
dalam Perencanaan Manajemen Diskusi
Pembangunan Desa dan Kota

13. Keragaman sekaligus Kesamaan ”Bhineka Presentasi I Ketut Alit


Tunggal Ika” dimaknai melalui interpretasi &
ideologi dan atau kekuasaan dalam model Diskusi
Pemerintahan perdesaan dan perkotaan
kini.
14. Membandingkan model dan sistem Presentasi I Ketut Alit
Pemerintahan Perdesaan dan &
Perkotaan tradisi ”adat” dan kini. Diskusi

15. Menjelaskan teori adaptasi, konflik, Presentasi I Ketut Alit


dan lainnya dalam membangun &
stake holdel dalam pemerintahan Diskusi
perdesaan dan perkotaan.

16. Presentasi dan Diskusi tugas  Mengetahui Koordinator


tentang Mekanisme Hubungan Kekuatan dan (Putu Rumawan
Pemerintahan Perdesaan dan Kelemahan Salain)
Perkotaan khususnya dengan Pemerintahan &
Pemerintahan Adat . Adat. Team Teaching
 Presentasi dan (Putu Rumawan
Diskusi dengan Salain, Tjok.Oka
landasan : A.A.Sukawati, I
 Kasus Ketut Alit)
 Literatur
 Nilai Akhir
Semester.
TIPE PEMERINTAHAN
(Suacana2006:59-Bali bangkit Kembali)
 Versi Plato  Socrates
1. Aristokrasi. memandang
Arsitokrasi sangat
2. Oligarki. ideal, menurutnya
3. Monarki (Tirani). tipe pemerintahan ini
4. Demokrasi. dijiwai oleh akal budi
 Versi Socrates sehingga setiap
kelas dimasyarakat
1. Aristokrasi melaksanakan fungsi
2. Timokrasi. secara maksimal dan
3. Oligarki. bekerjasama dengan
4. Demokrasi. harmonis dibawah
pemerintahan sang
5. Tirani raja yang filosof.
SISTEM PEMERINTAHAN
(Diperoleh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pemerintahan )

Sistem pemerintahan adalah sistem yang dimiliki suatu


negara dalam mengatur pemerintahannya. Sistem
pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga
suatu kestabilan negara itu. Namun di beberapa negara sering
terjadi tindakan separatisme karena sistem pemerintahan yang
dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat.
Sistempemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana
tidak bisa diubah danmenjadi statis. Jika suatu pemerintahan
mempunya sistem pemerintahan yang
statis, absolut maka hal itu akan berlangsung selama-lamanya
hingga adanyadesakan kaum minoritas untuk memprotes hal
tersebut.
Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga
kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku kaum
mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi
pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan,
ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem
pemerintahan yang kontinu dan demokrasi dimana
seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam
pembangunan sistem pemerintahan tersebut.Hingga saat
ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem
pemerintahan itu secara menyeluruh.
Secara sempit,Sistem pemerintahan hanya sebagai sarana
kelompok untuk menjalankan roda pemerintahan guna
menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan
mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari
rakyatnya itu sendiri.

Sesuai dengan kondisi negara masing masing, sistem ini


dibedakan menjadi:
1. Presidensial
2. Parlementer
3. Komunis
4. Demokrasi Liberal
5. Liberal
6. Kapital
SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIK
INDONESIA
Perkembangan dan dinamika sistem pemerintahan di Indonesia,
termasuk di dalamnya pengaruh dinamika politik yang terjadi
terhadap sistem pemerintahan :
1. dimasa awal kemerdekan,
2. masa Republik Indonesia Serikat,
3. Sistem pemerintahan dimasa demokrasi liberal,
4. sistem pemerintahan dimasa UUDS 1950,
5. sistem pemerintahan dimasa demokrasi terpimpin,
6. sistem pemerintahan masa Orde Baru dan
7. sistem pemerintahan di era reformasi. termasuk didalamnya
mendiskusikan tentang dinamika politik dan amandemen UUD
1945 serta implikasinya terhadap struktur politik

Rp
Rp
REPUBLIK
(Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
 Dalam pengertian dasar, sebuah republik adalah sebuah negara di mana tampuk
pemerintahan akhirnya bercabang dari rakyat, bukan dari prinsip keturunan bangsawan. Istilah
ini berasal dari bahasa Latin res publica, atau "urusan awam", yanng artinya kerajaan dimilik
serta dikawal oleh rakyat. Namun republik berbeda dengan konsep demokrasi. Terdapat kasus
dimana negara republik diperintah secara totaliter. Misalnya, Afrika Selatan yang telah menjadi
republik sejak 1961, tetapi disebabkan dasar apartheid sekitar 80% penduduk kulit hitamnya
dilarang untuk mengikuti pemilu. Tentu saja terdapat juga negara republik yang melakukan
perwakilan secara demokrasi.
 Konsep republik telah digunakan sejak berabad lamanya dengan republik yang paling terkenal
yaitu Republik Roma, yang bertahan dari 509 SM hingga 44 SM. Di dalam Republik tersebut,
prinsip-prinsip seperti anualiti (memegang pemerintah selama satu tahun saja) dan "collegiality"
(dua orang memegang jabatan ketua negara) telah dipraktekkan.
 Dalam zaman modern ini, ketua negara suatu republik biasanya
seorang saja, yaitu Presiden, tetapi ada juga beberapa pengecualian
misalnya di Swiss, terdapat majelis tujuh pemimpin yang
merangkap sebagai ketua negara, dipanggil Bundesrat, dan di
San Marino, jabatan ketua negara dipegang oleh dua orang.
 Republikanisme adalah pandangan bahwa sebuah republik
merupakan bentuk pemerintahan terbaik. Republikanisme juga
dapat mengarah pada ideologi dari banyak partai politik yang
menamakan diri mereka Partai Republikan. Beberapa dari antaranya
adalah, atau mempunyai akarnya dari anti-monarkisme
anti- . Untuk
kebanyakan partai republikan hanyalah sebuah nama dan partai-
partai ini, serta pihak yang berhubungan dengan mereka,
mempunyai sedikit keserupaan selain dari nama mereka.
REPUBLIK DAN KONSEP DEMOKRASI

 Banyak yang berpendapat negara republik adalah lebih demokratik


dari negara monarki. Namun itu semuanya sebenarnya bergantung
kepada siapa yang memegang kuasa eksekutif. Pada hampir
setengah negara-negara monarki, raja hanyalah sekedar lambang
kedaulatan negara, dan perdana menteri lebih berkuasa dari raja.
Monarki biasanya bertakhta seumur hidup dan kuasanya akan
diberi kepada saudara atau anak, atau dipilih mengikut peraturan
yang ditetapkan. Banyak negara monarki adalah demokratik.
 Dari segi mana yang lebih demokratik, memang tak ada perbedaan
yang jelas antara republik dan monarki. Di negara monarki, sering
Perdana Menteri mempunyai kuasa eksekutif lebih besar dibanding
rajanya, yang berkuasa dari segi adat istiadat saja. Dan ada juga
kasus di beberapa republik dimana Presidennya memerintah secara
totaliter. Misalnya, negara di bawah pimpinan Bokassa di
Republik Afrika Tengah. Walau begitu, biasanya republik sering
disamakan dengan demokrasi. Amerika Serikat misalnya dianggap
sebagai simbol demokrasi.
DEMOKRASI
(Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

 Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu


negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan
warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara
tersebut.
 Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik negara (eksekutif
( , yudikatif dan legislatif) untuk
diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen
( )
dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan
independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga
lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol
berdasarkan prinsip checks and balances.
 Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga
pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan
melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang
berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga
perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan
menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif
dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak
sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen
( ) dan yang
memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum
dan peraturan.
Explore the development of the theory and practice
of community development, community work, community
organization and community participation.
 Community. What is community and why should educators
be concerned with its organization and development
 Social capital. The notion of social capital is a useful way of
entering into debates about civil society and community
development, community organization and community
participation.
 Community development: we explore how the practice of
community development has evolved from its largely
colonial origins - and some current issues. The contrasts
with the community organization model.
 Community education: the theory and practice of community
education and how it relates to community development,
community organization and community participation.
 Community education, colonialism and development: We
explore in more detail the colonial nature of community
education (and community development) and some
important themes for practitioners in community
organization and community participation.
 Community organization: We explore this north
American tradition of community practice. We also
identify some historical and current themes in community
organization theory and practice.
 Community participation: popularized initially by
agencies associated with the United Nations, but what
actually is it and how does it relate to the theory and
practice of community development and community
organization?
 Community work: The development, current position ND
organization of community work in the UK reviewed.
Includes an annotated bibliography.
 Community studies: A review of the community studies
literature
SUSTAINABLE DEVELOPMENT
"Sustainable development is development that meets the
needs of the present without compromising the ability of
future generations to meet their own needs. It contains
within it two key concepts:
 the concept of needs, in particular the essential needs of
the world's poor, to which overriding priority should be
given; and
 the idea of limitations imposed by the state of
technology and social organization on the environment's
ability to meet present and future needs."
All definitions of sustainable development require that we
see the world as a system—a system that connects space;
and a system that connects time.
 When you think of the world as a system over space, you grow to
understand that air pollution from North America affects air quality in
Asia, and that pesticides sprayed in Argentina could harm fish
stocks off the coast of Australia.
 And when you think of the world as a system over time, you start to
realize that the decisions our grandparents made about how to farm
the land continue to affect agricultural practice today; and the
economic policies we endorse today will have an impact on urban
poverty when our children are adults.
 We also understand that quality of life is a system, too. It's good to
be physically healthy, but what if you are poor and don't have
access to education? It's good to have a secure income, but what if
the air in your part of the world is unclean? And it's good to have
freedom of religious expression, but what if you can't feed your
family?
 The concept of sustainable development is rooted is this sort of
systems thinking. It helps us understand ourselves and our world.
The problems we face are complex and serious—and we can't
address them in the same way we created them. But we can
address them.
CAPACITY BUILDING
 Brown (2001:25) mendefinisikan capacity building
sebagai suatu proses yang dapat meningkatkan
kemampuan seseorang, suatu organisasi atau suatu
sistem untuk mencapai tujuan-tujuan yang dicita-
citakan.
 Morison (2001:42) melihat capacity building sebagai
suatu proses untuk melakukan sesuatu, atau
serangkaian gerakan, perubahan multi level di dalam
individu, kelompok-kelompok, organisasi-organisasi dan
sistem-sistem dalam rangka untuk memperkuat
kemampuan penyesuaian individu dan organisasi
sehingga dapat tanggap terhadap perubahan lingkungan
yang ada.

*) Sumber, Karwono, H. 2008


TINGKATAN PENGEMBANGAN
KAPASITAS
• PENGETAHUAN
TINGKAT •KETERAMPILAN
INDIVIDU •KOMPETENSI
•ETIKA

•SUMBER DAYA
TINGKAT
•KETATA LAKSANAAN KAPASITAS
KE
•STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH
LEMBAGA
•SISTEM PENGAMBILAN DAERAH
AN
KEPUTUSAN

•PERATURAN
TINGKAT •PERUNDANGAN
SISTEM •KEBIJAKAN PENDUKUNG

*) Sumber, Karwono,H. 2008


PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN KAPASITAS DAN 8
AGENDA NASIONAL PENGEMBANGAN KAPASITAS

 PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN KAPASITAS


1. Bersifat multidimensi, berorientasi jangka panjang
2. Melibatkan multi stakeholder
3. Bersifat deman driven
4. Mengacu pada Kebijakan Nasional
 8 AGENDA NASIONAL PENGEMBANGAN KAPASITAS DI MASING2
KOTA/KABUPATEN
1. Pengembangan peraturan perundangan yang dibutuhkan untuk
mendukung desentralisasi.
2. Pengembangan kelembagaan daerah.
3. Pengembangan personil daerah.
4. Pengembangan keuangan daerah.
5. Peningkatan kapasitas DPRD, BPD, organisasi non-pemerintah,
organisasi kemasyarakatan.
6. Pengembangan sistem perencanaan.
7. Pembangunan ekonomi daerah dan
8. Pengembangan kemampuan mengelola masa transisi.

*) Sumber, Karwono, H. 2008


Apa Itu Agenda Lokal 21 dan SDNP?

Ini merupakan agenda untuk


pembangunan berkelanjutan menuju abad
21, yang mana dari pada, sesuai dengan
petunjuk bapak Presiden dan kepala lainnya
pada KTT Bumi di Rio de Janeiro (Juni
1992). Dikutip dari situs Capacity 21:
Agenda 21 merupakan program aksi komprehensif yang
disetujui oleh para delegasi dari hampir semua negara di dunia
pada ("KTT
(" BUMI") -- konferensi UNCED (United Nations
Conference on Environment and Development) -- di Rio de
Janeiro tahun 1992 yang silam. Agenda 21 menyajikan cetak
biru untuk aksi di semua bidang yang berhubungan dengan
pembangunan berkelanjutan untuk planet Bumi ini, semenjak
dari sekarang hingga abad ke 21.
Pasal 28
Berhubung banyak masalah Agenda 21 beserta
penyelesaiannya berakar pada kegiatan Lokal,
keikut-sertaan serta kerjasama dari pemerintah
daerah akan merupakan faktor yang sangat
menentukan
Pasal 40
Pembangunan Berkelanjutan merupakan proses
yang mana dari pada, ekonomi, finasial,
perdagangan, energi, pertanian, industri, dan
kebijaksanaan lainnya dirancang agar secara
ekonomis, sosialis, and lingkungan yang
berkelanjutan.
1. Menanggulangi kemiskinan
dan kelaparan 8 MDG’s - 2015
2. Mencapai pendidikan dasar
untuk semua
3. Mendorong kesetaraan
gender dan pemberdayaan
perempuan
4. Menurunkan angka kematian
anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Memerangi penyebaran
HIV/AIDS, Malaria dan
Penyakit menular lainnya
7. Pelestarian lingkungan hidup
8. Membangun kemitraan global
dalam pembangunan.
URBAN MANAGEMENT PROGRAMME

The Urban Management Programme (UMP) established in


1986, represents a major effort by UN-HABITAT and
UNDP, together with external support agencies, to
strengthen the contribution that cities and towns in
developing countries make towards economic growth,
social development and the alleviation of poverty. Over
the past 18 years, UMP has been able to promote
innovative urban management practices, establish and
strengthen municipal networks, and influence local and
national urban policies and programmes. As a network of
over 40 anchor and partner institutions covering 140
cities in 58 countries, it has been able to provide a
platform for partners to engage in work related to
emerging urban themes and processes.
GOOD GOVERNANCE
Meskipun kata Good Governance sering disebut pada berbagai event dan
peristiwa oleh berbagai kalangan, pengertian Good Governance bisa berlainan
antara satu dengan yang lain. Ada sebagian kalangan mengartikan Good
Governance sebagai kinerja suatu lembaga, misalnya kinerja pemerintahan
suatu negara, perusahaan atau organisasial masyarakat yang memenuhi
prasyarat-prasyarat tertentu. Sebagian kalangan lain ada yang mengartikan
good governance sebagai penerjemahan konkret demokrasi dengan
meniscayakan adanya civic culture sebagai penopang sustanaibilitas demokrasi
itu sendiri.
Masih banyak lagi ‘tafsir’ Good Governance yang diberikan oleh berbagai pihak.
Seperti yang didefinikan oleh World Bank sebagai berikut: Good Governance
adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang
efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi
baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta
penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.
Namun untuk ringkasnya Good Governance pada umumnya diartikan sebagai
pengelolaan pemerintahan yang baik. Kata ‘baik’ disini dimaksudkan sebagai
mengikuti kaidah-kaidah tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Good
Governance.
Prinsip-prinsip Good Governance
Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas
prinsip-prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan
didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya
pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua
unsur prinsip-prinsip good governance. Menyadari pentingnya masalah
ini, prinsip-prinsip good governance diurai satu persatu sebagaimana
tertera di bawah ini:
1. Prinsip-prinsip Good Governance
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan
keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga
perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi
menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan
mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara
konstruktif.
2. Tegaknya Supremasi Hukum
Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu,
termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi
manusia.
3. Transparansi
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas.
Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi
perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan
informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan
dipantau.
4. Peduli pada Stakeholder
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus
berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan.
5. Berorientasi pada Konsensus
Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-
kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus
menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok
masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-
kebijakan dan prosedur-prosedur.
6. Kesetaraan
Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka.
7. Efektifitas dan Efisiensi
Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil
sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-
sumber daya yang ada seoptimal mungkin.
8. Akuntabilitas
Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-
organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat
maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk
pertanggung jawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari
jenis organisasi yang bersangkutan.
9. Visi Strategis
Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke
depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta
kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan
perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman
atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi
perspektif tersebut.
PILAR-PILAR GOOD GOVERNANCE

Good Governance hanya bermakna bila keberadaannya ditopang oleh


lembaga yang melibatkan kepentingan publik. Jenis lembaga tersebut
adalah sebagai berikut :

1. Negara

a. Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yang stabil


b. Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan
c. Menyediakan public service yang efektif dan accountable
d. Menegakkan HAM
e. Melindungi lingkungan hidup
f. Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik
2. Sektor Swasta

a. Menjalankan industri
b. Menciptakan lapangan kerja c. Menyediakan insentif bagi
karyawan
d. Meningkatkan standar hidup masyarakat
e. Memelihara lingkungan hidup
f. Menaati peraturan
g. Transfer ilmu pengetahuan dan tehnologi kepada masyarakat
h. Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM

3. Masyarakat Madani

a. Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi


b. Mempengaruhi kebijakan publik
c. Sebagai sarana cheks and balances pemerintah
d. Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah
e. Mengembangkan SDM
f. Sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat
AGENDA GOOD GOVERNANCE
Good Governance sebagai suatu gerakan adalah segala
daya upaya untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang
baik. Oleh karena itu gerakan good governance harus
memiliki agenda yang jelas tentang apa yang mesti
dilakukan agar tujuan utamanya dapat dicapai. Untuk
kasus Indonesia, agenda good governance harus
disesuaikan dengan kondisi riil bangsa saat ini, yang
meliputi:
1. Agenda Politik
2. Agenda Ekonomi
3. Agenda Sosial
4. Agenda Hukum
HEGEMONI
Antonio Gramsci ( 1891-1937)
 Kekuasaan “Penguasaan” :
1. Penguasaan kesadaran melalui jalan pemaksaan dan kekerasan
(coercive).
2. Penguasaan lewat jalan hegemoni (kepatuhan dan kesadaran
pada elemen masyarakat.
Hegemoni karya Gramsci menumbangkan thesis Marxisme yang
mengedepankan ekonomi sebagai akar kekuasaan. Gramsci
berpandangan bahwa budaya dan kultur dapat menjadi alat
kekuasaan.

Untuk menjawab fenomnena ketika ityu Gramsci menawarkan adanya


blok solidaritas yang bertujuan menggalang seluas mungkin
munculnya kekuatan intelektual yang memilki visi dan sikap
dalam mendukung kebebasan.

Dua corak intelektual tsb oleh Gramsci dibedakan atas : Intelektual


Tradisional dan Intelektual Organik.
IDEOLOGI
Sistem berpikir, sistem kepercayaan yang
berkaitan dengan tindakan-tindakan sosial
dan politik. Dalam perkembangan
selanjutnya ideologi lebih banyak
dihubungkan dengan asimetri kekuasaan,
dengan pembenaran dominasi. OLeh
karenanya ideologi selalu dikaitkan
dengan Marxis dan berbagai paham
kelomok kiri lainnya.
POLITIK
(Sanderson,Stephen.K.1993;295)
 Polity atau sistem politik adalah aspek
masyarakat yang berfungsi untuk
mempertahankan hukum dan ketertiban di
dalam suatu masyarakat dan untuk mengatur
hubungan–hubungan eksternal diantara dan di
kalangan masyarakat.
 Politik terdapat secara universal dalam
masyarakat manusia karena semua masyarakat
mempunyai berbagai cara pengendalian sosial
dan pembuatan keputusan
 Mekanisme politik ada 3 yaitu : Pengaruh :
Kekuasaan, dan Kewenangan
EVOLUSI POLITIK (298)
N TAHAP CIRI-CIRI TYPE TEKNOLOGI
O SUBSISTENSI
1. Kumpulan Peran politik primer ialah pada kepala, dengan Berburu dan
kemampuan kepemimpinan informal dan tidak Meramu
mempunyai kekuasaan atas yang lainnya
2. Suku Pemimpin mempunyai prestise yang tinggi tapi sedikit Hortikulturalis
atau sama sekali tidak mempunyai sederhana dan
kekuasaan.Kepemimpinan khususu terbatas pada beberapa
tingkat desa setempat. Berperan sebagai distributor Penggembalaan
ekonomi.
3. Chiefdom Suartu pemerintahan sipil yang tersentralisasi, Hortikulturalis
terorganisasi menjadi suatu hirarki kepemimpinan dan sebagian yang
aparatnya yang berkuasa. Desa –desa individual intensif, pemburu-
kehilangan otonomi politiknya dan tersubordinasi pada peramu,dan
wewenang yang tersentralisasi masyarakat
peternak
4. Negara Suatu sistem poklitik yang mempunyai komnsentrasi Agraris semacam
kekuasaan yang besar di rangan beberapa orang, holtikultura yang
memonooli alat pemaksa mengambilproduksi surplus, intensif dan semua
dan suatu ideologi yang syah masyarakat industri
modern
BERAPAKAH JUMLAH MASYARAKAT MISKIN
& PENGANGGURAN DI INDONESIA ?
 Penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2004 yang lalu adalah
36,1 juta jiwa atau sama dengan 16,6 % jumlah penduduk
Indonesia (Menko Kesra, Alwi Syihab pada
(http://www.infoanda.com). Kini dengan berbagai krisis dan
bencana yang menimpa Indonesia angka penduduk miskin
diperkirakan meningkat.
 Tahun 2006 yang lalu penduduk Indonesia berjumlah 219 juta jiwa.
 Rachmawati,2008 menyebutkan ada 76,4 juta jiwa penduduk
miskin di Indonesia pada tahun 2007 yang lalu ).
 Penduduk miskin di Kota Yogyakarta pada bulan Maret 2009
dituliskan berjumlah 585 ribu jiwa lebih (
http://www.yogyakarta.bps.go.id).
 Pengangguran terdidik hingga Agustus 2008 untuk tingkat sarjana
di Indonesia mencapai 961.000 orang (BPS 2008), 1.11 juta lulusan
SMK menganggur,SMA sejumlah 2,14 juta. Total ada 10 juta
penganggur ( Moerdiyanto,2008, dalam Salain,2009).
 Pengangguran di Bali pada tahun 2008, proporsi tertinggi adalah
lulusan SMK sebesar 7,57% disusul lulusan perguruan tinggi
sebesar 6,88% (Tim Makro Ekonomi Bali 2008, dalam Salain,
KEMISKINAN VS KESEHATAN
MISKIN TIDAK SEHAT ATAU TIDAK SEHAT MISKIN - KARANGASEM
KEMISKINAN
KEBIJAKAN DAN KEBIJAKAN DAN
PROG UMUM PROG KHUSUS
PEMBANGUNAN PENANGGULANGAN
INDONESIA KEMISKINAN
METODE
BELUM
TEPAT

Belum paham Kelemahan kondisi


kondisi spesifik alam dan kultural,
masy miskin, lemah perilaku dan
Kebutuhan dan kepribadian, lemah
harapan, hanya kemampuan
jadi obyek, berusaha,
Kondisi kemiskinan Keterbatasan akses
konfigurasi faktor
di Karangasem
penyebab
sebanyak 40.272
KK atau 39,13%
*) Sumber, Prof.Suparta-UNUD.
PEMANFAATAN

IT

BANDINGKAN POSISI
PERINGKAT
INTERNET
DENGAN IPM
DESA
 Desa, atau udik, menurut definisi universal, adalah sebuah
aglomerasi permukiman di area perdesaan (rural). Di Indonesia,
istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di
bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa, sedangkan di
Kutai Barat, Kalimantan Timur disebut Kepala Kampung atau
Petinggi.
 Sejak diberlakukannya otonomi daerah Istilah desa dapat disebut
dengan nama lain, misalnya di Sumatera Barat disebut dengan
istilah nagari, dan di Papua dan Kutai Barat, Kalimantan Timur
disebut dengan istilah kampung. Begitu pula segala istilah dan
institusi di desa dapat disebut dengan nama lain sesuai dengan
karakteristik adat istiadat desa tersebut. Hal ini merupakan salah
satu pengakuan dan penghormatan Pemerintah terhadap asal usul
dan adat istiadat setempat.
Desa di Indonesia
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Desa, disebut
bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian
dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian
dari perangkat daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak
mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah
desa dapat ditingkatkan statusnya menjadi kelurahan.
Kewenangan desa adalah:
 Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak
asal usul desa
 Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan
pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan
masyarakat.
 Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota
 Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa.
Pemerintahan Desa dan Kepala Desa
Pemerintahan Desa
Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas Pemerintah Desa (yang meliputi
Kepala Desadan Perangkat Desa) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Kepala Desa
Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan
dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan
Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.
Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh penduduk desa setempat.
Syarat-syarat menjadi calon Kepala Desa sesuai Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 sbb:
1. Bertakwa kepada Tuhan YME
2. Setia kepada Pacasila sebagai dasar negara, UUD 1945 dan kepada NKRI, serta Pemerintah
3. Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat
4. Berusia paling rendah 25 tahun
5. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
6. Penduduk desa setempat
7. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat
5 tahun
8. Tidak dicabut hak pilihnya
9. Belum pernah menjabat Kepala Desa paling lama 10 tahun atau 2 kali masa jabatan
10. Memenuhi syarat lain yang diatur Perda Kab/Kota
Perangkat Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa
Perangkat Desa
Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya. Salah satu perangkat desa adalah Sekretaris
Desa, yang diisi dari Pegawai Negeri Sipil. Sekretaris Desa diangkat oleh
Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota.
Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa,
yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
Badan Permusyawaratan Desa
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD
adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan
wilayah. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat,
golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat
lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat
diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan
dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala
Desa dan Perangkat Desa. BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa
bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Keuangan Desa
Keuangan desa
Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa
didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), bantuan
pemerintah dan bantuan pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah
daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBD.
Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa
Sumber pendapatan desa terdiri atas:
 Pendapatan Asli Desa, antara lain terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa
(seperti tanah kas desa, pasar desa, bangunan desa), hasil swadaya dan partisipasi,
hasil gotong royong
 Bagi hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota
 bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
 bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;
 hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.
APB Desa terdiri atas bagian Pendapatan Desa, Belanja Desa dan Pembiayaan.
Rancangan APB Desa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa.
Kepala Desa bersama BPD menetapkan APB Desa setiap tahun dengan Peraturan
Desa.
Lembaga Kemasyarakatan
Lembaga kemasyarakatan
Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan,
yakni lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah
desa dalam memberdayakan masyarakat. Lembaga
kemasyarakatan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Salah satu fungsi lembaga kemasyarakatan adalah
sebagai penampungan dan penyaluran aspirasi
masyarakat dalam pembangunan. Hubungan kerja
antara lembaga kemasyarakatan dengan Pemerintahan
Desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif.
Pembentukan Desa
Pembentukan desa
Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan
asal-usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Pembentukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa,
atau bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu
desa menjadi dua desa atau lebih, atau pembentukan desa di luar
desa yang telah ada.
Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan
berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan
memperhatikan saran dan pendapat masyarakat setempat. Desa
yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi dari
pegawai negeri sipil.
Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, kekayaannya
menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang
bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat.
Pemberdayaan Masyarakat Adat
A. Latar Belakang
 UU No.22 tahun 1999 memberikan inspirasi baru bagi komunitas adat untuk melakukan
revitalisasi lembaga adat bahkan ada trend yang menonjol dari gerakan adat yang
mengarah pada upaya mewujudkan pemerintahan adat yang otonom. Angan angan
untuk mewujudkan kembali pemerintahan adat itu dilandasi oleh beberapa alasan
Pertama, sebelum Orde Baru bercokol khususnya sebelum berlakunya UU No.5 tahun
1979, pemerintahan adat pernah hidup dan menjadi arena bagi komunitas lokal untuk
mewujudkan kehidupan bersama, bahkan pemerintah kolonial Belanda mengakui
eksistensi adanya masyarakat adat di Indonesia dan diakui pula memiliki organisasi
yang mengelola sendiri komunitasnya (self governing community). Organisasi ini pada
jaman kolonial Belanda ditransformasikan sebagai pemerintahan yang memiliki otonomi
asli, Kedua, pemerintahan adat dipandang lebih sesuai dengan kontruksi simbolik
danempirik tentang pengerlolaan kekuasaan di tingkat komunitas lokal. Jika tata
pemerintahan desamempresentasikan tentang sistem sosial-budaya dalam masyarakat
desa di Jawa, maka sebaliknya tata organisasi adat mencerminkan tentang sistem
sosial-budayamasyarakat suku di luar Jawa, Ketiga, pemerintahan adat itu dapat
memberikan akses dan kontrol bagi warga masyarakat asli, Pilihan ketiga ini muncul
sebagai respon terhadap fakta bahwa penduduk asli yang menjadi komunitas adat
terancam akses ekonomi dan politiknya karena masuknya pendatang di sektor
pemerintah dan swasta yang berkembang di wilayah komunitas adat. Tetapi jika
dicermati dengan seksama diantara penyebab proses termarjinalisasinya adat ada
beberapa hal penting yang dapat digunakan sebagai indikator, diantaranya adalah,
Lemahnya Basis Ekonomi Adat
 Meskipun memiliki modal sosial yang cukup handal dalam arti
terbangunnya solidaritas yang handal antara aktifis adat dan
masyarakatnya. Organisasi adat selalu
menghadapi kekurangan guna melakukan konsolidasi berbagai
aktifitasnya. Di tengah situasi warga masyarakat adat yang hidup
dalam kemiskinan dan tidak adanya sumber dana yang tersedia,
maka jalan yang ditempuh adalah menggantungkan pada kebaikan
elite politik itu menjadi pilihan yang mudah dilakukan, ironisnya elit
politik justru mengeksploitasi ketergantungan warga adat untuk
menjinakkan gerakan adat dan mendukung aktifitas politiknya, ,
dengan demikian sumber daya alam yang mestinya tersedia untuk
kepentingan warga adat justru digunakan untuk kepentingan jangka
pendek oleh elit politik, birokrasi, dan investor tetapi bukan untuk
kepentingan warga adat. Warga adat menjadi penonton proses
eksploitasi sumber ekonomi lokal oleh para investor, elit politik dan
birokrasi lokal secara besar besaran tanpa. ada pembelaan yang
berarti dari institusi hukum dan stakeholders.
Dominasi Negara atas Peran Perempuan
 Dominasi negara atas perempuan juga bagian proses marginalisasi
warga adat yang serius, hal ini tercermin dalam kebijakan negara
yang sebenarnya tidak netral, karena didalam kebijakan hukum
terbias nilai nilai patriarkat dan ideologi gender, Kebijakan negara
ini, yang diwarisi secara turun temurun sejak masa kolonial,
didasarkan atau bertolak dari dua asas, Pertama, lemahnya
perlindungan hukum atas perempuan pada wilayah peran politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan persoalan struktural yang
memberikan landasan pembenaran terhadap dominasi laki laki atas
perempuan, Kedua, kesenjangan atau ketidak setaraan rasial ,
prinsip ini yang menjadi landasan utama dan hidupkan terus
menerus oleh rezim (terutama oleh rezim Orde Baru), karena
dominasi ini diwujudkan dalam lembaga lembaga yang ikut
memperkokoh dominasi ideoligi negara atas perempuan.
Lunturnya Partisipasi Politik Masyarakat Lokal
 Ketika pemerintah Orde Baru berkuasa, ia berusaha menarik semua
kendali perpolitikan pada negara, pemerintah melakukan
depolitisasi warga adat di pedesaan, startegi yang digunakan oleh
pemerintah adalah foating mass (massa mengambang), dengan
melarang masuknya berbagai aktifitas dan organisasi politik warga.
Secara institusional warga lokal di pedesaan disterilkan dari
kekuatan politik, terutama dari kepolitikan massa. Dengan kontruksi
seperti itu pemerintah secara rasional bisa membangun perpolitikan
mayoritas tunggal melalui dukungan yang diberikan pada golongan
tertentu. Perlakukan represif pemerintah Orde Baru terhadap
masyarakat adat mengakibatkan trauma yang panjang dan matinya
inisiatif lembaga serta warga adat untuk berinisiasi dalam kebijakan
publik yang dilaksanakan oleh elit pemerintah untuk membangun
tata pemerintahan yang baik transparan dan bertanggung jawab.
Lokalisme Versus Sentralisme
 Etnisitas dan lokalitas adalah dilema, sejak terjadi otonomi lokal, gelembung
kesadaran etnisitas sebagai pilar institusi adat menguat, dan jika
dikonfrontasikan dengan ideologi sentralisme peran lokalitas tentu
bermakna positif yaitu bentuk perlawanan terhadap hegemoni pemerintahan
yang sentralistik, Ruang baru bagi lokalitas untuk hidup itu berarti menjadi
parameter pelaksanaan demokrasi , dalam relasi kekuasaan pusat dan
daerah, atau negara dan masyarakat. Melalui desentralisasi untuk
penguatan warga lokal maka partisipasi dan kontrol warga akan
menemukan ruang aktualitasnya. Segala bentuk pemangkasan potensi
lokal oleh pusat dapat dicegah karena distribusi kekuasaan relatif adil dan
merata. Namun kenyataan paradoksalpun bermunculan, Restrukturisasi
adat lahir sebagi entitas: nilai, ritualisme dan sistem kekuasaan lebih
cenderung berkutat pada romantisme kultural masa lalu. Dan bukan
mustahil memiliki pretensi politik dibalik pengembalian romantisme itu.
Pengalaman selama ini menunjukan, bersamaan menguatnya eksistensi
adat ternyata disertai pula menebalnya ideologi etnik yang dalam bahasa
populer disebut etnonasionalisme . Fenomena ini dianggap sebagai hal
yang biasa pada era “pancaroba” tetapi jika dalam prosesnya kemudian
muncul eksklisivisme maka jelas menjadi persoalan dikemudian hari.
Problem Hukum Adat
Sejak diberlakukannya UU No. 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, hampir
dipastikan pemerintahan adat satu demi satu mengalami pergeseran pola dan
sistemnya, meskipun secara normatif hukum adat ada tetapi hampir tidak ada
lembaga masyarakat adat yang legitimatif untuk melaksanakannya. Termasuk di
Musi Rawas model Pemerintahan Marga juga menyesuaikan diri dengan pola
pemerintahan Jawa, UU No.5 tahun 1979 telah menjadikan Pemerintahan Marga di
Musi Rawas terbagi menjadi beberapa desa sehingga elit adat berkompetisi untuk
menjadi elit politik lokal/desa, mengingat dengan peranan ini mereka mempunyai
akses ekonomi, Sementara itu komunitas masyarakat adat hanya menjadi rakyat
biasa tanpa ada peruabahan yang berarti. Sementara itu setelah UU No.22/ 1999
diimplementasikan, Kebijakan otonomi daerah menempatkan otonomi masyarakat
adat tetap belum berdaya karena implikasi UU No. 5 /1979 selama tiga dasa warsa
telah menghancurkan basis struktural dan kultural masyarakat adat. Pengikat sistem
dan kelembagaan masyarakat adat adalah nilai lokal dalam bentuk hukum adat.
Dalam konteks pemberlakuan hukum adat, Hukum adat memiliki nilai moral tinggi di
kalangan komunitas masyarakat adat. Namun di sisi lain, ia mengandung konfliktual
dengan hukum positif nasional, mengingat kelembagaan dan sanksi yang berlaku
berbeda, Misalnya hukum adat masyarakat Musi rawas tentang pengelolaan hutan
dan sumber galian, oleh kalangan investor dan pemegang HPH tidak mau
memperhatikan aturan adat secara serius mengingat ia sudah memegang ijin
pengelolaan dari pemerintah. Akhirnya adanya dua sistem hukum, yaitu hukum adat
dan hukum positif ini memunculkan paradoks dalam pelaksanaan UU No.22
1999.Beberapa alasan di atas memberikan inspirasi Institute for Research and
Empowerment (IRE) Yogyakarta dengan mitra daerah Sumatera Selatan dari
Lembaga Pemberdayaan Umat (LPU) Musi Rawas melakukan agenda aksi Program
Pemberdayaan Masyarakat di Indonesia dengan Workshop Seri 1 untuk penguatan
adat di Kabupaten Musi Rawas.
REPRESENTASI PERGUMULAN
“KEKUASAAN DENGAN KOMODIFIKASI”
PENDANAAN PENDIDIKAN NASIONAL

Oleh
Putu Rumawan Salain
Dewan Pendidikan Kota Denpasar
e-mail:paracon@indosat.net.id

INTERNATIONAL REPUBLICAN INSTITUTE


“MEMAHAMI SUMBER-SUMBER PENDANAAN PUBLIK UNTUK PENDIDIKAN DAN
ALOKASINYA DI TINGKAT DAERAH DI INDONESIA DAN STUDI BANDING DARI
PENGGUNAAN DANA PENDIDIKAN DI AMERIKA SERIKAT”
SANUR, 8 SEPTEMBER 2009
Mencerdaskan PERGUMULAN KEKUASAAN DAN
kehidupan bangsa
sudah salah KOMODIFIKASI DALAM DUNIA
kaprah, sebab PENDIDIKAN
muara kecerdasan
bangsa itu ada
pada peri BUDAYA
kehidupannya. “SOSIAL”
Akibatnya muncul
persepsi yang
mengidentik antara KAPITALISTIK HEGEMONI
“INDUSTRI”

AN
sekolah “schooling”

.
TU

G
dan pendidikan PENDIDIKAN

MU

GA
“education”. NASIONAL

RA
Keduanya begitu

N
timpang, karena KURIKULUM
focus pemerintah KEKUASAAN KOMODIFIKASI
lebih mengarah “POLITIK” “EKONOMI”
pada schooling
( Daoed Joesoef, LIBERAL
Kompas.com dalam
Nusa Bali,2009:8). Sumber : salain doc 080909
REALISASI ANGGARAN PENDIDIKAN
APBN 2009 mengalokasikan anggaran pendidikan 20% atau sebesar Rp
207,413 triliun dari total belanja dalam APBN 2009 sebesar Rp 1.037.067
triliun yang dialokasikan kepada semua kementerian/lembaga yang
mengelola fungsi pendidikan serta dialokasikan ke daerah melalui dana
alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK) pendidikan.

Dengan ketentuan tersebut anggaran pendidikan dialokasikan pada :


1. Departemen Pendidikan Nasional sebesar Rp 62,1 triliun,
2. Departemen Agama Rp 23,275 triliun,
3. Kementerian/Lembaga lain total sebesar Rp 3,046 triliun,
4. DAU pendidikan (gaji) guru, tunjangan fungsional guru, dan program
sebesar Rp 105,472 triliun,
5. DAK pendidikan sebesar Rp 9,3 triliun,
6. Dana bagi hasil (DBH) pendidikan sebesar Rp 0,818 triliun, dan
7. Dana otonomi khusus pendidikan (Papua dan Aceh) sebesar Rp
2,237 triliun

sumber : http://disdikpora.baliprov.go.id,
diakses tanggal 2 September 2009, pukul 14.30
Wita
Sedangkan untuk Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dalam rencana APBN
2010, Presiden SBY merencanakan :
1. Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dalam tahun 2010
mendatang memperoleh alokasi anggaran sebesar Rp.51,8 triliun,
2. Departemen Pertahanan (Dephan) Rp.40,7 triliun,
3. Departemen Pekerjaan Umum (Dep PU) Rp.34,3 triliun,
4. Departemen Agama (Depag) Rp.26 triliun,
5. Kepolisian Negara RI Rp.25,8 triliun,
6. Departemen Kesehatan (Depkes) Rp.20,8 triliun dan
7. Departemen Perhubungan (Dephub) Rp.16 triliun.

Alokasi anggaran pendidikan yang besar pada Depdiknas dan Depag


dimaksudkan terutama untuk menuntaskan pelaksanaan program wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun, pemerataan dan perluasan akses
pendidikan, serta peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan.
"Anggaran itu juga ditujukan untuk menaikkan kesejahteraan guru," kata
Presiden SBY.
Sumber : www.diknas.go.id, diakses tanggal 2
September 2009, pukul 14.50 Wita
ANGGARAN PENDIDIKAN DI BALI
1. Patroli Post, Jumat,31 Juli 2009
 Bantuan peningkatan Sarana dan Prasarana Rp 60.002.739.000.(wajar 9
tahun dan rintisan Wajar 12 tahun).
 Dana Pendamping Rp 13.765.000.000 (Untuk siswa baru SMA/SMK
Negeri se Bali a’ Rp 500.000).
2. Bali Post, Sabtu Wage, 29 Agustus 2009
 Pendidikan dapat tambahan Anggaran 58 Miliar pada APBD Perubahan
(verifikasi Mendagri) yang diperuntukkan :
* Rp 30 M pengadaan fasilitas e-learning
* Rp 10 M analisis evaluasi kebijakan pengelolaan
pendidikan.
* Rp 18 M pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sejumlah
sekolah.
 Bansos Pendidikan sejumlah Rp 76,9 M untuk meningkatkan kualitas
pendidikan antara lain :
* Rp 40 M untuk perbaikan gedung ( sekitar 215 sekolah)
* Rp 21,72 M untuk pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
* Rp 12,6 M dimanfaatkan sebagai dana investasi bagi SMA/SMK Negeri
di Bali.
JADWAL KULIAH 2012
Februari Maret April Mei Juni
20 – Kuliah 05 - Kuliah 02 - Kuliah 07 - Kuliah 04 - Kuliah

27 – Kuliah 12 – Kuliah 09 - Kuliah 14 - Kuliah 11 –

19 – Kuliah 16 - Kuliah 21 – Kuliah 18 –

26 - Kuliah 23 - Kuliah 28 - Kuliah 25 –

30 - Kuliah 29 -

P.Rumawan.S P.Rumawan.S T.O.A.A.Suka K.Alit / Ujian Seminar –


/ Tugas wati / Mid Smt Smt. Team
Teaching
Tempus mutantur, et nos mutamur in illid
“Waktu berubah, dan kita ikut berubah”
(Sutrisno & Hendar Putranto, 2005:7)
CURICULUM VITAE

Putu Rumawan Salain, lahir di Denpasar, 25–12–52, menyelesaikan studi bidang Arsitektur
pada FT UNUD Insinyur tahun 1980, Magister Sains (Msi) Kajian Budaya pada F S UNUD tahun
1998. Mengajar di bidang Perkembangan Arsitektur, Menggambar Arsitektur, Ilmu Budaya Dasar,
TeknikKomunikasi Arsitektur, dan Perancangan Arsitektur. Selaku KTA Pengabdian Masyarakat ,
Ketua KKN dan selanjutnya dipercaya sebagai PR III UNUD hingga September 2006.
Aktif di beberapa organisasi profesi maupun hobi di Bali yaitu :
1. Persatuan Insinyur Indonesia (anggota),
2. Ikatan Arsitek Landsekap Indonesia (Bidang Organisasi),
3. Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Dewan Pertimbangan Profesi)
4. Ikatan Arsitek Indonesia,
5. Ketua Kelompok Ahli Pembangunan Kota Denpasar.
6. Ketua Yayasan Karmany SMANSA Denpasar,
7. Ketua I Bali Heritage Trust sejak 2003, dan juga dipercaya sebagai
8. Ketua Dewan Pendidikan Kota Denpasar sejak 2002.
9. Tim Ahli DPRD Prov, Bali
10. Pengurus Yayasan Widya Kerti-UNHI,
Dari berbagai kegiatan proses belajar mengajar, selaku organisatoris organisasi profesi, maupun
Sebagai praktisi, juga mengikuti berbagai seminar, forum, symposium, dan sebagainya, di tingkat
lokal, regional,nasional maupun internasional. Beberapa tulisan berhubungan dengan arsitektur,
konservasi, budaya, maupunpendidikan telah di publikasikan dalam beberapa media lokal
maupun nasional, dan sebagian kecil diantaranyadi luar negeri sebagai proceeding. Waktu
senggang diisi dengan menyalurkan hobi antara lain, otomotif,fotografi, musik, dan menulis.

Anda mungkin juga menyukai