PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh:
Indah Nurmalasari
NIM. 16.0102.0149
A. Judul
PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL, MORALITAS INDIVIDU,
PERSONAL CULTURE DAN KETAATAN ATURAN AKUNTANSI
TERHADAP KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Empiris pada OPD
Kabupaten Magelang).
B. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa Indonesia adalah negara kesatuan
yang berbentuk republik. Hal ini berarti dipimpin oleh seorang presiden
sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Sebagai negara
kesatuan berarti bahwa pemerintah pusat memiliki hak dan kewajiban untuk
mengatur seluruh daerah secara totalitas. Menurut Undang - Undang Nomor
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, definisi dari pemerintah daerah
merupakan penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas – luasnya dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesai (NKRI). Pemerintah daerah terdiri dari kepala
daerah beserta jajarannya dari suatu daerah otonom baik di level provinsi
maupun kabupaten atau kota yang terdiri dari Gubernur, Bupati atau Walikota
beserta perangkat daerah sebagai penyelenggara urusan pemerintah daerah
dimana salah satu aspek yang dikelola adalah aspek keuangan daerah.
Keuangan daerah menurut definisi (Undang - Undang Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, n.d.) dalam
(Pratolo et al., 2016) merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah tersebut. Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui
bahwa keuangan daerah tidak hanya berbentuk kas saja, namun juga dapat
berupa non kas seperti aset tetap daerah dalam bentuk jembatan, gedung,
jalan, bangunan bersejarah dan lain sebagainya. Aset daerah dalam bentuk
kas akan dilaporkan dalam laporan keuangan daerah. Kemudian untuk aset
3
berbentuk non kas akan diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan
(CALK).
Pengelolaan keuangan daerah merupakan pengelolaan keuangan di
pemerintah baik di pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten maupun
pemerintah kota yang meliputi beberapa tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban serta
pengawasan keuangan daerah (Pratolo et al., 2016). Di era reformasi seperti
sekarang, dimana terjadi perubahan drastis dalam berbagai bidang termasuk
bidang sosial politik, masyarakat lebih menuntut pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah untuk melakasanakan Good Corporate Governance
(GCG). Bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada publik atau
masyarakat tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan yang
transparan dan akuntabel sehingga dapat mewujudkan kepercayaan
masyarakat.
Laporan keuangan selain sebagai bentuk pertanggungjawaban
penyelenggaraan urusan pemerintahan juga merupakan hal yang rentan
terhadap tindakan kecurangan akuntansi. Menurut (Tuanakotta, 2010), ACFE
(Association of Certified Fraud Examiner) membagi kecurangan ke dalam
tiga jenis yaitu kecurangan laporan keuangan, penyimpangan aset dan
korupsi. Kecurangan laporan keuangan merupakan kecurangan dalam bentuk
salah saji material yang sengaja dilakukan untuk memanipulasi laporan
keuangan. Penyimpangan aset merupakan kecurangan dalam bentuk
penyalahgunaan aset suatu entitas. Korupsi merupakan bentuk kecurangan
yang paling sulit dideteksi karena pelakuknya cenderung bekerja sama satu
sama lain untuk menikmati keuntungan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), korupsi merupakan bentuk penyelewengan maupun
penyalahgunaan uang negara untuk mendapatkan keuntungan pribadi maupun
secara kelompok. Bentuk korupsi di dalam pemerintahan dapat berupa
penyalahgunaan wewenang, suap, penerimaan yang tidak sah maupun
pemerasan secara ekonomi.
4
yaitu dari 454 kasus di tahun 2018 menjadi 271 kasus di tahun 2019. Menurut
peneliti ICW, Tama S Langkun penurunan kasus korupsi di Indonesia
dipengaruhi oleh bergesernya upaya pemerintah dalam memberantas korupsi
yaitu dengan upaya pencegahan. Kasus korupsi yang dicatat ICW selama
periode 1 Januari 2019 hingga 31 Desmber 2019 tercatat KPK menangani 62
kasus dengan 155 tersangka, Kejaksaan menangani 109 kasus dengan 216
tersangka dan kepolisian menangani 100 kasus dengan 209 tersangka. Dari
271 kasus tersebut ternyata kasus korupsi bermodus suap lebih dominan
dengan kasus sebanyak 51 dengan total nilai suap mencapai Rp. 169,5 miliar
dan nilai pencucian uang mencapai Rp 46 miliar. Selain kasus suap, modus
korupsi yang ditemukan oleh ICW adalah mark up sebanyak 41 kasus,
penyalahgunaan anggaran sebanyak 39 kasus, penggelapan sebanyak 35
kasus, penyalahgunaan wewenang sebanyak 30 kasus, proyek fiktif sebanyak
22 kasus, laporan fiktif sebanyak 22 kasus, pungutan liar sebanyak 11 kasus,
gratifikasi sebanyak 7 kasus, pemerasan sebanyak 7 kasus, pemotongan
sebanyak 5 kasus dan mark down sebanyak 1 kasus. Sedangkan modus yang
nilai korupsinya paling tinggi adalah penyalahgunaan anggaran yang
mengakibatkan kerugian negara Rp 1,4 triliun (kompas.com).
Kasus kecurangan akuntansi akhir – akhir ini marak terjadi di Indonesia
yang tak jarang dilakukan oleh para pejabat publik yang dengan sengaja
meruntuhkan kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu organisasi publik
lebih dituntut untuk menciptakan akuntabilitas publik. Menurut (Mardiasmo,
2002) dalam (Sholehah et al., 2018), akuntabilias publik merupakan sebuah
kewajiban untuk mempertanggungjawabkan visi dan misi suatu organisasi
untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang telah ditetapkan, melalui
laporan keuangan yang dilaksanakan secara periodik. Meskipun skor CPI
Indonesia mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya dan kasus korupsi
berdasarkan ICW mengalami penurunan, namun saat ini indonesia masih
belum bisa keluar dari situasi korupsi. Selain itu, masalah pencegahan dan
pemberantasan korupsi di Indonesia masih menjadi tugas besar pemerintah.
6
personal culture dan ketaatan aturan akuntansi merupakan faktor yang diduga
berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi. Penelitian (Sholehah et al.,
2018) menemukan bahwa pengendalian internal berpengaruh signifikan
negatif terhadap kecurangan akuntansi. Hasil ini konsisten dengan penelitian
(Astuti et al., 2017) yang menemukan bahwa efektivitas pengendalian internal
berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud)
akuntansi. Namun penelitian yang dilakukan (Gustina, 2018) menyatakan
sistem pengendalian internal berpengaruh signifikan positif terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi. Meskipun demikian, opini BPK atas
laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Magelang memberikan catatan atas
pengendalian internal yang masih harus dibenahi.
Penelitian yang dilakukan oleh (Sholehah et al., 2018) menunjukkan
bahwa moralitas individu berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
kecurangan akuntansi. Didukung oleh penelitian (Udayani & Sari, 2017)
bahwa moralitas individu berpengaruh negatif terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi. Namun hal tersebut tidak konsisten dengan penelitian
yang dilakukan (Astuti et al., 2017) bahwa moralitas individu tidak
berpengaruh terhadap kecenderungan kecrangan (fraud) akuntansi. Didukung
oleh penelitian (Budiantari et al., 2017) bahwa moralitas tidak berprngaruh
terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi.
Penelitian (Sholehah et al., 2018) menemukan bahwa personal culture
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kecurangan akuntansi.
Sedangkan menurut (Artini et al., 2014) menyatakan bahwa budaya etis
organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecuangan akuntansi.
Sementara penelitian tentang variabel ketaatan aturan akuntansi yang
dilakukan oleh (Astuti et al., 2017) menyatakan bahwa ketaatan aturan
akuntansi berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud) akuntansi. Namun hasil yang tidak konsisten diperoleh pada
penelitian yang dilakukan oleh (Azmi, 2017) yang menyatakan bahwa
ketaatan aturan akuntansi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi.
8
3. Perumusan Hipotesis
a. Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Kecurangan Akuntansi
Definisi pengendalian internal menurut (Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah,
n.d.), merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen untuk
memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian efektivitas, efisiensi dan
23
rendah. Hasil yang sama juga diperoleh melalui penelitian yang dilakukan
oleh Udayani dan Sari (2017). Berdasarkan uraian tersebut maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Moralitas Individu Berpengaruh Negatif Terhadap Kecurangan
Akuntansi.
organisasi tersebut terhadap pencapaian tujuan, dalam hal ini yaitu tujuan
organisasi sektor publik yang harus mengedepankan kepentingan masyarakat.
Riset sebelumnya yang dilakukan oleh (Sholehah et al., 2018)
menunjukkan bahwa personal culture berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap kecurangan akuntansi. Artinya, semakin besar budaya individu yang
dibawa dalam organisasi akan membuat kecenderungan melakukan
kecurangan akuntansi semakin besar. Hal ini dikarenakan perbedaan konsep
diri tiap individu yang berpengaruh pada perkembangan kognisi, motivasi
serta emosi, selain itu budaya juga berpengaruh pada perkembangan
kepribadian manusia. Budaya individualistik memiliki konsep diri yang
independen sedangkan budaya kolektif memiliki konsep interindependen.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H3 : Personal Culture Berpengaruh Positif Terhadap Kecurangan
Akuntansi.
4. Model Penelitian
Akuntansi (KAA)
G. Metoda Penelitian
1. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi (population) yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala
sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro & Supomo,
1999). Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabupaten Magelang. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang bekerja di OPD di
Kabupaten Magelang. Pemilihan populasi dikarenakan Kabupaten Magelang
sebagai peraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) selama tiga tahun berturut – turut yaitu tahun 2016, 2017
dan 2018. Meskipun meraih opini WTP, namun masih terdapat kelemahan
pengendalian internal serta ditemukannya ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang – undangan dalam pengelolaan keuangan daerah. Selain itu, opini
WTP tidak menjamin bahwa OPD di Kabupaten Magelang bebas dari
permasalahan atau kasus kecurangan di periode mendatang. Hal ini
dibuktikan dengan ditemukannya kasus korupsi aset daerah.
b. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pegawai yang
melaksanakan tugas dan fungsi keuangan / akuntansi di OPD Kabupaten
Magelang. Pengambilan sampel di dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan tidak secara
acak. Pemilihan sampel dengan purposive sampling digunakan karena
informasi yang akan diambil berdasarkan tujuan atau kriteria tertentu yang
diharapkan peneliti (Indriantoro & Supomo, 1999). Alasan pemilihan sampel
tersebut dikarenakan merupakan pihak yang memiliki kewenangan di bidang
keuangan organisasi perangkat daerah (OPD). Kriteria sampel yang
digunakan adalah:
1) Pegawai yang melaksanakan tugas dan fungsi keuangan / akuntansi di
OPD Kabupaten Magelang.
2) Memiliki pengalaman kerja minimal tiga tahun di bagian keuangan /
akuntansi di OPD Kabuaten Magelang.
29
2. Data Penelitian
a. Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini mengunakan jenis data subjek yang berupa
pertanyaan tertulis (kuesioner). Data subjek adalah jenis data penelitian yang
berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau
sekelompok orang yang menjadi subjek penelitian (responden). Data subjek
selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan bentuk tanggapan (respon) yang
diberikan, yaitu: lisan (verbal), tertulis dan ekspresi. Respon yang diberikan
sebagai tanggapan atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dalam
wawancara disebut sebagai respon verbal. Sedangkan tanggapan atas
pertanyaan tertulis (kuesioner) yang diajukan oleh peneliti disebut sebagai
respon tertulis. Respon ekspresi diperoleh peneliti dari hasil observasi
(Indriantoro & Supomo, 1999).
Sumber data di dalam sebuah penelitian merupakan hal penting yang
menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan
data yang diperoleh secara langsung dari responden. Ada dua metode yang
dapat digunakan untuk mengumpulkan data primer, yaitu: (1) metode survei
dan (2) metode observasi (Indriantoro & Supomo, 1999). Data primer yang
diperoleh termasuk ke dalam kategori data kuantitatif. Data kuantitatif ini
nantinya akan dioleh menggunakan aplikasi pengolahan data IBM SPSS.
b. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan survei.
Metode survei adalah penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta –
fakta tentang gejala atas permasalahan yang timbul. Metode survei digunakan
untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan
menggunakan sampel yang kecil. Populasi tersebut meliputi orang, instansi,
lembaga, organisasi, unit kemasyarakatan dan lain-lain, namun sumber
utamanya adalah orang. Tujuan utama survei antara lain menggambarkan
keadaan saat itu, mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang dan
menentukan hubungan kejadian yang spesifik. Survei tersebut dilakukan di
30
2) Moralitas Individu
Menurut (Sholehah et al., 2018), moralitas merupakan tekad untuk
mengikuti apa yang ada dalam hati manusia dan disadari sebagai
kewajiban mutlak. Hal ini berarti kecenderungan seseorang dalam
melakukan kecurangan akuntansi akan lebih tinggi dilakukan oleh orang
dengan moralitas individu rendah dibandingkan dengan seseorang yang
memiliki moralitas individu tinggi. Moralitas dapat diartikan keseluruhan
asas dan nilai yang berkenaan dengan baik buruknya sifat sebagai
manusia (Bertens, 1993) dalam (Sholehah et al., 2018). Sedangkan
menurut (Welton et al., 1994) dalam (Sholehah et al., 2018) menyatakan
kemampuan individu menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh
penalaran moral individu tersebut. Data yang digunakan adalah data
primer yang diperoleh melalui hasil penyebaran kuesioner. Variabel ini
diukur dengan menggunakan skala linkert 5 point. Dimulai dari point 1:
Sangat Tidak Setuju (STS), point 2: Tidak Setuju (TS), point 3: Netral
(N), point 4: Setuju (S), point 5: Sangat Setuju (SS) yang menggunakan
pernyataan dari (Sholehah et al., 2018). Terdapat 6 pernyataan untuk
mengukur variabel kecurangan akuntansi dengan indikator pengukuran
variabel moralitas individu meliputi:
a) Tahap Pre Conventional
b) Tahap Conventional
c) Tahap Post Conventional
3) Personal Culture
Menurut (Sholehah et al., 2018), budaya individualistik atau
kolektif membawa pengaruh pada penentuan sejauh mana seseorang
menjadi pengontrol atas perilakunya. Budaya dengan ciri individualistik
memiliki konsep diri yang independen, sedangkan budaya kolektif
memiliki konsep diri interindependen. Perbedaan konsep diri membawa
pengaruh pada banyak aspek perilaku seseorang. Konsep independent
menjadikan individu fokus pada pribadi dan sifat internal seperti
kemampuan individu, kecerdasan, pembawaan personal, tujuan dan
33
Persamaan dalam analisis regresi linear berganda dari penelitian ini sebagai
berikut:
KA = a + β1PI + β2MI + β3PC + β4KAA + e
Keterangan:
KA = Kecurangan Akuntansi
a = Konstanta
β1, β2, β3, β4 = Koefisien Regresi
PI = Pengendalian Internal
MI = Moralitas Individu
PC = Personal Culture
KAA = Ketaatan Aturan Akuntansi
e = Error term
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam mengukur variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 – 1. Apabila nilainya
mendekati nol berarti ketidakmampuan variabel independen menjelaskan
variabel dependent. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variabel dependen (Ghozali, 2018).
b. Uji F (goodness of fit test)
Uji F digunakan untuk menguji kemampuan variabel independen dalam
menguji variabel dependen, dengan kata lain menguji fit atau tidaknya suatu
model yang digunakan. Uji F digunakan untuk mengukur ketepatan fungsi
regresi dalam menaksir nilai aktual (Ghozali, 2018). Nilai F memiliki
ketentuan sebagai berikut:
1) F hitung > F tabel dan p value < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Ini berarti bahwa model dalam penelitian ini bagus.
2) F hitung < F tabel dan p value > 0,05, maka H0 diterima dan Ha tidak
diterima. Ini berarti bahwa model dalam penelitian ini tidak bagus.
37
Gambar 2. Uji F
c. Uji Statistik t (t-test)
Uji T menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2018). Tujuan pengujian
untuk mengetahui koefisien regresi signifikan atau tidak. Uji t digunakan
untuk mengukur signifikansi pengaruh pengambilan keputusan dilakukan
berdasarkan perbandingan nilai t hitung masing-masing koefisien regresi dengan
t tabel (nilai kritis) sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan.
Ketentuan menilai hasil hipotesis uji t adalah menggunakan tingkat
signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df = n-1 (Ghozali, 2018). Dasar
kriteria penerimaan hipotesis positif:
1) Jika t hitung > t tabel atau P value < α = 0,05, maka H 0 ditolak dan H a
diterima, berarti variabel independen mempunyai pengaruh positif
terhadap variabel dependen.
2) Jika t hitung < t tabel atau P value > α = 0,05, maka H 0 tidak ditolak dan H a
tidak diterima, berarti variabel independen tidak mempunyai pengaruh
positif terhadap variabel dependen.
I. Daftar Pustaka
Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2014). Auditing & Jasa Assurance
(Edisi 15). Penerbit Erlangga.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Indriantoro, N., & Supomo, B. (1999). Metodologi Penelitian Bisnis (Edisi 1).
Fakultas Ekonomik dan Bisnis UGM.
Keefer, P., & Khemani, S. (2004). Democracy , Public Expenditures and the Poor.
The World Bank, 1–45.
Pratolo, S., Yaya, R., & Sofyani, H. (2016). Akuntansi Keuangan Pemerintah
Daerah (Konsep dan Implementasi Untuk Akademisi dan Praktisi). LP3M
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Welton, R. E., J., R. D., & M., L. (1994). Promoting the Moral Development of
Accounting Graduate Students: An Instructional Design and Assessment.
Accounting Education. International Journal, 3(1), 35–50.
https://nasional.kompas.com/read/2020/02/18/16532131/catatan-icw-tren-
penindakan-korupsi-turun-jadi-271-kasus. Diakses pada 11 Maret 2020.
https://nasional.kompas.com/read/2019/01/29/15404111/skor-indeks-persepsi-
korupsi-indonesia-naik-jadi-38. Diakses pada 11 Maret 2020.
https://nasional.kompas.com/read/2020/01/23/16565951/indeks-persepsi-korupsi-
indonesia-pada-2019-naik-jadi-40. Diakses pada 11 Maret 2020.
42
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4943316/jual-100-an-kendaraan-
dinas-oknum-pns-pemkab-magelang-dibui?single=1. Diakses pada 11 Maret
2020.
J. Lampiran
1. Populasi Penelitian
No OPD Kabupaten Magelang
1 Dinas Kependudukan dan Kebudayaan
2 Dinas Kesehatan
3 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
4 Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman
5 Satuan Polisi Pamong Praja dan Penanggulangan Kebakaran
6 Kesatuan Bangsa dan Politik
7 Dinas Sosial, Pengenalian Penduduk dan Keluarga Berencana
8 Badan Penanggulangan Bencana (BPBD)
9 Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja
10 Dinas Pertanian dan Pangan
11 Dinas Lingkungan Hidup
12 Dinas Kependudukan dan Perencanaan Sipil
13 Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa
14 Dinas Perhubungan
15 Dinas Komunikasi dan Informatika
16 Dinas Perdagangan, Koperasi UMKM
17 Dinas Penanaman Modal dan PTSP
18 Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga
19 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
20 Dinas Peternakan dan Perikanan
21 Inspektorat
Badan Perencana Pembangunan, Penelitian dan Pembangunan Daerah
22
(Bappeda)
Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
23 (BPPKAD)
24 Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah (BKPPD)
2. Kuesioner Penelitian
INSTRUMEN PENELITIAN
Kepada Yth
Responden
Di tempat
Indah Nurmalasari
CP: 085747462450
KUESIONER PENELITIAN
IDENTIFIKASI MASALAH
Nama Responden : (Boleh Tidak Diisi)
Umur Responden :
Jenis Kelamin :( ) Laki-Laki ( ) Perempuan
Jenjang Pendidikan :( ) SLTA ( ) Diploma ( ) S1 ( ) S2
Jabatan :
45
Lama Bekerja :
I. Pengendalian Internal
No Uraian STS TS N S SS
1 Di instansi tempat saya bekerja, pimpinan sudah
melaksanakan tanggungjawabnya sesuai dengan
peraturan dari pemerintah.
No Uraian STS TS N S SS
47
Moralitas Individu
Petunjuk :
Untuk jawaban variabel moralitas individu saudara diberikan kasus yang tidak
terjadi sebenarnya. Berikan jawaban yang menurut saudara paling sesuai.
Kasus :
Tiga bulan yang lalu anda dimutasi dari Dinas ABC ke Dinas XYZ serta
diangkat sebagai Kepala Dinas. Selama tiga tahun ini laporan keuangan Dinas
XYZ diaudit oleh BPK. Hasil audit selalu memberikan opini wajar tanpa
pengecualian (WTP). Setelah tiga bulan bekerja di Dinas XYZ, anda menemukan
bahwa laporan realisasi anggaran (LRA) Dinas XYZ tidak menunjukkan
gambaran kegiatan yang sebenarnya. Terdapat berbagai rekayasa akuntansi,
sehingga menunjukkan bahwa Dinas XYZ telah memenuhi batas anggaran tapi
program pembangunan belum sepenuhnya berjalan.
Mengetahui hal ini anda menyampaikan permasalahan tersebut kepada
atasan anda. Namun atasan meminta anda untuk tidak mengubah proses
penyusunan laporan realisasi anggaran yang telah berjalan. Anda diminta untuk
menyusun laporan tersebut dengan tetap menunjukkan pembangunan telah
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Atasan anda juga menyatakan bahwa anda
akan mendapatkan promosi atas hal tersebut.
Anda menyarankan agar atasan mempertimbangkan untuk menunjukkan
gambaran kegiatan yang sebenarnya demi kepentingan organisasi itu sendiri, dan
agar tidak terkena sanksi Undang-Undang, termasuk agar mempertimbangkan
prinsip-prinsip kesejahteraan masyarakat, serta tidak merugikan masyarakat dan
pegawai lainnya.
Nilailah keputusan atasan tempat anda bekerja bila kondisi yang dihadapi
tersebut terjadi di organisasi tempat Bapak/Ibu bekerja
Mohon saudara memberikan tanda check list (√) pada salah satu pilihan jawaban
yang sesuai dengan keadaan ditempat saudara bekerja.
49
III.Personal Culture
No Pernyataan STS TS N S SS
Motivasi
Di instansi saya, perilaku atasan dijadikan panutan
1
bagi pegawai.
Pimpinan mendorong untuk melakukan
2
inovasi/gagasan baru dalam pekerjaan.
3 Instansi ini benar-benar memberikan inspirasi
yang bagus bagi saya untuk berprestasi.
Sikap
Pegawai berperilaku tidak sesuai aturan demi
4
mendapatkan penghargaan
Di instansi tempat saya bekerja pembuat laporan
5 keuangan dan laporan kinerja harus bersikap jujur
secara intelektual.
6 Saya akan diam saja apabila pegawai lain
melakukan tindakan yang merugikan di
lingkungan instansi
Keyakinan
Saya dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih
7
baik jika direncanakan
8 Di instansi tempat saya bekerja, jika pegawai tidak
senang dengan keputusan yang dibuat oleh atasan,
pegawai harus tetap melakukan sesuatu, seperti
memberikan masukan, usulan atau memberitahu
kepada atasannya.
Imbalan Dan Hukuman
Di instansi tempat saya bekerja, promosi diberikan
9 kepada pegawai yang melaksanakan pekerjaan
dengan baik.
Di instansi tempat saya bekerja akan memberikan
10
insentif kepada karyawan yang berprestasi.
Di instansi saya segala perilaku tidak etis yang
11
dilakukan akan diberikan sanksi.
12 Di instansi tempat saya bekerja, atasan tidak
51
No Pernyataan STS TS N S SS
1 Prinsip akuntansi (pendapatan dan keuntungan,
akuntansi biaya dan kerugian, akuntansi aset,
kewajiban dan ekuitas) sudah sesuai dengan
peraturan dari pemerintah.
2 Instansi tempat saya bekerja dapat menyajikan
laporan keuangan yang terdiri dari laporan
realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan
CALK sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3 Instansi tempat saya bekerja dapat menyajikan
laporan kinerja yang berisi ringkasan mengenai
keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil
yang telah tercapai dari masing-masing program
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4 Laporan keuangan dan laporan kinerja instansi
yang disajikan dapat bermanfaat bagi
kepentingan publik.
5 Penanggung jawab pelaporan keuangan perlu
mempertimbangkan kepentingan pengguna
laporan keuangan sebagai skala prioritas.
6 Bukti transaksi merupakan hal penting sebagai
bukti dalam penyusunan laporan keuangan dan
laporan kinerja.
7 Di instansi tempat saya bekerja pembuat laporan
keuangan dan laporan kinerja harus bersikap jujur
secara intelektual
8 Di instansi tempat saya bekerja pembuat laporan
keuangan dan laporan kinerja harus bersikap adil
52
No Pernyataan STS TS N S SS
9 Laporan keuangan dan laporan kinerja instansi
saya dapat memberikan informasi yang handal
dan relevan.
10 Dalam melaksanakan tugasnya karyawan bagian
akuntansi berusaha bertindak hati-hati yang
didasarkan pada keahlianya.
11 Di instansi tempat saya bekerja pembuat laporan
keuangan dan laporan kinerja harus memiliki
tanggung jawab kompeten dan bersikap hati-hati.
12 Pada instansi tempat saya bekerja menggunakan
pedoman dalam penyajian laporan keuangan dan
laporan kinerja yang konsisten sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
13 Pada instansi tempat saya bekerja menyajikan
laporan keuangan dan laporan kinerja antar
periode yang konsisten sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
Sumber: (Shintadevi, 2015)
53
V. Kecurangan Akuntansi
No Pernyataan STS TS N S SS
1 Suatu hal yang wajar di instansi saya, apabila untuk
tujuan tertentu, biaya dicatat lebih besar dari
semestinya.
2 Bukan suatu masalah bagi instansi saya, apabila
pencatatan bukti transaksi dilakukan tanpa otorisasi
dari pihak yang berwenang.
3 Suatu yang wajar bagi instansi saya, apabila untuk
tujuan tertentu harga beli peralatan/perlengkapan
kantor dicatat lebih tinggi.
4 Merupakan sesuatu yang wajar di instansi saya
apabila pengguna anggaran memasukkan kebutuhan
lain yang tidak sesuai kedalam belanja peralatan
gedung kantor.
5 Suatu hal yang wajar di instansi saya, para
pengguna anggaran menggunakan kuitansi kosong
atas pembelian bahan perlengkapan kantor.
6 Bukan suatu masalah bagi instansi saya apabila
perlengkapan dan peralatan kantor yang dibeli tidak
sesuai dengan spesifikasi yang seharusnya dibeli.
7 Tidak menjadi suatu masalah bagi instansi saya
apabila transaksi memiliki bukti pendukung ganda.
8 Suatu hal yang wajar apabila di instansi saya
ditemukan pengeluaran tanpa dokumen pendukung.
9 Bukan suatu masalah bagi instansi saya, apabila sisa
anggaran dibagikan kepada pegawai sebagai bonus.
Sumber: (Sholehah et al., 2018)