Anda di halaman 1dari 59

PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL, ASIMETRI INFORMASI,

KESESUAIAN KOMPENSASI DAN IMPELEMENTASI GOOD

GOVERNANCE TERHADAP KECENDERUNGAN

KECURANGAN AKUNTANSI (FRAUD) PADA

SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

(SKPD) KABUPATEN BADUNG

A. Latar Belakang

Persaingan dalam dunia pemerintahan yang dilandasi oleh nuansa

politik telah mempengaruhi pimpinan pemerintah melakukan kecurangan.

Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Fraud) atau yang dalam bahasa

pengauditan disebut dengan fraud telah menarik perhatian media dan

menjadi berita utama yang sering terjadi. Kecurangan Akuntansi menjadi

isu yang menonjol serta penting. Dalam lingkup akuntansi, konsep

kecurangan atau fraud merupakan penyimpangan dari prosedur akuntansi

yang seharusnya tidak diterapkan dalam suatu entitas dan merupakan

upaya yang disengaja untuk menggunakan hak orang lain untuk

kepentingan pribadi.

Dalam sector pemerintahan sudah mulai terdapat perhatian yang

lebih besar terhadap kelayakan praktik manajemen pemerintahan yang

mencakup perlunya dilakukan perbaikan system akuntansi manajemen,

system akuntansi keuangan, perencanaan keuangan dan pembangunan,

system pengawasan dan pemeriksaan, serta berbagai implikasi finansial

1
2

atas kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah (Mardiasmo, 2009 :

1).

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah pelaksanaan fungsi

eksekutif yang harus berkoordinasi agar penyelenggaraan pemerintah

berjalan dengan baik. Dasar hukum yang berlaku sejak tahun 2004 untuk

pembentukan SKPD adalah Pasal 120 UU no. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah. Kecurangan Akuntansi juga bisa terjadi di Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) karena masih terdapat kelemahan dalam

kinerja pemerintah daerah serta penyusunan laporan keuangan yang di

sebabkan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

Pada dasarnya ada dua tipe kecurangan yang terjadi di suatu instansi

ataupun perusahaan yaitu eksternal dan internal. Kecurangan eksternal

yaitu kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap perusahaan dan

kecurangan internal adalah tindakan tidak legal dari karyawan, manajer

dan eksekutif terhadap perusahaan.

Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), ada 3

bentuk kecurangan yang diistilahkan dengan fraud tree yang paling

merugikan di Indonesia yaitu corruption (korupsi), asset misappropriation

(penyimpangan atas aset/kekayaan organisasi), dan fraudulent statement

(pernyataan kecurangan laporan keuangan). Dari tiga bentuk kecurangan

tersebut di atas maka pada umumnya kecurangan akuntansi berkaitan erat

dengan korupsi. Dalam korupsi tindakan yang lazim dilakukan di


3

antaranya adalah memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen, dan

mark-up yang merugikan keuangan atau perekonomian Negara.

Kecurangan Akuntansi tidak dapat dihindarkan dan menimbukan

dampak serta konsekuensi yang merugikan. Perusahaan akan menderita

kerugian yang signifikan karena hal tersebut. IAI (2001 : 316)

menjelaskan bahwa, kecurangan akuntansi sebagai (1) salah saji yang

timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau

penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan

keuangan untuk mengelabuhi para pemakai laporan keuangan, (2) salah

saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva ( sering

kali disebut sebagai penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan

pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia

(Dionisia, 2016:15).

Indonesian Corruption Watch (ICW) menyatakan tahun 2013

menjadi tahun dengan kemarakan kasus korupsi. Praktik kecurangan

akuntansi tidak hanya terjadi pada sektor swasta, tetapi juga banyak terjadi

pada sektor pemerintahan. Berdasarkan database Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK), jumlah kasus korupsi yang terjadi di Indonesia Per 30

Juni 2018 dalam melakukan penanganan tindak pidana korupsi yaitu

dengan rincian : penyelidikan 84 perkara, penyidikan 93 perkara,

penuntutan 63 perkara, inkracht 55 perkara, dan eksekusi 54 perkara,

diantaranya kasus korupsi yang sering muncul berkaitan dengan APBD,


4

buku ajar, bansos serta hibah dan kasus korupsi yang dilakukan oleh

Kepala Daerah (https://acch.kpk.go.id/id/statistik/tindak-pidana-korupsi).

Kecenderungan kecurangan akuntansi (fraud) sebagian besar

terjadi pada lingkup pemerintahan Kabupaten/Kota. Pengelolaan keuangan

yang berkaitan dengan penganggaran daerah/kota serta penggunaan

anggaran sangat erat kaitannya dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) di lingkup pemerintah daerah/kota, oleh karena itu Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) merupakan salah satu kunci pokok pengelolaan

keuangan daerah/kota (Ade, 2018:4). Implementasi Good Governance

sangat berperan penting agar terciptanya aparatur pemerintah yang bersih,

tertib dan teratur dalam menjalankan tugas dan fungsi sesuai ketentuan

yang berlaku. Pemerintahan yang bersih atau tata kelola yang baik (good

governance) ditandai dengan tiga pilar utama yang merupakan elemen

dasar yang saling berkaitan yaitu partisipasi, transparansi dan akuntabilitas

(Abdul Halim, 2017 : 398).

Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kabupaten Badung karena

berdasarkan data bahwa terdapat beberapa kasus KKA yaitu : Pada tahun

2013 ditemukan indikasi tindakan kecurangan pada Pemerintahan

Kabupaten Badung yaitu korupsi pengadaan alat kesehatan tahun anggaran

2013 RSUD Kabupaten Badung dimana seorang Kasi di Dinas

Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan,

dan Perlindungan Anak, IKT SKTY, terseret kasus pengadaan alkes (alat

kesehatan) tahun 2013 saat masih bertugas di RSUD Mangusada. Dilansir


5

dari www.nusabali.com, PT MMI ditetapkan sebagai pemenang lelang

dengan cara membuat surat perjanjian kontrak tidak sah senilai Rp 21,1

miliar. Setelah dipotong pajak 10%, uang yang masuk ke rekening PT

MMI sebesar Rp 19,2 miliar yang kemudian dibelanjakan dalam bentuk

alat kesehatan di RSUD Kabupaten Badung sebesar Rp 12.9 miliar. Dari

nilai tersebut terdapat selisih sekitar Rp 6,28 miliar yang menjadi kerugian

negara akibat tindakan korupsi. (Jawa Post dan Bali Post).

Pada tahun 2017 terjadi kasus Korupsi Senderan Tukad Mati

Badung. Kejaksaan Negeri (Kejari) Denpasar telah menetapkan tiga orang

tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek senderan Tukad Mati di

Legian, Kuta, Badung yang mengakibatkan kerugian negara ditaksir

mencapai Rp 700 juta dari nilai proyek Rp 2,2 miliar. Dua diantaranya dari

Dinas Pekerjaan dan Umum Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Badung

yakni Kepala Bidang Pengairan (AAD) dan Pejabat Pelaksana Teknis

Kegiatan (PPTK) yakni (IWS), serta rekanan proyek, yaitu Dirut PT

Undagi Jaya Mandiri, I Wayan Su. (Tribun Pos dan Jawa Pos)

Teory Fraud Triangle yang dijabarkan Cressey (1953),

menyatakan bahwa korupsi juga dapat disebabkan karena adanya 3 faktor

yaitu tekanan (pressure), peluang (opportunity), dan rasionalisasi

(rationalization) (Ichsan,2016:1109). Kecenderungan Kecurangan

Akuntansi (Fraud) dapat dipicu dari dua factor yaitu factor eksternal

perusahaan dan factor internal dalam diri individu. Menurut teori Gone

terdapat empat faktor seseorang untuk melakukan tindakan kecurangan


6

yaitu: keserakahan (greed), kesempatan (opportunity), kebutuhan (need)

dan pengungkapan (exsposure) (Petra, 2013:2).

Pemberian kompensasi yang tidak sesuai kepada karyawan dapat

menyebabkan kecenderungan kecurangan akuntansi. Dalam hal ini

pemberian kompensasi yang sesuai dapat membuat individu merasa

tercukupi sehingga tidak melakukan kecurangan dan mengambil

keuntungan pribadi. Semakin tinggi kesesuaian kompensasi, maka

semakin rendah terjadinya kecurangan akuntansi.

Selain itu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecurangan

akuntansi adalah asimetri informasi. Menurut Zainal (2013), asimetri

informasi adalah situasi dimana terjadi ketidakselarasan informasi antara

pihak yang memiliki atau menyediakan informasi dengan pihak yang

membutuhkan atau menerima informasi. Jika terjadi kesenjangan

informasi antara pihak pengguna dan pengelola, maka akan membuka

peluang bagi pihak pengelola dana untuk melakukan kecurangan

(Badewin, 2018:2).

Implementasi Good Governance merupakan pelayanan publik yang

sangat diinginkan oleh seluruh Negara. Dengan diterapkan prinsip Good

Governance maka akan dapat meminimalisir peluang terjadinya

kecenderungan kecurangan akuntansi.

Mengingat masih banyaknya kasus kecurangan yang terjadi pada

ruang lingkup pemerintahan. Pada penelitian ini, peneliti tertarik dan

termotivasi untuk melakukan penelitian pada sektor pemerintahan dengan


7

judul “Pengaruh Pengendalian Internal, Asimetri Informasi, Kesesuaian

Kompensasi dan Implementasi Good Governance pada Satuan Kerja

Perangkat Daerah Kabupaten Badung”.

B. Perumusan Masalah :

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah

yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah Pengendalian Internal berpengaruh terhadap kecenderungan

kecurangan akuntansi (Fraud) pada SKPD Kabupaten Badung?

2. Apakah Asimetri Informasi berpengaruh terhadap kecenderungan

kecurangan akuntansi (Fraud) pada SKPD Kabupaten Badung?

3. Apakah Kesesuaian Kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan

kecurangan akuntansi (Fraud) pada SKPD Kabupaten Badung?

4. Apakah Impelementasi Good Governance berpengaruh terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi (Fraud) pada SKPD Kabupaten

Badung?

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk:
8

a. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh Pengendalian

Internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi (Fraud)

pada SKPD Kabupaten Badung

b. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh Asimetri

Informasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi (Fraud)

pada SKPD Kabupaten Badung

c. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh Kesesuain

Kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi

(Fraud) pada SKPD Kabupaten Badung

d. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai Implementasi Good

Governance terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi

(Fraud) pada SKPD Kabupaten Badung

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan

dan pemahaman mengenai pengaruh pengendalian internal,

asimetri informasi, kesesuaian kompensasi dan implementasi good

governance terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada

SKPD Kabupaten Badung.

b. Bagi Perusahaan/ Subjek Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi pihak manajemen baik itu perusahaan atau

organisasi sebagai bahan pertimbangan dari pengaruh pengendalian


9

internal, asimetri informasi, kesesuaian kompensasi dan

implementasi good governance terhadap kecenderungan

kecurangan akuntansi pada SKPD Kabupaten Badung.

c. Bagi Lembaga

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kelokesi

perpustakaan untuk dijadikan acuan proposal penelitian bagi

mahasiswa yang mengambil tema sejenis.

D. Tinjauan Pustaka

1. Landasan Teori

a. Teory Fraud Triangle

Penelitian ini didasari oleh fraud triangle theory atau

konsep segitiga kecurangan. Konsep segitiga kecurangan ini

pertama kali dikenali oleh Donald R. Cressy (1953) dalam

disertasinya. Dalam fraud triangle theory yang dijelaskan oleh

Cressy menyatakan bahwa korupsi juga dapat disebabkan karena

adanya 3 faktor yaitu tekanan (pressure), peluang (opportunity),

dan rasionalisasi (rationalization) (Ichsan,2016:1109). 3 faktor

tersebut dijabarkan oleh (Tuanakotta,2012:207) yaitu:

1) Tekanan (Pressure)

Tekanan (Pressure) merupakan sebuah dorongan dari

dalam diri individu atau organisasi untuk melakukan sebuah

tindakan kecurangan (fraud). Factor yang dapat meningkatkan


10

tekanan (pressure) antara lain yaitu masalah gaya hidup,

tuntutan ekonomi termasuk hal keuangan dan non keuangan.

2) Kesempatan (Opportunity)

Kesempatan atau peluang (Opportunity) yaitu kondisi atau

situasi yang memungkinkan seseorang melakukan tindakan

tidak jujur. Tindakan tersebut biasanya terjadi karena adanya

pengendalian internal instansi yang lemah, kurangnya

pengawasan, dan/ atau penyalahgunaan wewenang. Diantara

unsur-unsur fraud triangle, opportunity merupakan unsur yang

paling memungkinkan untuk diminimalisir melalui penerapan

proses, prosedur, dan kontrol dan upaya deteksi dini terhadap

fraud.

3) Rasionalisasi (rationalization)

Rasionalisasi (Rationalizattion) merupakan elemen penting

dalam terjadinya kecurangan, dimana hal ini para pelaku

mencari kebenaran sebelum meakukan perbuatan jahat atau

curang. Mencari kebenaran merupakan motivasi dari

melakukan kejahatan agar pelaku tetap dikenal sebagai seorang

yang di percaya.

b. Teori Agensi

Dari sudut pandang teori agensi, prinsipal membawahi agen

untuk melaksanakan kinerja yang efisien. Teori ini mengasumsikan

kinerja yang efisien dan kinerja organisasi ditentukan oleh usaha


11

dan pengaruh kondisi lingkungan. Menurut Gudono (2017:144)

menyebutkan dua bentuk masalah keagenan yang terdapat dalam

hubungan principal dan agen yaitu :

a. Pilihan buruk (adverse selection atau negative selection)

b. Bencana moral (moral hazard)

Pilihan buruk (adverse selection atau negative selection)

terjadi saat principal tidak mengetahui kemampuan agen.

Sedangkan, bencana moral (moral hazard) terjadi saat kontrak

yang sudah disetujui oleh prinsipal dan agen, namun agen memiliki

informasi lebih yang tidak memenuhi persyaratan dari kontrak

tersebut. Sehingga manajemen mendapatkan fasilitas yang

berlebihan. Hal ini terjadi karena manajemen mengetahui lebih

banyak informasi mengenai perusahaan dan merasa tindakannya

tersebut tidak diketahui oleh pemegang saham dan pimpinan

perusahaan.

c. Kecurangan Akuntansi (Fraud) pada sector Pemerintahan

Kecurangan (Fraud) merupakan sebuah perbuatan yang

melawan hukum dan mengandung unsur kesenjangan, niat

jahat/perbuatan buruk, penipuan, penyembunyian dan

penyalahgunaan. Kecurangan (Fraud) dapat diartikan sebagai

pengelabuan yang disengaja yang dilakukan oleh orang lain

melalui kebohongan dan penipuan guna mendapatkan tujuan


12

keuntungan ekonomi. Semua jenis kecurangan dapat terjadi pada

sector pemerintahan, akan tetapi yang sering terjadi adalah korupsi.

Menurut SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik)

dalam Ikatan Akuntansi Indonesia (2011) dalam (Reno, 2017:9)

yang menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai :

1) Penghilangan secara sengaja jumlah dalam laporan keuangan

untuk mengelabui pemakaian laporan keuangan

2) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya

terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan

atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas

yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva entitas dapat

dilakukan dengan berbagai cara, termasuk penggelapan tanda

terima barang/uang, pencurian aktiva, atau tindakan yang

menyebabkan entitas membayar barang atau jasa yang tidak

diterima oleh entitas atau lebih menurut individu diantara

manajemen, karyawan atau pihak ketiga.

Factor pendorong terjadinya kecurangan menurut

Bologna dalam (Reno, 2017:12) menyebutkan bahwa

terdapat 4 faktor dalam melakukan kecurangan yang

diuraikan dalam Teori Gone antara lain :


13

1) Keserakahan (Greed) : Sifat manusia yang tak pernah

puas atau serakah yang dapat mendorong seseorang

melakukan kecurangan untuk mendapatkan kepuasan

dalam bekerja.

2) Kesempatan (Opportunity) : Pengendalian internal yang

kurang baik akan memberikan kesempatan seseorang

untuk melakukan kecurangan.

3) Kebutuhan (Need) : Bertambahnya kebutuhan untuk

mencapai kehidupan membuat seseorang melakukan

apapun untuk memenuhi kebutuhannya seperti melakukan

kecurangan.

4) Pengungkapan (Exposure) : Adanya konsekuensi yang

harus dihadapi, apabila seseorang tersebut terbukti

melakukan kecurangan.

d. Fraud Tree (Pohon Fraud)

Association of Certified Fraud Examiners (ACFEE)

menggambarkan occupational fraud dalam bentuk fraud tree:

1) Korupsi (Corruption) merupakan jenis fraud yang paling

susah dideteksi karena menyangkut kerjasama dengan

pihak lain dalam menikmati keuntungan seperti suap dan

korupsi. Korupsi dibagi atas :

a) Pertentangan Konflik (conflicts of interst)

b) Suap (bribery)
14

c) Pemberian Ilegal (illegal gratuities)

d) Pemerasan secara ekonomi (economic extortion)

2) Penyimpangan atas Aset (Asset Misappropriation)

merupakan “pengambilan” asset secara illegal yang

dilakukan oleh seseorang yang diberi wewenang untuk

mengawasi asset tersebut yang disebut dengan

menggelapkan cash atau non cash. Diklasifikasikan ke

dalam tiga bentuk yaitu :

a) Skimming

b) Pencurian (Larceny)

c) Pencurian melalui pengeluaran yang tidak sah

(Fraudulent Disbursements)

3) Pernyataan Kecurangan (Fraudulent Statements)

merupakan fraud yang menjadi perhatian auditor dalam

penyajian laporan keuangan untuk melakukan general

audit (opinion audit).

e. Pengendalian Internal

Pengendalian Internal merupakan hal yang sangat penting

diterapkan dalam sebuah perusahaan maupun instansi perusahaan

dengan tujuan untuk meminimalisir penyelewangan yang

dilakukan oleh pihak tertentu. Suatu system dengan proses dan

prosedur yang bertujuan khusus, dirancang dan dilaksanakan untuk

tujuan utama (Tuanakotta, 2012:277).


15

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008

tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah menyatakan

bahwa: “Sistem Pengendalian Internal adalah proses yang integral

pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus

oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan

memadai atas tercapainya tujuan organisasi melaui kegiatan yang

efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan

aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Menurut IAI dalam Standar Profesi Akuntansi Publik

(SPAP) (2011:319.2) dalam (Ichsan, 2016) yaitu: ”pengendalian

internal merupakan suatu proses yang dijalankann oleh dewan

komisaris, manajemen, dan personil lain entitas yang didesain

untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian

tiga golongan berikut, yaitu:

1) Keandalan pelaporan keuangan,

2) Efektivitas dan efisiensi operasi,

3) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

f. Asimetri Informasi

Asimetri Informasi adalah situasi dimana terjadi

ketidakselarasan informasi antara pihak yang memiliki atau

menyediakan informasi dengan pihak yang membutuhkan atau

menerima informasi (Badewin, 2018:2). Asimetri Informasi

merupakan salah satu kendala yang akan menyebabkan munculnya


16

agen dan principal. Laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk

digunakan oleh berbagai pihak, termasuk pihak internal perusahaan

itu sendiri. Pihak-pihak yang sebenarnya paling berkepentingan

dengan laporan keuangan adalah para pengguna eksternal

(pemegang saham,kreditor, pemerintah, masyarakat).

Terdapat 2 jenis Asimetri Informasi yang dijelaskan oleh

(Safitri et al,2015) dalam (Rizky, 2018:16) :

1) Asimetri Informasi Vertikal

Merupakan suatu Informasi yang mengalir dari

tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang

lebih tinggi (atasan). Setiap bawahan dapat

mempunyai alasan yang baik dengan meminta atau

memberi informasi kepada atasan.

2) Asimetri Horizontal

Merupakan suatu informasi yang mengalir dari

orang-orang dan jabatan yang sama tingkat otoritasnya

atau informasi yang bergerak diantara orang-orang dan

jabatan-jabatan yang tidak menjadi atasan ataupun

bawahan antara satu dengan yang lain dan yang

menempati bidang fungsional yang berbeda dalam

organisasi namun level yang sama.


17

g. Kesesuaian Kompensasi

Kompensasi adalah setiap bentuk yang diberikan kepada

seluruh karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang diberikan

kepada perusahaan/organisasi (Mulyadi,2015:11). Kompensasi

merupakan suatu pendapatan yang diterima oleh karyawan baik

berupa uang maupun barang secara langsung maupun tidak

langsung sebagai kontribusi jasa karyawan kepada suatu

perusahaan (Andi, 2014:24). Kompensasi yang diterima karyawan

harus sesuai dengan kontribusi yang diberikan karyawan kepada

organisasi. Pemberian kompensasi yang sesuai kepada karyawan

dapat memberikan kepuasan dan motivasi kepada karyawan dalam

bekerja dan dapat meminimalkan tindakan karyawan untuk

melakukan kecurangan akuntansi melalui pencurian asset atau

penipuan lainnya.

Tujuan manajemen kompensasi efektif (Rivai, 2010:743)

dalam (Andi,2014:25) meliputi;

1) Memperoleh SDM yang Berkualitas.

2) Mempertahankan Karyawan yang Ada.

3) Menjamin Keadilan. Manajemen kompensasi selalu berupaya

agar keadilan internal dan eksternal dapat terwujud.

4) Penghargaan Terhadap Perilaku yang Diinginkan.

5) Mengendalikan Biaya.
18

h. Implementasi Good Governance

Forum Coorporate Governance In Indonesia

mendefinisikan Good Governance sebagai suatu perangkat

peraturan yang menetapkan hubungan antara pemerintah,

karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern

lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau

dapat dikatakan sebagai suatu system yang mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan atau entitas (Safitri et al.,2015) dalam

(Rizky, 2018:22). Setiap Negara sangat menginginkan Good

Governance agar suatu Negara tersebut dapat menciptakan

kepemerintahan yang baik dan bersih secara umum.

Penyelenggaran Good Governance berlandaskan pada 3 prinsip

dasar yaitu :

1) Transparasi

Mengenai keterbukaan dalam manajemen pemerintahan,

manajemen lingkungan ekonomi, social dan politik

2) Akuntabilitas

Berkaitan dengan pertanggungjawaban keberhasilan dan

kegagalan kepada pemberi amanah terkait kinerja pelaksanaan

kegiatan pemerintah

3) Partisipasi
19

Setiap pengambilan keputusan bersifat demokratis,

pengakuan HAM, mengemukan pendapat dan mengakomodasi

aspirasi masyarakat.

Dengan diterapkannya 3 prinsip Good Governance maka

secara optimal akan meminimalisir peluang terjadinya kecurangan

(Fraud).

2. Publikasi Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang dilakukan oleh Andi Amirullah Arif Tiro (2014)

dengan judul Pengaruh Pengendalian Internal dan Kompensasi

terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan Teknik Analisis Linear Berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pengendalian Internal

berpengaruh positif signifikan terhadap Kecenderungan Kecurangan

Akuntansi (Fraud), Kompensasi berpengaruh positif signifikan

terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Fraud).

Penelitian yang dilakukan oleh Ihcsan Randiza (2016) dengan

judul Pengaruh Pengendalian Internal, Asimetri Informasi, Moralitas

Aparat Pemerintah dan Ketaatan Aturan Terhadap Kecenderungan

Kecurangan Akuntansi (Fraud). Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan Teknik Analisis Linear Berganda. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa Pengendalian Internal berpengaruh terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi, Asimetri Informasi berpengaruh

terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, Moralitas Aparat


20

Pemerintah berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi, Ketaatan Aturan berpengaruh terhadap kecenderungan

kecurangan akuntansi.

Penelitian yang dilakukan oleh Reno Joko Sadewo (2017)

dengan judul Pengaruh Pengendalian Internal dan Kepuasan Kerja

terhadap Kecurangan Akuntansi (Fraud). Penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan Teknik Analisis Regresi Berganda. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa Pengendalian Internal berpengaruh

negative signifikan terhadap kecurangan akuntansi, Kepuasan Kerja

berpengaruh negative signifikan terhadap kecurangan akuntansi.

Penelitian yang dilakukan oleh Rizky Amalia (2018) dengan

judul Pengaruh Asimetri Informasi, Moralitas Pimpinan, Kesesuaian

Kompensasi, Efektivitas Pengendalian Internal, Good Governance dan

Keadilan Organisasi terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Teknik Convenience

Sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Asimetri Informasi

berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi,

moralitas pimpinan tidak berpengaruh terhadap kecenderungan

kecurangan akuntansi, kesesuaian kompensasi berpengaruh negative

terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi dan efektivitas

pengendalian internal, good governance, keadilan organisasi tidak

berpengaruh negative terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.


21

Penelitian yang dilakukan oleh Badewin (2018) dengan judul

Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal, Asimetri Informasi dan

Implementasi Good Governance terhadap Kecenderungan Kecurangan

Akuntansi. Peneliitian ini dilakukan dengan menggunakan Teknik

Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa Secara parsial variable efektivitas pengendalian internal,

asimetri informasi dan implementasi good governance berpengaruh

terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.


22

Table 1

Publikasi Penelitian Sebelumnya

Uraian Penelitian Sebelumnya Penelitian

Sekarang

Nama/ Tahun Andi Amirullah Ichsan Randiza Reno Joko Sadewo Risky Amalia Badewin (2018) Ni Luh Asri Nevi
Penelitian Arif Tiro (2014) (2016) (2017) (2018) Wahyuni (2019)
Judul Pengaruh Pengaruh Pengaruh Pengaruh Asimetri Pengaruh Pengaruh
Pengendalian Pengendalian Pengendalian Informasi, Efektivitas Pengendalian
Internal dan Internal, Asimetri Internal dan Moralitas Pengendalian Internal, Asimetri
Kompensasi Informasi, Kepuasan Kerja Pimpinan, Internal, Asimetri Informasi,
Terhadap Moralitas Aparat terhadap Kesesuaian Informasi dan Kesesuaian
Kecenderungan Pemerintah dan Kecurangan Kompensasi, Implementasi Kompensasi, dan
Kecurangan Ketaatan Aturan Akuntansi pada Efektivitas Good Governance Implementasi
Akuntansi (Fraud) Terhadap Dinas Pengendalian terhadap Good Governance
Pada Pemerintah Kecenderungan Perindustrian Internal, Good Kecenderungan terhadap
Kota Palopo Kecurangan Perdagangan Governance dan Kecurangan Kecenderungan
Akuntansi (Studi Koperasi dan Keadilan Akuntansi pada Kecurangan
Kasus Pada SKPD UMKM Daerah Organisasi terhadap SKPD Kab. Akuntansi (Fraud)
Kab. Indragiri Istimewa Kecenderungan Indragiri Hilir pada Satuan Kerja
Hilir) Yogyakarta Kecurangan Perangkat Daerah
Akuntansi (Studi (SKPD)
23

Empiris Dinas Kabupaten Badung


Pendapatan
Pengelolaan
Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten
Magelang)
Rumusan 1. Apakah terdapat 1. Apakah 1. Bagaimanakah 1. Apakah asimetri 1. Apakah 1. Apakah
Permasalahan pengaruh terdapat pengendalian informasi efektivitas pengendalian
pengendalian pengaruh internal berpengaruh pengendalian internal
internal terhadap pengendalian berpengaruh terhadap internal berpengaruh
kecenderungan internal terhadap kecenderungan berpengaruh terhadap
kecurangan terhadap kecurangan kecurangan terhadap kecenderungan
akuntansi (fraud) kecenderungan akuntansi? akuntansi? kecenderungan kecurangan
pada Pemerintah kecurangan 2. Bagaimanakah 2. Apakah kecurangan akuntansi?
Kota Palopo? akuntansi pada kepuasan kerja moralitas akuntansi? 2. Apakah asimetri
2. Apakah terdapat Satuan Kerja berpengaruh pimpinan 2. Apakah asimetri informasi
pengaruh Perangkat terhadap berpengaruh informasi berpengaruh
kompensasi Daerah kecurangan terhadap berpengaruh terhadap
terhadap Kabupaten akuntansi? kecenderungan terhadap kecenderungan
kecenderungan Indragiri Hilir? 3. Bagaimanakah kecurangan kecenderungan kecurangan
kecurangan 2. Apakah pengendalian akuntansi? kecurangan akuntansi?
akuntansi (fraud) terdapat internal dan 3. Apakah akuntansi? 3. Apakah
pada Pemerintah pengaruh kepuasan kerja kesesuaian 3. Apakah kesesuaian
Kota Palopo? asimetri berpengaruh kompensasi implementasi kompensasi
3. Apakah terdapat informasi terhadap berpengaruh good berpengaruh
pengaruh terhadap kecurangan terhadap governance terhadap
pengendalian kecenderungan akuntansi? kecenderungan berpengaruh kecenderungan
24

internal dan kecurangan kecurangan terhadap kecurangan


kompensasi akuntansi pada akuntansi? kecenderungan akuntansi?
secara bersama Satuan Kerja 4. Apakah kecurangan 4. Apakah
terhadap Perangkat efektivitas akuntansi? implementasi
kecenderungan Daerah pengendalian 4. Apakah good
kecurangan Kabupaten internal efektivitas governance
akuntansi (fraud) Indragiri Hilir? berpengaruh pengendalian berpengaruh
pada Pemerintah 3. Apakah terhadap internal, terhadap
Kota Palopo? terdapat kecenderungan asimetri kecenderungan
pengaruh kecurangan informasi dan kecurangan
moralitas aparat akuntansi? implementasi akuntansi?
pemerintah 5. Apakah good good
terhadap governance governance
kecenderungan berpengaruh secara simultan
kecurangan terhadap berpengaruh
akuntansi pada kecenderungan terhadap
Satuan Kerja kecurangan kecenderungan
Perangkat akuntansi? kecurangan
Daerah 6. Apakah keadilan akuntansi?
Kabupaten organisasi
Indragiri Hilir? berpengaruh
4. Apakah terhadap
terdapat kecenderungan
pengaruh kecurangan
ketaatan aturan akuntansi?
terhadap
kecenderungan
25

kecurangan
akuntansi pada
Satuan Kerja
Perangkat
Daerah
Kabupaten
Indragiri Hilir?
5. Apakah
terdapat
pengaruh
pengendalian
internal,
asimetri
informasi,
noralitas aparat
pemerintah dan
ketaatan aturan
terhadap
kecenderungan
kecurangan
akuntansi pada
Satuan Kerja
Perangkat
Daerah
Kabupaten
Indragiri Hilir?
Variabel Pengendalian Pengendalian Pengendalian Asimetri Informasi Efektivitas Pengendalian
26

Penelitian Internal (X1), Internal (X1), Internal (X1), (X1), Moralitas Pengendalian Internal (X1),
Kompensasi (X2), Asimetri Informasi Kepuasan Kerja Pimpinan (X2), Internal (X1), Asimetri Informasi
Kecenderungan (X2) , Moralitas (X2), Kecurangan Kesesuaian Asimetri Informasi (X2), Kesesuaian
Kecurangan Aparat Pemerintah Akuntansi (Y) Kompensasi (X3), (X2), Kompensasi (X3),
Akuntansi (Fraud) (X3), Ketaatan Efektivitas Implementasi Implementasi
(Y) Aturan (X4), Pengendalian Good Governance Good Governance
Kecenderungan Internal (X4), Good (X3), (X4),
Kecurangan Governance (X5), Kecenderungan Kecenderungan
Akuntansi (Y) Keadilan Kecurangan Kecurangan
Organisasi (X6), Akuntansi (Y) Akuntansi (Y)
Kecenderungan
Kecurangan
Akuntansi (Y)
Teknik Analisis Linear Analisis Linear Analisis Regresi Teknik Analisis Regresi Analisis Regresi
Analisis Data Berganda Berganda Berganda Convenience Linear Berganda Linier Berganda
Sampling
Hasil Pengendalian Pengendalian Pengendalian Asimetri Informasi Secara parsial Masih dalam
Penelitian Internal Internal Internal berpengaruh positif variable efektivitas penelitian
berpengaruh positif berpengaruh berpengaruh terhadap pengendalian
signifikan terhadap terhadap negative signifikan kecenderungan internal, asimetri
Kecenderungan kecenderungan terhadap kecurangan informasi dan
Kecurangan kecurangan kecurangan akuntansi, moralitas implementasi
Akuntansi (Fraud), akuntansi, akuntansi, pimpinan tidak good governance
Kompensasi Asimetri Informasi Kepuasan Kerja berpengaruh berpengaruh
berpengaruh positif berpengaruh berpengaruh terhadap terhadap
signifikan terhadap terhadap negative signifikan kecenderungan kecenderungan
Kecenderungan kecenderungan terhadap kecurangan kecurangan
27

Kecurangan kecurangan kecurangan akuntansi, akuntansi


Akuntansi (Fraud) akuntansi, akuntansi kesesuaian
Moralitas Aparat kompensasi
Pemerintah berpengaruh
berpengaruh negative terhadap
terhadap kecenderungan
kecenderungan kecurangan
kecurangan akuntansi dan
akuntansi, efektivitas
Ketaatan Aturan pengendalian
berpengaruh internal, good
terhadap governance,
kecenderungan keadilan organisasi
kecurangan tidak berpengaruh
akuntansi negative terhadap
kecenderungan
kecurangan
akuntansi
28

Tabel 2

Mapping Publikasi Penelitian Sebelumnya

Variabel Variabel Independen (X)


Dependen (Y)
No Nama/ Kecenderungan Pengendalian Asimetri Moralitas Ketaatan Kepuasan Moralitas Kesesuain Keadilan Implementasi
Tahun Kecurangan Internal Informasi Aparat Aturan Kerja Pimpinan Kompensasi Organisasi Good
Peneliti Akuntansi Pemerintah Governance

1 Andi √ √+ √+
Amirullah
Arif Tiro
(2014)
2 Ichsan √ √ √ √ √
Randiza
(2016)
3 Reno Joko √ √- √-
Sadewo
(2017)
4 Risky √ X- √+ X √- X- X-
Amalia
(2018)
5 Badewin √ √ √ √
(2018)
29

Catatan :

√ : berpengaruh

√+ : berpengaruh positif

√- : berpengaruh negatif

X : tidak berpengaruh

X- : tidak berpengaruh negatif


30

E. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian dapat diuraikan bahwa

hipotesis penelitian diperoleh dari teori utama dan penelitian pendukung.

Teori utama yang digunakan adalah Fraud Triangel Theory dan Teori

Agensi, Penelitian pendukung terdiri dari penelitian yang dilakukan oleh

Andi Amirullah Arif Tiro (2014) dengan judul Pengaruh Pengendalian

Internal dan Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

(Fraud). Ichsan Randiza (2016) dengan judul Pengaruh Pengendalian

Internal, Asimetri Informasi, Moralitas Aparat Pemerintah dan Ketaatan

Aturan Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Reno Joko

Sadewo (2017) dengan judul Pengaruh Pengendalian Internal dan

Kepuasan Kerja terhadap Kecurangan Akuntansi. Risky Amalia (2018)

dengan judul Pengaruh Asimetri Informasi, Moralitas Pimpinan,

Kesesuaian Kompensasi, Efektivitas Pengendalian Internal, Good

Governance dan Keadilan Organisasi terhadap Kecenderungan

Kecurangan Akuntansi. Badewin (2018) dengan judul Pengaruh

Efektivitas Pengendalian Internal, Asimetri Informasi dan Implementasi

Good Governance terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.

Berdasarkan rumusan tersebut dapat dirumuskan hipotesis

penelitian selanjutnya yang dilakukan uji statistik terhadap hipotesis

penelitian dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda,

hasil dari pengujian statistik tersebut kemudian disimpulkan apakah sesuai

dengan teori dan penelitian sebelumnya atau berbeda.


31

Gambar 1
Kerangka Pemikiran Penelitian

Isu dan Fenomena :


Terjadinya kecurangan yang berupa kasus korupsi pada
Kabupaten Badung tahun 2013 dan 2017

Grand Teori : Teori Empiris :


1. Fraud Triangel 1. Andi Amirullah Arif Tiro (2014) Pengaruh Pengendalian Internal dan
Theory Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Fraud)
2. Teori Agensi Pada Pemerintah Kota Palopo.
2. Ichsan Randiza (2016) Pengaruh Pengendalian Internal, Asimetri
Informasi, Moralitas Aparat Pemerintah dan Ketaatan Aturan Terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi Kasus Pada SKPD Kab.
Indragiri Hilir).
3. Reno Joko Sadewo (2017) Pengaruh Pengendalian Internal dan
Kepuasan Kerja terhadap Kecurangan Akuntansi pada Dinas
Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Daerah Istimewa
Yogyakarta.
4. Risky Amalia (2018) Pengaruh Asimetri Informasi, Moralitas
Pimpinan, Kesesuaian Kompensasi, Efektivitas Pengendalian Internal,
Good Governance dan Keadilan Organisasi terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi (Studi Empiris Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Magelang).
5. Badewin (2018) Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal, Asimetri
Informasi dan Implementasi Good Governance terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi pada SKPD Kab. Indragiri Hilir
Hipotesis :

H1 : Pengendalian Internal Berpengaruh Negatif terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi


H2 : Asimetri Informasi Berpengaruh Positif terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
H3 : Kesesuaian Kompensasi berpengaruh Negatif terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
H4: Implementasi Good Governance berpengaruh Negatif terhadap Kecenderungan Akuntansi

Uji Statistik
Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil Penelitian

Simpulan
32

Gambar 2

Model Penelitian

Pengaruh pengendalian internal, asimetri informasi, kesesuaian kompensasi

dan implementasi good governance terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi (fraud)

Pengendalian Internal
( X1 ) H1: (-)

Kecenderungan
Asimetri Informasi
H2: (+) Kecurangan
(X2)
Akuntansi
(Y)
Kesesuaian
Kompensasi H3: (-)
(X3)

Implementasi Good
Governance H4: (-)
(X4)
(X4)

Gambar 2 menyajikan tentang model penelitian yang menunjukkan

bahwa terdapat variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang

termasuk adalah yaitu Pengendalian Internal (X1), Asimetri Informasi (X2),

Kesesuaian Kompensasi (X3), Implementasi Good Governance (X4) yang

berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu Kecenderungan Kecurangan

Akuntansi (Y).
33

F. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari pokok permasalahan yang

akan diuji kebenarannya serta memberikan pedoman dalam pencapaian

tujuan. Berdasarkan dari tinjauan pustaka (landasan teori dan publikasi

sebelumnya), yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Pengaruh Pengendalian Internal terhadap Kecurangan Akuntansi

(Fraud) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Badung

Menurut IAI dalam Standar Profesi Akuntansi Publik (SPAP)

(2011:319.2) dalam (Ichsan, 2016) yaitu: ”pengendalian internal

merupakan suatu proses yang dijalankann oleh dewan komisaris,

manajemen, dan personil lain entitas yang didesain untuk memberikan

keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan.

Pengendalian Internal merupakan hal yang sangat penting diterapkan

dalam sebuah perusahaan maupun instansi perusahaan dengan tujuan

untuk meminimalisir penyelewangan yang dilakukan oleh pihak tertentu.

Kecenderungan kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh ada atau

tidaknya peluang untuk melakukan hal tersebut. Peluang yang besar

membuat kecenderungan kecurangan akuntansi lebih sering terjadi.

Peluang tersebut dapat dikurangi dengan pengendalian internal yang

baik. Pengendalian internal yang baik dapat mengurangi atau bahkan

menutup peluang untuk melakuakan kecenderungan kecurangan


34

akuntansi. Dari penelitian yang dilakukan oleh Andi Amirullah Arif Tiro

(2014), Ichsan Randiza (2016), Reno Joko Sadewo (2017), Risky

Amalia (2018), dan Badewin (2018) diperoleh hasil Pengendalian

Internal berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya maka

hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

H1:Pengendalian Internal berpengaruh negatif terhadap

Kecurangan Akuntansi (Fraud) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah

Kabupaten Badung.

2. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Kecenderungan Kecurangan

Akuntansi (Fraud) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten

Badung.

Asimetri Informasi adalah situasi dimana terjadi ketidakselarasan

informasi antara pihak yang memiliki atau menyediakan informasi

dengan pihak yang membutuhkan atau menerima informasi (Badewin,

2018:2). Asimetri Informasi merupakan salah satu kendala yang akan

menyebabkan munculnya permasalahan antara agen dan principal. Dari

penelitian yang dilakukan oleh Ichsan Randiza (2016), Risky Amalia

(2018) dan Badewin (2018) diperoleh hasil Asimetri Informasi

berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.


35

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya maka

hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

H2: Asimetri Informasi berpengaruh positif terhadap Kecurangan

Akuntansi (Fraud) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten

Badung.

3. Pengaruh Kesesuaian Kompensasi terhadap Kecenderungan Kecurangan

Akuntansi (Fraud) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten

Badung.

Kompensasi merupakan suatu pendapatan yang diterima oleh

karyawan baik berupa uang maupun barang secara langsung maupun

tidak langsung sebagai kontribusi jasa karyawan kepada suatu

perusahaan (Andi, 2014:24). Kompensasi merupakan sebuah bentuk

sebagai balas jasa atas kontribusi yang diberikan kepada

perusahaan/organisasi baik yang berbentuk uang maupun barang kepada

kepada karyawan atau kontribusi karyawan atas telah mencapai tujuan

perusahaan. Kompensasi yang diterima karyawan harus sesuai dengan

kontribusi yang diberikan karyawan kepada organisasi. Dari penelitian

yang dilakukan oleh Andi Amirullah Arif Tiro (2014) dan Risky Amalia

(2018) diperoleh hasil Kesesuaian Kompensasi berpengaruh terhadap

Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.


36

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya maka

hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

H3: Kesesuaian Kompensasi berpengaruh negatif terhadap

Kecurangan Akuntansi (Fraud) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah

Kabupaten Badung.

4. Implementasi Good Governance

Forum Coorporate Governance In Indonesia mendefinisikan

Good Governance sebagai suatu perangkat peraturan yang menetapkan

hubungan antara pemerintah, karyawan, serta para pemegang

kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan

kewajiban mereka atau dapat dikatakan sebagai suatu system yang

mengarahkan dan mengendalikan perusahaan atau entitas (Safitri et

al.,2015) dalam (Rizky, 2018:22). Good Governance dapat diartikan

sebagai cara pemerintah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki

oleh Negara untuk pembangunan suatu Negara dan masyarakat demi

terciptanya pemerintahan yang adil dan bertanggung jawab. Dari

penelitian yang dilakukan oleh Risky Amalia (2018) diperoleh hasil

Implementasi Good Governance tidak berpengaruh negatif terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi dan Badewin (2018) diperoleh

hasil Implementasi Good Governance berpengaruh terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi.


37

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya maka

hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

H4: Implementasi Good Governance berpengaruh negatif terhadap

Kecurangan Akuntansi (Fraud) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah

Kabupaten Badung.

G. Metode Penelitian

1. Tempat dan Objek Penelitian

a. Tempat

Penelitian ini dilakukan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) Kabupaten Badung.

b. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Pengendalian Internal, Asimetri

Informasi, Kesesuaian Kompensasi, Implementasi Good Governance

dan Kecurangan Akuntansi (Fraud) pada Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) Kabupaten Badung.

2. Populasi dan Metode Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi diartikan sebagai daerah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik


38

kesimpulannya (Sugiyono, 2016:80). Populasi penelitian ini adalah

31 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Badung.

b. Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2016: 81). Sampel diambil

dengan metode non probability sampling dengan metode pemilihan

sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,

2016:65). Adapun kriteria purposive responden yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1) Para pegawai yang melaksanakan fungsi akuntansi/

penatausahaan keuangan pada Satuan Kerja Perangkat

Daerah Kabupaten Badung

2) Responden dalam penelitian ini adalah Pegawai yang

menjabat sebagai Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara

Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, dan Bendahara Gaji.

Tujuan dalam penelitian ini adalah karena pegawai

yang menjabat sebagai Pejabat Pembuat Pembuat Komitmen,

Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, Bendahara

Gaji adalah pejabat yang memiliki tugas dan wewenang di

bidang keuangan SKPD meliputi pengelolaan, penerimaan,


39

pengeluaran keuangan dan proyek-proyek yang dikelola

pemerintah Kabupaten Badung.


40

Tabel 2

Daftar SKPD Kabupaten Badung

No Nama SKPD Jumlah

Responden

1 Inspektorat Kabupaten Badung 4


2 Sekretariat Daerah Kabupaten Badung 4
3 Sekretariat DPRD Kabupaten Badung 4
4 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten 4
Badung
5 Badan Pendapatan Daerah/ Pasedahan Agung 4
Kabupaten Badung
6 Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya 4
Manusia Kabupaten Badung
7 Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah 4
Kabupaten Badung
8 Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten 4
Badung
9 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten 4
Badung
10 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten 4
Badung
11 Dinas Pariwisata Kabupaten Badung 4
12 Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten 4
Badung
13 Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung 4
14 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu 4
Pintu Kabupaten Badung
15 Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten 4
Badung
16 Dinas Koperasi, Usaha Kecil Mengenah, dan 4
Perdagangan Kabupaten Badung
17 Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olah Raga 4
Kabupaten Badung
18 Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung 4
19 Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Badung 4
20 Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, 4
Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak
41

Kabupaten Badung
21 Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Badung 4
22 Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Badung 4
23 Dinas Kesehatan Kabupaten Badung 4
24 Dinas Sosial Kabupaten Badung 4
25 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 4
Kabupaten Badung
26 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten 4
Badung
27 Dinas Perikanan Kabupaten Badung 4
28 Dinas Perhubungan Kabupaten Badung 4
29 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten 4
Badung
30 Dinas Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten 4
Badung
31 Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman 4
Kabupaten Badung
Jumlah 124
Sumber : https://badungkab.go.id

3. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel independen dan

variabel dependen. Berikut penjelasan variabel tersebut :

a. Variabel dependen (dependent variable)

Dependent variable dalam bahasa Indonesia sering disebut

variabel terikat. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,


42

2016:39). Variabel terikat yang digunakan adalah Kecenderungan

Kecurangan Akuntansi (Y).

b. Variabel independen (independent variable)

Variabel independen adalah variabel yang tidak tergantung

pada variabel lain atau biasa disebut sebagai variable bebas. Variabel

independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(Sugiyono, 2016:39). Adapun variabel independen yang

dipergunakan adalah:

1) Efektivitas Pengendalian Internal (X1)

2) Asimetri Informasi (X2)

3) Kesesuaian Kompensasi (X3)

4) Implementasi Good Governance (X4)

4. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian terdapat variabel-variabel yang akan diteliti yang

bersifat saling mempengaruhi. Variabel-variabel ini dapat juga disebut

sebagai objek penelitian. Variabel dapat diartikan sebagai sesuatu yang

dijadikan objek penelitian sebagai faktor-faktor yang berperan dalam

peristiwa atau gelaja yang akan diteliti. Definisi operasional variabel


43

merupakan suatu definisi yang dinyatakan dalam bentuk istilah secara

spesifik atau dengan pengukuran tertentu. Definisi operasional dibentuk

dengan mencari indikator empiris konsep diukur dengan skala likert.

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Kecurangan Akuntansi (Fraud) (Y)

Kecurangan Akuntansi adalah suatu tindak penipuan terencana

dengan melanggar aturan akuntansi, dimana perbuatan tersebut

mengakibatkan kerugian bagi pihak lain. Pengukuran variabel ini

menggunakan skala likert 1 sangat sangat tidak setuju sampai 5 sangat

setuju digunakan untuk mengukur respon dari responden. Dimensi

indikator yang digunakan diadopsi dari penelitian Rizky Rahmaida

(2016) yaitu:

1) Kecurangan Laporan Keuangan

a) Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau

dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data bagi

penyajian laporan keuangan.

b) Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan

keuangan peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan.

c) Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang

berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau

pengungkapan.
44

2) Penyalahgunaan Aset

a) Penyajian laporan keuangan yang salah akibat pencurian

(penyalahgunaan/penggelapan) terhadap aktiva yang membuat

entitas membayar barang/jasa yang tidak diterima.

3) Korupsi

a) Penyajian laporan keuangan yang salah akibat perlakuan yang

tidak semestinya terhadap aktiva dan disertai dengan catatan

atau dokumen palsu dan dapat menyangkut satu atau lebih

individu di antara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga.

b. Pengendalian Internal (X1)

Pengendalian internal merupakan proses yang dijalankan untuk

memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian keandalan laporan

keuangan atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang

efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset

Negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Pengukuran variabel ini menggunakan skala likert 1 sangat sangat tidak

setuju sampai 5 sangat setuju. Dimensi dan indikator yang digunakan

diadopsi dari penelitian Anggit Purwitasari (2013) yaitu:

1) Lingkungan pengendalian
45

a) Integritas dan nilai etika

b) Komitmen terhadap kompetensi

c) Filosofi manajemen dan gaya operasi

d) Kebijakan dan praktik SDM

2) Penilaian risiko

a) Identifikasi risiko

b) Analisis risiko

c) Mengelola risiko

3) Aktivitas pengendalian

a) Pemisahan fungsi

b) Review fungsi

c) Pengendalian fisik atas aset

4) Informasi dan komunikasi

a) Terkomputerisasi

b) Sarana komunikasi

c) SIA dan SIM cukup memadai

d) Informasi dihasilkan secara cepat dan tepat waktu

5) Pemantauan

a) Pemantauan berkelanjutan

b) Evaluasi terpisah

c) Tindak lanjut
46

c. Asimetri Informasi (X2)

Asimetri informasi merupakan keadaan dimana pihak dalam

perusahaan mengetahui informasi yang lebih baik dibanding pihak luar

perusahaan (stakeholder). Jika keadaan tersebut terjadi, maka akan

membuka peluang bagi pihak dalam perusahaan untuk melakukan

kecurangan. Pengukuran skala ini menggunakan skala likert 1 sangat

sangat tidak setuju sampai 5 sangat setuju. Dimensi dan indikator yang

digunakan diadopsi dari penelitian Rizky Amalia (2018) yaitu:

1) Manajemen memiliki informasi yang lebih baik

2) Manajemen lebih mengetahui potensi kinerja

3) Manajemen lebih mengenal teknis pekerjaan

4) Manajemen lebih mengetahui faktor eksternal

5) Manajemen lebih mengerti apa yang dapat dicapai

d. Kesesuaian Kompensasi (X3)

Sistem kompensasi merupakan sistem penghargaan financial

(upah pembayaran) dirancang agar mampu menarik perhatian,

mempertahankan, dan mendorong seseorang yang bekerjapada agar

bekerja dengan produktif. Kompensasi yang memadai diharapkan dapat

meminimalisir kecurangan yang terjadi. Insentif yang diberikan dapat


47

mendorong pegawai untuk berbuat sesuai dengan prosedur. Pengukuran

skala ini menggunakan skala likert 1 sangat sangat tidak setuju sampai 5

sangat setuju. Dimensi dan indikator yang digunakan diadopsi dari

penelitian Devia Prapnalia (2015) yaitu:

1) Kompetensi ekstrinsik

a) Kompensasi keuangan

b) Pengakuan perusahaan atas keberhasilan dalam melaksanakan

pekerjaan

c) Promosi

2) Kompensasi intrinsic

a) Penyelesaian tugas

b) Pencapaian sarana

c) Pengembangan pribadi

e. Implementasi Good Governance (X4)

Governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan-urusan

publik (Mardiasmo, 2009:17). Jadi, Good Governance merupakan

system pemerintahan yang sangat diinginkan oleh setiap Negara agar

suatu Negara tersebut dapat menciptakan kepemerintahan yang baik dan

bersih secara umum. Pengukuran skala ini menggunakan skala likert 1

sangat sangat tidak setuju sampai 5 sangat setuju. Dimensi dan indikator
48

yang digunakan diadopsi dari penelitian Rizky Amalia (2018) yaitu:

pemahaman karyawan terhadap good governance.

5. Jenis Data

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan

data kualitatif.

1) Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka atau data

kualitatif yang diangkakan (Sugiyono,2016:23). Data kuantitatif

yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran atas

jawaban responden yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka

meliputi skor jawaban kuesioner dengan bantuan skala likert.

2) Data kualitatif yaitu data yang berbentuk kalimat, kata, atau gambar

(Sugiyono, 2016:23). Data kualitatif dalam penelitian ini berupa

elemen-elemen pertanyaan yang terdapat pada kuesioner.

b. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. (Sugiyono, 2016:219).

6. Metode Pengumpulan Data


49

Di dalam mengumpulkan data untuk penelitian ini, metode pengumpulan

data yang digunakan adalah metode kuesioner. Kuesioner adalah teknik

pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat petanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono,2016:145). Bentuk yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dimana responden hanya

memberi tanda atau mengisi nilai skala yang ditentukan dengan skala likert,

dengan penilaian sangat sangat tidak setuju (SSTS), sangat tidak setuju (STS),

tidak setuju (TS), setuju (S), sangat setuju (SSS). Data yang sudah terkumpul

kemudian dilakukan uji instrument yaitu:

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dan pernyataan

dalam kuesioner mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut. Untuk mengukur validitas instrumen dalam penelitian ini, akan

digunaan korelasi pearson correlation dengan bantuan program statistical

package for social science (SPSS). Validitas dapat dilakukan dengan

mengkorelasikan Antara skor faktor dengan skor total dan bila korelasi tiap

faktor tersebut positif 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan construct

yang kuat. (Ghozali 2016: 52).

b. Uji Reliabilitas
50

Uji Reliabilitas merupakan suatu alat untuk mengukur suatu

kuesioner yang merupakan indicator dari variabel atau konstruk. Suatu

kuesioner dikataan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2016:

47). Pengujian reliabilitas setiap variabel menggunakan teknik cronbach

alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai

Cronbach Alpha >0,70.

7. Teknis Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam peneliti ini adalah analisis

regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda merupakan analisis yang

digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variable atau lebih

dan menunjukkan arah hubungan antara variable dependent dan variable

independent (Gozhali,2016:93).

a. Analisis Regresi Linier Berganda

Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi

linier berganda. Analisis ini merupakan analisis untuk meramalkan

bagaimana keadaan (naik turunnya) variable dependent, bila dua atau lebih

variable independent sebagai faktor predictor dimanipulasi (dinaik turunkan

nilainya). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan

menunjukkan arah hubungan antara Pengendalian Internal, Asimetri

Informasi, Kesesuaian Kompensasi dan Implementasi Good Governance


51

terhadap kecurangan akuntansi (fraud) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) kabupaten Badung. Jadi analisis regresi ganda akan dilakukan bila

jumlah variable independentnya minimal 2 (Sugiyono 2016 :275). Model

dari hubungannya dapat disusun dalam persamaan linier sebagai berikut :

Y = a + β1X1 + β1X2 + β1X3 + β1X4 + e

Keterangan:

Y = Variabel Dependent ( Kecurangan Akuntansi)

a = Konstanta

β = Koefisien regresi

e = Kesalahan Residual

X = Variabel Independent

X1 = Pengendalian Internal

X2 = Asimetri Informasi

X3 = Kesesuaian Kompensasi

X4 = Implementasi Good Governance

Uji regresi perlu uji prasyarat berupa uji asumsi klasik yaitu

uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinieritas dan uji

heterokedastisitas.

1) Uji Normalitas
52

Tujuan dilakukannya uji nomalitas adalah untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel

independen memiliki data distribusi yang normal atau tidak. Dalam

penelitian ini digunakan dua cara untuk melakukan uji normalitas

data. Pertama, dengan analisis grafik dimana alat uji yang digunakan

adalah analisis histogram dan analisis grafik normal plot. Kedua,

menggunakan analisis statistik dengan Kolmogorov-Smirnov Z (I-

Sample K-S) (Gozhali,2016:30). Jika pengujian menghasilkan nilai

signifikan lebih besar dari 0,05 atau a> 0,05 maka asumsi normalitas

terpenuhi.

2) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi untuk menguji apakahh dalam model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada teori t-1 sebelumnya

(Gozhali,2016:107). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi

yaitu dengan menggunakan uji Durbin Watson. Pengujian

autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson Test. Asumsi

non-autokorelasi terpenuhi jika pengujian menghasilkan nilai du <

dw < 4 – du. (Gozhali,2016:108)

3) Uji Multikolinieritas
53

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas dalam suatu

regresi linier berganda (Gozhali,2016:103). Pengujian

multikolinieritas dilakukan dengan menganalisis matriks korelasi

variabel-variabel independent. Jika antara variabel independen ada

korelasi yang cukup tinggi diatas 0,90 atau a> 0,90, maka hal ini

merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Pengujian ini dapat

pula dilakukan dengan menghitung nilai VIF (Variance Inflating

Factor). Jika pengujian menghasilkan nilai VIF lebih kecil dari 10

atau a<10 maka asumsi non-multikolinieritas terpenuhi

(Gozhali,2016:103).

4) Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lin (Gozhali,2016;134). Pengujian

heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji koefisien

korelasi Rank Spearman. Jika pengujian menghasilkan nilai lebih

besar dari 0,05 (5%) atau a>0,05 maka persamaan regresi tidak

mengandung heterokedastisitas.

5) Uji F (Uji kelayakan Model)

Uji ini digunakan untuk menguji kelayakan model (goodness of

fit). Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen yang


54

dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen. Untuk menentukan nilai F tabel, tingkat

signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan

(degree of freedom) df = (n-k) dan (k-1) dimana n adalah jumlah

sampel, kriteria yang digunakan adalah:

a. Bila F hitung > F tabel atau probabilitas < nilai signifikan ( Sig ≤

0,05), maka Ha (hipotesis alternatif ) tidak dapat ditolak, ini

berarti bahwa secara simultan variabel independen memiliki

pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Bila F hitung < F tabel atau probabilitas > nilai signifikan ( Sig ≥

0,05), maka Ha (hipotesis alternatif) ditolak, ini berarti bahwa

secara simultan variabel independen tidak mempunyai pengaruh

signifikan terhadap variabel dependen (Ghozali,2016:96).

6) Uji t (t-test)

Uji parsial dengan t-test digunakan untuk mengetahui pengaruh

masing-masing variabel independen terhadap dependen (Ghozali,

2016:97). Mengetahui apakah semua variabel bebas secara parsial

(individual) Uji t yang dilakukan adalah dengan membandingkan

tingkat signifikan (alpha) sebesar 0,05. Apabila tingkat signifikansi t

≤ 0,05 ini berarti variabel bebas berpengaruh secara parsial terhadap

variabel terikat.
55

Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan maka penyajian selanjutnya akan

dibagi menjadi beberapa bab yang terdiri dari sub-sub bab. Sistematika

penulisan proposal terdiri dari 3 (tiga) bab dan skripsi terdiri dari 6 (enam)

bab yaitu sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab I merupakan pendahuluan, diuraikan mengenai latar

belakang masalah, perumusan masalahan, tujuan dan

kegunaan penelitian.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab II merupakan tinjauan pustaka terdiri dari teori-teori

yang menjadi sumber terbentuknya suatu hipotesis, juga

acuan untuk melakukan penelitian. Dalam bab ini akan

dikemukakan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu,

kerangka pemikiran serta hipotesis.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab III merupakan metode penelitian yang terdiri dari tempat

dan objek penelitian, identifikasi variabel, definisi


56

operasional variabel, jenis dan sumber data, metode

pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV: GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

Bab IV terdiri dari gambaran umum tempat perusahaan yang

terdiri dari sejarah singkat tempat penelitian dan struktur

organisasi.

BAB V: DATA DAN PEMBAHASAN

Bab V akan diuraikan mengenai deskripsi data, analisis data

dan pembahasan.

BAB VI: PENUTUP

Bab VI merupakan penutup terdiri dari simpulan yang

diperoleh dari hasil penelitian serta saran-saran yang

dipandang perlu atas simpulan yang dikemukakan.


57

Daftar Pustaka

Andi Amirullah Arif Tiro (2014), Pengaruh Pengendalian Internal dan Kompensasi
Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Fraud) Pada Pemerintah
Kota Palopo.

Association of Certifiled Fraud Examiners (ACFEE) (2016), Survey Fraud


Indonesia.

Badewin (2018), Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal, Asimetri Informasi


dan Implementasi Good Governance terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi pada SKPD Kab. Indragiri Hilir.

Dionisia Nadya Sri Damayanti (2016), Pengaruh Pengendalian Internal Dan


Moralitas Individu Terhadap Kecurangan Akuntansi (Studi Eksperimen
pada Pegawai Bagian Keuangan dan Akuntansi Universitas Negeri
Yogyakarta.

Ghozali I., (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21
Edisi 8. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro.

Gudono Ed.4. (2017), Teori Organisasi. Andi. Yogyakarta.

Halim, Abdul, Kasufi, Muhammad Syam. (2017). Teori, Konsep, dan Aplikasi
Akuntansi Sektor Publik. Selemba Empat. Jakarta.

http://www.balipost.com/news/2018/01/14/34436/Kasus-Korupsi-Alkes-RSUD-
Mangusada,...html (diakses tgl 6 April 2018).
58

https://www.jawapos.com/baliexpress/read/2017/08/03/5352/badung-berikan-
pendampingan-hukum-untuk-dua-tersangka-korupsi (diakses tgl 6 April
2018).

http://www.balipost.com/news/2018/01/14/34436/Kasus-Korupsi-Alkes-RSUD-
Mangusada,...html (diakses tgl 6 April 2018).

https://badungkab.go.id (diakses tgl 24 April 2018).

https://id.wikipedia.org/wiki/Satuan_Kerja_Perangkat_Daerah (2 Oktober 2018).

https://nasional.kompas.com/read/2013/02/07/15035253/
ICW.Tahun.2013.Jadi.Tahun.Korupsi (4 Oktober 2018).

https://acch.kpk.go.id/id/statistik/tindak-pidana-korupsi (4-10-2018).

http://bali.tribunnews.com/2018/04/23/kpk-datangi-kejari-denpasar-dan-bpkp-bali-
soroti-dugaan-korupsi-senderan-tukad-mati?page=2 (diakses tgl 6 November
2018).

http://bali.tribunnews.com/2018/07/13/terkait-dugaan-korupsi-senderan-tukad-mati-
badung-kejari-denpasar-pelajari-hasil-audit-bpkp-bali?page=2 (diakses tgl 6
November 2018).

https://baliexpress.jawapos.com/read/2018/06/30/84330/penyidikan-kasus-proyek-
tukad-mati-berlanjut (diakses tgl 6 November 2018).

Ichsan Randiza (2016), Pengaruh Pengendalian Internal, Asimetri Informasi,


Moralitas Aparat Pemerintah dan Ketaatan Aturan Terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi (Studi Kasus Pada SKPD Kab. Indragiri Hilir).
59

Mardiasmo (2018). Akuntansi Sektor Publik. ED. 1. Andi. Yogyakarta.

Petra (2013), Pengaruh Moralitas Aparat dan Asimetri Informasi Terhadap


Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
Reno Joko Sadewo (2017), Pengaruh Pengendalian Internal dan Kepuasan Kerja
terhadap Kecurangan Akuntansi pada Dinas Perindustrian Perdagangan
Koperasi dan UMKM Daerah Istimewa Yogyakarta.

Risky Amalia (2018), Pengaruh Asimetri Informasi, Moralitas Pimpinan,


Kesesuaian Kompensasi, Efektivitas Pengendalian Internal, Good
Governance dan Keadilan Organisasi terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi (Studi Empiris Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Magelang).

Sugiyono. (2016). Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Tuanakotta, Theodorus M. (2012). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif.


Selemba Empat. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan


Daerah.

Anda mungkin juga menyukai