Anda di halaman 1dari 74

PENGARUH EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL,

MORALITAS INDIVIDU, ASIMETRI INFORMASI, TEKANAN, SERTA

BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KECENDERUNGAN

KECURANGAN (FRAUD) AKUNTANSI DI LEMBAGA PERKREDITAN

DESA (LPD) SE-KECAMATAN BULELENG

Oleh:

NAMA : GEDE PRATAMA PUTERA WIKANANDA


NIM : 1902622010022
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

DENPASAR

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peranan lembaga daerah sangat berpotensi untuk meningkatkan taraf

hidup masyarakat. Eksistensi lembaga perkreditan desa (LPD) menjadi salah

satu contoh implementasi dari adanya pola perkembangan ekonomi pada

masyarakat desa yang ada khususnya di Bali. Lembaga ini mempunyai

peran sebagai wadah yang memeberikan layanan perkreditan disuatu desa

kepada para krama desa dalam menunjang taraf hidup mereka dalam aspek

perekonomian. Juliantari, et al., (2020) menyatakan pesatnya perkembangan

LPD di Bali juga tidak terlepas dari adanya permasalahan yang dialami

seperti adanya kredit macet yang mengindikasikan suatu LPD sulit

mendapatkan keuntungan hingga mengalami kebangkrutan. Salah satu

faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut terjadi adalah kecurangan

(fraud).

ACFE (2018) mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai tindakan

penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh seseorang atau badan yang

mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan beberapa

manfaat yang tidak baik kepada individu, entitas atau pihak lainnya.

Berbagai penyebab yang dapat memicu terjadinya tindakan kecurangan

(fraud) dijelaskan pada fraud triangle theory dimana tekanan, peluang dan

rasionalisasi dapat menjadi salah satu faktor teradinya kecurangan(fraud)

akuntansi. Peluang yang dimaksud berupa kelemahan sistem yang dimiliki


suatu perusahaan yang biasanya dikenal sebagai sistem pengendalian

internal. Sistem operasional internal suatu perusahaan yang kurang efektif

dan efisien dalam menjalankan tugasnya akan dapat menimmbulkan

peluang untuk melakukan penyimpangan. Begitu sebaliknya, dengan adanya

efektifitas pengendalian internal yang memadai disuatu organisasi,

cenderung akan membantu meminimalisir terjadinya kecurangan akuntansi

yang terjadi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Parmini

& Dewi (2021) dan Dewi (2019) yang menyatakan bahwa sistem

pengendalian internal berpengaruh terhadap kecurangan (fraud) akuntansi.

Sistem pengendalian internal yang baik juga tidak dapat berdiri lebih baik

tanpa adanya pengaruh moralitas individu pekerja. Lemahnya moral dapat

menyebabkan munculnya rasa untuk memenuhi keinginan sendiri tanpa

mementingkan dampak yang ditimbulkan. Pada penelitian Udayani & Maria

(2017) menyatakan bahwa moralitas individu berpengaruh negatif terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi. Di sisi yang lain, faktor ketajaman

informasi yang kurang pada setiap karyawan juga dapat menimbulkan

asimetri informasi yang didefinisikan sebagai kesenjangan informasi antara

agency yakni pihak manajemen didalam LPD dan pihak pemakai principal

ialah nasabah/warga desa pakraman. Tingkat asimetri informasi yang tinggi

menyebabkan tingkat kecurangan yang dilakukan sangat memungkinkan

terjadi. Penelitian Juliantari, et al., (2020) menyatakan bahwa asimetri

informasi berpengaruh positif terhadap kecurangan akuntansi.

Pengaruh tekanan baik keuangan maupun pada pekerjaan yang

didapat juga menjadi pemicu terjadinya kecurangan (fraud). Tekanan yang


berlebihan dapat mempengaruhi kinerja karyawan dan cenderung

mengganggu moralitas suatu individu. Suryandari, et al., (2019) pada

penelitiannya menyatakan bahwa adanya tekanan dapat berpengaruh

terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Adanya tekanan

yang berlebih juga memberikan dampak terhadap budaya yang ada dalam

suatu organisasi. Hal tersebut dapat dilihat dari nyamannya para karyawan

yang bekerja secara aktif dengan karakteristik budaya yang mereka terapkan

setiap harinya. Diketahuinya budaya organisasi yang positif dapat memicu

terhambatnya tindakan kecurangan yang tejadi. Prastika & Yenni (2018)

mengatakan dalam penelitiannya bahwa budaya organisasi berpengaruh

negatif terhadap kecurangan (fraud) akuntansi. Seiring perkembangannya,

adanya fenomena kecurangan pernah terjadi khususnya pada LPD yang

terletak di Kecamatan Buleleng. Diantaranya kasus dugaan penyelewengan

aset sekaligus pengelolaan keuangan LPD Desa Adat Anturan terhadap

simpanan berupa deposito dan tabungan sejak tahun 2020 silam

(https://balitribune.co.id) dan kasus yang menjerat pegawai LPD Desa

Bangkang yang melakukan penggelapan dana nasabah mencapai Rp 807

Juta (https://www.balipuspanews.com).

Berdasarkan pemaparan literatur dan fenomena yang berkaitan

dengan tindak kejadian kecurangan yang terjadi dapat dipengaruhi oleh

beragam faktor yang telah dijelaskan yang selanjutnya akan diteliti.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih jauh penyebab fenomena

tersebut dapat terjadi dengan mengembangkan hasil penelitian

terdahulu ,maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul


“Pengaruh Efektifitas Pengendalian Internal, Moralitas Individu, Asimetri

Informasi, Tekanan, serta Budaya Organisasi Terhadap Kecenderungan

Kecurangan (Fraud) Akuntansi di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) se-

Kecamatan Buleleng”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dibahas sebelumnya, maka rumusan

masalah yang diteliti adalah:

1) Apakah efektifitas pengendalian internal berpengaruh terhadap

kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi di LPD se-Kecamatan

Buleleng?

2) Apakah moralitas individu berpengaruh terhadap kecenderungan

kecurangan (fraud) akuntansi di LPD se-Kecamatan Buleleng?

3) Apakah asimetri informasi berpengaruh terhadap kecenderungan

kecurangan (fraud) akuntansi di LPD se-Kecamatan Buleleng?

4) Apakah tekanan berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan

(fraud) akuntansi di LPD se-Kecamatan Buleleng?

5) Apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap kecenderungan

kecurangan (fraud) akuntansi di LPD se-Kecamatan Buleleng?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang

telah dirumuskandi atas adalah sebagai berikut:


1) Untuk mengetahui pengaruh efektifitas pengendalian internal terhadap

kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi di LPD se-Kecamatan

Buleleng

2) Untuk mengetahui pengaruh moralitas individu terhadap

kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi di LPD se-Kecamatan

Buleleng.

3) Untuk mengetahui pengaruh asimetri informasi terhadap kecenderungan

kecurangan (fraud) akuntansi di LPD se-Kecamatan Buleleng.

4) Untuk mengetahui pengaruh tekanan terhadap kecenderungan

kecurangan (fraud) akuntansi di LPD se-Kecamatan Buleleng.

5) Untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kecenderungan

kecurangan (fraud) akuntansi di LPD se-Kecamatan Buleleng.

1.4Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian ini, peneliti mengharapkan dapat memberikan

manfaat meliputi:

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah refrensi terkait

penelitian Pengaruh Efektifitas Pengendalian Internal, Moralitas

Individu, Asimetri Informasi, Tekanan, serta Budaya Organisasi

Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi di Lembaga

Perkreditan Desa (LPD) se-Kecamatan Buleleng sehingga hasilnya

dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian

selanjutnya.

2) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan,

informasi serta edukasi yang lebih luas bagi berbagai pihak yang

berkaitan, khususnya para pegawai Lembaga Perkreditan Desa se-

Kecamatan Buleleng yang dapat dijadikan acuan atau pedoman agar

kecurangan yang terjadi dapat diminimalisir tindak kejadiannya.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Fraud Triangle Theory

Fraud triangle theory merupakan suatu gagasan tentang penyebab

terjadinya kecurangan yang dikemukakan oleh Cressey (1953) yang

dinamakan fraud triangle. Fraud triangle menjelaskan tiga faktor yang

hadir dalam setiap situasi fraud, yaitu pressure, opportunity dan

rationalization. Teori Fraud Triangle Cressey membuat suatu teori bahwa

terdapat tiga kondisi yang selalu hadir saat terjadi kecurangan laporan

keuangan. Ketiga kondisi tersebut adalah tekanan (pressure), kesempatan

(opportunity), dan rasionalisasi (rationalization) yang kemudian dikenal

dengan istilah fraud triangle.

1) Tekanan (Pressure)

Tekanan adalah dorongan yang menyebabkan

seseorang melakukan kecurangan. Tekanan menjadi salah satu alasan

bagi manajemen dan pegawai lainnya dalam melakukan fraud seperti

halnya teori yang dikemukakan oleh Cerssey (1953). Tekanan dapat

datang dalam berbagai bentuk, keuangan maupun non-keuangan.

Tekanan dapat terjadi dikarenakan adanya tujuan yang tidak realistik

dari pihak manajemen kepada pegawainya atau pemilik kepada

manajemen agar memenuhi kemauan pemilik (Desviana, et al., 2020).


2) Kesempatan (Opportunities)

Kesempatan adalah peluang yang memungkinkan

kecurangan terjadi. Hal yang paling menonjol di sini adalah dalam hal

pengendalian internal. Pengendalian internal yang tidak baik akan

memberi peluang orang untuk melakukan kecurangan. Oleh sebab itu

dalam penelitian ini, opportunity di proksikan dengan variabel

keefektifan sistem pengendalian internal. Sistem pengendalian internal

yang efektif diharapkan mampu mengurangi adanya tindakan

menyimpang yang dilakukan oleh manajemen. Salah satu contoh

tindakan menyimpang yaitu kecenderungan melakukan kecurangan

akuntansi. Peluang yang besar membuat kecenderungan kecurangan

akuntansi lebih sering terjadi. Peluang tersebut dapat dikurangi

melalui penerapan sistem pengendalian internal yang baik (Desviana,

et al., 2020).

3) Rasionalisasi (Rasionalitation)

Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya

kecurangan karena pelaku mencari pembenaran atas tindakannya.

Pembenaran ini bisa terjadi saat pelaku ingin membahagiakan keluarga

dan orang-orang yang dicintainya, pelaku merasa berhak mendapatkan

sesuatu yang lebih (posisi, gaji, promosi) karena telah lama mengabdi

pada perusahaan, atau pelaku mengambil sebagian keuntungan karena

perusahaan telah menghasilkan keuntungan yang besar (Desviana, et

al., 2020). Dalam penelitian ini, rasionalisasi diproksikan sebagai

variabel budaya organisasi yang mendefinisikan budaya organisasi


sebagai sistem dan nilai-nilai yang diyakini semua anggota organisasi,

yang dipelajari, diterapkan serta dikembangkan secara

berkesinambungan dan dapat dijadikan acuan berperbuatan dalam

organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

2.1.2Teori Keagenan (Agency Theory)

Menurut Jensen & Meckling (1973), agency theory adalah sebuah

kontrak antara manajer (agent) dan pemilik (principal). Agar hubungan

kontraktual ini dapat berjalan lancar, pemilik akan mendelegasikan otoritas

pembuatan keputusan kepada manajer. Perencanaan kontrak yang tepat

untuk menyelaraskan kepentingan manajer dan pemilik dalam hal konflik

kepentingan inilah yang merupakan inti dari agency theory. Namun untuk

menciptakan kontrak yang tepat merupakan hal yang sulit diwujudkan.

Teori keagenan dibangun untuk memahami dan memecahkan masalah yang

muncul manakala ada ketidaklengkapan informasi pada saat melakukan

kontrak (perikatan). Kontrak yang dimaksud adalah kontrak antara prinsipal

(pemberi kerja, misalnya pemegang saham atau pemimpin perusahaan)

dengan agen (penerima perintah, misalnya manajemen atau bawahan)

(Gudono, 2012:147). Menurut penelitian terkait pengembangan teori agensi

oleh Kurniawansyah, et al., (2018), terdapat dua macam bentuk masalah

keagenan yang terdapat dalam hubungan prinsipal dan agen, yaitu pilihan

buruk (adverse selection atau negative selection) dan Bencana moral (moral

hazard). Pilihan buruk (adverse selection atau negative selection) terjadi

saat prinsipal tidak mengetahui kemampuan agen, oleh karena itu prinsipal
dapat membuat yang buruk mengenai agen. Bencana moral (moral hazard)

terjadi saat kontrak yang sudah disetujui oleh prinsipal dan agen, namun

agen memiliki informasi lebih yang tidak memenuhi persyaratan dari

kontrak tersebut sehingga manajemen mendapatkan fasilitas yang

berlebihan. Hal ini terjadi karena manajemen mengetahui lebih banyak

informasi mengenai perusahaan dan merasa tindakannya tersebut tidak

diketahui oleh pemegang saham atau pemimpin perusahaan. Alasan

digunakkannya agency theory dalam penelitian ini adalah adanya asumsi

bahwa manajer dalam suatu perusahaan lebih banyak mengetahui informasi

internal suatu perusahaan dibandingkan pemilik sehingga kondisi

ketidakseimbangan informasi antara manajer dan pemegang saham bisa

terjdi.

Hal ini tentunya dapat menimbulkan konflik keagenan dimana

pemegang saham memiliki kepentingan untuk memperoleh laba, sedangkan

manajer juga memiliki keinginan untuk memperoleh kepuasan berupa

kompensasi keuangan yang semakin besar, dalam hal ini, manajer yang

lebih banyak mengetahui informasi internal, tentunya dapat dengan mudah

untuk mengambil keputusan yang tidak menguntungkan bagi pihak

pemegang saham namun menguntungkan bagi pihak manajer. Dalam teori

agensi ini, manajer adalah pihak pengurus LPD dan pemegang saham adalah

desa pekraman tempat LPD didirikan. Adanya ketidakseimbangan informasi

yang diperoleh maka akan membuka peluang terjadinya kecurangan. Hal ini

dapat diminimalkan dengan Pengendalian Internal yang baik. Pengendalian

Internal yang baik diharapkan mampu mengurangi adanya perilaku


menyimpang dalam sistem pelaporan, termasuk adanya kecurangan

akuntansi (Prastika & Yenni, 2018).

2.1.3 Kecurangan (Fraud) Akuntansi

Secara harafiah fraud didefinisikan sebagai kecurangan, namun

pengertian ini telah dikembangkan lebih lanjut sehingga mempunyai

cakupan yang luas. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)

merupakan organisasi anti-fraud terbesar di dunia dan sebagai penyedia

utama pendidikan dan pelatihan anti-fraud. ACFE (2018) mendefinisikan

kecurangan (fraud) sebagai tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat

oleh seseorang atau badan yang mengetahui bahwa kekeliruan tersebut

dapat mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak baik kepada individu

atau entitas atau pihak lainnya. Fraud (kecurangan) menjadi akar dari

permasalahan moral, etika, mental, tata nilai dan cara berfikir yang

melandasi tindak kejahatan. Fraud itu sendiri secara umum dikatakan

sebagai suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang

baik dari dalam atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan

keuntungan pribadi maupun kelompoknya yang secara langsung merugikan

pihak lainnya.

Berdasarkan pengertian fraud yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa fraud merupakan segala hal yang dapat

dipikirkan serta diupayakan oleh seseorang untuk mendapatkan keuntungan

dari orang lain, dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan

mencangkup semua cara yang tidak terduga, penuh siasat atau tersembunyi,

dan setiap cara yang tidak wajar sehingga menyebabkan orang lain tertipu
atau menderita kerugian. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)

(2018) kecurangan digambarkan dalam sebuah bentuk pohon kecurangan

(fraud tree), kecurangan terbagi dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi

berdasarkan perbuatan yaitu:

1) Korupsi (Corruption)

Jenis fraud ini merupakan jenis yang paling sulit dideteksi karena

menyangkut kerja sama dengan pihak lain dan saling menikmati

keuntungan. Fraud jenis ini banyak terjadi di negara-negara

berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurangnya

kesadaran akan tata kelola yang lebih baik sehingga faktor integritasnya

masih dipertanyakan. Jenis korupsi yang sering terjadi yaitu

penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang, konflik kepentingan,

penerimaan yang tidak sah atau legal, dan pemerasan secara ekonomi.

2) Penyelewengan aset (Asset Missapropriation)

Penyalahgunaan terhadap aktiva tetap atau harta perusahaan yang

digunakan untuk kepentingan pribadi merupakah bentuk fraud yang

paling mudah dideteksi karena sifatnya yang dapat diukur. Pemahaman

yang baik mengenai pengendalian intern dalam pos-pos merupakan

teknik yang baik untuk mendeteksi kecurangan yang berkaitan dengan

penyelewengan aset ini.

3) Penyelewengan laporan keuangan (Financial Statement Fraud)

Penyelewengan ini dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu

perusahaan dan instansi untuk menutupi kondisi keuangan yang

sebenarnya dengan melakukan manipulasi keuangan dalam penyajian


laporan keuangannya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh keuntungan

atau mungkin untuk menurunkan kewajiban. Tindakan penyelewengan

ini tentunya akan menyesatkan para pengguna laporan keuangan.

2.1.4Sistem Pengendalian Internal

Menurut Comitee of Sponsoring Organization of Tread Way

Commision (COSO) dalam penelitian Hasnawati & Nuryatno (2020),

menyatakan bahwa pengendalian internal merupakan suatu tahapan yang

memang dalam pelaksanaannya mendapat campur tangan dari pihak dewan

direksi entitas, manajemen dan personil lainnya, yang mana dilakukan untuk

membangun kepercayaan akan kemampuan perusahaan dalam mencapai

target dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan definisi

tersebut dapat dikatakan dengan kuatnya sistem pengendalian internal yang

ada dalam suatu perusahaan akan meminimalisir terjadinya tindakan

kecurangan akuntansi. Pada umunya dalam operasional perusahaan

pencapaian maupun sasaran yang dimaksud adalah:

1) Keefektifan kegiatan operasional

2) Pelaporan keuangan yang dapat dipercaya

3) Menjalankan kegiatan operasional perusahaan berdasarkan hukum yang

ada

Salah satu organisasi yang bergerak pada bidang pengendalian internal

yaitu Committee of Sponsoring Organization of the Tread way Commission

(COSO). Penelitian yang dilakukan oleh Hasnawati & Nuryatno (2020)

mengemukakan bahwa adanya komponen-komponen yang memang


memiliki kedependenan dengan pengendalian internal itu sendiri.

Komponen tersebut adalah:

1) Lingkungan pengendalian

Dalam lingkungan yang baik tentunya akan memberikan pengaruh

terhadap aspek lainnya yang ada dalam perusahaan tersebut, aspek yang

memang berperan penting yaitu tenaga kerja dimana aspek tersebut

memperoleh pengaruh di sisi kinerja ataupun perilaku lainnya yang

memang didapat dari lingkungan pengendalian yang ada.

2) Penaksiran risiko

Dalam hal ini pengendalian yang dilakukan digunakan sebagai

sarana dalam mengelola resiko yang muncul dan berusaha untuk

meminimalisir dampaknya bagi perusahaan.

3) Aktivitas pengendalian

Aktivitas pengendalian seperti prosedur, aturan dan kebijakan

memiliki peran untuk memastikan bahwa tujuan dari sistem

pengendalian telah ada dan bahwa risiko sudah tepat dikelola. Aktivitas

pengendalian terbagi menjadi tiga kategori: pengendalian operasional,

keuangan, kontrol informasi, dan kontrol kepatuhan. Pengendalian

operasional dilakukan di adanya kontrol atas operasi perusahaan.

Kontrol keuangan informasi dilakukan dengan memastikan pelaporan

keuangan dan kegiatan perlindungan aset dari entitas. Kontrol atas

kepatuhan dilakukan dengan memastikan bahwa semua hukum yang

berlaku dan peraturan telah dilaksanakan.


4) Informasi dan Komunikasi

Proses menjalankan pengendalian ini tentunya adanya arus

informasi dan komunikasi yang dilakukan oleh setiap komponen dalam

perusahaan. Adanya penyebaran informasi dan komunikasi ini tentunya

akan memberikan arahan bagi para pekerja dalam melakukan

pengelolaan di bidangnya masing-masing.

5) Pemantauan

Adanya pengendalian tentunya akan dibarengi dengan tindakan

pemantauan dimana dimaksud untuk mampu membenahi maupun

memperbaharui segala hal yang memang dirasa memiliki kelemahan

dan berdampak bagi kegiatan operasional perusahaan tersebut. Dari

penjelasn diatas dapat disimpulkan pengendalian internal adalah

rencana, prosedur atau metode yang dalam pelaksanaannya mendapat

campur tangan pihak manajemen perusahaan dengan tujuan mencapai

target dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

2.1.5Moralitas Individu

Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang

berkenaan dengan baik dan buruk. Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia,

moral berarti ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,

sikap, kewajiban, dan sebagainya: akhlak, budi pekerti, susila. Definisi

bermoral adalah mempunyai pertimbangan baik buruk, berakhlak baik.

Dalam penelitian Juliantari, et al., (2020) orang yang memiliki level tinggi

moralitasnya akan mengalami perbedaan sikap dan perilaku apabila

dibandingkan dengan orang yang memiliki level moralitas yang rendah.


Adanya tingkat level penalaran moralitas seseorang yang lebih tinggi akan

mempengaruhi aspek kepentingan yang lebih luas dan universal yang akan

memberi kebermanfaatan dibandingkan dengan hanya mementingkan

kepentingan kelompok ataupun pribadi yang cenderung memiliki

kenikmatan sementara. Penilaian terkait evaluasi moral dapat meminimalisir

terjadinya tindakan kecurangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Wijaya (2021) menyatakan bahwa moralitas individu memberikan pengaruh

yang signifikan negatif pada kecenderungan kecurangan akuntansi. Artinya

semakin tinggi moralitas manajemen semakin rendah kecenderungan

kecurangan akuntansi atau semakin tinggi tahapan moralitas manajemen

semakin manajemen memperhatikan kepentingan yang lebih luas dan

universal daripada kepentingan perusahaan semata, terlebih kepentingan

pribadi.

Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa moralitas adalah suatu

perbuatan, sikap ataupun kewajiban yang berkenaan dengan baik atau

buruknya perilaku manusia. Bidang penelitian etika tidak bisa lepas dari

moral yang dimiliki seseorang. Teori perkembangan moral adalah salah satu

yang mengamati dasar individu melakukan tindakan. Salah satu yang sering

digunakan adalah teori tentang tingkat penalaran moral seseorang model

Kohlberg. Teori penalaran moral Kohlberg (1969) tertarik pada cerita

dilema moral dalam karyanya penelitian, maka orang akan membenarkan

tindakan mereka jika mereka berada pada masalah moral yang sama juga

sedang belajar di sini. Teori ini menyatakan bahwa penalaran moral adalah

dasar dari etika perilaku dan memiliki enam tahap perkembangan yang
dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yakni: (1) Tingkat Pra-

Konvensional. yang terdiri dari orientasi hukuman dan ketaatan serta

orientasi relativis instrumental, (2) Tingkat Konvensional yang terdiri dari

koordiansi antarpribadi atau orientasi serta orientasi hukum dan ketertiban,

dan yang terakhir (3) Tingkat Pasca-Konvensional yang terdiri dari orientasi

legalistik kontrak sosial dan orientasi prinsip etika universal.

2.1.6Asimetri Informasi

Hasnawati & Nuryatno (2020) mengatakan bahwa asimetri informasi

adalah manifestasi dari teori keagenan. Dalam teori ini, agen adalah orang

yang menjalankan perusahaan yang dimana memiliki lebih banyak

informasi daripada prinsipal. Maka dari itu ada kemungkinan agen akan

melakukan tindakan penipuan untuk memaksimalkan kesejahteraannya

dengan mengabaikan kepentingan prinsipal. Asimetri informasi merupakan

sebuah keadaan dimana manajer mempunyai akses informasi atas prospek

perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan (Pujayani &

Dewi, 2021). Jika terjadi kesenjangan informasi antara pihak pengguna dan

pihak pengelola, maka akan membuka peluang bagi pihak pengelola dana

untuk berbuat curang. Adanya konflik mengenai keterbatasan informasi

yang ada merupakan inti permasalahan yang ada dari asimetri informasi

yang telah dijelaskan dalam teori agensi yang dicetuskan oleh Jensen &

Meckling.

Berdasarkan pemaparan tersebut dan hasil penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Juliantari, et al., (2020) dan Pujayani & Dewi (2021)
mendukung pernyataan tersebut. Dengan tingginya tingkat Asimetri

informasi yang terdapat dalam suatu lembaga, maka tingkat kecenderungan

kecurangan akuntansi memiliki peluang lebih besar untuk terjadi. Pada

penelitian ini terjadi kesenjangan informasi antara pihak pengelola dan

pihak pemakai, jika terjadi kesenjangan informasi maka dapat membuka

peluang bagi pihak pengelola dana untuk melakukan kecurangan.

Terjadinya asimetri Informasi dikarenakan kurangnya transparansi atau

keterbukaan antara pihak pengelola dana kepada pihak masyarakat/ Nasabah

LPD untuk memperoleh informasi mengenai uang yang mereka investasikan

(tabung).

2.1.7Tekanan

Tekanan menjadi salah satu alasan bagi manajemen dan pegawai

lainnya dalam melakukan fraud. Tekanan dapat datang dalam berbagai

bentuk, keuangan maupun non-keuangan. Tekanan dapat terjadi

dikarenakan adanya tujuan yang tidak realistik dari pihak manajemen

kepada pegawainya atau pemilik kepada manajemen agar memenuhi

kemauan pemilik. Teori ketaatan menyatakan bahwa individu akan

melakukan tindakan yang diperintahkan oleh atasannya meskipun hal

tersebut tidak sesuai dengan prinsip yang dimilikinya. Menurut Skousen, et

al., (2008), dalam penelitian Wati dan Yuniasih (2021) menyatakan bahwa

elemen tekanan dapat dibagi menjadi empat yaitu:

1) Tekanan Keuangan yang merupakan tekanan umum yang mendasari

seseorang untuk melakukan kecurangan. Tekanan keuangan umumnya


berkaitan dengan kecurangan yang menguntungkan pelaku secara

langsung. Hal ini terjadi karena adanya sifat serakah, keinginan untuk

bergaya hidup diatas rata-rata orang pada umumnya, hutang yang

menumpuk, kerugian keuangan secara pribadi, dan kebutuhan keuangan

yang tidak terduga.

2) Tekanan untuk melakukan kejahatan merupakan suatu tekanan dimana

seseorang ingin melakukan tindakan kecurangan. Tindakan kecurangan

tersebut dimotivasi karena dorongan atas kebiasaan untuk melakukan

tindak kejahatan. Hal ini erat kaitannya dengan permasalahan dalam

tekanan keuangan.

3) Tekanan terkait pekerjaan merupakan tekanan yang timbul akibat

adanya faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan

kecurangan terhadapa pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena

sedikitnya pengakuan terhadap kinerja atas pekerjaan yang dilakukan,

adanya perasaan tidak puas atas pekerjaan yang telah dilakukan,

perasaan takut akan kehilangan pekerjaan, keinginan untuk mendapatkn

promosi jabatan, dan merasa dibayar tidak semstinya.

4) Tekanan lainnya dapat timbul akibat adanya tekanan yang dirasakan

dari lingkungan sekitar sehingga mendorong untuk melakukan sebuah

kecurangan. Hal ini dapat berupa keinginan seseorang agar terlihat

sukses dan tidak mengutamakan kejujuran.

2.1.8Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah kebiasaan yang dibuat dalam suatu

perusahaan yang lambat laun dijadikan acuan atau pedoman dalam

melakukan aktivitas yang diperuntukan bagi karyawan maupun orang lain.

Adanya pengaruh positif yang didatangkan atau yang diciptakan dalam

budaya organisasi tersebut juga akan mempengaruhi sistem keefektifan

pengendalian internal, sehingga hal ini akan meminimalisir terjadinya

penyimpangan dalam akuntansi khususnya kecurangan (fraud). Menurut

Desviana, et al., (2020), mengatakan bahwa semakin baik suatu budaya

organisasi yang ditetapkan di suatu organisasi maka semakin baik juga

efektivitas pengendalian internal didalam suatu organisasi tersebut.

Pengaruh positif pada budaya organisasi akan menciptakan perilaku

yang positif juga dalam diri seorang anggota dalam organisasi. Budaya

organisasi juga mempengaruhi cara orang-orang dalam organisasi

berinteraksi satu sama lain dan dengan pemangku kepentingan. Oleh karena

itu, budaya organisasi akan menentukan seberapa banyak karyawan

mengidentifikasi diri mereka untuk organisasi. Menurut Dewi dan Maulana

(2021), dalam penelitian mereka mengatakan budaya organisasi dapat

diketahui dengan memperhatikan aspek indikator dari adanya budaya

organisasi antara lain Model peran yang visible, komunikasi harapan-

harapan etis, Mengadakan pelatihan etis, pemberian sanksi hukuman bagi

tindakan tidak etis, dan Mengadakan mekanisme perlindungan etika.

Hubungan antara Manusia dan budaya adalah dua faktor yang saling

berkaitan, tidak dapat dipisahkan, saling berinteraksi, terus bekerja sama,

dan saling mempengaruhi. Secara umum, perilaku individu dapat berupa


perilaku etis atau perilaku tidak etis. Budaya organisasi terdiri dari visi

organisasi, nilai, norma, keyakinan, sistem, simbol, bahasa, asumsi, dan

kebiasaan (Needle & Burns, 2019).

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian terdahulu terkait dengan sistem pengendalian

internal, moralitas individu, asimetri informasi, tekanan, dan budaya

oranisasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) telah banyak

dilakukan, yang disajikan sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Mahmudi (2021)

menggunakan 4 (empat) variable independen yakni asimetri informasi,

religiosity, budaya organisasi, dan regulatory enforment serta 1 (satu)

variable dependen yakni kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi.

penelitian ini menggunakan pendekatan survei sebagai metode untuk

memperoleh data. Teknik analisis regresi linear berganda digunakan dalam

menguji hipotesisi yang diajukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

asimetri informasi berpengruh positif terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi, sedangkan religiosity, budaya organisasi, dan regulatory

enforcement berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi

dan Mahmudi (2021) yakni kedua penelitian menggunakan asimetri

informasi dan budaya organisasi sebagai variabel independen serta

kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi sebagai variabel dependen.


Perbedaan penelitian kali ini terletak pada penggunaan variabel independen,

dengan menggunakan lima variabel independen, sedangkan pada penelitian

oleh Dewi dan Mahmudi (2021) variabel independen yang digunakan

sebanyak empat variabel. Perbedaan penelitian ini juga terletak pada lokasi

penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Pujayani dan Dewi (2021)

menggunakan 4 (empat) variable independen yang terdiri dari pengendalian

internal, budaya organisasi, moralitas individu, dan asimetri informasi serta

1 (satu) variable dependen yakni kecenderungan kecurangan (fraud)

akuntansi. penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan

menggunakan 80 responden untuk diteliti. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pengendalian internal, budaya organisasi, dan moralitas individu

berpengaruh negatif sedangkan asimetri informasi berpengaruh positif

terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Pujayani dan Dewi

(2021) terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini.

Persamaannya yakni kedua penelitian menggunakan variabel efektivitas

pengendalian internal, moralitas individu, asimetri informasi, serta budaya

organisasi dan kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi sebagai

variabel dependen. Di sisi yang lainnya, penelitian ini juga memiliki

persaman terhadap penggunaan LPD sebagai bahan penelitian. Perbedaan

kedua penelitian terletak pada lokasi penelitian dimana pada penelitian yang

dilakukan oleh Pujayani dan Dewi (2021) menggunkan ruang lingkup


Kabupaten Buleleng, sedangkan pada penelitian ini menggunakan ruang

lingkup Kecamatan Buleleng yang terletak di Kabupaten Buleleng.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Lyana dan Sujana (2021)

menggunakan 3 (tiga) variable independen yang terdiri dari komitmen

organisasi, Locus of Control, dan Implementasi Good Governance serta 1

(satu) variable dependen yakni kecenderungan kecurangan (fraud)

akuntansi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa komitmen

organisasi dan implementasi good governance berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada LPD

di Kecamatan Seririt. Disisi yang lainnya variabel locus of control

berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap kecenderungan

kecurangan (fraud) akuntansi pada LPD di Kecamatan Seririt.

Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Lyana dan Sujana (2021)

terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya

yakni kedua penelitian menggunakan komitmen organisasi sebagai variabel

independen serta satu variabel dependen yang sama yakni kecenderungan

kecurangan (fraud) akuntansi. Persaman penelitian ini dengan penelitian

yang dilakukan oleh Lyana dan Sujana (2021) yakni terletak pada

penggunaan LPD sebagai bahan penelitian. Perbedaan penelitian kali ini

terletak pada penggunaan variabel independen dengan menggunakan lima

variabel independen, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Lyana

dan Edy (2021) variabel independen yang digunakan sebanyak tiga variabel.

Perbedaan lainnya juga terletak pada lokasi penelitian dimana penelitian

Lyana dan Edy (2021) menggunkan ruang lingkup Kecamatan Seirit,


sedangkan pada penelitian ini menggunakan ruang lingkup Kecamatan

Buleleng yang terletak di Kabupaten Buleleng.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2021) menggunakan 3

(tiga) variable independen yang terdiri dari kesesuaian kompensasi,

efektivitas pengendalian internal, dan moralitas individu serta 1 (satu)

variable dependen yakni kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa efektivitas pengendalian

internal, kesesuaian kompensasi, dan moralitas individu berpengaruh negatif

terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi.

Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2021) terdapat

persamaan dan perbedaan. Persamaannya kedua penelitian menggunakan

sistem pengendalian internal dan moralitas individu sebagai variabel

independen. Perbedaan penelitian kali ini terletak pada lokasi penelitian di

mana penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2021) menggunakan Kantor

Perangkat Daerah Di Kabupaten Purbalingga sedangkan dalam penelitian

ini menggunakan LPD se-Kecamatan Buleleng.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Hasnawati dan Nuryatno

(2020) menggunakan 4 (empat) variabel independen yang terdiri dari sistem

pengendalian internal, budaya organisasi, asimetri informasi, dan penegakan

hukum serta 1 (satu) variable dependen yakni kecenderungan kecurangan

(fraud) akuntansi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa asimetri

informasi dan penegakan hukum serta aturan berpengaruh terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi, sedangkan budaya organisasi dan


sistem pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap kecenderungan

kecurangan akuntansi.

Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Hasnawati dan Nuryatno

(2020) terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya yakni kedua

penelitian menggunakan tiga variabel independen yang sama yakni sistem

pengendalian internal, asimetri informasi dan budaya organisasi serta satu

variabel dependen yang sama yakni kecenderungan kecurangan (fraud)

akuntansi. Perbedaan penelitian kali ini terletak pada penggunaan variabel

moderasi serta lokasi penelitian yang digunakan dimana pada penelitian

yang dilakukan oleh Hasnawati dan Muhammad Nuryatno (2020) ialah

sektor pemerintahan, sedangkan yang digunakan dalam penelitian ini ialah

LPD se-Kecamatan Buleleng.

Pada penelitian yang dilakukan Juliantari, et al., (2020)

menggunakan 6 (enam) variabel independen yang terdiri dari keefektifan

pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, kesesuaian kompensasi,

budaya etis, moralitas manajemen, dan asimetri informasi serta 1 (satu)

variabel dependen yakni kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi.

Penelitian ini menggunakan 70 LPD sebagai sampel yang akan diteliti. Hasil

penelitian yaitu keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan

akuntansi, dan kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi kemudian budaya etis dan moralitas

manajemen tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi. Disisi yang lainnya variabel asimetri informasi berpengaruh

positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.


Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Juliantari, et al., (2020)

terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya

yakni kedua penelitian menggunakan efektivitas pengendalian internal,

moralitas individu, asimetri informasi, serta budaya organisasi sebagai

variabel independen yang sama dan kecenderungan kecurangan (fraud)

akuntansi sebagai variabel dependen. Di sisi yang lainnya, penelitian ini

juga memiliki persaman terhadap penggunaan LPD sebagai bahan

penelitian. Perbedaan penelitian kali ini terletak pada penggunaan variabel

independen, dimana variabel independen yang digunakan terdapat lima

variabel independen, sedangkan pada penelitian yang dilakukan Juliantari,

et al., (2020) variabel independen yang digunakan sebanyak enam variabel.

Perbedaan lainnya juga terletak pada lokasi penelitian yang digunakan

dimana pada penelitian yang dilakukan oleh Juliantari, et al., (2020) ialah

menggunakan LPD se-Kabupaten Karangasem, sedangkan yang digunakan

dalam penelitian ini ialah LPD se-Kecamatan Buleleng.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Suwartini (2020) menggunakan 3

(tiga) variabel independen yang terdiri dari pengendalian internal, sistem

kompensasi, dan asimetri informasi serta 1 (satu) kecenderungan

kecurangan (fraud) akuntansi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

efektivitas pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi berpengaruh

negatif terhadap kecurangan akuntansi. Disisi yang lainnya asimetri

informasi berpengaruh positif terhadap kecurangan akuntansi. Penelitian ini

menggunakan 45 sampel untuk diteliti dengan menggunakan Teknik

purposive ampling sebagai metode penarikan sampel.


Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Suwartitni (2020)

terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya

yakni kedua penelitian menggunakan dua variabel independen yang sama

yakni pengendalian internal dan asimetri serta satu variabel dependen yang

sama yakni kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Perbedaan

penelitian kali ini terletak pada penggunaan variabel independen, dimana

variabel independen yang digunakan terdapat lima variabel independen,

sedangkan Pada penelitian yang dilakukan oleh Suwartini (2020) variabel

independen yang digunakan sebanyak tiga variabel. Perbedaan lainnya juga

terletak pada tempat penelitian dimana penelitian yang dilakukan oleh

Suwartitni (2020) menggunakan BPD Bali sebagai lokasi, sedangkan pada

penelitian ini menggunakan ruang lingkup Kecamatan Buleleng yang

terletak di Kabupaten Buleleng.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Hormati dan Pesudo (2019)

menggunakan 4 (empat) variabel independen yang terdiri dari tekanan,

kesempatan, rasionalisasi dan kemampuan serta 1 (satu) variabel dependen

yakni kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Penelitian ini

menggunakan 100 responden dengan menggunakan teknik slovin sampling.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara tekanan financial,

kesempatan dan rasionalisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan

aparatur sipil negara dalam melakukan kecurangan akuntansi sedangkan

kemampuan berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan

aparatur sipil negara dalam melakukan kecurangan akuntansi.


Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Hormati dan Pesudo

(2019) terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini.

Persamaannya yakni kedua penelitian menggunakan tekanan sebagai

variabel independen serta satu variabel dependen yang sama yakni

kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Disisi yang lainnya kedua

penelitian juga menggunakan teknik analisi regresi linear berganda dalam

penelitiannya. Perbedaan penelitian kali ini terletak pada lokasi penelitian

dimana penelitian yang dilakukan oleh Hormati dan Pesudo (2019)

menggunakan ruang lingkup Kabupaten Bolaang Mangondow Timur

sedangkan pada penelitian ini menggunakan ruang lingkup Kecamatan

Buleleng yang terletak di Kabupaten Buleleng. Perbedaan lainnya juga

terdapat pada teknik pengambilan sampel yang dilakukan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Marsini, et al., (2019), yang

menggunakan 3 (tiga) variabel independent yang terdiri dari moralitas

individu, internal control system, dan penegakan hukum serta 1 (satu)

variabel dependen yakni kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa moralitas individu dan

internal control system berpengaruh negatif terhadap kecenderungan fraud,

sedangkan penegakan hukum berpengaruh positif terhadap kecenderungan

fraud dalam pengelolaan keuangan Badan Usaha Milik Daerah.

Mengacu pada penelitian syang dilakukan oleh Marsini, et al (2019)

terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan kali

ini. Persamaannya yakni kedua penelitian menggunakan dua variabel

independen yang sama yakni sistem pengendalian internal dan moralitas


individu serta satu variabel dependen yang sama yakni kecenderungan

kecurangan (fraud) akuntansi. Perbedaan penelitian kali ini terletak pada

teknik pengambilan sampel yang dilakukan dimana pada penelitian yang

dilakukan oleh Marsini, et al (2019) menggunakan purposive sampling,

sedangkan pada penelitian ini menggunakan sampling jenuh sebagai teknik

pengambilan sampel.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Utari, et al., (2019)

menggunakan 3 (tiga) variabel independen yang terdiri dari sistem

pengendalian internal, moralitas individu, dan whisterblowing sustem serta 1

(satu) variabel dependen yakni kecenderungan kecurangan (fraud)

akuntansi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Efektivitas

Pengendalian Internal dan Whisterblowing berpengaruh negatif dan

Moralitas Individu berpengaruh positif terhadap Kecenderungan

Kecurangan Akuntansi.

Mengacu pada penelitian sebelumnya terdapat persamaan dan

perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya yakni kedua penelitian

menggunakan dua variabel independen yang sama yakni Sistem

Pengendalian Internal dan Moralitas Individu serta satu variabel dependen

yang sama yakni Kecenderungan Kecurangan (fraud) Akuntansi. Di sisi

yang lainnya, penelitian ini juga memiliki persaman terhadap hipotesis

antara hubungan variabel independen dan dependen, penggunaan LPD

sebagai bahan penelitian, penggunaan uji statistik, metode penelitian serta

lokasi penelitian. Perbedaan penelitian kali ini terletak pada teknik

pengambilan sampel yang dilakukan dimana pada penelitian sebelumnya


menggunakan purposive sampling, sedangkan pada penelitian ini

menggunakan sampling jenuh sebagai teknik pengambilan sampel.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Suryandari, et al., (2019)

yang menggunakan 4 (empat) variabel independent yang terdiri dari

tekanan, kesempatan, rasionalisasi, dan efektifitas penerapan pengendalian

internal serta 1 (satu) variabel dependen yakni kecenderungan kecurangan

(fraud) akuntansi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Tekanan,

Kesempatan, dan Rasionalisasi berpengaruh positif terhadap kecurangan

akuntansi, sedangkan Efektivitas Pengendalian Internal berpengaruh negatif

terhadap Kecurangan akuntansi.

Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Suryandari, et al., (2019)

terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya

yakni kedua penelitian menggunakan dua variabel independen yang sama

yakni tekanan dan efektifitas penerapan pengendalian internal serta satu

variabel dependen yang sama yakni kecenderungan kecurangan (fraud)

akuntansi. Di sisi yang lainnya, penelitian ini juga memiliki persaman

terhadap hipotesis antara hubungan variabel independen dan dependen,

penggunaan LPD sebagai bahan penelitian, serta penggunaan uji statistik

dan metode penelitian. Perbedaan penelitian kali ini terletak pada

penggunaan variabel independen, dimana variabel independen yang

digunakan terdapat lima variabel independen, sedangkan pada penelitian

yang dilakukan oleh Suryandari, et al., (2019) menggunakan empat variabel

independen. Perbedaan lainnya juga terletak pada lokasi penelitian.


Pada penelitian yang dilakukan oleh Murti, et al., (2018)

menggunakan 4 (empat) variabel independen yang terdiri dari pengaruh

sistem pengendalian internal, profesionalisme badan pengawas, moralitas

individu, dan keadilan procedural serta 1 (satu) variebel dependen yakni

kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Berdasarkan hasil penelitian,

terdapat pengaruh negatif antara sistem pengendalian internal,

profesionalisme badan pengawas, moralitas individu, dan keadilan

prosedural terhadap kecurangan (fraud).

Mengacu pada penelitian sebelumnya terdapat persamaan dan

perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya yakni kedua penelitian

menggunakan dua variabel independen yang sama yakni sistem

pengendalian internal dan moralitas individu serta satu variabel dependen

yang sama yakni kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Di sisi yang

lainnya, penelitian ini juga memiliki persaman terhadap hipotesis antara

hubungan variabel independen dan dependen, penggunaan LPD sebagai

objek penelitian, serta penggunaan uji statistik dan metode penelitian.

Perbedaan penelitian kali ini terletak pada penggunaan variabel independen,

dimana variabel independen yang digunakan terdapat lima variabel

independen, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Murti, et al.,

(2018) menggunakan empat variabel independen. Perbedaan lainnya juga

terletak pada lokasi penelitian.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Lastrini (2018)

menggunakan 3 (tiga) variabel independen yang terdiri dari pengendalian

internal, budaya organisasi, dan moralitas serta 1(satu) variabel dependen


yakni kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan pengendalian internal, budaya organisasi, dan

moralitas berpengaruh negatif pada kecenderungan kecurangan (fraud)

akuntansi.

Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Lastrini (2018)

terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya

yakni kedua penelitian menggunakan tiga variabel independen yang sama

yakni pengendalian internal, budaya organisasi, dan moralitas serta satu

variabel dependen yang sama yakni kecenderungan kecurangan (fraud)

akuntansi. Di sisi yang lainnya, penelitian ini juga memiliki persaman

terhadap penggunaan LPD sebagai objek penelitian. Perbedaan penelitian

kali ini terletak pada jumlah penggunaan variabel independen, dimana

variabel independen yang digunakan terdapat lima variabel independen,

sedangkan pada penelitian sebelumnya variabel independen yang digunakan

sebanyak tiga variabel. Perbedaan lainnya juga terletak pada lokasi

penelitian.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Said, et al., (2017)

menggunakan 4 (empat) variabel independen yang terdiri dari tekanan,

peluang, rasionalisasi, dan nilai etika serta 1 (satu) variabel dependen yakni

kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa peluang dan rasionalisasi berpengaruh positif, nilai

etika berpengaruh negatif terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.

Variabel tekanan sendiri dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi.


Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Said, et al., (2017)

terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya yakni kedua penelitian

menggunakan dua variabel independen yang sama yakni tekanan serta satu

variabel dependen yang sama yakni kecenderungan kecurangan (fraud)

akuntansi. Perbedaan penelitian kali ini terletak pada lokasi dan objek

penelitian.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Julia Wanjiku Wangombe

(2017) menggunakan 1 (satu) variabel independen yakni sistem

pengendalian internal dan 1 (satu) variabel dependen yakni pencegahan

kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa Efektivitas Pengendalian Internal berpengaruh negatif

Pendeteksian dan Pencegahan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.

Mengacu pada penelitian sebelumnya terdapat persamaan dan perbedaan

dengan penelitian ini. Persamaannya yakni kedua penelitian menggunakan

variabel independen yang sama yakni sistem pengendalian internal serta

satu variabel dependen yang sama yakni kecenderungan kecurangan (fraud)

akuntansi. Di sisi yang lainnya, penelitian ini juga memiliki persaman

terhadap hipotesis antara hubungan variabel independen dan dependen,

penggunaan uji statistik, dan metode penelitian. Perbedaan penelitian kali

ini terletak pada lokasi penelitian yang digunakan.


BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir

Kecurangan (fraud) dalam akuntansi dapat dicegah penanganannya

dengan menerapkan sistem pengendalian internal yang ada. Tindakan

penyimpangan terseburtersebut dapat diminimalisir kejadiannya karena

terdapatnya kecakapan pengendalian internal yang baik dalam

melaksanakan kegiatan operasional dalam perusahaan. Di samping itu moral

para individu yang terdapat dalam sebuah lembaga merupakan sesuatu hal

yang berkaitan dengan sikap serta perilaku individu ataupun kelompok

dalam melakukan sesuatu perilaku ketika dihadapkan kepada suatu

permasalahan yang ada. Moralitas individu berhubungan pada

kecenderungan kecurangan akuntansi yang ada. Adanya level moral yang

tinggi yang dimiliki suatu anggota atau individu juga dapat meminimalisir

terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi.

Faktor asimetri informasi yang tercipta dapat juga mempengaruhi

kecenderungan kecurangan akuntansi yang terjadi. Asimetri informasi

merupakan suatu kesenjangan informasi yang terjadi antara pihak pengelola

(agen) dengan pihak pemakai (principal). Hal ini terjadi dikarenakan sikap

transparansi yang kurang memadai dan kurang mendahulukan kepentingan

bersama yang ada. Apabila pengaruh asimetri informasi semakin besar

maka lambat laun menimbulkan peluang yang sangat besar terjadinya

kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Faktor tekanan yang ada juga


menjadi suatu penyebab penyimpangan dalam pelaksanaan operasional

kegiatan suatu perusahaan dapat terjadi. Tekanan adalah suatu bentuk

kesesuaian capaian yang harus segera dilakukan yang dialami oleh para

pekerja yang menjadi salah satu penyebab terjadinya penyimpangan.

Tekanan yang dimaksud dapat berupa tekanan terkait pekerjaan yang harus

dilaksanakan secara simultan, beban finansial, dan faktor yang lainnya.

Hal ini dapat menyebabkan seseorang menjadi tertekan untuk

melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Terlebih lagi apabila

Tindakan tersebut sudah menjadi kebiasaan yang dapat menciptakan suatu

budaya tidak etis dengan sistem pengendalian internal yang kurang baik

serta rendahnya level moral yang dimiliki dapat memicu tekanan bagi para

anggota untuk melakukan penyimpangan. Faktor budaya organisasi yang

diterapkan sebagai pedoman dalam perusahaan juga dapat memicu

terjadinya penyimpangan kecurangan akuntansi. Apabila budaya organisasi

yang tidak sehat dijadikan sebagai pedoman oleh seluruh elemen dalam

suatu lembaga, maka indikasi untuk melakukan berbagai tindakan yang

kurang etis juga tercipta seiring berjalan sikap, norma/aturan, dan perilaku

yang dianggap tidak benar berdasarkan moral dan hukum yang dianggap

benar. Budaya organisasi yang sehat dapat memicu para anggota untuk tidak

melakukan tindakan yang dapat merugikan diri sendiri maupun instansi

terkait. Adanya kelima variabel independen tersebut dapat mempengaruhi

kecenderungan kecurangan akuntansi yang terjadi dan dapat diminimalisir

kejadiannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mendeskripsikan


kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 3.1

Kerangka Berpikir Penelitian

Terjadinya kasus kecurangan beberapa LPD yang


ada di Kecamatan Buleleng
Kajian Penelitian
Sebelumnya:
Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal,
1. Dewi & Maulana
Moralitas Individu, Asimetri Informasi, Tekanan,
(2021)
Serta Budaya Organisasi mempengaruhi 2. Pujayani & Dewi
Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi Di (2021)
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) se-Kecamatan 3. Sujana (2021)
Buleleng 4. Wijaya (2021)
5. Juliantari, et al.,
Hipotesis (2020)
6. Suwartini (2020)
H1: Efektivitas Pengendalian Internal berpengaruh 7. Hasnawati (2020)
negatif terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) 8. Murtini, et al.,
Akuntansi (2020)
9. Hormati, et al.,
H2: Moralitas Individu berpengaruh negatif terhadap (2019)
Fraud Triangle Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi 10. Utari, et al.,
Theory (2019)
H3: Asimetri Informasi berpengar 11. Suryandari, et al.,
uh Positif terhadap Kecenderungan Kecurangan 2019)
(Fraud) Akuntansi 12. Murti, et al.,
(2018)
H4: Tekanan berpengaruh Positif terhadap 13. Prastika & Yenni
Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi (2018)
14. Wangombe (2017)
H5: Budaya Organisai berpengaruh negatif terhadap 15.Said, et al., (2017)
Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi

Teknik Analisis Liniear Berganda

Pembahasan

Kesimpulan, Keterbatasan & Saran


Sumber: Hasil Pemikiran Peneliti (2022)

Gambar 3.2

Model Penelitian

Efektivitas Pengendalian
Internal (X1) H1 (-)
Moralitas Individu (X2) H2 (-)
Kecendrungan
Asimetri Informasi (X3) H3 (+) Kecurangan (Fraud)
Akuntansi (Y)
Tekanan (X4) H4 (+)

Budaya Organisasi (X5) H5(-)

Sumber: Hasil Pemikiran Peneliti (2022)

3.2 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2018:4), hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu

dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul. Pernyataan

hipotesis hanya menjelaskan fenomena dan kemungkinan jawaban atas

pertanyaan penelitian. Berdasarkan kajian teori dan rumusan masalah, maka

peneliti menyusun Hipotesis sebagai berikut:

3.2.1Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan

Kecurangan (Fraud) Akuntansi

Sistem pengendalian internal sebagaimana didefinisikan dalam

akuntansi dan audit adalah sebuah proses untuk memastikan pencapaian

tujuan organisasi dalam operasional secara efektif dan efisiensi, pelaporan


keuangan yang andal, kepatuhan dengan undang-undang, peraturan dan

kebijkan (Wangombe, 2017). Faktor ini sangat menjadi perhatian dalam

melakukan kecurangan akuntansi dikarenakan dengan terbukanya peluang

akibat melemahnya efektifnya pengendalian internal dalam suatu

perusahaan. Hal tersebut yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan

tindakan penyimpangan yang seperti pelanggaran/penyimpangan yang

berujung terhadap kerugian suatu entitas. Didalam suatu perusahaan, peran

sistem pengendalian internal sangat dibutuhkan. Pengendalian internal

sendiri bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan operasional

perusahaan dapat dikendalikan dengan baik. Hal ini mencakup bagaimana

sistem pengendalian internal dapat menjaga pelaporan keuangan, menjaga

efektivitas dan efisiensi operasi yang dijalankan serta menjaga ketaatan

terhadap hukum dan peraturan.

Pengendalian internal yang baik dalam suatu instansi, dapat

meminimalisir terjadinya peluang yang mengakibatkan kecenderungan

kecurangan (fraud) akuntansi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prastika & Yenni (2018),

Pujayani & Dewi (2021), dan Suryandari, et al., (2019). Penelitian yang

mereka lakukan menyatakan bahwa dengan adanya pengendalian internal

yang kurang baik dalam suatu kelembagaan akan memunculkan peluang

(opportunities) suatu oknum untuk melakukan tindakan kecurangan (fraud)

akuntansi. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah:


H1: Efektivitas Pengendalian Internal berpengaruh negatif terhadap

Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi

3.2.2Pengaruh Moralitas Individu terhadap Kecenderungan Kecurangan

(Fraud) Akuntansi

Moralitas yang dimiliki oleh para pekerja disebuah struktur

kelembagaan menjadi dasar dalam menjalankan tugas-tugasnya agar tidak

melakukan kecurangan. Seseorang yang memiliki moral akan mengambil

tindakan positif karena memiliki kedadaran akan kewajiban dan tanggung

jawab sebagai sikap yang baik (Wijaya, 2021). Moralitas individu yang

dipaparkan dalam berbagai penelitian menunjukkan seberapa matang tingkat

atau level penalaran moral yang digunakan oleh individu terhadap perilaku

etis yang dijalankan. Seseorang yang memiliki level moralitas yang baik

cenderung bisa membedakan perilaku yang dibenarkan atau tidak ketika

dihadapkan dengan suatu permasalahan. Namun di sisi lain terdapat indikasi

bahwa tidak semua individu memiliki level moral yang sama. Hal ini bisa

mengakibatkan lahirnya moral yang kurang baik pada setiap individu. Moral

yang kurang baik tersebut yang nantinya memicu terjadinya suatu tindakan

penyimpangan.

Pemaparan diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wijaya (2021) dan Juliantari, et al., (2020) yang mengatakan bahwa

moralitas individu berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan

(fraud) akuntansi. Seseorang yang memiliki level moral yang tinggi dan

baik cenderung mampu memilah perbuatan yang baik dan tidak baik serta

mampu mengetahui dari dampak yang akan ditimbulkan dari hasil perbuatan
tersebut. Adanya moralitas yang berkualitas mampu meminimalisir suatu

Tindakan yang menyimpang yang dapat merugikan. Berdasarkan uraian

diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H2: Moralitas Individu berpengaruh negatif terhadap terhadap

Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi

3.2.3Pengaruh Asimetri informasi terhadap Kecenderungan Kecurangan

(Fraud) Akuntansi

Asimetri informasi merupakan suatu keadaan ketika manajemen memiliki

kontrol informasi lebih besar dari investor/kreditur (Puspasari & Putra,

2022). Hal ini terjadi dikarenakan ketidaksesuaian data yang diterima antara

pihak pengelola dengan pihak publik. Dalam hal ini pihak pengelola yang

dimaksud ialah pihak manajemen atau pengelola LPD itu sendiri dan pihak

publik atau pengguna informasi ialah warga di desa pakraman tersebut. Hal

ini berdampak kepada kesempatan yang timbul akibat kontrasnya volume

serta jaminan informasi yang didapat di antara kedua belah pihak yang akan

menimbulkan penyimpangan kecenderungan kecurangan akuntansi. Adanya

konflik mengenai keterbatasan informasi yang ada merupakan inti

permasalahan yang ada dari asimetri informasi yang telah dijelaskan dalam

teori agensi. Berdasarkan pemaparan tersebut tingginya tingkat asimetri

informasi yang terdapat dalam suatu lembaga akan cenderung menimbulkan

kecenderungan kecurangan akuntansi yang akan terjadi.


Penelitian yang dilakukan oleh Pujayani & Dewi (2021) dan Dewi

& Maulana (2021) menyatakan bahwa tingginya tingkat asimetri informasi

yang ada dalam suatu perusahaan, akan membuka peluang lebih besar

tindakan kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi dapat terjadi. Adanya

asimetri informasi yang tidak terkontrol cenderung dapat mengakibatkan

terjadinya suatu penyimpangan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H3: Asimetri Informasi berpengaruh Positif terhadap Kecenderungan

Kecurangan (Fraud) Akuntansi

3.2.4Pengaruh Tekanan terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud)

Akuntansi

Pengaruh tekanan yang didapat merupakan salah satu pemicu terjadinya

kecurangan. Hal ini terbukti dari beberapa teori mengenai kecurangan

akuntansi seperti dalam fraud hexagon theory yang baru di gagas oleh

Vousinas (2019) yang selalu menyebut indikator pressure atau tekanan

sebagai salah satu penyebab terjadinya kecurangan akuntansi. Tekanan

yang ada dapat bersumber dari berbagai macam hal, seperti tekanan

terhadap pekerjaan yang datang secara bersamaan yang mengindikasikan

seorang karyawan merasa pekerjaannya harus segera cepat diselesaikan agar

mendapatkan bonus untuk memenuhi keuangan dan tanggungan secara

finansial pada karyawan tersebut terlepas benar atau tidaknya tugas yang

dikerjakan. Hal tersebut tentunya akan melahirkan tindakan kejahatan

berupa kecurangan. Tindakan kecurangan tersebut dimotivasi karena


dorongan atas kebiasaan untuk melakukan tindak kejahatan. Hal ini erat

kaitannya dengan permasalahan dalam tekanan keuangan. Tekanan yang

mempengaruhi kinerja karyawan tersebut dapat mempengaruhi moralitas

seseorang yang berkaitan dengan terjadinya kecurangan. Tekanan dapat

menjadi faktor terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi.

Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Suryandari, et al., (2019) dan Said, et al., (2017) yang meynatakan bahwa

tekanan berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud)

akuntansi. Tekanan yang berlebihan dan tidak terkontrol dapat

mengakibatkan seseorang untuk terlepas dari tekanan tersebut dengan segala

cara yang ada. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah:

H4: Tekanan berpengaruh Positif terhadap Kecenderungan Kecurangan

(Fraud) Akuntansi

3.2.5Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kecenderungan Kecurangan

(Fraud) Akuntansi

Budaya organisasi merupakan suatu karakteristik nilai, norma, serta

sikap yang terkandung didalam organisasi yang mendeskripsikan perilaku

setiap anggota didalam organisasi tersebut. Diketahuinya budaya organisasi

yang dianut oleh setiap anggota dapat menggambarkan perilaku etis atau

sikap mereka dalam bekerja. Seorang anggota akan mencontoh tindakan

yang diajarkan oleh atasan nya. Apabila terdapat kecenderungan untuk

melakukan tindakan yang menyimpang dapat menimbulkan suatu perilaku


yang tidak etis yang membuka peluang terjadinya penyimpangan organisasi

lainnya. Untuk meminimalisir terjadinya penyimpangan hendaknya harus

memperhatikan budaya organisasi yang terdapat dalam suatu organisasi.

Budaya organisasi yang dipercaya adalah suatu pola perilaku yang tercermin

dan diterima oleh moral serta dinilai benar secara hukum yang menjadi

pedoman bagi seluruh elemen anggota dalam organisasi. Apabila budaya

yang baik diterapkan dalam organisasi mengakibatkan tumbuhnya rasa

beretika yang baik dan meminimalisir untuk melakukannya tindak

penyimpangan khususnya kecurangan (fraud).

Hal tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan Udayani & Maria

(2017) yang menyatakan bahwa moralitas berpengaruh signifikan negatif

terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Dengan adanya budaya organisasi

yang kurang baik diterapkan disuatu perusahaan akan menimbulkan kebiasaan

buruk yang akan terjadi secara berkesinambungan, sehingga dapat memicu

tindakan penyimpangan yang terjadi. Berdasarkan uraian diatas maka

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H5: Budaya Organisasi berpengaruh negatif terhadap Kecenderungan

Kecurangan (Fraud) Akuntansi


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada LPD yang ada di Kecamatan

Buleleng. Alasan peneliti memilih Kecamatan Buleleng dikarenakan

Kecamatan Buleleng merupakan wilayah sentral Kabupaten Buleleng yang

menjadi pusat pemerintahan kabupaten, perkembangan industri, budaya &

pariwisata yang signifikan terhadap perkembangan masyarakat setempat.

Adanya potensi tersebut sangat disayangkan apabila peran LPD yang dirasa

mampu mengelola aspek tersebut belum optimal. Ditambah adanya

fenomena kasus-kasus tindakan kecurangan (fraud) akuntansi yang terjadi

sangat merugikan para desa krama selaku nasabah hingga ratusan bahkan

puluhan miliar rupiah. Maka dari itu peneliti memiliki ketertarikan untuk

melakukan penelitian pada lembaga perkreditan desa (LPD) di Kecamatan

Buleleng agar wilayah sentral tersebut mampu memberikan contoh terkait

meminimalisir tindak kejadian kecurangan (fraud).

4.2 Objek Penelitian

Menurut Sugiyono (2018:229), obyek penelitian adalah sasaran

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu

tentang sesuatu hal obyektif, valid, dan reliabel tentang sesuatu hal. Objek

penelitian pada penelitian ini adalah para karyawan LPD Se- Kecamatan

Buleleng. Dipilihnya Para karyawan sebagai obek penelitian dikarenakan


karyawan memiliki peran yang vital dalam berjalannya sistem operasi suatu

LPD.

4.3Identifikasi Variabel

4.3.1Variabel Dependen

Pengertian variabel dependen (Y) menurut Sugiyono (2018:68),

variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel independen. Yang menjadi variabel dependen

dalam penelitian ini adalah Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi

4.3.2 Variabel Independen

Pengertian variabel independen (X) menurut Sugiyono (2018:68),

variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (dependen).

Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah:

1) Efektifitas Pengendalian Internal

2) Moralitas Individu

3) Asimetri Informasi

4) Tekanan (X4)

5) Budaya Organisasi(X5).

4.4Definisi Operasional Variabel

Operasional variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek

atau kegiatan yang memilki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2018:68). Variabel yang dapat digunakan dalam penelitian ini antara lain:

4.4.1 Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (KKA)

Variabel dependen atau variabel dependen dalam penelitian ini adalah

kecenderungan kecurangan akuntansi (Y). Definisi kecurangan akuntansi

adalah suatu tindakan penipuan yang dilakukan secara sengaja dan tidak

benar sehingga dapat merugikan pihak lainnya. Menurut Sari (2021), dalam

penelitiannya mendefinisikan Fraud sebagai perbuatan yang dilakukan oleh

seseorang yang berada di dalam organisasi untuk mengambil keuntungan

untuk dirinya sndiri atau sekelompok orang lain. Hal ini justru menjadi

sebuah kerugian besar bagi suatu instansi apabila terdapat suatu tindakan

kecurangan yang terjadi terlebih dapat menimbulkan hilangnya kepercayaan

masyarakat, sanski terhadap hukum serta norma adat yang berlaku, maupun

pemberhentian kegiatan operasional suatu perusahaan. Instrumen penelitian

yang digunakan untuk mengukur kecenderungan kecurangan akuntansi

terdiri dari sembilan pertanyaan dengan indikator yang dikembangkan

dalam penelitian Dewi (2021) dan diukur dengan skala Likert 1-5

menggunakan indikator kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi

sebagai berikut:

1) Kecenderungan untuk melakukan penyajian yang salah atau

penghilangan peristiwa

2) Penyalahgunaan atau penggelapan terhadap aktiva

3) Mencatat laporan keuangan tidak sesuai dengan fakta-fakta di lapangan


4.4.2 Efektivitas Pengendalian Internal

Pengendalian Internal adalah rencana, prosedur atau metode dalam

pelaksanaannya yang mendapat campur tangan pihak manajemen

perusahaan dengan tujuan mencapai target dan sasaran yang telah

ditentukan sebelumnya. Proses tersebut mencakup berbagai kebijakan dah

prosedur yang disusun secara sistematis, memiliki variasi dan tujuan utama

sebagai manifestasi keandalan laporan suatu entitas, efektif dan efisien

dalam menjaga operasi yang dijalankan, dan mampu menjaga kepatuhan

hukum dan peraturan yang berlaku. Pengendalian internal juga diartikan

sebagai kontrol dalam suatu organisasi yang bertujuan mengarahkan dan

mengawasi sumber daya organisasi yang diharapkan dapat membantu

organisasi dalam mencapai tujuannya (Prastika & Yenni, 2018). Instrumen

penelitian yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengendalian internal

terdiri dari enam pertanyaan yang dikembangkan dari penelitian

Wangombe, (2017) yang diukur menggunakan skala Likert 1-5. Indikator

Efektivitas Pengendalian Internal didapat antara lain:

1) Lingkungan pengendalian

2) Manajamen risiko

3) Informasi dan komunikasi

4) Aktivitas pengendalian

5) Pemantauan serta monitoring


4.4.3 Moralitas Individu

Moralitas merupakan suatu perbuatan, sikap ataupun kewajiban yang

berkenaan dengan baik atau buruknya perilaku manusia. Dalam penelitian

Juliantari, et al., (2020) orang yang memiliki level tinggi moralitasnya akan

mengalami perbedaan sikap dan perilaku apabila dibandingkan dengan

orang yang memiliki level moralitas yang rendah. Dengan tingginya tingkat

level penalaran moralitas seseorang akan mempengaruhi aspek kepentingan

yang lebih luas dan universal yang akan memberi kebermanfaatan daripada

hanya mementingkan kepentingan kelompok ataupun pribadi yang

cenderung memiliki kenikmatan sementara. Adanya penilai terkait evaluasi

moral dapat meminimalisir terjadinya tindakan kecurangan. Level

penalaran moral tersebut dapat dijadikan titik acuan sebagai hasil keputusan

terhadap perilaku etis seseorang dalam melakisanakan hak dan

kewajibannya terhadap pekerjaan yang diterima. Instrumen penelitian yang

digunakan untuk mengukur moralitas individu terdiri dari enam pertanyaan

dengan indikator yang dikembangkan dalam penelitian Wijaya, (2021)

diukur dengan skala Likert 1-5 menggunakan indikator moralitas individu

sebagai berikut:

1) Pra-Conventional

2) Conventional

3) Post-Conventional

4.4.4 Asimetri Informasi


Asimetri Informasi merupakan suatu kondisi dimana kesenjangan informasi

yang terjadi di dalam suatu kelembagaan. Pada penelitian Pujayani & Dewi

(2021) Kesenjangan informasi ini terjadi dikarenakan kurangnya

transparansi atau sifat keterbukaan anatar pihak pengelola LPD dengan

pihak masyarakat yang terdapat didesa tersebut/nasbah LPD untuk

memperoleh serangkaian informasi yang berguna dan bermanfaat bagi

keberlangsungan perekonomian mereka. Kesenjangan ini akan memberikan

peluang terjadinya penyimpangan yang akan menimbulkan kerugian baik

secara langsung maupun tidak langsung terhadap instansi atau wadah dari

organisasi tersebut maupun pihak masyarakat desa/nasabah yang merugi

akibat terjadinya penyimpangan tersebut. Tingginya tingkat Asimetri

informasi yang terdapat dalam suatu lembaga dapat meningkatkan peluang

lebih besar kecenderungan kecurangan akuntansi terjadi. Instrumen

penelitian yang digunakan untuk mengukur asimetri informasi terdiri dari

enam pertanyaan dengan indikator yang dikembangkan dalam penelitian

Hasnawati & Nuryatno (2020) dan diukur dengan skala Likert 1-5

menggunakan indikator asimetri informasi sebagai berikut:

1) Informasi laporan keuangan

2) Pemaparan Laporan Keuangan

3) Pihak yang berkaitan dengan laporan keuangan

4) Penanggung jawab laporan keuangan

5) Ruang lingkup laporan keuangan

4.4.5 Tekanan
Tekanan menjadi salah satu alasan bagi manajemen dan pegawai lainnya

dalam melakukan fraud. Tekanan dapat terjadi dikarenakan adanya tujuan

yang tidak realistik dari pihak manajemen kepada pegawainya atau pemilik

kepada manajemen agar memenuhi kemauan pemilik. Di sisi yang lain

adanya tekanan internal dan eksternal dapat menjadi pemicu suatu

kecurangan dapat terbentuk. Dalam penelitian Said, et al., (2017) dikatakan

bahwa tekanan internal adalah tekanan yang berasal dari dalam diri

seseorang mengenai ketidakpuasan terhadap imbalan berupa gaji, sedangkan

tekanan eksternal bersumber dari lingkungan tempat kerja seperti gaya

kepemimpinan. Adanya ketidakpuasan terhadap imbalan serta pengaruh

tekanan terhadap lingkungan kerja dan beban hidup berupa kebutuhan

finansial dapat mendukung terjadinya insiden kecurangan terjadi. Instrumen

penelitian yang digunakan untuk mengukur tekanan terdiri dari delapan

pertanyaan dengan indikator yang dikembangkan dalam penelitian Said, et

al., (2017) dan diukur dengan skala Likert 1-5 menggunakan indikator

tekanan sebagai berikut:

1) Tekanan keuangan

2) Tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan

3) Kebiasaan buruk

4.4.6 Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan istilah untuk mendeskripsikan

kesamarataan atau keadilan di tempat kerja yang berfokus bagaimana para

pekerja menyimpulkan apakah mereka diperlakukan secara adil dalam

pekerjaannya dan bagaimana kesimpulan tersebut kemudian mempengaruhi


variabel-variabel yang berhubungan dengan pekerjaan. Menurut Ekayanti

(2017), bahwa semakin baik suatu budaya organisasi yang ditetapkan di

suatu organisasi maka semakin baik juga efektivitas pengendalian internal

didalam suatu organisasi tersebut. Budaya organisasi berfungsi sebagai

pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya, membangun rasa

identitas bagi anggota, memfasilitasi pertumbuhan komitmen, dan

meningkatkan stabilitas sistem sosial sebagai pemersatu menuju integritas

organisasi (Yulianto, et al., 2021). Instrumen penelitian yang digunakan

untuk mengukur budaya organisasi terdiri dari lima pertanyaan dengan

indikator yang dikembangkan dalam penelitian Dewi & Maulana (2021) dan

diukur dengan skala Likert 1-5 menggunakan indikator budaya organisasi

sebagai berikut:

1) Model peran yang visible

2) Komunikasi harapan-harapan etis

3) Mengadakan pelatihan etis

4) Hukuman bagi tindakan tidak etis

5) Mengadakan mekanisme perlindungan etika

4.5 Jenis dan Sumber Data

4.5.1 Jenis Data

1) Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka atau data

kualitatif yang diangkakan (Sugiyoyno, 2018:10). Data kuantitatif yang

digunakan dalam penelitian ini berupa nilai skor skala likert 1-5 yang
mewakili jawaban atas pertanyaan yang diberikan dari kuesioner yang

diisi oleh responden.

2) Data Kualitatif

Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema

serta gambar (Sugiyoyno, 2018:10). Data kualitatif yang digunakan

dalam penelitian ini berupa daftar pertanyaan serta pernyataan yang

terdapat dalam sejarah LPD dan kondisi geografis di Kecamatan

Buleleng

4.5.2 Sumber Data

1) Data Primer

Data primer ialah suatu data yang diberikan langsung dari

sumbernya, diamati, dan dicatat untuk pertama kalinya (Sugiyono,

2018:225). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

jawaban responden atas pertanyaan yang mereka jawab pada kuesioner

yang diukur menggunakan skala likert 1-5.

2) Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah

jadi, telah dikumpulkan dan dikelola oleh pihak lain (Sugiyono,

2018:225). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah

jumlah terkait Lembaga Perkreditan Desa (LPD) se-Kecamatan


Buleleng serta perkembangan LPD di Kecamatan buleleng yang didapat

dari LPLPD Provinsi Bali.

4.6Populasi dan Sampel

4.6.1Populasi

Populasi adalah satu kesatuan individu atau subjek pada wilayah dan

waktu dengan kualitas tertentu yang akan diamati/diteliti. Menurut

Sugiyono (2018:136), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh Lembaga

Perkreditan Desa (LPD) yang terletak di Kecamatan buleleng yang ada di

Kabupaten Buleleng dengan jumlah 16 LPD.

4.6.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2018:137) menyatakan sampel adalah contoh,

yaitu bagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian. Dalam

penelitian ini peneliti menentukan sampel menggunakan metode sampling

jenuh. Menurut Sugiyono (2018: 85), sampling jenuh adalah teknik

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Sampling jenuh bisa disebut dengan sensus, dimana seluruh anggota


populasi dijadikan sebagai sampel. Jadi jumlah sampel pada penelitian ini

adalah 16 LPD yang masih aktif di Kecamatan buleleng dengan jumlah total

48 responden (3 responden per LPD).

Tabel 4.1

Daftar Nama LPD se-Kecamatan Buleleng

No Nama LPD
1 LPD Desa Adat Alapsari
2 LPD Desa Adat Alasangker
3 LPD Desa Adat Banyuasri
4 LPD Desa Adat Banyuning
5 LPD Desa Adat Beratan Samayaji
6 LPD Desa Adat Buleleng
7 LPD Desa Adat Kalibubuk
8 LPD Desa Adat Nagasepeha
9 LPD Desa Adat Padang Keling
10 LPD Desa Adat Pemaron
11 LPD Desa Adat Penarukan
12 LPD Desa Adat Penglatan
13 LPD Desa Adat Petandakan
14 LPD Desa Adat Poh Bergong
15 LPD Desa Adat Sari Mekar
16 LPD Desa Adat Tukad Mungga
Sumber: LPLPD Provinsi Bali 2022
4.7 Metode Pengumpulan Data

4.7.1 Kuesisoner

Pengumpulan data merupakan suatu usaha yang dapat

dipertanggungjawabkan guna mendapatkan data yang valid sebagai bahan

pemecahan dan pembahasan masalah. Penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data dengan kuesioner yang disebarkan kepada sampel

penelitian. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2018:225) Dari jawaban

atas pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner telah ditentukan skornya

berdasarkan pengukuran skala Likert yaitu: Skor 1: Sangat Tidak Setuju

(STS), Skor 2: Tidak Setuju (TS), Skor 3: Netral, Skor 4: Setuju (S), Skor 5:

Sangat Setuju (SS).

4.7.2 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari

seseorang (Sugiyono, 2018:191). Metode pengumpulan data juga dilakukan

dengan mengambil dari internet, jurnal, buku serta dokumentasi juga

dilakukan dengan mendata LPD yang dijadikan responden dalam penelitian

ini
4.8Teknik Analisis Data

4.8.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, dan

minimum. Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan

atau mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan

mudah dipahami (Ghozali 2018:19). Analisis statistik dalam penelitian ini

hanya melihat rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, dan

minimum dari variabel-variabel penelitian dengan menggunakan sebuah

program SPSS for windows sebagai alat untuk menguji data tersebut.

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan data yang telah terkumpul

dan kemudian disajikan, baik dalam bentuk grafik maupun tabel.

4.8.2Uji Instrumen

1) Uji Validitas. Uji ini digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Bagi item yang tidak valid maka akan dikeluarkan dari

analisis, kemudian dilakukan analisis yang sama sampai semua item

valid.

2) Uji reliabilitas. Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil

pengukuran tetap konsisten, jika dilakukan pengukuran dua kali atau

lebih. Instrumen dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Kriteria

reliabilitas menurut Sekaran (2017), kurang dari 0,6 tidak reliabel, 0,6 –

0,7 akseptabel, 0,7-0,8 baik, lebih dari 0,8 reliabel.


4.8.3 Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini bertujuan untuk melihat kelayakan model serta untuk

mengetahui apakah terdapat pelanggaran asumsi klasik dalam model regresi

berganda, karena model regresi yang baik adalah model yang lolos dari

pengujian asumsi klasik.

1) Uji Normalitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel

dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi

normal atau tidak. Uji normalitas residual dilakukan dengan

menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov test dengan taraf

signifikan 5%. Jika nilai Sig ≥ 0,05 maka dikatakan distribusi normal.

Jika sig < 0,05 maka dikatakan distribusi tidak normal.

2) Uji Heteroskedastisitas

Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas, penelitian ini

menggunakan uji Glejser. Pengujian ini membandingkan signifikansi

dari uji tersebut terhadap α sebesar 5%. Apabila signifikansi lebih dari

5% berarti tidak mengandung heteroskedastisitas.

3) Uji Multikolinieritas.

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel terikat atau independen. Batas dari

tolerance value adalah > 0,10 atau nilai VIF<10. Jika tolerance value

dibawah 0,10 atau nilai VIF diatas 10, maka terjadi multikolinieritas
4.8.4 Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua

variabel atau lebih, juga menunjukkan hubungan antara variabel dependen

dengan variabel independen (Ghozali,2018:95) Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pengujian pengaruh efektifitas pengendalian

internal, moralitas individu, asimetri informasi, tekanan dan budaya

organisasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Model pengujian

dalam penelitian ini akan dinyatakan dalam persamaan:

Y = a-b1X1+b2X2+b3X3+ b4X4+ b5X5+e........................................................(1)

Keterangan:

Y = Kecenderungan Kecurangan X3 = Asimetri Informasi

Akuntansi X4 = Tekanan

a = Konstanta X5= Budaya Organisasi

X1 = Pengendalian Internal b1,2,3,4,5 = Koefisien regresi

X2 = Motivasi Individu e = variabel yang tidak diteliti

4.8.5 Uji Hipotesis

1) Uji F

Uji F merupakan metode pengujian statistika yang dilakukan

secara serentak dengan dua atau lebih objek sebagai pembanding. Uji

statistika F ini digunakan untuk menguji hipotesis. Tujuannya adalah

untuk menentukan kecermatan dari metode yang dipakai. Menurut

Ghozali (2018:98), Uji Statistika F bertujuan untuk menunjukan apakah


sebuah variabel independen yang dimasukan akan memiliki pengaruh

secara simultan dan signifikan terhadap variabel dependen atau tidak.

Dalam menentukan Uji F, terdapat banyak rumus yang disajikan oleh

beberapa peneliti. Uji statistika F dapat dihitung menggunakan rumus

uji.

2) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model

menerangkan variasi variabel independen. Jika nilai R2 kecil berarti

bahwa kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu

berarti bahwa variabel-variabel independen memberikan seluruh

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel

dependen. Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0≤ R2≤1). Jika R2

mendekati 1 (100%), maka hasil regresi yang diperoleh tepat dengan

garis regresi untuk mengukur data observasi. Begitu sebaliknya jika R2

mendekati 0 maka menunjukkan semakin tidak tepatnya garis regresi

untuk mengukur data observasi. Kelemahan yang terjadi dalam

pengguna koefesien determinasi ini adalah bias terhadap jumlah

variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Oleh karena itu,

penelitian ini menggunakan nilai adjusted R2 untuk mengukur setiap

tambahan satu variabel independen. Adjusted R2 menggunakan rumus

Adjusted R2 = 1-, yaitu:

N −1
Adjusted R square (R2) = 1-(1-R2) ¿
K −1
Keterangan:

N = Banyaknya observasi

K = Banyaknya variabel independen dan dependen

Berdasarkan rumus di atas terlihat bahwa adjuster R square akan

bernilai negatif ketika nilai R square terlalu kecil sedangkan rasio antara

jumlah observasi dengan banyaknya variabel terlalu kecil. Nilai

adjusted R2 dapat mengalami kenaikan atau penurunan apabila satu

variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2018:97).

3) Analisis Uji T

Uji T digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel X

dan variabel Y secara parsial atau dapat dikatakan uji t pada dasarnya

menunjukkan seberapa jauh satu variabel independen secara individual

dalam menerangkan variasi-variasi dependen (Ghozali, 2018).

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan significance level: 0,05

(α=5%). Ketentuan penolakan dan penerimaan hipotesis adalah sebagai

berikut:

a. Jika nilai probabilitas signifikansi t > 0,05, maka H0 diterima dan

menolak H1 (koefisien regresi tidak signifikan. Ini berarti bahwa

secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai probabilitas signifikansi t < 0,05, maka H0 ditolak dan

menerima H1 (koefisien regresi signifikan). Ini berarti bahwa secara


parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen.

DAFTRA PUSTAKA

ACFE.Inc. (2018). Report to the Nations: Global Study On Occupational Fraud


and Abuse. Association of Certified Fraud Examiner,Inc
Bali.tribunnews.com/2021/12/11/kejari-buleleng-maraton-periksa-26-saksi-
ungkap-kasus-korupsi-lpd-anturan
Balipost.com/news/2021/09/01/213037/Belasan-Kasus-Korupsi-LPD-
Masuk...html
Cressey, D. R. (1953). Other people's money; a study of the social psychology of
embezzlement.
Desviana, Basri, Y. M., & Desviana. (2020). Analisis Kecurangan pada
Pengelolaan Dana Desa dalam Perspektif Fraud Hexagon. 3(1), 50–73.
Dewi, H. R., & Maulana, R. (2021). An analysis on fraud tendency of village
government officials. Jurnal Akuntansi Dan Auditing Indonesia
Https://Journal.Uii.Ac.Id/JAAI An, 25(June).
Ekayanti, NW, Edy Sujana, SE, & Wahyuni, MA (2017). Pengaruh Budaya
Organisasi, Gaya Kepemimpinan dan Pengalaman Kerja Terhadap
Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Pada Lembaga Perkreditan Desa
(LPD) Se-Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. JIMAT (Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi) Undiksha , 7 (1).
Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
25. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang
Hasnawati, & Nuryatno, M. (2020). DOES INTERNAL CONTROL WORK ?
Fraud Case in Government Sector Indonesian Evidence. Media Riset
Akuntansi, Auditing & Informasi, 20(2), 153–168.
Hormati, G. A., Adechandra, D., & Pesudo, A. (2019). Pengaruh Tekanan,
Kesempatan, Rasionalisasi dan Kemampuan Terhadap Kecenderungan
Aparatur Sipil Negara dalam Melakukan Kecurangan Akuntansi Studi
Empiris Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow
Timur. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Humanika, 9(2).
Suwartini,Ni Made Heni (2020) Pengaruh Pengendalian Internal, Sistem
Kompensasi, Dan Asimetri Informasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan
(Fraud) Akuntansi Pada Bpd Bali. Jr.2438.Fe-Ak.
Jensen, M., C., dan W. Meckling, 1976. “Theory of the firm: Managerial
behavior, agency cost and ownership structure”, Journal of Finance Economic
3:305- 360.
JULIA WANJIKU WANGOMBE. (2017). IMPACTS OF INTERNAL CONTROL
SYSTEMS ON THE DETECTION AND PREVENTION OF FRAUDS IN
COUNTY GOVERNMENTS. A CASE OF KIAMBU COUNTY
GOVERNMENT.
Juliantari, N. W. E., Putra, I. G. C., & I Ketut Sunarwijaya. (2020). INTERNAL
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN
KECURANGAN AKUNTANSI PADA LEMBAGA PERKREDITAN
DESA DI KABUPATEN KARANGASEM. JURNAL KHARISMA, 2(1), 21–
35.
Kurniawansyah, D et al., (2018). Teori Agency Dalam Pemikiran Organisasi:
Pendekatan Positivist dan Principal-Agent. Jurnal Riset Akutansi dan Bisnis
Airlangga. Vol 3. No 2.435-446
Marsini, N. L. Y., Sujana, E., & Wahyuni, M. A. (2020). Pengaruh Moralitas
Individu, Internal Control System, Dan Penegakan Hukum Terhadap
Kecenderungan Fraud Dalam Pengelolaan Keuangan Badan Usaha Milik
Daerah (Bumd) Di Kabupaten Buleleng. Jurnal Akuntansi Profesi, 10(2), 76-
88.
Needle, David & Burns, Jane. (2019) Business in Context (7th ed.). Hampshire:
Cengage Learning
Prastika, I. P. A., & Yenni, E. P. M. (2018). Pengaruh Pengendalian Internal,
Budaya Organisasi, Dan Moralitas Pada Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
Di Lpd Se-Kabupaten Gianyar. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
25(3), 2155–2184.
Pujayani, P. E. I., & Dewi, P. E. D. M. (2021). pengaruh moralitas individu,
asimetri informasi, efektivitas pengendalian internal dan budaya organisasi
terhadap kecendrungan kecurangan akuntansi pada lpd di kabupaten
buleleng. JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas
Pendidikan Ganesha, 12(01), 865–876.
Puspasari, N. L., & Putra, C. G. B. (2022). e-ISSN 2798-8961 Hita Akuntansi dan
Keuangan Universitas Hindu Indonesia Edisi Januari 2022. Fakultas
Ekonomi, Bisnis Dan Pariwisata, Universitas Hindu Indonesia Denpasar,
131–150.
Said, J., Alam, M. M., Ramli, M., & Rafidi, M. (2017). Integrating Ethical Values
into Fraud Triangle Theory in Assessing Employee Fraud: Evidence from the
Malaysian Banking Industry. Journal of International Studies, 10(2), 170–
184. doi:10.14254/2071-8330.2017/10-2/13
SARI, NURMALA (2021) AUDIT OPERASIONAL UNTUK MENCEGAH
KECURANGAN BARANG HILANG DAN RUSAK PADA ALFAMART
RAYA PANJAITAN PLAJU PALEMBANG. Skripsi S-1, 021008
Universitas Tridinanti Palembang.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sujana, E. (2021). Pengaruh Komitmen Organisasi, Locus Of Control Dan
Implementasi Good Governance Terhadap Kecenderungan Kecurangan
(Fraud) Akuntansi Pada Lembaga Perkreditan Desa Di Kecamatan Seririt.
Jurnal Akuntansi Profesi, 12(2), 306-317.
Suryandari, N. P. E., Wahyuni, M. A., & Julianto, I. P. (2019). dan efektivitas
penerapan pengendalian internal terhadap tindak kecurangan ( fraud ) ( Studi
Pada LPD Se-Kecamatan Negara ). JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Akuntansi), 10(1).
Udayani, A. A. K. F., & Maria M. Ratna Sari. (2017). pengaruh pengendalian
internal dan moralitas individu pada kecenderungan kecurangan akuntansi.
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 18(3), 1774–1799.
Uma Sekaran. 2017. Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Utari, I. N. M. A. D., Sujana, I. E., & Yuniarta, I. A. (2019). pengaruh efektivitas
pengendalian internal , moralitas individu , dan whistleblowing pada
lembaga perkreditan desa. Jurnal Akuntansi Profesi, 10(2).
Wijaya, W. R. (2021). the influence of compensation suitability, effectiveness of
internal control, and individual morality on tendency of accounting fraud.
Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi, Dan Keuangan Publik, 16(1), 101–
118.
Yulianto, E., Suharto, S., & Dacholfany, M. I. (2021). PENGARUH BUDAYA
ORGANISASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP
PENCEGAHAN FRAUD (KECURANGAN) PADA DINAS PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN KOTA METRO PROVINSI LAMPUNG.
SIMPLEX: Journal of Economic Management, 2(2), 92-104.
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Perihal: Permohonan Menjadi Responden


Lampiran: 1 (satu) berkas

Yth. Bapak/Ibu
Karyawan Lembaga Perkredita Desa (LPD) se-Kecamatan Buleleng,
Kabupaten Buleleng
di tempat
Dengan hormat,
Dalam rangka penyusunan Tugas Akhir (Skripsi) sebagai salah satu syarat.
Mendapat gelar sarjama (S1), maka dengan ini saya:
Nama : Gede Pratama Putera Wikananda
Prodi/Fakultas : Akuntansi / Fakultas Ekonomi dan Bisnis
NIM : 1902622010022
Universitas : Mahasaraswati Denpasar
Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Efektivitas
Pengendalian Internal, Moralitas Individu, Asimetri Informasi, Tekanan,
Serta Budaya Organisasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
Akuntansi Di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) se-Kecamatan Buleleng”.
Besar harapan saya agar Bapak/Ibu dapat membantu mengisi kuesioner ini secara
benar, lengkap, dan jelas. Tujuan penelitian ini Hanyalah semata-mata untuk
tujuan ilmiah, data yang terkumpul nantinya akan Dianalisis dan segala identitas
beserta jawaban yang anda berikan dijaga Kerahasiaannya. Atas kerjasama dan
kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan Terimakasih.

Hormat saya,
Peneliti

Gede Prartama Putera .W


NIM. 1902622010022
A. Identitas Responden/Karyawan
Nama Responden : ………………………………………………………
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (lingkari yang sesuai)
Jabatan : ……………………………………………………..
Pendidikan Terakhir : ……………………………………………………..
Nama LPD : ……………………………………………………..
Alamat LPD : ……………………………………………………..

B. Petunjuk Pengisian
1. Sebelum menjawab setiap pernyataan, mohon dibaca terlebih dahulu dengan
baik dan benar.
2. Dalam mengisi kuesioner mohon untuk mengisi seluruh pernyataannya karena
sangat dibutuhkan untuk kepentingan penelitian.
3. Pilihlah jawaban dengan memberikan tanda centang (✓) pada salah satu
Jawaban yang paling sesuai menurut anda.
4. Penilaian dilakukan Berdasarkan skala sebagai berikut 1 - 5 yang memiliki
Makna sebagai berikut:
STS = Sangat tidak setuju dengan nilai 1
TS = Tidak setuju dengan nilai 2
N = Netral dengan nilai 3
S = Setuju dengan nilai 4
SS = Sangat setuju dengan nilai 5
5. Setelah melakukan pengisian, mohon Bapak/Ibu mengembalikan kepada Yang
menyerahkan kuesioner.
6. Atas perhatian dan waktu yang Bapak/Ibu berikan saya ucapkan Terimakasih.
KUESISONER

EFEKTIFITAS PENGENDALIAN INTERNAL

NO Pertanyaan STS TS N SS
Lingkungan Pengandalian
Di instansi tempat saya bekerja,
1 telah ada pemisahan wewenang  
dan tanggung jawab yang jelas.
Aktivitas Pengendalian
Di instansi tempat saya bekerja,
jika laporan keuangan perlu segera
2 diterbitkan, maka transaksi  
otorisasi harus dilaksanakan dan
bukti pendukung harus disertakan
Di instansi tempat saya
bekerja,selalu dilakukan evaluasi
3 terhadap kinerja yang dilakukan  
seluruh karyawan ditempat saya
bekerja
Manajemen Risiko
Di instansi tempat saya bekerja,
mekanisme pelaporan yang ada
kurang memadai menimbulkan
4 risiko bagi organisasi dan  
komunikasi saluran tersedia untuk
perubahan dalam penyampaian
layanan
Informasi & Komunuikasi
Di tempat saya bekerja, Informasi
5 mengalir dengan bebas tanpa  
gangguan apapun
Pemantauan & Mionitoring
Di instansi tempat saya bekerja
aturan diterapkan untuk
pemantauan dan evaluasi kegiatan
6 operasional untuk menilai
penerapan pengendalian internal
(misalnya: tingkat keamanan uang
tunai, persediaan dll.)
Sumber: Wangombe (2017)
MORALITAS INDIVIDU
NO Pertanyaan STS TS N SS
Pra-Conventional
Pimpinan akuntansi di LPD
tempat saya tetap menyusun
7 Laporan Keuangan seperti periode
yang lalu agar kinerjanya bagus
dan terlihat baik
Pimpinan Akuntansi di LPD
tempat saya menyelesaikan
Laporan Keuangan seperti
8
keadaan sebenarnya, karena
pemimpin takut terkena sanksi
Undang-undang
Conventional
Pimpinan Akuntansi dan
Pelaporan di LPD tempat saya
9 tetap menyelesaikan Laporan
Keuangan seperti periode yang
lalu untuk kepentingannya
Pimpinan Akuntansi dan
Pelaporan di LPD tempat saya
tetap menyelesaikan Laporan
Keuangan seperti kondisi yang
10 sebenarnya demi
mempertimbangkan prinsip
kesejahteraan masyarakat serta
tidak ingin merugikan instansi dan
pemerintah
Post-Conventional
Pimpinan Akuntansi di LPD
11 tempat saya memberikan bonus
pada staff karena telah patuh
Pimpinan Akuntansi di LPD
tempat saya menyusun Laporan
12 Keuangan seperti periode yang
lalu, karena menjadi hal wajar
pada instansi
Sumber: Wijaya (2021)
ASIMETRI INFORMASI
NO Pertanyaan STS TS N S SS
Informasi laporan keuangan
Di instansi tempat saya bekerja,
untuk pekerjaan akuntansi,
hanya pihak internal institusi
yang mengetahui semua
13
informasi yang berkaitan
dengan transaksi perusahaan
yang memiliki dampak
keuangan.
Pemaparan laporan keuangan
Di instansi tempat saya bekerja,
hanya pihak internal institusi
yang memahami keseluruhan
14 hubungan antara data transaksi
keuangan dan proses
penyusunan pernyataan
keuangan.
Pihak yang berkaitan dengan laporan keuangan
Di instansi tempat saya bekerja,
hanya pihak internal institusi
yang mengetahui dan
15
memahami isi dan angka
laporan keuangan lengkap yang
sepenuhnya tercapai
Hanya pihak internal institusi
16 yang memahami detail
pelaporan keuangan.
Penanggung jawab laporan keuangan
Hanya pihak internal institusi
yang mengetahui faktor-faktor
17
yang mempengaruhi kegiatan
penyusunan laporan keuangan.
Ruang lingkup laporan keuangan
Hanya pihak internal institusi
yang mengetahui isi dan angka
18
sebenarnya dari laporan
keuangan yang disiapkan
Sumber: Hasnawati & Nuryatno (2020)
TEKANAN
NO Pertanyaan STS TS N S SS
Tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan
Dalam tempat saya bekerja,
19 tekanan pekerjaan saya cukup
tinggi
Dalam suatu waktu saya memiliki
20 beberapa pekerjaan yang harus
dilakukan secara simultan
Saya mengalami tekanan
21
pekerjaan secara terus-menerus
Tekanan keuangan
Saya bertanggung jawab penuh
22 untuk menghidupi keluarga saya
secra finansial
Saya sering menunda
pembayaran hutang (baik jangka
23
panjang maupun jangka pendek)
karena tidak memiliki uang
Kebiasaan buruk
Dalam kondisi tertentu, saya
terpaksa harus melakukan
24
pekerjaan yang bertentangan
dengan hati nurani
Saya dipaksa mengerjakan
25 pekerjaan saya yang tidak sesuai
dengan kondisi sebenarnya
Perusahaan akan memberikan
26 sanski apabila terdapat karyawan
yang memiliki kinerja buruk
Sumber: Said, et al., (2017)
BUDAYA ORGANISASI
NO Pertanyaan STS TS N S SS
Model Peran yang Visible
Pada tempat saya bekerja,
27 perilaku atasan dijadikan
panutan
Komunikasi harapan-harapan etis
Pada tempat saya bekerja, telah
diterapkan kode etik yang
28 menyatakan nilai-nilai
organisasi dan berbagai aturan
etis yang dipatuhi oleh pegawai
Mengadakan pelatihan etis
Di instansi tempat saya bekerja,
pernah diadakan seminar dan
pelatihan etis mengenai standar
tuntutan organisasi, yang
29
menjelaskan praktik-praktik
yang tidak diperbolehkan dan
menangani dilema etika yang
mungkin muncul
Hukuman bagi tindakan tidak etis
Di instansi tempat saya bekerja,
30 segala perilaku tidak etis yang
dilakukan akan diberi sanksi
Mengadakan mekanisme perlindungan etika
Di instansi tempat saya bekerja,
terdapat semacam badan
31
pengawas yang menangani
masalah perlindungan etika.
Sumber: Dewi & Maulana (2021)
KECENDERUNGAN KECURANGAN (FRAUD) AKUNTANSI

NO Pertanyaan STS TS N SS
Kecenderungan untuk melakukan penyajian
yang salah atau penghilangan peristiwa
Pada tempat saya bekerja, wajar
jika untuk tujuan tertentu, biaya
32    
dicatat lebih tinggi dari yang
seharusnya.
Pada tempat saya bekerja, tidak
menjadi masalah bagi institusi
33 saya jika pencatatan bukti    
transaksi dilakukan tanpa izin
dari pejabat yang berwenang.
Pada tempat saya bekerja, wajar
bagi instansi tempat saya bekerja
bahwa untuk tujuan tertentu
34    
harga beli kantor
peralatan/persediaan dicatat pada
harga yang lebih tinggi.
Penyalahgunaan atau penggelapan terhadap aktiva
Pada tempat saya bekerja, wajar
di instansi saya pengguna
anggaran memasukkan
35    
kebutuhan lain yang tidak sesuai
dengan rencana pembelian
peralatan kantor.
Pada tempat saya bekerja, wajar
jika di instansi tempat saya
bekerja pengguna anggaran
36    
menggunakan kwitansi kosong
saat melakukan pembelian
peralatan Kantor.
Pada tempat saya bekerja, tidak
menjadi masalah bagi institusi
37 saya jika peralatan kantor yang    
dibeli tidak sesuai dengan
spesifikasi yang dibutuhkan
Mencatat laporan keuangan tidak sesuai
dengan fakta-fakta di lapangan    
Pada tempat saya bekerja, tidak
menjadi masalah bagi institusi
39 saya jika suatu transaksi tidak    
didukung oleh bukti-bukti
pendukung yang sah.
Pada tempat saya bekerja, Tidak
masalah bagi institusi saya jika
40    
sisa anggaran dibagikan kepada
karyawan sebagai bonus.
Sumber: Dewi (2021)

Anda mungkin juga menyukai