BAB I
PENDAHULUAN
Korupsi atau kecurangan (fraud) merupakan isu besar di negara kita. Korupsi di
Indonesia sudah menembus ke seluruh jajaran publik maupaun swasta. Kebobrokan
tersebut tidak lepas dari hubungan sebab akibat dengan sektor dunia usaha baik usaha
yang dilakukan oleh BUMN/BUMD maupun badan swasta. Kecurangan secara
singkat dinyatakan sebagai suatu penyajian yang palsu atau penyembunyian fakta
yang material yang menyebabkan seseorang memiliki sesuatu. Kecurangan
mencangkup suatu ketidakberesan (irregularities) dan tindakan illegal yang
bercirikan penipuan yang disengaja (Herman, 2013).
Para ahli memperkirakan bahwa fraud yang terungkap merupakan sebagian
kecil dari fraud yang terjadi. Tindakan korupsi adalah bentuk kecurangan yang
umumnya dapat terjadi baik didalam bidang jasa perbankan ataupun pelayanan
publik. Menurut Report to The Nation Association of Certified Fraud Examiners
(ACFE) tahun 2008 dalam Tuanakotta (2012:214), menunjukan bahwa pelaku
kecurangan dibagi dalam tiga kelompok yakni pemilik (eksekutif), manajer, dan
karyawan.
Tidak jarang kasus kecurangan yang terungkap pada suatu entitas pelaku
utamanya adalah karyawan yang bekerja pada sebuah entitas tersebut. Khususnya
entitas yang bergerak dibidang jasa perbankan. Undang-undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perbankan, Bank disebutkan sebagai badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Jasa Perbankan memang sangat rentan terhadap fraud. Seperti yang dikutip dari
cncbindonesia.com (17/07/2021), menurut Kepala Pengawas Perbankan OJK Heru
2
sangat populer dan perlu mendapat perhatian dalam dunia bisnis ini adalah kode tata
laku perusahaan. Mengenai kode tata laku perusahaan atau kode etik perusahaan,
maksudnya adalah pernyataan etika pada umumnya. Pembuatan kode etik adalah cara
ampuh untuk melembagakan etika dalam struktur dan kegiatan perusahaan. Jika
perusahaan memiliki kode etik sendiri, ia mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memilikinya (Bertens, 2013:411). Kode
tata laku senantiasa akan menjadi bagian dari derap kehidupan perusahaan. Kode tata
laku menjadi perpanjangan dari peraturan tertulis dan tidak tertulis serta kebiasaan.
Dengan kode tata laku, diharapkan tingkah laku setiap individu di dalam
perusahaan tidak akan diarahkan semata-mata untuk kepentingan pribadi, karena
sifatnya yang berhubungan erat dengan persepsi dan norma masyarakat serta
perusahaan. Penerapan suatu standar kode tata laku merupakan manifestasi dari
profesionalisme pengurus dan karyawan perusahaan. Dengan kode tata laku, dapat
menjadi panduan arah bagi tindakan berdasarkan visi dan misi, budaya perusahaan,
serta nilai-nilai individu. Kode tata laku ini diharapkan mampu memberikan tolok
ukur yang baku bagi tindakan dan pemikiran yang berkembang di dalam perusahaan.
Berbagai media masa baik koran, televisi maupun internet sering kali
memberitahukan peristiwa mengenai adanya suatu indikasi fraud (kecurangan) pada
suatu entitas swasta maupun BUMN yang dilakukan oleh pegawainya. Sorotan utama
topik tersebut diarahkan pada manajemen puncak perusahaan atau terlebih lagi
terhadap pejabat tinggi suatu entitas, namun sebenarnya penyimpangan perilaku
tersebut bisa juga terjadi di berbagai lapisan kerja organisasi.
Seperti kasus yang terkait karena lemahnya pengendalian internal dan
kurangnya kesadaran terhadap kode tata laku terjadi pada beberapa perusahaan jasa
perbankan diantara nya yang dikutip dalam bisnis.tempo.co (3/4/2021), yakni
Pembobolan nasabah Bank Riau Kepri. Polda Riau menangkap dua mantan teller PT
Bank Riau Kepri atau BRK berinisial AS dan NH, terduga pelaku pembobolan uang
simpanan nasabah senilai Rp 1.3 miliar, penangkapan dilakukan pada Rabu, 31 Maret
2021. Modus kejahatan keduanya tersebut terungkap setelah tiga nasabah BRK
melaporkan uang tabungan mereka berkurang hingga tersisa Rp 9.7 juta. Padahal,
5
sejak menabung dari tahun 2005, nasabah tersebut mengaku tidak pernah melakukan
penarikan dana di rekening mereka. Dari hasil pemeriksaan kepolisian, kedua
tersangka tersebut melakukan pembobolan rekening dengan memalsukan tanda
tangan ketiga nasabah tersebut. Saat itu, AS menjabat sebagai head teller, sementara
NH sebagai teller. Sebagai barang bukti, polisi telah mengamankan 135 slip transaksi
penarikan uang serta buku tabungan. Kepala Bidang Humas Polda Riau, Kombes Pol
Sunarto mengatakan Mantan Pimpinan Divisi Pelayanan Nasabah selaku atasan yang
AS dan NH, juga ditetapkan sebagai tersangka akibat kelalaiannya dalam
menjalankan prosedur penarikan dana nasabah yang dilakukan oleh mantan teller
tersebut. Saat ini AS dan NH telah ditahan di Mapolda Riau untuk menjalani proses
hukum lebih lanjut. Keduanya akan dijerat dengan UU Perbankan, ancaman
maksimal 15 tahun penjara, atau denda senilai Rp 5 miliar.
Selanjutnya, kasus penyimpangan karena lemahnya pengendalian internal dan
lemahnya kesadaran dalam ketaatan kepada kode tata laku seperti yang dikutip di
nasional.tempo.co, Mantan Supervisor Kantor Kas Tamini Square PT. Bank Rakyat
Indonesia Agus Mulyana dituntut 13,5 tahun penjara dan denda Rp 500 juta subsider
tiga bulan kurungan karena melakukan korupsi hingga merugikan keuangan negara
Rp 29,63 miliar. "Meminta Majelis Hakim menyatakan terdakwa terbukti secara sah
dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana dakwaan kesatu dan
kedua primer," kata jaksa penuntut umum Hajairin di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi DKI, Selasa, 5 Juli 2011.Hakim juga diminta memerintahkan kepada Agus
agar membayar ganti rugi sebesar Rp 15 miliar yang harus dibayarkan paling lama
satu bulan sejak putusan berkekuatan hukum tetap. Jika tidak dibayar, maka akan
diganti penjara 6,5 tahun. Sedangkan apabila diganti tidak seluruhnya, akan
disesuaikan dengan jumlah hukuman bui. Agus menurut jaksa terbukti melanggar
Pasal 2 ayat 1 junto Pasal 3 Undang undang Tindak Pidana Korupsi junto Pasal 49
ayat 2 huruf b UU No.10 tahun 1998 tentang Perbankan karena terbukti
menyalahgunakan wewenangnya sebagai pejabat negara untuk kepentingan pribadi
atau korporasi. Tiga terdakwa lain dalam kasus yang sama, Agus Setiawan, Imam
Wahyudi, dan Deden Zacky Hasan Fadjar dituntut hukuman serupa, namun dengan
6
nominal uang ganti rugi yang berbeda. Agus Setiawan diminta membayar ganti rugi
senilai Rp 15 miliar, Imam senilai Rp 2,05 juta, dan Deden senilai Rp 25 juta.
Kemudian kasus yang dikutip di finansial.bisnis.com (10/11/2020), Kasus
pembobolan duit nasabah Maybank Winda D Lunardi dan ibunya, Floletta Lizzy
Wiguna memasuki babak baru. Polisi mengkonfirmasi terjadi pembobolan senilai
Rp22,8 miliar. Fakta dari polisi mengkonfirmasi kecurigaan nasabah. Polisi awalnya
irit bicara setelah menetapkan Albert, kepala cabang Maybank di Cipulir Jakarta
Selatan sebagai tersangka pembobolan. Pengacara Maybank, Hotman Paris Hutapea
dan Head of National Antifraud Maybank, Andiko muncul dengan ‘teori’ dugaan
persekongkolan ayah Winda, Herman Lunardi dengan pelaku. Dalih manajemen
Maybank ada aliran duit dari rekening Winda ke Herman untuk pembayaran bunga
sebesar Rp576 juta. Seharusnya dengan bunga 7 persen, Winda dan ibunya dapat
Rp1,2 miliar. Transfer berasal dari rekening Albert di Bank BCA ini lah jadi alasan
Hotman menuding terjadi praktik ‘bank dalam bank’. Tudingan Hotman membuat
panas nasabah. Ia justru curiga dengan kelakuan Albert karena data diri Winda dan
kedua orang tuanya dipegang oleh kepala cabang. Muncul dugaan Albert
mengendalikan tiga rekening bank, sehingga seolah ada peran ayah Winda. Padahal,
menurut pengacara Winda, Joni Patinasarani, pelaku diduga menyalahgunakan
rekening tanpa otoritas nasabah. Terkait penyelidikan polisi, Maybank
menyerahkannya kepada mekanisme hukum. Polisi sejauh ini juga enggan
menanggapi klaim-klaim dari Hotman karena sudah masuk materi penyidikan. Head
Corporate Communications Bank Maybank Indonesia, Esti Nugraheni mengatakan
pada saat kasus mencuat “Kami melaporkan dan memproses dugaan tindak pidana ini
kepada kepolisian sehingga terduga pelaku ditangkap dan dalam proses hukum”. Dari
hasil penelusuran polisi aliran duit haram pelaku sampai jauh. Albert diduga membeli
properti berupa bangunan. Ia juga berinvestasi berupa tanah dan bermain transaksi
saham serta valuta asing (forex). Untuk pembiayaan kartu kredit dan membeli mobil,
pelaku juga pakai duit nasabah. Brigjen Awi menyebut polisi masih menginventarisir
aset yang dibeli pelaku. Hingga saat ini pelaku masih tunggal, tetapi tidak menutup
kemungkinan ada pelaku lainnya.
7
Berdasarkan kasus diatas fraud di suatu entitas bisa terjadi karena banyaknya
celah yang terdapat di suatu entitas yang dapat dimanfaatkan oleh pihak- pihak yang
tidak bertanggung jawab dan kurangnya kesadaran akan peraturan kode tata laku
yang berlaku di perusahaan. Oleh karena itu auditor internal yang jujur, handal, dan
teliti untuk mengawasi proses dan transaksi dalam suatu perusahaan tersebut. Internal
auditor dalam perusahaan berfungsi sebagai pengawas perusahaan terhadap tiap
proses yang dilakukan dan semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan proses
tersebut.
Auditor internal bertindak sebagai penilai penelaah operasional perusahaan
dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan control serta efisiensi dan efektivitas
perusahaan. Auditor internal memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam
menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif dan memiliki peranan penting
dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan risiko–risiko
terkait dalam menjalankan usaha (Sawyer, 2005:7).
Internal auditor harus bisa memastikan tujuan dan kebijakan perusahaan dapat
terlaksana dengan baik dan memberikan laporan kepada manajemen maupun
pimpinan perusahaan. Internal auditor menjadi sangat penting dikarenakan tidak
semua transaksi yang terjadi dapat diawasi langsung oleh pihak manajemen maupun
pimpinan perusahaan. Internal auditor juga berperan sebagai monitor terhadap kinerja
perusahaan. Peran auditor internal tidak hanya berfokus pada fungsi pengawasan atau
semata-mata mencari kesalahan dan melaporkan kepada pimpinan tetapi lebih pada
penyelesaian masalah yang terjadi secara independent dan objektif. Oleh sebab itu,
auditor internal sebagai pengendali internal harus menjaga dan selalu mengawasi
pelaksanaan di setiap kegiatan operasionalnya sehingga dapat meminimalisir dari
praktek kecurangan-kecurangan dan jadikan suatu kode etik itu sebagai acuan yang
dimana ada kegiatan operasional yang keluar dari kode etik tersebut sudah pasti
terdapat penyimpangan yang terjadi.
Sehingga hal ini diharapkan dapat menjadi salah satu kunci untuk pencegahan
dari permasalahan yang terkait dengan fraud di sebuah entitas jasa perbankan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul
8
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan diatas, maka penulis menarik
kesimpulan bahwa ;
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dalam pokok permasalahanya bisa lebih fokus, efisiensi
waktu, dan tidak meluas, maka dalam penelitian ini penullis membatasi masalah pada
peran auditor internal, keadilan organisasi, kode tata laku perusahaan sebagai
terhadap kecurangan.
D. Perumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
a. AspekTeoritis